32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium 8 .Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai padaanak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam 11 . Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam 12 . Hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi dikaitkan faktor resiko yang penting adalah demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Faktor resiko lainnya adalah riwayat keluarga kejang demam, problem pada masa neonatus, kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 1

Referat Kejang Demam 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat kejang demam

Citation preview

Page 1: Referat Kejang Demam 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC) yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium8.Kejang demam merupakan

kelainan neurologist yang paling sering dijumpai padaanak, terutama pada

anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur

dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam11. Anak yang pernah

mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak

termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berusia

kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam12.

Hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi dikaitkan faktor

resiko yang penting adalah demam. Demam sering disebabkan infeksi

saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan

infeksi saluran kemih. Faktor resiko lainnya adalah riwayat keluarga

kejang demam, problem pada masa neonatus, kadar natrium rendah.

Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu

kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% akan mengalami 3X recurrent

atau lebih10.

B. Epidemiologi

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat,

Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-

kira 20% kasus merupakan kejang demam yang kompleks. Umumnya

kejang demam timbul pada tahun kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam

sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki 10.

Kejang sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama

sebelum berumur 4 tahun yaitu terbanyak di antara umur 17-23

1

Page 2: Referat Kejang Demam 2

bulan.Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum

berumur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah

berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi/ namun, beberapa pasien

masih dapat mengalami kejang demam sampai umur lebih dari 5-6 tahun14.

Angka kematian hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian besar penderita

kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi

epilepsi sebanyak 2-7%.Kejang demam juga dapat mengakibatkan

gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian

tingkat akademik6.

C. Etiologi

Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan

kejang demam, misalnya:

1. Demam itu sendiri

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus)

terhadap otak

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak

diketahui atau ensefalopati toksik sepintas

6. Gabungan semua faktor tersebut di atas

Infeksi viral paling sering ditemukan pada kejang demam. Hal ini

mungkin disebabkan karena infeksi viral memang lebih sering menyerang

pada anak, dan mungkin bukan merupakan sesuatu hal yang khusus.

Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang

demam. Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi

waktu anak sedang demam. Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan

setelah imunisasi pertusis (DPT) dan morbili (campak)7.

D. Klasifikasi

2

Page 3: Referat Kejang Demam 2

Kejang demam memiliki 2 bentuk yakni kejang demam kejang

demam sederhana dan kejang demam komplek. 80% dari kasus kejang

demam merupakan kejang demam sederhana sedangkan 20% kasus adalah

kejang demam komplek.

Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure) menurut

Livingstone memiliki beberapa kriteria, yakni:

1. Terjadi pada usia 6 bulan – 4 tahun

2. Lama kejang singkat kurang dari 15 menit

3. Sifatnya kejang umum, tonik dan atau klonik

4. Umunya berhenti sendiri dan pasien segera sadar

5. Kejang timbul pada 16 jam pertama setelah timbulnya demam

6. Tanpa adanya gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

7. Tidak ada kelainan neurologi sebelum dan setelah kejang

8. Frekuensi kejang kurang dari 4x dalam 1 tahun

9. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu

normal tidak menunjukkan adanya kelainan 2.

Kejang Demam Komplek (Complex Febrile Seizure) memiliki ciri –

ciri gejala klinis sebagai berikut:

1. Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit

2. Sifat kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang

didahului oleh suatu kejang parsial

3. Kejang berulang atau terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau

kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak

tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang

didahului dengan kejang parsial.

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara

2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di

antara anak yang mengalami kejang demam1.

Tabel 1. Perbedaan kejang demam sederhana dan kompleks

3

Page 4: Referat Kejang Demam 2

E. Manifestasi klinik

Kejang demam yang berlansung singkat tidak berbahaya dan tidak

menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih

dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen

dan energy kontraksi otot skelet yang akhirnya menyebabkan hipoksemia,

hiperkapnea, asidosis lactate, hipotensi. Kerusakan pada daerah mesial

lobus temporalis setelah kejang berlangsung lama yang dapat menjadi

matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsy spontan. Jadi

kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan

anatomis diotak sehinggga terjadi epilepsy 8

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu

demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-

klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti

sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk

sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan

sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Untuk ini Livingston membuat

criteria kejang demam atas 2 golongan, yaitu:

1. Kejang demam sederhana (simple febrile

convulsion )

2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam

(Epilepsy triggered of by fever )

Menurut Hasan & Alatas, dkk (2002) dengan penanggulangan yang

tepat dan cepat, prognosisnya baik atau tidak perlu menyebabkan

4

Page 5: Referat Kejang Demam 2

kematian. Risiko yang dihadapi oleh seoarng anak sesudah menderita

kejang demam tergantung dari faktor:

1. Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga

2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak

menderita kejang demam

3. Kejang yang berlangung lama atau kejang fokal

F. Patofisiologi

Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan

muatan listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi

pada neuron tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun

anatomi.Sel saraf, seperti juga sel hidup umumnya, mempunyai potensial

membran.Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan

ekstrasel.Potensial intrasel lebih negatif dibandingkan ekstrasel. Dalam

keadaan istirahat potensial membran berkisar antara 30-100 mV, selisih

potensial membran ini akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan

rangsangan 5

Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori yaitu :

1. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K,

misalnya pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan pada

kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia.

2. Perubahan permeabilitas sel syaraf, misalnya hipokalsemia dan

hipomagnesemia.

3. Perubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan

dengan neurotransmiter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang

berlebihan. Misalnya ketidakseimbangan antara GABA atau glutamat

akan menimbulkan kejang.

Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui,

diperkirakan bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia

tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan

akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan hipoksia.

5

Page 6: Referat Kejang Demam 2

Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel

dan K ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran

cenderung turun atau kepekaan sel saraf meningkat 5.

Saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak,

jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan

menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin

bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa

hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan

hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakibatkan iskemi neuron karena

kegagalan metabolisme di otak 2.

Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai

berikut

1. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang

belum matang/immatur.

2. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang

menyebabkan gangguan permiabilitas membran sel.

Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat

dan CO2 yang akan merusak neuron. Demam meningkatkan Cerebral

Blood Flow (CBF) serta meningkatkan kebutuhan oksigen dan glukosa,

sehingga menyebabkan gangguan aliran ion-ion keluar masuk sel 2.

6

Page 7: Referat Kejang Demam 2

G. Faktor Resiko

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah

demam.Ada riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara

kandung dan orang tua, menunjukkan kecenderungan genetik. Selain itu

terdapat faktor perkembangan terlambat, problem pada masa neonates,

anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang

demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi

atau lebih, dan kira-kira 9% anak akan mengalami tiga kali rekurensi atau

lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak

mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat

kenjang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.

H. Diagnosis Banding

Biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak

atau otitis media. Menghadapi seorang anak yang menderita demam

dengan kejang, harus dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu di dalam

atau di luar susunan saraf pusat (otak). Oleh sebab itu, perlu waspada

untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak. Baru

7

Page 8: Referat Kejang Demam 2

sesudah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang

demam sederhana atau epilepsi yang diprovokasi oleh demam.

I. Diagnosis

Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang,

harus dipikirkan apakah penyebab dari kejangg itu di dalam atau di luar

susunan saraf pusat (otak).Pungsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan

klinis meningitis.Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak

menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapat antibiotic, maka

perlu pertimbangan pungsi lumbal.Penegakan diagnosa kejang demam

dapat diperoleh melalui beberapa langkah yakni anamnesa, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari laboratorium dan

pencitraan jika diperlukan.2

1. Anamnesa

Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan

wawancara baik langsung pada pasien (autoanamnesis) atau kepada orang

tua atau sumber lain (aloanamnesis) misalnya wali atau pengantar. Dalam

anamnesa khususnya pada penyakit anak dapat digali data – data yang

berhubungan dengan kejang demam meliputi:

a. Identitas

Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua,

alamat, umur penndidikan dan pekerjaan orang tua, agama dan suku

bangsa. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, epidemiologi kejang

demam lebih banyak terjadi pada anak laki-laki pada usia 6 bulan

sampai dengan 5 tahun.

b. Riwayat Penyakit

Pada riwayat penyakit perlu ditanyakan keluhan utama dan riwayat

perjalanan penyakit. Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang

menyebabkan pasien dibawa berobat. Pada riwayat perjalanan penyakit

disusun cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan

kesehatan pasien sejak sebelum ada keluhan sampai anak dibawa

8

Page 9: Referat Kejang Demam 2

berobat. Bila pasien mendapat pengobatan sebelumnya, perlu

ditanyakan kapan berobat, kepada siapa, obat yang sudah diberikan,

hasil dari pengobatan tersebut, dan riwayat adanya reaksi alergi

terhadap obat.

Pada kasus kejang demam, perlu digali informasi mengenai demam

dan kejang itu sendiri. Pada setiap keluhan demam perlu ditanyakan

berapa lama demam berlangsung; karakteristik demam apakah timbul

mendadak, remitten, intermitten, kontinou, apakah terutama saat malam

hari, dsb. Hal lain yang menyertai demam juga perlu ditanyakan

misalnya menggigil, kejang, kesadaran menurun, merancau, mengigau,

mencret, muntah, sesak nafas, adanya manifestasi perdarahan, dsb.

Demam didapatkan pada penyakit infeksi dan non infeksi. Dari

anamnesa diharapkan kita bisa mengarahkan kecurigaan terhadap

penyebab demam itu sendiri.

Pada anamnesa kejang perlu digali informasi mengenai kapan

kejang terjadi; apakah didahului adanya demam, berapa jarak antara

demam dengan onset kejang; apakah kejang ini baru pertama kalinya

atau sudah pernah sebelumnya (bila sudah pernah berapa kali (frekuensi

per tahun), saat anak umur berapa mulai muncul kejang pertama);

apakah terjadi kejang ulangan dalam 24 jam, berapa lama waktu sekali

kejang. Tipe kejang harus ditanyakan secara teliti apakah kejang

bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal. Ditanyakan pula lamanya

serangan kejang, interval antara dua serangan, kesadaran pada saat

kejang dan setelah kejang. Gejala lain yang menyertai juga penting

termasuk panas, muntah, adanya kelumpuhan, penurunan kesadaran,

dan apakah ada kemunduran kepandaian anak. Pada kejang demam juga

perlu dibedakan apakah termasuk kejang demam sederhana atau kejang

suatu epilepsi yang dibangkitkan serangannya oleh demam

(berdasarkan kriteria Livingstone).

c. Riwayat Kehamilan Ibu

9

Page 10: Referat Kejang Demam 2

Perlu ditanyakan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya

penyakit, serta upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi penyakit.

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minuman

keras, konsumsi makanan ibu selama hamil.

d. Riwayat Persalinan

Perlu ditanyakan kapan tanggal lahir pasien, tempat kelahiran,

siapa yang menolong, cara persalinan, keadaan bayi setelah lahir, berat

badan dan panjang badan bayi saat lahir, dan hari-hari pertama setelah

lahir. Perlu juga ditanyakan masa kehamilan apakah cukup bulan atau

kurang bulan atau lewat bulan. Dengan mengetahui informasi yang

lengkap tentang keadaan ibu saat hamil dan riwayat persalinan anak

dapat disimpulkan beberapa hal penting termasuk terdapatnya asfiksia,

trauma lahir, infeksi intrapartum,dsb yang mungkin berhubungan

dengan riwayat penyakit sekarang, misalnya kejang.

e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Perlu digali bagaimana status pertumbuhan anak yang dapat

ditelaah dari kurva berat badan terhadap umur dan panjang badan

terhadap umur. Data ini dapat diperoleh dari KMS atau kartu

pemeriksaan kesehatan lainnya. Status perkembangan pasien perlu

ditelaah secara rinci untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan.

Pada anak balita perlu ditanyakan perkembangan motorik kasar,

motorik halus, sosial-personal, dan bahasa.

f. Riwayat Imunisasi

Apakah penderita mendapat imunisasi secara lengkap, rutin, sesuai

jadwal yang diberikan. Perlu juga ditanyakan adanya kejadian ikutan

pasca imunisasi.

g. Riwayat Makanan

Makanan dinilai dari segi kualitas dan kuantitasnya.

h. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

10

Page 11: Referat Kejang Demam 2

Pada kejang demam perlu ditanyakan apakah sebelumnya pernah

mengalami kejang dengan atau tanpa demam, apakah pernah

mengalami penyakit saraf sebelumnya.

i. Riwayat Keluarga

Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada keluarga lainnya

(ayah,ibu, atau saudara kandung), oleh sebab itu perlu ditanyakan

riwayat familial penderita.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi 2 yakni pemeriksaan umum dan

pemeriksaan sistematis. Penilaian keadaan umum pasien antara lain

meliputi kesan keadaan sakit pasien (tampak sakit ringan, sedang, atau

berat); tanda – tanda vital pasien (kesadaran pasien, nadi, tekanan darah,

pernafasan, dan suhu tubuh); status gizi pasien; serta data antropometrik

(panjang badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada).

Selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan sistematik organ dari

ujung rambut sampai ujung kuku untuk mengarahkan ke suatu diagnosis.

Pada pemerikasaan kasus kejang demam perlu diperiksa faktor faktor yang

berkaitan dengan terjadinya kejang dan demam itu sendiri. Demam

merupakan salah satu keluhan dan gejala yang paling sering terjadi pada

anak dengan penyebab bias infeksi maupun non infeksi, namun paling

sering disebabkan oleh infeksi. Pada pemeriksaan fisik, pasien diukur

suhunya baik aksila maupun rektal. Perlu dicari adanya sumber terjadinya

demam, apakah ada kecurigaan yang mengarah pada infeksi baik virus,

bakteri maupun jamur; ada tidaknya fokus infeksi; atau adanya proses non

infeksi seperti misalnya kelainan darah yang biasanya ditandai dengan

dengan pucat, panas, atau perdarahan.

Pemeriksaaan kejang sendiri lebih diarahkan untuk membedakan

apakah kejang disebabkan oleh proses ekstra atau intrakranial. Jika kita

mendapatkan pasien dalam keadaan kejang, perlu diamati teliti apakah

kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal. Amati pula kesadaran

pada waktu kejang. Perlu diperiksa keadaan pupil; adanya tanda-tanda

11

Page 12: Referat Kejang Demam 2

lateralisasi; rangsangan meningeal (kaku kuduk, Kernig sign, Brudzinski I,

II); adanya paresis, paralisa; adanya spastisitas; pemeriksaan reflek

patologis dan fisiologis.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam

atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.

Pemeriksaan dapat meliputi: darah perifer lengkap, gula darah,

elektrolit, serum kalsium, fosfor, magnesium, ureum, kreatinin,

urinalisis, biakan darah, urin, feses.

b. Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebro spinal dilakukan untuk menegakkan

atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya

meningitis bakterialis adalah 0,6% - 6,7%. Pada bayi kecil seringkali

sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis

karena manifestasi klinisnya tidak jelas.

Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1) Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.

2) Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.

3) Bayi >18 bulan tidak rutin (jika dicurigai menderita meningitis)

c. Pencitraan

Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada

keadaan :

1) Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.

2) Kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastik).

3) Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun,

muntah berulang, fontanel anterior membonjol, paresis nervus VI,

papiledema) atau kelainan neurologik fokal yang menetap

(hemiparesis).

d. Elektroensefalografi

12

Page 13: Referat Kejang Demam 2

Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang,

atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang

demam. Pemeriksaan EEG dipertimbangkan pada kejang demam tidak

khas /atipikal, misalkan kejang demam kompleks.pada anak usia lebih

dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

J. Penatalaksanaan

Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu

dikerjakan, yaitu :

Mengatasi kejang secepat mungkin

Pengobatan penunjang

Memberikan pengobatan rumat

Mencari dan mengobati penyebab

Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai

panas

Pengobatan akut

1. Mengatasi kejang secepat mungkin

Sebagai orang tua jika mengetahui seorang kejang demam,

tindakan yang perlu kita lakukan secepat mungkin adalah semua pakaian

yang ketat dibuka. Kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi

lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar

oksigenasi terjamin. Dan bisa juga diberikan sesuatu benda yang bisa

digigit seperti kain, sendok balut kain yang berguna mencegah tergigitnya

lidah atau tertutupnya jalan nafas. Bila suhu penderita meninggi, dapat

dilakukan kompres dengan es atau alkohol atau dapat juga diberi obat

penurun panas (antipiretik).

2. Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang dapat dilakukan di rumah, tanda vital

seperti suhu, tekanan darah, pernafasan dan denyut jantung diawasi secara

ketat. Bila suhu penderita tinggi dilakukan dengan kompres es atau

alkohol. Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah

13

Page 14: Referat Kejang Demam 2

diazepam yang diberikan secara per rectal, disamping cara pemberian yang

mudah, sederhana dan efektif telah dibuktikan keampuhannya. Hal ini

dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya.

Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg

diberikan 5 mg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg atau

diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak usia di bawah 3 tahun dan

dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Dosis diazepam rectal adalah

0,5-0,75 mg/kgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol.

Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi

dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit

(Konsensus).

Untuk mencegah terjadinya edema otak diberikan kortikosteroid yaitu

dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan

glukokortikoid seperti deksametason diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam

sampai keadaan membaik.

3. Pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat

dengan cara mengirim penderita ke rumah sakit untuk memperoleh

perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:

a. Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita

kejang demam sederhana diberikan obat campuran anti konvulsan dan

antipiretika yang harus diberikan kepada anak yang bila menderita

demam lagi. Antikonvulsan yang diberikan ialah fenobarbital dengan

dosis 4-5 mg/kgBB/hari yang mempunyai efek samping paling sedikit

dibandingkan dengan obat antikonvulsan lainnya. Obat yang kini

ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang

demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal maupun oral pada

waktu anak mulai terasa panas.

14

Page 15: Referat Kejang Demam 2

Profilaksis intermiten pada saat demam berupa:

Anti-piretik

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama

pengobatan adalah mencegah demam meningkat. Pemberian obat

penurun panas paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari dan

tidak lebih dari 5 kaliatau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4

kali.Penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan karena dapat

menimbulkan syndrome Reye.

Anti-kejang

- Diberikan diazepam oral 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam.

- Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam bila demam diatas 38°C.

- Dapat juga diazepam per rectal5 mg untuk anak dengan BB <10

kg (tiap 8 jam) dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 kg (tiap 8

jam), efek sampingnya ataksia, mengantuk dan hipotonia.

- Klonazepam (0,03 mg/kgBB per dosis tiap 8 jam). Efek

sampingnya mengantuk, mudah tersinggung, gangguan tingkah

laku, depresi dan hipersalivasi.

- Kloralhidrat supposituria250 mg (untuk BB <15 kg), 500 mg

(untuk BB >15 kg). Kontraindikasi pada pasien dengan kerusakan

ginjal, hepar, penyakit jantung dan gastritis.

Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai

kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sederhana sangat

kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.

b. Profilaksis jangka panjang

Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya

dosis teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk

mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.

Pengobatan jangka panjang kejang demam diberikan bila ada >1

keadaan berikut:

1) Kejang demam lebih dari 15 menit.

15

Page 16: Referat Kejang Demam 2

2) Adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah

kejang (misalkan palsi cerebral, retardasi mental atau mikrosefal).

3) Kejang demam fokal.

4) Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga.

Dipertimbangkan apabila:

a) Kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan.

b) Kejang berulang dalam 24 jam.

c) Kejang demam berulang (≥ 4 kali per tahun).

Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:

1) Fenobarbital

Dosis 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Efek samping

dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat

anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang

gangguan kognitif atau fungsi luhur.

2) Sodium valproat / asam valproat

Dosisnya ialah 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis.

Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan

fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar,

pancreatitis.

3) Fenitoin

Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan

gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital.

Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan

pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-

kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan

pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan

mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

4. Mencari dan mengobati penyebab

16

Page 17: Referat Kejang Demam 2

Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks

biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut.

Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu untuk mengobati infeksi

tersebut.

Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang

untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal

ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya

meningitis.

Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan

yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah

lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium,

nitrogen, dan faal hati.

5. Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas

Dalam hal ini tindakan yang perlu ialah mencari penyebab kejang

demam tersebut. Misalnya pemberian antibiotik yang sesuai untuk infeksi.

Untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali dapat menimbulkan

panas pada anak sebaiknya diberi antikonvulsan atau menjaga anak agar

tidak sampai kelelahan, karena hal tersebut dapat terjadi aspirasi ludah

atau lendir dari mulut.

Kambuhnya kejang demam perlu dicegah karena serangan kejang

merupakan pengalaman yang menakutkan dan mencemaskan bagi

keluarga. Bila kejang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan

otak yang menetap (cacat).

Ada 3 upaya yang dapat dilakukan :

a. Profilaksis intermitten

b. Profilaksis terus menerus dengan obat antikonvulsan tiap hari

c. Mengatasi segera jika terjadi serangan kejang

6. Pengobatan Akut

Dalam pengobatan akut ada 4 prinsip, yaitu :

a. Segera menghilangkan kejang

b. Turunkan panas

17

Page 18: Referat Kejang Demam 2

c. Pengobatan terhadap panas

d. Suportif

Diazepam diberikan dalam dosis 0,2-0,5 mg/kgBB secara IV perlahan-

lahan selama 5 menit.

Bersamaan dengan mengatasi kejang dilakukan:

1) Bebaskan jalan nafas, pakaian penderita dilonggarkan kalau perlu

dilepaskan.

2) Tidurkan penderita pada posisi terlentang, hindari dari trauma.

Cegah trauma pada bibir dan lidah dengan pemberian spatel lidah

atau sapu tangan diantara gigi.

3) Pemberian oksigen untuk mencegah kerusakan otak karena

hipoksia.

4) Perhatikan kebutuhan cairan dan elektrolit.

5) Segera turunkan suhu badan dengan pemberian antipiretika

(asetaminofen/parasetamol) atau dapat diberikan kompres hangat.

Asetaminofen oral 10 mg/kg BB, 4 kali sehari atau Ibuprofen 20

mg/kgBB, 4 kali sehari.

6) Cari penyebab kenaikan suhu badan dan berikan antibiotik yang

sesuai.

7) Apabila kejang berlangsung lebih dari 30 menit dapat diberikan

kortikosteroid untuk mencegah edema otak dengan menggunakan

cortisone 20-30 mg/kgBB atau dexametason 0,5-0,6 mg/kgBB.

Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada bagan tata-

laksana penghentian kejang. (lihat bagan 1).

18

Page 19: Referat Kejang Demam 2

Bagan 1. Tatalaksana Kejang

Luminal (Intramuskular)

- 30 mg (neonates)

- 50 mg (usia 1 bulan-1 tahun)

- 75 mg (usia >1 tahun)

Midazolam (intranasal, 0,2 mg/kgBB)

7. Edukasi pada orang tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang

tua.Pada saat kejang sebagian orang tua menganggap bahwa anaknya telah

meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :

1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis

yang baik.

2. Memberitahukan cara penanganan kejang.

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus

diingat adanya efek samping obat.

19

Page 20: Referat Kejang Demam 2

8. Rujukan

Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan

berikut:

1. Kejang demam kompleks.

2. Hiperpireksia (suhu rektal > 39°C).

3. Usia dibawah 6 bulan.

4. Kejang demam pertama.

5. Dijumpai kelainan neurologis.

K. Prognosis

1. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal

pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif

melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan

ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang

baik umum atau fokal.

2. Kemungkinan mengalami kematian

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

3. Kemungkinan berulangnya kejang demam

Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah:

a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.

b. Usia kurang dari 12 bulan.

c. Temperatur yang rendah saat kejang.

d. Cepatnya kejang setelah demam.

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang

demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut

kemungkinan berulang kejang demam adalah 10% - 15%.Kemungkinan

berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

4. Faktor resiko terjadinya epilepsi10

20

Page 21: Referat Kejang Demam 2

Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari.

Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :

a. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama.

b. Kejang demam kompleks.

c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.

Masing masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian

epilepsi sampai 4% - 6%, kombinasi dari faktor resiko tersebut

meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10% - 49%.Kemungkinan

menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada

kejang demam.

21