Penelitian Depresi Dan Gejala Somatisasi-pada-lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SOMATISASI LANSIA

Citation preview

IKM UNIVERSITAS TRISAKTI

IKM UNIVERSITAS TRISAKTI2013

PENELITIANHUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN GEJALA SOMATISASI PADA LANSIA 60 TAHUN DI PSTW MARGAGUNA WILAYAH GANDARIA SELATAN KECAMATAN CILANDAK, JAKARTA SELATAN TAHUN 2012

Pembimbing :Dr.Oktavianus Ch.SalimDr. Titta Gusni Salim

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKATPUSKESMAS KECAMATAN CILANDAKPERIODE 12 NOVEMBER 2012 19 JANUARI 2013FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA

ABSTRACTObjective: To examine the relationship between depression and somatization in the elderly as rated by primary care physicians.Introduction: Depression is a common feature of somatization, and, in a majority of cases, the clinical presentation of depression is dominated by somatic symptoms such as headache, constipation, weakness, or general aches and pains. A further understanding of the identification of depression and/or somatization in primary care among older adults is an advantage in designing a mental health intervention appropriate to primary care settings. Prior research has noted a close link between somatization and depressive disorders in the elderly,18 building on the historical view that masked depression underlies somatization.Method: This study was a cross-sectional survey of 128 older adults with and without significant depressive symptoms. Physicians ratings of somatization and depression were obtained for 105 of the 128 patients, with 23 respondents who have exclusion criteria. Patients were sorted into 4 groups on the basis of physician ratings (no depression/no somatization, somatization only, depression only, and both somatization and depression). Data were collected from November 2012 until January 2013. Results: Patients who were rated as somatizing were 23.8%, compared to elderly that be rated as depressed as well as somatizing which is count as 50.5%. A comparison of the 4 groups defined by physicians ratings found that functional status, number of medical conditions, and depressive symptoms were statistically significantly different (P < .05). Conclusions: Our study fills a gap in the literature by focusing on the primary care physician ratings of depression and somatization, and also specifically on older primary care patients. Elderly with good functional status and has no chronic physical health are less likely to be rated as depressed, but this may reflect the tendency of doctors to rate them as somatizing. And, there is significant correlation between depression and somatization.

KEYWORDS: Somatization; Depression; Functional Status; Physical Health; Elderly.ABSTRAKTujuan : Untuk mengetahui hubungan antara depresi dan somatisasi pada orang tua seperti yang dinilai oleh dokter pada pusat pelayanan primer.Pendahuluan : Depresi adalah fitur umum dari somatisasi, dan, dalam sebagian besar kasus, presentasi klinis depresi didominasi oleh gejala somatik seperti sakit kepala, sembelit, lemah, atau sakit umum dan nyeri. Pemahaman lebih lanjut dari identifikasi depresi dan / atau somatisasi dalam perawatan primer di antara orang dewasa yang lebih tua adalah keuntungan dalam merancang intervensi kesehatan mental yang tepat untuk pengaturan perawatan primer. Penelitian sebelumnya mencatat hubungan erat antara somatisasi dan gangguan depresi di gedung tua, 18 pada pandangan sejarah yang "depresi bertopeng" mendasari somatisasi.Metode : Penelitian ini adalah survei cross-sectional dari 128 orang dewasa dengan dan tanpa gejala depresi yang signifikan. Pada penelitian somatisasi dan depresi dinilai pada 105 dari 128 pasien yang memenuhi kriteris inklusi, dengan 23 responden yang memiliki kriteria eksklusi. Pasien diurutkan menjadi 4 kelompok (tidak depresi / somatisasi tidak, hanya somatisasi, depresi saja, dan keduanya somatisasi dan depresi). Data dikumpulkan dari bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013.Hasil : Pasien yang dinilai sebagai somatisasi adalah 23,8%, dibandingkan dengan lansia yang harus dinilai sebagai depresi serta somatizing yang dihitung sebagai 50,5%. Sebuah perbandingan dari 4 kelompok didefinisikan oleh peneliti menemukan bahwa status fungsional, faktor kondisi medis, dan gejala depresi secara statistik berbeda nyata (P 5 (depresi)2 : 10 % adalah 0,05

Populasi infinit :n0 = (1,96)2 x 0.4 x 0.6(0.05)2

n0 = z2 x p x q d2

n0 = 368

Rumus Populasi finit:n = _...__ 1+ (/.)n = __n0_ 1+ (n0/N)

n=

Keterangann : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finitn0 : Besar sampel dari populasi infinit N : Besar populasi finit (lansia ( 60 tahun ) di Panti Jompo Kelurahan Ghandaria Selatan periode November 2012 Januari 2013)Jumlah lansia lansia ( 60 tahun ) di Panti Jompo Kelurahan Ghandaria Selatan periode November 2012 Januari 2013 sebanyak 128 orang, maka : Populasi finit:n = __n0_ 1+ (n0/N)

n = 3681 + (368/128)

n = 95 + 10%error= 105

Dari populasi berjumlah 128 orang, maka besarnya sampel minimal yang diperlukan 105 orang. Namun, pada penelitian ini besar sampel yang digunakan adalah sesuai dengan jumlah keseluruhan populasi lansia di panti jompo yaitu 128 orang. Kami terpaksa mengambil semua populasi lansia karena memikirkan tentang kemungkinan besar sampel tidak mencukupi setelah diambil kriteria eksklusinya. Maka, teknik sampling yang kami gunakan untuk penelitian ini adalah Total sampling dimana semua subjek diambil sebagai sampel penelitian.4.5 INSTRUMEN PENELITIANInstrumen penelitian diambil dengan menggunakan wawancara langsung dengan subjek, melakukan kuesioner dengan menggunakan Skala Depresi Geriatri, ADL dan kuesioner somatisasi.

Tabel 4.5. instrument PenelitianNo.INSTRUMENFUNGSI INSTRUMEN

1. Recorder untuk wawancaraUntuk mengetahui : Usia Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Status perkawinan Penyakit Kronis Keluhan somatisasi (kuesioner somatisasi) misalnya pusing, mual, perut kembung, sakit sendi.

2. Kuesioner Skala Depresi GeriatriUntuk mengetahui ada depresi atau tidak.

3. Kuesioner ADLUntuk mengkaji status fungsional

4.5.1 Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan di Panti Jompo Kelurahan Gandaria Selatan. Pemilihan subjek secara total sampling, sampel diambil dari Panti Jompo Kelurahan Gandaria Selatan. Faktor-faktor yang ditanyakan pada sampel adalah faktor demografik, faktor penyakit kronik dan faktor fungsional. Faktor-faktor ditentukan dengan kuesioner dan apakah ada depresi dan keluhan gejala somatisasi.

4.5.2 Instrumen PengkajianInstrumen yang digunakan dalam pengkajian ini yaitu recorder untuk menyimpan wawancara audio yang dilakukan, dan juga kuesioner untuk menentukan depresi, keluhan somatisasi dan status fungsional .

4.6 CARA PENGAMBILAN SAMPELGambar 4.6. Cara Pengambilan SampelPopulasi lansia di Panti Jompo Kelurahan Ghandaria Selatan

Populasi lansia 60 tahun di Panti Jompo Kelurahan Ghandaria Selatan

Sampel penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling.

4.7CARA PENGUMPULAN DATA4.7.1.Alur Pengumpulan DataGambar 4.7. Alur Pengumpulan DataProposal disetujuiPeneliti turun ke lapanganMengumpulkan sampelPeneliti melakukan wawancara, dan penyebaran kuesionerPeneliti mengumpulkan dataPeneliti mengolah dan menganalisis data dalam bentuk tabular, tekstular dan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel, Word 2007 dan SPSS 17,0Penyajian data dalam bentuk presentasiPeneliti mendapatkan data yaitu populasi daftar pasien lansia dari Panti Jompo

4.7.2 Data PrimerData yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan langsung pada responden yang dilakukan saat pemeriksaan dengan peninjauan ke Panti Jompo di Kelurahan Gandaria Selatan. Selain itu, didapatkan informasi yang lebih rinci melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.4.7.3. Data SekunderData yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan hasil skrining yang ada di Panti Jompo Kelurahan Gandaria Selatan.4.7.4 Data TersierData yang diperoleh dari buku-buku, majalah, internet, dan jurnal-jurnal ilmiah berupa data yang berkaitan depresi, gejala somatisasi pada lansia.4.8 RENCANA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATAData yang telah diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses penyuntingan, pemindahan data ke komputer, dan tabulasi. Data yang terkumpul dari hasil kuesioner diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS statistics 17.4.8.1. ANALISIS DATAa. Analisis UnivariatAnalisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase pada variabel variabel yang diteliti.b. Analisis BivariatAnalisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik chi-square sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel. Jika uji statistik chi-square tidak valid, dilakukan uji Fisher.

4.8.2. PENYAJIAN DATAData yang telah dikumpulkan dan diolah akan disajikan dalam bentuk: Tabular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel. Tekstular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat. Grafik:data penelitian akan digunakan diagram batang yang menggambarkan sifat-sifat yang dimiliki.

BAB VHASIL PENELITIAN5.1 ALUR SELEKSI PENGAMBILAN RESPONDENGambar 5.1 Alur seleksi pengambilan responden128 wawancara dan kuesioner (Disember-Januari 2013)23 eksklusi karena tidak mampu baik fisik dan mental dan mempunyai kelainan biologis demensia 105 yang memenuhi kriteria inklusi 27 eksklusi karena tidak mempunyai depresi 18 mempunyai somatisasi 9 tidak mempunyai somatisasi 78 depresi 12 tanpa gejala somatisasi 66 dengan gejala somatisasiPengambilan responden adalah sebanyak 128 orang lansia yang berada di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak .Dari 128 orang yang diwawancara untuk di isi kuesioner, didapatkan 23 orang yang tidak mampu baik fisik dan mental serta mempunyai kelainan biologis misalnya demensia. 105 orang yang memenuhi kriteria inklusi disaring untuk mengetahui depresi. 27 (25.7%) orang dieksklusi karena tidak mempunyai depresi. Dari 27 yang dieksklusi, 18 (17.1%) mempunyai gejala somatisasi dan 9 (8.57%) tidak mempunyai gejala somatisasi. 78 orang (74.2%) yang mempunyai depresi dinilai lagi untuk gejala somatisasi dan didapatkan 12 orang (11.4%) tanpa gejala somatisasi dan 66 orang (62.8%) dengan gejala somatisasi. (Gambar 5.1)5.2 ANALISIS UNIVARIATAnalisis ini dilakukan pada masing-masing variabel untuk melihat gambaran frekuensi dari masing- masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase pada variabel variabel yang diteliti.5.2.1Deskripsi Karakterisktik RespondenTabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan.Variabel JUMLAH N %

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan 265233.366.7

Tingkat PendidikanTidak SekolahSekolah275134.665.4

Status Menikah Belum MenikahMenikah6727.792.3

Penyakit KronikTidak AdaAda156319.280.8

Status FungsionalTidak MandiriMandiri32464159

Total responden yang diteliti di dalam penelitian ini adalah 78 orang. Berdasarkan data yang didapatkan, 26 orang (33.3%) adalah responden laki-laki, sedangkan 52 orang (66.7%) adalah responden perempuan. Responden yang tidak bersekolah adalah 27 orang (34.6%) dan yang bersekolah adalah 51 orang (65.4%). Terdapat sebanyak 6 orang (7.7%) yang belum menikah dan 72 orang (92.3%) yang sudah menikah. Sedangkan 63 orang (80.8%) yang mempunyai penyakit kronik dan 15 orang (19.2%) orang tidak mempunyai penyakit kronis dan 46 orang (59%) yang bisa mandiri sendiri dan 32 orang (41%) yang sama sekali tidak mandiri dan harus dibantu (Tabel 5.2). 5.3ANALISIS BIVARIATSetelah dilakukan analisis univariat, proses analisa data dilanjutkan dengan analisis bivariat antara masing- masing variable bebas dan tergantung. Hasil analisis disajikan dengan tabulasi silang, lalu dilakukan uji hubungan secara statistik dengan metode chi-square. Tabel 5.3.1 Hubungan antara depresi dan gejala somatisasi.Variabel

Somatisasin = 84Tanpa Somatisasin = 21P

Depresi Ada Tidak ada66(84.6%)18(66.7%)12(15.4%)9(33.3%)0.044

Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah responden adalah 105 orang. Dari 27 orang yang tidak mempunyai depresi 18 (66.7%) diantaranya mempunyai gejala somatisasi dan 9 (33.3%) diantaranya tidak mempunyai gejala somatisasi. Dari 78 orang yang mempunyai depresi, 12 orang (15.4%) tanpa gejala somatisasi dan 66 orang (84.6%) dengan gejala somatisasi Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p untuk depresi dan gejala somatisasi yang diteliti adalah p < 0.05 yaitu p = 0.044. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara depresi dan gejala somatisasi pada lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak.Tabel 5.3.2 Hubungan antara faktor demografi, penyakit kronis dan status fungsional terhadap depresi dengan gejala somatisasi.Variabel

Depresi dengan Somatisasin = 66Depresi tanpa Somatisasin = 12P

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan21(80.8%)45(86.5%)5(19.2%)7(13.5%)0.506

Status Menikah Belum Menikah Menikah5(83.3%)61(84.7%)1(16.7%)11(15.3%)0.928

Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Sekolah 23(85.2%)43(84.3%)4(14.8%)8(15.7%)0.919

Penyakit Kronik Ada Tidak ada57(90.5%)9(60.0%)6(9.5%)6(40.0%)0.003

Status Fungsional Tidak Mandiri Mandiri44(91.7%)22(73.3%)4(8.3%)8(26.7%)0.029

Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah responden yang mempunyai depresi dan gejala somatisasi adalah sebanyak 66 orang (62.8%) dari total 78 orang yang mempunyai depresi. 21 orang (80.8%) diantaranya adalah responden laki-laki yang mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 5 orang (19.2%) lainnya mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Sedangkan untuk responden perempuan, sebanyak 45 orang (86.5%) mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 7 orang (13.5%) mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p untuk faktor jenis kelamin yang diteliti adalah p > 0.05 yaitu p = 0.506. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara faktor resiko jenis kelamin dengan depresi dan gejala somatisasi pada lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak.Responden yang belum menikah adalah 6 orang (7.7%) dan yang sudah menikah adalah 72 orang (92.3%). Dari yang belum menikah, sebanyak 5 orang (83.3%) mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 1 orang (16.7%) mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Sedangkan 61 orang (84.7%) yang sudah menikah mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan selebihnya 11 orang (15.3%) mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Berdasarkan responden tidak bersekolah, 23 orang (85.2%) adalah yang mempunyai depresi dan gejala somatisasi selebihnya 4 orang (14.8%) mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Sedangkan untuk responden yang bersekolah, sebanyak 43 orang (84.3%) mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 8 orang (15.7%) mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Nilai p untuk status pernikahan dan tingkat pendidikan, masing-masing adalah p > 0.05 yaitu p = 0.928, p = 0.919. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara status pernikahan dan tingkat pendidikan dengan depresi dengan gejala somatisasi pada lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak.Dari data, sebanyak 15 orang (19.2%) yang tidak mempunyai penyakit kronis dan 63 orang (80.8%) yang mempunyai penyakit kronis. 57 orang (90.5%) yang mempunyai penyakit kronis mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan selebihnya mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi yaitu sebanyak 6 orang (9.5%). 9 orang (60.0%) yang tidak mempunyai penyakit kronis mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan sebanyak 6 orang (40.0%) yang mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p untuk penyakit kronis yang diteliti adalah p < 0.05 yaitu p = 0.003. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor penyakit kronis dengan depresi dan gejala somatisasi pada lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak..Responden yang tidak mandiri sebanyak 32 orang (41%) dan yang mandiri sebanyak 46 orang (59%). Dari data, didapatkan 22 (73.3%) orang yang mandiri yang mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 8 (26.7%) orang yang mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Bagi responden yang tidak mandiri, didapatkan 44 (91.7%) orang yang mempunyai depresi dan gejala somatisasi manakala 4 (8.3%) orang yang mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi.Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p untuk status fungsional yang diteliti adalah p < 0.05 yaitu p = 0.029. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara status fungsional dengan depresi dan gejala somatisasi pada lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak. (Tabel 5.3.2).

BAB VIPEMBAHASAN

Penelitian berkaitan tentang hubungan antara depresi dan gejala somatisasi pada lansia 60 tahun di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak. Faktor- faktor yang diteliti meliputi faktor demografik seperti jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan dan status fungsional dan penyakit kronis.Berdasarkan hasil penelitian yang ada, terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dan gejala somatisasi dan didapatkan juga faktor yang bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi pada penelitian kami adalah faktor penyakit kronik dan status fungsional.

6.1 Hubungan depresi dan gejala somatisasiHasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dan gejala somatisasi. Dari 78 orang yang mempunyai depresi, 66 orang (84.6%) diantaranya mempunyai gejala somatisasi dan 12 orang (15.4%) diantaranya tanpa gejala somatisasi dan dari 27 orang yang tidak mempunyai depresi 18 (66.7%) diantaranya mempunyai gejala somatisasi dan 9 (33.3%) diantaranya tidak mempunyai gejala somatisasi. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p untuk depresi dan gejala somatisasi yang diteliti adalah p < 0.05 yaitu p = 0.044. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara depresi dan gejala somatisasi pada lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak.Menurut penelitian Tylee A, Gandhi P (2005) di United Kingdom yang meneliti depresi dan gejala somatisasi, menjelaskan bahwa 2 dari 3 gejala yang paling sering dikeluhkan pada depresi adalah gejala somatisasi. 14

6.2 Faktor penyakit kronisDari penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor penyakit kronis memiliki hubungan yang bermakna terhadap depresi dengan gejala somatisasi . Sebanyak 57 orang (90.5%) yang mempunyai penyakit kronis mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 9 orang (60.0%) yang tidak mempunyai penyakit kronis mempunyai depresi dan gejala somatisasi .Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p untuk penyakit kronis yang diteliti adalah p < 0.05 yaitu p = 0.003. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor penyakit kronis dengan depresi dan gejala somatisasi.Penelitian terhadap 355 lansia oleh Bogner HR et al (2009) menemukan bahawa lansia dengan kondisi medik mempunyai nilai p< 0.05 yaitu p = 0.01 dengan 3.9% dari lansia mempunyai depresi dan gejala somatisasi.13Pada lansia yang mempunyai penyakit kronis, timbulnya depresi dan gejala somatisasi lebih besar, karena beban penyakit kronis adalah untuk seumur hidup.

6.3 Faktor status fungsionalDari penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor status fungsional memiliki hubungan yang bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi. Berdasarkan data, didapatkan 22 (73.3%) orang yang mandiri yang mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan didapatkan 44 (91.7%) orang yang tidak mandiri mempunyai depresi dan gejala somatisasi. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai p untuk status fungsional yang diteliti adalah p < 0.05 yaitu p = 0.029. Oleh karena itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor status fungsional dengan depresi dan gejala somatisasi.Penelitian terhadap 355 lansia oleh Bogner HR et al (2009) juga menemukan bahwa lansia dengan status fungsional yang rendah dinilai dari seluruh aspek mencakup fisik, emosi, sosial, kesehatan, kemandirian masing-masing mempunyai nilai p< 0.05 yaitu p = 0.02, 0.002, 0.03, 0.04 dan 0.006. 13

6.4 Faktor jenis kelaminDari penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor resiko jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi pada lansia. Dari penelitian kami, 21 orang (80.8%) diantaranya adalah responden laki-laki yang mempunyai depresi dan gejala somatisasi, sedangkan untuk responden perempuan, sebanyak 45 orang (86.5%) mempunyai depresi dan gejala somatisasi. Didapatkan nilai p untuk faktor jenis kelamin yang diteliti adalah p > 0.05 yaitu p = 0.506. Jenis kelamin seseorang ternyata tidak memberi pengaruh yang besar terhadap timbulnya depresi dengan gejala somatisasi. Dari penelitian Bogner HR et al (2009) juga menemukan bahwa jenis kelamin pada lansia tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi dengan nilai p> 0.05 yaitu p = 0.10 pada wanita lansia yang menjadi responden.13

6.5 Faktor tingkat pendidikanDari penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi. Namun, 23 orang (85.2%) yang tidak bersekolah mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 43 orang (84.3%) yang bersekolah mempunyai depresi dan gejala somatisasi.Dari penelitian Bogner HR et al (2009) juga menemukan bahwa tingkat pendidikan pada lansia tidak memberi hubungan yang bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi dengan nilai p> 0.05 yaitu p = 0.57.13

6.6 Faktor status pernikahanDari hasil penelitian, faktor status pernikahan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi. Namun, dari penelitian kami, sebanyak 5 orang (83.3%) yang belum menikah mempunyai depresi dan gejala somatisasi dan 61 orang (84.7%) yang sudah menikah mempunyai depresi dan gejala somatisasi.Penelitian Bogner HR et al (2009) juga menemukan bahwa status pernikahan pada lansia tidak memberi hubungan yang bermakna terhadap depresi dan gejala somatisasi dengan nilai p> 0.05 yaitu p = 0.79 .13

6.7 Keterbatasan Penelitian

Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini adalah terjadinya bias informasi dalam pengisian kuesioner dan juga keterbatasan waktu.Bias informasi terjadi sewaktu pengisian kuesioner, dimana responden adalah lansia, jawaban ketika wawancara tidak selalu mendukung pertanyaan yang diberikan, sifat lansia tidak bisa diprediksi sehingga membuat peneliti sukar untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud. Dari segi bahasa, bagi lansia yang kurang mendengar dan mengerti, ada pertanyaan yang kurang didengar dengan baik sehingga jawaban yang diberikankan salah. Kuesioner yang dipakai untuk depresi juga hanya bisa dipakai untuk membuat survey tetapi masih belum bisa menegakkan diagnosis depresi pada lansia. Kuesioner diisi oleh peneliti dengan wawancara yang dilakukan saat para responden sedang beristirehat di kamar di PSTW tetapi tidak dalam waktu makan. Peneliti mewawancara setiap satu dengan sendiri dan tidak secara berkelompok. Adanya keterbatasan waktu dan tenaga menyebabkan kami tidak memberi pertanyaan dan anamnesis yang lebih mendalam dalam pengisian kuesioner dan wawancara. Namun, dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik serta bimbingan dari dokter pembimbing di puskesmas dan di kampus telah memberi banyak bantuan kepada kami dalam menyelesaikan penelitian ini.

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULANPenelitian tentang hubungan antara depresi dan gejala somatisasi telah dilaksanakan selama 3 minggu di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak mewakili seluruh populasi lansia 60 tahun dengan didapatkan 78 orang (74.2%) yang mempunyai depresi dari 105 responden yang layak, dan didapatkan sebanyak 66 orang (62.8%) responden yang mempunyai depresi dengan gejala somatisasi dan 12 orang (11.4%) yang mempunyai depresi tanpa gejala somatisasi. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahawa terdapat hubungan antara depresi dan gejala somatisasi dan dari data, faktor yang signifikan terhadap depresi dan gejala somatisasi pada lansia di PSTW Margaguna Wilayah Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak adalah faktor penyakit kronis dan status fungsional. Sedangkan faktor resiko lainnya belum memberi makna signifikan terhadap penelitian.

7.2 SARAN7.2.1 Puskesmas Dapat dilakukan upaya suportif dalam upaya mengurangi depresi dan gejala somatisasi pada lansia. Upaya suportif dapat berupa terapi edukasi dan terapi kelompok kepada lansia tentang depresi itu sendiri, cara mengatasinya dan pentingnya untuk menjaga kesehatan sendiri. Rehabilitasi misalnya aktifitas kepada lansia lebih harus digiatkan agar dapat mengisi masa luang lansia dan bisa membantu untuk mengurangi depresi dan gejala somatisasi. 7.2.2 Peneliti Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam melakukan penelitian ini, tidak semua faktor diteliti dan dianalisis dengan parameter yang tepat karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga. Oleh karena itu, sangat diharapkan ada peneliti lain yang berminat melanjutkan penelitian ini dengan membuat penelitian lanjutan mengenai hubungan depresi dengan gejala somatisasi.

7.2.3 Masyarakat Perubahan pola hidup diperlukan bagi setiap individu yang terlibat sebagai responden dalam penelitian ini dan juga masyarakat umum sebagai upaya preventif pada depresi dan gejala somatisasi pada lansia. Masyarakat yang mempunyai lansia dirumah diharapkan dapat memahami tentang pentingnya menghindari depresi dengan gejala somatisasi pada lansia seperti memberi dukungan emosi dan fisik yang sepatutnya di rumah dan berusaha untuk memahami mereka. Bagi masyarakat yang memiliki lansia depresi dengan gejala somatisasi akibat penyakit kronis dan status fungsional diharapkan dapat berusaha untuk mengobati dan membantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Peran Panti Jompo juga bisa membantu dalam intervensi depresi dan gejala somtisasi pada lansia. Peningkatan aktivitas, terapi psikososial dan rehabilitasi adalah antara program yang harus dilakukan dengan giat agar dapat mengurangi depresi dan gejala somatisasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A : Sinopsis Psikistri, Jilid II, Edisi ke-7, Banarupa Asksara, Jakarta, 1997, hal 68-74.2. Feder A, Somatization, Chapter 3532. Diunduh dari : http://www.medicineclinic.org/AmbulatorySyllabus4/NEW%20somatization.htm. (4 Januari 2013)3. Elkin G. D : Introduction to Clinical Psychiatry, First Edition, Prentice-Hall International Inc, San Fransisco, 199, page, 117-121.4. Maslim R : Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Runjukan Ringkasan dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia III, Jakarta,2001 hal.64,65,845. DSM-IV Taskforce. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: Text revision, 4thEd. Washington, DC : American Psychiatric Association.6. Idrus, M. Faisal, 2007. Depresi pada Penyakit Parkinson. Cermin Dunia Kedokteran Vol. 34 No.3/156 pp : 130-135. Kalbe Farma : Jakarta. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/ files/cdk_156_Depresi.pdf 7. Bongsoe, Syamsir, 2007. Pengenalan Gangguan Depresi pada Orang Usia Lanjut. Dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru BesarTetap Universitas Sumatra Utara. http://www.usu.ac.id /id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_syamsir_bs.pdf. 8. Best Parctice Advocacy Centre, 2009. Depression in Elderly People. http://www.bpac.org.nz/ magazine/2008/february/depression.asp. 9. Baldwin and Wild R, 2004. Management of Depression in Later Life. Advances in Psychiatric Treatment vol. 10. http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/10/2/131.pdf?ck=nck . 10. Segal, Jaffe J, Pat Davies P, and Smith M, 2007. Depression in Older Adults and the Elderly. http://www.helpguide.org/mental/depression_elderly.htm. 11. Departemen Kesehatan RI, 1999. Masalah Depresi pada Lansia. http://www.depkes.go.id/downloads/keswa_lansia.pdf.12. Nurmiati A, 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. 13. Bogner HR et al. A Cross-Sectional of Somatic Symptoms and the Identification of Depression Among Elderly Primary Care Patient. Prim Care Companion J Clin Psychiatry 2009;11(6):285291. 14. Tylee A, Gandhi P. The Importance of Somatic Symptom in Depression in Primary Care. Prim Care Companion J Clin Psychiatry 2005;7:16717615. Barsky J et al. Somatic Symptom Reporting in Women and Men. J Gen Intern Med 2001;16:266-275

53