referat kelainan bilier

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    1/44

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. 1 Latar Belakang

    Sistem bilier berperan penting dalam membantu pencernaan dan absorpsi

    lemak, ekskresi metabolit hati dan produk sisa seperti kolestrol, bilirubin dan

    logam berat. Sekresi membutuhkan aktivitas hepatosit (sumber empedu

     primer) dan kolangiosit yang terletak sepanjang duktulus empedu. (Guyton,

    2008)

    elainan pada sistem bilier yang bisa terjadi adalah batu empedu pada

    kandung empedu dan saluran empedu, in!eksi pada kandung empedu, serta

    tumor pada kandung empedu. elainan tersebut dapat mengganggu !ungsi

    dari sistem bilier tersebut. (Sjamsuhidayat, 20"").

    #leh karena itu dibutuhkan pemahaman tentang kelainan sistem bilier agar 

    dapat menanganinya dengan penatalaksanaan yang tepat.

    I.2 Tujuan dan Manfaat

    I.2.1 Tujuan

    $ntuk mengetahui dan memahami kelainan pada sistem bilier, mulai

    dari etiologi yang ada pada kelainan pada sistem bilier, pato!isiologi pada

    kelainan pada sistem bilier, gejala klinis dari kelainan sistem bilier, dan

     penatalaksanaan bagi penderita kelainan pada sistem bilier.

     I.2.2 Manfaat

    a. %emberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai

    kelainan pada sistem bilier bagi penulis.

     b. %emberikan &a&asan tentang kepada pembaca mengenai kelainan pada

    sistem bilier .

    BAB II

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    2/44

    2

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1 Anat!" dan #"$"lg" S"$te! He%at&"l"er

     Anat!" S"$te! He%at&"l"er

    'epar adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara ",2 ",8 kg

    atau kurang lebih 2* berat badan orang de&asa yang menempati sebagian

     besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh

    dengan !ungsi yang sangat kompleks. (Sudoyo, 200+).

    atas atas hepar berada sejajar dengan ruang interkostal - kanan dan

     batas ba&ah menyorong ke atas dari iga / kanan ke iga - kiri. (Sudoyo,

    200+).

    ermukaan posterior hepar berbentuk cekung dan terdapat celah

    transversal sepanjang cm dari sistem porta hepatis. #mentum minor 

    terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatika, vena porta

    dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan di balik 

    kandung empedu. (Sudoyo, 200+)

    ermukaan anterior yang cembung di bagi menjadi 2 lobus oleh

    adanya perlekatan ligamentum !alsi!orm yaitu lobus kiri dan kanan yang

     berukuran kira 1 kira dua kali lobus kiri. ada daerah ligamentum !alsi!orm

    dengan kandung empedu di lobus kanan kadang 1 kadang dapat ditemukan

    lobus kuadratus dan daerah yang disebut lobus kaudatus yang biasanya

    tertutup oleh vena kava in!erior dan ligamentum venosum pada permukaan

     posterior. ada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena kava

    sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi dua lobus !ungsional,

    dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relati! sedikit, kadang 1 

    kadang dijadikan batas reseksi. embagian lebih lanjut menjadi 8 segmen

    didasarkan pada aliran cabang pembuluh darah dan saluran empedu yang

    dimiliki masing 1 masing segmen. (Sudoyo, 200+).

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    3/44

    3

    'a!&ar I.1 Anat!" He%ar (Put)* 2++,-

    Saluran empedu intrahepatik secara perlahan menyatu membentuk 

    saluran yang lebih besar yang dapat menyalurkan empedu ke delapan segmen

    hati. i dalam segmen hati kanan, gabungan cabang 1 cabang ini membentuk 

    sebuah saluran di anterior dan posterior yang kemudian bergabung

    membentuk duktus hepatikus kanan. ada beberapa orang, duktus hepatikus

    kanan berada 3 " cm di luar hati. uktus ini kemudian bergabung dengan 4

    segmen dari segmen hati kiri (duktus hepatikus kiri) menjadi duktus

    hepatikus komunis. (Sudoyo 200+).

    Setelah penggabungan dengan duktus sistikus dari kandung empedu,

    duktus hepatikus menjadi duktus koledokus. ada beberapa keadaan, dinding

    duktus koledokus menjadi besar dan lumenya melebar sampai ampula.

    iasanya panjang duktus koledokus sekitar 5 cm dengan diameter berkisar 

    antara 6 1 "2 mm. andung empedu menerima suplai darah terbesar dari

     jalinan pembuluh darah cabang arteri hepatika kanan. (Sudoyo, 200+).

    7mpedu disekresi oleh sel hepar ke dalam ductulus biliaris

    interlobularis yang bergabung untuk membentuk ductus hepaticus deter dan

    duktus hepaticus sinister. uctus hepaticus deter menyalurkan empedu dari

    lobus hepaticus deter, dan ductus hepaticus sinister menyalurkan empedu

    dari lobus hepaticus sinister, termasuk lobus caudatus dan hampir seluruh

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    4/44

    4

    lobus 9uadratus. Setelah sedikit mele&ati porta hepatis, kedua ductus

    hepaticus bersatu untuk membentuk ductus hepatikus communis. ari

    sebelah kanan ductus cysticus bersatu dengan ductus hepaticus communis

    untuk membentuk ductus choledocus (biliaris) yang memba&a empedu

    kedalam duodenum. (:. %oore, 2008).

    erdarahan arterial ductus choledocus (biliaris) adalah sebagai

     berikut;

    a. agian proksimal dipasok oleh arteri cysticus

     b. agian tengah memperoleh darah dari ramus deter arteria hepatica

     propria

    c. agian retroduodenal dipasok oleh arteria pancreaticoduodenalis

    superior posterior dan arteria gastroduodenalis. (:. %oore, 2008).

    -ena 1 vena dari bagian proksimal ductus choledocus dan ductus

    hepaticus umumnya langsung memasuki hepar. -ena pancreaticoduodenalis

    superior posterior menyalurkan darah dari bagian distal ductus choledocus

    dan bermuara kedalam vena porta hepatis atau salah satu anak cabangnya.

    embuluh lim!e dari ductus choledocus melintas ke nodus cysticus di dekat

    collum vesica biliaris, kelenjar !oramen omentale dan nodi lymphoidei

    hepatici. embuluh lim!e a!eren melintas ke nodi lymphoidei coeliaci. (:.

    %oore, 2008).

    -esica biliaris (!ellea) panjangnya 5 1 "0 cm terletak didalam !ossa

    vesica biliaris pada !acies visceralis hepar. ermukaan dorsal vesica bilaris

    yang berbentuk seperti buah pir, tertutup oleh peritoneum viscerale, dan

     permukaan ventral vesica biliaris melekat pada hepar. eritoneum

    menyelubungi seluruh !undus dan memantapkan corpus vesicae biliaris dan

    collum vesicae biliaris pada hepar. (:. %oore, 2008).

    ada vesica bilaris dapat dibedakan memnjadi tiga bagian.a. orpus vesicae biliaris bersentuhan dengan !acies visceralis hepar,

    colon transversum dan pars superior duodenum

    c. >ollum vesicae biliaris berbentuk sempit, meruncing dan terarah ke

     porta hepatis. (:. %oore, 2008).

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    5/44

    5

    uctus cysticus panjangnya kira 1 kira 6 cm menghubungkan collum

    vesicae biliaris dengan ductus hepaticus communis. uctus cysticus dan

    ductus hepaticus communis bersatu, membentuk ductus choledocus. (:.

    %oore, 2008)

    ?rteria cystica mengantar darah pada ductus choledocus dan ductus

    cysticus. ?rteria cystica biasanya (52*) berasal dari ramus deter arteria

    hepatica propira di sudut antara ductus hepaticus communis dan ductus

    cysticus. -ena cystica yang menyalurkan darah dari saluran empedu dan

    collum vesicae biliaris dapat melintas langsung ke hepar atau memasuki

    hepar melalui vena porta hepatis. -ena 1 vena !undus vesicae biliaris dan

    corpus vesicae biliaris melintas langsung ke dalam !acies viscerale hepar. (:.%oore, 2008).

    :im!e dari vesicae biliaris disalurkan ke dalam nodi lymphoidei

    hepatici, seringkali melalui nodus cysticus yang terdapat didekat collum

    vesicae biliaris. embulum lim!e a!eren dari kelenjar 1 kelenjar tersebut

    melintas ke nodi lymphoidei coeliaci. (:. %oore, 2008).

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    6/44

    6

    'a!&ar I.2 Anat!" kandung e!%edu dan traktu$ &"l"ar"$ (Put)* 2++,-

     #"$"lg" S"$te! He%at&"l"er

    'epar mempunyai !ungsi yang beraneka ragam. Sirkulasi vena porta

    yang menyuplai 5* dari suplai asinus memegang peranan penting dalam

    !isiologi hati, terutama dalam hal metabolisme karbohidrat, protein, dan

    asam lemak. @elah dibuktikan bah&a pada Aona Aona hepatosit yang telah

    memperoleh oksigenasi yang lebih baik (Aona ") mempunyai

    glukoneogenesis dan sintesis glutation yang lebih baik dibandingkan Aona 4.

    (Sudoyo, 200+).

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    7/44

    7

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    8/44

    8

    air akibat konjugasi dengan glisin, taurin dan sul!at. ?sam empedu

    mempunyai kegunaan seperti deterjen yang mengemulsi lemak, membantu

    kerja enAim pankreas dan penyerapan lemak intraluminal. onjugasi garam

     1 garam empedu selanjutnya direabsorpsi oleh transpor akti! spesi!ik dalam

    ileum terminalis, &alaupun sekitar 20* empedu intestinal di konjugasi oleh

     bakteri ileum. 7mpedu yang tidak direabsorpsi akan memetabolisme bakteri

    dalam kolon 3 0 * akan direabsorpsi kembali. (Sudoyo, 200+).

    ilirubin, suatu pigmen kuning dengan struktur tetrapirol yang tidak 

    larut dalam air berasal dari sel 1 sel darah yang telah hancur (5*),

    katabolisme protein hem lain (22*) dan inaktivasi eritropoesis sumsum

    tulang (4*). ilirubin yang tidak terkonjugasi akan di transport ke dalam

    sirkulasi sebagai sebuah kompleks dengan albumin, &alaupun sejumlah

    kecil di alirkan kedalam sirkulasi secara terpisah. ilirubin larut lemak akan

    diubah menjadi larut air oleh hati melalui beberapa langkah yang terdiri atas

    !ase pengambilan spesi!ik, konjugasi dan ekskresi. (Sudoyo, 200+).

    Sesaat setelah empedu diekskresi oleh hepatosit, empedu tersebut

    akan mengalami modi!ikasi pada saat melalui saluran biliaris. %odi!ikasi

    tersebut meliputi, penarikan air melalui proses osmosis paraseluler kedalam

    empedu, pemisahan glutation menjadi asam amino yang dapat diabsorpsi

    kembali (seperti glukosa dan beberapa asam organik), dan sekresi bikarbonat

    dan ion 1 ion klorida secara akti! kedalam empedu oleh mekanisme yang

     bergantung kepada regulator transmembran !ibrosis sistik (D@). (Sudoyo,

    200+).

    Sebenarnya bilirubin terkonjugasi tidak direabsorpsi dari duktus

     biliaris atau usus melainkan pada kolon. olon dapat menkonjugasi bilirubindan mengkonversi menjadi tetrapirol larut air yang dikenal sebagai

    urobilinogen. ira 1 kira setengah dari urobilinogen akan direabsorpsi dan

    diekskresi oleh ginjal dan dikeluarkan bersama !eses sebagai sterkobilin.

    (Sudoyo, 200+).

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    9/44

    9

    'a!&ar I. Meta&l"$!e &"l"ru&"n (D/ert0* 2+1+-

    andung empedu mempunyai peranan penting dalam pencernaan

    lemak. andung empedu menampung 30 ml empedu yang dapat dibuat

    kembali dalam merespon pencernaan makanan. alam keadaan puasa kira 1 

    kira setengah dari empedu secara terus menerus dialirkan kedalam kandung

    empedu untuk disimpan, maka akan terjadi peningkatan kosentrasi empedu

    oleh karena terjadinya proses reabsorpsi ion 1ion natrium, kalsium, klorida,dan bikarbonat, diikuti oleh di!usi air sehingga terjadi penurunan p'

    intrasistik. andung empedu mampu menurunkan volumenya jika diisi

    empedu 80 1 +0 *. (Guyton, 2008)

    Saluran empedu ekstrahepatik dan s!inkter oddi merupakan struktur 

    yang berperan penting pada pergerakan dan pengaliran empedu. 'ormon

    kolesistokinin (>>) merupakan stimulus !isiologis yang paling potensial

     bagi kontraksi kandung empedu disamping adanya komponen sara! otonom

    dan sara! parasimpatis lainya yang dapat menyebabkan relaksasi kandung

    empedu. adar >> dapat meningkat sebagai tanggapan terhadap diet asam

    amino rantai panjang dan karbohidrat. 7!ek utama utama hepatobilier pada

    hormon sekretin adalah meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit oleh

    epitelium biliaris. (Guyton, 2008)

    Salah satu dari berbagai !ungsi hati adalah untuk mengeluarkan

    empedu, normalnya antara C00 dan "000 mlEhari. (Guyton, 2008).

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    10/44

    10

    II. 2 Kela"nan %ada S"$te! B"l"er

    nsiden kelainan pada sistem bilier banyak menyerang orang de&asa,

    &anita dan lanjut usia. @ingkat kejadian kelainan pada sistem bilier di negara

    maju dan di negara berkembang hampir sama. (Sjamsuhidayat, 20"").

    elainan pada sistem bilier yang bisa terjadi adalah batu empedu yang

    terdapat pada kandung empedu atau saluran empedu dan bisa terdapat di

    keduanya, in!eksi pada kandung empedu, serta tumor pada kandung empedu.

    ari semua kelainan sistem bilier tersebut insiden tertinggi ialah batu empedu

    yaitu 20*, sedangkan tumor pada kandung empedu sekitar 0,0"0,6C * dan

    n!eksi saluran empedu menunjukkan insidensi yang berbeda beda di seluruh

    dunia (Sjamsuhidayat, 20"").

    II.2.1 Batu E!%edu

    Def"n"$"

    atu empedu adalah struktur kristal yang terbentuk dari

     pembekuan dan pertumbuhan konstituen empedu yang normal dan

    abnormal. stilah kolelitiasis dimaksudkan untuk penyakit batu empedu

    yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau

    di dalam duktus koledokus (koledokolitiasis), atau pada keduaduanya.

    (Sjamsuhidajat, 20"").

    'a!&ar 1.  Batu dalam kandung empedu (El$e"er* 2++-

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    11/44

    11

    Et"lg"

    atu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan

     jarang pada saluran empedu lainnya dan diklasi!ikasikan berdasarkan bahan pembentuknya. 7tiologi batu empedu masih belum diketahui

    dengan sempurna, akan tetapi, !aktor predisposisi yang paling penting

    tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh

     perubahan susunan empedu, stasis empedu dan in!eksi kandung

    empedu. erubahan susunan empedu mungkin merupakan yang paling

     penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi pengendapan

    kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung

    empedu dapat meningkatkan supersaturasi progesi!, perubahan susunan

    kimia, dan pengendapan unsur tersebut. n!eksi bakteri dalam saluran

    empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui

     peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan mukus. (rice,

    200C).

    Jen"$ Batu E!%edu

    ikenal tiga jenis batu empedu, yaitu batu kolesterol, batu pigmen

    atau batu bilirubin, yang terdiri atas kalsium bilirubinat, dan batucampuran.

    a. Batu kolesterol 

    atu kolesterol mengandung paling sedikit 50* kristal

    kolesterol, dan sisanya adalah kalsium karbonat, kalsium palmitat,

    dan kalsium bilirubinat. entuknya lebih bervariasi dibandingkan

     bentuk batu pigmen. @erbentuknya hampir selalu di dalam kandung

    empedu, dapat berupa batu soliter atau multipel. ermukaannya

    mungkin licin atau multi!aset, bulat, berduri, dan ada yang seperti

     buah murbei. (Sjamsuhidajat, 20"").

    roses pembentukan batu kolesterol melalui empat tahap, yaitu

     penjenuhan empedu oleh kolesterol, pembentukan nidus, kristalisasi,

    dan pertumbuhan batu. erajat penjenuhan empedu oleh kolesterol

    dapat dihitung melalui kapasitas daya larut. enjenuhan ini dapat

    disebabkan oleh bertambahnya sekresi kolesterol atau penurunan

    relati! asam empedu atau !os!olipid. eningkatan ekskresi kolesterol

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    12/44

    12

    empedu antara lain misalnya pada keadaan obesitas, diet tinggi kalori

    dan kolesterol, dan pemakaian obat yang mengandung estrogen atau

    klo!ibrat. Sekresi asam empedu akan menurun pada penderita dengan

    gangguan absorbsi di ileum atau gangguan daya pengosongan primer 

    kandung empedu. (Sjamsuhidajat, 20"").

    enjenuhan kolesterol yang berlebihan tidak dapat membentuk 

     batu, kecuali bila ada nidus dan ada proses lain yang menimbulkan

    kristalisasi. Fidus dapat berasal dari pigmen empedu, mukoprotein,

    lendir, protein lain, bakteria, atau benda asing lain. Setelah

    kristalisasi meliputi suatu nidus, akan terjadi pembentukan batu.

    ertumbuhan batu terjadi karena pengendapan kristal kolesterol diatas matriks inorganik dan kecepatannya ditentukan oleh kecepatan

    relati! pelarutan dan pengendapan. Struktur matriks agaknya berupa

    endapan mineral yang mengandung garam kalsium. (Sjamsuhidajat,

    20"").

    Stasis kandung empedu juga berperan dalam pembentukan

     batu, selain !aktor yang telah disebut di atas. uasa yang lama akan

    menimbulkan empedu yang litogenik akibat stasis tadi.

    (Sjamsuhidajat, 20"").

    b. Batu Bilirubin

    enampilan batu bilirubin yang sebenarnya berisi kalsium

     bilirubinat dan disebut juga batu lumpur atau batu pigmen, tidak 

     banyak bervariasi. atu ini sering ditemukan berbentuk tidak teratur,

    kecilkecil, dapat berjumlah banyak, &arnanya bervariasi antara

    coklat, kemerahan, sampai hitam, dan berbentuk seperti lumpur atau

    tanah yang rapuh. atu ini sering bersatu membentuk batu yang lebih

     besar. atu pigmen yang sangat besar dapat ditemukan di dalam

    saluran empedu. atu pigmen adalah batu empedu yang kadar 

    kolesterolnya kurang dari 2*. atu pigmen hitam terbentuk di

    dalam kandung empedu terutama terbentuk pada gangguan

    keseimbangan metabolik seperti anemia hemolitik, dan sirosis hati

    tanpa didahului in!eksi. (Sjamsuhidajat, 20"").

    @erjadinya batu bilirubin berhubungan dengan bertambahnya

    usia. n!eksi, stasis, dekonjugasi bilirubin, dan ekskresi kalsium

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    13/44

    13

    merupakan !aktor kausal. ada bakteribilia terdapat bacteria gram

    negati!, terutama 7. coli. ada batu kolesterol pun, 7. coli yang

    tersering ditemukan dalam biakan empedunya. (Sjamsuhidajat,

    20"").

    eberapa !aktor yang juga disangka berperan adalah !aktor 

    geogra!i, hemolisis, dan sirosis hepatic. Sebaliknya jenis kelamin,

    obesitas, dan gangguan penyerapan di ileum tidak mempertinggi batu

     bilirubin. (Sjamsuhidajat, 20"").

    c. Batu Campuran

    atu ini memiliki gambaran batu pigmen maupun batu

    kolesterol, majemuk, dan ber&arna coklat tua. atu empedu

    campuran sering dapat terlihat dengan pemeriksaan radiogra!i,

    sedangkan batu komposisi murni tidak terlihat. (rice, 200C)

    Patgene$"$

    Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu

    empedu. ada kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap,

    menyebabkan pembentukan batu empedu. erbagai kondisi yang dapat

    menyebabkan pengendapan kolesterol adalah terlalu banyak absorbsi

    air dari empedu, terlalu banyak absorbsi garamgaram empedu dan

    lesitin dari empedu, terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu.

    umlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah

    lemak yang dimakan karena selsel hepatik mensintesis kolesterol

    sebagai salah satu produk metabolism lemak dalam tubuh. $ntuk alasan

    inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam &aktu beberapa

    tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu empedu. atu

    kandung empedu dapat berpindah ke dalam duktus koledokus melalui

    duktus sistikus. idalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu

    tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara parsial atau

    komplet sehingga menimbulkan gejala kolik empedu. alau batu

    terhenti di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau

    tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus

    sistikus. (Sjamsuhidajat, 20"").

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    14/44

    14

    @erdapat beberapa mekanisme penting dalam pembentukan

    empedu litogenik kolesterol (pembentuk batu). Hang paling penting

    adalah peningkatan sekresi empedu. 'al ini dapat terjadi pada

    kegemukan, diet tinggi kalori, atau obat (misal klo!ibrat) dan dapat

    disebabkan oleh peningkatan aktivitas hidroksimetilglutarilkoenAim ?

    ('%Go?) reduktase, suatu enAim yang menentukan kecepatan

     pembentukan kolesterol hati. ada sebagian pasien, dapat terjadi

    gangguan konversi kolesterol menjadi asam empedu yang

    menyebabkan peningkatan ratarata kolesterol litogenikEasam empedu.

    7mpedu litogenik juga terbentuk dari penurunan sekresi garamgaram

    empedu dan !ospolipid oleh hati yang dapat terjadi. ('arrison, 2000).elainan kedua yang penting adalah gangguan pembentukan

    vesikel. iasanya, kolesterol dan !ospolipid disekresikan ke dalam

    empedu sebagai vesikel berlapis ganda unilameler yang bersi!at tidak 

    stabil dan diubah, bersamasama empedu, menjadi agregat lipid lain

    misalnya misel. Selama proses pembentukan misel dari vesikel, lebih

     banyak !ospolipid daripada kolesterol yang dipindahkan ke misel

    campuran. 'al ini menyebabkan pembentukan vesikel labil kaya

    kolesterol yang menyatu menjadi vesikel besar multilameler tempat

    terbentuknya agregasi kristal kolesterol. ('arrison, 2000).

    %ekanisme penting ketiga adalah nukleasi kristal kolesterol

    monohidrat, yang sangat dipercepat pada empedu litogenik. ercepatan

    nukleasi kolesterol monohidrat dalam empedu dapat disebabkan oleh

     peningkatan !aktor pronukleasi atau de!isiensi !aktor antinukleasi.

    ('arrison, 2000).

    %ekanisme keempat adalah endapan empedu. 7ndapan empeduadalah bahan mukosa kental yang pada pemeriksaan mikroskopis

    memperlihatkan kristal lesitinkolesterol, kristal kolesterol monohidrat,

    kalsium bilirubinat, dan serat musin atau gel mukosa. ?danya endapan

    empedu mencerminkan dua kelainan, yaitu keseimbangan normal antara

    sekresi dan eliminasi musin kandung empedu mengalami gangguan,

    dan telah terjadi nukleasi AatAat terlarut dalam empedu. ('arrison,

    2000)

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    15/44

    15

    #aktr 3e$"k

    1. 'enet"k 

    Genetik meningkatkan !aktor resiko pembentukan batuempedu. i negara arat penyakit ini sering dijumpai, di ?merika

    "020 * lakilaki de&asa menderita batu kandung empedu. atu

    empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan

    kulit hitam. atu empedu juga sering ditemukan di negara lain selain

    $S?, >hili dan S&edia. ('euman, 20"").

    2. U!ur

    $sia ratarata tersering terjadinya batu empedu adalah 600

    tahun. Sangat sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia

    remaja, setelah itu dengan semakin bertambahnya usia semakin besar 

    kemungkinan untuk mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia

    +0 tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga orang. engan

     pertambahan usia (biasanya 600 tahun) akan meningkatkan !aktor 

    resiko terjadinya batu empedu karena terjadi peningkatan sekresi

    kolesterol biliaris dan penurunan sekresi garam empedu biliaris. 'al

    ini dapat menyebabkan timbulnya pembentukan empedu litogenik 

    kolesterol (pembentuk batu). (Sjamsuhidajat, 20"")

    . Jen"$ Kela!"n

    atu empedu lebih sering terjadi pada &anita dari pada laki

    laki. ada &anita, estrogen merangsang reseptor lipoprotein hati,

    meningkatkan ambilan kolesterol makanan, dan meningkatkan

    sekresi kolesterol biliaris. Selain itu juga estrogen menyebabkan

     penurunan sekresi garam empedu. (oherty, 20"0)

    . 4&e$"ta$

    ada kegemukan atau obesitas dapat terjadi peningkatan

    sekresi empedu yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas

    hidroksimetilglutarilkoenAim ? ('%Go?) reduktase, suatu enAim

    yang menetukan kecepatan pembentukan kolesterol hati. ada

    sebagian pasien, dapat terjadi gangguan konversi kolesterol menjadi

    asam empedu yang menyebabkan peningkatan ratarata kolesterol

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    16/44

    16

    litogenik atau asam empedu. elebihan kolesterol empedu

    hubungannya dengan asam empedu dan !os!olipid dapat disebabkan

    oleh hipersekresi kolesterol, hiposekresi asam empedu, atau

    keduanya. Sementara kejenuhan kolesterol dalam empedu

    merupakan prasyarat pembentukan batu empedu. ('unter, 2005).

    Man"fe$ta$" Kl"n"$

     Anamnesis

    Setengah sampai dua pertiga penderita batu empedu adalah

    asimtomatik. eluhan yang mungkin timbul berupa dispepsia yang

    kadang disertai intoleransi terhadap makanan berlemak. (Sjamsuhidajat,

    20"").

    ada yang simtomatik, keluhan utamanya berupa nyeri di daerah

    epigastrium, kuadran atas kanan atau prekordium. Dasa nyeri lainnya

    adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari " menit, dan

    kadang menghilang beberapa jam kemudian. @imbulnya nyeri

    kebanyakan perlahanlahan, tetapi pada sepertiga kasus timbul tibatiba.enyebaran nyeri dapat ke punggung bagian tengah, skapula, atau ke

     puncak bahu, disertai mual dan muntah. :ebih kurang seperempat

     penderita melaporkan bah&a nyeri menghilang setelah makan antasid.

    alau terjadi kolesistitis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada

    &aktu menarik napas dalam dan se&aktu kandung empedu tersentuh

    ujung jari tangan sehingga pasien berhenti menarik napas, yang

    merupakan tanda rangsangan peritoneum setempat. (Sjamsuhidajat,

    20"").

    ada batu duktus koledokus, ri&ayat nyeri atau kolik di

    epigastrium dan perut kanan atas akan disertai tanda sepsis, seperti

    demam dan menggigil bila terjadi kolangitis. iasanya terdapat ikterus

    dan urin ber&arna gelap yang hilang timbul. kterus yang hilang

    timbulnya berbeda dengan ikterus karena hepatitis. (Sjamsuhidajat,

    20"").

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    17/44

    17

    ruritus ditemukan pada ikterus obstrukti! yang berkepanjangan

    dan lebih banyak ditemukan di daerah tungkai daripada di badan. ada

    kolangitis dengan sepsis berat, dapat terjadi kega&atan disertai syok 

    dan gangguan kesadaran. (Sjamsuhidajat, 20"").

     Pemeriksaan Fisik

    alau ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan

    komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum,

    hidrops kandung empedu, empiema kandung empedu, atau pankreatitis.

    (Sjamsuhidajat, 20"").

    ada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum

    maksimum di daerah letak anatomi kandung empedu. @anda  Murphy

     positi! apabila nyeri tekan bertambah se&aktu menarik napas panjang

    karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan

     pemeriksa dan pasien berhenti menarik napas. (Sjamsuhidajat, 20"").

    atu saluran empedu tidak menimbulkan gejala atau tanda dalam

    !ase tenang. adang teraba hati agak membesar dan sclera ikterik. erludiketahui bah&a bila kadar bilirubin darah kurang dari 4 mgEd:, gejala

    ikterus tidak jelas. ?pabila sumbatan saluran empedu bertambah berat,

     baru akan timbul ikterus klinis. (Sjamsuhidajat, 20"").

    ?pabila timbul serangan kolangitis yang umumnya disertai

    obstruksi, akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan beratnya

    kolangitis tersebut. olangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya

    kolangitis bakterial nonpiogenik yang ditandai dengan trias Charcot ,

    yaitu demam dan menggigil, nyeri di daerah hati dan ikterus. ?pabila

    terjadi kolangiolitis, biasanya berupa kolangitis piogenik intrahepatik,

    akan timbul lima gejala pentade, berupa tiga gejala trias Charcot ,

    ditambah syok, dan kekacauan mental atau penurunan kesadaran

    sampai koma. (Sjamsuhidajat, 20"").

    K!%l"ka$"

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    18/44

    18

     Kolesistitis akut . urang lebih "* pasien dengan batu

    simtomatik mengalami kolesistitis akut. Gejalanya meliputi nyeri perut

    kanan atas dengan kombinasi mual, muntah, dan panas. (Sudoyo, 2005)

    ada pemeriksaan !isik ditemukan nyeri tekan pada perut kanan

    atas dan sering teraba kandung empedu yang membesar dan tandatanda

     peritonitis. emeriksaan laboratorium akan menunjukkan selain

    lekositosis kadangkadang juga terdapat kenaikan ringan bilirubin dan

    !aal hati kemungkinan akibat kompresi lokal pada saluran empedu.

    (Sudoyo, 2005)

    atogenesis kolesistisis akut akibat tertutupnya duktus sistikus

    oleh batu terjepit. emudian terjadi hidrops dari kandung empedu.

    enambahan volume kandung empedu dan edema kandung empedu

    menyebabkan iskemi dari dinding kandung empedu yang dapat

     berkembang ke proses nekrosis dan per!orasi. adi pada permulaannya

    terjadi peradangan steril dan baru pada tahap kemudian terjadi

    superin!eksi bakteri. (Sudoyo, 2005)

    olesistisis akut juga dapat disebabkan lumpur batu empedu.

    (kolesistisis akalkulus). omplikasi lain seperti ikterus, kolangitis, dan

     pankreatitis dibahas pada penanganan batu saluran empedu. (Sudoyo,

    2005)

    Obstruksi usus oleh batu empedu. atu empedu dapat lolos masuk 

    ke dalam lumen saluran cerna. ?pabila batu empedu tersebut cukup

     besar dapat menyumbat bagian tersempit saluran cerna, yaitu ileum

    terminal dan menimbulkan ileus obstruksi. (Sjamsuhidajat, 20"")

    Pe!er"k$aan Penunjang

    1. :aboratorium

    atu kandung empedu yang asimptomatik umumnya tidak 

    menunjukkan kelainan laboratorik. ila terjadi peradangan akut

    terjadi leukositosis. ila ada sindrom %iriAAi, ditemukan kenaikan

    ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu,

    dinding yang udem di daerah kantong 'artmann, dan penjalaran

    radang ke dinding yang tertekan tersebut. adar bilirubin serum

    yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    19/44

    19

    koledokus. adar !os!atase alkali serum dan mungkin juga kadar 

    amilase serum biasanya meningkat sedang setiap kali ada serangan

    akut. (Sjamsuhidajat, 20"").

    2. encitraana. $ltrasonogra!i mempunyai derajat spesi!isitas dan sensitivitas

    yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan

     pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik.

    engan ultrasonogra!i juga dapat dilihat dinding kandung

    empedu yang menebal karena !ibrosis atau udem karena

     peradangan maupun sebab lain. atu yang terdapat pada duktus

    koledokus distal kadang sulit dideteksi karena bergerak sesuai

    dengan gaya gravitasi. engan ultrasonogra!i, lumpur empedu

    dapat diketahui karena bergerak sesuai gaya gravitasi. engan

    ultrasonogra!i, punktum maksimum rasa nyeri pada batu

    kandung empedu yang gangren lebih jelas daripada dengan

     palpasi biasa. (Sjamsuhidajat, 20"").

     b. $ntuk penderita tertentu, kolesistogra!i dengan kontras yang

    diberikan per os (oral substitution) cukup baik karena relati! 

    murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu

    radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu.

    olesistogra!i oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik,

    muntah, kadar bilirubin serum di atas 2 mgEd:, obstruksi pilorus,

    dan hepatitis karena pada keadaan tersebut kontras tidak dapat

    mencapai hati. emeriksaan kolesistogra!i oral lebih bermakna

     pada penilaian !ungsi kandung empedu. (Sjamsuhidajat, 20"").

    c. >@scan tidak lebih unggul daripada ultrasonogra!i untuk 

    mendiagnosis batu kandung empedu. >ara ini berguna untuk 

    membantu diagnosis keganasan pada kandung empedu yang

    mengandung batu, dengan ketepatan 50+0*. (Sjamsuhidajat,

    20"").

    d. ) di papilla -ater atau melalui kolangiogra!i

    transhepatik perkutan (@>) berguna untuk pemeriksaan batu di

    duktus koledokus. ndikasinya ialah batu kandung empedu

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    20/44

    20

    dengan gangguan !ungsi hati yang tidak dapat dideteksi dengan

    ultrasonogra!i dan kolesistogra!i oral, misalnya karena batu kecil.

    Saat ini sedang dikembangkan pemeriksaan ultrasonogra!i

    endoluminal dengan endoskopi !leksibel untuk mendeteksi batu

    empedu di saluran empedu. >ara ini dianggap jauh lebih aman

    daripada 7D>. elemahan 7D> untuk diagnosis adalah

     bahaya timbulnya komplikasi pankreatitis. (Sjamsuhidajat, 20"").

    e.

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    21/44

    21

     batu empedu telah menurun drastis sejak ditemukannya kolesistektomi

    laparoskopik. (rice, 200C).

     Kolesistektomi#perasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan

     batu empedu simtomatik. ndikasi yang paling umum untuk 

    kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis

    akut. ata barubaru ini menunjukkan mortalitas pada pasien yang

    menjalani kolesistektomi angka kematian secara keseluruhan 0,"5 *,

     pada pasien kurang dari C tahun angka kematian 0,04*, sedangkan

     pada penderita diatas C tahun angka kematian mencapai 0,*.

    (oherty, 20"0).

     Koledokotomi 

    iasanya pembedahan ini dilakukan jika pada ultrasonogra!i

    ditemukan kolesistolitiasis disertai koledokolitiasis. Selain itu juga,

    koledokotomi dilakukan apabila pada kandung empedu tidak ditemukan

     batu, atau pernah dilakukan kolesistektomi, tetapi di dalam duktus

    koledokus ditemukan batu di saluran intrahepatik. (Sjamsuhidajat,

    20"").

    II.2.2 Infek$" %ada Kandung E!%edu

      Kle$"$t"t"$ Krn"ka

    e!inisi

    olesistitis kronika adalah peradangan menahun dari dinding

    kandung empedu (Sabiston, 20"0).

    7tiologi dan pato!isiologi

    atogenesis kolesistitis kronika dianggap berhubungan dengan

    iritasi mekanik dan kimia mukosa. :ebih dari +0* kasus berhubungan

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    22/44

    22

    dengan kolelitiasis. @etapi, masih diperselisihkan apakah batu empedu

    menunjukkan sebab atau akibat. 7tiologi paling mungkin dari peradangan

    mukosa melibatkan e!ek mekanik vesika biliaris, baik akibat serangan

     berulang obstruksi duktus sistikus sepintas oleh batu atau akibat

    nekrosisEiritasi tekanan, ulserasi dan peradangan reaksi lokal. nvasi bakteri

     primer juga diduga sebagai !aktor penyebabnya. eberapa bukti

    menggambarkan bah&a kolesistitis kronika sebagian bisa diakibat iritasi

    mukosa sekunder terhadap stasis atau stagnasi empedu atau bahkan mungkin

    sekunder terhadap adanya enAim pankreas yang telah dire!luks ke atas

     batang saluran empedu ke dalam vesika biliaris dari duktus pankreatikus

    (Sabiston, 20"0).

    Gejala klinik 

    Secara simtomatik,  kolik bilier khas untuk kolesistitis kronika.

    Selain itu pasien mengeluhkan nyeri parah dengan kualitas menetap di

    kuadran kanan atas, tetapi sering pula pada epigastrium atau dialihkan ke

    daerah skapula kanan. Fyeri ini berpola kresendo dekresendo, yang akan

    muncul pelanpelan dan berlangsung selama beberapa jam dan secara

    lambat mereda dalam &aktu 40 menit. olik ini berhubungan dengan

    obstruksi intermiten vesika biliaris akibat batu yang mengobstruksi dalam

    duktus sistikus atau vesika biliaris yang dipenuhi dengan batu. olik bilier 

    timbul paling laAim " sampai 2 jam sesudah makan, biasanya pada malam

    hari dan hampir tidak pernah pada pagi hari. olik bilier umumnya tidak 

    timbul pada malam hari selama tidur, kecuali sehabis makan sebelum tidur.

    ?da hubungan menonjol antara kolik bilier dengan penelanan makanan

     berlemak pada banyak pasien yang dianggap berhubungan dengan pelepasan

    kolesistokinin duodenum dan kemudian terjadi kontraksi vesika biliaris.

    olesistitis kronika bisa ditunjukkan oleh serangan kolik bilier atau oleh

    spektrum keluhan non spesi!ik yang mencakup dispepsia, bermasalah pada

     pencernaan, kembung dan bersenda&a (Sabiston, 20"0).

    ada pemeriksaan !isik   tidak didapatkan hasil yang khas. Selama

    serangan kolik bilier, sering ada nyeri tekan kuadran kanan atas ringan. i

    antara serangan, pasien asimtomatik tanpa gambaran !isik apapun. kterus

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    23/44

    23

    tidak tampak, kecuali bila ada batu yang le&at ke dalam duktus koledokus

    (Sabiston, 20"0).

    iagnosis

    $ntuk menegakkan diagnosis tidak hanya dilihat dari hasil

    laboratorium saja, kecuali untuk menyingkirkan kelainan sel hati.

    iagnosis ditegakkan berdasarkan gejalagejala yang dikeluhkan pasien

    dan pemeriksaan ultrasonogra!i bisa membantu memperkuat adanya batu

    empedu dalam kandung empedu serta bisa menunjukkan penebalan pada

    dinding kandung empedu. iagnosis yang paling akurat diperoleh dari

     pemeriksaan skintigra!i  hepatobilier, yang memberikan gambaran dari

    hati, saluran empedu, kandung empedu dan bagian atas usus halus

    (Sabiston, 20"0).

    enatalaksanaan

    ". enatalaksanaan non bedah

    enatalaksanaan non bedah dilakukan dengan cara menghindari

    makanan yang digoreng atau berlemak (Sabiston, 20"0).

    2. enatalaksanaan bedah

    engan keamanan dan keberhasilan kolesistektomi terencana,

    maka terapi bedah sebenarnya tepat untuk semua pasien. ika pasien

    mempunyai harapan hidup yang pendek atau penyakit sistemik 

    merupakan predisposisi risiko anastesi, maka kolesistektomi tidak boleh

    dilakukan. %ortalitas bedah kolesistektomi bagi kolesistitis kronika

    tidak berkomplikasi adalah sekitar 0,"* (Sabiston, 20"0).

    Kle$"$t"t"$ Akuta

    e!inisi

    olesistitis ?kut adalah peradangan dari dinding kandung empedu,

     biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus

    sistikus (Sabiston, 20"0).

    7tiologi dan pato!isiologi

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    24/44

    24

    :ebih dari +0* pasien kolesistitis akuta mempunyai batu empedu. atu

    empedu memainkan peranan besar dalam patogenesis kolesistitis akuta.

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    25/44

    25

     bebas atau peritonitis empedu. @anpa in!eksi bakteri, obstruksi menetap

    menyebabkan hidrops vesika biliaris, yaitu tempat vesika biliaris yang tidak 

     ber!ungsi diisi dengan mukus (Sabiston, 20"0).

    Gejala klinik 

    Balaupun banyak pasien akan menghubungkan ri&ayat kolik bilier,

    namun presentasi a&al penyakit vesika biliaris dengan kolesistitis akuta

    sering ditemukan. %enurut gejala "  pasien menggambarkan mula timbul

    akut atau bertahap bagi nyeri kuadran kanan atas serta epigastrium yang

    serupa dengan kolik bilier, yang tidak perlu berhubungan dengan makanan.

    @etapi nyeri tidak membaik dan timbul nyeri tekan abdomen kanan atas.

    erbeda dari pasien kolik bilier yang gelisah dan tidak mampu menemukan

     posisi yang nyaman, pasien kolesistitis akuta tetap diam karena gerakan

    mengeksaserbasi nyeri. emam, mual dan muntah juga dapat terjadi.

    ?danya demam tinggi, dingin yang menggigil atau kelemahan tidak spesi!ik 

    untuk menggambarkan kolesistitis akuta. ada pemeriksaan !isik   terlihat

     pasien tampak sakit, demam dan takikardia yang menjadi tanda proses

     peradangan dan tanda %urphy yang menunjukkan berhentinya inspirasi

    selama palpasi kuadran kanan atas (Sabiston, 20"0).

    iagnosis

    emeriksaan laboratorium hasilnya kurang spesi!ik dan hanya

    mencerminkan kelainan peradangan yang mendasari yaitu adalah

    leukosistitis dan bilirubin serum yang mencapai kadar setinggi 6 mg per 

    "00 ml. @es !ungsi hati bisa sedikit meningkat, tetapi tidak spesi!ik.

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    26/44

    26

    @etapi dengan adanya ultrasonogra!i, maka diagnosis batu empedu yang

    cepat dan dapat diandalkan menjadi mungkin serta dalam keadaan klinik 

    yang tepat, sangat menggambarkan diagnosis kolesistitis akuta.

    oleskintigra!i radionuklida #scan $%m&c-'()A* memperlihatkan obstruksi

    duktus sistikus dengan derajat ketepatan yang tinggi untuk pasien

    kolesistitis akuta dan memastikan diagnosis. Saat ini koleskintigra!i

    radionuklida merupakan tes paling tepat yang tersedia untuk membuat

    diagnosis kolesistitis akuta. arang keadaan klinik bisa menentukan

    menggunakan 7D> atau @> yang lebih invasi!. ada pasien ikterus

    dengan penyakit hepatoselular parah yang mendasari, maka radionuklida

    tidak dapat diandalkan. ika ultrasonogra!i hasilnya tidak memuaskan

    secara teknik, maka pasien yang sakit kritis ini, dimana kolesistitis akuta

    harus dibedakan dari hepatitis akuta, harus dilakukan pemeriksaan 7D>

    atau @> untuk menyingkirkan atau mengkon!irmasi adanya obstruksi

    duktus sistikus (Sabiston, 20"0).

    enatalaksanaan

    ". olesistektomi interval

    Sekitar +0* episode kolesistitis akuta sembuh spontan dalam 4

    sampai 5 hari. arena alasan ini beberapa dokter percaya bah&a terapi

    non bedah diindikasikan selama serangan akut. @etapi penderita akan

    memerlukan pera&atan di rumah sakit untuk kedua kalinya, yaitu C

    minggu kemudian untuk kolesistektomi interval ini memperpanjang masa

    tinggal di rumah sakit sampai vesika biliaris yang sakit sembuh. alam

     beberapa kasus, kolesistektomi interval mungkin berman!aat. ika pasien

    menderita kolesistitis akuta dini setelah in!ark miokardium atau selama

    evaluasi kelainan akut lain, maka penundaan kolesistektomi mungkin

    merupakan hal yang terbaik bagi pasien. enatalaksanaan non bedah

    yang tepat akan mencakup hidrasi intravena, intubasi nasogaster untuk 

    mencegah rangsangan vesika biliaris dan untuk mendekompresi

    lambung bila ada ileus bersamaan serta analgesia parenteral. ?ntibiotika

    mungkin tidak diperlukan dalam kasus ringan, dimana perbaikan klinik 

    yang harus di utamakan. @etapi pasien yang tampak lebih sakit,

    kebanyakan dokter percaya bah&a antibiotika diperlukan. Se!alosporin

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    27/44

    27

    generasi kedua atau ketiga atau pada pasien berisiko tinggi, kombinasi

    aminoglikosida, ampisilin dan klindamisin atau metronidaAol, umumnya

    akan mencakup spektrum patogen empedu yang biasa (Sabiston, 20"0).

    Setelah serangan akut sembuh, pasien dapat dipulangkan dengan

    kolesistektomi direncanakan 6 sampai C minggu kemudian, se&aktu

     peradangan telah sembuh. ika batu empedu tidak dikon!irmasi secara

    tepat, maka ultrasonogra!i atau kolesistogra!i oral harus dilakukan selama

    interval ini. Sebelum memperkenalkan teknik lebih baru untuk 

    membuat gambar vesika biliaris secara akut, kolesistektomi interval

    merupakan penatalaksanaan yang penting bagi pasien kolesistitis akuta.

    @etapi saat ini tidak dilakukan. (Sabiston, 20"0).2. olesistektomi dini

    Saat ini kolesistektomi dini selama serangan akut dianggap

     pendekatan yang lebih disukai. olesistektomi hanya dilakukan setelah

    memperoleh bukti obyekti! yang diperlukan bagi batu empedu dengan

    ultrasonogra!i atau obstruksi duktus sistikus den+an scan m&c-'()A.

    ila pasien telah dihidrasi secara adekuat dan antibiotika parenteral

    telah diberikan, maka kolesistektomi harus dilakukan pada keadaan semi

    terencana dalam 52 jam pertama setelah mulainya serangan. Sering

    edema lokal memisahkan bidang jaringan dan memudahkan pelepasan

     jaringan. enelitian yang mengevaluasi terapi bedah dini kolesistitis

    akuta tidak hanya memperlihatkan tidak ada perbedaan dalam mortalitas

    atau morbiditas parah bila dibandingkan dengan kolesistektomi interval,

    tetapi juga penurunan dalam pera&atan di rumah sakit total dan &aktu

    ketidakmampuan serta pencegahan insiden " sampai 60 persen gejala

     berulang atau komplikasi akut yang timbul pada pasien yang menunggukolesistektomi interval. iaya total pera&atan medis menurun bermakna

    dengan pendekatan ini. olesistektomi yang dilakukan lebih dari 52 jam

    setelah mulainya gejala bisa sangat sulit karena alasan teknik yaitu

    indurasi yang parah dan peradangan subakuta yang telah terbentuk, yang

     bisa mengaburkan tanda. ada pasien ini atau pasien terpilih dengan

    masalah medis mengancam yang parah misalnya >'# dan lain

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    28/44

    28

    lain, dilakukan terapi non bedah dahulu kemudian dapat direncanakan

    untuk melakukan kolesistektomi interval (Sabiston, 20"0).

    olesistektomi dini harus dibedakan dari kolesistektomi ga&at

    darurat. ?danya sepsis, demam tinggi atau peritonitis generalisata

    menunjukkan komplikasi kolesistitis akuta seperti empiema atau

     per!orasi serta memerlukan intervensi bedah ga&at darurat. asien yang

    menderita peritonitis progresi! atau adanya massa selama observasi atau

     pasien tua atau pasien diabetes yang gagal membaik dengan cepat harus

    dipertimbangkan telah menderita komplikasi dan harus dilakukan

    kolesistektomi ga&at darurat (Sabiston, 20"0).

    omplikasi koleistitis akutaomplikasi serius yang memerlukan intervensi bedah ga&at darurat

    timbul dalam sekitar "0* pasien kolesistitis akuta. omplikasi akut ini

    lebih sering pada orang tua, terutama penderita diabetes. roses

     peradangan akut bisa melibatkan organisme virulen pembentuk gas

     pada kolesistitis em!isematosa atau bisa berlanjut ke supurasi pada

    empiema vesika biliaris atau per!orasi dalam daerah gangren lokalisata.

    Secara klinik pasien gagal membaik atau terlihat memburuk &alaupun

    diberi terapi suporti! agresi!. alam setiap kasus, terapi yang berhasil,

    memerlukan pembedaban ga&at darurat. ika mungkin, kolesistektomi

    harus dilakukan sebelum terlambat, kadangkadang pasien terlalu sakit

    untuk menjalani trauma anastesi umum dan dekompresi pipa vesika

     biliaris dapat dilakukan di ba&ah anastesi lokal, sehingga daerah sepsis

     bisa didrainase dan menghilangkan sementara masalah akut (Sabiston,

    20"0).

    ". olesistitis em!isematosaolesistititi em!isematosa merupakan kolesistitis akuta yang

    tidak biasa melibatkan invasi organisme virulen pembentuk gas,

     biasanya klostridium, koli!ormis atau spesies streptokokus anaerob.

    erbeda dari kebanyakan bentuk kolesistitis, insiden pada pria

    lebih banyak dari &anita, yaitu 4 banding ". asien diabetes sangat

    cenderung menuju ke komplikasi ini. Secara klinik kolesistitis

    em!isematosa umumnya dimulai lebih mendadak. asien terihat

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    29/44

    29

    cukup toksik dengan demam tinggi dan sering dengan massa di

    kuadran kanan atas. iagnosis ditegakkan dengan radiogra!i

    abdomen, yang menunjukkan udara di dalam lumen vesika biliaris

    atau membuat bagan pada dinding viskus. arena batu tidak ada

    dalam sepertiga kasus, maka beberapa ahli mengusulkan bah&a

    etiologi iskemik merupakan predisposisi kolesistitis bakteri primer.

    er!orasi bebas timbul dalam 20 sampai 60 persen pasien.

    %ortalitas tinggi dan mencerminkan virulensi dan keadaan pasien

    yang mendasari umumnya buruk (Sabiston, 20"0).

    2. 7m!iema vesika biliaris

    Supurasi lokal memba&a ke empiema yang banyak pus dalam

    vesika biliaris terhadap * pasien kolesistitis akuta. asien ini bisa

    merasakan sakit dan menampilkan gambaran klinik sumber in!eksi

    yang tidak didrainase. iasanya terdapat di vesika biliaris yang

    dipalpasi. ada pembedahan, vesika biliaris terisi pus dan batu.

    Setelah kolesistektomi atau kolesistostomi, biasanya pemulihan

    terjadi secara cepat (Sabiston, 20"0).

    4. er!orasi vesika biliaris

    erubahan gangrenosa di dalam dinding vesika biliaris

     berlanjut ke per!orasi pada * kasus kolesistitis akuta. er!orasi

    merupakan satu dari tiga jenis; (") lokalisata, (2) bebas atau (4) ke

    dalam viskus sekeliling. er!orasi lokalisata  merupakan bentuk 

    terlaAim dan menyebabkan abses perikolesistik. eradangan akut

    hebat menginduksi perlekatan dengan organ sekeliling dan

    omentum dalam daerah vesika biliaris yang meradang, reaksi lokal

    ini e!ekti! membungkus daerah per!orasi dalam dinding vesika

     biliaris. erkembangan massa selama terapi kolesistitis akuta akan

    menyadarkan seseorang tentang kemungkinan komplikasi ini.

    er!orasi intraperitoneum bebas  yang jauh kurang laAim.

    omplikasi ini timbul dini dalam perjalanan kolesistitis akuta,

     biasanya dalam 68 jam pertama sebelum timbul perlekatan

     peradangan lokal. Secara klinis pasien tidak bisa mengkompensasi

     perubahan dari nyeri kuadran kanan atas ke tanda peritoneum

    generalisata. @ergantung pada luas invasi bakteri, pasien ini bisa

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    30/44

    30

    menderita peritonitis empedu generalisata parah. ntervensi bedah

    harus segera dilakukan. %ortalitas tinggi sekitar 20 sampai 60 persen.

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    31/44

    31

    makroskopik mempunyai pola titik kuning seperti retikular 

    dengan latar belakang mukosa yang merah yang disebut

    vesika biliaris stra&beri (Sabiston, 20"0).

    Secara klinis gejala kolesistitis akalkulosa kronika sangat

    menyerupai bentuk kalkulosa, kecuali bah&a terdapat

    episode diskrit kolik bilier tidak biasa dan keluhannya lebih

    nonspesi!ik dominan. iasanya diagnosis memerlukan

    kolesistogra!i oral untuk menunjukkan kelainan pengisian

     berdasar pada mukosa atau non opasi!ikasi vesika biliaris.

    $ltrasonogra!i bisa memperlihatkan penebalan dinding atau

    menggambarkan daerah pembentukan polip mukosa berlebihan, tetapi tidak akan terlihat batu. iasanya

    kolesistektomi menghilangkan gejala (Sabiston, 20"0).

     b. ?kalkulosa akuta

    olesistitis akalkulosa akuta timbul dalam keadaan klinis

    yang jelas berbeda akibat kolesistitis kalkulosa akuta.

    eberapa bentuk klinik terpisah telah diketahui. olesistitis

    akalkulosa akuta paska bedah telah ditemukan setelah banyak 

    tindakan yang tidak berhubungan dengan batang saluran

    empedu, paling sering setelah pembedahan aorta dan jantung

    yang besar atau transplantasi ginjal. olesistitis akalkulosa

    akuta setelah trauma cenderung timbul dalam pasien sakit

    akut dengan sepsis setelah trauma beberapa organ atau trauma

    luka bakar yang besar. entuk kolesistitis akalkulosa yang

    tegas telah digambarkan pada pasien dengan pemberian

    makanan parenteral total yang lama. alam tiap bentuk ini,unsur stasis vesika biliaris telah dilibatkan, mungkin akibat

    kombinasi penurunan masukan oral, kurangnya pelepasan

    kolesistokinin dari duodenum atau eksaserbasi oleh

     pemberian narkotika. Stasis bisa menyebabkan pemekatan

    empedu berlebihan, iritasi mukosa, peradangan dan iskemia.

    eberapa trans!usi darah bisa menyokong peningkatan

     bersihan empedu bagi pigmen hemoglobin. eranan obstruksi

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    32/44

    32

    duktus sistikus dalam masalah ini tidak diketahui. eberapa

     bentuk lain kolesistitis akalkulosa mencakup in!eksi

    Salmonella primer, jenis iskemik yang berhubungan dengan

    vaskulitides kolagen dan masa kanakkanak yang miskin

    kurang dipahami berhubungan dengan penyakit akut

    (Sabiston, 20"0).

    iagnosis kolesistitis akalkulosis akuta tetap terutama

    merupakan diagnosis klinik dan memerlukan indeks

    kecurigaan yang tinggi. Sering pasien sakit akut dan tidak 

    mampu menceritakan anamnesis yang baik. Gambaran

    !isiknya tidak patognomonik dan sering kali samarsamar.iagnosis obyekti! sulit didapat. $ltrasonogra!i bisa

    menunjukkan vesika biliaris membulat berdilatasi tanpa batu

    atau penebalan dinding, scan m@c'? seringkali tidak akan

    memvisualisasikan vesika biliaris. eberhasilan terapi

    memerlukan intervensi bedah ga&at darurat. eningkatan

    mortalitas sekitar "0 sampai 2 persen berhubungan dengan

    diagnosis yang tertunda, keadaan medis pasien yang terancam

     pada peningkatan insiden komplikasi yang menyertai,

    termasuk per!orasi dan gangren vesika biliaris lengkap

    (Sabiston, 20"0).

     Klang"t"$ Akuta

    e!inisi

    olangitis akuta menunjukkan in!eksi bakteri invasi! dari batang

    saluran empedu dengan gejala sisa sistemik seperti bakteremia atau

    septikimia (Sabiston, 20"0).

    7tiologi dan pato!isiologi

    $ntuk timbulnya kolangitis, harus ada dua !aktor (") tekanan

    intraduktus dalam batang saluran empedu harus meningkat atau obstruksi

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    33/44

    33

    saluran empedu sebagian atau lengkap dan (2) empedu harus terin!eksi. #b

    struksi berhubungan dengan koledokolitiasis atau striktura saluran empedu

     jinak setelah pembedahan saluran empedu sebelumnya atau trauma saluran

    empedu atau menyertai pankreatitis kronika. Striktura ganas batang saluran

    empedu atau karsinoma pankreas, kolangiokarsinoma tidak ditemukan

    menyebabkan kolangitis. Stasis empedu seperti yang timbul pada anomali

    saluran empedu kongenital yaitu penyakit >aroli dan kista koledokus bisa

     juga berhubungan dengan kolangitis. olangitis akuta tidak akan timbul

    dengan empedu terin!eksi tanpa peningkatan tekanan intraduktus atau

    obstruksi saluran empedu relati! atau dengan obstruksi tanpa empedu

    terin!eksi. asien bisa mempunyai empedu dengan kolonisasi bakteri

    menahun, tetapi tanpa obstruksi, pasien tetap asimtomatik (Sabiston, 20"0).

    Gejala klinik 

    Gejala klasik kolangitis akuta atau trias >harcot mencakup demam dan

    kedinginan, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas atau kolik bilier.

    Balaupun ketiga komponen trias ini biasanya ada pada suatu &aktu selama

     perjalanan kolangitis akuta, namun hanya 0* pasien akan mempunyai

    ketiganya selama pera&atan di rumah sakit (Sabiston, 20"0).

    iagnosis

    ada pemeriksaan !isik menunjukkan demam dan nyeri tekan abdomen

    kuadran kanan atas, tetapi nyeri tekan sering ringan dan bisa juga tidak 

    ada.

    7valuasi laboratorium rutin menunjukkan leukositosis, hiperbilirubinemia

    dan peningkaian kadar !os!atase alkali. ada orang tua, bisa ditemukan

    leukopenia. adar enAim hati juga meningkat ringan sampai sedang dan

    mencerminkan unsur cedera parenkima hati sekunder (Sabiston, 20"0).

    enatalaksanaan

    olangitis akuta di masa lampau dianggap kedaruratan bedah. @etapi

    dengan terapi antibiotika yang tepat, kebanyakan episode kolangitis akuta

    dapat dikendalikan, sehingga memungkinkan pemeriksaan diagnostik 

    setelah gejala mereda (Sabiston, 20"0).

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    34/44

    34

    asien dengan gambaran klinik kolangitis toksik dan gagal cepat

    membaik dengan pemberian antibiotika intravena memerlukan dekompresi

    ga&at darurat dari batang saluran empedu yang terobstruksi dapat

    dilakukan operasi ga&at darurat dengan memasang pipa @ (Sabiston, 20"0).

    Klang"t"$ Sklert"kan

    e!inisi

    olangitis sklerotikans merupakan kelainan idiopatik menahun yang

    ditandai oleh !ibrosis peradangan obliterati! progresi! dan striktur dari

     batang saluran empedu intrahepatik dan ekstrahepatik (Sabiston, 20"0).

    ato!isiologi

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    35/44

    35

    kemungkinan lain &alaupun tidak ada penanda serologi seperti antibodi

    antinuclear, antibodi anti mitokondria, antigen hepatitis atau si!at kelainan

    vaskular kolagen (Sabiston, 20"0).

    Gejala klinik 

    olangitis sklerotikan menimbulkan gejala pruritus dan ikterus yang

    timbul bertahap. kterus mulamula episodik dan mempunyai interval

     beberapa bulan atau bahkan tahun. @etapi penyakit ini progresi! dan

    kemudian kebanyakan pasien akan menderita sirosisbilier sekunder, ikterus

    yang menetap dan gagal hati. %alaise, anoreksia dan penurunan berat badan

    laAim terjadi. i samping gambaran ikterus, pemeriksaan !isik tidak spesi!ik 

    tetapi kadang ditemukan hepatomegali (Sabiston, 20"0).

    iagnosis

    iagnosis kolangitis sklerotikans ditegakkan dengan menyingkiran

    serta mengikuti pendekatan rutin pasien ikterus. @idak adanya dilatasi

     batang saluran empedu pada ultrasonogra!i penyaring bisa menunda

    diagnosis. Standar terbaik bagi diagnosis adalah kolangiogra!i. i masa

    lampau kebanyakan kolangiogram didapat intraoperasi pada &aktu

    eksplorasi. engan ditemukan kolangiogra!i transhepatik perkutis ( J

    Kpercutaneous transhepatic cholangiographyK) dan kolangiogra!i retrograd

    endoskopi (7D> J Kendoscopic retrograde cholangiographyK), maka

    diagnosis dapat ditegakkan pada kebanyakan pasien prabedah. Balaupun

    ada obstruksi saluran empedu dan ikterus, namun @> bisa tidak memberi

    hasil karena tidak adanya tanda khas dilatasi duktus intra hepatik sekunder 

    terhadap !ibrosis duktus. 7D> merupakan pendekatan a&al yang lebih

    disukai pada pasien yang dicurigai menderita kolangitis skierotikans.atang saluran empedu sering mempunyai gambaran seperti Lbatang

     buah premL. i!urkasio duktus hepatikus cenderung terlibat dan

    merupakan daerah obstruksi dominan dalam dua pertiga pasien. Balaupun

     penyakit ini jarang terbatas pada duktus intra atau ekstrahepatik atau pada

     percabangan duktus hepatikus saja, namun sebagian besar pasien M +0

     persen mempunyai bukti keterlibatan intra dan ekstrahepatik. @anda

    khasnya adalah duktus intrahepatik tidak berdilatasi &alaupun ada

    obstruksi distal, ini mungkin akibat !ibrosis duktus yang di!us. adang

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    36/44

    36

    kadang di!erensiasi dari kolangiokarsinoma sklerotikans batang saluran

    empedu bisa sulit atau tidak mungkin (Sabiston, 20"0).

    enatalaksanaan

    @erapi medis belum dibuktikan keberhasilannya. erbagai obat telah

    digunakan, termasuk steroid, imunosupresi, antibiotika, dan kolestiramin.

    i masa lampau, se&aktu diagnosis ditegakkan pada &aktu eksplorasi, pipa

    @ sering dipasang dan dibiarkan untuk drainase eksterna selama beberapa

    minggu, bulan atau bahkan beberapa tahun, tetapi terapi ini mungkin

    mempunyai sedikit e!ek pada perjalanan penyakit. elakangan ini

     beberapa kelompok telah mengusulkan pendekatan agresi! pada pasien

    yang memiliki daerah stenosis dominan relati! terisolasi (Sabiston, 20"0).

    Klang"/e%at"t"$ 4r"ental

    e!inisi dan 7tiologi

    olangiohepatitis oriental juga di kenal sebagai kolangitis  piogenik 

     berulang " merupakan kolangitis bakterialis berulang menahun yang timbul

     pada pasien yang hidup di daerah pantai dari epang sampai ?sia @enggara.enyakit ini endemik dalam daerah dengan in!estasi parasit pada batang

    saluran empedu oleh Clonorchis sinensis dan  Ascaris sp. erbeda dari

     penyakit batu empedu dan kolesistitis di negara arat, kolangiohepatitis

    oriental bukan merupakan penyakit primer pada vesika biliaris, tetapi pada

    saluran empedu. ebanyakan kasus dianggap berhubungan dengan in!estasi

     parasit asenden, iritasi batang saluran empedu, peradangan mukosa

    reaksional dan in!eksi bakteri usus sekunder. kolangitis berulang menahun

    menyebabkan striktura saluran empedu intrahepatik segmental, daerah

    ektasia duktus dan abses perikolangiolar. atu duktus primer terbentuk 

    dalam batang intra dan ekstrahepatik serta merupakan batu pigmen kalsium

     bilirubinat yang lunak keruh yang dipercaya berhubungan dengan

    kolangitis bakterialis kronika. (Sabiston, 20"0).

    Gejala klinik 

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    37/44

    37

    Gejala utama dari kolangitis adalah demam dan menggigil, ikterus serta

    nyeri abdomen kuadran kanan, dan mungkin ada ri&ayat penyakit dahulu

    yang lama dengan nyeri episodik berulang (Sabiston, 20"0).

    enatalaksanaan

    Balaupun antibiotika diperlukan, namun terapi primer bersi!at

     pembedahan dan sering diperlukan atas dasar ga&at darurat. @ujuan bedah

    mencakup drainase saluran empedu akut dan adekuat, pembuangan batu dan

    debris serta termasuk perbaikan hubungan antara duktus koledokus dan

    usus, tidak hanya meningkatkan drainase, tetapi memungkinkan batu timbul

     berulang. @erapi bedah mencakup kolesistektomi, eksplorasi duktus

    koledokus serta koledokoduodenostomi, s!ingteroplasti atau

    koledokojejunostomi. engan striktura saluran empedu yang tinggi pada

    atau tepat di atas percabangan duktus hepatikus, penggunaan stent bilier 

    transhepatik jangka lama telah diusulkan untuk memastikan drainase

    saluran empedu prograd dan memungkinkan jalan perkutis ke batang

    saluran empedu intra hepatik bagi manipulasi peralatan nantinya atas batu

    yang berulang atau striktura (Sabiston, 20"0).

    II.. Tu!r %ada Kandung E!%edu

    e!inisi

    arsinoma kandung empedu jarang ditemukan dan biasanya

    didapat pada usia lanjut. ebanyakan berhubungan dengan batu

    empedu. Disiko timbul keganasan sesuai dengan lamanya menderita

     batu kandung empedu. (Sjamsuhidajat, 20"0)@umor ganas primer kandung empedu adalah jenis adenokarsinoma

    dengan penyebaran invasi! langusung ke dalam hati dan porta hati.

    %etastasis terjadi ke kelenjar getah bening regional, hati dan paru.

    adang karsinoma ditemukan secara tidk sengaja se&aktu melakukan

    kolesistektomi untuk kolelitiasis, dan sering telah terjadi penyebaran.

    (Sjamsuhidajat, 20"0)

    anker kandung empedu sering ditemukan secara kebetulan saat

     pemeriksaan untuk penyakit batu empedu, dan sekitar 0* kasus

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    38/44

    38

    kanker kandung empedu didiagnosa kebetulan dalam spesimen

    kolesistektomi. Sayangnya, sekitar 4* pasien memiliki metastasis

     jauh pada saat diagnosis. (@homas, 20"")

    7pidemiologi

    ?ngka kejadian kanker kandung empedu di amerika serikat kira

    kira " kasus dari "00.000 orang dalam penelitian otopsi, variasi angka

    kejadiannya 0,0"0,6C *. anker kandung empedu lebih biasa terjadi

    di srael, epang dan ndia amerika. (Sinar 'arapan, 2002).

    i ndonesia, penyakit tumor empedu masih kurang mendapat

     perhatian dibandingkan penyakit hati lainnya seperti hepatitis virus

    kronik, sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. (Sinar 'arapan, 2002)

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    39/44

    39

    kronis ini adalah batu empedu kolesterol. ehadiran batu empedu

    meningkatkan risiko kanker kandung empedu 6 kali lipat, penyebab

    yang lain karena dari peradangan kronis yang juga berhubungan dengan

    kanker kandung empedu adalah mencakup  primary sclerosin+ 

    cholan+itis, ulcerati!e colitis, cacing hati, in!eksi Salmonella typhi dan

     paratyphi kronis, dan in!eksi 'elicobacter. (%ary, 20"2)

     Famun, radang kandung empedu kronis merupakan bagian yang

    mungkin hanya penyebab trans!ormasi ganas yang terlihat pada kanker 

    kandung empedu. anyak !aktor lain telah diidenti!ikasi. onsumsi

    obat tertentu (misalnya, kontrasepsi oral, F', metildopa) dapat

    meningkatkan risiko kanker kandung empedu. emikian juga, terpapar Aat kimia tertentu (misalnya, pestisida, karet, vinil klorida) dan paparan

     pekerjaan yang berhubungan dengan kerja di industri tekstil, minyak 

     bumi, pabrik kertas, dan industri sepatu meningkatkan risiko kanker 

    kandung empedu. Selain itu, paparan melalui polusi air, logam berat

    (misalnya, kadmium, kromium, timah), dan paparan radiasi (misalnya,

    radon di penambang) berhubungan dengan kanker kandung empedu.

    #besitas dapat menyebabkan kanker kandung empedu melalui

    kerjasama dengan batu empedu, hubungannya dengan estrogen endogen

    meningkat, atau melalui kemampuan selsel lemak untuk mengeluarkan

    sebuah largenumbero!in!lammatorymediators. (%ary, 20"2)

    Gambaran linis

    eluhan utama biasanya ditentukan oleh kolesistolitiasis. Sering

    ditemukan nyeri menetap di perut kuadran kanan atas, mirip kolik 

     bilier. ?pabila terjadi obstruksi duktus sistikus, akan timbul kolesistisis

    akut. Gejala lain yang dapat terjadi adalah ikterus obstruksi dan

    kolangitis akibat invasi! tumor ke duktus koledokus. (Sjamsuhidajat,

    20"0)

    iagnosis

    ?pabila gejala klinisnya hanya kolangitis dan kandung empedu

    teraba membesar, harus dicurigai kemungkinan keganasan kandung

    empedu karena keadaan ini idak biasa ditemukan pada koledokolitiasis.

    (Sjamsuhidajat, 20"0)

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    40/44

    40

    olesistektomi dianjurkan untuk polip kandung empedu

    mencurigakan untuk mem!asilitasi deteksi dini dan pengobatan. @ scan dapat menentukan tumor 

    dan batu. ila tumor masih kecil, yang terlihat hanya batu empedu.

    iagnosis prabedah yang tepat hanya "0*. (Sjamsuhidajat, 20"0)

    iagnosis banding adalah kolesistolitiasis dan kolistitis kronis,

    terutama bila ada dinding yang !ibrotik. (Sjamsuhidajat, 20"0)

    enatalaksanaaan

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    41/44

    41

    encegahan dengan melakukan kolesistektomi pada penderita

    kolelitiasis merupakan cara yang baik. >ara ini terbukti menurunkan

    angka kejadian karsinoma kandung empedu. iperkirakan setiap

    melakukan kolesistektomi, dapat dicegah satu penderita karsinoma

    kandung empedu. (Sjamsuhidajat, 20"0)

    ?pabila ditemukan karsinoma kandung empedu se&aktu

    laparotomi, harus dilakukan kolesistektomi dan reseksi biji hati selebar 

    4 cm disertai diseksi kelenjar lim! regional di daerah ligamentum

    hepatoduodenale. Deseksi lebih luas, seperti hemihepatektomi atau

    lobektomi tidak memberikan hasil yang lebih baik. (Sjamsuhidajat,

    20"0)

    rognosis

    Secara histologi, adenokarsinoma ditemukan dalam +0* kasus

    kanker kandung empedu, dan karsinoma sel skuamosa ditemukan pada

    2* kasus. enis yang jarang dari kanker kandung empedu termasuk 

    sarkoma, karsinoma adenoskuamus, karsinoma sel gandum, karsinoid,

    lim!oma, melanoma, dan tumor metastasis. Sejumlah subtipe histologis

    adenokarsinoma telah dijelaskan, tetapi adenokarsinoma papiler 

    me&akili sekitar * dari kanker kandung empedu, melainkan

    cenderung berdi!erensiasi baik dan memba&a prognosis yang lebih

    menguntungkan.

    BAB III

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    42/44

    42

    PENUTUP

    III.1 Ke$"!%ulan

    elainan pada sistem bilier yang bisa terjadi adalah batu empedu yang

    terdapat pada kandung empedu atau saluran empedu dan bisa terdapat di

    keduanya, in!eksi pada kandung empedu, serta tumor pada kandung

    empedu.

    atu empedu adalah struktur kristal yang terbentuk dari pembekuan dan

     pertumbuhan konstituen empedu.

    n!eksi kandung empedu ditemukan kolesistitis dan kolangitis.

    olesistitis terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu yang terjebak.

    Gejala klinis yang ditemukan adalah nyeri di perut kuadran kanan atas,

    demam dan menggil, nyeri menetap disertai tanda rangsangan peritoneal

     berupa nyeri tekan, nyeri lepas.

    olangitis menunjukkan in!eksi bakteri invasi! dari batang saluran

    empedu dengan gejala sisa sitemik seperti, bakterimia atau septikimia.

    Gejalanya yaitu trias >harcot= demam dan menggigil, ikterus dan nyeri

    abdomen kuadran kanan atas.

    arsinoma kandung empedu jarang ditemukan dan biasanya didapat

     pada usia lanjut. ebanyakan berhubungan dengan batu empedu. Disiko

    timbul keganasan sesuai dengan lamanya menderita batu kandung empedu.

    @umor ganas primer kandung empedu adalah jenis adenokarsinoma.

    elainan sistem bilier pada dasarnya saling berhubungan antara satu

    dengan yang lainnya. enyakit batu empedu apabila tidak segera diterapi

    akan menimbulkan in!eksi kandung empedu karena peradangan mukosa

    vesika biliaris, baik akibat serangan berulang obstruksi duktus sistikus oleh

     batu empedu. anker kandung empedu dapat timbul pada peradangan

    kronis. ada sebagian besar pasien (M 5*), sumber dari peradangan kronis

    ini adalah batu empedu kolesterol. ehadiran batu empedu meningkatkan

    risiko kanker kandung empedu 6 kali lipat.

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    43/44

    43

    enatalaksanaan kelainan sistem bilier yaitu dengan non bedah dan

     pembedahan. enatalaksanaan non bedah yaitu dengan menghindari

    makanan dengan kandungan lemak tinggi dan terapi dengan antibiotik,

    sedangkan untuk pembedahan yaitu kolesistektomi. embedahan pada batu

    empedu dapat juga menggunakan 7SB:, koledokotomi (jika ditemukan

    kolesistolitiasis disertai koledokolitiasis).

    DA#TA3 PUSTAKA

  • 8/18/2019 referat kelainan bilier

    44/44

    44

    oherty G%.  Biliary &ract . n ; >urrent iagnosis N @reatment Surgery "4th

    edition. 20"0. $S ; %cGra&'ill >ompanies

    Guyton ?.>.,'all .7. 20"0. Buku A,ar Fisiolo+i Kedokteran.7disi "". 7G>,

    akarta

    'arrison. 2000. 'arrison Prinsip-Prinsip (lmu Penyakit )alam Ed /ol 0. usat

    enerbitan $niversitas Gadjah %adaEDS$ dr. Sardjito, Hogyakarta.

    'unter G. 1allstones )iseases. n ; Sch&artOs rinciples o! Surgery 8thedition.

    2005. $S ; %cGra&'ill >ompanies

    %oore, :. eith. 2008. Anatomi Klinis )asar . 'ipokrates, akarta.

    rice, Sylvia ?. 200C. Pato2isiolo+i Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 3 

    /ol . enerbit uku edokteran 7G>, akarta.

    Sabiston. 20"0. Buku A,ar Bedah ba+.4. 7G>, akarta.

    Sjamsuhidajat, D dkk. 20"". Buku A,ar (lmu Bedah Ed . akarta, enerbit uku

    edokteran 7G>.

    Mary Denshaw-Burke. Gallbladder Caner.!h""#$%%e&ed''ne.&edsa#e.(&%ar"'le%278641-

    ()er)'ew*sh(wall+. D'unduh #ada "an,,al 6 Me' 2012

     h(&as /anderMeer. Gallbladder u&(rs.

    !h""#$%%e&ed''ne.&edsa#e.(&%ar"'le%190364-

    ()er)'ew*sh(wall+. D'unduh #ada "an,,al 6 Me' 2012

    http://emedicine.medscape.com/article/278641-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/278641-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/190364-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/190364-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/190364-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/190364-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/278641-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/278641-overview#showall