REKAYASA GENETIKA 22

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Onix

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGenetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara Etimologikata genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genitika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.Ilmu ini tidak cocok diterjemah dengan ilmu kebakaran, karena sebagaimana tampak nanti, bahan sifat keturunan itu tidaklah bersifat baka. Selalu mengalami perubahan, berangsur atau mendadak. Seluruh makluk bumi mengalami evolusi termasuk manusia. Evolusi itu terjadi karena perubahan bahan sifat keturunan, dan dilaksanakan oleh seleksi alam.Genitika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. kita sebagai manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka. karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetik?2. Bagaimana perkembangan rekayasa genetika?3. Apa itu kapitalisme dan rekayasa?4. Bagaimana dampaknya bagi kemanusiaan?5. Apa kaitan rekayasa genetik dengan nilai dan etika?C. Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian rekayasa genetik2. Untuk mengetahui perkembangan rekayasa genetika3. Untuk mengetahui kapitalisme dan rekayasa4. Untuk mengetahui dampaknya bagi kemanusiaan5. Untuk mengetahui kaitan rekayasa genetik dengan nilai dan etika

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Rekayasa GenetikaGenetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica, adaptasi dari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani , genno, yang berarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya.Sedangkan bidang kajian genetika dimulai dari wilayah subselular (molekular) hingga populasi. Dan secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan tentang : Material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik), Bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan Bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik). Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, ataupun pengalaman dari trial dan error. Dan rekayasa juga mengalami perkembangan layaknya lomba lari estapet yang meneruskan teknologi generasi sebelumnya.Maka, Rekayasa genetika dalam arti luas adalah teknologi dalam penerapan genetika untuk membantu masalah dan kepentingan apapun dari manusia. Dengan segala pengetahuan dan pengalaman dari trial dan error tersebut manusia dapat mengembangkan produk-produk yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri.

B. Perkembangan Rekayasa GenetikaPerkembangan genetika terus terjadi baik itu dalam bidang genetika murni ataupun genetika terapan. Dan perkembangan dilakukan pertama kali oleh Gregor Mendel dengan menyilangkan tanaman pada 1985 yang biasa dikenal dengan "hukum pewarisan Mendel". Sebuah hukum yang mengenalkan konsep gen (Mendel menyebutnya 'faktor') sebagai pembawa sifat. Yang menyatakan bahwa setiap gen memiliki alel yang menjadi ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing-masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe. Dan apabila suatu individu memiliki pasangan alel sama, genotipe individu itu bergenotipe homozigot, apabila pasangannya berbeda, genotipe individu yang bersangkutan dalam keadaan heterozigot. Genotipe terkait dengan sifat yang teramati. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebut fenotipe.Setelah penemuan karya Mendel tersebut, genetika berkembang sangat pesat. Perkembangan genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai penggunaan metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains. Dan perkembangan tersebut terjadi dalam bidang genetika murni maupun terapan.Tapi sayangnya, dewasa ini penerapan rekayasa genetika terkesan mengesampingkan etika bahkan agama. Perkembangan yang hanya mengedepankan akal yang berbasis Intellectual Quotient yang tidak diimbangi dengan berkembangnya emosi dan perasaan yang berbasis emosional quotient atau bahkan etika mukallaf yang berbasis Spiritual Quotient. Dan semua itu semakin menyeret manusia sendiri pada runtuhnya nilai-nilai peradaban.Perkembangan rekayasa genetika yang juga mewakili perkembangan teknologi ini pun tidak akan dapat dihentikan. Sebab, di samping perkembangan sains juga begitu pesat, teknologi itu sendiri menjadi kebutuhan manusia karena hasil-hasil yang dicapai sangat bermanfaat bagi peningkatan mutu hidup manusia. Berbagai macam manfaat yang telah diperoleh misalnya kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitas, dan mencari obat alami bagi penyakit-penyakit kronis, menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan manusia. Tetapi, dampak buruk yang terjadi juga tidak bisa dinafikan, karena memang keduanya terbukti nyata.Maka dari itu, agar teknologi rekayasa genetika yang memiliki dua sisi ini tidak menjadi liar, yang berimplikasi pada pelecehan martabat kemanusiaan dan nilia-nilai Ilahiyah, maka perlu penjagaan dengan etika. Etika di sini bisa berarti kesadaran moral manusia untuk senantiasa mendasari setiap tindakan teknologinya dengan nilai-nilai atau kesadaran filter dalam setiap gagasan yang dicoba akan dikembangkan.

C. Kapitalisme dan Rekayasa GenetikKesan kapitalisme dengan adanya perkembangan teknologi yang diwujudkan dalam rekayasa genetik sangat terasa pengaruhnya. Teknologi rekayasa genetika tidak dapat dilepaskan begitu saja dari pengaruh ekonomi. Hasil dari rekayasa genetik pada umumnya dipatenkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang terhadap berhasilnya rekayasa genetik yang dilakukan sehingga produk dari rekayasa genetika itu terkesan mahal. Sebagai contoh dalam kasus penggunaan hormon pertubuhan sapi yang naik sebesar 20%, bagi peternak-peternak tradisional produk ini sangat merugikan. Tentu saja produk ini hanya dapat dibeli oleh perusahaan peternakan yang bermodal besar. Pengaruh kapitalisme ini tentu saja mengakibatkan kesenjangan ekonomi. Bakat unggul yang diperoleh dari rekayasa genetik selain menguntungkan lembaga-lembaga tertentu juga menguntungkan dari segi ekonomis bagi individu dan lingkungan. Jika teknologi ini berhasil maka akan dihasilkan individu yang lebih sehat dan sempurna sesuai yang diharapkan oleh ilmuwan sehingga ilmuwan memperoleh insentif/kepercayaan dari negara. Hasil maksimal yang ingin dicapai dari teknologi rekayasa genetik adalah kemampuan menghasilkan bakat unggul yang dapat digunakan untuk memompa perekonomian negara sekaligus dapat digunakan sebagai sarana intervensi di bidang kedokteran, pertanian, peternakan, dan bidang-bidang lain yang berpengaruh dalam rekayasa genetik.Teknologi yang semakin maju mengakibatkan rekayasa genetika mengalami perkembangan. Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap, awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk menyingkap material yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Ketika orang mengetahui bahwa kromosom adalah material yang membawa bahan terwariskan itu (disebut gen) maka itulah awal mula ilmu ini. Tentu saja, penemuan struktur DNA menjadi titik yang paling pokok karena dari sinilah orang kemudian dapat menentukan bagaimana sifat dapat diubah dengan mengubah komposisi DNA, yang adalah suatu polimer bervariasi.Tahap-tahap penting berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi (pemotong) DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari penemuan operon laktosa pada prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman gen (termasuk interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika, bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini. Sistem kapitalisme memang hanya bisa hidup jika melakukan revolusi secara terus menerus pada alat-alat produksi. Segala macam bentuk teknologi termasuk teknologi rekayasa genetika bukan diciptakan untuk teknologi itu sendiri tetapi untuk penumpukan modal. Kloning sebagai aplikasi dari teknologi rekayasa genetika diklaim memiliki unsur alasan komersial. Alasan komersial ini tentu merupakan pengaruh dari produk kapitalisme. Salah satu sumber mengatakan bahwa Ilmu kloning sendiri sebenarnya masih dalam tahap awal. Apa yang dilakukan ilmuwan ACT (Advanced Cell Technology [perusahaan bioteknologi AS]), menurut Dr. Ian Wilmut, ilmuwan pemrakarsa kloning Dolly, masih belum apa-apa. Namun potensi komersial dari proyek kloning ini sudah membentang di depan mata. Sejumlah perusahaan bioteknologi bahkan sudah menyandarkan periuk nasinya pada bisnis ini. Dan sejumlah perusahaan tersebut berbasis di AS dan Inggris. Menurut PPL Therapeutics, perusahaan Inggris yang meluncurkan domba Dolly, perlu waktu beberapa tahun lagi untuk membuat kloning sebagai bisnis menguntungkan dalam skala besar. Namun ACT mengatakan bahwa jalan pembuatan uang bagi kloning binatang sudah terbuka lebar. Ia menawarkan kloning kontrak untuk binatang unggulan, dimana setiap binatang unggulan yang dikloning tersebut dihargai sekitar US$ 100 ribu. Penemuan kloning erat dengan kapitalisme sebagai ajang untuk berbisnis di samping untuk mengembangkan ilmu. Dengan kata lain terdapat pengaruh-pengaruh dan dampak yang besar terhadap jalannya suatu ilmu dan teknologi.

D. Dampaknya Bagi KemanusiaanMenurunkan bakat tanpa perkawinan merupakan tujuan awal dari terciptanya teknologi rekayasa genetika. Pada mulanya ilmuwan mengabaikan berbagai konsekuensi yang muncul akibat teknologi rekayasa genetika namun demi perkembangan ilmu, yang terjadi adalah para ilmuwan bioteknologi tetap melanjutkan peranannya sebagai ilmuwan profesional. Organisme hasil rekayasa genetika pada umumnya mempunyai bakat-bakat yang baik, seperti kloning yang kini mulai kuat eksistensinya diduga dapat menghasilkan replika genetik yang sama persis dengan induk biologisnya. Berbicara mengenai dampak dari rekayasa genetika tentu tidak sedikit. Berdasarkan sumber dari drh. Mangku Sitepoe rekayasa genetika menimbulkan kekhawatiran tehadap adanya biodiversity (gangguan keragaman hayati) yang kuat dan mengakibatkan terganggunya perkembangan organisme yang berkaitan dengan lingkungan. Dampak lingkungan yang terasa akibat adanya teknologi ini adalah perubahan yang terjadi pada tekstur dan struktur tanah di mana transgenik mikroorganisme menghasilkan perkembangbiakan generasi yang singkat serta mudah mengalami mutasi, akan muncul tumbuhan liar (polusi gen) karena adanya gen (sifat baka) yang dipindahkan dari satu organisme dan ditempatkan pada gen organisme lainnya yang kemudian menghasilkan gen baru bagi organisme resipien, selain itu akan berdampak munculnya organisme yang resisten terhadap virus, munculnya tanaman transgenik yang rentan penyakit, dan muncul tanaman yang resisten terhadap insektisida.Selain berdampak pada lingkungan flora, lingkungan fauna juga mengalami hal yang serupa di mana dengan adanya rekayasa genetika maka akan memunculkan organisme atau tanaman transgenik yang membunuh organisme lain. Rekayasa genetik yang dilakukan pada lebah juga berdampak mengganggu ekosistem lebah madu. Tanaman transgenik yang menghasilkan zat tertentu dalam sari bunga dimakan oleh lebah sehingga lebah tidak dapat membedakan bau dari berbagai sari bunga.Kloning sebagai aplikasi teknologi rekayasa genetika yang paling tersorot di masyarakat juga mengakibatkan dampak pada lingkungan di mana sedikit masyarakat yang pro dibanding masyarakat yang kontra. Hak makhluk hidup untuk lahir secara natural terasa diabaikan oleh adanya kloning. Di samping itu resiko kesehatan individu yang dikloning masih dipertanyakan karena teknik kloning yang masih bersifat coba-coba sehingga resiko besar dapat saja terjadi.

Menurut drh. Mangku Sitepoe, rekayasa genetika juga berpengaruh pada keadaan sosial ekonomi. Dampak tersebut terkait dengan kemanfaatan pangan hasil rekayasa genetika apakah sudah layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat. Di bidang sosial, tahun 1996 Inggris mengadakan survei tentang pandangan masyarakat terhadap pangan yang diproduksi dengan rekayasa genetika. Sebanyak 90% responden menolak menggunakan bahan pangan hasil rekayasa genetika karena adanya kekhawatiran bahwa bahan baru yang dibentuk dari gen hasil rekayasa genetika dapat mengganggu kesehatan. Selain itu juga karena adanya bahan yang bertentangan dengan agama, etika, dan estetis. Kasus Ajinomoto di Indonesia tahun 2001 juga merupakan kasus bidang sosial dari rekayasa genetika di mana pada saat itu produk Ajinomoto dicap tidak halal. Ketidakhalalannya tersebut dikarenakan pada saat proses pembuatannya menggunakan unsur enzim pankreas babi yang padahal sebenarnya tidak ada unsur gen babi dalam pembuatannya sehingga dapat dikatakan produk Ajinomoto bukan hasil rekayasa genetika. Peranan sosial masyarakat dalam hal ini terlihat dalam kekhawatirannya terhadap hal yang berbau religius suatu agama. Di bidang ekonomi, produk rekayasa genetika memberi kesejahteraan manusia serta memberi keuntungan ekonomi. Namun ternyata ada beberapa dampak negatifnya seperti kurang efisiennya penggunaan tanaman transgenik. Hal tersebut terlihat pada beberapa produksi yang masih disubsidi oleh pengusaha supplier, adanya ketidakseimbangan antara peningkatan produksi dengan biaya penggunaan hormon dan pemberian pakan, juga terdapat monopoli terhadap beberapa komoditi. Di India, ribuan petani mengadakan demonstrasi menentang penggunaan bibit hasil rekayasa genetika akibat adanya monopoli terhadap bibit yang digunakan sehingga bibit lokal tidak digunakan. Dengan menghasilkan tanaman transgenik tanpa biji maka akan memperkuat posisi produsen bibit tanaman transgenik sebagai monopoli sebab tanaman transgenik tanpa bii tidak dapat dikembangbiakkan melalui biji. Selain itu, hasil rekayasa genetika akan memupus habis beberapa komoditi bersaing. Terkait dengan dampak kloning di bidang sosial, kloning dapat menimbulkan ketidakadilan sosial. Kloning akan semakin menegaskan dan memperlebar jurang perbedaan antara kaya dan miskin. Dengan biaya yang begitu besar maka hanya orang kaya yang bisa membuat kloning. Sedangkan di bidang ekonomi, dengan majunya kloning, bidang usaha kloning tentu menjanjikan laba yang sangat besar bagi perusahaan yang menawarkan jasanya untuk kloning.

E. Kaitan Rekayasa Genetik Dengan Nilai dan Etika Berbicara tentang nilai maka berhubungan pula dengan tanggung jawab dari para ilmuwan mengenai rekayasa genetika. James Gustafson mengusulkan beberapa model terkait dengan tanggung jawab ilmuwan ini.Pertama, para ilmuwan berhak untuk melakukan apa saja yang mungkin dilakukan. Keingintahuan intelektual merupakan suatu nilai khusus dan juga naluri yang melekat pada manusia untuk memecahkan persoalan. Dalam model ini, batas terletak pada tidak adanya kemampuan teknis.Kedua, para ilmuwan tidak berhak untuk mencampuri dalam alam. Larangan yang tegas itu didasarkan atas keyakinan bahwa alam itu suci atau anggapan bahwa setiap penelitian melanggar setiap sebuah batas yang ditetapkan oleh alam. Karena banyak orang yang tidak menggunakan prinsip ini secara absolut maka prinsip ini dipahami sebagai dorongan kuat untuk mempraktekkan tanggung jawab yang sudah ada sebelumnya.Ketiga, ilmuwan tidak berhak mengubah ciri-ciri manusia yang khas. Model tanggung jawab ini menganggap intervensi dalam alam dibatasi oleh suatu faktor yang khusus, yaitu ciri-ciri manusia. Dengan demikian, bertentangan dengan model kedua, di sini orang dapat mencampuri alam tetapi yang menjadi batasnya adalah kodrat manusia bukan ketidaksanggupan teknis seperti dalam model pertama.Teknologi rekayasa genetika sebagai teknologi yang taut nilai di mana ada pihak-pihak tertentu yang mengintervensi perkembangan teknologi ini. Model-model tersebut di atas sebagai contoh merupakan tanggung jawab dari ilmuwan yang seharusnya dipahami dalam profesinya. Bukan untuk mengintervensi namun model-model tersebut dapat dijadikan acuan untuk memahami alam dan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya sehingga ilmuwan dapat mengerti apa yang harus diperbuat dan bagaimana masyarakat umum menanggapinya.Nilai-nilai sosial, budaya, dan agama yang berlaku di suatu masyarakat akan selalu mempengaruhi kemanfaatan suatu teknologi oleh masyarakat tersebut. Sebaliknya, teknologi tersebut juga dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pandangan dan nilai, serta sampai batas tertentu juga budaya masyarakat pemakainya. Saling keterpengaruhan itu akan selalu terjadi. Adakalanya saling menunjang dan adakalanya saling berbenturan. Apalagi jika sudah menyangkut masalah diri manusia itu sendiri. Dalam kasus kloning misalnya, individu yang dikloning mungkin saja tidak mengerti bagaimana gen alamiah yang terdapat dalam tubuhnya digunakan sebagai uji coba pengklonan dirinya. Padahal dia sudah terikat dengan nilai bahwa dia menjadi sarana penguasaan teknologi yang dilakukan oleh tangan ilmuwan. Ilmuwan sendiri menyadari bahwa tindakan yang dilakukannya akan mempunyai dampak besar terutama berkaitan dengan nilai agama, sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya.Dalam kajian lain yaitu pada kajian etika. Rekayasa genetika dapat dianggap sebagai hasil kerja keras para ilmuwan tetapi titik etisnya adalah sejauh mana kuasa itu dapat digunakan oleh ilmuwan. Oleh sebab itu terdapatlah beberapa kriteria sebagai batasan ilmuwan dalam pekerjaannya yaitu batasan dari segi tingkah laku, sosial, medis, politis, dan ekonomis. Hal ini berkaitan dengan nilai yaitu intervensi semacam ini apakah mengisyaratkan apa yang dianggap penting oleh suatu masyarakat dan apa yang ingin mereka lakukan untuk mencapai suatu tujuan juga berkaitan dengan standar etis manusia yaitu strategi-strategi apa saja yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Yang menentukan kriteria-kriteria standar itu tentu bukanlah dari kalangan ilmuwan saja tetapi di sini dibutuhkan pula peranan beberapa ahli seperti politisi, dokter, warga negara, pasien, atau komisi tertentu. Dengan keterlibatan mereka maka dalam mengambil keputusan akan terlihat jelas. Resiko dari intervensi ini dapat dilihat pada skala individual dan sosial, maupun lingkungan. Yang pasti rekayasa genetik tetap memiliki manfaat bagi kehidupan hanya saja perlu ditinjau lebih dalam lagi terutama terkait dengan etika rekayasa genetik supaya manfaat bagi satu orang tidak menjadi beban bagi orang lain. Prinsip etika yang bermain dalam kloning pada manusia berkaitan dengan martabat kehidupan manusia di mana manusia memiliki tanggung jawab secara moral bagi kehidupan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsensus mengenai DNA yang diambil antara orang yang bersangkutan dengan ilmuwan. Dimensi etika yang bermain di sini tentu saja selain berkaitan dengan martabat manusia, berkaitan pula dengan kebebasannya, status hukumnya, hubungan kekeluargaan, dan mengenai nasib masa depan umat manusia seluruhnya.

BAB IIIKESIMPULAN

Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica, adaptasi dari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani , genno, yang berarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya.Perkembangan genetika terus terjadi baik itu dalam bidang genetika murni ataupun genetika terapan. Dan perkembangan dilakukan pertama kali oleh Gregor Mendel dengan menyilangkan tanaman pada 1985 yang biasa dikenal dengan "hukum pewarisan Mendel". Sebuah hukum yang mengenalkan konsep gen (Mendel menyebutnya 'faktor') sebagai pembawa sifat. Yang menyatakan bahwa setiap gen memiliki alel yang menjadi ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing-masing berasal dari tetuanya.Organisme hasil rekayasa genetika pada umumnya mempunyai bakat-bakat yang baik, seperti kloning yang kini mulai kuat eksistensinya diduga dapat menghasilkan replika genetik yang sama persis dengan induk biologisnya.

Berbicara mengenai dampak dari rekayasa genetika tentu tidak sedikit. Berdasarkan sumber dari drh. Mangku Sitepoe rekayasa genetika menimbulkan kekhawatiran tehadap adanya biodiversity (gangguan keragaman hayati) yang kuat dan mengakibatkan terganggunya perkembangan organisme yang berkaitan dengan lingkungan. Dampak lingkungan yang terasa akibat adanya teknologi ini adalah perubahan yang terjadi pada tekstur dan struktur tanah di mana transgenik mikroorganisme menghasilkan perkembangbiakan generasi yang singkat serta mudah mengalami mutasi, akan muncul tumbuhan liar (polusi gen) karena adanya gen (sifat baka) yang dipindahkan dari satu organisme dan ditempatkan pada gen organisme lainnya yang kemudian menghasilkan gen baru bagi organisme resipien, selain itu akan berdampak munculnya organisme yang resisten terhadap virus, munculnya tanaman transgenik yang rentan penyakit, dan muncul tanaman yang resisten terhadap insektisida.

DAFTAR PUSTAKA

Kusmaryanto, C.B. 2001. Problem Etis Kloning Manusia. Jakarta: GrasindoMohamad, Kartono. 1992. Teknologi Kedokteran dan Tantangannya terhadap Bioetika. Jakarta: GramediaShannon, Thomas A. 1995. Pengantar Bioetika. Jakarta: GramediaSitepoe, Mangku. 2001. Rekayasa Genetika. Jakarta: GrasindoReferensi Internet:Adhyzalkandar. Rekayasa Genetika. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1999578-rekayasa-genetika/. Diakses tanggal 7 Mei 2010Anonim. Dampak Bioteknologi. http://www.biokita.co.cc/dampak%20biotek.htmAnonim. Rekayasa Genetika.http://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_genetika. Diakses tanggal 12 September 2010

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat melaksanakan pembuatan dan penyelesaian makalah dengan judul REKAYASA GENETIKA dengan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD).Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini dapat terselesaikan atas kerja sama dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu tiada kata yang pantas bagi mereka yang telah berjasa selain ucapan terima kasih. Dan penghargaan yang setinggi-tingginya disertai harapan semoga mendapatkan pahala dari Allah SWT.Dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dri ketentuan yang diharapkan, hal ini diakibatkan keterbatasannya kemampuan penyusun dalam pengumpulan bahan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritikan dan saran serta gagasan demi perbaikan sangat penyusun harapkan.Akhirnya penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Ciamis, Maret 2011Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB IPENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan 3BAB IIPEMBAHASAN 4A. Pengertian Rekayasa Genetika 4B. Perkembangan Rekayasa Genetika 5C. Kapitalisme dan Rekayasa Genetik 7D. Dampaknya Bagi Kemanusiaan 10E. Kaitan Rekayasa Genetik Dengan Nilai dan Etika 13BAB IIIKESIMPULAN 17DAFTAR PUSTAKA 19