Tugas Rekayasa Genetika FG-D

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Transformasi Gen, Pemurnian Plasmid, Gel Elektroforesis & DNA Sequencing

Citation preview

  • Teknik Modifikasi dan Analisis dalam Manipulasi Gen

    Alifah Ismawati (1206212382), Clarissa (1206238974), Ghilandy Ramadhan (1206242012),

    Lucia Purwanti (1206212496), Primantono Rachman (1206262121),

    Rizka Margi Astuty (1206212470)

    Jurusan Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

    Universitas Indonesia

    Abstrak

    Rekayasa genetika merupakan salah satu ilmu terapan dalam merekayasa materi genetik

    untuk kepentingan manusia. Rekayasa genetika sendiri merupakan teknik untuk memodifikasi

    DNA yang berperan sebagai substansi kimiawi dalam kromosom yang bertanggung jawab atas

    pewarisan sifat untuk menghasilkan produk-produk baru yang memiliki kombinas sifat yang

    diinginkan (Chang, 2009). Beberapa contoh rekayasa genetika meliputi analisis dan modifikasi

    genetic antara lain adalah transformasi genetic, pemurnian plasmid, elektroforesis gel, dan metode

    sekuensing. Manipulasi gen yang semula dilakukan secara acak, dapat diarahkan pada target yang

    lebih tepat dengan teknik transformasi genetik. Mendapatkan vektor kloning berupa plasmid dapat

    didapatkan dengan pemurnian plasmid. Elektroforesis gel digunakan untuk menyediakan

    informasi mengenai ukuran, konfirmasi dan muatan dari protein dan asam nukleat. Sedangkan,

    sekuensing DNA dapat dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen atau fragmen

    DNA lainnya.

    Kata Kunci: Elektroforesis gel, rekayasa genetika, sekuensing, teknik pemurnian plasmid, dan

    transformasi genetik

    I. Transformasi Genetik

    I.1 Prinsip Dasar Transformasi Genetik

    Transformasi genetik merupakan proses perpindahan gen asing yang diisolasi dari

    tanaman, virus, bakteri, atau hewan ke dalam suatu genom baru. Transformasi genetik

    merupakan bentuk bioteknologi yang terus dikembangkan sampai sekarang ini yang

    bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia maupun lingkungan. Proses

  • transformasi genetic dapat dilakukan melalui 2 teknik, yaitu teknik langsung dan teknik

    tidak langsung.

    Proses transformasi genetik secara langsung diartikan sebagai proses pemasukan

    gen asing ke dalam sel tanpa menggunakan perantara seperti yang digunakan oleh metode

    tidak langsung. Proses transformasi genetik yang dilakukan secara langsung dapat

    dilakukan menggunakan beberapa metode seperti heat shock, penembakan eksplan gen

    dengan gene gun atau yang disebut particle bombardment, microinjection, dan

    elektroporasi. Metode transformasi genetik secara langsung dengan metode heat shock

    merupakan metode yang paling sederhana. Metode ini akan menaikan suhu lingkungan

    yang terdiri dari sel, dengan adanya perbedaan tekanan diantara bagian luar dan bagian

    dalam sel, akan terjadi induksi untuk membuat celah sehingga DNA plasmid superkoil

    dapat masuk ke bagian dalam sel. Setelah itu sel akan kembali ke bentuk normal jika suhu

    kembali ke keadaan normal, fenomena ini disebut dengan self-heal. Metode Particle

    Bombardment dikembangkan untuk memungkinkan terjadinya penetrasi dinding sel

    sehingga materi genetik yang mengandung gen asing dapat masuk ke dalam sel. Metode

    ini dimulai dengan proses pelapisan partikel microprojectiles (seperti emas atau tungsten)

    dengan plasmid DNA, dimana terjadi aselerasi dengan tekanan udara dan tembakan

    jaringan sel pada cawan petri. Microprojectiles yang masuk ke dalam sel, akan melepaskan

    transgen dari permukaan partikel dan dapat memasukannya ke dalam DNA kromosom sel

    tersebut (Gan, 1989).

    Gambar 1. Ilustrasi dari transfer gen menggunakan metode

    Gene Gun atau Particle Bombardement

    Sumber: http://nptel.ac.in/courses/102103016/module3/lec24/2.html

  • Metode transformasi genetik secara langsung dengan microinjection yang

    menyuntikan DNA langsung ke dalam protoplas tanaman atau sel (khusus ke dalam inti

    atau sitoplasma) dengan menggunakan jarum kaca kapiler atau micropipettes.

    Metode transformasi genetik secara langsung dengan tenik elektroporsi umumnya

    menggunakan protoplas tumbuhan karena dinding sel tumbuhan tebal sehingga akan

    membatasi pergerakan makromolekul (Bates, 1999). Rangsangan listrik diberikan pada

    suspensi protoplas dengan DNA yang ditempatkan di antara elektroda di dalam kuvet

    elektroporasi. Tegangan tinggi yang diberikan oleh rangsangan arus pendek akan

    merangsang pembentukan celah mikro sementara membran sel akan memungkinkan DNA

    yang diinisiasi akan masuk ke dalam sel dan ke bagian inti.

    Proses transformasi genetik secara tidak langsung menggunakan bakteri

    Agrobacterium tumifaciens. Secara alami bakteri A. tumifaciens hanya dapat menginfeksi

    tanaman dikotil, sehingga awalnya transformasi ini hanya terbatas pada tanaman dikotil,

    namun seiring dengan perkembangan teknologi, penelitian menunjukan proses

    transformasi menggunakan bakteri A. tumifaciens dapat dilakukan untuk tanaman

    monokotil (Slamet-Loedin, 1994). Bakteri ini memiliki kemampuan untuk memindahkan

    DNA ke dalam sel tanaman karena bakteri ini merupakan bakteri fitopatogen. Bakteri A.

    tumifaciens memiliki plasmid single copy yang berukuran besar dan disebut Plasmid Ti

    atau tumour inducing. Sebagian dari DNA plasmid yaitu tDNA atau DNA transfer akan

    dipindahkan ke dalam sel tanaman dan akan masuk ke dalam genom tanaman yang

    terinfeksi. Gen-gen tersebut selanjutnya dapat diekspresikan oleh sel tanaman, contohnya

    seperi sintesis auksin atau sitokinin. Sesuai istilah yang digunakan yaitu tumour inducing,

    jaringan tanaman yang terinfeksi akan mengalami proliferasi sel (fase sel saat mengalami

    pengulangan siklus sel tanpa hambatan) yang tak terkendali dan menghasilkan jaringan

    tumor. Pertumbuhan tumor ini diperlukan untuk pertumbuhan jaringan tumbuhan secara in

    vitro (Day and Lichtenstein, 1992; White, 1993; Heldt, 1999).

    Keunggulan metode transformasi secara langsung adalah dapat digunakan kepada

    berbagai jenis tanaman dan kekurangan metode transformasi secara langsung adalah gen

    yang tersisip cenderung dalam jumlah salinan yang banyak sehingga peluang terjadi

    penyusunan kembali gen tersebut menjadi besar. Sedangkan keunggulan metode

    transformasi secara tidak langsung adalah tidak membutuhkan peralatan khusus karena

  • dapat dilakukan dalam laboratorium yang sederhana dan sisipan gen tunggal berpeluang

    lebih tinggi dibandingkan transformasi langsung sehingga stabilitas ekspresi gen lebih

    tinggi (Hansen and Chilton, 1996).

    I.2 Fungsi Tranformasi Genetik

    Fungsi transformasi genetik tergantung terhadap peruntukannya, namun secara

    umum transformasi genetic memiliki fungsi untuk menghasilkan sifat baru seperti

    ketahanan hama, penyakit, atau herbisida, untuk meningkatkan kandungan metabolit

    sekunder, untuk meningkatkan daya simpan, dan untuk menghilangkan sifat-sifat yang

    tidak diinginkan.

    I.3 Kompenen yang Terlibat dalam Transformasi Genetik

    Kompenen yang terlibat dalam proses terjadinya transformasi genetik secara umum

    adalah gen-gen asing yang telah diisolasi seperti tanaman, virus, bakteri, atau hewan;

    genom baru yang ingin disisipi dengan gen asing tersebut, dan agen perantara untuk

    transformasi genetic secara tidak langsung. Salah satu contoh agen perantara yang biasa

    digunakan adalah A. tumifaciens. Sampai saat ini, transformasi genetik sudah berkembang

    dengan pesat, organisme-organisme yang telah menjadi target transformasi genetik adalah

    tanaman, bakteri, dan hewan.

    I.4 Mekanisme Transformasi Genetik

    Secara umum, mekanisme transformasi genetik secara keutuhan dibagi menjadi 4

    buah tahapan besar yaitu insersi, integrasi, ekspresi, dan pewarisan sifat baru. Ketiga buah

    tahapan lanjutan ketika pemasukan gen asing telah dilakukan. Berikut ini adalah penjelasan

    mengenai mekanisme transformasi genetik bagian inisiasi secara langsung atau tidak

    langsung melalui contoh.

    Contoh Transformasi Genetik secara Langsung

    Salah satu contoh tranformasi genetic secara langsung adalah SNA transformasi

    pada bakteri E.coli. Membran sel E.coli mempunyai ratusan pori-poro yang disebut dengan

    zona adisi. Membran sel bakteri tersusun dari molekul-molekul negatif karena adanya

    fosfat. Walaupun zona adisi cukup besar untuk loop DNA yang akan masuk, namun karena

    loop DNA juga bermuatan negative, maka akan terjadi tolakan. Penggunaan larutan CaCl

    atau kalsium klorida sebagai medium akan menyumbangkan ion kalsiumnya yang

    bermuatan positif, sehingga akan membuat keadaan menjadi netral. Dengan melakukan

  • penurunan suhu, maka molekul lipid menjadi lebih diam dan keadaan akan menjadi lebih

    stabil sehingga terbentuk seperti suatu perisai. Dengan penaikan suhu secara mendadak

    atau yang disebut dengan heat shock, maka akan terjadi ketidakseimbangan suhu di kedua

    buah sisi membrane, sehingga loop DNA dapat masuk melalui zona adisi.

    Gambar 2. Keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan suhu bagian dalam dan luar membran

    sel dan loop DNA masuk melalui zona adisi

    Sumber: http://shomusbiology.weebly.com/

    Contoh Transformasi Genetik secara Tidak Langsung

    Proses transformasi genetic secara tidak langsung menggunakan bakteri A.

    tumifaciens yang merupakan agen perantara. Gen DNA asing yang ingin dimasukan di

    dalam genom yang ingin diubah informasi genetiknya, sebelumnya disisipkan ke dalam

    plasmid dari A. tumifaciens atau yang disebut plasmid Ti melalui serangkaian tahap yang

    telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya rangkaian tahapan diatas dilanjutkan dengan

    proses infeksi bakteri ke dalam sel tanaman meliputi 3 tahapan besar sebagai berikut:

    1. Pengenalan A. tumifaciens dengan molekul sinyal yang dihasilkan oleh sel tanaman

    yang terinfeksi, lalu secara kemotaksis bakteri akan bergerak dan menempel pada sel

    tanaman.

    2. Gen-gen pada plasmid Ti akan merespon sinyal yang dihasilkan oleh tanaman dan akan

    menginduksi ekspresi gen-gen vir untuk memotong rantai tungga tDNA dan

    memindahkannya ke dalam inti sel tanaman.

    3. tDNA akan terintegrasi ke dalam genom tanaman dan gen pada tDNA diekspresikan

    dalam sel tanaman.

  • Gambar 3. Proses infeksi alami dari A. tumefaciens

    Sumber:http://www.biotek.lipi.go.id/images/stories/biotrends/vol4no1/agrobacterium2630.pdf

    II. Pemurnian Plasmid

    II.1 Prinsip Dasar Pemurnian Plasmid

    Inti dari pemurnian plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel sehingga

    semua organel sel dapat keluar. Sehingga didapatkan DNA kromosomal serta DNA

    ekstrakromosmal (plasmid). Untuk memperoleh plasmid saja harus dilakukan pemurnian

    dari debris membran sel, organel sel, dan pengotor lainnya. Metode yang dapat digunakan

    untuk isolasi plasmid antara lain yaitu boiling lysis, lysis with detergent, mechanical lysis,

    alkaline lysis, dan enzimatic digestion.

    II.2 Fungsi Pemurnian Plasmid

    Plasmid telah diproduksi secara komersil oleh sejumlah perusahaan untuk

    digunakan sebagai vektor kloning (Gregory & Funnell 2004). Agar dapat digunakan

    sebagai vektor kloning, plasmid harus memiliki beberapa kriteria, yaitu berukuran kecil,

    relatif memiliki jumlah salinan yang tinggi (high copy number), memiliki gen penanda

    seleksi dan gen pelapor, serta memiliki situs pemotongan enzim restriksi untu

    memudahkan penyisipan DNA ke dalam vektor plasmid (Gregory & Funnell 2004).

    Keberadaan plasmid merupakan hal terpenting dalam teknik DNA rekombinan.

    Keberhasilan suatu teknik DNA rekombinan tergantung dari hasil mengisolasi dan

    memurnikan DNA plasmid dari bakteri atau yeast. Pemurnian DNA plasmid dilakukan

    untuk menghilangkan berbagai pengotor-pengotor yang berasal dari bagian sel yaitu

    dinding sel dan beberapa protein (Sambrook & Russell 2006).

  • II.3 Komponen yang Terlibat dalam Transformasi Genetik

    Komponen yang terlibat dalam proses terjadinya pemurnian plasmid secara umum

    adalah DNA Plasmid, DNA Kromosom dan zat zat pengotor yaitu dinding sel , protein

    juga organel lainnya.

    Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara autonom

    dan bisa ditemukan pada sel hidup (Royston 1972). Di dalam satu sel, dapat ditemukan

    lebih dari satu plasmid dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak

    mengkodekan fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut (Royston 1972).

    Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat bertahan pada

    keadaan yang kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan kembali normal, DNA

    plasmid dapat dibuang (Royston 1972). Berdasarkan fungsinya plasmid dapat

    dikelompokkan menjadi:

    Fertility- F plasmids

    Merupakan plasmid yang dapat ditransfer dari satu sel ke sel bakteri lain untuk proses

    konjugasi yang juga mempunyai kemampuan untuk mentransfer DNA atau gen.

    Resistance- R plasmids.

    Mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik atau racun dan inhibitor

    pertumbuhan lainnya. Plasmid R dapat ditemukan pada Staphylococcus.

    Plasmid penyandi bacteriocins.

    Plasmid ini mengandung gen struktural bacteriocins ataupun gen yang mengkode

    protein yang berperan dalam pemrosesan dan transport bacteriocins yang merupakan

    senyawa untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain, contohnya adalah plasmid Col

    pada bakteri Escherichia coli yang mengkode colicins.

    Degradative plasmids.

    Merupakan plasmid yang mampu mencerna substansi yang tidak umum seperti toluene.

    Virulence plasmids.

    Merupakan plasmid yang menjadikan bakteri tersebut pathogen.

    Sedangkan berdasarkan jumlah plasmid di dalam sel dapat dibedakan menjadi:

  • Low copy number plasmid: dimana dalam satu sel hanya mengandung satu atau

    beberapa plasmid saja.

    High copy number: dimana dalam satu sel mengandung banayak plasmid hingga

    ribuan, contohnya bakteri E.coli.

    Selain fungsi, plasmid juga memiliki bentuk yang beragam, antara lain:

    Supercoiled (covalently closed-circular): DNA plasmid berbentuk sirkular dengan

    bentuk rantai yang terpilin.

    Relaxed circular: kedua ujung DNA menyatu dan berbentuk sirkuler.

    Supercoiled denature: kedua ujung DNA menyatu tetapi pasangan basanya tidak

    sempurna.

    Nicked open circular: rantai DNA yang terpotong pada salah satu sisi saja.

    II.4 Mekanisme Pemurnian Plasmid

    Secara garis besar isolasi plasmid terdiri dari tiga tahapan kegiatan, yaitu tahap

    kultivasi dan harvesting, tahap lisis dan tahap pemurnian DNA plasmid. Kultivasi yaitu

    memberikan kesempatan bagi bakteri untuk memperbanyak diri sehingga pada saat

    pemanenan didapatkan plasmid dalam jumlah yang banyak. Lisis (pemecahan dinding sel),

    membran sel bakteri tersusun atas membran luar dan membran dalam, membran luar terdiri

    atas lipopolisakarida, protein, fosfolipid, lipoprotein, dan peptidoglikan sedangkan

    membran dalam tersusun atas membran fosfolipid bilayer yang juga terintegrasi di

    dalamnya.

    Gambar 4. Tahapan dalam pemurnian Plasmid

    Sumber: https://www.acgtinc.com

  • Beberapa cara untuk menghilangkan DNA genom pada pemurnian DNA plasmid

    telah banyak dikembangkan. Cara pemisahan DNA plasmid dengan DNA genom pada

    prinsipnya berdasarkan ukuran dan konformasinya. Ukuran DNA plasmid sangat kecil bila

    dibandingkan dengan ukuran DNA genom. Ukuran DNA plasmid yang terbesar, kurang

    dari 8% ukuran DNA genom bakteri, dan sebagaian besar DNA plasmid berukuran lebih

    kecil daripada ukuran tersebut. Dengan demikian teknik yang dapat memisahkan molekul

    DNA yang kecil dengan DNA yang berukuran besar akan sangat efektif untuk memisahkan

    DNA plasmid (Radji, M., 2011). Salah satu cara yang lazim digunakan untuk memisahkan

    DNA plasmid dengan DNA genom adalah dengan menggunakan cara sentrifugasi gradient

    densitas. Teknik sentrifugasi gradient densitas etidium bromida sesium klorida, yang

    berkecepatan tinggi, merupakan cara yang sangat efektif untuk memperoleh DNA plasmid

    murni. Dengan teknik tersebut DNA plasmid akan membentuk pita pada titik tertentu yang

    terpisah dengan pita genom, dimana protein akan mengapung pada permukaan gradient,

    dan RNA akan berada pada dasar tabung. Posisi pita - pita DNA dalam tabung bisa terlihat

    melalui pendaran etidium bromide yang disinari dengan ultra violet. DNA plasmid dapat

    diambil dengan menusukkan jarum suntik pada dinding tabung dimana pita DNA plasmid

    terlihat dan menyedotnya. Sedangkan etidium bromide yang terikat pada DNA plasmid

    dapat diekstraksi dengan n-butanol, dan CsCl dihilangkan dengan cara dialisis. Teknik

    pemisahan ini dapat memperoleh DNA plasmid murni yang dapat digunakan sebagai

    vector kloning. (Radji, M., 2011)

    III. Sekuensing

    III.1Prinsip Dasar Sekuensing

    Sequencing adalah penentuan urutan basa DNA dalam segmen molekul DNA

    yang relatif pendek. Pengurutan atau sequencing asam nukleat memungkinkan kita

    mengetahui kode genetic dari molekul DNA. DNA sequencing menggunakan metode

    PCR ( Polymerase Chain Reaction) sebagai pijakannya. DNA yang akan ditentukan

    urutan basa ACGT-nya dijadikan sebagai cetakan ( template) untuk kemudian

    diamplifikasi menggunakan enzim dan bahan-bahan yang mirip dengan reaksi PCR,

    namun ada penambahan beberapa pereaksi t ertentu. Proses ini dinamakan cycle

    sequencing. Jadi yang membedakan cycle sequencing dengan PCR biasa adalah:

  • Primer yang digunakan hanya satu untuk satu arah pembacaan, tidak dua (sepasang)

    seperti PCR

    ddNTPs ( dideoxy-Nucleotide Triphosphate) a dalah modifikasi dari d NTPs dengan

    menghilangkan gugus 3-OH pada ribosa.

    Saat proses ekstensi, enzim polimerase akan membuat rantai baru DNA salinan

    dari template dengan menambahkan dNTP-dNTP sesuai dengan urutan pada DNA

    cetakannya. Nah, jika yang menempel adalah ddNTP, maka otomatis proses polimerisasi

    akan terhenti karena ddNTP tidak memiliki gugus 3 -OH yang seharusnya bereaksi

    dengan gugus 5 -fosfat dNTP berikutnya membentuk ikatan fosfodiester. Pada akhir cycle

    sequencing, yang dihasilkan adalah fragmen-fragmen DNA dengan panjang bervariasi.

    Jika fragmen-fragmen tersebut dipisahkan dengan elektroforesis, maka akan terpisah-

    pisah dengan jarak antar fragmennya satu basa-satu basa.

    Prinsip Dasar Sekuensing Sanger

    Metode Sanger pada dasarnya memanfaatkan dua sifat salah satu subunit enzim

    DNA polimerase yang disebut fragmen klenow. Kedua sifat tersebut adalah

    kemampuannya untuk menyintesis DNA dengan adanya dNTP dan ketidakmampuannya

    untuk membedakan dNTP dengan ddNTP. Jika molekul dNTP hanya kehilangan gugus

    hidroksil (OH) pada atom C nomor 2 gula pentosa, molekul ddNTP atau dideoksi

    nukleotida juga mengalami kehilangan gugus OH pada atom C nomor 3 sehingga tidak

    dapat membentuk ikatan fosfodiester. Artinya, jika ddNTP disambungkan oleh fragmen

    klenow dengan suatu molekul DNA, maka polimerisasi lebih lanjut tidak akan terjadi atau

    terhenti. Basa yang terdapat pada ujung molekul DNA ini dengan sendirinya adalah basa

    yang dibawa oleh molekul ddNTP. Dengan dasar pemikiran itu sekuensing DNA

    menggunakan metode dideoksi dilakukan pada empat reaksi yang terpisah. Keempat

    reaksi ini berisi dNTP sehingga polimerisasi DNA dapat berlangsung. Namun, pada

    masing-masing reaksi juga ditambahkan sedikit ddNTP sehingga kadang-kadang

    polimerisasi akan terhenti di tempat -tempat tertentu sesuai dengan ddNTP yang

    ditambahkan. Jadi, di dalam tiap reaksi akan dihasilkan sejumlah fragmen DNA yang

    ukurannya bervariasi tetapi ujung 3nya selalu berakhir dengan basa yang sama. Sebagai

    contoh, dalam reaksi yang mengandung ddATP akan diperoleh fragmen-fragmen DNA

    dengan berbagai ukuran yang semuanya mempunyai basa A pada ujung 3nya.

  • III.2 Fungsi Sanger Sequencing

    Fungsi dari metode sequencing sanger adalah untuk menentukan identitas maupun

    fungsi gen atau fragmen DNA lainnya dengan cara membandingkan sekuens-nya dengan

    sekuens DNA lain yang sudah diketahui.

    III.3 Kompenen yang Terlibat dalam Sanger Sequencing

    Kompenen yang terlibat dalam proses terjadinya Sanger Sequencing secara umum

    adalah template DNA yang akan disekuensing, oligonucleotide primer yang dilabeli,

    DNA polymerase, empat deoxynucleoside triphosphates: dATP, dGTP, dCTP, dTTP, dan

    empat dideoxy nucleoside triphosphates (nucleoside triphosphates lacking both 2- and 3-

    hydroxy groups): ddATP, ddGTP, ddCTP, dd.

    III.4 Mekanisme Sanger Sequencing

    Metode yang pertama kali dikembangkan oleh Frederick Sanger pada tahun 1975,

    yaitu dengan melakukan reaksi cycle sequencing pada empat tabung terpisah yang

    masing-masing berisi semua pereaksi yang dibutuhkan. Khusus untuk ddNTP, yang

    ditambahkan hanya 1 jenis untuk setiap tabung. Setiap tabung diberi tanda, A jika yang

    ditambahkan adalah ddATP, G jika ddGTP, C jika ddCTP dan T jika ddTTP.

    Setelah reaksi cycle sequencing selesai, keempat hasil reaksi tersebut dilarikan

    pada gel electrophoresis sehingga fragmen-fragmen yang dihasilkan dapat terpisah.

    Urutan basa DNA dapat ditentukan dengan mengurutkan fragmen yang muncul dimulai

    dari yang paling bawah (paling pendek). Fragmen DNA dapat divisualisasi karena primer

    yang digunakan dilabel dengan radioaktif atau fluorescent. Pada teknik lain, bukan primer

    yang dilabel melainkan dNTP.

    Gambar 5. Prinsip Sanger Method dengan primer labelling

    Sumber: http://sciencebiotech.net/mengenal-teknik-dna /

    Dye primer dengan label yang berbeda

  • Agar proses pemisahan fragmen pada gel electrophoresis bisa digabung dalam 1

    lajur saja, digunakanlah pelabel fluorescent dengan 4 warna berbeda untuk setiap reaksi

    cycle sequencing. Dengan teknik ini visualisasi dan penentuan urutan basa dapat

    dilakukan dengan lebih mudah karena keempat reaksi dipisahkan dalam satu lajur

    electrophoresis dengan 4 warna berbeda. Coba bandingkan cara ini dengan cara

    sebelumnya.

    Gambar 6. One Cycle of Dye Primer Cycle Sequencing

    Sumber: http://www.appliedbiosystems.com/absite/us/en/home/applications-technologies/dna-

    sequencing-fragment-analysis/overview-of-dna-sequencing/

    Dye terminators sequencing

    Cara yang lebih simple akhirnya ditemukan juga. Para ilmuwan cerdas

    menemukan cara untuk melabel ddNTP dengan 4 label fluorescent yang berbeda-beda

    untuk ddATP, ddCTP, ddGTP dan ddTTP. Dengan demikian, reaksi cycle sequencing

    dapat dilakukan dalam 1 tabung reaksi dan dirun pada satu lajur gel electrophoresis saja.

    Sangat simple dan cepat. Setiap empat terminator dideoxy (ddNTP) dipasangkan dengan

    dye fluoresens yang berbeda. Pertumbuhan rantai dibatasi sekaligusdan ditandai dengan

    dye yang terhubung dengan basa.

    Gambar 7. One Cycle of Dye Terminator Cycle Sequencing

    Sumber: http://www.appliedbiosystems.com/absite/us/en/home/applications-technologies/dna-

    sequencing-fragment-analysis/overview-of-dna-sequencing/

  • Dengan ditemukannya mesin Automated Capillary Sequencer, proses pemisahan

    fragmen dan pembacaan urutan basa DNA dapat dilakukan dengan lebih simple, cepat

    dan terotomatisasi. Jumlah kapiler pada mesin ini bervariasi, mulai dari 1, 4, 16, 48 hingga

    96 kapiler dalam satu mesin, semakin banyak jumlah kapiler, semakin banyak pula jumlah

    sampel DNA yang bisa ditentukan urutan basanya.

    Automated DNA sequencing

    Pada automated DNA sequencing, deoxynucleotide radioaktif tidak digunakan dan

    ke-4 reaksi dideoxy dikerjakan dalam satu tabung tunggal. Hal Ini dikarena pada tiap

    ddNTPs dilabel dengan pewarna flourescent yang berbeda. Sehingga warna yang ada pada

    tiap fragmen yang disintesa berhubungan dengan warna yang berikatan pada

    dideoxynucleotide yang ditambahkan untuk menghentikan sintesis fragmen. Isi dari satu

    tabung reaksi dimasukkan ke satu jalur pada gel dan dielektroforesis.

    Gambar 8. Komponen autometed sequencing

    Sumber: http://www.icb.uncu.edu.ar/upload/dnasequencing.pdf

    Gambar 9. Hasil dari automated DNA sequencing

    Sumber: http://www.icb.uncu.edu.ar/upload/dnasequencing.pdf

  • III.5 Metode Maxam-Gilbert

    Metode ini dikembangkan oleh A.M Maxam dan W. Gilbert pada tahun 1987.

    Prinsip dari metode ini adalah DNA yang akan diurutkan terlebih dahulu harus diberi label

    di salah satu ujung saja. Hal ini dilakukan dengan pemberian enzim kinase dengan 32P

    ATP di ujung 5. Bahan kimia yang digunakan akan merusak DNA di masing-masing

    empat basa nukleotida dalam kondisi hanya satu rantai yang rusak yang dibuat. DNA yang

    dimodifikasi kemudian dapat dipecah oleh piperidin panas (CH2)5NH. Lalu empat tabung

    disiapkan yang masing masing berisi Adenin, Timin, Guanin, dan Sitosin. Fragmen dalam

    empat reaksi yang dielektroforesis berdampingan pada denaturasi gel akrilamida untuk

    pemisahan ukuran. Untuk memvisualisasikan fragmen, gel diberi film sinar-X untuk

    autoradiografi yang menghasilkan serangkaian band gelap yang masing-masing

    menunjukkan lokasi molekul DNA radiolabeled identik. Dari keberadaan dan tidak

    adanya fragmen tertentu urutan mungkin disimpulkan. Setelah elektroforesis gel dan

    autoradiografi hanya fragmen yang memiliki gugus 5 terminal 32P grup fosfat muncul

    pada gel pada posisi dasar dimodifikasi.

    Gambar 10. Prinsip prosedur Maxam-Gilbert.

    Gambar menunjukan hanya untuk satu basa

    Adenin

    Sumber:http://wiki.biomine.skelleftea.se/biomine

    /molecular/index_14.htm

    Gambar 11. Pembacaan sekuens pada gel

    Sumber:http://wiki.biomine.skelleftea.se/

    biomine/molecular/index_14.htm

    IV. Elektroforesis Gel

    IV.1 Prinsip dasar Elektroforesis Gel

    Elektroforesis gel merupakan suatu teknik pemisahan (dan kadang pemurnian)

    asam nukleat dan protein berdasarkan ukuran, muatan atau bentuk permukaannya dengan

  • memanfaatkan perpindahan atau migrasi molekul bermuatan dalam suatu medan listrik.

    Tujuaan dari elektroforesis gel antara lain:

    a) Mengetahui ukuran dan bentuk suatu partikel DNA atau RNA.

    b) Digunakan untuk mengamati hasil amplifikasi dari DNA

    c) Dalam bidang kesehatan , elektroforesis digunakan untuk mengetahui ukuran dan

    jumlah basa dalam suatu sekuen DNA tertentu. Ketika molekul bermuatan

    ditempatkan pada medan listrik, maka molekul tersebut akan berpindah ke kutub

    negatif atau positif, tergantung dengan muatnnya. Berbeda dengan protein yang bisa

    bermuatan positif dan negatif, asam nukleat bermuatan negatif yang berasal dari

    oodfatnya, sehingga asam nukleat akan berpindah ke anoda (kutub positif).

    IV.2 Komponen yang Terlibat dalam Elektroforesis Gel

    Komponen yang terlibat dalam elektroforesis gel adalah sebagai berikut:

    Gen / asam nukleatAsam nukleat yang akan dianalisis diambil dari organisme.

    Enzim restriksi: merupakan enzim yang digunakan untuk memotong-motong asam

    nukleat menjadi lebih kecil sebelum dielektroforesis.

    Gel: suatu lembaran tipis yang digunakan sebagai medium elektroforesis. Gel

    dicampur dengan buffer yang menyediakan ion untuk membawa aliran dan untuk

    menjaga pH tetap stabil. Gel dapat dibuat dari agarosa ataupun poliakrilamid.

    Gel agarosa: merupakan polisakarida yang diekstrak dari rumput laut, biasa

    digunakan dengan konsentrasi 0,5 2%, semakin banyak konsentrasinya, semakin

    kenyal gel tersebut. Gel agarosa memiliki rentang separasi yang luas, tetapi memiliki

    daya pemecahan rendah.

    Gel poliakrilamid: merupakan polimer silang akrilamid, penggunaan untuk gel

    dengan konsentrasi 3,5 20%. Gel poliakrilamid lebih sulit dibuat daripada gel

    agarose. Poliakrilamid tidak beracun namun dalam pembuatan gel tersebut harus

    menggunakan masker dan sarung tangan agar terhindar dari akrilamid

    bebas.Poliakrilamid memiliki rentang separasi yang rendah, namun memiliki

    kekuatan pemecahan yang sangat tinggi. Poliakrilamid gel lebih sering digunakan

    untuk elektroforesis protein.

    Sample combs: Merupakan suatu cetakan untuk membuat sumur sampel dalam gel

  • Buffer Elektroforesis: untuk menjaga kestabilan pH dan sebagai sumber ion, biasanya

    Tris-asetat-EDTA (TAE) atau Tris-borat-EDTA (TBE).

    Loading Buffer: mengandung sesuatu yang padat (contoh gliserol) agar sampel jatuh

    ke sumur gel.

    Alat elektroforesis: untuk proses elektroforesis, terdiri atas alat pencetak gel dan

    sumber listrik

    Bahan pewarna: Staining atau pewarnaan dapat menggunakan methylene blue atau

    etidhium bromide. Tujuan dari staining ini adalah untuk memudahkan pengamatan

    hasil elektroforesis.

    Transiluminator (kotak UV): untuk memvisualisasikan DNA yang telah

    dielektroforesis.

    Kurva standar: untuk membantu menganalisis hasil akhir elektroforesis.

    IV.3 Mekanisme Proses Elektroforesis

    Mekanisme proses elektroforesis gel meliputi:

    Persiapan Sampel

    Sampel gen disiapkan kemudian ditambahkan enzim restriksi kedalamnya,

    lalu dipanaskan pada suhu 37 selama satu jam. Pemanasan ini berfungsi untuk

    mengaktifkan enzim agar bekerja secara optimal dalam menjalankan fungsinya untuk

    memotong gen.

    Gambar 12. Proses menyiapkan sampel

    Sumber:http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2250/Week_Three/electro4

    Pembuatan gel

    Gel yang digunakan adalah agarosa. Gel agarosa dicampur dengan loading

    buffer kemudian dipanaskan. Campuran didinginkan kemudian dimasukkan kedalam

    cetakan elektroforesis gel. Setelah gel mengeras, cetakan diangkat dan terbentuklah

    gel yang siap digunakan.

  • Gambar 13. Proses pembuatan gel agarose

    Sumber:http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2250/Week_Three/electro4

    Penempatan sampel gen

    Sampel - sampel gen disuntikkan ke dalam masing masing sumur sampel.

    Gambar 14. Penempatan sampel

    Sumber:http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2250/Week_Three/electro4

    Proses elektroforesis

    Proses ini memanfaatkan energi listrik sehingga langkah awalnya adalah

    mengkoneksikan alat elektroforesis ke sumber listrik kemudian menyalakan power

    supply. Saat terjadi elektroforesis, DNA yang diletakkan di kutub negatif (sumur

    sampel) akan berpindah ke kutub positif, bukti bahwa elektroforesis bekerja adalah

    adanya gelembung pada elektroda.

    Gambar 15. Proses elektroforesis

    Sumber:http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2250/Week_Three/electro4

  • Pewarnaan atau staining

    Pewarnaan dilakukan dengan cara memberi methylene blue pada hasil akhir

    elektroforesis, kemudian mengalirkan air. Setelah itu akan terbentuk hasil akhir yaitu

    sampel yang berwarna.

    Gambar 16. Proses staining

    Sumber:http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2250/Week_Three/electro4

    Visualisasi menggunakan UV Transiluminator

    Sampel hasil elektroforesis yang telah diwarnai ditempatkan di bawah

    transiluminator UV, dengan demikian sampel dapat tervisualisasi dan dapat

    dianalisis. Proses visualisasi harus segera dilakukan setelah proses elektroforesis dan

    pewarnaan karena DNA dapat berdifusi ke dalam gel. Menganalisis hasil akhir

    elektroforesis dengan cara membandingkannya dengan kurva standar.

    Gambar 17. Hasil akhir elektroforesis gel

    Sumber:http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2250/Week_Three/electro4

  • Gambar 18. Kurva Standar

    Sumber:http://www.mun.ca/biology/desmid/brian/BIOL2250/Week_Three/electro4

    Hasil visualisasi menggunakan UV transiluminator adalah seperti gambar di

    atas. Sampel tersebut kemudian dianalisis menggunakan kurva standar agar diketahui

    berat molekulnya. Semakin jauh perpindahan fragmen DNA, maka berat molekulnya

    semakin kecil, hal ini dikarenakan pasangan basanya juga sedikit.

    Jika dilakukan plot jarak perpindahan DNA dari sumur terhadap log10 atau berat

    molekul / jumlah pasangan basa, maka hubungan linear seperti gambar di atas akan

    tampak.

    V. Kesimpulan

    Salah satu contoh manipulasi gen adalah proses transformasi gen dan pemurnian

    plasmid. Transformasi gen dilakukan secara langsung (menggunakan heat shock, gene gun,

    microinjection, elektroporasi) dan tidak langsung (menggunakan vektor perantara). Untuk

    melakukan transformasi ini diperlukan plasmid sebagai vektor kloning. Maka, plasmid

    dimurnikan dengan menghacurkan membran sel sehingga didapatkan DNA kromosomal dan

    DNA plasmid. Proses transformasi gen ini perlu diawasi sehingga diperlukan elektroforesis

    gel sebagai metode analisis dan persiapan pemisahan fragmen fragmen DNA berdasarkan

    berat molekulnya. Selain itu, untuk mengetahui sifat sifat dan kode genetik dari DNA

    sebelum dan sesudah dilakuakn manipulasi gen, diperlukan sequencing agar diketahui urutan

    basa DNA tersebut.

  • VI. Daftar Pustaka

    Anonym.2010.Plant Transformation Using Particle Bombardment.

    http://www.nepadbiosafety.net/subjects/biotechnology/plant-transformation-

    bombardment (Diakses pada tanggal 12 September 2014 pukul 12.56 WIB)

    Anonim.2014.Bacterial Transformation: The Heat Shock Method.

    http://www.jove.com/science-education/5059/bacterial-transformation-the-heat-

    shock-method (Diakses pada tanggal 12 September 2014 pukul 13.27 WIB)

    Gan C. (1989) Gene Gun Accelerates DNA-Coated Particles To Transform Intact Cells. The

    Scientist 3(18):25.

    Manuhara, Y. Sri Wulan.2006.Pengembangan Metode Transformasi Genetik Tanaman untuk

    Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Manusia.

    http://s2biologi.fst.unair.ac.id/publikasidosen/Makalah%20Seminar%20Nasional%20

    Biodiversitas.pdf (Diakses pada tanggal 12 September 2014 pukul 15.03 WIB)

    Calladine, C. R., Horace R D., Ben F L., Andrew A T. 2004. Understanding DNA. Amsterdam

    : Academic Press.

    Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. Biologi 5th ed. Jakarta :Erlangga.

    Lodish, H., Arnold B., S. Lawrence Z., Paul M., David B. James D. 2000. Molecular Cell

    Biology. Wh Freeman Company

    Suryani, Yoni dkk. 2007. Petunjuk Praktikum Biologi Sel Dan Molekuler. Yogyakarta:

    Universitas Negeri Yogyakarta.

    Agarose Gel Electrophoresis of DNA.

    http://arbl.cvmbs.colostate.edu/hbooks/genetics/biotech/gels/agardna.html (Diakses

    pada tanggal 12 September 2014 pukul 23.10 WIB)

    Biological sciences Initiative. Gel Electrophoresis [pdf]. University of Colorado. Tersedia

    pada http://www.colorado.edu/outreach/BSI/pdfs/gel_electrophoresis.pdf