Upload
hadiyanto-tiono
View
44
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
1
Citation preview
REFERAT
DESOMORPHINE
Doktor Pembimbing:
Dr. Carlamia, Sp.KJDr. Imelda, SpKJ
Dr. Adhi, SpKJ
Nurhafis Bin Zainol(11 – 2012 – 051)
Desi Natalia(11 – 2012 – 046)
Mohammad Rusydan Bin Abdul Fattah(11 – 2012 – 050)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAKepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
18 Februari 2013 – 23 Maret 2013
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat – Nya, maka
referat yang berjudul “Krokodil (Desomorphin)” dapat diselesaikan dengan baik. Referat ini
disusun sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat, Jakarta periode 18 Februari 2013 – 23 Maret 2013.
Penghargaan dan rasa terima kasih disampaikan kepada dr. Carlamia, Sp. KJ; dr.
Imelda, Sp. KJ; dan dr. Adhi, Sp. KJ yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan
pengarahan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tak
langsung dalam menyelesaikan referat ini.
Penyusun menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai isi,
susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman dari penyusun dalam mengerjakan referat ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan referat ini.
Semoga referat ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jakarta, Maret 2013
Penulis
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I : PENDAHULUAN 3
BAB II : ISI
II.1 OPIOID 4
FARMAKODINAMIK 4 – 7
INDIKASI 7 – 8
EFEK SAMPING 8
TOLERANSI, ADIKSI, DAN ABUSE 8 – 9
II.2 DRUG ABUSE 9 – 10
II.3 DESOMORFIN 11 – 12
II.4 KROKODIL 12 – 15
BAB III : KESIMPULAN 16
LAMPIRAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
Penyalahgunaan obat terlarang merupakan suatu hal yang lazim ditemukan di kalangan
remaja, dan merupakan masalah yang penting di dalam kesehatan masyarakat. Keluarga,
teman, lingkungan sekolah, dan masyarakat harus memberikan dukungan kepada para remaja
sehingga mereka mampu secara emosional dan mental untuk tidak melakukan
penyalahgunaan obat terlarang.
Yang dimaksud dengan penyalahgunaan obat terlarang artinya menggunakan obat tanpa
indikasi medis atau tanpa petunjuk dokter karena penyakitnya atau hal lain yang dianjurkan
dokter. Yang paling banyak disalahgunakan adalah narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya yang dapat menimbulkan rasa ketagihan/ kecanduan dan ketergantungan, yang
populer disebut dengan narkoba. Tanpa indikasi (kegunaan) yang dianjurkan dokter atau
dengan dosis yang tidak tepat, penyalahgunaan obat ini akan membahayakan bagi kesehatan
manusia dan bahkan menimbulkan kematian secara tiba – tiba.1
Menurut WHO, drug abuse atau susbtance abuse merujuk kepada penggunaan zat
psikoaktif yang berbahaya serta merugikan, yang termasuk di dalamnya yaitu alkohol dan
obat – obatan terlarang. Penggunaan bahan psikoaktif ini dapat menyebabkan
ketergantungan, dimana menimbulkan sekelompok gejala pada perilaku, kognitif, dan
fenomena fisiologis yang berkembang bila penggunaan zat psikoaktif ini dilakukan berulang
kali dan biasanya akan timbul keinginan yang kuat untuk kembali menggunakan obat,
kesulitan mengendalikan pemakaiannya, dan kerap berulang kali menggunakan obat
terlarang, meskipun pengguna tahu akan timbul dampak yang merugikan.2
Krokodil adalah sejenis narkoba baru yang muncul di Rusia sejak tahun 2002. Awalnya
krokodil ini ditemukan di Siberia dan mulai tersebar ke seluruh negeri sejak saat itu. Sebutan
medis untuk krokodil adalah desomorphine. Desomorphine merupakan bahan utama yang
digunakan dalam pembuatan krokodil, selain itu ada beberapa zat kimia lain yang turut
digunakan dalam racikan pembuatan krokodil untuk meningkatkan efek dari penggunaan
krokodil tersebut.1,3
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 4
BAB II
ISI
II. 1. OPIOID
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium.
Opium yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis
alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverin. Analgesik opioid terutama
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Analgesik opioid ini dapat
menimbulkan efek analgesia tanpa menyebabkan tidur atau menurunnya kesadaran.4
FARMAKODINAMIK
Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu mu (µ), delta (δ), dan kappa (κ). Efek morfin
pada susunan saraf pusat dan usus terutama ditimbulkan karena morfin bekerja sebagai
agonis pada reseptor µ, dimana reseptor µ memperantarai efek analgetik mirip morfin,
euforia, depresi nafas, miosis, dan berkurangnya motilitas saluran cerna. Selain itu
morfin jg mempunyai afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor δ dan κ.4
SUSUNAN SARAF PUSAT
Narkosis. Efek morfin terhadap SSP berupa analgesia dan narkosis. Morfin dosis kecil
(5 – 10mg) menimbulkan euforia pada pasien yang sedang menderita nyeri, sedih, dan
gelisah. Sebaliknya dosis yang sama diberikan pada orang normal seringkali
menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai mual dan muntah.
Morfin menimbulkan pula rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berfikir,
apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman penglihatan berkurang dan letargi,
ekstremitas terasa berat, muka gatal, dan mulut terasa kering, depresi napas, dan miosis.
Rasa nyeri berkurang, rasa lapar hilang, dan dapat timbul muntah yang tidak selalu
disertai mual.4
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 5
Analgesia. Efek analgetik yang ditimbulkan oleh opioid terutama terjadi sebagai akibat
kerja opioid pada reseptor µ. Reseptor δ dan κ dapat juga ikut berperan dalam
menimbulkan analgesia terutama pada tingkat spinal. Pengaruh morfin terhadap
modalitas nyeri yang tidak tajam (dull pain) dan berkesinambungan lebih nyata
dibandingkan dengan pengaruh morfin terhadap nyeri tajam dan intermiten.4
Eksitasi. Morfin dan opioid sering menimbulkan mual dan muntah, sedangkan delirium
dan konvulsi lebih jarang timbul. Faktor yang dapat mengubah eksitasi morfin ialah
idiosinkrasi dan tingkat eksitasi refleks (refleks excitatory level) SSP.4
Miosis. Morfin dan kebanyakan agonis opioid yang bekerja pada reseptor m dan k
menyebabkan miosis. Miosis ditimbulkan oleh perangsangan pada segmen otonom inti
saraf okulomotor. Miosis ini dapat dilawan oleh atropin dan skopolamin. Pada
intoksikasi morfin, pin point pupils merupakan gejala yang khas.4
Depresi napas. Morfin menimbulkan depresi napas secara primer dan bersinambung
berdasar efek langsung terhadap pusat napas di batang otak. Pada dosis kecil morfin
sudah menimbulkan depresi napas tanpa menyebabkan tidur atau kehilangan kesadaran.
Dosis toksik dapat menyebabkan frekuensi napas 3 – 4x/ menit dan kematian keracunan
morfin hampir selalu disebabkan oleh depresi napas. Pada depresi napas, terjadi
penurunan frekuensi napas, volume semenit, dan tidal exchange, akibat PCO2 dalam
darah dan udara menurun. Kepekaan pusat napas terhadap CO2 berkurang.4
Morfin dan analgesik opioid lain berguna untuk menghambat refleks batuk. Salah satu
jenis obatnya yaitu kodein. Pada kodein efek depresi batuk kuat dan efek depresi
napasnya tidak begitu kuat.4 Supresi batuk ini dapat menimbulkan akumulasi sekret
yang akan menghambat jalan nafas dan atelektasis.1
Mual dan muntah. Efek emetik morfin terjadi berdasarkan stimulasi langsung pada
emetik chemoreceptor trigger zone (CTZ) di area postrema medula oblongata, bukan
oleh stimulasi pusat emetik sendiri. Apomorfin menstimulasi CTZ paling kuat.4
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 6
SALURAN CERNA. Morfin berefek langsung pada saluran cerna, bukan melalui
efeknya pada SSP.4
Lambung. Morfin menghambat sekresi HCl, tetapi efek ini lemah. Selanjutnya morfin
menyebabkan pergerakan lambung berkurang, tonus bagian antrum meninggi dan
motilitasnya berkurang, sedangkan sfingter pilorus berkontraksi. Akibatnya pergerakan
isi lambung ke duodenum diperlambat. Perlambatan ini juga disebabkan oleh
peninggian tonus duodenum.4
Usus halus. Morfin mengurangi sekresi empedu dan pankreas, dan memperlambat
pencernaan makanan di usus halus. Pada manusia, morfin mengurangi kontraksi
propulsif, meninggikan tonus dan spasme periodik usus halus. Efek morfin ini terlihat
lebih jelas pada duodenum.4
Usus besar. Morfin mengurangi atau menghilangkan gerakan propulsi usus besar,
meninggikan tonus dan menyebabkan spasme usus besar; akibatnya penerusan isi kolon
diperlambat dan tinja menjadi lebih keras. Daya persepsi korteks telah dipengaruhi
morfin sehingga pasien tidak merasakan kebutuhan untuk defekasi.4
Duktus koledokus. Dosis terapi morfin, kodein, menimbulkan peninggian tekanan
dalam duktus koledokus dan efek ini dapat menetap selama 2 jam atau lebih. Keadaan
ini sering disertai perasaan tidak enak di epigastrium sampai gejala kolik berat.4
OTOT POLOS LAIN. Morfin menimbulkan peninggian tonus, amplitudo serta
kontraksi ureter dan kandung kemih. Peninggian tonus otot destrusor menimbulkan rasa
ingin miksi, tetapi karena sfingter juga berkontraksi maka miksi sukar. Morfin
memperlambat berlangsungnya partus. Pada uterus aterm morfin menyebabkan interval
antar – kontraksi lebih besar dan netralisasi efek oksitosin. Morfin merendahkan tonus
uterus pada masa haid dan menyebabkan uterus lebih tahan terhadap regangan.
Mungkin atas dasar ini morfin mengurangi nyeri dismenore.4
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 7
KULIT. Dalam dosis terapi, morfin menyebabkan pelebaran pembuluh darah kulit,
sehingga kulit tampak merah dan terasa panas terutama di flush area (muka, leher, dan
dada bagian atas). Keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh terjadinya penglepasan
histamin oleh morfin dan seringkali disertai dengan kulit yang berkeringat. Pruritus
kadang – kadang dapat terjadi mungkin akibat penglepasan histamin atau pengaruh
langsung morfin pada saraf.4
METABOLISME. Morfin menyebabkan suhu badan turun akibat aktivitas otot yang
menurun, vasodilatasi perifer dan penghambatan mekanisme neural di SSP. Kecepatan
metabolisme dikurangi oleh morfin.4
INDIKASI
TERHADAP NYERI. Morfin dan opioid diindikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non – opioid.
Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan.4
Morfin sering digunakan untuk nyeri yang menyertai :4
Infark miokard
Neoplasma
Kolik renal atau kolik empedu
Oklusio akut pembuluh darah perifer, pulmonal, atau koroner
Perikarditis akut dan pneumotoraks spontan
Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur, dan nyeri pascabedah
TERHADAP BATUK. Penghambatan refleks batuk dapat dipertanggungjawabkan
pada batuk yang tidak produktif dan hanya iritatif. Batuk demikian mengganggu tidur
dan menyebabkan pasien tidak dapat beristirahat dan mungkin sekali disertai nyeri.
Namun penggunaan analgesik opioid untuk mengatasi batuk telah ditinggalkan karena
telah banyak obat – obat sintetik lain yang efektif dan tidak menimbulkan adiksi.4
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 8
EFEK ANTIDIARE. Alkaloid morfin berguna untuk menghentikan diare berdasarkan
efek langsung terhadap otot polos usus. Pada pengobatan diare yang disebabkan oleh
intoksikasi makanan atau intoksikasi akut obat, pemberian morfin harus didahului oleh
pemberian garam katartik untuk mengeluarkan penyebab. Akan tetapi dewasa ini telah
tersedia senyawa – senyawa sintetik yang bekerja selektif pada saluran cerna misalnya
loperamid.4
EFEK SAMPING
IDIOSINKRASI DAN ALERGI. Morfin dapat menyebabkan mual dan muntah
terutama pada wanita berdasarkan idiosinkrasi. Bentuk idiosinkrasi lain ialah timbulnya
eksitasi dengan tremor. Berdasarkan reaksi alergi dapat timbul gejala seperti urtikaria,
eksantem, dermatitis kontak, pruritus, dan bersin.4
INTOKSIKASI AKUT. Intoksikasi akut morfin atau opioid lain biasanya terjadi
akibat percobaan bunuh diri atau pada takar lajak. Pasien akan tidur, sopor, atau koma
jika intoksikasi cukup berat. Frekuensi nafas lambat, 2 – 4x/ menit dan nafas mungkin
berupa Cheyne Stokes. Pasien sianotik, kulit muka merah tidak merata dan agak
kebiruan. Tekanan darah yang mula – mula baik akan menurun sampai terjadi syok bila
napas memburuk, dan ini dapat diperbaiki dengan memberikan oksigen. Pupil sangat
kecil (pin point pupil), kemudian midriasis jika telah terjadi anoksia.4
TOLERANSI, ADIKSI, DAN ABUSE
Terjadinya toleransi dan ketergantungan fisik setelah penggunaan berulang merupakan
gambaran spesifik obat – obat opioid.
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 9
Pada dasarnya adiksi morfin menyangkut fenomena berikut :
1. Habituasi, yaitu perubahan psikis emosional sehingga pasien ketagihan akan
morfin
2. Ketergantungan fisik, yaitu kebutuhan akan morfin karena faal dan biokimia
tubuh tidak berfungsi lagi tanpa morfin
3. Adanya toleransi
Toleransi ini timbul terhadap efek depresi, tetapi tidak timbul terhadap efek eksitasi,
miosis, dan efek pada usus. Toleransi timbul setelah 2 – 3 minggu. Kemungkinana
timbulnya toleransi lebih besar bila digunakan dosis besar secara teratur.
Jika pecandu menghentikan penggunaan morfin secara tiba – tiba timbullah gejala
putus obat atau gejala abstinensi. Menjelang saat dibutuhkan morfin, pecandu
tersebut merasa sakit, gelisah, dan iritabel; kemudian tertidur nyenyak. Sewaktu bangun
ia mengeluh seperti akan mati dan lebih gelisah lagi. Pada fase ini timbul gejala tremor,
iritabilitas, lakrimasi, berkeringat, menguap, bersin, mual, midriasis, demam, dan nafas
cepat. Gejala ini makin hebat disertai timbulnya muntah, kolik, dan diare. Frekuensi
denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Pasien merasa panas dingin disertai
hiperhidrosis. Akibatnya timbul dehidrasi, ketosis, asidosis, dan berat badan pasien
menurun. Kadang – kadang timbul kolaps kardiovaskuler yang bisa berakhir dengan
kematian.
Daya terbesar menimbulkan adiksi didapat pada heroin sebab heroin menimbulkan
euforia yang kuat yang tidak disertai mual dan konstipasi.
II. 2. DRUG ABUSE
Penyalah – gunaan obat adalah masalah kesehatan yang serius. Masalah ini
mempengaruhi hampir ke semua komunitas dan keluarga dalam berbagai cara.
Menurut data penelitian di Amerika Serikat, setiap tahunnya sekitar 40 juta penyakit
atau kecelakaan yang sering ditemukan kebanyakan disebabkan oleh penyalah –
gunaan obat.3
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 10
Obat – obatan yang sering disalah – gunakan, antara lain seperti :
AMFETAMIN
Contoh : Methamphetamine
Nama lain : Chalk, Crystal, Glass, Ice, Meth, Speed, Tina.
STEROID ANABOLIK
Contoh : Substansi buatan yang berkaitan dengan hormone seks lelaki
Nama lain : Anabolic-androgenic steroids, Performance-enhancing drugs.
CLUB DRUGS
Contoh : Ecstacy, Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
Nama lain : Anabolic Boomers, Yellow Sunshines.
COCAINE
Nama lain : Blow, C, Coke, Crack, Flake, Snow.
HEROIN
Nama lain : H, Junk, Skag, Smack.
INHALAN
Contoh : Huffing.
MARIJUANA
Nama lain : Cannabis, Ganja, Grass, Hash, Pot, Weed.
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 11
II. 3. DESOMORFIN
Desomorphine atau nama kimiawinya dihydrodesoxymorphine adalah sejenis opioid
yang ditemukan pada tahun 1932 di Amerika Serikat. Desomorfin merupakan turunan
dari morfin, di mana struktur kimiawi morfin yang mengandung gugus 6-hidroksil
dihapus dan ikatan ganda 7,8 dikurangkan. Desomorfin memiliki efek penenang dan
analgesik. Obat jenis ini, secara subyektif dikatakan 8 hingga 10 kali lebih kuat
dibandingkan morfin. Desomorfin memiliki onset yang cepat dan durasi metabolisme
yang lebih pendek bersama efek samping mual dan depresi pernafasan lebih ringan
berbanding morfin pada dosis yang setara. Sintesis tradisional desomorphine dimulai
dari α-chlorocodide, yang itu diperoleh dengan reaksi kimia klorida tionil dengan
kodein. Dengan reduksi katalitik (catalytic reduction), α-chlorocodide menghasilkan
dehydrodesoxycodeine, yang akhirnya diubah menjadi desomorphine selepas proses
dimetilasi.5, 6, 7
KLASIFIKASI DESOMORFIN
Desomorfin (C17H21NO2), atau dehydrodeoxymorphine atau berdasarkan International
Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), 4,5- α-Epoxy-17-methylmorphinan-3-
ol adalah sejenis analog opioid yang pertama kali disintesis dan dipatenkan di Amerika
Serikat. Desomorfin pada mulanya disintesis dengan tujuan sebagai alternatif kepada
morfin dari aspek toleransi, ketergantungan (adiksi) dan efek samping.7
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 12
Malangnya, desomorfin adalah obat yang gagal memberi hasil yang lebih baik
berbanding morfin dari tiga kriteria yang disebutkan sebelumnya. Sebaliknya,
desomorfin menunjukkan peningkatan potensi efek ketergantungan yang lebih tinggi
daripada morfin. Seperti obat golongan opioid yang lain, desomorfin mempunyai efek
analgesik, muscle-relaxing, sedasi dan efek euphoria. Berbanding morfin, potensi
desomorfin adalah 8 hingga 10 kali lebih tinggi. Selain itu, terbukti bahwa desomorfin
mempunyai onset yang yang lebih cepat untuk efeknya dan masa paruh obat yang lebih
pendek. 6, 7
SEJARAH DESOMORFIN
Desomorfin pernah digunakan di Switzerland dan dipasarkan di sana pada tahun 1940
oleh pabrik obat Hoffman-La Roche. Desomorfin dipasarkan dengan nama dagang
Permonid. Permonid tersedia dalam bentuk ampul dan supersitoria. Desomorfin biasa
digunakan terutama untuk nyeri post operasi disebabkan efeknya yang cepat selain
mempunyai efek samping depresi pernafasan dan mual yang lebih rendah.
Produksi obat diteruskan di Switzerland hingga pada tahun 1981, dicatatkan terjadinya
efek idiosyncratic analgesic pada seorang pasien di Bern. Pasien ini dikatakan
mengalami penyakit yang jarang sebagai akibat dari penggunaan obat ini. Menurut
laporan, dosis yang diterima adalah 0,16 g (kira-kira 80 ampul) per hari, daripada
dokter yang merawatnya. Kini, paten obat ini dimiliki oleh sebuah organisasi non-
marketable drugs di Jerman dan Austira.7
II. 4. KROKODIL
Krokodil mendapat nama dari efek penggunaannya yang menyebabkan kulit
pecandu menjadi warna hijau, bersisik dan bergelombang seperti buaya atau crocodile.
Pada penggunaan obat ini, sekiranya obat ini tidak meresap ke dalam pembuluh darah
dan langsung disuntik ke dalam otot tubuh, bahagian tersebut akan berkembang
menjadi abses. Menjadi suatu hal yang umum pada pecandu krokodil sekiranya
bahagian tubuh yang disuntik berkembang menjadi gangren sehingga pada akhirnya
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 13
memerlukan tindakan amputasi. Bahagian tubuh yang disuntik dengan krokodil
biasanya akan membusuk sehingga kelihatan tulang pecandunya.5, 6, 7
Desomorphine yang merupakan zat utama dalam krokodil mula mendapat
perhatian pada tahun 2010 di Rusia karena terjadinya peningkatan produksi secara
terlarang. Hal ini mungkin kerana proses penghasilannya yang relatif sederhana yaitu
daripada sintesis kodein. Obat ini mudah dibuat dari kodein, yodium dan fosfor merah
(red phosphorus). Proses pembuatannya mirip dengan produksi metamfetamine dari
pseudoepinefrin. Seperti metamfetamin, desomorfin yang diproduksi dengan cara ini
biasanya sangat tidak asli (highly impure) dan mengandung banyak zat sampingan yang
bersifat sangat toksik dan korosif. 5, 6, 7
Di Rusia, nama jalanan (street name) untuk desomorfin buatan adalah ‘Krokodil’.
Oleh kerana adanya kesulitan dalam mendapatkan heroin dan dikombinasikan dengan
akses yang mudah serta murah untuk produk farmasi yang mengandung kodein di
Rusia, penggunaan krokodil meningkat dengan pesat.7
Efek pemakaian krokodil mirip dengan heroin, namun berlangsung jangka lebih
pendek. Sedang dampak dari penggunaan heroin bisa bertahan empat sampai delapan
jam, efek krokodil biasanya tidak lebih dari satu atau satu setengah jam. Krokodil
memakan waktu sekitar 30 menit sampai satu jam untuk dihasilkan dengan bahan asas
dapur atau laboratorium kecil. Krokodil terkenal dengan efek merusak jaringan tubuh,
flebitis dan gangren. Sering pada pecandu, kadang-kadang diperlukan amputasi anggota
tubuh pada mereka yang memakai narkoba jenis ini dalam jangka masa panjang.
Disebabkan jumlah kerusakan jaringan yang begitu berat, life expectancy pada pecandu
dikatakan dapat mencapai serendah dua sampai tiga tahun, terutama pada pencandu
dengan suspek HIV positif. 5, 6, 7
PRODUKSI KROKODIL
Di Rusia, krokodil dapat dihasilkan dengan mudah dan secara relatifnya cepat.
Krokodil dapat dihasilkan daripada tablet yang mengandung kodein (kebanyakkan
menggunakan Codelac). Tablet ini mudah diperoleh dan lebih murah berbanding obat
lain. Berdasarkan penelitian terbaru, desomorfin dapat disintesis di laboratorium rumah
dengan bahan asas kodein, yodium dan fosforus merah (red phosphorus). Biasanya 5 –
10 tablet kodein (sekitat 300 rubles atau 9 dollar atau 90.000 rupiah) dipanaskan di
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 14
dalam agen dilusi (diluting agent); biasanya digunakan paint thinner yang mengandung
zink, besi dan antimoni. Selain itu, gasolin, asam hidroklorik, yodium dan fosfrus
merah juga digunakan. Dalam proses ini, desomorfin terhasil daripada kodein5, 6, 7
Malangnya, sehingga kini masih belum ada penelitian saintifik secara analisis kimia
kualitatif (qualitative chemical analysis) pada substansi krokodil. Situasi ini
menyulitkan kajian dan penelitian lanjut tentang komponen sebenar krokodil. Terbaru
sehingga kini tentang komponen kimia Krokodil hanya didasarkan secara teori. 5, 7
Struktur kimia krokodil
CARA DAN KESAN PEMAKAIAN KROKODIL
Krokodil biasanya digunakan dengan suntikan. Disebabkan tingkat kontaminasi yang
tinggi (kerana berbagai zat toksik), pemakaian krokodil menyebabkan kerusakan segera
pada pembuluh darah, otot, tulang dan dapat menyebakan kegagalan multipel organ
(multiple organ failure). Banyaknya zat toksik yang ada dalam Krokodil juga
menyebakan kerusakan tiroid (melalui yodium), kerusakan jaringan kartilago (melalui
fosforus), reaksi inflamasi hati dan ginjal, deteriorisasi fungsi kognitif dan metabolisme
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 15
elektrolit oleh logam berat pada pemakaian kronis. Pecandu krokodil kerap kali
diamputasi disebabkan abses, tromboflebitis, gangren dan nekrosis jaringan pada skala
besar yang berkembang dengan cepat. 5, 6, 7
Sifat kimia alami pada krokodil menyebabkan warna kulit pecandu berubaha warna,
bersisik dan akhirnya menjadi gangren. Kulit pecandu krokodil akan dilapisi lapisan
ulkus pada sekitar tempat suntik dikarenakan pembuluh darah yang pecah dan
menyebabkan kematian jaringan. Bukti fotografi menunjukkan kulit pemakai krokodil
akan dirusak oleh zat kimia yang terkadnung dalam krokodil yang akhirnya membusuk
sehingga ke tulang. 7
Gigi pemakai krokodil pula akan tertanggal manakala kerusakkan otak , tetanus, dan
darah yang toksik hampir pasti terjadi. HIV dan hepatitis juga merupakan penyakit
penyerta yang umum pada pemakai krokodil. 5, 6, 7
MIGRASI PEMAKAIAN HEROIN KEPADA KROKODIL
Terutama di Rusia, adiksi heroin merupakan masalah yang sangat serius. Apabila
pecandu heroin sudah tidak mampu membeli heroin, kebiasannya mereka akan beralih
kepada krokodil yang dapat diproduksi sendiri di rumah. Krokodil memberi efek yang
lebih kuat dari heroin dan lebih murah. 5, 6
Withdrawal Syndrome Pada Pemakai Krokodil
Sindroma ketergantungan atau withdrawal syndrome pada pemakai krokodil lebih berat
daripada pemakai heroin. Heroin dapat menyebabkan nyeri sehingga 10 hari tetapi pada
sindroma ketergantungan dengan krokodil, nyeri pada pemakai dapat berlangsung
sehingga satu bulan. Diazepam biasanya diberikan pada pecandu krokdil dengan
sindrom ketergantungan. Sekiranya pemakai krokodil dapat pulih sepenuhnya dari
kecanduan, biasanya sudah terjadi kerusakkan permanen pada tubuh contohnya seperti
gangguan bicara.6
BAB III
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 16
KESIMPULAN
Krokodil adalah sejenis zat psikoaktif yang menyebabkan ketergantungan pada pemakai.
Desomorfin adalah zat utama dalam krokodil. Desomorfin pula adalah turunan dari morfin, di
mana struktur kimiawi morfin yang mengandung gugus 6-hidroksil dihapus dan ikatan ganda
7,8 dikurangkan. Desomorfin memiliki efek penenang dan analgesik. Obat jenis ini, secara
subyektif dikatakan 8 - 10 kali lebih kuat dibandingkan morfin. Krokodil mula dipakai di
Siberia dan kini berkembang penggunaanya di Eropa.
Krokodil biasanya digunakan dengan suntikan. Banyaknya zat toksik yang ada dalam
krokodil menyebakan kerusakan anggota tubuh yang berat. Pecandu krokodil kerap kali
diamputasi disebabkan abses, tromboflebitis, gangrene dan nekrosis pada skala besar yang
berkembang dengan cepat.
LAMPIRAN
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 17
Kesan flesh-eating pada pemakai krokodil
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 18
DAFTAR PUSTAKA
1. Drug Abuse (Penyalahgunaan Obat dan Mekanisme Ketergantungan). Diunduh dari
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/obat/drug-abuse-penyalahgunaan-obat-
dan-mekanisme-ketergantungan/, 1 Maret 2013.
2. Drug abuse. Diunduh dari http://www.who.int/topics/substance_abuse/en, 1 Maret
2013.
3. Drug abuse. Diunduh dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/drugabuse.html, 1
Maret 2013.
4. RD Hedi. Farmakologi dan terapi : Analgesik opioid dan antagonis. Edisi 5. FKUI
2007. Hal 210 – 217.
5. Desomorphine aka Krokodil. Diunduh dari
http://alcoholrehab.com/alcohol-rehab/desomorphine-aka-krokodil/, 1 Maret 2013.
6. Krokodil information. Diunduh dari
http://www.narconon.org/drug-information/krokodil.html, 1 Maret 2013.
7. Desomorphine Goes ‘Crocodile’, Journal of Addictive Disease. Diunduh dari
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10550887.2012.735570, 1 Maret 2013.
Referat KROKODIL (DESOMORPHIN)Ilmu Kesehatan Jiwa RSKO, Jakarta Page 19