Author
vandien
View
235
Download
18
Embed Size (px)
PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI
HUSADA TANGERANG SELATAN PERIODE APRIL
SAMPAI JUNI 2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
EMILIA SARI
NIM: 107103000516
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Oktober 2010
Emilia Sari
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA TANGERANG
SELATAN PERIODE APRIL SAMPAI JUNI 2010
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
Emilia Sari
NIM: 107103000516
Pembimbing
Dr. Riva Auda, SpA, MKes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA
TANGERANG SELATAN PERIODE APRIL SAMPAI JUNI 2010 yang
diajukan oleh Emilia Sari (NIM 107103000516), telah diujikan dalam sidang di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 7 Oktober 2010. Laporan penelitian
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.
Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 7 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Dan Pembimbing Penguji
Dr. Riva Auda, SpA, MKes Dr. Yanti Susianti, SpA
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr.(hc).MK. Tadjudin, SpAnd DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
v
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan, yang telah mengizinkan saya untuk terus tumbuh dan belajar
menjadi seorang dewasa hingga tepat pada waktunya saya dapat menyelesaikan
penelitian ini. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1) Prof. DR.(hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra.
Farida Hamid, Mpd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah kami
mahasiswa PSPD dan senantiasa memberikan semangat agar terus berjuang
untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
2) DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua
dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan
untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka
berikan.
3) Dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan riset ini di tengah kesibukan beliau.
4) Drg. Laifa Annisa PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2007 yang selalu
mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.
5) Kedua orang tua yang saya cintai yang selalu memberi semangat dan dukungan
yang cinta kasihnya sepanjang masa, pengorbanannya tanpa pamrih, do’a dan
harapannya yang baik, senyumnya yang indah dan peluknya yang hangat. Terima
vi
kasih atas segala kebaikan dan pelajaran kehidupan yang telah diberikan sampai
kini gadis kecil telah nenjadi dewasa semoga Allah membalas dengan surgaNya .
6) Adik – adik tersayang yang telah menemani perjalanan panjangku, selalu setia
untuk berbagi dalam suka dan duka.
7) Seluruh keluarga besar terima kasih atas dukungan materil dan moril yang tidak
ternilai harganya, semoga saya bisa membanggakan kalian.
8) Seluruh teman dan sahabat di: PSPD 2010 terutama Yurilla, Lydia, Hilya, Karina
dan Ida dan semua teman yang saya kenal. Terima kalian telah menjadi teman
dalam hidupku, terima kasih atas ilmu yang telah kalian bagi, kasih kalian telah
memberi warna dalam hidupku dan menjadikan duniaku begitu indah penuh
makna. Kenangan bersama kalian akan selalu kuingat. Sukses selalu untuk kita
semua amin.
Wassalamu’alaaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 7 Oktober 2010
Penulis
vii
ABSTRAK
Nama : Emilia Sari
Program Studi : Pendidikan Dokter
Judul : PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA TANGERANG
SELATAN PERIODE APRIL SAMPAI JUNI 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita rawat inap
di wilayah Tangerang di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada
bulan April sampai Juni 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap 79 sampel dengan
menggunakan desain deskriptif potong lintang, kemudian dilakukan analisia data
dengan SPSS 16. Hasil penelitian didapatkan prevalensi diare berdasarkan umur
tertinggi terjadi pada umur 0-2 tahun, 68 orang (86.1%). Berdasarkan jenis kelamin
kejadian diare tertinggi terjadi pada anak laki-laki, 42 orang (53,2 %). Terjadi diare
dengan dehidrasi ringan sedang 65 orang (82,3%) terjadi diare dengan dehidrasi berat
12 orang (15,2%) terjadi diare tanpa dehidrasi 2 orang (2,5%). Terjadi diare dengan
gizi buruk 1 orang (1,3%), terjadi diare dengan gizi kurang 25 orang (31.6%), diare
dengan gizi baik 37 orang (46,8%). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
jumlah sampel yang lebih besar.
Kata kunci:
Diare pada balita rawat inap
viii
ABSTRACT
Name : Emilia Sari
Study Program : Medical Education
Title : PREVALENCE OF DIARRHEA CHILDREN HOSPITAL
PATIENTS IN HOSPITAL BHINEKA BAKTI HUSADA
TANGERANG SELATAN PERIOD APRIL UNTIL JUNE
2010
This study aims to find the incidence of diarrhea in infants hospitalized in Tangerang
area hospital Bhineka Bakti Husada South Tangerang in April to June 2010. This
research was conducted on 79 samples using cross-sectional descriptive design, data
analisia then performed with SPSS 16. The results showed the highest prevalence of
diarrhea by age occurred at the age of 0-2 years, 68 men (86.1%). Based on the sex
of the highest incidence of diarrhea in young men, 42 women (53.2%). Diarrhea with
mild dehydration were 65 people (82.3%) occurred diarrhea with severe dehydration
12 people (15.2%), diarrhea without dehydration 2 people (2.5%). Diarrhea with
malnutrition 1 person (1.3%), diarrhea with good nutrition 37 people (46.8%). Need
to do further research with larger sample size.
Key words:
Diarrhea in infants hospitalized patients
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK/ABSTRACT ................................................................................ Vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... Ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... Xi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4. Hipotesis Penelitian ………………………………………………
1.5. Manfaat Penelitian ……..…………………………………………
1.6. Ruang Lingkup Penelitian................................................................
3
4
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1. Pengertian Diare akut ...................................................................... 5
2.2. Etiologi diare .................................................................................. 6
2.3. Patoginesis Diare ........................................ …………………….. 9
2.4. Gambaran Klinis ............................................................................. 13
2.5. Penatalaksanaan diare .................................................................... 14
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 23
3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 23
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 23
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 23
3.4. Penarikan Sampel ............................................................................ 26
3.6. Rencana manajemen dan analisi data .............................................. 26
3.6.1. Pengolahan Data…………………………………………………
3.6.2. Pengkajian Data………………………………………………….
3.6.3 Analisis Data…………..................................................................
3.6. 4 Interpretasi Data…………………………………………………
3.6.5 Laporan Data……………………………………………………
3.6.6 Variabel Penelitian Revisi Operational ......................................
26
26
26
26
26
26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................ 27
4.1. Prevalensi Diare Berdasarkan Umur .............................................. 29
4.2. Prevalensi Diare berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 29
4.3. Prevalensi Diare berdasarkan Tingkat Dehidrasi........................... 30
4.4. Tatalaksana Diare Berdasarkan Derajat Dehidrasi...................... 31
x
4.5. Kejadian Diare Dengan Dehidrasi Berserta Lama Rawat……….
4.6. Kejadian Diare Dengan Penyakit Penyertaserta Lama Rawat......
4.8. Prevalensi Diare berdasarkan Status Gizi…………………………
32
34
35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 37
5.2. Saran ............................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
LAMPIRAN .................................................................................................... 40
xi
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel 1. Etiologi infeksi gastroentritis pada anak……………… 7
2.1 Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi……………………………. 15
4.1. Tabel 4.1 Prevalensi Diare Berdasarkan Umur ........................... 24
4.2. Tabel 4.2 Prevalensi Diare berdasarkan Jenis Kelamin ............... 24
4.3. Tabel 4.3 Prevalensi Diare berdasarkan Penyakit Penyerta…… 25
4.4. Tabel 4.4 Prevalensi Diare berdasarkan Tingkat Dehidrasi....... 26
4.5. Tabel 4.5 Prevalensi Diare berdasarkan Lama Rawat…………
4.6. Tabel 4.6 Tatalaksana Diare berdasarkan Derajat Dehidrasi .....
4.7. Tabel 4.7 Prevalensi Diare berdasarkan Suhu Tubuh………..
4.8. Tabel 4. 8 Prevalensi Diare berdasarkan Status Gizi…………
27
28
29
30
31
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia. Diare merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak usia di bawah 5 tahun. Diare
seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Bayi dan balita (anak di bawah lima
tahun) rentan sekali akan diare. Perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan
tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat
bakteri atau virus. Tujuh belas persen kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare, hasil riset Kesehatan Dasar 2007 di Indonesia diperoleh data diare masih
merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% dibandingkan
pneumonia 24% untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare.
(UKK Gastro Hepatologi IDAI, 2009).
Diare merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia sampai
saat ini. Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka
kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia.
Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI
tahun 2000, bahwa 10% penyebab kematian bayi adalah diare. Data statistik
menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia
dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa.
(Depkes RI, 2000)
Walaupun saat ini angka kematian diare telah menurun, angka kesakitan
diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di
Indonesia dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode per
tahun. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-2003,
prevalensi diare pada anak-anak usia < 5 tahun di Indonesia: laki-laki 10,8 % dan
perempuan 11,2 %.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati
urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan
2
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan
data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare
sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case
Fatality Rate (CFR) 2,92%. Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari
berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk
usia di bawah 3 tahun. (Surendran, 2008)
Prevalensi diare pada pasien balita RS Bhineka Bakti Husada Tangerang
Selatan pada tahun 2009 angka kejadian sebanyak 727 kasus, pada bulan April-
Juni 2009 angka kejadian diare 260. Berdasarkan uraian di atas karena belum ada
data tentang angka kejadian diare rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada, untuk
membedakan besarnya angka kejadian diare rawat jalan dan rawat inap akan
dilakukan penelitian mengenai prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di
RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada bulan April sampai Juni 2010
dan menjadi Rumah Sakit pilihan peneliti karena Rumah Sakit Bhineka Bakti
Husada merupakan Rumah Sakit swasta yang kini menjadi pilihan masyarakat
dibandingkan dengan Rumah Sakit milik pemerintah dan juga karena rekap medis
yang lengkap sehingga sangat membantu peneliti.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana angka kesakitan pada balita akibat diare pada wilayah Tangerang
Selatan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah Sakit
Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010.
2. Tujuan khusus
1. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010
berdasarkan umur.
3
2. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasar
kan jenis kelamin.
3. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni berdasarkan
kejadian diare dengan penyakit penyertanya serta lama rawat.
4. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit
Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010
berdasarkan keparahan dehirasi.
5. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010
berdasarkan kejadian diare dengan dehidrasi dan lama di rawat.
6. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010
berdasarkan tata laksana diare sesuai derajat dehidrasi
7. Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan
status gizi
1.4 Hipotesis Penelitian
Angka kesakitan pada balita akibat diare di RS Bhineka Bakti Husada
tinggi.
4
1.5 Manfaat Penelitian
1. Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan
1. Memberikan gambaran tentang kejadian diare pada pasien balita rawat
inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode
April sampai Juni 2010 berdasarkan prevalensi kejadian penyakit diare
berdasarkan umur, jenis kelamin, status gizi, keparahan dehirasi, kejadian
diare dengan dehidrasi dan lama di rawat dan penyakit penyerta pada saat
timbulnya diare tersebut pada balita serta penangganannya sehingga pihak
Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang bisa memberikan
pengetahuan pada ibu tentang penyakit diare dan penyuluhan tentang
pencegahan diare pada balita.
2. Dari data ini dapat dilakukan penyajian informasi untuk mencegah diare
pada balita.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian
selanjutnya.
3. Bagi peneliti
1. Merupakan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian sederhana
dan mengaplikasikan ilmu tentang metodologi penelitian yang didapat di
bangku kuliah serta bermanfaat dalam menambah wawasan dan
pengetahuan.
2. Memperoleh keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan
penelitian terutama dalam bidang kesehatan.
1.6 Ruang Lingkup penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang
Selatan periode April- Juni 2010
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut
Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air
saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih
sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari.
(Wiliam, 2007)
Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara
klinik dibedakan tiga macam sindrom diare yaitu diare cair akut, disentri, dan
diare persisten. Sedangkan menurut menurut (Depkes RI, 2005) diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari Secara umum diare adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja bentuk cairan atau setengah cair. Definisi lain
memekai kriteria frekuensi yaitu buang air cair lebih dari 3 kali perhari. Buang air
besar cair tersebut dapat atau tanpa disertai darah dan lendir.
(Behrman, 2000 )
Penularan dan faktor resiko diare pada umumnya malalui cara fekal-oral
yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar
tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. Faktor risiko yang dapat
meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak memberi ASI sacara
penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi (ASI ekslusif), tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja dan kurangnya sarana. Selain hal-
hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kebersihan,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Kecenderungan terjadinya penyakit diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,
6
berkurangnya keasaman lambung, berkurangnya motalitas usus, menderita
campak 4 minggu terakhir dan faktor genetik. (Juffrie dkk, 2010)
2. 2 Etiologi
Penyebab pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik.
Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi
kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah
Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus,
Cacivirus, Coronavirus dan Minirotavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan diare
adalah Aeromonas hydrophili, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus aureus, Vibrio
cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit
adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba
hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis
suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura. (Juffrie dkk, 2010)
Penyebab infeksi yang paling sering pada gastrointestinal adalah virus,
paling utama adalah rotavirus, kemungkinan 70-80 % pada kasus diare. Penyebab
dari bakteri 10-20 % kasus, sebanyak 10% adalah E.coli (Cohen dkk, 2006)
7
Tabel 1. Etiologi infeksi gastroentritis pada anak.
Patogen Imflamatori
agent
Non- Imflamatori
agent
Virus
70-80%
Bakteri
10-20 %
Parasit
0-10 %
Salmonella
Shigella
Campylobactr
jejuni
Yersenia
enterocolitica
Enterohemorr
hagic E.coli
Clostridium difficile
Rotavirus
Enterik
adenovirus
Norwalk virus
Giardia lamblia
Crytosporidium
Entamoba
histolitica
Sumber : Cohen dkk, 2006
8
Faktor penyebab diare
1. Faktor infeksi
a). Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, sebagi berikut:
Infeksi bakteri: Vibrio, Salmonella, shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
poliomylitis) Adenovirus, astrovirus, dan lain-lain
Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolitica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis) jamur (Candida albican)
b) Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut,
tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopeunomonia, ensefalitis, dan
sebaginya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa); monosakarida (intolerensi glukosa,
fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang paling
penting dan paling sering adalah intolerensi laktosa.
3. Faktor makanan, makanan besi, makanan beracun atau alergi terhadap
makanan.
4. Faktor psikologi, rasa takut dan cemas (jarang tapi bisa terjadi pada anak
yang lebih besar). (Latief A dkk, 2002)
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita,
yaitu
( Depkes RI, 2007):
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada
kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare
lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat lebih besar.
9
Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan
pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan
botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam
dibiarkan di lingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus
yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri
penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut
beresiko terinfeksi diare.
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman
akan berkembang biak.
Menggunakan air minum yang tercemar.
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa
tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat
menyebabkan infeksi pada manusia.
2.3 Patogenesis
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab
diare. Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi
luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang
mengakibatkan terhambatnya perkembangan normal vili enterosit dari usus kecil
dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan
malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus.
(Surendran S, 2008 )
10
A. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare:
1. Gangguan osmotik
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare
pula.
B. Mekanisme patogenesis terjadinya diare oleh beberapa kuman
a) Virus : beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam
epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan
vili. Hilangnya sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya
menjadi normal kembali.
b) Bakteri : 1) Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam
usus halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindari diri
dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai
rambut getar disebut vili atau fimbria, yang melekat pada reseptor di
permukaan usus. Hal ini terjadi pada E.coli enterotoksigenik dan V.
cholerae. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan
dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E.coli
enteropatogenik atau enteroagregasi). 2) Toksin yang menyebabkan
sekresi E.coli enterotoksigenik, V. chorela dan beberapa bakteri lain yang
mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini
11
mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan
sekresi klorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elekrolit. 3)
Invasi mukosa. Shigella, C.jejuni, E.coli dan Salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah malalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi di sebagian besar di kolon dan bagian distal ileum.
Invasi diikuti pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dan putih yang akan terlihat bila
adanya darah dalam tinja.
c) Protozoa : 1) Penempelan mukosa. Contoh Giardia lamblia dan
Cryptospiridium menempel pada usus halus dan menyebabkan
pemendekan vili, yang kemungkinan menyebabkan diare. 2) Invasi
mukosa. Entamoeba histolitika menyebabkan diare dengan cara
menginvasi epitel mukosa di kolon (atau ileum) yang menyebabkan mikro
abses dan ulkus. Pada manusia 90 % infeksi ini terjadi karena strain yang
tidak ganas, dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa dan tidak timbul
gejala atau tanda-tanda meskipun kista amoeba dan tropozoit mungkin ada
dalam tinja. (Szajewska dan Mukowics, 2005)
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
1. Kehilangan air (dehidrasi) adalah kehilangan air (output ) lebih banyak
dari pemasukan (input)
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
12
Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan,
pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kussmaul).
(Suharyono, 2000)
3. Hipoglikemia
Hal ini terjadi karena :
a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang). Gejala hipoglikemia
akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi
dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa :
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai
koma. (Suharyono, 2000)
4. Gangguan Gizi
Hal ini disebabkan :
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau
muntahnya akan bertambah hebat.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik. (Suharyono, 2000)
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. (Suharyono, 2000)
13
2.4 Gambaran klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tak ada. Kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin
disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi dalam usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul sesudah atau sebelum diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak; yaitu berat badan turun,
turgor berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi membesar dan cekung (pada
bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan
berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik,
isotonik, hipertonik. (IDAI, 2010)
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam dehidrasi berat dengan
rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%. Pada penderita dehidrasi berat,
volume darah dapat berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah
menurun, pasien sangat lemah dan kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang
sampai soporokomateus). Dehidrasi dapat mengakibatkan diuresis berkurang
(oligoria sampai anuria). Bila telah terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak
pucat dengan pernafasan cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Asidosis
metabolik terjadi karena (1) Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, (2) Ketosis
kelaparan, (3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat
dikeluarkan (karena oligoria atau anuria), (4) Perpindahan ion natrium dari cairan
ekstra sel ke cairan intrasel, (5) Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).
(Suharyono, 2000)
14
2.5 Tata laksana pada diare akut adalah :
1. Mencegah terjadinya dehidrasi (apabila tidak ada tanda-tanda dehidrasi): dapat
dilakukan mulai dari rumah dengan memberi minum lebih banyak dengan
cairan rumah tangga yang di anjurkan, seperti air tajin, kuah sayur, air sop,
bila tidak sanggup memberikan cairan rumah tangga maka dianjurkan
pemberian air matang.
2. Memperbaikai kondisi dehidrasi (apabila sudah dehidrasi); memberikan
makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan.
Mengobati masalah lain; apabila ditemukan diare disertai penyakit lain, maka
di berikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi.
(Pedoman tatalaksana diare Dinkes Sulawesi Selatan, 2006 )
Prinsip Tata laksana Penderita Diare
a) Mencegah terjanya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan
seperti air tajin , kuah sayur, air sup.
Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :
Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
Jangkauan pelayanan Kesehatan
Tersedianya oralit
Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan , berikan air
matang.
b) Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
15
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera
diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral
c) Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat serta mencegah berkurangnya berat badan.
Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang
masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makananyang mudah dicerna
sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d) Tata laksana diare sesuai derajat dehidrasi
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare. ( Pedoman
tatalaksana diare Dinkes Sulawesi Selatan, 2006 )
16
Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi
Penilaian A B C
1.lihat
Keadaan Umum
Mata
Air Mata
Mulut & Lidah
Rasa Haus
2. Periksa
Turgor Kulit
3.Derajat dehidrasi
Baik , Sadar
Normal
Ada
Basah
Minun biasa
Tidak Hasus
Kembali capat
Tanpa
Dehidrasi
Gelisa, Rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
* Haus , Ingin
banyakMinum
* Kembali tambat
Dehidrasi ringan/
sedang
Bila ada 1 tanda *
Ditambah 1 atau
Lebih tanda lain
Lesu, lunglai atau tidak ada
Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Sangat Kering
Malas minun atau
Tidak bisa minum
Kembali Sangat Lambat
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda
Ditambah 1 atau
Lebih tanda lain
4. Terapi Rencana
terapi A
Rencana terapi B Rencana terapi C
Derajat Dehidrasi menurut MTBS departemen RI tahun 2006
Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :
Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri ( C ke A )
Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci
(yang diberi tanda bintang ) ditambah minimal 1 gejala yang lain ( minimal 1
gejala ) pada kolom yang sama.
17
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
(Penderita diare tanpa dehidrasi )
1. Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya untuk mencegah dehidrasi,
berikan makanan untuk mencegah kurang gizi dan bawa anak ke petugas
kesehatan jika dalam tiga hari tidak membaik.
2. Mengajari ibu untuk:
Teruskan mengobati anak diare dirumah
Berikan terapi awal bila terkena diare lagi
Menerangkan tiga cara terapi diare dirumah
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi
2. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit,
makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada air
matang . Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam
kotak dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan
belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang
dari pada makanan yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak
mau, berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah. Teruskan
pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
3. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
4. Teruskan ASI
5. Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, untuk
anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat , dapat
diberikan susu
6. Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat
a. Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan,
sayur, daging atau ikan ,tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak
sayur tiap porsi
18
b. Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan
kalium
c. Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk
makanan dengan baik
d. Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali
sehari
e. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan
porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
7. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari atau menderita sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
8. Anak harus diberi oralit dirumah bila :
Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk
9. Berikan tablet zink
- Dosis zinc untuk anak-anak
Anak di bawah umur 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare. Cara pemberian zinc untuk bayi, tablet zinc dapat di
larutkan dengan air matang, ASI atau oralit. Untuk anak-anak zinc
dapat di kunyah larutkan dalam air matang atau oralit.
19
10. Jika akan di berikan oralit di rumah, maka di perlukan oralit dengan
formula baru
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sebagai
berikut:
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Total osmolaritas : 245 mmol/L
11. Ketentuan pemberian oralit formulaa baru
Berikan kepada ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk
persediaan 24 jam
Berikan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan
sebagai berikut;
o Untuk anak berumur kurang dari 2 tahun : berikan 50 sampai
100 ml tiap kali buang air besar
o Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100- 200 ml tiap kali
buang air besar
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa maka
harus dibuang.
20
12. Cara memberikan oralit
Berikan tiap satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah
umur 2 tahun
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih
lama tiap 2-3 menit
Bila diare masih berlanjut setelah oralit habis, beritau ibu untuk
memberikan cairan seperti yang telah dijelaskan di atas atau
kembali kepada petugas untuk mendapatkan tambahan oralit.
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
1. Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama
ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan
penderita
( kg ) dengan 75 ml
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan
di lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini
Umur < 1 Tahun 1 – 4 Tahun > 5 Tahun
Jumlah ORALIT 300 ml 600 ml 1200 ml
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 -
200 ml air masak selama masa ini
21
2. Setelah 3-4 jam nilai kembali anak kemudian pilih Rencana Terapi A , B
atau C untuk melanjutkan terapi
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidrasi telah
hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terapi B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
( Rencana terapi C diare dehidrasi BERAT )
Mulai diberi cairan IV segera bila penderita bisa minum , berikan oralit.
Sewaktu cairan IV dimulai beri 100 ml/kg. Cairan Ringer Laklat ( atau cairan
normal selain Ringer laktat apabila tidak tersedia )
Dibagi sebagai berikut.
Umur
Pemberian 1-
30
ml/kg dalam
Kemudian 70
ml/kg dalam
Bayi < 1 tahun
Anak =1 tahun
1 jam*
½ jam*
5 jam
2 ½ jam
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika status dehidrasi belum membaik,
beri tetesan intra vena lebih cepat.
Juga berikan oralit (kira-kira ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum,
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet
zink sesuai petunjuk.
Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau ank setelah 3 jam kemudian
klarifikasi dehidrasi, selanjutnya pilih terapi yang sesuai (A,B atau C)
untuk melanjutkan pengobatan.
22
Apabila ada fasilitas pemberian terapi intravena terdekat (dalam 30 menit)
rujuk segera untuk pengobatan intravena.
Jika anak masih bisa minum berikan oralit dan tunjukan cara
meminumkannya pada anak sedikit demi sedikit dalam perjalanannya.
(MTBS departemen RI, 2006)
23
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan metode pengumpulan data
secara cross sectional untuk mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat
inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April
sampai Juni 2010.
3. 2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Juni 2010. Pengambilan
sampel dilakukan di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan. Pengumpulan
data dilakukan pada bulan April- Juni 2010
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik
tertentu. Populasi target adalah bagian dari populasi yang ditentukan oleh
karakteristik klinis dan demografik yang merupakan sasaran akhir penerapan
hasil penelitian. Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang
dibatasi tempat dan waktu.
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua anak yang mengalami
diare dengan dehidrasi ringan sedang sampai berat disertai atau tanpa
penyerta penyakit lain, di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada
tahun 2010 yang memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam penelitian ini.
2. Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah pasien diare yang berobat di Rumah Sakit
Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan dan memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Anak dengan diare atau diare dengan dehidrasi ringan
24
sedang sampai berat disertai atau tanpa penyerta penyakit lain tata laksana
yang diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi.
3. Kriteria Inklusi
Pasien balita penderita diare yang dirawat di Rumah Sakit Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan.
Mempunyai alamat yang lengkap dan tercatat di buku register rawat
inap dan berada di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang
Selatan pada tahun 2010.
4. Kriteria Ekslusi
Pasien balita penderita diare rawat jalan di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan.
Pasien penderita diare di atas umur lima tahun yang berobat ke
Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan.
3.4 Penarikan Sampel
Mengunakan teknik non random sampling berupa accidental sampling dilakukan
dengan menggambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia dari
bulan April- Juni 2010.
3.5. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data
Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian diolah
dengan menggunakan program SPSS for window.
Cara pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan komputer yang meliputi
editing, koding, dan tabulating data.
1. Editing
Editing ini dapat berupa koreksi terhadap kesalahan angka, huruf ataupun data-
data yang dapat di jadikan responden dari data yang di peroleh.
2. Koding
Setelah data diteliti, langkah berikutnya adalah memberi kode angka pada pada
atribut variabel untuk memudahkan analisis data.
3. Tabulasi data
25
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap
variabel yang diteliti analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik
yang sesuai dan hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tekstular dan
tabular Interpretasi data dilakukan secara deskriptif. Data yang telah disusun
dalam bentuk laporan hasil penelitian dipresentasikan teman sejawat dan staf
pengajar.
3.6.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operational
Umur: yaitu responden yang berusia <5 tahun yang dinyatakan sebagai
pasien diare.
Jenis kelamin: yaitu jenis kelamin responden yaitu laki dan perempuan
yang mengalami diare yang berobat ke Rumah Sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan
Lama rawat: yaitu lamanya responden di rawat di Rumah Sakit Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan pada bulan April-Juni 2010
Penyakit penyerta: yaitu responden yang mengalami diare dengan penyakit
penyerta
Derajat dehidrasi: yaitu pasien diare yang di rawat di Rumah Sakit
Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan dengan dehidrasi ringan sedang
sampai berat
Terapi: yaitu penatalaksanaan yang diberikan pada pasien diare dengan
dehidrasi ringan sedang sampai berat di Rumah Sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan
Status gizi : yaitu status gizi responden saat diare yang berobat ke Rumah
Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan.
26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di rumah Sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan dari bulan April- Juni 2010 tentang prevalensi diare
pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang
Selatan, pada tahun 2009 angka kejadian sebanyak 727 kasus, pada bulan April-
Juni 2009 angka kejadian diare 260 kasus. Pada periode April- Juni 2010 angka
kejadian diare pada balita di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang
Selatan sebanyak 146 kasus yaitu 79 kasus diare pada pasien balita rawat inap dan
67 kasus pada pasien balita rawat jalan.
4.1 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang periode April sampai Juni 2010 berdasarkan umur.
Tabel 4.1 Prevalensi diare berdasarkan umur
Berdasarkan Umur Jumlah Persentase (%)
0-2 tahun
2-3 tahun
3-5 tahun
68
8
3
86.1
10.1
3.8
Total 79 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 Menyatakan bahwa tingginya kejadian diare pada
pasien balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan
tertinggi terjadi di usia 0-2 tahun 68 orang (86.1 %), di usia 2-3 tahun 8 orang
(10.1%), usia 3-5 tahun 3 orang (3.8 %). Prevalensi ini sesuai dengan (Surendran,
2008) yaitu berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian penyakit diare
sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case
Fatality Rate (CFR) 2,92%. Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari
berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk
usia di bawah 3 tahun.
27
Menurut Biro Pusat Statistik 2003, prevalensi diare pada anak di Indonesia
adalah 19,4% (usia 6-11 bulan), 14,8% (usia 12-13 bulan) dan 12 % (usia 24-35
bulan). Hal ini sesuai dengan teori secara fisiologis, enzim-enzim pada anak
kurang dari 2 tahun belum bekerja secara sempurna. Sehingga pencernan dan
penyerapan makanan belum optimal. Selain itu, cara makan anak yang cenderung
tidak mengunyah makanan mempesulit proses pencernaan. Proses pencernaan dan
penyerapan makanan berlangsung sempurna pada anak usia 2-3 tahun.
(Behrman, 2000)
Faktor lain yang menyebabkan tingginya prevalensi kejadian diare di usia 0- 2
tahun Kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor pejamu meningkatkan
kerentanan terhadap diare seperti:
1. Tidak memberikan ASI sampai usia 2 tahun karena ASI mengandung
antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab
diare seperti : Shigella dan cholerae
2. Kurang gizi dan beratnya penyakit, risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada
penderita gizi buruk.
3. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) atau mungkin
yang berlangsung lama.
4. Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55
%). (Dinkes Sulawesi Selatan, 2006 )
28
4.2 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan Jenis
Kelamin.
Tabel 4.2 Prevalensi diare berdasarkan jenis kelamin
Kejadian Diare
Berdasarkan
Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki
Perempuan
42
37
53,2
46,8
Total 79 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 Menyatakan bahwa tingginya prevalensi diare pada
pasien balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan
berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 53% ( 42 responden ) sedangkan
perempuan sebesar 46,8 % (37 responden ) berdasarkan tabel diatas didapatkan
kejadian diare lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dari pada
perempuan. Namun penelitian ini berbeda dengan survei demografi kesehatan
Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak-anak usia < 5 tahun di
Indonesia: laki-laki 10,8 % dan perempuan 11,2 % menyatakan angka kejadian
diare pada jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki
namun penyebab terjadinya perbedaan kejadian diare pada jenis kelamin tersebut
belum diketahui.
29
4.3 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan
keparahan dehidrasi.
Tabel 4.3 Prevalensi diare berdasarkan tingkat dehidrasi
Kejadian Diare
Berdasarkan Derajat
Dehidrasi
Frekuensi Persentase (%)
Tanpa dehidrasi
Dengan dehidrasi berat
Dengan dehidrasi ringan
sedang
2
12
65
2.5
15.2
82.3
Total 79 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 Menyatakan bahwa kejadian diare dengan dehidrasi
ringan sedang memilili frekuensi tertinggi sebesar 82.3% (65 responden).
Kejadian diare dengan dehidrasi berat sebesar 15,2 % (12 responden). Sedangkan
kejadian diare tanpa dehidrasi sebesar 2.5 % (2 reponden).
30
4.4 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang periode April sampai Juni 2010, berdasrkan
penatalaksanaannya.
Tabel 4.4 Tatalaksana diare berdasarkan derajat dehidrasi
Tatalaksana diare
berdasarkan derajat
dehidrasi
Frekuensi Persentase (%)
1. Dehidrasi ringan
sedang terapi infus
2. Dehidrasi ringan
sedang tanpa infus
3. Dehidrasi berat
terapi infus
4. Tanpa dehidrasi
terapi infus
5. Tanpa dehidrasi
terapi tanpa infuse
22
43
12
1
1
27.8
54.4
15.2
1.3
1.3
Total 79 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 Menyatakan bahwa pasien diare dengan dehidrasi
ringan sedang mendapat terapi tanpa infus memiliki kejadian tertinggi yaitu 54,4
% (43 responden). Diare dengan dehidarasi ringan sedang terapi infus 27,8% (22
responden). Diare dengan dehidrasi berat terapi infus 15,2 % (12 responden).
Diare tanpa dehidrasi terapi infus 1,3 % (1 responden). Diare tanpa dehidrasi
terapi tanpa infus 1,3% (1 reponden).
31
4.5 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010, yaitu kejadian
diare dengan dehidrasi berdasarkan lama rawat
Tabel 4.4 Kejadian diare dengan dehidrasi berdasarkan lama rawat
Kejadian Diare Berdasarkan
Lama Rawat Frekuensi Persentase (%)
1. Dehidrasi ringan sedang
lama rawat 1-3 hari
2. Dehidrasi ringan sedang
lama rawat 4-5 hari
3. Dehidrasi berat lama rawat
1-2 hari
4. Dehidrasi berat lama rawat
3-5
5. Tanpa dehidrasi lama rawat
1-2
6. Tanpa dehidrasi lama rawat
3-5
41
24
3
9
1
1
51.9
30.4
3.8
11.4
1.3
1.3
Total 79 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 menyatakan bahwa kejadian diare dengan dehidrasi
ringan sedang lama rawat 1-3 hari memiliki kejadian paling tinggi 51,9 % (41
responden). Diare dengan dehidrasi ringan sedang lama rawat 4-5 hari sebanyak
30,4 % (24 responden). Diare dengan dehidrasi berat lama rawat 1-2 hari 3,8 % (3
responden). Diare dengan dehidarsi berat lama rawat 3-5 sebanyak 11,4 % (9
responden). Diare tanpa dehidrasi mendapat terapi rawat inap 1-2 hari sabanyak
1,3 % (1 responden). Diare tanpa dehidarsi lama rawat 3-5 hari sebanyak 1,3 % (1
responden).
32
Berdasarkan tabel 4.3, 4.4 dan tabel 4.5 menyatakan bahwa prevalensi diare
pada balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan
dengan dehidrasi berat sebesar 15,2 % ( 12 responden), sesuai dengan terapi
menurut WHO 2008 dan MTBS Departemen Kesehatan RI 2006 untuk pasien
balita dengan dehidrasi berat harus dirawat di Rumah Sakit, sedangkan pasien
balita diare dengan dehidrasi ringan sedang sebesar 82,3 % ( 65 reponden)
mendapat terapi rawat inap disebabkan oleh umur pasien yang menderita diare di
bawah satu tahun yang merupakan indikasi untuk dirawat dan juga disebabkan
oleh penyakit penyerta dan status gizi pasien balita yang kurang. Sedangkan
pasien diare tanpa dehidrasi mendapat terapi rawat inap dikarenakan pasien
merupakan pasien menderita diare morbili tanpa dehidrasi mendapat terapi infus
dan diare dengan ISPA tanpa dehidrasi mendapat terapi rawat inap tanpa infus
selama 3 hari (1 reponden morbili dan 1 reponden ISPA). Dengan demikian
pasien dehidrasi berat, ringan sedang dengan penyakit penyerta dan pasien dirawat
dengan diare tanpa dehidrasi disebabkan karena gizi buruk yang merupakan
indikasi untuk menjalankan terapi rawat inap. (WHO, 2008 dan MTBS
Departemen Kesehatan RI, 2006)
33
4.6 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan
kejadian diare dengan penyakit penyerta serta lama rawat
Tabel 4.5 kejadian diare dengan penyakit penyerta serta lama rawat
Kejadian diare dengan
penyakit penyerta serta lama
rawat
Frekuensi
1-2 hari
3-5 hari
6
13
Total 19
Diare dengan penyakit
penyerta
Lama rawat
Morbili
TB (2 responden)
ISPA
Sepsis
Dispepsia
UTI
ISPA
Morbili
Demam
Batuk dengan dehidrasi berat
TB (4 responden)
Disentri
TB
Pneumonia lobaris
Tb dengan dehidrasi berat
2 hari
2 hari
2 hari
2 hari
2 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
4 hari
4 hari
5 hari
5 hari
5 hari
Total 19
Berdasarkan tabel 4.5. Di dapatkan pasien balita diare rawat inap di Rumah
Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang periode April-Juni 2010 yang menderita
diare dengan penyakit penyerta sebanyak 21 responden dan pasien diare tanpa
penyakit penyerta sebanyak 58 responden, pasien diare dengan penyakit TB
34
menjalani rawat inap 4 hari sebanyak 4 responden, diare dengan Morbili
menjalani rawat inap 2 hari, diare dengan TB menjalani rawat inap selama 2 hari,
diare dengan UTI disertai dehidrasi berat menjalani rawat inap selama 3 hari,
diare dengan ISPA menjalani rawat inap selama 3 hari, pasien diare dengan batuk
dan disertai dehidrasi berat menjalani rawat inap selama 3 hari, diare dengan ISPA
menjalani rawat inap selama 2 hari, diare dengan sepsis serta dehidrasi berat
menjalani rawat inap salama 2 hari, diare dengan Tb Paru menjalani rawat inap 2
hari, diare dengan pnemonia lobaris menjalani rawat inap selama 5 hari, diare
dengan dispepsia menjalani rawat inap selama 2 hari, diare dengan morbili
menjalani rawat inap selama 3 hari, diare disertai demam menjalani rawat inap
selama 3 hari, diare dengan TB menjalani rawat inap selama 5 hari, diare dengan
TB disertai dehidrasi berat menjalani rawat inap selama 5 hari serta diare dengan
disentri menjalani rawat inap selama 4 hari. Penyakit penyerta tertinggi TB
sebanyak 8 responden (10 %). Pasien diare dengan penyakit penyerta harus
mendapat terapi sesuai penyakit dan indikasi dengan tetap mendahulukan terapi
untuk dehidrasi jika pasien diare dengan penyakit penyerta di sertai dehidrasi
(Behrman, 2010)
4.7 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti
Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan status
gizi
Tabel 4.6 kejadian diare berdasarkan status gizi
Kejadian Diare
Berdasarkan
Status Gizi
Jumlah Persentase (%)
gizi buruk
gizi kurang
gizi baik
gizi lebih
1
25
37
16
1.3
31.6
46.8
20.3
Total 79 100,0
35
Berdasarkan tabel 4.6 menyatakan bahwa pasien balita diare rawat inap di
rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan yang menderita diare
dengan status gizi buruk sebesar 1.3%, (1 responden) diare dengan gizi kurang
31.6% (25 responden), diare dengan gizi baik 46.8 % (37 responden), dan diare
juga terjadi pada pasien balita dengan gizi lebih 20.3 % (16 responden). Penilaian
status gizi ini dilakukan dengan BB/U pengukuran status gizi lebih akurat
dilakukan dengan BB/TB namun karena keterbatasan data yang tersedia sehingga
status gizi dihitung dengan BB/U, status gizi pada balita sangat berkaitan dengan
sistem pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit karena beberapa zat gizi
sangat berguna untuk sistem kekebalan tubuh untuk terhindar dari infeksi maupun
penyakit salah satunya ada diare
( Firmansyah, 2004)
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka
Bakti Husada Tangerang Selatan, berdasarkan tertinggi terjadi di usia 0-1
tahun tahun sebanyak 51,9 %, umur 1-2,5 tahun Sebanyak 39,2 %.
2. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi tertinggi adalah laki-laki sebesar
53% (42 responden)sedangkan perempuan sebesar 46,8 % (37 responden).
3. Diare dengan dehidrasi berat sebesar 15,2 % (12 responden) diare dengan
ringan sedang 82,3 % (65 responden) dan pasien tanpa dehidrasi 2,5 % (2
responden).
4. Kejadian diare dengan penyakit penyerta pada pasien balita diare rawat
inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan sebanyak 6
responden (31.6 %) dengan penyakit penyerta lama rawat 1-2 hari dan 13
responden (68,4 %) pasein diare dengan penyakit penyerta lama rawat 3-5
hari.
5. Kejadian diare dengan status gizi buruk sebesar 1.3% (1 responden), diare
dengan gizi kurang 31.6% (25 responden), diare dengan gizi baik 46.8 %
(37 responden), diare dengan gizi lebih 20.3 % (16 responden).
37
3.6 Saran
Kepada Petugas kesehatan rumah sakit agar sering mengadakan pertemuan
dengan masyarakat khususnya ibu-ibu untuk menjelaskan faktor-faktor
resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada balita
Untuk meningkatkan pengetahuan terhadapa kejadian diare pada balita
diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan jawaban dan informasi
yang di butuhkan oleh orang tua pasien agar mengerti tentang bahayanya
penyakit diare tersebut.
Untuk mengurangi kejadian pasien datang dengan diare dengan dehidrasi
maka di harapkan petugas kesehatan dapat memberikan pengetahuan
tentang pemberian oralit kepada orang tua pasien agar pasien mendapat
pertolongan pertama.
Untuk mengurangi angka kejadian diare di daerah tersebut tidak hanya
diperankan oleh petugas kesehatan, tetapi juga dibutuhkan partisipasi dari
masyarakat khusunya ibu-ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
prilaku sehat serta memiliki keinginan untuk mencari tahu tentang diare.
Rumah sakit berkerja sama dengan Puskesmas untuk mengadakan
penyuluhan tentang diare dan bagaimana cara menaggulanginya kejadian
diare khususnya untuk daerah Tangerang.
38
DAFTAR PUSTAKA
Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson ilmu kesehatan anak. Vol 2.
Ed 15. Jakarta : EGC. 2000. h1273
Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Jilid 1. UKK gastroenterology-
hepatologi IDAI 2010 hal.146
Cohen, M., Reeves, S.,Staat, M., Xanthakos, s. 2006. Evidence-Based
Clinical Care Guidline Acute Gastroenteritis In Children Aged 2 month
though 5 years. Cincinati children’s medical Center.
Firmansyah, Agus. Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Anak.2004.
http://[email protected]
Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi
IDAI. 2009
Latief,Abdul et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.Cetakan X.
FKUI. Jakarta : 2002. Hlm 283-294.
Richard EB, Robert MK, Ann MA, Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Vol.I.2000. Jakarta:EGC
Suparto P. Sumbangan dan peran kaum professional dalam mendukung
program penyakit saluran cerna di era otonomi. Kumpulan makalah Kongres
Nasional 11 BKGA Bandung. 2003
Surendran S, Rotavirus infection: molecular changes and pathophysiology
EXCLI Journal 2008;7:154-162
39
Asnil P, Noerasid H, Suraatmaja S. Gastroenteritis Akut dalam;
Suharyono, Boediarso Aswita, Halimun (editor). Gastroenterologi Anak
Praktis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Suharyono,Aswitha.B,H,Halimun.EM. Dalam Gastroenterologi Anak
Praktis.Balai penerbit FKUI. Cetakan 2 Behram, Kliegman, Arvin. Dalam
Nelsom Ilmu Kesehatan Anak. vol2. ed15. EGC: Jakarta, 2000.hlm 889-93.
Lucacik m, Ronal L.Thomas, jacob. Aranda. A Metaanlisis the effect of
oral zincin the treatment of acut n persisten diarhea. 2007. Disitirisasi dari
www. Pediactrics.org
Maskiah, Tesis. Kesepakatan inter observer pada tatalaksana diare akut di
rumah sakit pendidikan, 2007.
Irwanto. Roim A,Sudarmo,SM. Diare akut pada anak. Diagnosisi dan
penatalaksanaan. Ed.1 jakarta 2002. Salemba medikal.
http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman tatalaksanadiare.pdf
40
Lampiran 1
2. Berdasar Kanjenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 42 53.2 53.2 53.2
perempuan 37 46.8 46.8 100.0
Total 79 100.0 100.0
1. Diare Berdasarkan Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-2 tahun 68 86.1 86.1 86.1
2-3 tahun 8 10.1 10.1 96.2
3-5 tahun 3 3.8 3.8 100.0
Total 79 100.0 100.0
41
3. Lama Rawat
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Va
lid
dehidrasi ringan
sedang lama rawat 1-
3 hari
41 51.9 51.9 51.9
dehidrasi ringan
sedang lama rawat 4-
5 hari
24 30.4 30.4 82.3
dehidrasi berat lama
rawat 1-2 hari 3 3.8 3.8 86.1
dehidrasi berat lama
rawat 3-5 9 11.4 11.4 97.5
tanpa dehidrasi lana
rawat 1-2 1 1.3 1.3 98.7
tanpa dehidrasi lama
rawat 3-5 1 1.3 1.3 100.0
Total 79 100.0 100.0
4. Penyakit penyerta
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-2 hari 6 31.6 31.6 31.6
3-5 hari 13 68.4 68.4 100.0
Total 19 100.0 100.0
42
5. Derajat Dehidrasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tanpa dehidrasi 2 2.5 2.5 2.5
dehidrasi ringan sedang 65 82.3 82.3 84.8
dehidrasi berat 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0
6. Terapi Berdasarkan Dehidrasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dehidrasi ringan,sedang
terapi infus 18 22.8 22.8 22.8
dehidrasi ringan sedang
terapi tanpa infus 43 54.4 54.4 77.2
dehidrasi berat terapi infus 16 20.3 20.3 97.5
tidak dehidrasi terapi infus 1 1.3 1.3 98.7
tidak dehidrasi terapi tanpa
infus 1 1.3 1.3 100.0
Total 79 100.0 100.0
43
7. Status Gizi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid gizi buruk 1 1.3 1.3 1.3
gizi kurang 25 31.6 31.6 32.9
gizi baik 37 46.8 46.8 79.7
gizi lebih 16 20.3 20.3 100.0
Total 79 100.0 100.0