37
REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK BAB I PENDAHULUAN Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat. Dengan perkembangan ilmu genetika muncullah beberapa terapan ilmu seperti bioteknologi dan rekayasa genetika. Dwi Tika Afriani Rekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam Polemik | 1

REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM”

(GMO) DALAM POLEMIK

BAB I

PENDAHULUAN

Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati

dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati

tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu

organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu

tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan

(hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul

didalamnya.

Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu

pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh

ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu

pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi,

biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu

pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan

kebutuhan masyarakat. Dengan perkembangan ilmu genetika muncullah beberapa

terapan ilmu seperti bioteknologi dan rekayasa genetika.

Rekayasa genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan

Genetically Modified Organism (GMO) dapat diartikan sebagai manipulasi gen

untuk mendapatkan galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen ke tubuh

organisme tertentu. Rekayasa genetika juga merupakan pencangkokan gen atau

DNA rekombinan. Penelitian rekayasa genetika telah dimulai awal tahun 1950-an,

oleh Dr. Paul Berg dari Stanford University of California (USA), namun hasil

yang memuaskan baru diperoleh setelah 20 tahun kemudian. Pada tahun 1973

Stanley Cohen dan Herbert Boyer menciptakan bakteri melalui rekayasa genetika

untuk pertama kalinya. Kemudian tahun 1981, pertama kali di kembangkan tikus

dan lalat buah produk rekayasa genetika, menyusul pada tahun 1985 Plant Genetic

Systems (Ghent, Belgium), sebuah perusahaan yang didirikan oleh Marc Van

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 1

Page 2: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

Montagu dan Jeff Schell, merupakan perusahaan pertama yang mengembangkan

tanaman tembakau toleran terhadap hama dengan mengambil protein insektisida

dari bakteri Bacillus thuringiensis.

Belakangan ini perkembangan dan pemanfaatan bioteknologi rekayasa

genetika atau transgenik atau modifikasi genetika semakin luas hingga tidak bisa

dibendung, dimana penggunaannya tidak lagi hanya pada pemenuhan kebutuhan

manusia yang sangat memaksa, juga mulai ditemukan banyak kejadian yang

menunjukkan dampak negatif dari pemanfaatan modifikasi genetika itu sendiri,

penyebarluasan penggunaan modifikasi genetika menuai kontroversi. Dimana

para ahli mulai melihat kejadian-kejadian yang merupakan dampak negatif dari

modifikasi genetika. Dalam Suara Karya Online edisi 9 Maret 2010 Dr. Rosari

Saleh dari Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa,

“Pada awalnya, teknologi rekayasa genetika ditujukan untuk memperoleh

organisme yang identik demi kepentingan riset dan produksi, seperti tanaman

pangan dan hewan riset. Modifikasi gen dilakukan dengan memanipulasi kode

genetik tumbuhan dan hewan serta merekayasa sifat-sifat tertentu dari kedua

makhluk hidup tersebut agar diperoleh organisme yang lebih baik.Kemajuan

dalam mengetahui kemampuan kognitif dan kesehatan manusia secara genetika

membantu pendidikan dan program penyembuhan, tetapi dapat disalahgunakan

untuk mendiskriminasi manusia dengan keterbatasan tertentu dan memperuncing

permasalahan sosial. Modifikasi terhadap organisme juga dapat mengarah pada

pembuatan senjata biologi."Diantara faktor-faktor yang menjadi sorotan adalah

faktor kesehatan masyarakat, dampak perubahan ekologis, sosial-ekonomi,etika

dan budaya, maupun religi. Dampak kesehatan dan perubahan ekologis mulai

menunjukkan bukti-bukti dari kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat.

Dampak sosial-ekonomi,etika dan budaya maupun religi belum menunjukkan

bukti nyata sehingga amat sedikit mendapat perhatian. Beberapa ahli sangat

menyayangkan sedikitnya perhatian ilmuwan dan pemerintah terhadap

pertimbangan-pertimbangan terkait dengan penggunaan dan pelepasan organisme

hasil modifikasi genetika, sebagaimana yang dikatakan oleh Elenita C. Dano

dalam bukunya yang berjudul Potential Socio-Economis, Cultural and Ethical

Impacts of GMOs: Prospects for Socio-Economic Impact Assesment,2007,

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 2

Page 3: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

“Pertimbangan social-ekonomi dan budaya terkait dengan penggunaan dan

pelepasan organisme hasil modifikasi genetika cenderung mendapat sedikit

perhatian dibandingkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri”.

Teknologi tidak dapat dipisahkan dari konteks masyarakat di mana teknologi

tersebut dimanfaatkan. Tidak ada teknologi dalam sejarah dunia, dari penemuan

api sampai domestikasi tumbuhan dan hewan, bioteknologi tradisional, Revolusi

Industri dan Revolusi Hijau, terjadi di dalam ruang kosong. Oleh karena itu, ruang

yang berbeda-beda di dalam masyarakat, baik itu ruang kesehatan, lingkungan,

ekonomi, politik, sosial, budaya ataupun etika dan religi, semuanya dipengaruhi

oleh penggunaan dan diadopsinya sebuah teknologi, dengan sifat dan kecepatan

yang berbeda-beda. Dalam sejarah manusia, inovasi teknologi dan ilmu

pengetahuan sangat berdampak pada ruang-ruang tersebut, tidak terkecuali relasi-

relasi sosial-ekonomi dan kehidupan politik. Beberapa dampak tidak kasat mata

dan dampak lainnya sangat jelas. Secara tidak kasat mata, penerapan pertanian

mekanisasi selama periode Revolusi Hijau telah meningkatkan ketidakadilan di

antara masyarakat pertanian skala kecil dan skala besar (Conway, 2003) dan

menurunkan ketersediaan lapangan kerja bagi perempuan di pertanian (Paris,

1998). Sebagai hasil penamanan padi yang intensif di bawah program Revolusi

Hijau, rakyat pedesaan direstrukturisasi oleh lahirnya kelas ekonomi baru para

pedagang yang mengkhususkan diri dalam perdagangan beras, dan buruh-buruh

tani baru yang bekerja musiman di pertanian padi.

Banyak reaksi yang ditimbulkan masyarakat terhadap pemunculan

rekayasa genetika ini, baik pro, kontra maupun tidak peduli. Untuk masyarakat

awam, mereka tidak peduli apakah hasil dari rekayasa genetika seperti makanan

yang dimakanannya produk transgenik apa tidak, asal menguntungkan, murah,

dan isinya kurang lebih sama dengan produk yang bukan transgenik. Contohnya

adalah kedelai. Negara kita mengimpor kedelai transgenik dari Amerika yang

harganya cukup ekonomis di pasar, sehingga dijadikan bahan baku tempe dan

tahu yang dikonsumsi sehari-hari. Dan juga dari buah-buahan impor di

supermarket, boleh jadi ada diantaranya yang merupakan produk transgenik

namun tidak diberi informasi mengenainya.

Untuk pemaparan lebih lanjut akan dibahas pada bab selanjutnya.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 3

Page 4: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

BAB II

REKAYASA GENETIKA

2.1. Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen

ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga

mampu menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai

perpindahan gen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) rekayasa

genetika dapat diartikan sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan

dengan prinsip keturunan dan variasi pada binatang dan tumbuhan jenis yang

sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika tidak hanya berlaku pada

hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada manusia dan

lintas jenis. Dalam rekayasa genetika dapat diperoleh suatu sifat yang

menguntungkan dari sutu organisme yang dapat diatransfer pada organisme lain.

Sebagaimana telah diketahui bahwa gen merupakan pembawa sifat pada

organisme, maka pemindahan suatu sifat dapat dilakukan dengan merekayasa gen-

gen tertentu pada mahkluk hidup tertentu. Teknologi Rekayasa Genetika

merupakan inti dari bioteknologi yang didefinisikan sebagai teknik in-vitro asam

nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau

organel, atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus rintangan

reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam

pemuliaan dan seleksi tradisional.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau

melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan

gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan

organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel

pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli

yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 4

Page 5: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

2.2. Tujuan Rekayasa Genetika

Pada awalnya rekayasa genetika hanya dilakukan pada tanaman dan hewan

yang tujuannya umumnya adalah untuk kesejahteraan manusia. Rekayasa genetika

pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan produksi,

peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen,

peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu

(serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan

fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap

pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan

pigmentasi.

Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan

efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat

nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan

pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk

menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.

2.3. Manfaat Rekayasa Genetika

Banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan dan pemanfaatan

rekayasa genetika, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Tersedianya bahan makanan yang melimpah.Dengan pemanfaatan rekayasa

genetika di bidang pertanian, akan meningkatkan jumlah panen di tanah yang

luasnya terbatas, tanah miskin, atau kawasan yang rawan banjir . Varietas baru

MG menjanjikan keuntungan besar. Tanaman pangan bisa direkayasa sehingga

mampu tumbuh di tanah yang kandungan alumuniumnya tinggi atau mampu

bertahan hidup lama di dalam air, tanah tandus dan miskin hara , serta wilayah

rawan banjir .

b) Meningkatkan Nutrisi Seperti kacang kedelai hasil rekayasa genetika pertanian,

lebih banyak mengandung protein. Sama seperti beras yang direkayasa sehingga

mengandung zat besi, yang berguna untuk mengatasi anemia.

c) Meningkatnya derajat kesehatan manusia. Apabila nutrisi terpenuhi dengan baik

otomatis akan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dan dengan diproduksinya

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 5

Page 6: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

berbagai hormon manusia seperti insulin dan hormon pertumbuhan lainnya sangat

membantu perbaikan kesehatan masyarakat.

d) Tersedianya sumber energy yang terbaharui.

e) Proses industri yang lebih murah, efisien dan efektif.Modifikasi genetika dapat

mengurangi biaya produksi ( seperti tenaga kerja) namun tetap menghasilkan

produk yang melimpah dan tidak banyak menghabiskan waktu.

f) Berkurangnya polusi.Rekayasa genetika dapat dimanfaatkan guna pelestarian dan

rehabilitasi hutan yang gundul.

g) Bahan kimia lebih resisten terhadap serangga hama tertentu akan mengurangi

ketergantungan terhadap pestisida. Dengan tanaman yang menghasilkan zat

herbisida (pembunuh rumput), maka petani hanya perlu menyemprot setahun

sekali dan dan tidak tiga kali.

Penerapan Rekayasa Genetika pada berbagai bidang, antara lain:

a) Bidang pertanian dan bahan pangan

- Ditemukannya tomat Flavr Savr yang tahan

- Ditemukannya sapi dengan produksi susu meningkat 20%

- Ditemukannya kopi super

- Ditemukannya tanaman ber-pestisida

- Ditemukannya vaksin penyakit mulut dan kuku

- Jagung dengan protein tinggi

b) Bidang kesehatan dan farmasi

- Diproduksinya insulin dengan cepat dan murah

- Adanya terapi genetic

- Diproduksinya interferon

- Diproduksinya beberapa hormon pertumbuhan

c) Bidang Industri

- Terciptanya bakteri yang mampu membersihkan lingkungan tercemar

- Bakteri yang dapat mengubah bahan tercemar menjadi bahan tidak berbahaya

- Bateri pembuat aspartanik

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 6

Page 7: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

2.4. Faktor-faktor yang Mendorong Berkembangnya Rekayasa Genetika

Pada akhir tahun 1970-an, genetika memasuki suatu era baru yang

didominasi oleh penggunaan teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika

untuk menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan baru yang tidak ditemukan di alam.

Faktor-faktor yang mendorong berkembangnya Rekayasa Genetika antara lain:

1.      Ditemukannya enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi endonuklease

2.      Ditemukannya pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan operon

laktosa pada prokariota

3.      Ditemukannya perekat biologi yaitu enzim ligase

4.      Ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam sel mikroorganisme

Sejalan dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang

biostatistika, bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting

dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini.

2.5. Mekanisme Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika dengan teknik transformasi dan pencangkokan DNA

gen-gen mikroba, diperlukan unsur-unsur seperti plasmid, enzim dan

transformasi.

Plasmid Merupakan lingkaran DNA kecil yang dapat bereplikasi

sendiri,terdapat pada kromosom bakteri dan eukariota seluler. Plasmid berfungsi

untuk memelihara sejumlah ciri-ciri yang stabil. Plasmid dalam rekayasa genetika

berperan sebagai vector (pemindah). Enzim berfungsi sebagai gunting biologi

yang dapat mengenal dan kemudian memotong bagian-bagian tertentu dari sebuah

molekul DNA sehingga dapat membongkar sel-sel bakteri, virus, hewan dan

tanaman untuk diambil DNA yang diingkan. Transformasi untuk mengambil,

memasukkan, memotong dan menempel DNA ke dalam tubuh organism lain

harus dengan plasmid yang berperan sebagai vektor.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 7

Page 8: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rekaya dapat mengenal sa

genetika genetika secara sederhan urutannya sebsi sebagai berikut :

1. Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan.

2. Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta.

3. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid

4. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri.

5. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan

6. Pemanenan produk.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 8

Page 9: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

BAB III

REKAYASA GENETIKA DAN GENETIK MODIFIED ORGANISMS

(GMO) DALAM POLEMIK

Suatu teknologi dapat memberi manfaat yang besar bagi kesejahteraan

manusia, akan tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu juga dengan rekayasa

genetika. Dan perbandingan antara manfaat dan dampak yang diperoleh dari

penggunaan teknologi rekayasa genetika ini menyebabkan kontroversi, sehingga

rekayasa genetika dapat dikatakan dalam polemik. Modifikasi genetik banyak

dimanfaatkan dalam produksi makanan dan tanaman, dan diakui memberi manfaat

yang tidak kecil meski juga disadari memberi dampak yang tidak bisa dianggap

sepele. Oleh karenanya tak salah jika Jepang dan Eropa memperlihatkan sikap

sangat menentang pangan hasil olahan dari tanaman modifikasi genetika ini. Dan

di Indonesia sudah ditanam dan diimpor dalam jumlah besar, terutama kacang

kedelai. AS mengekspor 50% kacang kedelai-nya ke Indonesia. Catatan lain;

Greenpeace, beberapa waktu lalu berhasil menghalau satu kapal penuh kacang

kedelai dari Amerika untuk dikembalikan. Kacang ini adalah panen dari tanaman

modifikasi genetika. Greenpeace tetap menolak, meskipun kacang impor itu

ditujukan untuk pa ngan sapi atau ayam potong. Greenpeace beralasan, efek

samping pangan modifikasi genetika itu akan tetap masuk jika manusia memakan

dagingdari hewan yang mengkonsumsi kacang kedelai hasil modifikasi genetika

itu. Di India, ribuan ternak mati setelah diberi makan tanaman kapas modifikasi

genetik, ribuan pekerja peternakan yang mengalami ruam di seluruh badannya

setelah memetik kapasnya,dan masih banyak peristiwa lain yang menunjukkan

bahwa rekayasa genetika membawa dampak yang tidak kecil.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 9

Page 10: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

2.1. Dampak Rekayasa Genetik

Adapun beberapa dampak dari rekayasa genetik, antara lain :

2.1.1. Dampak Kesehatan

Beberapa yang merupakan dampak negatif dari penggunaan rekayasa

genetika bagi kesehatan, adalah

a. Bahan Alergi Baru Manipulasi Genetika sering menggunakan protein dari

organisme yang tidak pernah menjadi bahan makanan. Dan sebagian besar

bahan alergi makanan berasal dari protein. Menurut Sitepoe (dalam

S.T.Jahrin), sampai saat ini dampak negatif penggunaan OHMG pada

manusia, telah ditemukan dalam bentuk alergi. Dalam uji coba dengan

menggunakan skin patch test terhadap kacang kedelai transgenik dari

Brazil, hasilnya menunjukkan adanya reaksi alergi.Semua tanaman yang

dimodifikasi secara genetik mengandung DNA bakteri. DNA ini berisi

suatu elemen genetik (yang disebut motif ‘CpG’) yang menstimulasi

sistem kekebalan untuk memulai rangkaian reaksi yang menyebabkan

peradangan. Pemberitahuan mengenai elemen genetik ini mungkin

menyebabkan peradangan, arthritis dan lymphoma (penyakit darah yang

menular).

b. Resistensi terhadap antibiotik Gen resistensi-antibiotik sering digunakan

sebagai "penanda" untuk menyeleksi sel-sel transgenetik dan ada

kemungkinan merasuki manusia atau organisme lain. Hal ini akan

menyebabkan persoalan baru bagi kesehatanMasalah kesehatan berkaitan

dengan kemungkinan makin beratnya masalah bakteri yang

berkemampuan besar mengalahkan antibiotik. Masalah makin pelik jika

bakteri itu resisten terhadap multi-antibiotik. Dalam rekayasa-biologis ,

gen penanda yang resisten terhadap antibiotik secara reguler "dimasukkan"

bersama gen asing untuk digunakan sebagai alat penyaring. Jika bibit baru

tetap hidup, meskipun dikenai antibiotik maka berarti tanaman itu sudah

berhasil di modifikasi gen-nya. British Medical Association, Mei 1999,

memperingatkan jika bakteri di perut berhasil menarik gen yang resisten

terhadap antibiotik, maka bakteri itu juga akan resisten terhadap antibiotik.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 10

Page 11: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

Bagi kita, ini sama saja dengan penyakit yang tidak bisa diobati oleh

antibiotik yang akan membuat banyak sekali orang susah

c. Susu sapi yang disuntik dengan hormone BGH disinyalir mengandung

bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.

Kontroversi Produk Transgenik memiliki dampak terhadap kesehatan

manusia, seperti alergi, transfer penanda antibiotik, dan efek potensial yang tidak

diketahui.

2.1.2. Dampak Ekologis

Dampak ekologis rekayasa genetik atau modifikasi genetik (MG) akan

mengganggu tekstur dan struktur tanah, para peneliti Amerika telah menemukan

bukti kuat kemungkinan kerusakan ekologis ini melalui Kupu-Kupu Monarch.

Larva kupu-kupu mati ketika makan daun, yang disemprotkan bubuk jagung MG

(diberi gen Bt). Hal ini memperlihatkan serangga , yang bukan sasaran, bisa mati

oleh racun bacteria yang dibuat oleh tanaman Modifikasi Genetika. Selain itu,

akar Jagung MG (diberi gen Bt) telah meracuni tanah dan tetap beracun selama

tujuh bulan setelah tanaman dipanen. Racun ini berasal dari sisa tanaman

transgenik yang masih mengandung toksin yang dapat mencegah serangan hama

dalam tanah bagi tanaman tetapi juga sekaligus mematikan mikroorganisme dan

organism di dalam tanah sehingga terjadi degradasi bakteri (mikroorganisme)

maupun organisme di dalam tanah, yang akan mengubah struktur dan tekstur

tanah dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, endotoksin yang dihasilkan dapat

membunuh beberapa jenis insekta (serangga) tertentu, sehingga dapat

mengganggu ekosistem jenis insekta di atas tanah. Kekuatirannya , racun itu akan

membunuhi serangga- serangga yang dibutuhkan untuk menyehatkan tanah.Selain

itu, endotoksin yang dihasilkan dapat membunuh beberapa jenis insekta

(serangga) tertentu, sehingga dapat mengganggu ekosistem jenis insekta di atas

tanah. Kekuatirannya , racun itu akan membunuhi serangga- serangga yang

dibutuhkan untuk menyehatkan tanah. Gen Bt dikenal luas dikalangan pabrikan

bibit tanaman MG. Gen ini dimasukkan kedalam tanaman kapas, beras, dan

kacang kedelai. Tehnik ini dilakukan oleh seluruh perusahaan bioteknologi dan

organisasi riset. Para pemerhati lingkungan juga kuatir pemakaian jangka panjang

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 11

Page 12: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

dan luas gen Bt dalam tanaman MG akan menyebabkan hama dan gulma dengan

cepat jadi imun, sehingga memusnahkan harapan penggunaan pestisida alamiah.

Sebuah penelitian menyebutkan pemakaian pestisida kimia malah akan meningkat

karena racun Bt tidak mempan terhadap serangga penghisap batang seperti

aphids.Hal ini akan mengganggu tanaman juga mempengaruhi ekosistem tumbuh-

tumbuhan. Dan lama-kelamaan akan resistens terhadap pestisida. Akibatnya,

racun-racun biasa jadi tidak efektif lagi Dengan berbagai ragam kehadiran MG

dikhawatirkan juga akan mengakibatkan adanya polusi gen di muka bumi. Lalu

muncul biodiversity atau keanekaragaman hayati yang akan mendominasi bumi,

sehingga plasma nuftah baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan akan mengalami

degradasi, seperti yang dialami oleh bakteri. Maka punahlah plasma nuftah yang

kita miliki. Selain itu, munculnya virus baru , rumput baru dan resistensi terhadap

hama juga merupakan akibat dari rekayasa genetika. Virus baru; gen viral di

tanaman yang direkayasa agar tanaman kebal terhadap virus mungkin saja

terkombinasi lagi dengan microba lain untuk menghasilkan virus hibrida yang

lebih berbahaya. Rumput Baru ; dalam lingkungan lebih luas, perkawinan antar

tanaman kemungkinan menghasilkan "rumput super". Tanaman hasil rekayasa

kemungkinan akan terbawa ke luar lahan pertanian dan meluas, sehingga merusak

seluruh ekosistem.

Bentuk nyata lain penggunaan hasil rekayasa genetika yang pernah

dijumpai adalah adanya gangguan lingkungan berupa tanaman yang

mempergunakan bibit rekayasa genetika menghasilkan pestisida. Setelah dewasa,

tanaman transgenik yang tahan hama, tanaman menjadi mati dan berguguran ke

tanah. Bakteri dan jasad renik lainnya yang dijumpai pada tanah tanaman tersebut

mengalami kematian. Kenyataan di lapangan, bahwa hasil transgenik akan

mematikan jasad renik dalam tanah sehingga dalam jangka panjang di

khawatirkan akan memberikan gangguan terhadap struktur dan tekstur tanah.

Selain hal tersebut juga dikhawatirkan pada areal tanaman transgenetik sesudah

bertahun-tahun akan memunculkan gurun pasir (Satiawihardja, 1997).

Kekhawatiran terhadap efisiensi penggunaan hewan transgenik juga terjadi di

Meksiko, Animal Welfare Committee (2006) menyatakan bahwa penggunaan

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 12

Page 13: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

bovinesomatothropine kepada sapi meningkatkan produksi susu 25 persen, tetapi

penggunaan pakan meningkat sehingga tidak ada efisiensi.

2.1.3. Dampak Sosial-Ekonomi

Produsen produk hasil rekayasa genetik umumnya tidak transparan,

bahkan merahasiakan kegagalan-kegagalan dan dampak negatif yang mungkin

timbul. Negara-negara yang memproduksi dan memasarkan hasil rekayasa genetik

juga selalu menekan negara berkembang dan miskin untuk membeli dan memakai

produk tersebut dengan berbagai cara.

Dampak transgenetika terhadap sosial-ekonomi juga seharusnya menjadi

pertimbangan penggunaan dan penyebarluasan organisme hasil modifikasi

genetika. Dampak sosial-ekonomi ini juga mendapat pengakuan dari masyarakat

internasional, bahkan Protokol Cartagena tentang Biosafety mencantumkan

pertimbangan social ekonomi sebagai komponen penting dalam proses

pengambilan keputusan biosafety.

Menurut Elenita C. Dano pentingnya memberikan porsi perhatian yang

besar tehadap potensi dampak sosial-ekonomi transgenik ini didasari oleh nilai-

nilai pentingnya seperti:

a) Tanggung jawab sosial

Memperhatikan potensi dampak sosial-ekonomi dari inovasi teknologi

yang terjadi jauh diluar laboratorium dan rumah kaca yang terkendali

adalah sebagai bentuk tanggung jawab moral dan etika. Ini menunjukkan

bahwa peran para ilmuwan dan pengembang teknologi tidak selesai ketika

teknologi tersebut keluar dari laboratorium, bahkan menjadi semakin

penting ketika teknologi tersebut diterapkan di masyarakat.

b) Tanggung Jawab Antar Generasi

Tujuan sebuah teknologi harus menyumbang kepada pembangunan

berkelanjutan, guna kepentingan dan kebutuhan generasi masa sekarang

dan masa depan karena dampak sosial-ekonomi teknologi akan dirasakan

dari generasi ke generasi.

c) Penerimaan Masyarakat Pertimbangan yang serius akan potensi dampak

sosial-ekonomi transgenik secara otomatis akan membawa para

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 13

Page 14: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

pengembang dan pembuat kebijakan untuk memiliki kepekaan lebih baik

atas penerimaan masyarakat akan teknologi dan/atau produk-produknya.

Karena penggunaan hasil teknologi tidak terlepas dari masyarakat.

d) Mengurangi Biaya Jangka Panjang Keprihatinan utama dalam dampak

sosial-ekonomi transgenik adalah biaya yang terkait proses-proses dari

luasnya partisipasi para pihak, pelaku, serta kurun waktu yang diperlukan

untuk melalui proses-proses tersebut. Sehingga dengan pertimbangan

dampak sosial-ekonomi dalam pembuatan keputusan tentang transgenik,

maka biaya sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak dapat ditarik kembali

kemungkinan dapat dihapus atau diminimalkan.

Dampak potensial dari transgenik dalam konteks masyarakat miskin dan

pedesaan, memperbesar ketidakadilan pendapatan dan distribusi kekayaan

sehingga menambah kesenjangan ekonomi, karena input rekayasa genetika itu

tidak dapat diakses oleh masyarakat miskin pedesaan. Industri yang

mengembangkan produk transgenik menutup biaya investasi penelitian dan

pengembangan mereka melalui sistem hak kekayaan intelektual (HKI) dan skema

marketing, dan dengan keuntungan dari penjualan produk-produk tersebut. Karena

segmentasi harga adalah praktik bisnis yang tidak sehat, benih-benih transgenik

biasanya dijual dengan harga standard di sebuah negara tempat benih-benih

tersebut dikomersialisasikan, di mana harga yang sama berlaku untuk semua

petani apakah ia kaya atau miskin.

Seperti di Filipina, MON 810 (jagung Bt dengan transformasi gen cry 1ab

dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis) milik Monsanto dijual dengan harga dua

kali lipat dari harga varietas benih jagung hibrida yang bukan hasil modifikasi

genetika. Sedikitnya 60% petani jagung tidak memiliki lahan yang mereka garap,

harga ini sangat mahal. Dengan kenyataan pasar itu, Monsanto menerapkan skema

pemasaran yang utamanya menawarkan produk-produk jagung Bt kepada para

petani kaya dan berpenghasilan menengah yang mampu membayar lebih tinggi

harga benih-benih tersebut sebagai jaminan atas kerusakan yang ditimbulkan

penyakit penggerek jagung. Dengan jaminan klaim perusahaan, dengan membeli

jagung Bt mereka akan mendapat manfaat yang dijanji-janjikan itu, maka pihak

yang diuntungkan adalah para petani yang sanggup membayar harga benih dan

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 14

Page 15: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

mereka yang telah berpendapatan relatif tinggi untuk memulai usahanya. Kondisi

ini diperkirakan akan memperhebat persoalan ketidakadilan pendapatan dan

distribusi kekayaan di pedesaan.

Sementara beberapa pihak berpendapat akan ada peningkatan pendapatan

di kalangan petani kaya yang akan berkontribusi kepada investasi dan penciptaan

lapangan kerja di pedesaan, namun skenario tersebut sangat bergantung pada

apakah janji-janji panen lebih baik dan pendapatan lebih tinggi dengan menanam

tanaman hasil modifikasi genetika dapat menjadi kenyataan atau tidak. Pernyataan

tersebut juga terkait dengan harapan keuntungan yang ‘menetes’ dari para petani

yang akan mendapat keuntungan dari tanaman hasil modifikasi genetika ke petani

yang tidak mampu membayar teknologi tersebut

Bertambahnya angka pengangguran sebagai efek dari rekayasa genetika,

khususnya di negara-negara berkembang. Umumnya benih hasil modifikasi

genetika dikembangkan oleh industri bioteknologi berbasis kebutuhan dan kondisi

petani negara maju yang pertaniannya sebagian besar berskala industri. Kondisi

industri pertanian, dengan biaya dan ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor

produksi utama, sangat berbeda jauh dengan keadaan pertanian berbasis rumah

tangga yang merupakan ciri pertanian di banyak negara berkembang di mana

tenaga kerja tersedia dalam jumlah melimpah, dan seringkali murah harganya.

Contohnya penerapan tanaman hasil modifikasi genetika yang tahan

herbisida bisa menghapus kebutuhan akan tenaga untuk penyiangan dan

penggarapan lahan saat persiapan lahan, dan akan menjadi dampak mematikan

jangka panjang pada tenaga kerja pedesaan. Tenaga kerja yang dibutuhkan di

pertanian akan berkurang karena tanaman tersebut akan mengurangi peluang kerja

bagi buruh tani miskin, khususnya di pedesaan yang tinggi tingkat

penganggurannya.

Beberapa pihak berpendapat, penggunaan benih hasil modifikasi genetika

yang lebih mahal dari benih-benih konvensional tapi membutuhkan lebih sedikit

tenaga kerja akan membuat usaha tani lebih ekonomis daripada mempekerjakan

buruh tani, karena mereka tidak hanya harus dibayar sesuai aturan upah yang

berlaku namun standard-standard buruh pertanian juga harus ditaati dan

diperhatikan. Argumen tersebut menguatkan dampak merusak potensial tanaman

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 15

Page 16: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

modifikasi genetika terhadap relasi sosial-ekonomi di pedesaan dan distribusi

pendapatan secara keseluruhan.

Hal ini menjadi masalah lebih besar dimana penggunaan benih modifikasi

genetika yang hemat tenaga kerja itu secara teoritis dapat menciptakan surplus

ekonomi lebih tinggi yang akan berkontribusi kepada peningkatan investasi dan

penciptaan lapangan kerja. Namun kecenderungan global dalam penurunan

investasi di pedesaan dan berkurangnya sumbangan pertanian kepada pendapatan

nasional secara keseluruhan dari hasil pertanian tidak diinvestasikan kembali di

sektor pertanian untuk bermanfaat bagi kaum miskin pedesaan.

Para pengembang dan pembuat kebijakan tidak dapat lolos dari dimensi

etika dari penerapan transgenik tanpa mengkaji dengan hati-hati potensi dampak

sosial-ekonominya. Berbeda dengan laboratorium dan rumah kaca di mana semua

faktor dan kondisi berada dalam kendali para ilmuwan yang melakukan penelitian,

kekuatan sosial dan ekonomi berada di luar kendali siapapun. Sehingga tanggung

jawab etika sangat penting untuk memperkuat kebutuhan kajian mendalam

mengenai pertimbangan sosial-ekonomi sebelum transgenik dilepas ke

masyarakat.

2.1.4. Dampak Agama

Modifikasi genetika juga berdampak pada religi atau masalah agama,

dimana sebagian orang masih mempermasalahkan kehalalan produknya. Terlebih

apabila penggunaannya sudah diterapkan pada manusia, sehingga akan

mengaburkan asal-usul dari seseorang. Bahtsul Masail pada Munas NU (Lombok

Tengah, 17-20 Nopember 1997) menyepakati tentang hukum cloning gen pada

manusia hukumnya haram. Alasannya, proses tanasul (berketurunan) harus

melalui pernikahan secara syar'i.

Fatwa yang sama diputuskan oleh MUI, pada Munas VI (25-29 Juli 2000)

menetapkan hukum cloning terhadap manusia, dengan cara bagaimana pun yang

berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram. Bahkan, dalam

fatwa MUI tersebut mewajibkan kepada semua pihak yang terkait untuk tidak

melakukan atau mengizinkan eksperimen atau praktik cloning terhadap manusia.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 16

Page 17: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

Majlis Tarjih melalui media resminya, jurnal ilmiah ke-Islaman, Tarjih,

edisi ke-2 Desember 1997 secara khusus pernah menurunkan tema 'Klonasi

(Cloning) menurut Tinjauan Islam'. Kesimpulan dari sejumlah artikel dalam jurnal

tersebut menyatakan bahwa penerapan cloning untuk memproduksi manusia akan

menjadi masalah. Pembolehannya hanya jika dalam keadaan darurat.

Ulama dari sejumlah lembaga fatwa di dunia Islam juga mengharamkan

cloning manusia, antara lain, Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim dalam

pertemuannya yang ke-10 di Jeddah pada tahun 1997 yang menetapkan bahwa:

”Cloning manusia, apa pun metode yang digunakan dalam reproduksi manusia itu

adalah sesuatu yang tidak Islami dan sepatutnya dilarang keras".

Disepakati juga bahwa semua manipulasi (yang berhubungan dengan reproduksi

manusia) dengan cara melibatkan elemen pihak ketiga (di luar ikatan perkawinan),

baik berupa rahim, ovum, atau sperma adalah tidak sah.

Ijtihād jamā’i dari dunia Islam, di antaranya, Majma' Buhūts Islāmiyyat

dari Al-Azhar Mesir telah mengeluarkan fatwa dan imbauan bahwa "cloning

manusia adalah haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai cara".

Al-Majma’ al-Fiqh al-Islāmi, Rabithat al-‘Ālam al-Islāmi dalam sidangnya

ke-15 pada 31 Oktober 1998 juga berpendapat serupa, demikian pula orang yang

melakukannya. Alasannya, termasuk tindakan intervensi atas penciptaan manusia,

hal tersebut berlawanan dengan berbagai ketentuan ayat Alquran tentang proses

penciptaan manusia (Q.s. al-Hujurāt (49):13, al-Tīn (95):4, al-Sajdat (32):7-8, al-

Taghābun (64):3, al-Thāriq (86):7, al-Nisā'(4):119), akan merancukan nasab (Q.s.

al-Furqān (25):54), satu-satunya cara berketurunan yang dibenarkan syarak hanya

dengan adanya pasangan laki-laki dan perempuan (Q.s. al-Rūm (30):21, al-Furqān

(2)5:54), merusak sistem pranata sosial berkeluarga, dan ketiadaan perbedaan

serta keberagaman sunnah Allah dalam penciptaan manusia yang merefleksikan

kesempurnaan ciptaan Allah (Q.s. al-Rūm (30):22). Di samping itu, lembaga ini

merasa perlu adanya undang-undang yang sifatnya internasional melarang

dipraktikkan cloning manusia.

Menjelang New Millenium, dunia dikejutkan oleh ditemukannya sebuah

cara baru dalam hal proses berkembang-biaknya mahluk hidup. Proses kembang

biak yang dikenal dengan istilah Kloning itu dinyatakan bisa menghasilkan

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 17

Page 18: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

anakan yang persis sama dengan induknya secara a-seksual (tanpa melalui

pembuahan). Adalah Professor Jerry L. Hall, yang pertama berhasil melakukan

percobaan Kloning. Konon, peneliti dari Washington University ini pernah

membelah embrio manusia menjadi beberapa bagian, sampai masing-masing

bagian tersebut berhasil dibiakkan menjadi embrio yang sama. Menyusul

kemudian : Dr. Tim Cohen dari Inggris. Ia ditengarai berhasil “membantu”

Maureen Ott melahirkan seorang anak perempuan yang dinamai Emma Ott,

setelah sebelumnya melalui proses pengkloningan.

Disaat Dr. Ian Walmut, Direktur Tim Roslin Institute, mempublikasikan

keberhasilannya dalam mengkloning sel kelenjar susu domba ras dorset asal

Finlandia menjadi seekor domba normal, polemik yang sebelumnya hanya riak-

riak kecil saja, berubah meluap ke permukaan. Polemik mengenai teknologi

kloning itu semakin bertambah panas, ketika Dr. Martine Nijs, peneliti medik asal

Belgia, mengaku telah berhasil mengkloning bocah kembar sejak tahun 1993.

Menurut Nijs, ketika ia mempublikasikan hal tersebut, tepat pada 9 Maret 1997,

klon bocah kembar itu masih terus mengalami masa pertumbuhan.

Reaksi masyarakat dunia begitu keras menyoroti dampak, serta

mempertanyakan etika teknologi rekayasa genetika. Mayoritas masyarakat dunia

memandang ide tersebut sebagai sesuatu yang buruk, rubbish, dan mencampuri

wilayah otoritas Tuhan. “Teknologi kloning memperlihatkan betapa kita sudah

kehilangan rasa hormat kepada makhluk hidup,”ujar Paus Yohannes Paulus II

dalam The Washington Post. “Ada banyak makhluk hidup yang perlu dihormati,

bukan hanya digunakan untuk memuaskan nafsu tertentu saja,” tambah Douglas

Bruce, direktur Church Of Scotland, yang berlokasi di propinsi tempat

diumumkannya penemuan domba kloning Dolly. Dan di Amerika Serikat, Gereja

Katholik Detroit,  mengeluarkan press release dalam The Detroit News. “Manusia

diciptakan dari citra Tuhan. Dan kloning hendak mengotorinya,” tulis pernyataan

itu.

Sesaat setelah Gereja Vatikan Roma mengeluarkan kecaman atas upaya

pengkloningan manusia yang marak dilakukan di negara-negara maju pasca

publikasi Dr. Ian Walmut, opini masyarakat barat, khususnya Amerika dan Eropa,

menunjukkan sentimen negatif. Hampir 90 % responden majalah Time,

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 18

Page 19: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

Newsweek, BBC, atau CNN Television, menabukan rekayasa genetika. 

Masyarakat duniapun masih tetap apriori terhadap teknologi kloning ini, kendati

Advanced Cell Tecnology (ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika

Serikat, dalam percobaannya berhasil membiakkan sel tunas (sel stem) menjadi

sel tertentu pengganti jaringan tubuh yang rusak sebab penyakit kronis. Meskipun

pihak perusahaan bioteknologi itu berusaha meyakinkan masyarakat luas

bahwasanya teknologi kloning bisa berguna untuk theurapeutic (proses

penyembuhan penyakit), dunia tetap memandang sinis terhadap ide rekayasa

genetika tersebut.

2.1.5. Dampak di bidang etika dan moral

Menyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain memiliki

dampak etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak

berkerabat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima

manusia. Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa

konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada organisme

hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas organisme. Hal ini

bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang menghargai nilai intrinsik

makhluk hidup. Kontroversi tanaman transgenik seperti pelanggaran nilai intrinsik

organisme alami, melawan sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai

spesies.

2.1.6. Dampak di Bidang Pertanian

Kelompok-kelompok petani di India dan Thailand memandang

bioteknologi sebagai ancaman bahaya. Sekelompok petani Thailand, baru-baru

ini, membakar patung menteri pertanian sebagai protes diberinya ijin tanaman

kapas MG masuk ke negara itu.

Untuk di Indonesia sendiri, menurut Cecep Risnandar, Ketua Komunikasi

Nasional Serikat Petani Indonesia, ada empat hal yang menyebabkan benih

rekayasa genetik tidak boleh dikembangkan di Indonesia, yaitu :

1. Aspek keamanan pangan. Belum ada satu penelitian pun yang menjamin

bahwa pangan rekayasa genetik 100 persen aman untuk di konsumsi.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 19

Page 20: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

Malah dari beberapa riset akhir-akhir ini, pangan hasil rekayasa genetika

menjadi penyebab berbagai penyakit.

2. Aspek lingkungan. Di beberapa negara yang mencoba menanam benih

rekayasa genetik terjadi polusi genetik. Lahan-lahan yang bersebelahan

dengan tanaman rekayasa genetik berpotensi untuk tercemar oleh gen-gen

hasil rekayasa genetik. Sehingga petani di sebelahnya yang menanam

tanaman non rekayasa genetik bisa dituduh melanggar hak cipta karena

dinilai telah membajak hak cipta perusahaan benih, padahal persilangan

tersebut dilakukan oleh alam. Selain itu, tanaman rekayasa genetik

berpotensi merusak keseimbangan lingkungan di sekitarnya. Hama dan

penyakit tanaman akan lari ke ladang-ladang konvensional sehingga mau

tidak mau petani tersebut harus beralih menjadi pengguna benih rekayasa

genetik yang harganya mahal.

3. Aspek legal. Belum ada peraturan yang komprehensif mengenai pangan

rekayasa genetik. Memang ada UU pangan, UU Budidaya tanaman, dan

UU perlindungan varietas tanaman namun belum ada peraturan turunan

dari UU tersebut yang secara rinci mengatur produk pangan rekayasa

genetik. Sehingga implementasinya di lapangan berpotensi merugikan

konsumen dan para petani.

4. Aspek pengusaan ekonomi. Berdasarkan pengalaman petani di berbagai

negara dan juga para petani yang pernah menjadi korban percobaan kapas

rekayasa genetik di Sulawesi Selatan, gembar-gembor benih yang

dikatakan tahan terhadap serangan hama dan produktivitasnya tinggi

hanya omong kosong. Malah petani di Sulsel yang beralih ke benih

genetik mengalami kerugian besar akibat ketergantungan penyediaan

benih. Tiba-tiba harga benih melambung tinggi dan susah dicari,

sementara itu petani sendiri tidak bisa mengembangkan benih secara

swadaya karena teknologinya sarat modal. Hal ini menyebabkan kerugian

yang besar dipihak petani dan mereka mulai membakar ladang-ladang

kapas mereka dan segera beralih ke produk non transgenik. Petani hanya

dijadikan objek untuk semata-mata keuntungan dagang saja.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 20

Page 21: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

2.2. PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG

PEMANFAATAN PRODUK REKAYASA GENETIKA

Kontroversi penyebarluasan penggunaan Organisme Hasil Modifikasi

Genetika (OHMG) atau yang lebih dikenal dengan Genetically Modified

Organism (GMO) atau rekayasa genetika (transgenik) telah menimbulkan arus

pertentangan antara setuju dan yang kurang atau tidak setuju. Antara lain

Kementrian Negara Lingkungan Hidup dan berbagai Organisasi Non-Pemerintah

yang meminta peninjauan kembali penggunaan organisme transgenik, karena

pertimbangan dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan OHMG.

Kontroversi mengenai keamanan pangan MG ini telah memicu kampanye

penghentian pemasaran bibit dan hasil tanaman pangan Modifikasi Genetika.

Dibeberapa negara, di beberapa Negara di Eropa melarang dan menolak benih

transgenik masuk ke negaranya, bahkan seperti di AS, India, dan Kanada telah

dilakukan penuntutan hukum agar pengadilan melarang tanaman MG.Sebagai

bentuk kehati-hatian dari lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada keamanan

pangan produk rekayasa genetika, baik secara internasional, regional maupun

masing-masing negara, maka oleh pemerintah Republik Indonesia pemanfaatan

produk rekayasa genetika di Indonesia harus mengacu kepada beberapa peraturan

perundangan, antara lain:

1. UU No. 7/1996 tentang Pangan

2. UU No. 21/2004 tentang Protokol Cartagena

3. PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan

4. PP No. 28/2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

5. PP No. 21/2005 , tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik

6. SKB 4 Menteri Th. 1999

7. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor : HK.00.05.23.3541 Tahun 2008,

tentang Pedomanpengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik

8. Dan lain-lain

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 21

Page 22: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

BAB IV

PENUTUP

Adapun yang menjadi kesimpulan dari makalah ini adalah :

Rekayasa genetika adalah upaya pencangkokan gen dengan teknik rekombinan

DNA pada mikroorganisme tertentu. Transgenik atau modifikasi genetika atau

rekayasa genetika sebagai bioteknologi modern memberi manfaat yang cukup

besar buat kesejahteraan manusia. Seperti misalnya dalam pemenuhan kebutuhan

pangan, obat-obatan, pelestarian hutan, sebagai sumber energy baru yang dapat

diperbarui dan lain-lain. Akan tetapi juga tidak bias dinafikan bahwa bioteknologi

modifikasi genetika juga tidak mutlak tanpa resiko, dan bahkan resiko yang

ditimbulkan oleh rekayasa genetika itu sendiri tidak bisa dikatakan lebih kecil dari

manfaat yang dibawanya, atau efek negatifnya tidak signifikan. Bahkan boleh jadi

dampak akibat modifikasi genetika ini lebih besar daripada manfaatnya. Seperti

dampaknya bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan (ekologis), dampak sosial-

ekonomi, dampak agama-etika dan moral dan sebagainya.

Bagaimanapun juga setiap teknologi pasti membawa dampak negatif

disamping juga bermanfaat, maka agar dampak negatif itu dapat diminimalisir

hendaknya para pengembang dan pengguna bioteknologi rekayasa genetika

memperhatikan dan melaksanakan peraturan yang telah dibuat berkenaan dengan

pengembangan,penggunaan dan penyebarluasan produk rekayasa genetika,

sehingga teknologi yang pada dasarnya dibuat dan diciptakan bertujuan untuk

mencapai kemaslahatan manusia.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 22

Page 23: REKAYASA GENETIKA DAN “GENETIKA MODIFIED ORGANISM” (GMO) DALAM POLEMIK

DAFTAR PUSTAKA

Guspri Devi Artanti, ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PETANI TERHADAP PRODUK REKAYASA GENETIKA, Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2010 5(2): 113 – 120

http://www.kulinet.com/baca/pro-kontra-rekayasa-genetika/609/ (diakses 17/8/2012)

http://www.netsains.com/2007/11/ketika-rekayasa genetika%E2%80%9Cmenghiasi%E2%80%9D-peradaban-modern/ (diakses 17/8/2012)

http://forumm.wgaul.com/showthread.php?p=1037482003 (diakses 17/8/2012)

http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/message/3472(diakses 17/8/2012)

http://forumm.wgaul.com/showthread.php?p=1037482003(diakses 17/8/2012)

http://cibeureum.wordpress.com/2009/09/02/pro-kontra-rekayasa genetika(diakses 17/8/2012)

Nurhayati Abbas, JURNAL HUKUM NO. 3 VOL. 16 JULI 2009: 423 – 438 Perkembangan Teknologi di Bidang Produksi Pangan dan Obat-obatan serta Hak hak Konsumen, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan

Stansfield, W.D. (1991). Genetika, edisi kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dwi Tika AfrianiRekayasa Genetik dan Genetik Modified Organism (GMO) dalam

Polemik | 23