19
TUGAS PAPER POLITIK BISNIS INTERNASIONAL Hambatan dan Tantangan Fair Trade di Negara Berkembang (Studi Kasus: Indonesia) NAMA : AMANDA AFIANTARI KUSWANDI NPM : 2006330015 KELAS : C DOSEN : Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A. JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Politik Bisnis Internasional

  • Upload
    maand

  • View
    5.190

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini tugas kuliah saya ttg fair trade dan pengaplikasiannya di indonesia..semoga berguna yaa :)

Citation preview

Page 1: Politik Bisnis Internasional

TUGAS PAPER

POLITIK BISNIS INTERNASIONAL

Hambatan dan Tantangan Fair Trade

di Negara Berkembang

(Studi Kasus: Indonesia)

NAMA : AMANDA AFIANTARI KUSWANDI

NPM : 2006330015

KELAS : C

DOSEN : Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A.

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

2008

Page 2: Politik Bisnis Internasional

Hambatan dan Tantangan Fair Trade

di Negara Berkembang

(Studi Kasus: Indonesia)

Logo-logo Fair Trade "Perdagangan yang Adil" kini marak ditemui di banyak produk di

pasar swalayan berbagai negara Eropa termasuk Belanda. Para konsumen nampak juga sudah

akrab dengan label baru tersebut. Tapi sekalipun akrab, masih banyak yang tidak tahu lebih

jauh soal perdagangan yang adil itu. Beberapa orang mendasari konsep Fair Trade terbatas

pada tidak mempekerjakan buruh anak, beberapanya lagi merasa patut membeli produk kopi

dari petani yang mendapatkan harga yang pantas. Di luar itu masih ada orang yang

memusatkan perhatiannya pada produk ramah lingkungan.

Paper ini dibuat dengan tujuan mengetahui makna dari konsep Fair Trade serta

menganalisis hambatan dan tantangan yang dialami oleh negara-negara berkembang, dalam

hal ini Indonesia, di dalam menerapkan prinsip-prinsip Fair Trade.

A. Definisi Fair Trade

Fair Trade adalah perdagangan yang berdasarkan pada dialog, keterbukaan dan saling

menghormati, yang bertujuan menciptakan keadilan, serta pembangunan berkesinambungan.

Melalui penciptaan kondisi perdagangan yang lebih fair dan memihak pada hak-hak

kelompok produsen yang terpinggirkan, terutama di negara-negara miskin akibat praktek

kebijakan perdagangan internasional1

Fair trade bertujuan untuk perbaikan penghidupan produsen melalui hubungan dagang

yang sejajar, mempromosikan peluang usaha dan kesempatan bagi produsen lemah atau

termarjinalisir meningkatkan kesadaran konsumen melalui kampanye fair trade,

mempromosikan model kemitraan dalam perdagangan yang adil, mengkampanyekan

perubahan dalam perdagangan konvensional yang tidak adil, melindungi HAM, pendidikan

konsumen dan melakukan advokasi bagi terciptanya kondisi yang lebih baik, khususnya yang

berpihak kepada produsen kecil sehingga mereka dapat berpartisipasi di pasar.2

1 http://www.ffti.info/about-fair-trade, diakses pada 8 Desember 20082 http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/konsumen/9_dagang_prod_organis.pdf, diakses pada 8 Desember 2008

Page 3: Politik Bisnis Internasional

B. Sejarah Fair Trade

Bibit-bibit gerakan fair trade lahir di dunia barat akhir tahun ’40-an. Gerakan dilandasi

semangat solidaritas dunia barat terhadap negara dunia ketiga. Perintisnya adalah kelompok

keagamaan dan LSM. Ten Thousand Villages dan SERRV International adalah dua LSM

yang memulai pengembangan rantai perdagangan fair trade di negara berkembang.

Produknya—anyaman dan rajutan—dijual di gereja atau bazar di Amerika. Saat itu, gerakan

ini dipandang sebagai donasi dunia barat bagi penduduk miskin negara berkembang3

Inisiatif ini terus berkembang, bahkan konsep dasarnya mengalami pergeseran. Tak hanya

sebagai donasi, ketika sebagian kecil masyarakat dunia barat menilai telah terjadi eksploitasi

harga dalam perdagangan antara negara mereka dan negara dunia ketiga, mereka ingin

memperbaikinya dengan memberi harga lebih adil. Sekitar tahun ’70-an, sejumlah petani

kopi skala kecil di Meksiko yang sangat bergantung pada pihak lain (pengumpul, pedagang,

dan pengolah) dalam rantai perdagangan kopi mengembangkan label/sertifikasi fair trade

untuk kopi mereka. Nama yang diberikan adalah Max Havelaar. Dalam percobaan awal ini,

dibuka hubungan langsung antara pengolah kopi dan pengecer di Belanda dengan koperasi

petani kopi di Meksiko. Kini selain sebagai sebuah gerakan, fair trade populer sebagai

label/sertifikat yang disematkan pada produk yang dijual. Ini menjadi semacam jaminan dan

transparansi lebih bagi konsumen bahwa produsen skala kecil mendapatkan harga yang adil.

Dari sisi produsen, sertifikasi memperbesar akses mereka terhadap pasar ekspor.

Sejak pertengahan ‘80-an, gerakan fair trade telah berkembang secara signifikan di dunia

barat yang menjadi pasar utamanya. Tahun 2005, penjualan produk fair trade di tingkat

global mencapai 1,1 milyar euro4. Ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 30 persen lebih

selama tahun 2004. Saat ini, produk-produk berlabel fair trade tak hanya dijual di toko khusus

tetapi mulai juga dipajang di rak supermarket. Jenis produknya pun makin beragam. Meski

permintaan untuk produk-produk berlabel fair trade lebih banyak tumbuh di dunia barat, saat

ini kita bisa melihat bahwa pada pasar lokal di seluruh dunia sudah mulai ada upaya

menciptakan perdagangan yang lebih adil bagi produsen.

Pada periode yang sama, pasar produk organik juga mengalami pertumbuhan yang stabil.

Perdagangan barang-barang organik dengan label fair trade sering disebut sebagai fair and

green trade.

3 http://www.oxfamamerica.org, diakses pada 8 Desember 20084 http://www.fairtrade.net/, diakses pada 8 Desember 2008

Page 4: Politik Bisnis Internasional

C. Prinsip-prinsip Fair Trade

Fair trade sebagai sebuah alternatif menawarkan kondisi perdagangan yang lebih baik

bagi produsen kecil dan melindungi hak mereka yang selama ini terpinggirkan. Fair trade

membantu produsen kecil untuk memperoleh kehidupan yang layak melalui peningkatan

pendapatan, melindungi hak produsen kecil atas akses ke pasar, menyalurkan aspirasi &

pendapat mereka, tidak diskriminatif terhadap perempuan yang selama ini menjadi warga

kelas dua dan korban langsung atas perdagangan yang tidak adil, juga melindungi lingkungan

dari kerusakan karena minimnya penggunaan bahan-bahan kimiawi.

Dengan mekanisme fair trade, konsumen bersedia menghargai jerih payah produsen yang

selama ini tidak pernah diperhitungkan (misal: pemeliharaan tanaman, mengusir burung,

menjemur padi, dsb) sebagai komponen biaya produksi dalam sistem perdagangan

konvensional. Sebagai salah satu bentuk apresiasi konsumen atas jerih payah produsen,

mereka tidak keberatan untuk membeli harga premium (yang meliputi biaya produksi

ditambah biaya untuk reinvestasi) yang ditawarkan oleh produsen.

Sebaliknya, produsen juga menghargai kepedulian & kepercayaan yang diberikan oleh

konsumen dengan selalu memberikan informasi sebenarnya mengenai produk mereka

(kondisi, waktu panen, varietas) dan menjaga kualitas/kuantitas produknya. Produsen juga

melakukan pertemuan rutin untuk membahas dan mencari jalan keluar tentang masalah yang

mereka hadapi, khususnya yang berkaitan dengan pola perdagangan yang adil.

Diperlukan sebuah kemitraan perdagangan yang dilandaskan pada dialog, transparansi

dan respek yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan yang seimbang (bagi Dunia Ketiga) di

dalam perdagangan internasional. Fair trade memberikan sumbangan bagi pembangunan

yang berkelanjutan dengan menawarkan kondisi perdagangan yang lebih baik dan melindungi

hak dari produser dan buruh yang terpinggirkan, terutama di Selatan.

Sebagai gerakan, fair trade terwujud dalam bentuk organisasi International Federation of

Alternative Trade (IFAT). Organisasi payung gerakan fair trade sedunia ini bermain di

advokasi kebijakan internasional. Pada pertemuan tahunan World Trade Organisation

(WTO), IFAT selalu muncul. Sejak di Cancun Mexico hingga di Hongkong tahun lalu

mereka hadir sebagai suara alternatif untuk mewujudkan perdagangan yang lebih adil.

Dalam halaman situs International Fair Trade Association, Asosiasi Internasional

Perdagangan yang Adil menyebut sembilan syarat5 agar sebuah perdagangan dapat disebut

adil.

5 http://www.ranesi.nl/tema/jendelaantarbangsa/tema_fairtrade/, diakses pada 8 Desember 2008

Page 5: Politik Bisnis Internasional

1. Membuka peluang bagi produsen dari kalangan ekonomi lemah

2. Transparan dan dapat dipertanggungjawabkan 

3. Meningkatkan keahlian produsen 

4. Mendorong terbentuknya perdagangan yang adil dan merata

5. Pembayaran dengan harga yang pantas melalui dialog dan prinsip partisipasi sesuai 

dengan perkembangan pasar

6. Menghormati kesetaraan gender

7. Membentuk situasi dan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja

dan masyarakat

8. Tidak melibatkan pekerja anak

9. Tidak merusak lingkungan hidup dan memberikan dampak bagi pembangunan lokal,

secara berkala mengurangi tingkat ketergantungan impor dan membudidayakan

produk lokal.

D. Aplikasi Fair Trade di Indonesia

Meski lahir di dunia barat, konsep fair trade bukan sesuatu yang mengawang-awang. Fair

trade juga sesuai diterapkan di Indonesia karena tujuannya adalah memperbaiki taraf hidup

produsen skala kecil, dalam hal ini petani. Inisiatif menciptakan fair trade atau perdagangan

adil atau perdagangan berkeadilan di tingkat lokal sangat perlu dilakukan. Ini mengingat,

banyak lembaga pengatur harga bentukan pemerintah—seperti BULOG—gagal menjalankan

tugasnya dengan baik. Saat ini, ketika harga pangan di dunia mengalami kenaikan sangat

signifikan, harga beli gabah di tingkat petani kebanyakan masih jauh di bawah harga pasar

yang ditetapkan sendiri oleh pemerintah.

Saat ini di Indonesia, istilah fair trade mungkin baru dikenal oleh kalangan lembaga

swadaya masyarakat (LSM), eksportir, dan produsen komoditas ekspor saja. Fair trade, yang

sering diterjemahkan menjadi perdagangan adil atau perdagangan berkeadilan, adalah

gerakan sosial dengan pendekatan berbasis pasar yang bertujuan mengurangi kemiskinan di

tingkat global dan mempromosikan sistem perdagangan berkelanjutan. Fair trade

memperjuangkan adanya jaminan harga pembelian yang adil, sekaligus memperbaiki kondisi

sosial dan lingkungan bagi komunitas produsen. Gerakan ini umumnya berfokus membuka

pasar ekspor dari negara dunia ketiga/negara berkembang ke dunia barat. Contoh produk

yang diperdagangkan adalah kerajinan, kopi, coklat, gula, teh, pisang, madu, dan kapas.

Page 6: Politik Bisnis Internasional

Pengembangan fair trade di tingkat lokal membantu petani. Mengingat prosedur dan

proses sertifikasi fair trade untuk pasar ekspor biasanya rumit dan perlu biaya besar,

penerapan fair trade di tingkat lokal bisa dilakukan dengan menyederhanakan prosedur,

walau tak berarti mengorbankan kualitas. Jadi, petani tak perlu menganggarkan dana besar

untuk memperoleh sertifikasi atau menyediakan fasilitas baru guna memenuhi

standar/volume produksi yang disyaratkan. Yang lebih dibutuhkan untuk mengembangkan

fair trade di Indonesia adalah transparansi dan kesadaran tiap pihak dalam rantai perdagangan

untuk menempatkan produsen sebagai mitra sejajar dalam proses jual beli. Selain itu, petani

juga perlu berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang pemasaran dan

pascapanen.

Gerakan Fair Trade sudah dimulai di Indonesia di tahun 1980-an. diawali dengan

perdagangan diantara para produsen kerajinan tangan. Dalam pertumbuhannya, mekanisme

Fair Trade meluas ke perdagangan produk-produk yang lain seperti pertanian organik dan

produk pakaian.6

Inisiatif memperjuangkan perdagangan yang adil sebaiknya lebih banyak dilakukan oleh

komunitas petani atas dasar kebutuhan bersama. Karena inisiatif yang digalang “dari bawah”

oleh mereka yang membutuhkan biasanya lebih solid dan lebih bisa bertahan ketimbang

inisiatif yang diperkenalkan orang dari luar komunitas. Tumbuhkan semangat bahwa petani

kecil pun mampu memulai upaya untuk menolong dirinya sendiri tanpa harus menunggu

datangnya bantuan dari pihak lain.

Di sisi lain, konsumen pun harus mulai dididik agar lebih memikirkan produk yang

mereka konsumsi. Dari mana produk itu berasal, bagaimana produk tersebut dihasilkan, dan

apakah produsennya memperoleh harga yang layak. Lebih baik lagi jika konsumen bersedia

menanggung sebagian biaya produksi di muka karena petani umumnya mengalami kesulitan

permodalan. Inisiatif yang disebut “Pertanian dengan Dukungan Komunitas” (Community

Supported Agriculture).

– Yayasan Mitra Bali7

Didirikan pada tahun 1993 oleh Agung Alit, seorang Sekretaris Jenderal Forum

Fair Trade Indonesia Bermodal Rp 7 juta, pemberian dari orang Jepang yang simpati

dengan idenya, Gung Alit mendirikan yayasan pendampingan perajin tersebut. Dua

tahun kemudian dia mendirikan PT Teduh Mitra Utama sebagai badan usaha di bawah

6 http://www.ffti.info/about-ffti, diakses pada 8 Desember 20087 http://www.mitrabali.com/, diakses pada 8 Desember 2008

Page 7: Politik Bisnis Internasional

Yayasan Mitra Bali agar lebih mudah melakukan perdagangan kerajinan. Usahanya

sempat megap-megap antara hidup dan mati. Hingga 1997, Gung Alit hanya

mendapat kerajinan dari lima perajin.

Ketika terjadi krisis ekonomi pada 1997, Mitra Bali justru mendapat banyak

keuntungan. Sebab pembayaran dari pembeli dalam bentuk dolar. Kurs rupiah yang

melemah justru jadi berkah. Tujuan ekspornya pun tidak hanya Jepang, tapi meluas ke

Inggris, Belanda, Jerman, Amerika Serikat, Spanyol, Austria, dan Kanada. Luasnya

pasar itu didukung oleh jaringan Gung Alit di bidang gerakan fair trade.

Pada awalnya, Gung Alit yang pada tahun 1991 bekerja sebagai pekerja lapangan

Yayasan Pekerti Jakarta di Bali sering bertemu perajin dan tahu masalah yang mereka

hadapi. Gung Alit melihat praktik tidak adil itu terjadi pada perajin-perajin Bali.

Perajin hanya menghasilkan produk dan dijual pada pengusaha yang menjualnya lagi

pada konsumen. Perajin tidak pernah tahu berapa kerajinan mereka dihargai pembeli.

Di sisi lain pembayaran pun sering terlambat. Namun praktik paling menyedihkan

bagi Gung Alit adalah potongan harga hingga 40 persen bagi pemandu wisata yang

membawa tamu untuk membeli kerajinan tersebut.

– Forum Fair Trade Indonesia8

Di Tahun 2002, Forum Fair Trade Indonesia didirikan sebagai payung untuk

Organisasi-Organisasi Fair Trade di Indonesia. Sasaran utamanya adalah untuk

berpartisipasi secara aktif dalam mempromosikan praktek-praktek Fair Trade yang

bertujuan sebagai berikut:

1. Sebagai media koordinasi untuk jaringan Fair Trade di Indonesia

2. Untuk mengkampanyekan Fair Trade ke seluruh dunia pada umumnya dan

Indonesia pada khususnya

3. Untuk meningkatkan taraf hidup produsen-produsen kecil

Sebagai organisasi Fair Trade di yang di support oleh Oxfam, tentunya FFTI

telah mempunyai program kerja yang telah di rencanakan seperti kampanye dan

advokasi di tingkat nasional, pendidikan Fair trade kepada publik, sebagai pusat

informasi Fair Trade yang terpercaya, dan lain sebagainya. Serta fokus kegiatan

8 http://www.ffti.info, diakses pada 8 Desember 2008

Page 8: Politik Bisnis Internasional

seperti kampanye Fair Trade di Indonesia, koordinasi di tingkat nasional antar

organisasi Fair Trade, dan dokumentasi dan Penyebaran Informasi fair Trade yang

tersistematis

FFTI yang memiliki motto Akan menjadi klise bicara Fair Trade bila tidak

diawali dengan empati pada ketertindasan ini berusaha mencapai sasaran dan tujuan

melalui organisasi anggota, rekan-rekan jaringan, dan individu dengan cara:

1. Mendukung, menstimulasi dan berpegang teguh pada kerjasama dan

pertukaran informasi diantara para anggota terkait perihal pemasaran, riset

pasar, dan pengembangan produk.

2. Koordinasi kampanye dan advokasi di tingkat nasional.

3. Menjalin Kerjasama dengan pihak luar.

Fair Trade Outlet

Fair Trade Outlet adalah sebuah Galery dan outlet yang menampilkan produk-

produk Fair Trade dari member FFTI, anda bisa mendapatkan koleksi dari produk-

produk Fair Trade terbaik yang diproduksi oleh produsen-produsen yang selama ini

menjadi bagian dan tumbuh bersama Organisasi Fair Trade di Indonesia.

Page 9: Politik Bisnis Internasional

Berlokasi di daerah strategis yang mudah dijangkau, di daerah Sanur yang

terkenal sebagi daerah pariwisata, tepat di pinggir jalan utama By Pass Ngurah Rai,

sangat dekat dengan pantai Sanur (Bali Beach) dan pertokoan yang akan

memudahkan anda mengakses tempat ini.

E. Hambatan dan Tantangan Fair Trade di Indonesia

Tantangan gagasan pemasaran berkeadilan adalah untuk menterjemahkan idaman

sosial menjadi tujuan, aktifitas yang dapat dicapai dengan metode terapan yang seimbang

dengan kelayakan komersial dalam menjalankan bisnis. Gagasan ini ditunjukkan melalui:

(a) Mensosialisasikan gagasan fair trade ke publik,

(b) Jenis dan ketersediaan produk organis yang dipasarkan,

(c) Proyek sosial kemasyarakatan yang petani laksanakan,

(d) Jenis skema berbagi keuntungan atau tata cata pelaksanaan bisnis. Memastikan bahwa

petani kecil mendapatkan harga yang 'fair' bagi usahanya.

Bila memasarkan produk/jasa, satu aspek yang perlu dipertimbangkan adalah kualitas

dan nilai produk/jasa. Agar menumbuhkan dukungan konsumen, setiap tambahan nilai perlu

Page 10: Politik Bisnis Internasional

diterjemahkan sebagai penambahan kualitas/nilai yang berhubungan dengan produk/jasa.

Menambahkan nilai pada produk/jasa untuk menawarkan manfaat dan bentuk yang lebih

baik. Biasanya digunakan untuk menunjukkan penambahan keuntungan langsung kepada

konsumen. Dalam hal prioritas dan kualitas alternatif, manfaat mungkin tidak dialami

langsung oleh konsumen, seperti "tambahan" bagi pengelolaan lingkungan dan

tanggungjawab sosial yang ingin diemban.Nilai-nilai baru harus membuktikan diri sendiri

untuk dapat menerima nilai-nilai aliran besar yang biasanya disertai dengan perubahan dalam

peraturan dan norma baru yang berhubungan dengan pasar. Artinya, tujuan gagasan alternatif

tidak tinggal sebagai sebuah alternatif, tetapi akan menjadi aliran utama mengenai nilai-nilai

pasar.

Kualitas dan nilai menjadi identitas produk yang nyata. Bagaimana penambahan nilai

tersebut menjadi nyata dan menjadi identitas dari produk organis yang berkeadilan. Produk

pertanian organis menetapkan perbedaan dibandingkan produk konvensional dalam kategori

yang berhubungan dengan proses dan dampaknya. Tergantung dari metode produksi dan

sistem sosial yang bekerja, produk pertanian organis berhubungan dengan:

(a) hasil dari metode produksi yang lebih aman, berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan,

(b) hasil dari sistem ketenagakerjaan yang tidak ekploitatif dan adil secara sosial,

(c) hasil dari pertanian sebagai cara hidup dan jasa. Produk dalam hal ini tidak dijual

tetapi ditukarkan untuk pembayaran yang disetujui demi mendukung kehidupan

produsen.

Berhubungan dengan kualitas produk terlihat pada produk, proses dan dampak yang

berhubungan dengan kualitas pada umumnya dan tidak mudah terlihat. Cara sederhana untuk

menciptakan identitas produk dan menjadi bukti bahwa produk tersebut memenuhi criteria

fair trade adalah pelabelan. Maka perlu dibuat standard fair trade yang sesuai dengan kondisi

lokal.9

Konsumen

Tantangan terbesar untuk memperkenalkan fair trade kepada konsumen Indonesia

adalah fakta bahwa mereka masih sangat peka terhadap harga, sementara gerakan fair

trade bertujuan memberikan harga yang lebih adil/lebih tinggi bagi produsen. Namun

dengan pendidikan konsumen yang tepat dan upaya membuka relasi yang dekat antara

9 http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/konsumen/9_dagang_prod_organis.pdf, diakses pada 8 Desember 2008

Page 11: Politik Bisnis Internasional

produsen dan konsumen, tantangan ini niscaya bisa dihadapi. Kunjungan konsumen

ke lahan petani adalah contoh upaya menciptakan relasi yang lebih dekat antara

produsen dan konsumen. Dengan melihat secara langsung, selain menumbuhkan

kepercayaan konsumen, mereka juga belajar menghargai proses produksi yang

dilakukan petani.10

KESIMPULAN

Fair Trade adalah perdagangan yang berdasarkan pada dialog, keterbukaan dan saling

menghormati, yang bertujuan menciptakan keadilan, serta pembangunan berkesinambungan.

10 http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=210002&a_id=211&a_seq=0, diakses pada 8 Desember 2008

Page 12: Politik Bisnis Internasional

Melalui penciptaan kondisi perdagangan yang lebih fair dan memihak pada hak-hak

kelompok produsen yang terpinggirkan, terutama di negara-negara miskin akibat praktek

kebijakan perdagangan internasional

Meski lahir di dunia barat, konsep fair trade bukan sesuatu yang mengawang-awang. Fair

trade juga sesuai diterapkan di Indonesia karena tujuannya adalah memperbaiki taraf hidup

produsen skala kecil, dalam hal ini petani. Inisiatif menciptakan fair trade atau perdagangan

adil atau perdagangan berkeadilan di tingkat lokal sangat perlu dilakukan. Ini mengingat,

banyak lembaga pengatur harga bentukan pemerintah—seperti BULOG—gagal menjalankan

tugasnya dengan baik. Saat ini, ketika harga pangan di dunia mengalami kenaikan sangat

signifikan, harga beli gabah di tingkat petani kebanyakan masih jauh di bawah harga pasar

yang ditetapkan sendiri oleh pemerintah.

Gerakan Fair Trade sudah dimulai di Indonesia di tahun 1980-an. diawali dengan

perdagangan diantara para produsen kerajinan tangan. Dalam pertumbuhannya, mekanisme

Fair Trade meluas ke perdagangan produk-produk yang lain seperti pertanian organik dan

produk pakaian

Tantangan terbesar untuk memperkenalkan fair trade kepada konsumen Indonesia adalah

fakta bahwa mereka masih sangat peka terhadap harga, sementara gerakan fair trade

bertujuan memberikan harga yang lebih adil/lebih tinggi bagi produsen. Namun dengan

pendidikan konsumen yang tepat dan upaya membuka relasi yang dekat antara produsen dan

konsumen, tantangan ini niscaya bisa dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ffti.info/about-fair-trade , diakses pada 8 Desember 2008

Page 13: Politik Bisnis Internasional

http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/konsumen/9_dagang_prod_organis.pdf ,

diakses pada 8 Desember 2008

http://www.oxfamamerica.org , diakses pada 8 Desember 2008

http://www.fairtrade.net/ , diakses pada 8 Desember 2008

http://www.ranesi.nl/tema/jendelaantarbangsa/tema_fairtrade/ , diakses pada 8 Desember 2008

http://www.mitrabali.com/ , diakses pada 8 Desember 2008

http://www.ffti.info , diakses pada 8 Desember 2008

http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=210002&a_id=211&a_seq=0 ,

diakses pada 8 Desember 2008