rekayasa genetika herawati.rtf

Embed Size (px)

Citation preview

35

Makalah

35

D

I

S

U

S

U

N

Oleh:

HERAWATI DONGORAN

813-6274013

Pendidikan Biologi 2013

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2012

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Bioetika yang berjudul REKAYASA GENETIKA .

Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Syahmi Edy, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Bioetika, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih yang tulus juga kepada seluruh teman-teman di jurusan Pendidikan Biologi PPs Unimed.

Menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka saran dan kritik yang bersifat konstruktif dan inovatif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Oktober 2013

HERAWATI DONGORAN

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..i

Daftar Isi...ii

BAB I : PENDAHULUAN.1

Latar Belakang.1Rumusan Masalah4Batasan Masalah4Tujuan4Manfaat5

BAB II : PEMBAHASAN6

2.1 Sejarah Rekayasa Genetika6

2.2 Rekayasa Genetika dan DNA8

2.3 Rekayasa Genetika dan Reproduksi Manusia13

2.4 Penggunaan Rekayasa Genetika Pada Tanaman Dikaji

Dari Sisi Positif17

2.5 Rekayasa Genetika Pada Hewan28

2.6 Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika

Telah Menjadi Kenyataan.34

2.7 Ketika Rekayasa Genetika Menghiasi Peradaban

Modern (Eugenika)40

2.8 Pro dan Kontra Teknologi RekayasaGenetika43

BAB III : PENUTUP.52

3.1 Kesimpulan52

DAFTAR PUSTAKA53

ii

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Bioteknologi merupakan penerapan teknik pendayagunaan organism hidup atau bagian organisme untuk membuat, memodifikasi, meningkatkan, atau memperbaiki sifat makhluk hidup serta mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus.

Pada pelaksanaannya, bioteknologi menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan dalam menangani dan mengelola bahan dengan bantuan agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa.

Bioteknologi telah dikembangkan pada berbagai bidang, seperti penerapan biokimia,mikrobiologi, dan rekayasa genetika menjadi pedoman utama bioteknologi sebagai bidang antar disiplin.

Dengan sebutan Rekayasa genetik sekarang dimaksudkan sejumlah besar kemungkinan yang kita miliki untuk langsung mencampuri kehidupan manusia, disamping aspek-aspek alam lainnya dan mengubah menurut rencana dan keinginan kita. Usaha membenarkan intervensi dalam alam seperti itu sudah menimbulkan berbagai masalah etis, sedangkan kemampuan untuk mengubah kehidupan manusia itu sendiri menimbulkan masalah etis lagi.

Untuk apa sebenarnya rekayasa genetika dilakukan? (Thomas A.Shanon, 1995: hal 132).

Bahwa rekayasa genetika dapat memberikan hasil yang sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia dalam berbagai bidang, dapat dimengerti dari sebuah contoh berikut ini. Pasien diabetes tidak mampu membentuk hormon insulin dalam jumlah tertentu yang diperlukan untuk mengatur kadar gula dalam darah. Oleh karena itu pasien diabetes memerlukan suntikan insulin sebagai tambahan. Dahulu insulin yang dibutuhkan itu berasal dari kelenjar pankreas sapi atau babi. Dengan teknik rekayasa genetik, para peneliti berhasil memaksa mikroorganisma, yaitu bakteri untuk membentuk insulin yang mirip sekali dengan insulin yang dihasilkan oleh manusia sendiri.Penelitian selanjutnya dapat membuktikan bahwa insulin manusia tiruan ini bahkan lebih baik daripada insulin hewani dan dapat diterima lebih baik oleh tubuh manusia.

Dalam perjalananya, rekayasa genetik mendapat tanggapan, baik yang mendukung maupun yang menolak tentang pengembangan rekayasa genetik. Tanggapan beragam datang dari berbagai kalangan. Evaluasi konsekuensi dari rekayasa genetik tentunya sangat beragam, baik dari sisi lingkungan hidup, agama kesehatan manusia dan terutama motivasi dan sosial kultural masyarakat. Untuk menyadari secara konkret sampai dimana perkembangan ilmu genetika dan penerapanya serta tanggapan beberapa kalangan masyarakat, maka makalalah ini dibuat.

Rumusan Masalah:

1. Apa yang dimaksut rekayasa genetika

Bagaimana perkembangan rekayasa genetika?Bagaimana penggunaan rekayasa genetika pada tumbuhan, hewan dan manusia?Bagaimana dampak penggunaan rekayasa genetika?Bagaimana tanggapan agama dan masyarakat pada perkembangan rekayasa genetika?Bagaimana rekayasa genetika menurut bioetika?

1.3. Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah makalah ini adalah bahwa akan mengkaji rekayasa genetika secara ilmiah dan menghubungkan dengan agama yang ada.

1.4. Tujuan

Yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah

Mengetahui pengertian dari rekayasa genetikaMengetahui perkembangan rekayasa genetika dalam kehidupan

Mengetahui penggunaan rekayasa genetika pada tumbuhan, hewan dan manusia.

Mengetahui dampak penggunaan rekayasa genetikaMengetahui tanggapan agama dan masyarakat terhadap perkembangan dan penggunaan rekayasa genetika.Mengetahui rekayasa genetika menurut bioetika.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah ;

Sebagai bahan informasi bagi penulis dan pembaca tentang perkembangan dan manfaat rekayasa genetika

Sebagai bahan informasi bagi penulis dan pembaca tentang rekayasa genetika menurut bioetika.

Sebagai informasi tambahan dalam mata kuliah Bioetika

Memenuhi tugas mata kuliah bioetika

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Rekayasa Genetika

Pada dasarnya rekayasa genetika dianggap sebagai suatu impian atau khayalan saja.Akan tetapi, kini kemampuan untuk mencangkokkan bahan genetic dan membongkar kembali informasi keturunan memberikan hasil nyata danterbukti sangat bermanfaat.

Sejarah rekayasa genetika dimulai sejak Mendel menemukan faktor yang diturunkan. Ketika Oswald Avery (1944) menemukan fakta bahwa DNA membawa materi genetik, makin banyak penelitian yang dilakukan terhadap DNA. Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap, awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk menyingkap material yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Ketika orang mengetahui bahwa kromosom adalah material yang membawa bahan terwariskan itu (disebut gen) maka itulah awal mula ilmu ini.

Gen bekerja menumbuhkan karakter yang bekerjasama dengan lingkungan, berupa hormon, mineral,air,sinar matahri membentuk karakter lewat reflikasi dan traskripsi.(Drs.Wilda yatim, Genetika

Para ahli berusaha melawan gen-gen perusak dalam inti sel dengan berbagai cara rekayasa genetika. Upaya yang dirintis tersebut dikenal dengan istilah terapi genetik. Terapi genetik adalah perbaikan kelainan genetik dengan memperbaiki gen. Hal inilah yang melatar belakangi diciptakannya rekayasa genetic dengan berbagai tujuan dengan melewati proses-proses tertentu.

APA ITU REKEYASA GENETIK ?

Suatu sifat dapat diturunkan dari induk kepada keturunannya karena adanya factor pembawa sifat yang bernama gen. Gen merupakan unit bahan genetic yang sangat menetukan genotype maupun fenotif suatu individu.

Menurut morgan gen adalah : unit yang kompak dan terdapat dalam lokus suatu kromosom,yg mengandung informasi genetic yang mengatur sifat-sifat menurun.(cerdas belajar Biologi,Oman karmana 2007)

Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. DNA rekombinan adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar memiliki sifat-sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme penerimanya mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi yang kita inginkan. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing.

Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain melalui lingkaran DNA kecil yang disebut Plasmid. Plasmid adalah gen yang melingkar yang terdapat dalam sel bakteri, tak terikat pada kromosom. Melalui teknik plasmid dalam rekayasa genetika tersebut, para ahli di bidang bioteknologi dapat mengembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap hama dan penyakit .

Contoh teknik Plasmid

Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, telah berkembang dengan pesat dan didukung oleh sarana kesehatan yang semakin canggih. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran telah menghilangkan ketidakniscayaan itu. Melalui teknologi kloning, siapapun bisa diduplikasi. Ciri-ciri manusia adalah selalu ingin mengetahui rahasia alam, memecahkannya dan kemudian mencari teknologi untuk memanfaatkannya, dengan tujuan memperbaiki kehidupan manusia. Kualifikasi tanaman pangan, penangkaran ternak, dan perbaikan teknologi berburu atau mencari ikan adalah satu manifestasi ciri manusia tersebut. Semuanya dikembangkan dengan menggunakan akal, atau rasio, yang merupakan salah satu keunggulan manusia dibanding makhluk hidup lainnya. Sampai sekarangpun ciri watak manusia itu masih terus berlangsung.

Satu demi satu ditemukan teknologi baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih nyaman, lebih menyenangkan, dan lebih memuaskan.Tanaman pangan dan ternak yang dipelihara selalu direkayasa agar menghasilkan produk pangan yang lebih baik, lebih enak dan lebih banyak. Dikembangkan teknologi kawin silang, hibrida, cangkok, dan sebagainya untuk mencapai keinginan itu. Dengan ditemukannya alat-alat bantu yang lebih canggih, seperti misalnya mikroskop dan media pembiakan di laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam tingkat yang lebih kecil, sehingga ditemukan tanaman pangan tahan lama dan ternak dengan reproduksi susu yang lebih tinggi. Itulah awal dari pengembangan rekayasa genetika, kemudian dunia menjadi gempar setelah munculnya publikasi tentang kloning biri-biri Dolly terutama menyangkut bagaimana pandangan agama terhadap kloning manusia. Walaupun pengkloning manusia sangat jarang diumumkan di media- media cetak atau ditelevisi tetapi tetap saja bisa tercium oleh orang lain .

2.2. Rekayasa Genetika dan DNA

Rekayasa genetika adalah pengubahan bahan genetik dengan masuk secara langsung ke dalam proses genetik dengan tujuan menghasilkan zat baru atau memperkuat fungsi organisme yang telah ada. Rekayasa Genetika disebut juga dengan rekombinanasi DNA. Perekayasaan genetik terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghilangkan, menyisipkan, atau menukarkan satu atau beberapa pasang basa nukleotida penyusun molekul DNA. Ini sebuah cabang biologi yang masih sangat muda, menarik dan kontroversial. Dalam satu hal, Rekayasa genetika menawarkan kemungkinan penyembuhan terhadap banyak sekali penyakit dan peningkatan bahan-bahan yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari (Sumatri dan Asep S.A, 2005).

Harapan atas manfaat rekayasa genetik ini disimbolkan lewat adanya Human Genome Project, sebuah kerjasama internasional untuk mengelompokkan semua gen yang dimiliki kita, spesies manusia. Di sisi lain, juga punya potensi menakutkan. Rekayasa Genetika bisa disalah gunakan untuk pengendalian populasi seperti yang direncanakan oleh Nazi, atau pembuatan virus mematikan untuk menghabisi umat manusia.Dan kemungkinan bahaya ini juga disimbolkan oleh sebuah konsep mengagumkan yang dimunculkan oleh rekayasa genetika. Namanya Kloning, dimana Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau klon yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi aseksual. Sedangkan menurut istilah Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun manusia. secara terminologi Kloning (klonasi) adalah teknik pembiakan vegetatife atau reproduksi aseksual (tanpa pertemuan sel sperma dan ovum) dengan kode genetic yang sama dengan induknya, pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Individu baru hasil kloning tersebut disebut klon (Anonim, 2012).

Bagaimana cara kerjanya DNA .

Struktur DNA

Kalau kita membahas genetika, pastinya tidak akan lari dari DNA. DNA adalah singkatan dari Deoxyribonucleic acid, yang bahasa indonesianya, asam deoksiribosa. DNA ini adalah molekul yang mengandung kode genetika untuk pewarisan. DNA tinggal di kromosom. Kromosom itu adalah struktur mirip benang yang bersemayam di inti sel. Seperti kita tau, inti sel adalah pusat pengendali dari setiap sel yang ada pada semua mahluk hidup. Nah, kromosom ini sendiri terdiri dari gen-gen, yang membawa kode untuk membuat protein. Dan yang namanya protein, itu luar biasa jenisnya. Ada ribuan macam protein, dan ia menjadi penyusun sebagian besar berat tubuh kering kita. Tubuh kita kan juga tersusun oleh cairan . Jadi kalau manusia cairannya dibuang semua, tinggal keringnya maka sebagian besar beratnya diberikan oleh protein.

Walaupun rekayasa genetika merupakan pusat dari kemajuan modern di bidang penelitian genetika, tapi DNA sebenarnya sudah ditemukan 130 tahun lalu. Penemunya seorang biokimiawan Swiss bernama Friedrich Miescher (1844 1895). Pada tahun 1869, beliau berhasil mengisolasi sebuah zat, yang mengandung nitrogen dan fosfor, yang terpisah menjadi sebuah protein dan sebuah molekul asam. Ia menyebutnya asam nukleat, dan dalam asam inilah dia menemukan DNA. Tapi, waw, 74 tahun kemudian, barulah para ilmuan sadar bahwa DNA memiliki fungsi yang sangat penting.

DNA memiliki kemampuan untuk menggandakan dirinya sendiri melalui proses yang disebut dengan reflikasi.proses ini sangat penting peranannya ketika sel akan melakukan pembelahan. Jadi sel anak hasil pembelahan akan membawa hasil reflikasi DNA induknya sehingga mengandung materi genetik yang sama dengan induknya.DNA juga mampu membentuk RNA untuk kepentingan sintesis protein dan komponen-komponen lain yang diperlukan untuk sintesis protein dalam sel.

Tahun 1944, sebuah tim peneliti yang dipimpin seorang bakteriolog Amerika (tapi lahir di Kanada) bernama Oswald Avery (1877 1955) menemukan kalau dengan mengambil DNA dari sejenis bakteri dan memasukkannya ke bakteri temennya, temennya ini bakalan memiliki sifat sama dengan dia.

Dalam rekayasa genetika, ada kode etik yang melarang keras percobaan ini pada manusia. Akan tetapi, para ahli tidak selamanya bersikap kaku sebab berbagai penyakit fatal memang sulit disembuhkan kecuali dengan terapi genetik. Maka muncul pendapat tentang perlu adanya dispensasi. Dispensasi itu dikeluarkan oleh Komite Rekayasa Genetika dari Nasional Institute of Health (NIH) Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1990.

Langkah-Langkah yang Dilakukan dalam Rekayasa Genetika Secara Sederhana

Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan

Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta

Pemasangan cDNA pada cincin plasmid

Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri

Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan

Manfaat Rekayasa Genetika

Menurut Djajanegara, manfaat rekayasa genetika yaitu:

Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian secara nyata (James,1998)Memberikan terobosan baru terhadap pemuliaan tanaman dimana teknik-teknik konvensional mengalami hambatan (Suwonto,2000)Memecahkan masalah dibidang kesehatan dengan menyediakna vaksin-vaksin baru dan hormone penting melalui teknik DNA rekombinan (Koesnandar, 2000)Pelestarian keanekaragaman hayati melalui rekayasa genetika, misal jamur bisa berkurang keganasanya menyerang tanaman (Chen dan Nuss, 1999).

Manfaat rekayasa genetika dalam bidang kehidupan yaitu

Bidang kedokteran

Mengetahui kelainan/penyakit turunan serta usaha menanggulanginga

Pembuatan insulin oleh bakteri Pembuatan vaksin terhadap virus AidsMenyembuhkan penyakit Lesch,Nyhan Usaha pencangkokan gen pada penderita Thalasemia Bidang Farmasi

Pembuatan protein yang penting dalam kesehatan seperti hormon faktor tumbuh , Protein pengatur dan pembuatan obatobat.

Bidang Pertanian

Pertanian diharapkan akan menikmati keuntungan paling banyak dari teknik rekayasa genetika seperti:

Mengganti pupuk nitrogen mahal menjadi pupuk oleh fiksasi nitrogen alami

Teknik rekayasa genetika mengusahakan tanaman-tanaman( khususnya yang mempunyai arti ekonomi) yang tidak begitu peka terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur,dan cacing

Mengusahakan tanaman yang manpu menghasilkan pestisida sendiri.

Membentuk revolusi hijau

Tanam-tanaman yang mampu menangkap cahaya dengan lebih efektif untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis.

Tanam-tanaman yang tahan terhadap pengaruh kadar garam, hawa kering, hawa dingin dan embun beku.

Mengusahakan tanaman baru yang lebih menguntungkan(berlipat ganda)Bidang Peternakan Vaksin untuk melawan penyakit ganas pada B2Vaksin untuk penyakit kuku dan mulut yang menular pada sapi, B2, kambing dll Uji hormon pada pertumbuhan sapi untukproduksi susu.Bidang Industri Menciptakan bakteri yang dapat melarutkan logam, penghasil bahan kimia, Menciptakan mikroorganisme yang mampu membuat minyak tanah

Bidang psikologi dan Antropologi

Mengetahui asal usul suku bangsa, hubungan kekerabatan, serta pengaruh sifat genetis seseorang dalam kehidupan masyarakat.(Drs.Wildam yatim, genetika 1996)

2.3 Rekayasa Genetika dan Reproduksi Manusia

Dewasa ini telah dikembangkan teknologi DNA rekombinan, atau yang lebih populer dikenal dengan rekayasa genetika. Teknologi ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula dikatakan sebagai cloning gen. Proses yang dilakukan adalah dengan memindahkan inti sel somatik yang mengandung DNA dan komponen genetik lengkapnya ke sel ovum yang telah diambil seluruh inti selnya, atau embryo splitting untuk manghasilkan manusia. Kendati hingga kini cloning reproduksi manusia belum terjadi, namun para pakar bidang terkait yakin bahwa keberhasilan cloning hewan merupakan pendahuluan bagi keberhasilan cloning manusia, dimungkinkan dilakukan pada manusia.

Cloning merupakan salah satu bentuk reproduksi yang sudah dikenal. Dewasa ini telah banyak produk teknologi reproduksi dikembangkan para ahli. Di antaranya adalah inseminasi buatan, bayi tabung, TAGIT (Tandur Alih Gamet Intra Tuba), perlakuan hormonal, donor sel telur dan sel sperma, kultur telur dan embrio, pembekuan sperma dan embrio, GIFT (gamet intrafallopian transfer), ZIFT (zigot intrafallopian transfer), Fertilisasi In Vitro (in vitro fertilization), partenogenesis, dan cloning.

Menurut ahli kedokteran, bagi pasangan suami-isteri yang berkeinginan memiliki keturunan namun tidak dapat dilakukan melalui cara reproduksi seksual (sexual reproduction) yang disebabkan adanya gangguan pada pihak isteri dan/ atau suami, maka dapat dilakukan dengan cara reproduksi aseksual, menggunakan pilihan teknologi reproduksi pada manusia tersebut.

Dari perspektif hukum Islam, belum semua cara reproduksi aseksual di atas telah difatwakan ulama secara rinci. Namun demikian, meski tidak menggunakan topik khusus, dari segi esensi persoalan hukum, teknik-teknik tersebut telah tercakup dalam fatwa yang ada, karena ada kesamaan 'illat dengan inseminasi buatan, bayi tabung, dan cloning.

Inseminasi buatan in-vitro dengan menggunakan sperma yang tercampur antara donor dan suami adalah terlarang,karena hal itu menghancurkan nasab dalam keluarga.(prof.

Abd Al-Rahman umran,Islam dan KB,1997)

Cloning: Pengertian dan Jenis-jenisnya

Setelah sukses dengan teknologi inseminasi buatan yang kemudian dikem-bangkan melalui teknik bayi tabung, para pakar kedokteran telah melakukan sebuah lompatan teknologi dengan ditemukannya metode cloning. Istilah 'cloning' berasal dari kata klon (Yunani) yang berarti potongan/pangkasan tanaman, dalam bahasa Inggris disebut Clone yang berarti duplikasi, penggandaan, membuat objek yang sama persis. Dalam konteks sains, cloning didefinisikan sebagai sebuah rekayasa genetika dengan cara pembelahan dan pencangkokan sel dewasa di laboratorium dan bila telah berhasil kemudian dibiakkan dalam rahim organisme. Ada yang meng-Indonesiakan kata clonus yang di-Inggriskan menjadi cloning, clonage. (Perancis) menjadi Klonasi.

Kloning membutuhkan sel-sel DNA dan embrio untuk dapat berhasil. Pertama-tama DNA dikeluarkan dari inti sel makhluk itu. Materi itu, yang mengandung kode informasi genetik, kemudian ditempatkan dalam inti dari sel embrio. DNA dari sel yang menerima informasi genetik yang baru harus disingkirkan supaya bisa menerima DNA baru. Kalau sel menerima DNA baru, maka embrio duplikat akan terbentuk. Namun sel embrio bisa saja menolak DNA baru dan mati. Juga sangat mungkin bahwa embrio itu tidak dapat bertahan hidup setelah informasi genetik yang asli dikeluarkan dari intinya. Dalam banyak kasus, ketika kloning diupayakan, beberapa embrio digunakan sekaligus untuk meningkatkan peluang keberhasilan penanaman materi genetik yang baru. DNA makhluk hidup yang akan digandakan (dibuat tiruannya), diambil dari sel tubuh bagian mana saja dari organisme yang dimaksud. DNA tersebut lalu diletakkan di dalam sel telur makhluk hidup lain dari spesies yang sama. Segera setelah itu, telur diberikan kejutan (listrik - penerj.) sehingga telur tersebut langsung mulai membelah diri. Embrio yang dihasilkan kemudian diletakkan dalam rahim suatu makhluk hidup (Sumatri dan Asep Suhendi, 2005).

Gambar 2: Rekayasa Genetika.

Para ahli telah membuktikan keberhasilan cloning pada tanaman dan hewan, menurut berbagai laporan, hal tersebut sudah lama dipraktikkan. Teknologi pada hewan mulai mencuat pada awal Maret 1997, ketika Ian Wilmut dari Roslin Institute (Skotlandia) berhasil meng-cloning sel kambing dewasa sehingga lahirlah Dolly (Februari 1997), dan dari laboratorium yang sama kemudian dilahirkan domba lain yang diberi nama Polly (Juli 1997). Dilihat dari tujuannya, cloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitas, dan mencari obat alami bagi penyakit-penyakit kronis, menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan manusia.

Hingga kini belum ada laporan resmi tentang keberhasilan mengclon individu manusia, sebabnya, antara lain karena terhambat adanya batasan boleh dan tidaknya menurut etika, agama, dan norma yang lain, tetapi secara teoritis mungkin dapat dilakukan, namun demikian hasilnya jika benar-benar dilakukan apakah seperti yang dikehendaki, masih menjadi tanda tanya. Sungguhpun dari sisi teknologi diakui sulit dan memerlukan dana besar untuk mewujudkannya, sejak tahun 1998 sejumlah eksperimen mengklon manusia telah dilakukan oleh dokter-dokter di berbagai negara, bahkan banyak kalangan yang mengklaim diri telah berhasil melakukannya, bayi hasil cloning siap dan bahkan telah lahir. Namun, kebenaran isu tersebut belum dapat dibuktikan, yang dinyatakan justru kegagalannya. Pada umumnya para ilmuwan menanggapi berita itu hanyalah sebuah sensasi, sebagai isapan jempol belaka. Bahkan, Harry Griffin, ketua Lembaga Skotlandia Roslin yang telah berhasil melahirkan domba cloning pertama, Dolly pada tahun 1997, mengomentari bahwa berita bayi cloning ini hanyalah trik publisitas saja.

Dari segi teknis dan manfaatnya, cloning dibedakan atas tiga jenis, cloning embrio, cloning biomedik (terapetik), dan cloning reproduksi. Cloning embrio betujuan membuat kembar dua, tiga, dan seterusnya dari sebuah zigot. Cloning biomedik (terapetik) bertujuan untuk keperluan penelitian pengobatan penyakit yang hingga kini sulit disembuhkan, seperti Alzheimer, parkinson,DM (Diabetes Mellitus), Infrak Jantung, Kanker darah, stroke, dan sebagainya.

Tujuan dilakukannya cloning reproduksi adalah untuk mendapatkan anak klon dari orang yang diklon, memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik. Metodenya, dapat dilakukan melalui proses seksual dengan fertilisasi in vitro dan aseksual dengan menggunakan sel somatis sebagai sumber gen. Pada cloning seksual, secara teknis langkah awal yang dilakukan adalah fertilisasi in vitro. Setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai empat sampai delapan sel segera dilakukan splitting (pemotongan dengan teknik mikromanipulasi) menjadi dua atau empat bagian. Bagian-bagian embrio ini dapat ditumbuhkan kembali dalam inkubator hingga berkembang menjadi embrio normal yang memiliki genetik sama. Setelah mencapai fase blastosis, embrio tersebut ditransfer kembali ke dalam rahim ibu sampai umur sembilan bulan. Berbeda dengan cloning seksual, pada cloning aseksual fertilisasi tidak dilakukan menggunakan sperma, melainkan hanya sebuah sel telur terfertilisasi semu yang dikeluarkan pronukleusnya dan sel somatis. Karenanya, bila pada cloning seksual genetik anak berasal dari kedua orang tuanya, maka pada cloning aseksual genetik anak sama dengan genetik penyumbang sel somatis.

2.4 Penggunaan Rekayasa Genetika Pada Tanaman (Genetically Modified Organism) Dikaji Dari Sisi Positif

a. Perkembangan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically Modified Organism)

Revolusi hijau ( Green Revolution) yang diperkenalkan awal tahun 1960an yang dianggap sebagai langkah baru dalam dunia pertanian yang ditandai dengan perbaikan bercocok tanam seperti penggunaan bibit unggul, prnggunaan pupuk yang sesuai, pemberantasan hama dan penyakit yang lebih intensif serta berbagai tindakan lainnya, memungkinkan peningkatan produksi pangan yang berasal dari tanaman pangan di seluruh dunia. Pada tahun 1984 oleh Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia diakui telah berswasembada beras berkat revolusi hijau. Dengan demikian pada saat itu kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan khususnya di Indonesia sebagai akibat dari tidak seimbangnya antara bahan makanan pokok dengan jumlah penduduk dapat diatasi. Tetapi sekitar tahun 1987, swasembada beras tersebut telah berakhir.

Akibat dari pembangunan fisik yang terus dikembangkan,lambat laun faktor-faktor-faktor produksi pertanian seperti lahan produktif semakin banyak terkonversi menjadi lahan non pertanian. Menurut Brown dan Kane dalam FG Winarno(2007) meramalkan bahwa di seluruh dunia akan terjadi kecenderungan penurunan produksi padi-padian secara drastis yang diakibatkan oleh semkain mengecilnya lahan yang tersedia untuk kegiatan pertanian per orang dan di sisi lain kecenderungan pertambahan jumlah penduduk dunia.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dari sekitar 6 milyar penduduk dunia,sebanyak 830 juta diantaranya mengalami kekurangan pangan. Ironisnya, produk biji-bijian pangan justru melimpah, 18% lebih banyak daripada yang dikonsumsi untuk manusia dan ternak setiap tahun. Hampir empat perlima dari mereka yang kelaparan hidup di daerah pedesaan dan hidup dari hasil pertanian. Ironi ini pernah dikemukakan oleh Amartya Sen, pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun 1999 dalam bukunya Development as Freedom yaitu bahwa kelaparan justru terjadi pada saat terjadi surplus pangan di dunia.

Kasus gizi buruk yang terjadi di beberapa negara dapat menjadi pertanda terjadinya krisis pangan. Berdasarkan data UNICEF, di Indonesia ada sekitar 1,3 juta jiwa balita yang masuk kategori rawan gizi serta terdapat sedikitnya 19 juta penduduk miskin yang sulit untuk mendapatkan pangan yang cukup bergizi dan seimbang. Diperkirakan setiap lima detik seorang anak di bawah usia 10 tahun di dunia meninggal karena kelaparan dan lebih dari dua miliar penduduk dunia menderita kekurangan gizi mikro. Selain itu, gejala krisis pangan lainnya adalah ancaman kenaikan harga pangan dunia akibat krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini. Seperti krisis ekonomi di Amerika Serikat yang sudah mempengaruhi perekonomian dunia dan saat ini telah berimbas kepada perekonomian di Indonesia.

Perbaikan dan peningkatan kualitas produksi pertanian (intensifikasi) untuk beberapa tahun yang lalu masih signifi-kan, karena ketersediaan sumber daya alam dan teknologi pertanian cukup memadai dan berimbang dengan ketersedia-an lahan dan peningkatan jumlah penduduk. Keadaan ini sulit untuk dipertahankan dimasa akan datang, kecuali ada pendekatan baru yang mena-warkan ide dan teknik untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Penggunaan rekayasa genetika memiliki potensi untuk menjadi problem solving dari ancaman krisis pangan tersebut. Dengan segala kekurangannya rekayasa genetik diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan pembangunan pertanian yang tidak lagi dapat dipecahkan secara konven-sional. Salah satu produk dari rekayasa genetika adalah tanaman transgenik . Perakitan tanaman transgenik dapat diarahkan untuk memperoleh tanaman yang memiliki produksi tinggi, nutrisi dan penampilan mempunyai kualitas yang baik maupun resisten terhadap hama, penyakit dan lingkungan. Fragmen DNA organisme manapun melalui teknik rekayasa genetika dapat disisipkan ke genom jenis lain bahkan yang jauh hubungan kekerabatannya. Pemindahan gen ke dalam genom lan tidak mengenal batas jenis maupun golongan organisme.

b. Tanaman Transgenik dan Jenisnya

Apakah transgenik itu? Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup kemakhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel makhluk hidup). Teknologi transgenik atau kloning juga dilakukan pada dunia peternakan, separti domba dolly yang diambil dari gen sel ambing susu domba yang ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri. Pada ikan-ikan teleostei, menghasilkan ikan yang resisten terhadap pembusukan dan penyakit.

Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun 1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman. Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman, penyisipaan gen ini melalui suatu vector (perantara) yang biasanya menggukan bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki. Tujuan dari pe-ngembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah

Menghambat pelunakan buah (pada tomat).Tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.Meningkatkan nilai gizi tanaman, danMeningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.

Melihat potensi manfaat yang disumbangkan, pendekatan bioteknologi dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju (Winarno dan Agustina,2007)

Antara tahun 1996-2001 telah terjadi peningkat an yang sangat dramatis dalam adopsi atau penanaman tanaman GMO (Genetically Modified Organism) di seluruh dunia. Daerah penanaman global tanaman transgenik meningkat dari sekitar 1,7 juta ha pada tahun 1996 menjadi 52,6 juta ha pada tahun 2001. Peningkatan luas tanam GMO tersebut mengindikasikan semakin banyaknya petani yang menanam tanaman ini baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sebagian besar tanaman transgenik ditanam di negara-negara maju. Amerika Serikat sampai sekarang merupakan negara produsen terbesar di dunia. Pada tahun 2001, sebanyak 68% atau 35,7 juta ha tanaman transgenik ditanam di Amerika Serikat.

Sampai saat ini, kedelai merupakan produk GMO terbesar yaitu 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari seluruh tanaman GMO. Kedelai tahan herbisida banyak ditanam di AS, Argentina, Kanada, Meksiko, Rumania dan Uruguay. Jagung merupakan tanaman GMO terbesar kedua yang ditanam yaitu seluas 9,8 juta ha sedangkan luas tanaman kapas GMO yang ditanam adalah sekitar 6,8 juta ha . Sifat yang terdapat dari tanaman GMO pada umumnya adalah resisten terhadap herbisida, pestisida, hama serangga dan penyakit serta untuk meningkatkan nilai gizi seperti yang terlihat di tabel di bawah ini.

No

Tujuan Rekayasa Genetika

Contoh Tanaman

1

Menghambat pematangan dan pelunakan buah

Tomat

2

Tahan terhadap serangan insektisida

Tomat, kentang, jagung

3

Tahan terhadap serangan ulat

Kapas

4

Tahan terhadap insekta dan virus

Kentang

5

Tahan terhadap virus

Squash, Pepaya

6

Tahan terhadap insekta dan herbisida

Jagung, Padi, Kapas dan Canola

7

Toleran terhadap herbisida

Kedelai, Canola, Kapas, Jagung,

8

Perbaikan komposisi nilai gizi

Canola (high laurate oil), Kedelai (high oleid acid oil), Padi (high beta-carotene)

c. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan

Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah kering, kutikula yang tebal sehingga mengurangi kehilangan air dan kesanggupan menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarngkan enzim trehalose. Tembakau adalah salah satu tanaman yang dapat toleran terhadap suasana kekeringan.

d. Tanaman Transgenik Resisten Hama

Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin mencapai 20% dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di dalam alat pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan mengeluarkan toksin. Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diekstrak dan dimurnikan, makan akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin (Winarno dan Agustina ,2007)

Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik pertama yang menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin. Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Gen Bt toksin juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari, khususnya sinar ultraviolet

e. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit

Perkembangan yang signifikan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi tanaman terselubung (coat protein) Johnson grass mosaic poty virus (JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan DNA dari JGMV, misalnya daRi protein terselubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan menghasilkan tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Virus JGMV menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam famili Graminae seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa atau kombinasi keduanya. Akibat serangan virus ini, kerugian para petani menjadi sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali.

Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa

Genetika

Berikut ini disajikan berbagai tanaman hasil rekayasa genetika dan keunggulannya dibandingkan dengan tanaman biasa yang sejenis

Kedelai Transgenik

Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar yaitu sekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi.

Proses Transgenik Kedelai

ProsesTransgenikKedelai

Proses

Transgenik

Kedelai

Gambar 3: Kedelai Transgenik

Jagung Transgenik

Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetika melalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut.

Gambar 4: Jagung trasgenik

Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB menunjukkan bahwa pengembangan usaha tani jagung transgenik secara nasional memberikan keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8 triliun. Keuntungan itu berasal dari mulai peningkatan produksi jagung, penghematan usaha tani hingga penghematan devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor jagung .

Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan meningkatkan produksi jagung nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan konsumsi langsung 225.550 ton. Sementara dalam jangka panjang, penurunan harga jagung akan merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh industri pakan maupun konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan produksi jagung Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya masih cukup besar. Pada tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton. Secara tidak langsung, penggunaan tanaman transgenik juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kapas Transgenik

Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan tahun 1996 di Amerika Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi para petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah menekan penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian juga dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas transgenik.

Tomat Transgenik

Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang. Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal tersebut karena memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini disebabkan oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi pektin.

Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa enzim poligalakturonase sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan genetika, tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan lebih sedikit.

Gambar 5 : Proses trasgenik tomat

Kentang Transgenik

Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika nebyetujui untuk mengomersialkan kentang hasil rekayasas genetika yang disebut Monsanto sebagai perusahaan penunjang dengan sebutan kentang New Leaf. Jenis kentang hybrid tersebut mengandung materi genetic yang memnungkinkan kentang mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado potato beetle. Dengan demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari penggunaan pestisida kimia yang digunakan pada kentang tersebut. Selain resisten terhadap serangan hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi zat gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan kentang pada umumnya. Hama beetle Colorado merupakan suatu jenis serangga yang paling destruktif untuk komoditi kentang di Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila tidak ditanggulangi dengan baik.

Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang berkesinambungan, sehat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat.

f. Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically Modified Organism)

WHO telah meramlakan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada tahun 2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar. Karena kondisi tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalah tersebut, teknologi rDNA atau Genetically Modified Organism (GMO) akan memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi dalam peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai berikut :

Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca panenMengurangi resiko gagal panenMeningkatkan rendemen dan produktivitasMenghemat pemanfaatan lahan pertanianMereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimiaMeningkatkan nilai giziTahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan oleh virus.

Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik rekayasa genetika adalah sebagai berikut :

Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar garam tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak linoleat yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu dingin dan beku.Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat mengganggu gulma, tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri. Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat mempertahankan kondisi bebas gulamnya hanya dengan separuh dari jumlah herbisida yang digunakan secara normalMeningkatkan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki, seperti mereduksi sifat atau daya alergi (toksisitas), menghambat pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi serta daya simpan yang lebih panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami teknologi rDNA, kadar patinya menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng (deep fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan kadar lemak yang lebih rendah.Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau lemak dan meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan gizi saat ini telah melanda banyak negara di dunia terutama negara miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi yang nyata adalah kekurangan vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk menanggulanginya, dapat dilakukan dengan menyisipkan den khusus yang mampu meningkatkan senyata-senyawa tersebut dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan beras yang memiliki kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu menolong orang yang mengalami defisiensi senyawa tersebut dan mencegah kekurangan gizi pada masyarakat.

Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari pro kontra mengenai penggunaan teknologi tersebut. Berikut ini hanya disebutkan berbagai pandangan yang setuju terhadap tanaman transgenik karena mengacu pada judul yang disajikan.

Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding degan tanaman konvensional, memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta memiliki produktivitas yang lebih tinggi.Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakatMengurangi dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan, misalnya tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia dan pestisida sehingga tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan lingkungan.

2.5 Rekayasa Genetika Pada Hewan

Pada hewan vertebrata, cloning yang pertama sekali dilakukan adalah pada katak. Yang Pada proses kloningnya dengan cara menempatkan inti sel yang matang dari sel-sel epitel intestine ke sel telur matang yang telah dibuang intinya dan ditumbuhkan dalam medium. Klon akan berkembang menjadi katak yang semua cirri-cirinya sama dengan inti yang ditranplantasikan.

Pada mamalia, Pada tahun 1996 domba Dolly ada hasil rekayasa genetika dengan cara transpalasi gen. cloning yang dihasilkan tidak hanya dengan menempatkan suatu inti sel somatic yang matang (berasal dari sel kelenjar susu) ke sel telur yang matang yang telah dibuang intinya, sel hasil rekayasa genetika ini harus ditempatkan dalam uterus betina untuk menjamin suksesnya perkembangan sel tersebut menjadi organism baru. Kloning terhadap manusia saat ini tidak diperbolehkan dan melanggar undang-undang (Sumatri dan Asep, 2005).

Gambar Kloning Domba

a. Sebuah Proyek Raksasa

HGP resmi dimulai pada bulan Oktober 1990. Tujuannya adalah untuk menentukan urutan lengkap dari 3 miliar subunit DNA, mengidentifikasi seluruh gen manusia, membuatnya dapat diakses lebih jauh untuk kepentingan penelitian biologi, dan mempelajari berbagai dampak sosial, etis, bahkan dampak politis yang timbul dari pemetaan yang dilakukan. Sebelumnya para peneliti juga telah memetakan kode genetik dari 24 spesies, dari jenis virus sampai bakteri, tanaman dan serangga, dan kini manusia. Hasilnya memperlihatkan bahwa semua organisme disatukan oleh satu kode genetik yang berlaku umum.

Proyek ini adalah sebuah kerja raksasa karena sekitar 3,5 milyar huruf dalam genom manusia harus dibaca. Jika diandaikan sebuah buku, dan kecepatan rata-rata orang membaca sepuluh huruf adalah satu detik. Maka buku itu akan selesai dibaca dalam sepuluh tahun (tanpa henti) dengan perhitungan bahwa kecepatan sepuluh huruf per detik sama dengan 600 huruf per menit, 36.000 huruf per jam, 864.000 huruf per hari dan 315.360.000 basa per tahun.

Awalnya, proyek ini direncanakan selesai dalam 15 tahun. Akan tetapi, perkembangan teknologi yang pesat membuat proyek ini selesai lebih cepat dari yang direncanakan. Draft pertama selesai pada Juni 2000 dan hasil akhir yang berupa peta genom manusia yang sempurna selesai seluruhnya pada tahun 2003.

Selama 13 tahun tersebut proyek ini berjalan di bawah koordinasi Departemen Energi Amerika Serikat dan Institut Kesehatan Nasional. Lebih dari 15 negara terlibat dalam proyek ini yaitu diantaranya Australia, Brazil, Kanada, China, Denmark, Perancis, Jerman, Israel, Italia, Jepang, Korea, Meksiko, Belanda, Rusia, Swedia, dan Inggris. Inilah upaya ilmiah terorganisasi terpenting yang pernah ada.

b. Genom Manusia

Kata genom berasal dari gene (gen) dan chromosome (kromosom). Genom adalah seluruh DNA yang terdapat pada sebuah organisme, di dalamnya mencakup gen. Gen membawa informasi untuk membuat seluruh protein yang diperlukan untuk aktivitas hidup organisme. Protein ini akan menentukan bagaimana penampilan organisme tersebut, seberapa baik fungsinya dalam metabolisme makanan, bagaimana daya tahannya terhadap infeksi, dan bagaimana organisme tersebut berperilaku.

DNA terbentuk dari 4 zat kimia yang sama (disebut basa dan diberi kode A, T, C, dan G). yang berulang-ulang jutaan atau miliaran kali di dalam genom. Genom manusia, sebagai contoh memiliki 3 miliar pasang basa.

Susunan As, Ts, Cs, dan Gs dalam DNA suatu organisme adalah cetak biru organisme tersebut. Susunan itu menentukan seluruh keberagaman kehidupan yang ada di dunia, menentukan apakah suatu organisme itu manusia atau spesies lain seperti jamur, nasi atau buah-buahan. Setiap organisme memiliki susunan genom tersendiri dan inilah fokus proyek genom. Karena seluruh organisme disatukan oleh suatu kode genetik yang berlaku umum, data yang didapat dari genom selain manusia juga memberikan pengetahuan baru tentang genom manusia.

Pada genom manusia, kira-kira 3, 5 miliar pasang basa tersusun di dalam kromosom dan masing-masing individu memiliki susunan yang unik. Konsensus memprediksikan terdapat sekitar 20.000-25.000 gen pada tubuh manusia, tetapi tidak semua peneliti genom setuju. Untuk mendapatkan gambaran ukuran genom yang ada pada setiap sel manusia, maka dapat dianalogikan seperti berikut : Jika urutan DNA dari genom manusia disusun dalam suatu buku, maka jumlah buku yang diperlukan untuk menuliskan semuanya akan sama dengan 200 buah buku telepon kota Manhattan yang setiap bukunya berisi 1000 halaman.

Menyimpan seluruh informasi ini adalah tantangan terbesar untuk pakar komputer yang dikenal dengan spesialis bioinformatik. 1 juta basa (disebut megabasa dan disingkat Mb) dari data urutan DNA secara kasar sama dengan 1 megabytes ruang data penyimpanan komputer. Karena genom manusia terdiri dari 3 miliar pasang basa, 3 gigabytes ruang data penyimpanan komputer diperlukan untuk menyimpan data seluruh genom ini. Itu hanya mencakup data nukleotida saja dan tidak termasuk penjelasan dan informasi lain yang menyertainya.

Gambar Genom manusia.

c. Revolusi Pengobatan

Pemetaan kode genetik manusia akan memberikan keuntungan yang fantastis untuk kehidupan manusia, beberapa sudah dapat diperkirakan namun beberapa lagi akan mengejutkan kita semua. Informasi tentang DNA yang lengkap dan mendetail akan menjadi kunci untuk memahami struktur, organisasi, dan fungsi DNA dalam kromosom. Peta genom dari organisme lain pun telah menyediakan informasi tentang sistem biologis yang kompleks. Pengumpulan informasi dan pengembangan teknologi ini akan membawa revolusi terhadap eksplorasi dunia biologi di masa depan serta dapat diaplikasikan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pertanian, produksi energi, dan perbaikan lingkungan.

Rekayasa genetika dalam kedokteran

Salah satu bidang yang akan turut sangat berkembang pesat adalah dunia kedokteran. Pengetahuan mengenai efek variasi DNA pada individu dapat membawa perubahan pada cara mendiagnosis, mengobati, serta mencegah kelainan yang ditimbulkan oleh kelainan gen. Banyak orang memiliki gen yang tidak sempurna dalam tubuhnya. Namun gen tersebut baru menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan faktor lingkungan dan cara hidup tertentu. Sekitar 2.000-5.000 kelainan gen diduga menimbulkan penyakit. Termasuk penyakit-penyakit yang banyak diderita saat ini seperti diabetes, jantung koroner, hipertensi, trombosis vena, arthritis, dan kanker. Namun karena belum jelas berapa banyak gen yang terlibat, proses penanganannya belum efektif dan efisien.

Identifikasi gen dan hubungannya dengan penyakit atau kelainan tertentu akan mempercepat dan mengefisienkan proses penanganannya. Apabila hal ini telah dapat dipahami sepenuhnya, maka cara pengobatan tidak lagi bersifat trial and error. Sejak 1990-an telah ditemukan 500-an target biologis yang menjadi sasaran obat. Dengan pemetaan genom, 500 target biologis lainnya akan menyusul.

Disamping itu, penemuan gen penyebab penyakit membuka peluang ditemukannya penyembuhan penyakit lewat terapi gen. Metode terapi gen atau transfer gen cukup memberi harapan untuk penanganan penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti kanker dan AIDS. Caranya adalah mengganti atau menyuntikkan tambahan gen untuk merangsang kekebalan. Teknologi ini ternyata juga dikembangkan untuk memproduksi protein manusia dalam jumlah besar bagi kepentingan farmasi, serta merekayasa organ-organ hewan agar menyerupai organ manusia untuk kepentingan transplantasi. Caranya adalah mentransfer gen manusia ke hewan.

Beberapa tahun terakhir, para ilmuwan mengatakan bahwa tantangan terbesar bagi dunia kedokteran abad ini yaitu menguraikan hubungan gen, faktor lingkungan, berbagai jenis penyakit, dan respons tubuh terhadap pengobatan. Dengan kemajuan dalam analisis genom, semua tantangan tersebut akan dapat dijawab dalam waktu dekat

2.6 Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika Telah Menjadi Kenyataan?

Domba Dolly yang lahir pada 5 Juli 1996 diumumkan pada 23 Februari 1997 oleh majalah Nature. Pada 4 Januari 2002 di hadapan para wartawan dinyatakan domba itu menderita radang sendi di kaki belakang kiri di dekat pinggul dan lutut atau menderita arthritis. (Kompas, 5/1/02)Kelahiran domba Dolly berkat kemajuan teknologi rekayasa genetika yang disebut kloning dengan mentransplantasikan gen dari sel ambing susu domba ke ovum (sel telur domba) dari induknya sendiri.

Domba Klonig

Sel telur yang sudah ditransplantasi ditumbuhkembangkan di dalam kandungan domba, sesudah masa kebuntingan tercapai maka sang domba lahir yang diberi nama Dolly. Sehingga domba Dolly lahir tanpa kehadiran sang jantan domba, seolah-olah seperti sepotong batang ubi kayu ditanam di tanah yang kemudian tumbuh disebut mencangkok. Sejak lahir si domba Dolly tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat tetapi sesudah hampir enam tahun mulai muncul penyakit arthritis yang dijelaskan di hadapan wartawan.

Menjadi pertanyaan: Mengapa domba Dolly menderita arthritis saja diumumkan ke seluruh muka Bumi?

Domba Dolly dihasilkan dari hasil transplantasi gen atau gen yang satu dipindahkan ke gen yang lain. Diasosiasikan perpindahan gen. Dapat antarjenis maupun lintas jenis yang kemudian ditumbuhkembangkan. Jenis penyakit yang ditemukan oleh Prusiner SB, 1986 diklasifikasikan sebagai penyakit prion; pada domba disebut penyakit Scrapie pada tahun 1787, dapat menular ke sapi yang disebut penyakit Sapi-gila tahun 1986. Penyakit sapi gila dapat menular ke manusia menjadi penyakit Creutzfeldt-Jakob varian baru (nv CJD) tahun 1996. Sedangkan CJD tradisional dijumpai pada tahun 1922.

Ada satu jenis penyakit lagi pada manusia disebut penyakit kuru juga disebabkan oleh prion, tahun 1957. Penyakit prion juga disebut gangguan dari gen, dapat dicetuskan apabila adanya kanibalisme.

Kekhawatiran penyakit prion atau penyakit gen sesudah 200 tahun kemudian baru menjadi kenyataan, Yaitu sejak tahun 1787 sampai 1986. Demikian pun halnya dengan kekhawatiran penyakit arthritis yang diderita oleh domba Dolly sesudah enam tahun baru muncul. Masa inkubasi penyakit Scrapie pada domba 1,5 sampai dengan empat tahun, penyakit sapi gila empat sampai dengan delapan tahun, dan penyakit kuru pada manusia delapan sampai dengan 20 tahun. Apakah penyakit arthritis yang dijumpai pada domba Dolly sesudah enam tahun juga merupakan suatu penyakit dari gen atau muncul dari penggunaan rekayasa genetika?

Kekhawatiran terhadap penyakit arthritis si domba Dolly disebabkan oleh penggunaan rekayasa genetika didukung pula oleh beberapa hasil hewan percobaan: Percobaan Guff B L (1985), penggunaan gen pertumbuhan manusia kepada embrio, diharapkan akan muncul keadaan yang baik ternyata muncullah yang buta, immunosupresif, arthritis, gangguan pencernaan, dan lain-lain.Demikian pula penelitian Arfad Putzai (1998) menggunakan kentang transgenik yang mentah diberikan kepada tikus percobaan memberikan gejala gangguan pencernaan, imunosupresif, kekerdilan, serta adanya arthritis.

Apakah arthritis pada domba Dolly sesudah enam tahun dari kelahirannya disebabkan oleh penggunaan teknologi rekayasa genetika? masih diragukan kebenarannya. Walaupun percobaan Arfad Putzai ditentang oleh berbagai pakar di seluruh dunia tentang keakuratan penelitian tersebut, tetapi Perdana Menteri Inggris menyatakan agar meninjau kembali tentang peraturan penggunaan produk-produk biotehnologi di Inggris. Kedua percobaan tersebut merupakan kenyataan dampak negatif yang disebabkan oleh penggunaan GMO.

Satu-satunya gangguan kesehatan sebagai dampak negatif atau bentuk nyata penggunaan hasil rekayasa genetika (GMO), pada manusia yang telah dapat dibuktikan ialah reaksi alergis. Tetapi, baik diketahui bahwa gen tersebut menimbulkan reaksi alergis maka seketika itu seluruh gen serta produk dari gen tersebut ditarik dari peredaran, sehingga dikatakan sampai saat ini belum dijumpai lagi adanya dampak negatif gangguan kesehatan yang ditimbulkan dalam penggunaan GMO pada manusia.

Seperti dikemukakan oleh Wallase, 2000, bahwa tidak seorang pun di muka Bumi ini ingin menjadi hewan percobaan terhadap penggunaan produk GMO. Sedangkan untuk hewan dan beberapa hewan percobaan ada pula dijumpai di lapangan seperti adanya penggunaan GMO pada tanaman yang digunakan sebagai bahan pakan pokok larva kupu-kupu raja menimbulkan gangguan pencernaan, menjadi kuntet akhirnya larva kupu-kupu mati.

Temuan di lapangan mengenai kasus kematian larva kupu-kupu yang memakan bahan pakan produk GMO dan hasil penelitian Arfad Putzai memberikan kekhawatiran terhadap pemberian hasil rekayasa genetika kepada hewan maupun manusia dalam keadaan mentah. Bentuk nyata lainnya penggunaan hasil rekayasa genetika yang telah pernah dijumpai ialah adanya gangguan lingkungan berupa tanaman yang mempergunakan bibit rekayasa genetika menghasilkan pestisida. Sesudah dewasa tanaman transgenik yang tahan hama tanaman menjadi mati dan berguguran ke tanah. Bakteri dan jasat renik lainya yang dijumpai pada tanah tanaman tersebut mengalami kematian.

Kenyataan di lapangan bahwa hasil trasngenik akan mematikan jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka panjang dikhawatirkan akan memberikan gangguan terhadap struktur dan tekstur tanah.Di khawatirkan pada areal tanaman transgenetik sesudah bertahun-tahun akan memunculkan gurun pasir. Kenyataan di lapangan adanya sifat GMO yang disebut cross-polination. Gen tanaman transgenetik dapat ber-cross- polination dengan tumbuhan lainnya sehingga mengakibatkan munculnya tumbuhan baru yang dapat resisten terhadap gen yang tahan terhadap hama penyakit. Cross-polination dapat terjadi pada jarak 600 meter sampai satu kilometer dari areal tanaman transgenic. Sehingga bagi areal tanaman transgenik yang sempit dan berbatasan dengan gulma maka dikhawatirkan akan munculnya gulma baru yang juga resisten terhadap hama tanaman tertentu.

Penggunaan bovinesomatotropine hormon yang berasal hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi susu sapi mencapai 40 persen dari produksi biasanya; demikian pula porcine somatotropin yang dapat meningkatkan produksi daging babi 25 persen dari daily gain biasanya. Tetapi, kedua ini akan menghasilkan hasil sampingan berupa insulin growth factor I (IGF I) yang banyak dijumpai di dalam darah maupun di dalam daging, hati, serta di dalam susu. Mengonsumsi IGF I akan memberikan kekhawatiran risiko munculnya penyakit diabetes, penyakit AIDS dan resisten terhadap antibiotika pada manusia sedangkan pada sapi akan memberikan risiko munculnya penyakit sapi-gila serta penyakit radang kelenjar susu (mastitis).

Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap ekonomi bibit yang dihasilkan dengan rekayasa genetika merupakan final stok bahkan disebut dengan suicide seed sehingga membuat kekhawatiran akan adanya monopoli. Kekhawatiran terhadap efesiensi penggunaan GMO, misalnya, di Meksiko penggunaan bovinesomatothropine kepada sapi meningkatkan produksi susu 25 persen tetapi penggunaan pakan meningkat sehingga tidak adanya efisiensi.

Demikian pula kekhawatiran penanaman kapas Bt di Provinsi Sulawesi Selatan dapat meningkatkan produksi tiga kali lipat, tetapi bila subsidi supplier ditarik apakah tetap efisien? Kekhawatiran akan musnahnya komoditas bersaing apabila minyak kanola diproduksi dengan rekayasa genetika dapat meningkatkan produksi minyak goreng beratus kali lipat maka akan punah penanaman tanaman penghasil minyak goreng lainnya seperti kelapa dan kelapa sawit. Demikian pula dengan teknologi rekayasa genetika telah diproduksi gula dengan derajat kemanisan beribu kali dari gula biasanya, maka dikekhawatirkan musnahnya tanaman penghasil gula.

Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO terhadap sosial bersifat religi, bagi umat Islam penggunaan gen yang ditransplantasikan ke produk makanan maka akan menimbulkan kekhawatiran bagi warga Muslim. Penggunaan gen hewan pada bahan makanan hasil rekayasa genetika yang akan dikonsumsi merupakan kekhawatiran bagi mereka yang vegetarian.

Kasus Ajinomoto di Indonesia di awal tahun 2001, penyedap rasa Ajinomoto diduga menggunakan unsur babi di dalam memroses pembuatan salah satu enzimnya. Pembuatan enzim ini dapat menggunakan teknologi rekayasa genetika menggunakan gen. Seluruh produk Ajinomoto yang diduga menggunakan unsur babi di dalam proses pembuatan enzimnya ditarik dari peredaran.

Kloning manusia seutuhnya merupakan kekhawatiran umat manusia yang akan memusnahkan nilai-nilai kemanusiaan. Gen hewan disilangkan dengan gen manusia yang akan memberikan turunan sebagai hewan, yang jelas-jelas menurunkan nilai-nilai kemanusiaan. Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO di Indonesia, Indonesia telah mengimpor berbagai komoditas yang diduga sebagai hasil dari rekayasa genetika maupun yang tercemar dengan GMO, berasal dari negara-negara yang telah menggunakan teknologi rekayasa genetika. Mulai dari tanaman, bahan pangan dan pakan, obat-obatan, hormon, bunga, perkayuan, hasil perkebunan, hasil peternakan dan sebagainya diduga mengandung GMO atau tercemar GMO.

Kebiasaan akan mendorong kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan hasil rekayasa genetika

Gangguan terhadap lingkungan

Pola tanam produk pertanian di Indonesia areal kecil dikelilingi oleh berbagai gulma, dengan adanya sifat cross-polination dari GMO maka dikhawatirkan akan bermunculan gulma baru yang lebih resisten.

Tanpa membakar sisa tanaman GMO akan memusnahkan jasad renik dalam tanah bekas penanaman tanaman GMO akibat sifat dari sisa GMO yang bersifat toksis. Jangka panjang akan merubah struktur dan tekstur tanah.Sifat tanaman GMO yang dapat membunuh larva kupu-kupu, akan memberikan kekhawatiran punahnya kupu-kupu di Sulawesi Selatan. Seperti diketahui Sulawesi Selatan termasyhur dengan kupu-kupunya.

b. Gangguan terhadap kesehatan.

Satu-satunya gangguan kesehatan akibat penggunaan hasil rekayasa genetika ialah reaksi alergis yang sudah dapat dibuktikan. Kebiasaan mengonsumsi daging, di Indonesia memiliki kekhususan tersendiri dalam pola konsumsi daging, tidak ada bagian tubuh sapi yang tidak dikonsumsi. Apabila sapi disuntik dengan bovinesomatotropin, mengakibatkan kadar IGF I meningkat sangat tinggi dalam darah dan hati. Bagi daerah yang menggunakan darah sebagai bahan pangan demikian pula mengonsumsi hati (Indonesia mengimpor hati sejumlah lima juta kg dari negara-negara yang menggunakan GMO) memberikan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan GMO.

Kebiasaan di Indonesia mengonsumsi lalapan, mulai dari kol, kacang panjang, terong, kemangi, dan sebagainya apabila berasal dari tanaman transgenik maka dikhawatirkan memunculkan dampak negatif seperti larva kupu-kupu.Kebiasaan di Indonesia menggunakan tauge mentah, kemungkinan dipergunakan kedele impor yang diduga kedele transgenik, maka dikhawatirkan munculnya dampak negatif seperti percobaan Arfad Putzai.

Kebiasaan pakan ternak, dari gulma, sisa-sisa dari hasil pertanian apabila berasal dari areal penanaman transgenik kemungkinan telah mengandung transgenik akan memberikan kekhawatiran seperti percobaan Arfad Putzai.

Pakan ternak Indonesia didominasi bahan impor, baik bungkil kedele maupun jagung berasal dari negara-negara menggunakan GMO sehingga diduga mengandung bahan GMO. Penyakit ayam kuntet telah dijumpai di Indonesia, dikhawatirkan akibat dari penggunaan jagung dan kedelai transgenic.

c. Gangguan terhadap religi dan etika.

Penggunaan obat insulin yang diproduksi dari transplantasi sel pancreas babi ke sel bakteri, serta xenotransplatation yang menggunakan katup jantung babi ditransplantasikan ke jantung manusia memberikan kekhawatiran terhadap mereka yang beragama Islam.

Indonesia telah mengimpor kedelai dua juta ton dan jagung 1,2 juta ton serta berbagai komoditas lainnya pada tahun 2000 yang diduga mengandung GMO, sehingga sudah dapat dipastikan Indonesia telah mengonsumsi hasil rekayasa genetika. Tetapi, hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif dari penggunaan GMO. Jangankan mendeteksi dampak negatif penggunaan GMO, mendeteksi apakah komoditas yang diimpor mengandung GMO saja belum pernah dilakukan di Indonesia. Justru untuk itulah kami memberanikan diri mengemukakan dugaan kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan dari produk rekayasa genetika di Indonesiadr drh Mangku Sitepoe Mantan Staf Dirjen Peternakan Bagian Pakan Konsentrat

Catatan : Soal kematian Dolly, si kambing lahir sebagai rekayasa genetik menarik. Dari sumber lain didapat juga informasi bahwa usia dolly yang lahir itu, sama dengan usia dari sel sebenarnya. Jadi, meski baru terlahir, dia sesungguhnya sudah tua. Rekayasa genetik juga menarik, bahwa sistem informasi dari dalam satu sel bersifat holografis. Maksudnya memberikan informasi terhadap keseluruhan dari wujud keseluruhannya. Sepotong sel daun, memberikan informasi lengkap tentang pohon itu sendiri.

2.7 Ketika Rekayasa Genetika Menghiasi Peradaban Modern (Eugenika)

Mengakali kondisi tubuh manusia dengan sains? Bukan hal baru memang. Bahkan sejak zaman NAZI pun, rekayasa genetika sudah dilakukan. Bagaimana kelak wajah dunia modern dengan teknologi semacam ini? Bagian pertama dari dua tulisan.

Eugenika adalah metode perbaikan genetik manusia melalui mekanisme seleksi buatan. Salah satu aplikasi dari eugenika adalah sterilisasi terhadap kelompok penderita kelainan genetik. Sterilisasi dilakukan untuk mencegah mereka memiliki keturunan yang terbelakang. Keluarga Berencana (KB) adalah versi eugenika yang telah diperhalus. Aplikasi yang paling ekstrim dari eugenika adalah eksekusi mati kepada penderita keterbelakang mental dan tahanan dari ras yang dianggap tidak bersih. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga populasi tetap bebas dari gen-gen yang tidak baik. Ide ini menjadi penting pada awal abad ke 20, dan memiliki daya tarik yang besar selama perang dunia II. Adolf Hitler dan Partai Nazi yang ia pimpin adalah propagandis eugenika yang utama. Salah satu dari tujuan utama Hitler adalah pemurnian ras Arya (Jerman) dari gen ras-ras lain yang dianggap tidak bersih.

Menurut teori evolusi, yang dikembangkan oleh Charles Darwin di tahun 1859, individu yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya adalah lebih mampu untuk meninggalkan jumlah keturunan yang lebih banyak. Bagaimanapun, individu yang kurang mampu beradaptasi, meninggalkan keturunan yang lebih sedikit. Oleh sebab itu, selama banyak generasi, gen dari individu yang kurang mampu beradaptasi atau yang inferior akan secara gradual dihilangkan dari populasi. Darwin menamakan proses ini sebagai seleksi alamiah. Teori Darwin akan sangat mempengaruhi para pendukung eugenika.

Penggunaan pengobatan dan peningkatan prosedurnya dalam beberapa abad terakhir ini menyebabkan manusia dapat mengendalikan seleksi alam. Contoh klasik adalah operasi Caesar untuk kelahiran bayi. Wanita yang seharusnya meninggal akibat tidak mampu melahirkan secara normal, sekarang dapat memiliki keturunan. Maka dari itu, gen untuk bentuk tubuh yang mencegah kelahiran normal tetap ada di populasi. Seleksi alam untuk trait (sifat) ini tetap ada pada populasi pribumi asli yang tidak memiliki akses pada pengobatan modern, namun ini hanyalah salah satu perkecualian. Dalam beberapa hal, orang yang kurang mampu beradaptasi, dengan fisik yang lemah dan genetik yang membawa penyakit, dan seterusnya, tetap dapat memiliki keturunan dengan pertolongan dari pengobatan modern. Berapa banyak dari kita yang tidak akan ada bersama kita, bila sumber pengobatan tidak ada?

Gen Buruk

Pendukung dari eugenika berargumentasi, bahwa manusia mengakumulasikan gen buruk karena manusia memiliki seleksi alam yang lambat. Alasan mereka yang lain adalah, manusia harus memiliki lisensi untuk berbagai aktivitas, seperti menyetir, berburu, dan memancing, namun tidak untuk melahirkan. Maka itu, menurut mereka lagi, pemerintah harus mengkontrol proses melahirkan juga. Di China dan India, pemerintah mengatur pertumbuhan populasi. Ini adalah kendali kuantitatif, bukan kualitatif. Beberapa orang berargumen, bahwa ini adalah diskriminasi seksual di kedua negara itu, dan laki-laki lebih disukai karena mereka bisa memberikan penghasilan yang lebih besar bagi keluarga mereka.

Pada 20 tahun berikutnya dari sekarang, akan terjadi banyak perubahan pada perilaku manusia, dan seseorang dapat membayangkan bahwa revolusi yang akan mengubah dunia. Membandingkan dunia sekarang dan 50 tahun yang lampau, tidak ada seorangpun yang berpikir bahwa eugenika akan menjadi isu lagi. Beberapa dari kejahatan kemanusiaan yang paling mengerikan dilakukan atas nama pemurnian ras Arya. Sampai 1945, eugenika diajarkan di berbagai universitas top di seluruh dunia, dan kewajiban mensterilisasi populasi yang inferior adalah cukup umum pada beberapa negara. Ada laporan dari seterilisasi terhadap 20.000 orang di Amerika Serikat, 45.000 di Inggris, dan 250.000 di Jerman pada paruh pertama abad ke 20. Eugenika mengubah opini publik untuk melawan intervensi pemerintah pada pilihan reproduksi warga negara, dan hari ini, kewajiban sterilisasi hanya bisa diterima oleh pikiran para pendukung eugenika fanatik. Bagaimanapun, dengan dunia yang mulai mengalami overpopulasi dan sumber daya alam yang semakin menipis, banyak orang yang takut bahwa kontrol populasi menjadi kenyataan lagi.

Teknologi tes genetika telah memungkinkan mendeteksi penyakit keturunan yang diderita oleh janin, jauh sebelum bayi itu dilahirkan. Uji amniosentesis memungkinkan dokter untuk mengetahui kelainan genetik pada janin dengan mengambil sampel cairan amnion pada rahim ibu. Selanjutnya, cairan amnion akan diuji dengan serangkaian tes kedokteran. Tes genetik telah semakin rutin digunakan di negara maju dengan uji amniosentesis. Penggunaan tes tersebut ditakuti akan menyebabkan gelombang baru sterilisasi dan aborsi akan terjadi. Aborsi yang berbasis tes genetika sudah terjadi di negara yang melegalisasinya.

Bagaimanapun, apakah tindakan yang tepat untuk mendiskriminasi penderita kelainan genetik, walaupun ia masih di kandungan? Bukankan hidup ini terlalu berharga? Dengan masa depan yang tidak jelas kedepan, kelihatannya kesempatan untuk melihat bahwa tes genetika dan bentuk baru dari reproduksi manusia akan menjadi bagian dari masyarakat dari sekarang. Pada skenario ini, alternatif terbaik kelihatannya membawa kekuatan dari nilai-nilai keluarga, moral, dan agama. Diperlukan suatu dialog dua arah untuk mendapatkan pemahaman secara utuh mengenai isu eugenika

2.8 Pro dan Kontra Teknologi RekayasaGenetika

Gambar 8: Domba Dolly

Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya, gen pankreas babi ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya gen bakteri yang menghasilkan toksin pembunuh hama ditransplantasikan ke tanaman jagung maka akan diperoleh jagung transgenik yang tahan hama tanaman. Gen dari sel ambing susu domba ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri yang kemudian ditumbuhkembangkan di dalam kandungan induknya sehingga lahirlah domba Dolly yang merupakan hewan kloning (cangkokan) pertama di dunia. Demikian pula gen tomat ditransplantasikan ke ikan transgenik sehingga ikan menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan.

Sampai saat ini rekayasa genetika masih menjadi kontroversi. Terjadi pertentangan pendapat di berbagai kalangan, mulai dari individu, kelompok, politikus, negarawan bahkan kalangan rohaniawan. Masalah utama rekayasa genetika bukan pada teknologinya tetapi pada penerimaan masyarakat terhadap hasil-hasil rekayasa genetika. Seperti masalah kloning manusia yang berhubungan langsung dengan kehidupan di bumi ini. Polling pendapat yang dilakukan oleh majalah Time dan CNN pada bulan Februari 2001, menunjukkan 90% responden menyatakan bahwa kloning manusia merupakan ide yang buruk, bahkan 69% responden menjawab bahwa kloning manusia adalah tindakan melawan Tuhan.

Meskipun para ilmuwan mengungkapkan bahwa kloning yang dilakukan bertujuan untuk penyembuhan penyakit (terapeutik), tetapi tetap masih menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan. Keberhasilan kloning untuk terapeutik ini seperti yang ditunjukkan oleh perusahaan bioteknologi Advanced Cell Tecnology (ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat, yang berhasil mengembangkan sel tunas (sel stem) menjadi sel tertentu untuk menggantikan jaringan tubuh yang terserang penyakit,

Kekhawatiran tentang kloning manusia adalah karena prosesnya yang diangap melawan kodrat, yaitu menghasilkan individu yang sama, sekalipun beda generasi, menghasilkan individu monster, perusak, dan tidak berperasaan, dan menghasilkan individu sesuai pesanan sponsor. Masalah-masalah di atas sedikit banyak dapat diatasi dengan membuat kode etik/bioetika secara universal yang harus dipatuhi oleh semua bangsa, seperti yang telah dikemukakan dalam Universal Declaration on the Human Genome and Human Rights, tahun 1997.

Pandangan Rekayasa Genetika sebagai Sesuatu yang Salah

Beberapa orang berpikir dengan kode genetik manusia, atau paling tidak untuk semua bentuk kehidupan. Beberapa kritik agama menganggap bahwa rekayasa genetika sebagai mempermainkan Tuhan dan objek untuk ini bahwa hidup sakral dan pengubahan oleh maksud manusia. Alasan lain dari prinsip sekuler, secara terang-terangan dan berapi-api Jeremy Rifkin, yang mengklaim bahwa pelanggaran yang melekat martabat manusia dan bentuk kehidupan lain untuk mengubah DNA dibawah beberapa keadaan (Rifkin 1991). Alasan ini, yang memiliki tujuan baik, tidak didukung oleh suara logika atau fakta empiris, akan ditunjukkan disini (Epstein 1999). Asumsi pandangan agama ada beberapa kreator yang akan tersingkir oleh rekayasa genetika, dan asumsi pandangan sekular bahwa hidup pada bagian alam, tidak berubah oleh maksud manusia, adalah tidak terganggu karena derajat yang melekat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Rekayasa Genetika

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 21 tahun 2005 tentang keamanan hayati produk rekayasa genetic dengan rahmat tuhan yang maha esa presiden republik indonesia, dengan menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 8 ayat (2) huruf b dan ayat (3) undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang keamanan hayati produk rekayasa genetic.

KETENTUAN UMUM:

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

Keamanan hayati produk rekayasa genetik adalah keamanan lingkungan, keamanan pangan dan/atau keamanan pakan produk rekayasa genetik.Keamanan lingkungan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya resiko yang merugikan keanekaragaman hayati sebagai akibat pemanfaatan produk rekayasa genetik.Keamanan pangan produk rekayasa genetik adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya dampak yang merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, akibat proses produksi, penyiapan, penyimpanan, peredaran dan pemanfaatan pangan produk rekayasa genetik.Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.Keamanan pakan produk rekayasa genetik adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya dampak yang merugikan dan membahayakan kesehatan hewan dan ikan, akibat proses produksi, penyiapan, penyimpanan, peredaran dan pemanfaatan pakan produk rekayasa genetik.Pakan adalah bahan baku, bahan tambahan, dan bahan imbuhan atau campurannya yang berasal dari sumber hayati, mineral dan air, baik diolah maupun tidak diolah yang digunakan sebagai pakan hewan dan/atau pakan ikan.Produk rekayasa genetik atau organisme hasil modifikasi yang selanjutnya disingkat PRG adalah organisme hidup, bagianbagiannya dan/atau hasil olahannya yang mempunyai susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi moderen.Bioteknologi moderen adalah aplikasi dari teknik perekayasaan genetik yang meliputi teknik Asam Nukleat in-vitro dan fusi sel dari dua jenis atau lebih organisme di luar kekerabatan taksonomis.Hewan PRG adalah hewan yang dihasilkan dari penerapan teknik rekayasa genetik yang sebagian besar atau seluruh hidupnya berada di darat.Bahan asal hewan PRG adalah seluruh bahan yang dihasilkan dari hewan PRG dan dapat diolah lebih lanjut bagi keperluan manusia dan keperluan lain.Hasil olahan bahan asal hewan PRG adalah produk, yang berasal dari bahan asal hewan PRG, yang diproses dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.Ikan PRG adalah sumber daya ikan dan spesies biota perairan lainnya yang sebagian besar atau seluruh daur hidupnya berada di air yang dihasilkan dari penerapan teknik rekayasa genetik.Bahan asal ikan PRG adalah seluruh bahan yang dihasilkan dari ikan PRG dan dapat diolah lebih lanjut bagi keperluan manusia dan keperluan lain.Hasil olahan bahan asal ikan PRG adalah produk, yang berasal dari bahan asal ikan PRG, yang diproses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.Tanaman PRG adalah tanaman yang dihasilkan dari penerapan teknik rekayasa genetik.Bahan asal tanaman PRG adalah bahan yang dihasilkan dari tanaman PRG dan dapat diolah lebih lanjut bagi keperluan manusia dan keperluan lain.Hasil olahan bahan asal tanaman PRG adalah produk, yang berasal dari bahan asal tanaman PRG, yang diproses dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.Jasad renik PRG adalah jasad renik yang dihasilkan dari penerapan teknik rekayasa genetik.Bahan asal jasad renik PRG adalah tubuh/sel dari jasad renik PRG itu sendiri dan/atau produk metabolismenya.Hasil olahan bahan asal jasad renik PRG adalah produk, yang berasal dari bahan asal tubuh/sel jasad renik PRG atau produk metabolismenya, yang diproses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.Pengkajian risiko (Risk Assessment) PRG adalah pengkajian kemungkinan terjadinya pengaruh merugikan pada lingkungan hidup, kesehatan manusia dan kesehatan hewan yang ditimbulkan dari pengembangan dan pemanfaatan PRG berdasarkan penggunaan metode ilmiah dan statistik tertentu yang sahih.Pengkajian adalah keseluruhan proses pemeriksaan dokumen dan pengujian PRG serta faktor sosial-ekonomi terkait.Pengujian adalah evaluasi dan kajian teknis PRG meliputi teknik perekayasaan, efikasi dan persyaratan keamanan hayati di laboratorium, fasilitas uji terbatas dan/atau lapangan uji terbatas.Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang selanjutnya disingkat KKH, adalah komisi yang mempunyai tugas memberi rekomendasi kepada Menteri, Menteri berwenang dan Kepala LPND berwenang dalam menyusun dan menetapkan kebijakan serta menerbitkan sertifikat keamanan hayati PRG.Balai Kliring Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang selanjutnya disingkat BKKH, adalah perangkat KKH yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antara KKH dengan pemangku kepentingan, dan pasal seterusnya.

C. Rekayasa genetika menurut Agama

1. Rekayasa Genetika menurut Agama Islam

Islam, menganjurkan kita untuk selalu menggunakan akal dalam memahami agama. Islam adalah agama yang menghormati akal, Islam menghimbau kepada seluruh manusia untuk mengetahui dengan benar akan keesaan Allah, dan semua itu hanya bisa dibangkitkan dengan menggunakan potensi akal sebaik mungkin. Karena pemahaman yang benar hanya tercipta jika manusia menggunakan akal tersebut untuk berfikir dengan cara yang benar.

Dengan akal tersebut manusia dapat meneliti dan memahami bagaimana hakikat dari alam yang telah diciptakan oleh Allah Swt.

( ) : 164

Dalam hadits yang masyhur pun dinyatakan bahwa Rasulullah Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu bahkan sampai ke negeri Cina sekalipun.

Dan Allah juga menganjurkan kita untuk terus membaca dan mempelajari apa yang di temukan oleh manusia.

(1) (2) (3) (4) (5) -

Dari semua itu, selain belajar dan memahami suatu ilmu, islam pun sangat menekankan pada implikasi dari ilmu tersebut, karena ilmu tersebut ada untuk memudahkan dan meningkatkan kulaitas hidup manusia itu sendiri.

Demikian disyariatkan adanya kesanggupan dalam menjalankan perintah. Sedangkan dalam meninggalkan larangan itu adalah lebih kuat dari pada tuntutan menjalankan perintah.9 Dalam hal penciptaan manusia adalah melalui beberapa tahapan. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah al-Hajj yang berbunyi:

Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,kemudian dari segumpal darah,kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,agar kami jelaskan kepda kamu dan kami tetapkan dalam rahim,apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan..

Dari kutipan ayat diatas, tampak kiranya bahwa paradigma al- Quran mengenai penciptaan manusia dan terlihat pencegahan terhadap tindakan-tindakan manusia yang mengarah terhadap kloning. Mulai dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan dari Tuhan.Segala bentuk peniruan atas tindakanNya dianggap sebagai perbuatan melampaui batas. Oleh karenanya untuk menyikapi berbagai macam masalah mengenai kloning manusia, bisa memakai pertimbangan, sebagai

berikut:

Pertimbangan Teologi

Dalam hal ini al-Quran megisyaratkan adanya intervensi manusia didalam proses produksi manusia.Sebagaimana termaktub dalam firmanNya Q.S.al-Mukminun ayat 13-14 yang berbunyi:

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)dalam tempat yang kokoh (rahim) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang,lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Ayat ini mengisyaratkan unsur manusia ada tiga yaitu; unsure jasad (jasadiyah), unsur nyawa (nafs), dan Unsur ruh (ruh). Adapun dalam pertimbangan ini manusia mengetahui proses terjadinya manusia,oleh karenanya untuk mengetahui keafsahan kloning dalam Islam harus dikaitkan dengan dua pertimbangan selanjutnya, yaitu pertimbangan moral.

Secara ontologi, keberadaan ilmu dan agama saling bergantung sama lain. Secara epistemologis, hubungan ilmu dan agama saling melengkapi satu sama lain. Sementara secara aksiologis seluruh nilai kebenaran, kebaikan, keindahan dan keilahian saling mengkualifikasi satu dengan yang lain. Maka, peran agama dalam teknologi rekayasa genetika ini menjadi "pengendali" ataupun penuntun ilmu yang berbasis akal agar tidak menyalahi aturan-aturan sebagai manusia itu sendiri. Untuk mewujudkan semua itu, agama harus ikut berkembang seiring berkembangnya teknologi dan ilmu apapun.

Dalam buku ushul fiqh Syatibi juga dinyatakan bahwa yang bersifat dharuri (penting) ada lima, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itu, untuk menuntun teknologi rekayasa genetika tersebut harus bisa memenuhi tuntutan kepentingan kepentingan yang ada, dan selama teknologi tersebut memenuhi syarat kepentingan dalam islam, maka teknologi tersebut dibenarkan.

2. Rekayasa genetika menurut Agama Kristen

Di antara sekian banyak produk bioteknologi itu, kloning paling hangat diperdebatkan para teolog dan etikawan Kristen, terutama di negara-negara maju di kawasan Eropa Barat dan Amerika Serikat. "Bila di bidang doktrin masalah Kristologi tentang siapa sesungguhnya Yesus menjadi topik yang paling hangat diperdebatkan para teolog, maka masalah kloning dan rekayasa genetika adalah isu yang paling hangat dalam bidang etika," demikian Rolf Hille. Menurutnya, kemungkinan kloning pada manusia bukan hanya berdampak etis moral dan legal, tapi lebih jauh, secara teologis yakni hal yang sangat substansial yaitu bagaimana manusia melihat hubungan antara dirinya sebagai makhluk dengan Allah sebagai Pencipta.

Hille menegaskan bahwa Alkitab jelas mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai citra Allah secara khusus, lain dari proses penciptaan benda dan makhluk lain. Manusia adalah ciptaan yang merupakan ide asli dari Allah. Bertolak dari kebenaran ini, kloning pada manusia bertentangan dengan Alkitab dan merupakan bentuk pelanggaran manusia terhadap lingkup kedaulatan Allah sebagai Pencipta hidup. Bila itu diterapkan sebatas hewan dan tumbuhan demi kepentingan riset dan kemaslahatan manusia, kloning dan pelbagai bentuk produk rekayasa genetika masih bisa diterima, tandas Hille, guru besar teologia sistematika ini. "Bukankah Tuhan memberi amanat dan mandat kepada manusia untuk menguasai dan mengelola alam ciptaan termasuk hewan dan tumbuhan?" Menurutnya, kloning pada manusia tidak dibenarkan Alkitab sekalipun demi alasan riset ilmiah dan kepentingan medis.

Hille mengakui bahwa sebagaimana isu-isu bidang etika yang lain, diperlukan kejelian dan kehati-hatian dalam menanggapi masalah kloning, apalagi tidak semua isu itu dapat ditemukan jawabnya secara eksplisit dalam Alkitab. Namun, Alkitab dengan jelas mengajarkan kebenaran tentang hukum dan kedaulatan Allah atas hidup manusia. Selain melanggar kewenangan Allah sebagai pencipta, kloning pada manusia merupakan pelanggaran serius terhadap harkat dan martabat manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk termulia dan unik. "Tuhan telah menetapkan manusia untuk berkembang biak secara alami melalui proses perkawinan. Lagi pula manusia diciptakan secara tunggal dan satu-satunya, bukan duplikasi," tandas Hille yang juga menjabat Ketua Komisi Teologi World Evangelical Fellowship itu. "Ketunggalan berarti hubungan antara Allah dengan pribadi adalah tunggal adanya. Allah punya hubungan historis tersendiri dengan setiap orang dan ini tidak boleh diduplikasi secara proses teknis." Hille menegaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia agar dapat berkomunikasi dengan-Nya.

3.Menurut Agama Budha

Dari sudut pandang buddha, maka mereka percaya bahwa tidak ada kekuatan yang bisa melawan hukum-hukum Dhamma atau hukum alam yang mengatur semesta ini. Karena dalam proses pelaksananya memungkinkan terjadinya suatu pembunuhan terhadap embrio (makhluk b