Upload
dwi-tika-afriani
View
344
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM”
(GMO) DALAM POLEMIK
BAB I
PENDAHULUAN
Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati
dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati
tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu
organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu
tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan
(hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul
didalamnya.
Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu
pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh
ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu
pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi,
biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu
pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan
kebutuhan masyarakat. Dengan perkembangan ilmu genetika muncullah beberapa
terapan ilmu seperti bioteknologi dan rekayasa genetika.
Rekayasa genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan
Genetically Modified Organism (GMO) dapat diartikan sebagai manipulasi gen
untuk mendapatkan galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen ke tubuh
organisme tertentu. Rekayasa genetika juga merupakan pencangkokan gen atau
DNA rekombinan. Penelitian rekayasa genetika telah dimulai awal tahun 1950-an,
oleh Dr. Paul Berg dari Stanford University of California (USA), namun hasil
yang memuaskan baru diperoleh setelah 20 tahun kemudian. Pada tahun 1973
Stanley Cohen dan Herbert Boyer menciptakan bakteri melalui rekayasa genetika
untuk pertama kalinya. Kemudian tahun 1981, pertama kali di kembangkan tikus
dan lalat buah produk rekayasa genetika, menyusul pada tahun 1985 Plant Genetic
Systems (Ghent, Belgium), sebuah perusahaan yang didirikan oleh Marc Van
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 1
Montagu dan Jeff Schell, merupakan perusahaan pertama yang mengembangkan
tanaman tembakau toleran terhadap hama dengan mengambil protein insektisida
dari bakteri Bacillus thuringiensis.
Belakangan ini perkembangan dan pemanfaatan bioteknologi rekayasa
genetika atau transgenik atau modifikasi genetika semakin luas hingga tidak bisa
dibendung, dimana penggunaannya tidak lagi hanya pada pemenuhan kebutuhan
manusia yang sangat memaksa, juga mulai ditemukan banyak kejadian yang
menunjukkan dampak negatif dari pemanfaatan modifikasi genetika itu sendiri,
penyebarluasan penggunaan modifikasi genetika menuai kontroversi. Dimana
para ahli mulai melihat kejadian-kejadian yang merupakan dampak negatif dari
modifikasi genetika. Dalam Suara Karya Online edisi 9 Maret 2010 Dr. Rosari
Saleh dari Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa,
“Pada awalnya, teknologi rekayasa genetika ditujukan untuk memperoleh
organisme yang identik demi kepentingan riset dan produksi, seperti tanaman
pangan dan hewan riset. Modifikasi gen dilakukan dengan memanipulasi kode
genetik tumbuhan dan hewan serta merekayasa sifat-sifat tertentu dari kedua
makhluk hidup tersebut agar diperoleh organisme yang lebih baik.Kemajuan
dalam mengetahui kemampuan kognitif dan kesehatan manusia secara genetika
membantu pendidikan dan program penyembuhan, tetapi dapat disalahgunakan
untuk mendiskriminasi manusia dengan keterbatasan tertentu dan memperuncing
permasalahan sosial. Modifikasi terhadap organisme juga dapat mengarah pada
pembuatan senjata biologi."Diantara faktor-faktor yang menjadi sorotan adalah
faktor kesehatan masyarakat, dampak perubahan ekologis, sosial-ekonomi,etika
dan budaya, maupun religi. Dampak kesehatan dan perubahan ekologis mulai
menunjukkan bukti-bukti dari kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat.
Dampak sosial-ekonomi,etika dan budaya maupun religi belum menunjukkan
bukti nyata sehingga amat sedikit mendapat perhatian. Beberapa ahli sangat
menyayangkan sedikitnya perhatian ilmuwan dan pemerintah terhadap
pertimbangan-pertimbangan terkait dengan penggunaan dan pelepasan organisme
hasil modifikasi genetika, sebagaimana yang dikatakan oleh Elenita C. Dano
dalam bukunya yang berjudul Potential Socio-Economis, Cultural and Ethical
Impacts of GMOs: Prospects for Socio-Economic Impact Assesment,2007,
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 2
“Pertimbangan social-ekonomi dan budaya terkait dengan penggunaan dan
pelepasan organisme hasil modifikasi genetika cenderung mendapat sedikit
perhatian dibandingkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri”.
Teknologi tidak dapat dipisahkan dari konteks masyarakat di mana teknologi
tersebut dimanfaatkan. Tidak ada teknologi dalam sejarah dunia, dari penemuan
api sampai domestikasi tumbuhan dan hewan, bioteknologi tradisional, Revolusi
Industri dan Revolusi Hijau, terjadi di dalam ruang kosong. Oleh karena itu, ruang
yang berbeda-beda di dalam masyarakat, baik itu ruang kesehatan, lingkungan,
ekonomi, politik, sosial, budaya ataupun etika dan religi, semuanya dipengaruhi
oleh penggunaan dan diadopsinya sebuah teknologi, dengan sifat dan kecepatan
yang berbeda-beda. Dalam sejarah manusia, inovasi teknologi dan ilmu
pengetahuan sangat berdampak pada ruang-ruang tersebut, tidak terkecuali relasi-
relasi sosial-ekonomi dan kehidupan politik. Beberapa dampak tidak kasat mata
dan dampak lainnya sangat jelas. Secara tidak kasat mata, penerapan pertanian
mekanisasi selama periode Revolusi Hijau telah meningkatkan ketidakadilan di
antara masyarakat pertanian skala kecil dan skala besar (Conway, 2003) dan
menurunkan ketersediaan lapangan kerja bagi perempuan di pertanian (Paris,
1998). Sebagai hasil penamanan padi yang intensif di bawah program Revolusi
Hijau, rakyat pedesaan direstrukturisasi oleh lahirnya kelas ekonomi baru para
pedagang yang mengkhususkan diri dalam perdagangan beras, dan buruh-buruh
tani baru yang bekerja musiman di pertanian padi.
Banyak reaksi yang ditimbulkan masyarakat terhadap pemunculan
rekayasa genetika ini, baik pro, kontra maupun tidak peduli. Untuk masyarakat
awam, mereka tidak peduli apakah hasil dari rekayasa genetika seperti makanan
yang dimakanannya produk transgenik apa tidak, asal menguntungkan, murah,
dan isinya kurang lebih sama dengan produk yang bukan transgenik. Contohnya
adalah kedelai. Negara kita mengimpor kedelai transgenik dari Amerika yang
harganya cukup ekonomis di pasar, sehingga dijadikan bahan baku tempe dan
tahu yang dikonsumsi sehari-hari. Dan juga dari buah-buahan impor di
supermarket, boleh jadi ada diantaranya yang merupakan produk transgenik
namun tidak diberi informasi mengenainya.
Untuk pemaparan lebih lanjut akan dibahas pada bab selanjutnya.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 3
BAB II
REKAYASA GENETIKA
2.1. Pengertian Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen
ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga
mampu menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai
perpindahan gen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) rekayasa
genetika dapat diartikan sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan
dengan prinsip keturunan dan variasi pada binatang dan tumbuhan jenis yang
sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika tidak hanya berlaku pada
hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada manusia dan
lintas jenis. Dalam rekayasa genetika dapat diperoleh suatu sifat yang
menguntungkan dari sutu organisme yang dapat diatransfer pada organisme lain.
Sebagaimana telah diketahui bahwa gen merupakan pembawa sifat pada
organisme, maka pemindahan suatu sifat dapat dilakukan dengan merekayasa gen-
gen tertentu pada mahkluk hidup tertentu. Teknologi Rekayasa Genetika
merupakan inti dari bioteknologi yang didefinisikan sebagai teknik in-vitro asam
nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau
organel, atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus rintangan
reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam
pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel
pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli
yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 4
2.2. Tujuan Rekayasa Genetika
Pada awalnya rekayasa genetika hanya dilakukan pada tanaman dan hewan
yang tujuannya umumnya adalah untuk kesejahteraan manusia. Rekayasa genetika
pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan produksi,
peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen,
peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu
(serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan
fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap
pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan
pigmentasi.
Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat
nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan
pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk
menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.
2.3. Manfaat Rekayasa Genetika
Banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan dan pemanfaatan
rekayasa genetika, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Tersedianya bahan makanan yang melimpah.Dengan pemanfaatan rekayasa
genetika di bidang pertanian, akan meningkatkan jumlah panen di tanah yang
luasnya terbatas, tanah miskin, atau kawasan yang rawan banjir . Varietas baru
MG menjanjikan keuntungan besar. Tanaman pangan bisa direkayasa sehingga
mampu tumbuh di tanah yang kandungan alumuniumnya tinggi atau mampu
bertahan hidup lama di dalam air, tanah tandus dan miskin hara , serta wilayah
rawan banjir .
b) Meningkatkan Nutrisi Seperti kacang kedelai hasil rekayasa genetika pertanian,
lebih banyak mengandung protein. Sama seperti beras yang direkayasa sehingga
mengandung zat besi, yang berguna untuk mengatasi anemia.
c) Meningkatnya derajat kesehatan manusia. Apabila nutrisi terpenuhi dengan baik
otomatis akan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dan dengan diproduksinya
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 5
berbagai hormon manusia seperti insulin dan hormon pertumbuhan lainnya sangat
membantu perbaikan kesehatan masyarakat.
d) Tersedianya sumber energy yang terbaharui.
e) Proses industri yang lebih murah, efisien dan efektif.Modifikasi genetika dapat
mengurangi biaya produksi ( seperti tenaga kerja) namun tetap menghasilkan
produk yang melimpah dan tidak banyak menghabiskan waktu.
f) Berkurangnya polusi.Rekayasa genetika dapat dimanfaatkan guna pelestarian dan
rehabilitasi hutan yang gundul.
g) Bahan kimia lebih resisten terhadap serangga hama tertentu akan mengurangi
ketergantungan terhadap pestisida. Dengan tanaman yang menghasilkan zat
herbisida (pembunuh rumput), maka petani hanya perlu menyemprot setahun
sekali dan dan tidak tiga kali.
Penerapan Rekayasa Genetika pada berbagai bidang, antara lain:
a) Bidang pertanian dan bahan pangan
- Ditemukannya tomat Flavr Savr yang tahan
- Ditemukannya sapi dengan produksi susu meningkat 20%
- Ditemukannya kopi super
- Ditemukannya tanaman ber-pestisida
- Ditemukannya vaksin penyakit mulut dan kuku
- Jagung dengan protein tinggi
b) Bidang kesehatan dan farmasi
- Diproduksinya insulin dengan cepat dan murah
- Adanya terapi genetic
- Diproduksinya interferon
- Diproduksinya beberapa hormon pertumbuhan
c) Bidang Industri
- Terciptanya bakteri yang mampu membersihkan lingkungan tercemar
- Bakteri yang dapat mengubah bahan tercemar menjadi bahan tidak berbahaya
- Bateri pembuat aspartanik
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 6
2.4. Faktor-faktor yang Mendorong Berkembangnya Rekayasa Genetika
Pada akhir tahun 1970-an, genetika memasuki suatu era baru yang
didominasi oleh penggunaan teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika
untuk menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan baru yang tidak ditemukan di alam.
Faktor-faktor yang mendorong berkembangnya Rekayasa Genetika antara lain:
1. Ditemukannya enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi endonuklease
2. Ditemukannya pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan operon
laktosa pada prokariota
3. Ditemukannya perekat biologi yaitu enzim ligase
4. Ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam sel mikroorganisme
Sejalan dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang
biostatistika, bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting
dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini.
2.5. Mekanisme Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika dengan teknik transformasi dan pencangkokan DNA
gen-gen mikroba, diperlukan unsur-unsur seperti plasmid, enzim dan
transformasi.
Plasmid Merupakan lingkaran DNA kecil yang dapat bereplikasi
sendiri,terdapat pada kromosom bakteri dan eukariota seluler. Plasmid berfungsi
untuk memelihara sejumlah ciri-ciri yang stabil. Plasmid dalam rekayasa genetika
berperan sebagai vector (pemindah). Enzim berfungsi sebagai gunting biologi
yang dapat mengenal dan kemudian memotong bagian-bagian tertentu dari sebuah
molekul DNA sehingga dapat membongkar sel-sel bakteri, virus, hewan dan
tanaman untuk diambil DNA yang diingkan. Transformasi untuk mengambil,
memasukkan, memotong dan menempel DNA ke dalam tubuh organism lain
harus dengan plasmid yang berperan sebagai vektor.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 7
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rekaya dapat mengenal sa
genetika genetika secara sederhan urutannya sebsi sebagai berikut :
1. Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan.
2. Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta.
3. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
4. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri.
5. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan
6. Pemanenan produk.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 8
BAB III
REKAYASA GENETIKA DAN GENETIK MODIFIED ORGANISMS
(GMO) DALAM POLEMIK
Suatu teknologi dapat memberi manfaat yang besar bagi kesejahteraan
manusia, akan tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu juga dengan rekayasa
genetika. Dan perbandingan antara manfaat dan dampak yang diperoleh dari
penggunaan teknologi rekayasa genetika ini menyebabkan kontroversi, sehingga
rekayasa genetika dapat dikatakan dalam polemik. Modifikasi genetik banyak
dimanfaatkan dalam produksi makanan dan tanaman, dan diakui memberi manfaat
yang tidak kecil meski juga disadari memberi dampak yang tidak bisa dianggap
sepele. Oleh karenanya tak salah jika Jepang dan Eropa memperlihatkan sikap
sangat menentang pangan hasil olahan dari tanaman modifikasi genetika ini. Dan
di Indonesia sudah ditanam dan diimpor dalam jumlah besar, terutama kacang
kedelai. AS mengekspor 50% kacang kedelai-nya ke Indonesia. Catatan lain;
Greenpeace, beberapa waktu lalu berhasil menghalau satu kapal penuh kacang
kedelai dari Amerika untuk dikembalikan. Kacang ini adalah panen dari tanaman
modifikasi genetika. Greenpeace tetap menolak, meskipun kacang impor itu
ditujukan untuk pa ngan sapi atau ayam potong. Greenpeace beralasan, efek
samping pangan modifikasi genetika itu akan tetap masuk jika manusia memakan
dagingdari hewan yang mengkonsumsi kacang kedelai hasil modifikasi genetika
itu. Di India, ribuan ternak mati setelah diberi makan tanaman kapas modifikasi
genetik, ribuan pekerja peternakan yang mengalami ruam di seluruh badannya
setelah memetik kapasnya,dan masih banyak peristiwa lain yang menunjukkan
bahwa rekayasa genetika membawa dampak yang tidak kecil.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 9
2.1. Dampak Rekayasa Genetik
Adapun beberapa dampak dari rekayasa genetik, antara lain :
2.1.1. Dampak Kesehatan
Beberapa yang merupakan dampak negatif dari penggunaan rekayasa
genetika bagi kesehatan, adalah
a. Bahan Alergi Baru Manipulasi Genetika sering menggunakan protein dari
organisme yang tidak pernah menjadi bahan makanan. Dan sebagian besar
bahan alergi makanan berasal dari protein. Menurut Sitepoe (dalam
S.T.Jahrin), sampai saat ini dampak negatif penggunaan OHMG pada
manusia, telah ditemukan dalam bentuk alergi. Dalam uji coba dengan
menggunakan skin patch test terhadap kacang kedelai transgenik dari
Brazil, hasilnya menunjukkan adanya reaksi alergi.Semua tanaman yang
dimodifikasi secara genetik mengandung DNA bakteri. DNA ini berisi
suatu elemen genetik (yang disebut motif ‘CpG’) yang menstimulasi
sistem kekebalan untuk memulai rangkaian reaksi yang menyebabkan
peradangan. Pemberitahuan mengenai elemen genetik ini mungkin
menyebabkan peradangan, arthritis dan lymphoma (penyakit darah yang
menular).
b. Resistensi terhadap antibiotik Gen resistensi-antibiotik sering digunakan
sebagai "penanda" untuk menyeleksi sel-sel transgenetik dan ada
kemungkinan merasuki manusia atau organisme lain. Hal ini akan
menyebabkan persoalan baru bagi kesehatanMasalah kesehatan berkaitan
dengan kemungkinan makin beratnya masalah bakteri yang
berkemampuan besar mengalahkan antibiotik. Masalah makin pelik jika
bakteri itu resisten terhadap multi-antibiotik. Dalam rekayasa-biologis ,
gen penanda yang resisten terhadap antibiotik secara reguler "dimasukkan"
bersama gen asing untuk digunakan sebagai alat penyaring. Jika bibit baru
tetap hidup, meskipun dikenai antibiotik maka berarti tanaman itu sudah
berhasil di modifikasi gen-nya. British Medical Association, Mei 1999,
memperingatkan jika bakteri di perut berhasil menarik gen yang resisten
terhadap antibiotik, maka bakteri itu juga akan resisten terhadap antibiotik.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 10
Bagi kita, ini sama saja dengan penyakit yang tidak bisa diobati oleh
antibiotik yang akan membuat banyak sekali orang susah
c. Susu sapi yang disuntik dengan hormone BGH disinyalir mengandung
bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.
Kontroversi Produk Transgenik memiliki dampak terhadap kesehatan
manusia, seperti alergi, transfer penanda antibiotik, dan efek potensial yang tidak
diketahui.
2.1.2. Dampak Ekologis
Dampak ekologis rekayasa genetik atau modifikasi genetik (MG) akan
mengganggu tekstur dan struktur tanah, para peneliti Amerika telah menemukan
bukti kuat kemungkinan kerusakan ekologis ini melalui Kupu-Kupu Monarch.
Larva kupu-kupu mati ketika makan daun, yang disemprotkan bubuk jagung MG
(diberi gen Bt). Hal ini memperlihatkan serangga , yang bukan sasaran, bisa mati
oleh racun bacteria yang dibuat oleh tanaman Modifikasi Genetika. Selain itu,
akar Jagung MG (diberi gen Bt) telah meracuni tanah dan tetap beracun selama
tujuh bulan setelah tanaman dipanen. Racun ini berasal dari sisa tanaman
transgenik yang masih mengandung toksin yang dapat mencegah serangan hama
dalam tanah bagi tanaman tetapi juga sekaligus mematikan mikroorganisme dan
organism di dalam tanah sehingga terjadi degradasi bakteri (mikroorganisme)
maupun organisme di dalam tanah, yang akan mengubah struktur dan tekstur
tanah dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, endotoksin yang dihasilkan dapat
membunuh beberapa jenis insekta (serangga) tertentu, sehingga dapat
mengganggu ekosistem jenis insekta di atas tanah. Kekuatirannya , racun itu akan
membunuhi serangga- serangga yang dibutuhkan untuk menyehatkan tanah.Selain
itu, endotoksin yang dihasilkan dapat membunuh beberapa jenis insekta
(serangga) tertentu, sehingga dapat mengganggu ekosistem jenis insekta di atas
tanah. Kekuatirannya , racun itu akan membunuhi serangga- serangga yang
dibutuhkan untuk menyehatkan tanah. Gen Bt dikenal luas dikalangan pabrikan
bibit tanaman MG. Gen ini dimasukkan kedalam tanaman kapas, beras, dan
kacang kedelai. Tehnik ini dilakukan oleh seluruh perusahaan bioteknologi dan
organisasi riset. Para pemerhati lingkungan juga kuatir pemakaian jangka panjang
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 11
dan luas gen Bt dalam tanaman MG akan menyebabkan hama dan gulma dengan
cepat jadi imun, sehingga memusnahkan harapan penggunaan pestisida alamiah.
Sebuah penelitian menyebutkan pemakaian pestisida kimia malah akan meningkat
karena racun Bt tidak mempan terhadap serangga penghisap batang seperti
aphids.Hal ini akan mengganggu tanaman juga mempengaruhi ekosistem tumbuh-
tumbuhan. Dan lama-kelamaan akan resistens terhadap pestisida. Akibatnya,
racun-racun biasa jadi tidak efektif lagi Dengan berbagai ragam kehadiran MG
dikhawatirkan juga akan mengakibatkan adanya polusi gen di muka bumi. Lalu
muncul biodiversity atau keanekaragaman hayati yang akan mendominasi bumi,
sehingga plasma nuftah baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan akan mengalami
degradasi, seperti yang dialami oleh bakteri. Maka punahlah plasma nuftah yang
kita miliki. Selain itu, munculnya virus baru , rumput baru dan resistensi terhadap
hama juga merupakan akibat dari rekayasa genetika. Virus baru; gen viral di
tanaman yang direkayasa agar tanaman kebal terhadap virus mungkin saja
terkombinasi lagi dengan microba lain untuk menghasilkan virus hibrida yang
lebih berbahaya. Rumput Baru ; dalam lingkungan lebih luas, perkawinan antar
tanaman kemungkinan menghasilkan "rumput super". Tanaman hasil rekayasa
kemungkinan akan terbawa ke luar lahan pertanian dan meluas, sehingga merusak
seluruh ekosistem.
Bentuk nyata lain penggunaan hasil rekayasa genetika yang pernah
dijumpai adalah adanya gangguan lingkungan berupa tanaman yang
mempergunakan bibit rekayasa genetika menghasilkan pestisida. Setelah dewasa,
tanaman transgenik yang tahan hama, tanaman menjadi mati dan berguguran ke
tanah. Bakteri dan jasad renik lainnya yang dijumpai pada tanah tanaman tersebut
mengalami kematian. Kenyataan di lapangan, bahwa hasil transgenik akan
mematikan jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka panjang di
khawatirkan akan memberikan gangguan terhadap struktur dan tekstur tanah.
Selain hal tersebut juga dikhawatirkan pada areal tanaman transgenetik sesudah
bertahun-tahun akan memunculkan gurun pasir (Satiawihardja, 1997).
Kekhawatiran terhadap efisiensi penggunaan hewan transgenik juga terjadi di
Meksiko, Animal Welfare Committee (2006) menyatakan bahwa penggunaan
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 12
bovinesomatothropine kepada sapi meningkatkan produksi susu 25 persen, tetapi
penggunaan pakan meningkat sehingga tidak ada efisiensi.
2.1.3. Dampak Sosial-Ekonomi
Produsen produk hasil rekayasa genetik umumnya tidak transparan,
bahkan merahasiakan kegagalan-kegagalan dan dampak negatif yang mungkin
timbul. Negara-negara yang memproduksi dan memasarkan hasil rekayasa genetik
juga selalu menekan negara berkembang dan miskin untuk membeli dan memakai
produk tersebut dengan berbagai cara.
Dampak transgenetika terhadap sosial-ekonomi juga seharusnya menjadi
pertimbangan penggunaan dan penyebarluasan organisme hasil modifikasi
genetika. Dampak sosial-ekonomi ini juga mendapat pengakuan dari masyarakat
internasional, bahkan Protokol Cartagena tentang Biosafety mencantumkan
pertimbangan social ekonomi sebagai komponen penting dalam proses
pengambilan keputusan biosafety.
Menurut Elenita C. Dano pentingnya memberikan porsi perhatian yang
besar tehadap potensi dampak sosial-ekonomi transgenik ini didasari oleh nilai-
nilai pentingnya seperti:
a) Tanggung jawab sosial
Memperhatikan potensi dampak sosial-ekonomi dari inovasi teknologi
yang terjadi jauh diluar laboratorium dan rumah kaca yang terkendali
adalah sebagai bentuk tanggung jawab moral dan etika. Ini menunjukkan
bahwa peran para ilmuwan dan pengembang teknologi tidak selesai ketika
teknologi tersebut keluar dari laboratorium, bahkan menjadi semakin
penting ketika teknologi tersebut diterapkan di masyarakat.
b) Tanggung Jawab Antar Generasi
Tujuan sebuah teknologi harus menyumbang kepada pembangunan
berkelanjutan, guna kepentingan dan kebutuhan generasi masa sekarang
dan masa depan karena dampak sosial-ekonomi teknologi akan dirasakan
dari generasi ke generasi.
c) Penerimaan Masyarakat Pertimbangan yang serius akan potensi dampak
sosial-ekonomi transgenik secara otomatis akan membawa para
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 13
pengembang dan pembuat kebijakan untuk memiliki kepekaan lebih baik
atas penerimaan masyarakat akan teknologi dan/atau produk-produknya.
Karena penggunaan hasil teknologi tidak terlepas dari masyarakat.
d) Mengurangi Biaya Jangka Panjang Keprihatinan utama dalam dampak
sosial-ekonomi transgenik adalah biaya yang terkait proses-proses dari
luasnya partisipasi para pihak, pelaku, serta kurun waktu yang diperlukan
untuk melalui proses-proses tersebut. Sehingga dengan pertimbangan
dampak sosial-ekonomi dalam pembuatan keputusan tentang transgenik,
maka biaya sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak dapat ditarik kembali
kemungkinan dapat dihapus atau diminimalkan.
Dampak potensial dari transgenik dalam konteks masyarakat miskin dan
pedesaan, memperbesar ketidakadilan pendapatan dan distribusi kekayaan
sehingga menambah kesenjangan ekonomi, karena input rekayasa genetika itu
tidak dapat diakses oleh masyarakat miskin pedesaan. Industri yang
mengembangkan produk transgenik menutup biaya investasi penelitian dan
pengembangan mereka melalui sistem hak kekayaan intelektual (HKI) dan skema
marketing, dan dengan keuntungan dari penjualan produk-produk tersebut. Karena
segmentasi harga adalah praktik bisnis yang tidak sehat, benih-benih transgenik
biasanya dijual dengan harga standard di sebuah negara tempat benih-benih
tersebut dikomersialisasikan, di mana harga yang sama berlaku untuk semua
petani apakah ia kaya atau miskin.
Seperti di Filipina, MON 810 (jagung Bt dengan transformasi gen cry 1ab
dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis) milik Monsanto dijual dengan harga dua
kali lipat dari harga varietas benih jagung hibrida yang bukan hasil modifikasi
genetika. Sedikitnya 60% petani jagung tidak memiliki lahan yang mereka garap,
harga ini sangat mahal. Dengan kenyataan pasar itu, Monsanto menerapkan skema
pemasaran yang utamanya menawarkan produk-produk jagung Bt kepada para
petani kaya dan berpenghasilan menengah yang mampu membayar lebih tinggi
harga benih-benih tersebut sebagai jaminan atas kerusakan yang ditimbulkan
penyakit penggerek jagung. Dengan jaminan klaim perusahaan, dengan membeli
jagung Bt mereka akan mendapat manfaat yang dijanji-janjikan itu, maka pihak
yang diuntungkan adalah para petani yang sanggup membayar harga benih dan
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 14
mereka yang telah berpendapatan relatif tinggi untuk memulai usahanya. Kondisi
ini diperkirakan akan memperhebat persoalan ketidakadilan pendapatan dan
distribusi kekayaan di pedesaan.
Sementara beberapa pihak berpendapat akan ada peningkatan pendapatan
di kalangan petani kaya yang akan berkontribusi kepada investasi dan penciptaan
lapangan kerja di pedesaan, namun skenario tersebut sangat bergantung pada
apakah janji-janji panen lebih baik dan pendapatan lebih tinggi dengan menanam
tanaman hasil modifikasi genetika dapat menjadi kenyataan atau tidak. Pernyataan
tersebut juga terkait dengan harapan keuntungan yang ‘menetes’ dari para petani
yang akan mendapat keuntungan dari tanaman hasil modifikasi genetika ke petani
yang tidak mampu membayar teknologi tersebut
Bertambahnya angka pengangguran sebagai efek dari rekayasa genetika,
khususnya di negara-negara berkembang. Umumnya benih hasil modifikasi
genetika dikembangkan oleh industri bioteknologi berbasis kebutuhan dan kondisi
petani negara maju yang pertaniannya sebagian besar berskala industri. Kondisi
industri pertanian, dengan biaya dan ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor
produksi utama, sangat berbeda jauh dengan keadaan pertanian berbasis rumah
tangga yang merupakan ciri pertanian di banyak negara berkembang di mana
tenaga kerja tersedia dalam jumlah melimpah, dan seringkali murah harganya.
Contohnya penerapan tanaman hasil modifikasi genetika yang tahan
herbisida bisa menghapus kebutuhan akan tenaga untuk penyiangan dan
penggarapan lahan saat persiapan lahan, dan akan menjadi dampak mematikan
jangka panjang pada tenaga kerja pedesaan. Tenaga kerja yang dibutuhkan di
pertanian akan berkurang karena tanaman tersebut akan mengurangi peluang kerja
bagi buruh tani miskin, khususnya di pedesaan yang tinggi tingkat
penganggurannya.
Beberapa pihak berpendapat, penggunaan benih hasil modifikasi genetika
yang lebih mahal dari benih-benih konvensional tapi membutuhkan lebih sedikit
tenaga kerja akan membuat usaha tani lebih ekonomis daripada mempekerjakan
buruh tani, karena mereka tidak hanya harus dibayar sesuai aturan upah yang
berlaku namun standard-standard buruh pertanian juga harus ditaati dan
diperhatikan. Argumen tersebut menguatkan dampak merusak potensial tanaman
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 15
modifikasi genetika terhadap relasi sosial-ekonomi di pedesaan dan distribusi
pendapatan secara keseluruhan.
Hal ini menjadi masalah lebih besar dimana penggunaan benih modifikasi
genetika yang hemat tenaga kerja itu secara teoritis dapat menciptakan surplus
ekonomi lebih tinggi yang akan berkontribusi kepada peningkatan investasi dan
penciptaan lapangan kerja. Namun kecenderungan global dalam penurunan
investasi di pedesaan dan berkurangnya sumbangan pertanian kepada pendapatan
nasional secara keseluruhan dari hasil pertanian tidak diinvestasikan kembali di
sektor pertanian untuk bermanfaat bagi kaum miskin pedesaan.
Para pengembang dan pembuat kebijakan tidak dapat lolos dari dimensi
etika dari penerapan transgenik tanpa mengkaji dengan hati-hati potensi dampak
sosial-ekonominya. Berbeda dengan laboratorium dan rumah kaca di mana semua
faktor dan kondisi berada dalam kendali para ilmuwan yang melakukan penelitian,
kekuatan sosial dan ekonomi berada di luar kendali siapapun. Sehingga tanggung
jawab etika sangat penting untuk memperkuat kebutuhan kajian mendalam
mengenai pertimbangan sosial-ekonomi sebelum transgenik dilepas ke
masyarakat.
2.1.4. Dampak Agama
Modifikasi genetika juga berdampak pada religi atau masalah agama,
dimana sebagian orang masih mempermasalahkan kehalalan produknya. Terlebih
apabila penggunaannya sudah diterapkan pada manusia, sehingga akan
mengaburkan asal-usul dari seseorang. Bahtsul Masail pada Munas NU (Lombok
Tengah, 17-20 Nopember 1997) menyepakati tentang hukum cloning gen pada
manusia hukumnya haram. Alasannya, proses tanasul (berketurunan) harus
melalui pernikahan secara syar'i.
Fatwa yang sama diputuskan oleh MUI, pada Munas VI (25-29 Juli 2000)
menetapkan hukum cloning terhadap manusia, dengan cara bagaimana pun yang
berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram. Bahkan, dalam
fatwa MUI tersebut mewajibkan kepada semua pihak yang terkait untuk tidak
melakukan atau mengizinkan eksperimen atau praktik cloning terhadap manusia.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 16
Majlis Tarjih melalui media resminya, jurnal ilmiah ke-Islaman, Tarjih,
edisi ke-2 Desember 1997 secara khusus pernah menurunkan tema 'Klonasi
(Cloning) menurut Tinjauan Islam'. Kesimpulan dari sejumlah artikel dalam jurnal
tersebut menyatakan bahwa penerapan cloning untuk memproduksi manusia akan
menjadi masalah. Pembolehannya hanya jika dalam keadaan darurat.
Ulama dari sejumlah lembaga fatwa di dunia Islam juga mengharamkan
cloning manusia, antara lain, Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim dalam
pertemuannya yang ke-10 di Jeddah pada tahun 1997 yang menetapkan bahwa:
”Cloning manusia, apa pun metode yang digunakan dalam reproduksi manusia itu
adalah sesuatu yang tidak Islami dan sepatutnya dilarang keras".
Disepakati juga bahwa semua manipulasi (yang berhubungan dengan reproduksi
manusia) dengan cara melibatkan elemen pihak ketiga (di luar ikatan perkawinan),
baik berupa rahim, ovum, atau sperma adalah tidak sah.
Ijtihād jamā’i dari dunia Islam, di antaranya, Majma' Buhūts Islāmiyyat
dari Al-Azhar Mesir telah mengeluarkan fatwa dan imbauan bahwa "cloning
manusia adalah haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai cara".
Al-Majma’ al-Fiqh al-Islāmi, Rabithat al-‘Ālam al-Islāmi dalam sidangnya
ke-15 pada 31 Oktober 1998 juga berpendapat serupa, demikian pula orang yang
melakukannya. Alasannya, termasuk tindakan intervensi atas penciptaan manusia,
hal tersebut berlawanan dengan berbagai ketentuan ayat Alquran tentang proses
penciptaan manusia (Q.s. al-Hujurāt (49):13, al-Tīn (95):4, al-Sajdat (32):7-8, al-
Taghābun (64):3, al-Thāriq (86):7, al-Nisā'(4):119), akan merancukan nasab (Q.s.
al-Furqān (25):54), satu-satunya cara berketurunan yang dibenarkan syarak hanya
dengan adanya pasangan laki-laki dan perempuan (Q.s. al-Rūm (30):21, al-Furqān
(2)5:54), merusak sistem pranata sosial berkeluarga, dan ketiadaan perbedaan
serta keberagaman sunnah Allah dalam penciptaan manusia yang merefleksikan
kesempurnaan ciptaan Allah (Q.s. al-Rūm (30):22). Di samping itu, lembaga ini
merasa perlu adanya undang-undang yang sifatnya internasional melarang
dipraktikkan cloning manusia.
Menjelang New Millenium, dunia dikejutkan oleh ditemukannya sebuah
cara baru dalam hal proses berkembang-biaknya mahluk hidup. Proses kembang
biak yang dikenal dengan istilah Kloning itu dinyatakan bisa menghasilkan
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 17
anakan yang persis sama dengan induknya secara a-seksual (tanpa melalui
pembuahan). Adalah Professor Jerry L. Hall, yang pertama berhasil melakukan
percobaan Kloning. Konon, peneliti dari Washington University ini pernah
membelah embrio manusia menjadi beberapa bagian, sampai masing-masing
bagian tersebut berhasil dibiakkan menjadi embrio yang sama. Menyusul
kemudian : Dr. Tim Cohen dari Inggris. Ia ditengarai berhasil “membantu”
Maureen Ott melahirkan seorang anak perempuan yang dinamai Emma Ott,
setelah sebelumnya melalui proses pengkloningan.
Disaat Dr. Ian Walmut, Direktur Tim Roslin Institute, mempublikasikan
keberhasilannya dalam mengkloning sel kelenjar susu domba ras dorset asal
Finlandia menjadi seekor domba normal, polemik yang sebelumnya hanya riak-
riak kecil saja, berubah meluap ke permukaan. Polemik mengenai teknologi
kloning itu semakin bertambah panas, ketika Dr. Martine Nijs, peneliti medik asal
Belgia, mengaku telah berhasil mengkloning bocah kembar sejak tahun 1993.
Menurut Nijs, ketika ia mempublikasikan hal tersebut, tepat pada 9 Maret 1997,
klon bocah kembar itu masih terus mengalami masa pertumbuhan.
Reaksi masyarakat dunia begitu keras menyoroti dampak, serta
mempertanyakan etika teknologi rekayasa genetika. Mayoritas masyarakat dunia
memandang ide tersebut sebagai sesuatu yang buruk, rubbish, dan mencampuri
wilayah otoritas Tuhan. “Teknologi kloning memperlihatkan betapa kita sudah
kehilangan rasa hormat kepada makhluk hidup,”ujar Paus Yohannes Paulus II
dalam The Washington Post. “Ada banyak makhluk hidup yang perlu dihormati,
bukan hanya digunakan untuk memuaskan nafsu tertentu saja,” tambah Douglas
Bruce, direktur Church Of Scotland, yang berlokasi di propinsi tempat
diumumkannya penemuan domba kloning Dolly. Dan di Amerika Serikat, Gereja
Katholik Detroit, mengeluarkan press release dalam The Detroit News. “Manusia
diciptakan dari citra Tuhan. Dan kloning hendak mengotorinya,” tulis pernyataan
itu.
Sesaat setelah Gereja Vatikan Roma mengeluarkan kecaman atas upaya
pengkloningan manusia yang marak dilakukan di negara-negara maju pasca
publikasi Dr. Ian Walmut, opini masyarakat barat, khususnya Amerika dan Eropa,
menunjukkan sentimen negatif. Hampir 90 % responden majalah Time,
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 18
Newsweek, BBC, atau CNN Television, menabukan rekayasa genetika.
Masyarakat duniapun masih tetap apriori terhadap teknologi kloning ini, kendati
Advanced Cell Tecnology (ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika
Serikat, dalam percobaannya berhasil membiakkan sel tunas (sel stem) menjadi
sel tertentu pengganti jaringan tubuh yang rusak sebab penyakit kronis. Meskipun
pihak perusahaan bioteknologi itu berusaha meyakinkan masyarakat luas
bahwasanya teknologi kloning bisa berguna untuk theurapeutic (proses
penyembuhan penyakit), dunia tetap memandang sinis terhadap ide rekayasa
genetika tersebut.
2.1.5. Dampak di bidang etika dan moral
Menyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain memiliki
dampak etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak
berkerabat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima
manusia. Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa
konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada organisme
hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas organisme. Hal ini
bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang menghargai nilai intrinsik
makhluk hidup. Kontroversi tanaman transgenik seperti pelanggaran nilai intrinsik
organisme alami, melawan sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai
spesies.
2.1.6. Dampak di Bidang Pertanian
Kelompok-kelompok petani di India dan Thailand memandang
bioteknologi sebagai ancaman bahaya. Sekelompok petani Thailand, baru-baru
ini, membakar patung menteri pertanian sebagai protes diberinya ijin tanaman
kapas MG masuk ke negara itu.
Untuk di Indonesia sendiri, menurut Cecep Risnandar, Ketua Komunikasi
Nasional Serikat Petani Indonesia, ada empat hal yang menyebabkan benih
rekayasa genetik tidak boleh dikembangkan di Indonesia, yaitu :
1. Aspek keamanan pangan. Belum ada satu penelitian pun yang menjamin
bahwa pangan rekayasa genetik 100 persen aman untuk di konsumsi.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 19
Malah dari beberapa riset akhir-akhir ini, pangan hasil rekayasa genetika
menjadi penyebab berbagai penyakit.
2. Aspek lingkungan. Di beberapa negara yang mencoba menanam benih
rekayasa genetik terjadi polusi genetik. Lahan-lahan yang bersebelahan
dengan tanaman rekayasa genetik berpotensi untuk tercemar oleh gen-gen
hasil rekayasa genetik. Sehingga petani di sebelahnya yang menanam
tanaman non rekayasa genetik bisa dituduh melanggar hak cipta karena
dinilai telah membajak hak cipta perusahaan benih, padahal persilangan
tersebut dilakukan oleh alam. Selain itu, tanaman rekayasa genetik
berpotensi merusak keseimbangan lingkungan di sekitarnya. Hama dan
penyakit tanaman akan lari ke ladang-ladang konvensional sehingga mau
tidak mau petani tersebut harus beralih menjadi pengguna benih rekayasa
genetik yang harganya mahal.
3. Aspek legal. Belum ada peraturan yang komprehensif mengenai pangan
rekayasa genetik. Memang ada UU pangan, UU Budidaya tanaman, dan
UU perlindungan varietas tanaman namun belum ada peraturan turunan
dari UU tersebut yang secara rinci mengatur produk pangan rekayasa
genetik. Sehingga implementasinya di lapangan berpotensi merugikan
konsumen dan para petani.
4. Aspek pengusaan ekonomi. Berdasarkan pengalaman petani di berbagai
negara dan juga para petani yang pernah menjadi korban percobaan kapas
rekayasa genetik di Sulawesi Selatan, gembar-gembor benih yang
dikatakan tahan terhadap serangan hama dan produktivitasnya tinggi
hanya omong kosong. Malah petani di Sulsel yang beralih ke benih
genetik mengalami kerugian besar akibat ketergantungan penyediaan
benih. Tiba-tiba harga benih melambung tinggi dan susah dicari,
sementara itu petani sendiri tidak bisa mengembangkan benih secara
swadaya karena teknologinya sarat modal. Hal ini menyebabkan kerugian
yang besar dipihak petani dan mereka mulai membakar ladang-ladang
kapas mereka dan segera beralih ke produk non transgenik. Petani hanya
dijadikan objek untuk semata-mata keuntungan dagang saja.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 20
2.2. PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG
PEMANFAATAN PRODUK REKAYASA GENETIKA
Kontroversi penyebarluasan penggunaan Organisme Hasil Modifikasi
Genetika (OHMG) atau yang lebih dikenal dengan Genetically Modified
Organism (GMO) atau rekayasa genetika (transgenik) telah menimbulkan arus
pertentangan antara setuju dan yang kurang atau tidak setuju. Antara lain
Kementrian Negara Lingkungan Hidup dan berbagai Organisasi Non-Pemerintah
yang meminta peninjauan kembali penggunaan organisme transgenik, karena
pertimbangan dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan OHMG.
Kontroversi mengenai keamanan pangan MG ini telah memicu kampanye
penghentian pemasaran bibit dan hasil tanaman pangan Modifikasi Genetika.
Dibeberapa negara, di beberapa Negara di Eropa melarang dan menolak benih
transgenik masuk ke negaranya, bahkan seperti di AS, India, dan Kanada telah
dilakukan penuntutan hukum agar pengadilan melarang tanaman MG.Sebagai
bentuk kehati-hatian dari lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada keamanan
pangan produk rekayasa genetika, baik secara internasional, regional maupun
masing-masing negara, maka oleh pemerintah Republik Indonesia pemanfaatan
produk rekayasa genetika di Indonesia harus mengacu kepada beberapa peraturan
perundangan, antara lain:
1. UU No. 7/1996 tentang Pangan
2. UU No. 21/2004 tentang Protokol Cartagena
3. PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan
4. PP No. 28/2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
5. PP No. 21/2005 , tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik
6. SKB 4 Menteri Th. 1999
7. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor : HK.00.05.23.3541 Tahun 2008,
tentang Pedomanpengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik
8. Dan lain-lain
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 21
BAB IV
PENUTUP
Adapun yang menjadi kesimpulan dari makalah ini adalah :
Rekayasa genetika adalah upaya pencangkokan gen dengan teknik rekombinan
DNA pada mikroorganisme tertentu. Transgenik atau modifikasi genetika atau
rekayasa genetika sebagai bioteknologi modern memberi manfaat yang cukup
besar buat kesejahteraan manusia. Seperti misalnya dalam pemenuhan kebutuhan
pangan, obat-obatan, pelestarian hutan, sebagai sumber energy baru yang dapat
diperbarui dan lain-lain. Akan tetapi juga tidak bias dinafikan bahwa bioteknologi
modifikasi genetika juga tidak mutlak tanpa resiko, dan bahkan resiko yang
ditimbulkan oleh rekayasa genetika itu sendiri tidak bisa dikatakan lebih kecil dari
manfaat yang dibawanya, atau efek negatifnya tidak signifikan. Bahkan boleh jadi
dampak akibat modifikasi genetika ini lebih besar daripada manfaatnya. Seperti
dampaknya bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan (ekologis), dampak sosial-
ekonomi, dampak agama-etika dan moral dan sebagainya.
Bagaimanapun juga setiap teknologi pasti membawa dampak negatif
disamping juga bermanfaat, maka agar dampak negatif itu dapat diminimalisir
hendaknya para pengembang dan pengguna bioteknologi rekayasa genetika
memperhatikan dan melaksanakan peraturan yang telah dibuat berkenaan dengan
pengembangan,penggunaan dan penyebarluasan produk rekayasa genetika,
sehingga teknologi yang pada dasarnya dibuat dan diciptakan bertujuan untuk
mencapai kemaslahatan manusia.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 22
DAFTAR PUSTAKA
Guspri Devi Artanti, ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PETANI TERHADAP PRODUK REKAYASA GENETIKA, Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2010 5(2): 113 – 120
http://www.kulinet.com/baca/pro-kontra-rekayasa-genetika/609/ (diakses 17/8/2012)
http://www.netsains.com/2007/11/ketika-rekayasa genetika%E2%80%9Cmenghiasi%E2%80%9D-peradaban-modern/ (diakses 17/8/2012)
http://forumm.wgaul.com/showthread.php?p=1037482003 (diakses 17/8/2012)
http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/message/3472(diakses 17/8/2012)
http://forumm.wgaul.com/showthread.php?p=1037482003(diakses 17/8/2012)
http://cibeureum.wordpress.com/2009/09/02/pro-kontra-rekayasa genetika(diakses 17/8/2012)
Nurhayati Abbas, JURNAL HUKUM NO. 3 VOL. 16 JULI 2009: 423 – 438 Perkembangan Teknologi di Bidang Produksi Pangan dan Obat-obatan serta Hak hak Konsumen, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan
Stansfield, W.D. (1991). Genetika, edisi kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam
Polemik | 23