portofolio gangguan somatisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gangguan somatisasi

Citation preview

PORTOFOLIO

Kasus 2NamaPeserta : dr. Alfiatur Rizki NamaPendamping : dr. Eko Nugroho

NamaWahana : RSUD Pasar Rebo

Topik : Gangguan Somatisasi

Tanggal kasus : 21 Mei 2015

Nama pasien : Tn. AS / 32 tahun

Tanggal presentasi :

Tempat presentasi : Ruang diklat RSUD Pasar Rebo

Objektif presentasi

( Keilmuan ( Ketrampilan ( Penyegaran Tinjauan pustaka

Diagnostik ( Manajemen ( Masalah ( Istimewa

( Neonatus ( Bayi( Anak( Remaja Dewasa( Lansia( Bumil

( Deskripsi

( Tujuan

Bahan

Bahasan Tinjauan

Pustaka( Riset( Kasus( Audit

Cara membahas( DiskusiPresentasi dan

Diskusi( Email( Pos

Data PasienNama: Tn. ASNomor

Registrasi

NamaKlinikTelpTerdaftar

Sejak

Data UtamaUntuk Bahan Diskusi

1.Diagnosis / Gambaran klinis:

Gangguan Somatisasi / Pasien datang ke IGD RSPR dengan keluhan seluruh bagian perut terasa sakit, pasien mengeluhkan sering sakit-sakitan sudah sejak 2 bulan yang lalu. Dan keluhan ini belum menghilang sampai sekarang. Pasien juga merasakan sakit perut seperti ditusuk-tusuk, perut terasa kembung, mual, dan muntah. BAB tidak lancar. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, pegal-pegal pada badan, sakit pada bagian mata, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien mengatakan keluhan tersebut sering muncul saat sedang banyak masalah dan pada saat tanggal tua. Tetapi sehari-hari keluhan juga timbul. Pasien mengatakan sering berobat apabila keluhannya datang. Keluhan ini muncul saat pasien sedang mendapatkan tugas untuk memberikan laporan audit bank dikantornya. Pasien mengatakan bahwa sejak 2 bulan ini sangat banyak masalah dalam kehidupannya. Pasien mempunyai tiga orang anak. saat ini pasien hidup mengontrak di daerah tanjung barat. Pasien mengaku bahwa istrinya sering memarahinya karena sering pulang malam. Pasien pernah memeriksakan sakitnya ini ke dokter bagian penyakit dalam kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium dan hasilnya masih normal. Pasien hanya diberikan obat dan di suruh rawat jalan. Tetapi keluhan seperti ini muncul lagi. Pasien meredakan keluhannya ini dengan istirahat, tiduran, memakai selimut, dan meminum obat-obatan penghilang rasa nyeri namun keluhannya tidak menghilang. Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang membisikinya dan orang lain tidak mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya penampakan atau bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Pasien juga tidak pernah merasakan menghidu bau-bauan yang hanya dihidu oleh dirinya sedangkan lingkungan sekitarnya tidak menghidu bau yang dikeluhkan pasien.

2. Riwayat Pengobatan :

Pasien sudah berobat ke klinik dan Rumah sakit. Menurut dokter, kondisi pasien baik dan tidak terdapat penyakit yang serius. Pasien sudah dianjurkan untuk ke psikiater oleh beberapa dokter. Namun pasien menolak karena pasien tidak mempunyai gangguan jiwa.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

Tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

4. RiwayatKeluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini

5. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja di salah satu bank swasta bagian audit.

6. Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya disebuah kontrakan. Dalam hal ekonomi, pasien termasuk ke dalam keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Istri pasien hanya sebagai ibu rumah tangga. Pasien merupakan karyawan swasta di sebuah bank dengan pendapatan diatas UMR per bulan, dan dipergunakan untuk membiayai kehidupannya sehari-harinya. Pengobatan pasien menggunakan BPJS kelas I.

7. Diagnosis Holistik Multiaksial

7.1 Aspek Personal (Alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran, persepsi individu mengenai penyakitnya)

Pasien datang ke IGD RSPR dengan keluhan seluruh bagian perut terasa sakit, pasien mengeluhkan sering sakit-sakitan sudah sejak 2 bulan yang lalu. Dan keluhan ini belum menghilang sampai sekarang. Pasien juga merasakan sakit perut seperti ditusuk-tusuk, perut terasa kembung, mual, dan muntah. BAB tidak lancar. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, pegal-pegal pada badan, sakit pada bagian mata, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien mengatakan keluhan tersebut sering muncul saat sedang banyak masalah dan pada saat tanggal tua. Tetapi sehari-hari keluhan juga timbul. Pasien mengatakan sering berobat apabila keluhannya datang. Keluhan ini muncul saat pasien sedang mendapatkan tugas untuk memberikan laporan audit bank dikantornya.

Pasien mengatakan bahwa sejak 2 bulan ini sangat banyak masalah dalam kehidupannya. Pasien mempunyai tiga orang anak. saat ini pasien hidup mengontrak di daerah tanjung barat. Pasien mengaku bahwa istrinya sering memarahinya karena sering pulang malam. Pasien pernah memeriksakan sakitnya ini ke dokter bagian penyakit dalam kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium dan hasilnya masih normal. Pasien hanya diberikan obat dan di suruh rawat jalan. Tetapi keluhan seperti ini muncul lagi.Pasien meredakan keluhannya ini dengan istirahat, tiduran, memakai selimut, dan meminum obat-obatan penghilang rasa nyeri namun keluhannya tidak menghilang.

7.2 Aspek Klinik

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang disimpulkan sebagai berikut :

Diagnosis kerja : Gangguan Somatisasi

Diagnosis banding : -

7.3 Aspek Risiko Internal (Faktor faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien)Genetik :

Belum pernah ada yang seperti ini dikeluarga

Pola makan :

Pasien mengkonsumsi makanan seperti pada umumnya. Istri pasien yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memasak untuk pasien dan ketiga anaknya. Pola makan pasien yang tiga kali dalam sehari diakui belum memenuhi kriteria gizi yang tidak seimbang. Pasien sendiri menghindari makan sayuran karena ketidakgemarannya sejak kecil, serta jarang mengkonsumsi buah karena alasan ekonomi keluarga. Pasien mengaku jarang menjadwalkan waktu khusus untuk berolahraga.Spiritual :

Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Allah SWT dan menerimanya dengan lapang dada apapun akibat yang akan terjadi akibat penyakitnya.

7.3 Aspek Psikososial Keluarga (Faktor faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien)

Dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari yang memasak makanan didalam keluarga adalah istri pasien, dalam menyajikan makanan sehari-hari pasien tetap menghidangkan makanan kesukaan keluarga pasien, dan tidak menggunakan prinsip gizi seimbang.

7.4 Aspek Fungsional

Berdasarkan skor Karnofsky pasien memilki skor 80% dimana pasien dimana pasien menjalani aktifitas sehari-hari dengan normal disertai dengan beberapa gejala dan keluhan yang berkaitan dengan penyakitnya.

Tabel 3.1 Tabel Skala Karnofsky (www.pallipedia.com)

DaftarPustaka

1. Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilid II, edisi ketujuh, binarupa aksara, Jakarta: 1997, hal 84-90

2. Maramis FM, Albert AM, catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi kedua, Airlangga University Press, Jakarta: hal 315-316

3. Perdamean Engelberta, Sinopsis Sehari kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut hari kesehatan Jiwa Sedunia, Update 27 oktober 2007, Availible from http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan-somatoform.htm

4. Mangel MB. Dkk, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Editor edisi bahasa Indonesia, perpustakaan Nasional, jakarta:2001 hal 701-709

5. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III, jakarta: 2001, hal 84-86

Hasil Pembelajaran :

1. Definisi Gangguan Somatisasi2. Etiologi Gangguan Somatisasi

3. Gambaran Klinis Gangguan Somatisasi

4. Diagnosis Gangguan Somatisasi

5. Terapi Gangguan Somatisasi

6. Edukasi tentang Pengobatan dan Faktor Penyebab Gangguan Somatisasi

Subjektif

Pasien datang ke IGD RSPR dengan keluhan seluruh bagian perut terasa sakit, pasien mengeluhkan sering sakit-sakitan sudah sejak 2 bulan yang lalu. Dan keluhan ini belum menghilang sampai sekarang. Pasien juga merasakan sakit perut seperti ditusuk-tusuk, perut terasa kembung, mual, dan muntah. BAB tidak lancar. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, pegal-pegal pada badan, sakit pada bagian mata, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien mengatakan keluhan tersebut sering muncul saat sedang banyak masalah dan pada saat tanggal tua. Tetapi sehari-hari keluhan juga timbul. Pasien mengatakan sering berobat apabila keluhannya datang. Keluhan ini muncul saat pasien sedang mendapatkan tugas untuk memberikan laporan audit bank dikantornya.

Pasien mengatakan bahwa sejak 2 bulan ini sangat banyak masalah dalam kehidupannya. Pasien mempunyai tiga orang anak. saat ini pasien hidup mengontrak di daerah tanjung barat. Pasien mengaku bahwa istrinya sering memarahinya karena sering pulang malam. Pasien pernah memeriksakan sakitnya ini ke dokter bagian penyakit dalam kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium dan hasilnya masih normal. Pasien hanya diberikan obat dan di suruh rawat jalan. Tetapi keluhan seperti ini muncul lagi.Pasien meredakan keluhannya ini dengan istirahat, tiduran, memakai selimut, dan meminum obat-obatan penghilang rasa nyeri namun keluhannya tidak menghilang.

Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang membisikinya dan orang lain tidak mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya penampakan atau bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Pasien juga tidak pernah merasakan menghidu bau-bauan yang hanya dihidu oleh dirinya sedangkan lingkungan sekitarnya tidak menghidu bau yang dikeluhkan pasien. Keadaan umum/kesadaran: Tampak Sakit Ringan / Compos Mentis Tanda-tanda vital

: TD: 120/70 mmHgFN: 84x/menit

FP: 20x/menit

S: 36.6oC

BMI : 22

Hidung: nafas cuping hidung (-)

Paru

Inspeksi: Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris,

Palpasi

: Fremitus taktil simetris kanan-kiri

Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+),wheezing (-/-), ronkhi (-/-)Abdomen: Bising usus (+) , Nyeri Tekan (-)Ekstremitas: Hangat + + , edema - -

+ +

- -Assesment

Pasien didiagnosis sebagai gangguan somatisasi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan seluruh bagian perut terasa sakit, pasien mengeluhkan sering sakit-sakitan sudah sejak 2 bulan yang lalu. Dan keluhan ini belum menghilang sampai sekarang. Pasien juga merasakan sakit perut seperti ditusuk-tusuk, perut terasa kembung, mual, dan muntah. BAB tidak lancar. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, pegal-pegal pada badan, sakit pada bagian mata, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien mengatakan keluhan tersebut sering muncul saat sedang banyak masalah dan pada saat tanggal tua. Tetapi sehari-hari keluhan juga timbul. Pasien mengatakan sering berobat apabila keluhannya datang. Keluhan ini muncul saat pasien sedang mendapatkan tugas untuk memberikan laporan audit bank dikantornya. Pasien mengatakan bahwa sejak 2 bulan ini sangat banyak masalah dalam kehidupannya.Tanda-tanda vital didapatkan: TD : 120/70 mmHg, FN : 84x/menit, FP : 20x/menit, S : 36.6oC.

Penatalaksanaan meliputi terapi farmakologis, dan edukasi kepada pasien dan memberikan saran untuk konsultasi ke Spesialis Jiwa.Plan

Diagnosis: Gangguan SomatisasiPengobatan

Medikamentosa :

Na Diclofenac (2x1) Ranitidin (3x1)

Ondancentron (3x1)

Surat pengantar ke dokter Spesialis Penyakit Dalam

Surat pengantae ke dokter Spesialis Jiwa

Pendidikan: Menjelaskan tentang gangguan somatisasi meliputi definisi, penyebab, gambaran klinis, diagnosis dan terapi gangguan somatisasi kepada keluarga pasien. Konsultasi: Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya dukungan dan peran serta keluarga dalam mengatasi stressor sosial yang dialamiTINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyaknya gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ yang multipel (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini adalah kronis (dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.(1)

Gangguan ini merupakan pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi autonomikk persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten).(2)

Gambaran somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal untuk gangguan somatisasi adalah histeria, suatu kedaan yang secara tidak tepat diperkirakan hanya mengenai wanita. Kata histeria didapatkan dari bahasa yunani untuk rahim, hystera.(1.2) II. DEFINISI

Somatisasi adalah suatu proses seseorang mengalami dan mengungkapkan rasa ketidaknyamanan emosional atau stres psikososial dengan menggunakan gejala-gejala fisik.(2.3)

III. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup menderita gangguan pada populasi umum diperkirakan adalah 0,1 sampai dengan 0,2 persen, walaupun beberapa kelompok penelitian percaya bahwa angka sesungguhnya mungkin mendekati 0,5 persen. Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi jumlah laki-laki sebesar 5-20 kali, walaupun perkiraan tertinggi mungkin karena kecendrungan awal yang tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki.Beberapa penelitian telah menemukan bahwa gangguan somatisasi sering kali bersama-sama dengan gangguan mental lainnya. Kira-kira dua pertiga dari semua pasien dengan gangguan somatisasi memiliki gejala psikiatrik yang dapat di identifikasi.(1)

IV. ETIOLOGI

Penyebab gangguan somatisasi belum diketahui dengan pasti tetapi Banyak teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab somatisasi yaitu:

1. Neorologis

Pengaturan sistem saraf pusat yang abnormal untuk informasi sensorik yang masuk menyebabkan gangguan pada pemrosesan atensional.

2. Psikodinamik

Somatisasi merupakan suatu mekanisme pertahanan.

3. Perilaku

Somatisasi merupakan suatu perilaku yang dipelajari sehingga pendorong-pendorong lingkungan melestarikan perilaku sakit yang abnormal.

4. Sosiokultural

Cara-cara benar menghadapi emosi dan perasaan-perasaan ditetapkan oleh budaya.

Teori-teori ini satu sama lain tidak eksklusif, dan kemungkinan somatisasi merupakan suatu fenomena komplek dengan banyak faktor resiko yang memainkan penyebabnya. Pada seorang pasien tertentu, tiga kesatuan atau kelompok faktor berikut dapat ditemukan:

a. Faktor predisposisi

Termasuk karakteristik biologi, perkembangan, kepribadian, dan sosiokultural pasien. Teori bahwa soamtisasi disebabkan oleh pengaturan sistem saraf pusat yang abnormal untuk informasi sensorik yang masuk (inhibisi kortikufugal).

b. Faktor pencetus

Termasuk peristiwa-peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres (misal: penyakit) dan konflik antar pribadi.

c. Faktor penunjang

Termasuk interaksi-interaksi antar pasien, keluarga dan dokter dan sistem sosial. Keuntungan finansial dan bentuk-bentuk lain keuntungan sekunder memperkuat somatisasi, demikian pula faktor-faktor iantrogenik seperti pengujian yang tidak perlu, efek samping obat, dan komplikasi pemeriksaan pemeriksaan invasif.(4)

V. GAMBARAN KLINIS

Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.

Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan deprasi. (5)

VI. DIAGNOSIS

1. Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi a. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. (3)b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahkan tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.

c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.(5)2. Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi

a. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.

b. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.

c. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

d. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.

e. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan medis.

f. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.(3.5)3. Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis

a. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampilan fisiknya (tidak sampai waham).

b. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.(5)c. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.(3)4. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform Tidak Terincia. Keluhan-keluhan fisik yang bersifat multipel, berfariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.b. Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhanya.(5)5. Kriteria diagnostik disfungsi otonomik somatoform.

a. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas/ flushing, yang menetap atau menganggu.

b. Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak khas).

c. Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius ( sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan-penjelasan dari para dokter.

d. Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud.(5)6. Kriteria diagnostik gangguan nyeri somatoform menetap

a. Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik.

b. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.

c. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang bersangkutan.(5)7. Kriteria diagnostik gangguan somatoform lainnya.

a. Pada gangguan ini keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom, dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini sangat berbeda dengan gangguan somatisasi dan gangguan somatoform yang tak terinci yang menunjukkan keluhan yang banyak dan berganti-ganti.

b. Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.(5)VII. TERAPI

1. Farmakoterapi

Tidak ada percobaan klinis terapi obat yang adekuat untuk somatisasi primer. Obat-obat yang yang efektif dalam situasi-situasi sebagai berikut :

a. Gejala-gejala spesifik yang sulit disembuhkan seperti nyeri kepala, mialgia, dan bentuk-bentuk penyakit kronik lainnya dapat hilang dengan antidepresan trisiklik. Demikian pula pasien-pasien cemas dengan terapi aprazolam, benzodiazepin, atau beta-bloker. Walaupun pasien-pasien tersebut tidak memnuhi kriteria gangguan panik atau kecemasan.

b. Obat-obat simtomatik murni (misal: analgetik, antasida)

2. Konsultasi psiatrik

Kita harus merujuk pasien pada suatu pelayanan hubungan konsultasi atau kepada seorang dokter ahli jiwa.konsultasi mengakibatkan intervensi psikiatrik jangka pendek selain strategi-strategi penatalaksanaan yang dianjurkan oleh dokter di perawatan primer.

Pasien dengan somatisasi kronik berat mungkin mendapatkan perbaikan dengan program-program terapi rawat inap.(4)

3. Strategi penatalaksanaan

Terapi perilaku kognitif (CBT, cognitive behavior therapy) akan bermanfaat jika diadaptasi untuk keluhan somatisasi utama. Pasien mugkin perlu dibantu untuk mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami.(2)

VIII. PROGNOSIS

1. Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh tanpa intervensi khusus. Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan yang akut dan durasi gejala yang singkat, usia muda, kelas sosioekonomi tinggi, tidak ada penyakit organik, dan tidak ada gangguan kepribadian.

2. Prognosa jangka panjang untuk pasien gangguan somatisasi dubia ad malam, dan biasanya diperlukan terapi sepanjang hidup. Bila somatisasi merupakan sebuah topeng atau gangguan psikiatrik lain, prognosanya tergantung pada prognosis masalah primernya.

3. Gejala-gejala konversi yang diskret mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala-gejala ini meungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi atau berespons baik terhadap psikoterapi spesifik. (4)IX. KESIMPULAN

Gangguan psikosomatis merupakan gangguan yang melibatkan antara pikiran dan tubuh. Hal ini berarti bahwa adanya faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.

Komponen emosional memainkan penanan penting pada gangguan psikosomatis.

Manifestasi penyakit fisik juga sering diturunkan dan kepnibadian seseorang.

Gangguan psikosomatis dapat rnelibatkan berbagai sistem organ di dalam tubuh sehinggamemerlukan penanganan secara terintegrasi dari ahli medis dan ahli psikiatri.

Pengobatan gangguan psikosomatik dani sudut pandang psikiatrik adalah tugas yang sulit.

Tujuan terapi haruslah mengerti motivasi dan mekanisme gangguan fungsi dan untuk membantu pasien mengerti sifat penyakitnya.

Tilikan tersebut harus menghasilkan pola perilaku yang berubah dan lebih sehat.

Terapi kombinasi sangat bermanfaat untuk mencapai resolusi gangguan struktural dan reorganisasi gangguan kepribadian.

DAFTAR PUSTAKA1. Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilit II, edisi ketujuh, binarupa aksara, Jakarta: 1997, hal 84-90

2. Maramis FM, Albert AM, catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi kedua, Airlangga University Press, Jakarta: hal 315-316

3. Perdamean Engelberta, Sinopsis Sehari kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut hari kesehatan Jiwa Sedunia, Update 27 oktober 2007, Availible from http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan-somatoform.htm

4. Mangel MB. Dkk, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Editor edisi bahasa Indonesia, perpustakaan Nasional, jakarta:2001 hal 701-709

5. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III, jakarta: 2001, hal 84-86

15