Upload
phungnga
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN
DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau]
TERHADAP Escherichia coli
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Progam Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Agustina Wira Paribasa
NIM : 028114146
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG
GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f) Lindau] TERHADAP Escherichia coli
Yang diajukan oleh :
Agustina Wira Paribasa
NIM : 028114146
telah disetujui oleh :
Pembimbing
(Yohanes Dwi Atmaka, M.Si.)
Tanggal :
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu.
Jangan kecut dan tawar hati sebab Tuhan Allahmu menyertaimu
Kemanapun engkau pergi
(Yosua 1:9)
Jangan ingatkan ketakutanmu, tetapi ingatlah harapan dan impianmu
Jangan pikirkan frustasimu, tetapi pikirkan potensi yang belum kau penuhi
Jangan khawatir dengan dirimu sendiri dengan apa yang kau coba tapi gagal,
tapi dengan apa yang masih mungkin kau lakukan.
( Paus Yohanes XXIII)
Meskipun setiap hari aku berdoa selama bertahun-tahun penuh cemas dan derita,
Meskipun berkat belum datang juga, aku percaya bahwa Tuhan mendengar ,
Aku tau Tuhan pasti menjawab segala doa.
Kadang-kadang Ia menjawab dengan kata ”tidak”
karena mungkin apa yang kudoakan itu tidak merupakan yang terbaik untukku
atau Dia sedang memproses, membentukku menjadi sesuatu yang indah
sampai rencana Tuhan bagiku terlaksana
Walaupun keadaan memang begitu aku tetap berharap pada Tuhan. (Mother Teresa)
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kesempurnaan cintakasih
Bapak dan Mamak terkasih
Abang-abangku Mimik, Erik dan Iyan yang kusayangi
Nek babahku tercinta
Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala berkat, kekuatan,
penyertaan dan kasihNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAUN DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f) Lindau]
TERHADAP Escherichia coli.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak dalam hal doa, tenaga, waktu, materi, dukungan,
semangat, kritik dan saran serta bimbingan dan pengarahan. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama
kepada :
1. Bapakku A. R. Simon, S.Sos. dan Mamakku Saula Herman yang tercinta,
terima kasih atas segala perhatian, dukungan baik moril maupun materil,
doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah berhenti sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata
Dharma.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar,
menguji dan memberi banyak masukan kepada penulis.
4. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen penguji yang
bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan,
kritik dan saran kepada penulis.
5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan,
kritik dan saran kepada penulis.
6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk berdiskusi, memberi semangat serta masukan kepada penulis.
7. Abang-abangku tersayang Mimik, Erik, Iyan terimakasih untuk kasih
sayang, dukungan dan doa untukku
8. Dada’ - dada’ku semuanya terima kasih untuk kasih sayang, dukungan dan
doa untukku.
9. Nek babahku tersayang untuk cinta yang tulus dan doa yang terus-
menerus.
10. Sepupu andalan tersayang Tina, Iib, Geo, Tomas, Da’ Maman dan sepupu-
sepupuku di Kalbar makasih ya untuk doa, keceriaan, kebersamaan, dan
kasih sayang yang tulus.
11. Sahabat-sahabatku : Nita, Novi, Mey, Tanti, Kak Onsha, Kak Eny,
Rendeng sekeluarga, Bertha, Hen, Puri, Shanty, Fretty, Meta, Ciput, Kak
Erni, Kak Mery, Kak Veron, Kak Siska, Kak Ochy, Kak Priska, Amoy,
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bang Wanto, Bebe, Bang Joe, Fifi, Linda, Kris, Kak Ken, Kak Beny
trimakasih untuk doa, semangat, kebersamaan dan keceriaan kita.
12. Teman-teman seperjuanganku: Yuni, Kristin, Fifi, Sintha, Ayu, Mita 03
terimakasih untuk doa, kerjasama, dukungannya.
13. Seluruh laboran dari lantai satu sampai empat, terutama Mas Wagiran,
Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Andri dan Mas Otok yang telah banyak
membantu selama penelitian sampai skripsi dapat diselesaikan.
14. Teman-teman kelompok praktikum F angkatan 2002 atas kebersamaan,
kerjasama dan dukungannya.
15. Teman-teman kelas C angkatan 2002 untuk kebersamaan dan
dukungannya.
16. Teman-teman KKN : Lia, Kate, Sari, Sunu, Una’, Mas Agung, Cipluk,
Anggi, Fani terimakasih untuk pelajaran hidup yang berharga, canda tawa
dan kebersamaan kita.
17. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dari awal
sampai skripsi ini bisa selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang berguna demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Yogyakarta, Januari 2007
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Januari 2007
Penulis
(Agustina Wira Paribasa)
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Dandang gendis [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] merupakan tanaman famili Acanthaceae. Beberapa penyakit yang disebabkan bakteri dapat diobati dengan daun dandang gendis misalnya disentri, diare, buang air besar berlendir dan radang usus. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun dandang gendis yang diduga mempunyai potensi antibakteri adalah senyawa fenolik, saponin, alkaloid, terpenoid, flavonoid dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun dandang gendis memiliki potensi antibakteri terhadap E. coli.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap E. coli dilakukan dengan metode difusi.
Hasil uji potensi antibakteri dengan metode difusi menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dandang gendis tidak memiliki potensi antibakteri.
Kata kunci : potensi antibakteri, daun dandang gendis, E. coli, metode difusi.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Dandang gendis [Clinachantus nutans (Burm.f.) Lindau] is a plant of Acanthaceae. The diseases that caused by bacteria can be cured with dandang gendis leaves for example diarrhea, dysentry, treatment.The constituent that is considered to responsible for its antibacterial potency are its fenolic compound, saponins, alkaloids, terpenoids, flavonoids and essential oil. This research aimed to to know if that extract has antibacterial potency to E. coli or not
This research is purely experimental with one way randomized completely design. The extract tested for its antibacterial potency by using diffusion method
The result of antibacterial potency testing by using diffusion method showed that ethanol extract of dandang gendis’s has noantibacterial potency. Keywords : antibacterial potency, dandang gendis leaves, E. coli , diffusion method.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.....................................................
INTISARI...................................................................................................
ABSTRACT.................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I. PENGANTAR...............................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
1. Permasalahan....................................................................................
2. Keaslian Penelitian............................................................................
3. Manfaat Penelitian.............................................................................
B. Tujuan Penelitian...................................................................................
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA........................................................
A. Dandang Gendis....................................................................................
1. Keterangan botani.............................................................................
2. Deskripsi...........................................................................................
i ii iii iv v vi ix x xi xiv xv 1 1 2 2 3 3 4 4 4 4
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Kandungan Kimia.............................................................................
4. Khasiat dan kegunaan........................................................................
B. Penyarian...............................................................................................
C. Ekstrak...................................................................................................
D. Kromatogarafi Lapis Tipis (KLT).........................................................
E Media......................................................................................................
F. Sterilisasi................................................................................................
G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri.................................................
H. Escherichia coli.....................................................................................
I. Antibakteri.............................................................................................
J. Keterangan empiris.................................................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................................
1. Variabel Penelitian...........................................................................
2. Definisi Operasional.........................................................................
C. Bahan dan Alat Penelitian.....................................................................
1. Bahan................................................................................................
2. Alat...................................................................................................
D. Tata Cara Penelitian..............................................................................
1. Identifikasi tanaman.........................................................................
2. Pengumpulan bahan, pengeringan dan pembuatan serbuk...............
3. Uji indeks buih untuk saponin..........................................................
5 5 6 8 9 10 10 11 12 13 13 14 14 14 14 14 15 15 16 16 16 17 17
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Pembuatan ekstrak etanol.................................................................
5. Identifikasi kualitatif senyawa ekstrak etanol daun dandang
gendis dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)....................
6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis
terhadap Escherichia coli dengan metode difusi............................
E. Analisis Hasil........................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................
A. Identifikasi Tanaman.............................................................................
B. Pengumpulan Bahan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk..................
C. Uji Indeks Buih Untuk Saponin.............................................................
D. Pembuatan Ekstrak Etanol....................................................................
E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Etanol Daun dandang
gendis dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)....................
F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dandang gendis
terhadap Escherichia coli dengan Metode Difusi.................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................
BIOGRAFI PENULIS.......................................................................
17 18 20 22 23 23 23 24 25 27 34 35 35 35 36 39 56
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun dandang
gendis.............................................................................. 20
Tabel II. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan saponin dengan metode KLT............ 28
Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan alkaloid dengan metode KLT............ 29
Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan senyawa fenolik dengan metode KLT... 30
Tabel V. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan terpenoid dengan metode KLT............ 32
Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode KLT............ 33
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi.......................................... 39
Lampiran 2. Foto Tanaman Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.)
Lindau]............................................................................... 40
Lampiran 3. Foto Daun Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.)
Lindau]............................................................................... 41
Lampiran 4. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Saponin
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Anisaldehid-asam sulfat 42
Lampiran 5. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid
DeteksiUV 254 nm............................................................ 43
Lampiran 6. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid
Deteksi UV 365 nm........................................................... 44
Lampiran 7. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Dragendorff................. 45
Lampiran 8. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik
Deteksi UV 254 nm........................................................... 46
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot FeCl3........................ 47
Lampiran 10. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid
Deteksi UV 254 nm........................................................ 48
Lampiran 11. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid
Deteksi UV 365 nm........................................................ 49
Lampiran 12. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Vanilin-asam sulfat... 50
Lampiran 13. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid
Deteksi UV 254 nm........................................................... 51
Lampiran 14. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid
Deteksi UV 365 nm......................................................... 52
Lampiran 15. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid
Deteksi Uap Amonia......................................................... 53
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 16. Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang
Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau]
Dengan Metode Difusi.................................................. 54
Lampiran 17 Foto Uji Indeks Buih..................................................... 55
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai kurang lebih 30.000 spesies tanaman obat dengan
1000 spesies yang sudah diketahui memiliki zat aktif dan 800 spesies sudah
menjadi ramuan dan telah menunjukkan khasiatnya sebagai obat suatu penyakit
(Siswoyo, 2004). Daun dandang gendis berkhasiat sebagai obat diare, disentri,
radang usus, buang air besar berlendir. Kandungan kimia daun dandang gendis
yaitu saponin, polifenol (Anonim, 2005 b), alkaloid, minyak atsiri, terpenoid
(Suharty, 2004), cerebrocides, monolinolenylgalactosylglycerol (Taylor and
Tuntiwachwuttikul, 2004). Senyawa fenolik, saponin dan minyak atsiri, terpenoid,
flavonoid dan alkaloid diduga mempunyai potensi antibakteri. Dalam masyarakat,
sediaan yang digunakan adalah infus dan seduhan daun dandang gendis (Anonim,
2005 c). Penyari yang digunakan pada infus dan seduhan adalah air. Air
dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak
mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah, tetapi
penggunaan air sebagai penyari juga ada kerugiannya yaitu tidak selektif, sari
dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak dan untuk pengeringan
dibutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu sediaan dalam penelitian ini dibuat
dalam bentuk ekstrak etanol daun dandang gendis. Etanol dipilih sebagai penyari
untuk mendapatkan zat aktif yang terlarut dalam pelarut polar khususnya saponin,
senyawa fenol, flavonoid. Selain itu etanol juga lebih selektif, kapang dan kuman
sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, etanol dapat
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
bercampur dengan air dalam segala perbandingan dan panas yang dibutuhkan
untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986).
Salah satu khasiat dari daun dandang gendis yaitu sebagai obat diare.
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak penderitanya, khususnya
di negara berkembang dengan insiden dan mortalitas yang tinggi. Penyebab diare
yang terbanyak karena infeksi bakteri Escherichia coli. Pengobatan diare dengan
tujuan untuk mengobati penyebabnya, misalnya memberantas bakteri dilakukan
dengan antibiotika (Anonim, 1999). Oleh karena itu dalam penelitian ini
digunakan bakteri uji E.coli.
Dalam usaha untuk mendapatkan bukti secara ilmiah tentang khasiat
daun dandang gendis terutama sebagai obat diare yang disebabkan bakteri, maka
perlu dilakukan penelitian ini.
1. Permasalahan
Permasalahan dari penelitian ini adalah :
Apakah ekstrak etanol daun dandang gendis mempunyai potensi antibakteri
terhadap E. coli dengan metode difusi?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian mengenai
potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap E. coli belum
pernah dilakukan. Penelitian yang sudah pernah dilakukan yaitu tentang isolasi
terpenoid dari daun Clinacanthus nutans (Suharty, 2004) yang juga menguji
potensi antibakteri daun dandang gendis terhadap E. coli. Pada penelitian tersebut,
ekstrak n-heksan setelah dimurnikan didapat senyawa putih amorf yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menghambat pertumbuhan E. coli. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
tersebut adalah penelitian ini menggunakan ekstrak etanol, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Suharty (2004) menggunakan ekstrak n-heksan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Memberi informasi yang berguna bagi ilmu kefarmasian dalam hal penemuan
obat baru dari bahan tumbuhan.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun dandang gendis dapat
dijadikan sebagai obat tradisional.
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah ekstrak etanol daun dandang gendis memiliki potensi
antibakteri terhadap E. coli dengan metode difusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Dandang gendis
1. Keterangan botani
Dandang gendis merupakan tumbuhan yang termasuk dalam suku
Acanthaceae dengan marga Clinacanthus dan jenis Clinacanthus nutans (Burm.f.)
Lindau (Anonim, 2006 a).
Sinonim dandang gendis : Beloperone fulgina Hassk dan Clinacanthus
burmani Ness. Nama umum/nama dagangnya gendis. Di Jawa tumbuhan ini
dikenal dengan nama gendis dan di daerah Sunda dikenal dengan nama Ki tajam
(Anonim, 2006 a). Di Thailand dikenal dengan nama Payayor atau Phaya Yo
(Anonim, 2005 a).
2. Deskripsi
Tumbuhan dandang gendis merupakan tanaman perdu tahunan dengan
tinggi lebih kurang 2,5 m. Batang berkayu, tegak, beruas, dan berwarna hijau.
Daun tunggal, berhadapan, bentuk lanset, panjang 8-12 cm, lebar 4-6 mm,
bertulang menyirip, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ketiak daun
dan di ujung batang, mahkota bunga berbentuk tabung, panjang 2-3 cm berwarna
merah muda. Buah kotak, bulat memanjang berwarna coklat. Biji kecil, berwarna
hitam. Akar tunggang, berwarna putih kotor (Anonim, 2006 a).
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Kandungan kimia
Daun dandang gendis mengandung saponin dan polifenol (Anonim,
2005 b), cerebrocides, monolinolenylgalactosylglycerol (Taylor and
Tuntiwachwuttikul, 2004), alkaloid, flavonoid dan terpenoid (Suharty, 2004),
alkaloid, saponin, flavonoid, senyawa fenol Diantini (2003). Menurut Soedibyo
(1998), daun dandang gendis mengandung alkaloid, saponin, dan minyak atsiri.
4. Khasiat dan kegunaan
Bagian dari tumbuhan ini yang berkhasiat sebagai obat adalah daun dan
bunga. Daun digunakan sebagai obat entritis atau radang usus. Daun dandang
gendis juga berkhasiat sebagai peluruh air seni (Syamsuhidayat, 1991). Di daerah
Surakarta dan Yogyakarta, daun dari tumbuhan ini didapat dalam perdagangan
obat-obatan sebagai obat terhadap buang air berlendir (Heyne, 1950). Daun
dandang gendis mempunyai sifat khas rasa pahit dan bau aromatis berkhasiat
sebagai obat disentri dan kencing manis (Anonim, 2005 c). Di Thailand
digunakan sebagai obat antiherpes (Anonim, 2005 a). Menurut Anonim (2005 b),
daun dandang gendis berkhasiat mengefektifkan fungsi kelenjar tubuh,
meningkatkan sirkulasi diuretik, anti demam dan anti diare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan
yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas
antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang
terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida,
glikosida, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan
mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan
diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
cairan penyari dan cara penyarian yang tepat (Anonim, 1986). Faktor utama untuk
pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas, kemudahan
bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, aman dan ramah lingkungan
(Sidik & Mudahan, 2000).
Cara penyarian dapat dibedakan menjadi :
1. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian (menyari simplisia dengan air pada
suhu 90oC selama 15 menit) yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Anonim, 1986).
2. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,
maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel
(Anonim,1986).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
adalah sebagai berikut : serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder,
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel
yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi daya kapiler yang
cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan maserasi karena :
(Anonim, 1986)
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang
terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran
tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut,
maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga
dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan aktif yang
keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah
dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).
4. Penyarian berkesinambungan
Prinsip kerjanya yaitu cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia
diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari
gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan
hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap
penyari mengembun karena diinginkan oleh pendingin balik. Embun turun
melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu.
Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas (Anonim, 1986).
C. Ekstrak
Ekstrak didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung campuran
komponen kimia suatu simplisia yang larut dalam pelarut yang digunakan. Cairan
pelarut dalam proses pembuatan ekstrak dipilih pelarut yang baik (optimal) dapat
melarutkan senyawa bioaktif. Kebijakan dan peraturan pemerintah membatasi
cairan apa yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Pelarut yang
diperbolehkan air, etanol serta campurannya. Metanol dihindari penggunaannya
karena sifatnya yang toksik (Sidik & Mudahan, 2000).
Etanol meskipun harganya cukup mahal, tetap dipertimbangkan sebagai
penyari karena lebih selektif; kapang, khamir dan kuman lebih sulit tumbuh dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
etanol 20% keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan;
pengeringan diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid,
glikosida, flavonoid, damar, klorofil, lemak, tanin dan saponin (Anonim,1986).
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis adalah suatu cara pemisahan yang berdasarkan
pada pembagian campuran senyawa-senyawa dalam 2 fase, fase gerak dan fase
diam. Bahan penyerap disebut juga fase diam, fase stasioner atau fase tak
bergerak sebab bahan ini memang tetap tinggal diam selama proses kromatografi,
fase diam yang hendak digunakan untuk KLT adalah silika gel, alumina, selulosa
dan lain-lain. Fase gerak adalah media angkut yang terdiri dari satu atau beberapa
pelarut (Stahl, 1985).
Pemisahan komponen-komponen yang ada dapat digunakan bermacam-
macam pelarut dari polar sampai non polar, misal : air, metanol, etanol, aseton,
etil setat, dietil eter, kloroform, atau beberapa campuran (Stahl, 1985).
Identifikasi senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi warna, tetapi lazimnya untuk
identifikasi menggunakan harga Rf dan hRf. Harga Rf dinyatakan sebagai
perbandingan antara jarak titik pusat bercak dari titik awal dengan jarak garis
depan dari titik awal. Harga Rf berkisar 0.00 dan 1.00 dan hanya dapat ditentukan
2 desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan dengan faktor 100 (hundred),
menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
E. Media
Media merupakan bahan atau subsrat yang digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, yang terdiri dari nutrisi atau
zat-zat makanan. Media biasanya mengandung semua kebutuhan untuk
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu sebagai sumber energi, sumber nitrogen,
serta ion organik esensial dan kebutuhan lain seperti vitamin dan asam amino.
Selain itu media juga harus mempunyai suhu dan pH yang sesuai untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Media sebelum dipergunakan harus dalam keadaan
steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan (Unus,
1985).
F. Sterilisasi
Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi,
harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan atau peralatan tersebut tidak
didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang akan
mengganggu atau merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses
yang sedang dikerjakan.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme yang
ada, sehingga bila ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik
yang dapat berkembangbiak (Fardiaz, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri
1. Metode difusi
Prinsip metode difusi yaitu pengukuran potensi antimikroba berdasarkan
pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan mikroba karena berdifusinya obat
dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz, Melnick, Adelberg, 1991).
Metode difusi meliputi :
a. Cara Kirby Bauwer
Kapas lidi steril dicelupkan dalam suspensi bakteri atau jamur yang
konsentrasi 108 CFU/ml, lalu ditekankan pada dinding tabung hingga kapasnya
tidak terlalu basah. Kemudian kapas lidi ditekankan pada permukaan media rata.
Pada permukaan media diletakkan kertas cakram atau disk yang mengandung
larutan antimikroba dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam (Edber,
1986).
b. Cara sumuran
Pada agar yang telah ditanami mikroba, dibuat sumuran dengan garis
tengah tertentu. Dan ke dalam sumuran diberi larutan uji dan diinkubasikan pada
37oC selama 18-24 jam (Edber, 1986).
c. Cara pour plate
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan suspensi bakteri pada
agar pada suhu 45o sampai 50oC, dicampur sampai homogen didalam petri steril
dengan teknik aseptis kemudian dibiarkan membeku dan diinkubasi (Atlas, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Metode dilusi
Prinsip metode dilusi adalah obat atau senyawa antimikroba diencerkan
sehingga diperoleh beberapa konsentrasi. Prosedur uji dilusi digunakan untuk
mencari Kadar Hambat Minimal (KHM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu
konsentrasi terendah yang dapat membunuh mikroba (Anonim, 1993). Pada dilusi
masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi mikroba dalam
media cair kemudian diamati pertumbuhan mikroba uji yang tampak berdasarkan
kekeruhan media (Jawetz dkk.,1991).
H. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek dengan
ukuran 0,5 µm x 3,0 µm gram negatif, bergerak atau tidak bergerak (Salle, 1961).
E. coli adalah bakteri yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia
sebagai flora normal. Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana
(Pelczar & Chan, 1988).
Tumbuh optimal pada suhu 37oC, membentuk koloni bulat konveks, halus
dengan pinggir nyata pada biakan. Dinding sel mengandung kompleks
lipopolisakarida sebagai endotoksin yang sering dilepaskan jika kuman
mengalami lisis. Efek pada fisiologis terjadi demam, leukopeni, hipoglikemi,
hipotensi, shock, gangguan perfusi organ-organ penting (Jawetz, Melnick,
Adelberg, 1986). Enteropathogenic E. coli menyebabkan diare, terutama pada
bayi. Enterotoxigenic E. coli menyebabkan Secretory Diarrhea seperti pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kolera. Enteroinvasive E. coli menyebabkan diare seperti disentri yang disebabkan
oleh Shigella (Karsinah, Lucky, Suharto, Mardiastuti, 1994).
I. Antibakteri
Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang
merugikan manusia. Obat ini harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, namun
relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksik selektif yang absolut belum atau
mungkin juga tidak akan diperoleh ( Sulistia, 1995).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibakteri bersifat menghambat
pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan bersifat
membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dikenal sebagai Kadar
Hambat Minimal (KHM) sedangkan kadar minimal untuk membunuh bakteri
dikenal dengan istilah Kadar Bunuh Minimal (KBM) ( Sulistia, 1995).
J. Keterangan empiris
Penyakit diare kebanyakan disebabkan oleh E. coli. Daun dandang
gendis berkhasiat untuk mengobati diare dan disentri. Kandungan kimia daun
dandang gendis yang diduga memiliki potensi antibakteri adalah senyawa fenolik,
saponin, minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, terpenoid.
Penelitian ini bersifat eksploratif, ekstrak etanol daun dandang gendis
diperkirakan memiliki potensi antibakteri terhadap E. coli dengan melakukan
pengujian potensi antibakteri menggunakan metode difusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas : ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% b/v.
b. Variabel tergantung : diameter zona hambat.
c. Variabel pengacau terkendali : media pertumbuhan mikroba uji (Nutrien
Agar), waktu inkubasi 24 jam, suhu inkubasi 37oC, kepadatan suspensi bakteri
uji setara dengan larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml), umur tanaman
± 2 tahun, tempat tumbuh tanaman dandang gendis (Laboratorium Kebun
Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma), suhu pengeringan daun
dandang gendis dengan oven suhu ± 45oC.
2. Definisi operasional
a. Potensi antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk menghambat atau membunuh bakteri uji E. coli.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Ekstrak etanol daun dandang gendis adalah ekstrak yang diperoleh dengan
cara mengekstraksi daun dandang gendis dengan perkolasi menggunakan
larutan penyari etanol 70%.
c. Metode difusi merupakan metode difusi dengan cara sumuran yaitu pada agar
yang telah ditanami bakteri, dibuat sumuran. Ke dalam sumuran diberi larutan
uji dan diinkubasi pada 37ºC,18-24 jam.
d. Zona hambat adalah zona jernih yang tidak dijumpai pertumbuhan bakteri uji
E. coli dan zona yang masih terdapat bakteri uji E. coli dalam jumlah yang
sedikit.
e. Daun dandang gendis diambil dari tanaman dandang gendis berumur 2 tahun
yang diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
f. Kultur murni E. coli dari Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
a. Daun dandang gendis diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Kultur murni bakteri E. coli (ATCC 35218) diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
c. Medium Nutrien Agar (NA), larutan Mc Farland II (6.108 CFU/ml), paper
disk, ampisilin (Indo Farma), DMSO, aquadest steril, Silica Gel GF 254 (E.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Merck), kloroform, metanol, butanol, asam asetat glasial, etil asetat, toluen,
p.a (Merck), pereaksi semprot Anisaldehid-asam sulfat, pereaksi semprot
vanilin-asam sulfat, pereaksi semprot FeCl3, pereaksi semprot Dragendorff,
uap amoniak, ekstrak etanol buah Lerak (Sapindi rarak Fructus), ekstrak
etanol Liquiritiae Radix, timol p.a (Merck), rutin p.a (Merck), skopolamin p.a
(Merck).
2. Alat
Perkolator, corong pisah (Pyrex), Beaker glass, cawan petri, tabung reaksi,
Erlenmeyer, flakon, pipet volume (Pyrex), jarum ose, sumuran no. 3, spreader,
Mikropipet (Ependrof-Netler-Hinz), Plastic wrap, incubator (Memmert, type BE
40, GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FRG, Germany), autoklaf (Model KT-40,
ALP co, Lt, Hamurashi Tokyo, Japan), plat KLT, anisaldehid asam sulfat, lampu
UV, neraca analitik (Mettler PC 2000), Microbiologycal Safety Cabinet (MSC),
penyerbuk (Retsch bv), oven (Memmert, Germany), Rotary evaporator (Janke &
Kunkel, Ika-labotechnik, RVO5-ST).
D. Tata Cara Penelitian
1. Identifikasi tanaman
Identifikasi tanaman dandang gendis dilakukan secara makroskopis
dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan yang dimiliki tanaman dandang
gendis menggunakan pustaka Anonim (2006 a) dan mencocokkan tanaman
dandang gendis dengan gambar tanaman dandang gendis yang tertera pada
Anonim (2006 b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Pengumpulan bahan, pengeringan dan pembuatan serbuk
Daun dandang gendis didapat dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada saat panen diambil daun yang telah
tua dan dipilih daun yang telah membuka sempurna dan terletak dibagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Daun dandang gendis yang
telah dikumpulkan dicuci bersih, kemudian diletakkan pada nampan dan diangin-
anginkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 45οC sampai kering dengan ciri
daun mudah dipatahkan menggunakan tangan, setelah itu daun diserbuk dan
diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 12/50.
3. Uji indeks buih untuk saponin
Sebanyak 0,5 g serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuk buih mantap
selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan
1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (Anonim, 1995).
4. Pembuatan ekstrak etanol
Sebanyak 100 g serbuk kering daun dandang gendis dibasahi dengan
etanol 70 % 1 cm diatas permukaan serbuk selama 24 jam, kemudian dimasukkan
ke dalam perkolator sambil dipadatkan dengan batang pengaduk. Pada bagian
ujung perkolator disumbat dengan kapas dan kertas saring. Diatas perkolator
dipasang corong pisah untuk cairan penyari. Kran perkolator dibuka sampai cairan
menetes dengan kecepatan 1 ml/menit. Cairan penyari ditambah berulang-ulang
sampai larutan dalam perkolator hampir tak berwarna, penyarian dihentikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan vacum rotary evaporator.
Hasil yang diperoleh ditimbang dan disimpan pada botol gelas dalam eksikator.
5. Identifikasi kualitatif senyawa ekstrak etanol daun dandang gendis dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT)
a. Uji KLT saponin
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Fase gerak yang
digunakan adalah kloroform, metanol (95 : 5) yaitu fase gerak yang digunakan
untuk mengidentifikasi saponin. Ekstrak etanol daun dandang gendis dan
pembanding yaitu ekstrak buah lerak ditotolkan pada lempeng KLT menggunakan
pipa kapiler berukuran 5µl dengan konsentrasi 10 %. Langkah selanjutnya adalah
pengelusian lempeng dengan jarak rambat 10 cm. Setelah elusi selesai, bercak
dideteksi dengan pereaksi anisaldehid - asam sulfat dan diamati secara visibel.
Bercak berwarna violet - biru setelah disemprot anisaldehid - asam sulfat
menujukkan adanya senyawa saponin. Harga Rf bercak pembanding juga
dibandingkan dengan Rf pembanding, apabila memiliki harga yang hampir serupa
maka bahan uji mengandung senyawa saponin.
b. Uji KLT alkaloid
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak yang
digunakan adalah etil asetat, metanol, air (70:20:10). Sebagai pembanding
digunakan skopolamin. Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-sama pada
lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi
dibawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm, kemudian dideteksi dengan pereaksi
semprot Dragendorff. Pada umumnya alkaloid di bawah sinar UV 254 nm akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tampak pemadaman bercak. Beberapa alkaloid pada sinar UV 365 nm akan
berfluoresensi biru atau kuning. Dengan pereaksi semprot Dragendorff, alkaloid
akan tampak coklat atau orange. Harga Rf pembanding juga dibandingkan dengan
harga Rf sampel.
c. Uji KLT senyawa fenolik
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak yang
digunakan adalah toluen, etil asetat, metanol (70:20:10). Pembanding yang
digunakan yaitu timol. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT,
kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm) dan dikeringkan. Deteksi dilakukan
dibawah sinar UV 254 nm dan pereaksi semprot FeCl3. Terjadi pemadaman
bercak pada sinar UV 254 nm. Deteksi dengan pereaksi semprot FeCl3 akan
memberikan warna merah hitam, merah coklat, biru, merah muda dampai hijau
kebiruan bila mengandung senyawa fenolik. Harga Rf pembanding dibandingkan
dengan harga Rf sampel.
d. Uji KLT terpenoid
Fase diam yang digunakan silika gel GF 254 dan fase gerak yang
digunakan yaitu toluen, etil asetat (93:7). Pembanding yang digunakan yaitu
ekstrak etanol Liquiritae Radix. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng
KLT kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan
sinar UV 254 nm, sinar UV 365 nm dan dengan pereaksi semprot vanilin-asam
sulfat dan dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit. Pada sinar UV 254 nm
akan terjadi pemadaman, pada sinar UV 365 nm kebanyakan terpenoid
menampakkan fluoresensi yang tidak spesifik. Pada pengamatan secara visibel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
setelah disemprot dengan pereaksi vanilin-asam sulfat (dipanaskan pada suhu
100oC selama 10 menit) akan tampak warna merah-ungu, coklat-merah, biru-hijau
biru dan biru-abu-abu Harga Rf bercak pembanding dibandingkan dengan harga
Rf bercak sampel.
e. Uji KLT flavonoid
Fase diam yang digunakan yaitu selulosa dan fase gerak yang digunakan
adalah butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5). Pembanding yang digunakan
adalah rutin. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT kemudian
dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan UV 254 nm, bila
mengandung flavonoid akan berwarna hijau kekuningan, deteksi juga dilakukan
pada UV 365 nm yang apabila mengandung flavonoid akan menghasilkan warna
lembayung tua (ungu tua). Deteksi dengan uap amonia akan menghasilkan warna
kuning apabila mengandung flavonoid. Kemudian harga Rf pembanding
dibandingkan dengan harga Rf sampel.
6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap
Escherichia coli dengan metode difusi
a. Pembuatan konsentrasi larutan uji
Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun dandang gendis
Konsentrasi ekstrak etanol (%)
Berat ekstrak etanol (g)
Volume DMSO (ml)
20 0.20 1 40 0,40 1 60 0,60 1 80 0,80 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sebagai kontrol negatif digunakan DMSO dan kontrol positif ampicilin
(125mg/5ml)
b. Pembuatan suspensi bakteri uji E. coli
Beberapa ose biakan murni bakteri uji diinokulasikan pada 10 ml aquadest
steril, dihomogenkan dengan vortex, kemudian disesuaikan kekeruhannya dengan
larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml). Suspensi bakteri yang diperoleh
telah siap diinokulasikan ke dalam media nutrien agar yang steril.
c. Pembiakan suspensi E. coli secara pour platting
Suspensi bakteri uji sebanyak 1 ml diinokulasikan ke dalam 25 ml nutrien
agar dalam Erlenmeyer steril lalu digoyang agar homogen. Media yang telah
berisi bakteri kemudian dituang dalam petri steril lalu digoyang kembali supaya
homogen.
d. Pengujian potensi antibakteri
Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis
dilakukan dengan metode difusi secara sumuran. Ke dalam media padat yang
telah berisi bakteri dibuat sumuran berdiameter 6 mm. Setelah itu, ditetesi dengan
seri konsentrasi senyawa uji sebanyak 20 µl, sebagai kontrol positif digunakan
ampicilin dan kontrol negatif digunakan DMSO masing-masing sebanyak 20 µl,
lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Diukur diameter zona hambatnya
dengan menggunakan penggaris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
E. Analisis Hasil
Analisis hasil dilakukan secara deskriptif. Potensi antibakteri ekstrak etanol daun
dandang gendis ditunjukkan dengan adanya zona hambat disekitar sumuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Tanaman
Daun dandang gendis diambil dari kebun obat Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta diidentifikasi secara makroskopis di
Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta menurut acuan Anonim (2006 a) dan Anonim (2006 b). Dari hasil
identifikasi yang dilakukan berdasarkan kedua acuan tersebut, tanaman dandang
gendis yang digunakan dalam penelitian ini diketahui memiliki nama ilmiah
Clinacanthus nutans (Burm. F.) Lindau (lampiran 1).
B. Pengumpulan Bahan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk
Daun dandang gendis diambil dari tanaman dandang gendis diperoleh
dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta yang berumur sekitar 2 tahun. Pada saat panen diambil daun yang
telah tua dan dipilih daun yang telah membuka sempurna dan terletak dibagian
cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna hal ini dimaksudkan
agar kandungan senyawa aktif dari daun dandang gendis dalam jumlah yang
terbesar. Daun dandang gendis yang telah dikumpulkan dicuci bersih. Pencucian
dilakukan dengan air mengalir untuk menghilangkan pengotor yang melekat pada
daun dandang gendis. Setelah bersih, daun diletakkan pada nampan dan diangin-
anginkan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45οC karena dengan oven
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
suhu, kelembaban dan aliran udaranya dapat diatur. Pengeringan dilakukan
sampai keadaan daun mudah dipatahkan menggunakan tangan. Pengeringan
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan bahan tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik maka penurunan mutu atau perusakan simplisia
dapat dicegah. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan mikroorganisme lainnya. Enzim
tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah
sel mati dan selama kadar air simplisia lebih dari 10 %.
Daun yang sudah kering kemudian diserbuk. Penyerbukan dilakukan
untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan yang kontak dengan
pelarut semakin besar, dengan demikian dalam proses penyarian kandungan zat
aktif yang terlarut lebih banyak. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan
penyerbuk (Retsch bv) dan diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh
12/50. Tujuan dari pengayakan untuk memperoleh derajat kehalusan serbuk yang
optimal sehingga proses penyarian dapat berlangsung dengan baik.
C. Uji Indeks Buih Untuk Saponin
Pada uji indeks buih diperoleh buih yang mantap dengan tinggi buih 1,8
cm setelah dibiarkan selama 10 menit dan buih tidak hilang pada penambahan 1
tetes asam klorida 2 N. Hal tersebut menunjukkan bahwa daun dandang gendis
mengandung saponin. Hasil uji indeks buih yang diperoleh tersebut sudah sesuai
dengan Anonim (1995). Terbentuknya buih disebabkan oleh sifat saponin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dapat menurunkan tegangan permukaan air. Seperti sabun, saponin mempunyai
molekul besar yang mengandung gugus lipofilik (hidrofobik) dan hidrofilik.
Dengan adanya air, gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus
lipofil akan menjauhi air. Hal ini mengakibatkan penurunan tegangan permukaan
air yang dapat menimbulkan buih.
D. Pembuatan Ekstrak Etanol
Ekstraksi daun dandang gendis dilakukan dengan perkolasi. Perkolasi
adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk yang telah dibasahi. Sebelum dilakukan perkolasi serbuk perlu dibasahi
terlebih dahulu agar penyarian dapat berjalan dengan baik, maka udara yang
terdapat dalam pori-pori harus dihilangkan dan diganti dengan cairan penyari.
Selain itu pembasahan serbuk juga dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam
simplisia sehingga seluruh sel serbuk mengembang dan cairan penyari dapat
menembus sel dengan sempurna. Prinsip perkolasi yaitu serbuk ditempatkan
dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel – sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Keuntungan metode perkolasi adalah aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
Selain itu, ruangan diantara butir – butir serbuk membentuk saluran tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan
pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan
perbedaan konsentrasi. Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya
dorong untuk melanjutkan pemindahan massa maka penyarian akan semakin
cepat.
Penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk yang bersentuhan
dengan cairan penyari semakin luas, sehingga semakin halus serbuk semakin baik
penyariannya. Derajat halus serbuk daun dandang gendis mengikuti derajat halus
serbuk simplisia yaitu 4/18. Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor
pengayak artinya menunjukkan jumlah lubang tiap cm dihitung searah dengan
panjang kawat.
Pada penelitian ini digunakan pengayak dengan no mesh yang artinya
menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm. Ayakan yang seharunya digunakan
adalah pengayak 10/45 yaitu hasil konversi 4/18 dikalikan 2,54 cm, tetapi karena
keterbatasan alat maka digunakan pengayak dengan nomor mesh 12/50. Serbuk
hasil pengayakan menggunakan pengayak no mesh 12/50 lebih halus
dibandingkan jika menggunakan pengayak 10/45. Serbuk yang terlalu halus dapat
mengganggu jalannya penyarian karena dapat menyebabkan penyumbatan
sehingga cairan penyari tidak dapat turun melalui serbuk disebabkan ruang antar
sel berkurang. Selain itu serbuk yang terlalu halus juga dapat melalui penyaring
sehingga tercampur ke dalam ekstrak membentuk suspensi yang sulit dipisahkan
menyebabkan ekstrak menjadi tidak murni tetapi tercampur dengan partikel-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
partikel halus tadi. Penyarian serbuk daun dandang gendis berjalan dengan lancar
dan kesulitan tersebut diatas tidak terjadi.
E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis
Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
a. Uji KLT saponin
Identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis dilakukan
dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis dengan KLT
mempunyai beberapa keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan singkat, dapat
memberikan pemisahan yang baik, penanganannya sederhana, cuplikan dan
pelarut yang digunakan sedikit. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF
254 sedangkan fase gerak yang digunakan adalah kloroform, metanol (95 : 5)
yaitu fase gerak yang digunakan untuk mengidentifikasi saponin. Ekstrak etanol
daun dandang gendis dan pembanding yaitu ekstrak etanol buah lerak ditotolkan
pada lempeng KLT menggunakan pipa kapiler berukuran 5µl dengan konsentrasi
10 %. Setelah penotolan, lempeng KLT kemudian dielusi dalam bejana yang
jenuh akan uap dari fase gerak. Tujuan penjenuhan bejana adalah agar perambatan
dapat berlangsung optimal. Pengembangan dilakukan sampai pada jarak rambat
10 cm, setelah itu lempeng diangkat dan diangin-anginkan.
Pengamatan dilakukan dengan pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat
(tabel II). Pada lempeng kromatografi yang disemprot dengan pereaksi
anisaldehid asam sulfat kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 110οC
selama 5-10 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tabel II. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan saponin dengan metode KLT
Deteksi Anisaldehid asam sulfat
Bercak
No
Rf Warna 1 0,10 Ungu Kehitaman 2 0,15 Coklat 3 0,20 Ungu 4 0,26 Hijau 5 0,45 Ungu Kehitaman 6 0,64 Kuning Kecoklatan 7 0,75 Merah Kecoklatan
Sampel
8 0,80 Hijau 1 0,10 Hitam 2 0,20 Hitam 3 0,45 Ungu Kehitaman
Pembanding
4 0,60 Kuning Kehitaman
Adanya saponin ditunjukkan dengan menggunakan pereaksi anisaldehid
asam sulfat. Setelah disemprot anisaldehid-asam sulfat maka bercak akan
berwarna biru sampai biru violet dan beberapa waktu akan menjadi kuning.
Berdasarkan hasil uji KLT yang dilakukan setelah disemprot anisaldehid asam
sulfat muncul bercak ungu kehitaman pada sampel uji maupun pembanding
dengan harga Rf 0,45. Hasil tersebut menunjukkan adanya saponin dalam daun
dandang gendis (Lampiran 4).
b. Uji KLT alkaloid
Pada deteksi senyawa alkaloid digunakan fase diam silika gel GF 254
yang bersifat polar dan fase gerak etil asetat, metanol, air, (70:20:10) yang
bersifat nonpolar, sedangkan alkaloid bersifat nonpolar. Deteksi di bawah sinar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
UV 254 nm menunjukkan adanya pemadaman bercak pada sampel maupun pada
pembanding. Pada UV 365 nm terjadi fluoresensi kuning pada sampel tetapi tidak
pada pembanding. Menurut Wagner, Bladt, and Zgainski (1984) dengan pereaksi
semprot Dragendorff, alkaloid akan memberikan warna bercak coklat atau orange.
Setelah disemprot dengan pereaksi Dragendorff pada uji KLT ini diperoleh warna
bercak orange kemerahan pada sampel dan pembanding dengan harga Rf sampel
0,10 dan harga Rf pembanding 0,53. Dari hasil uji kualitatif dengan KLT diduga
mengandung alkaloid (Lampiran 5, lampiran 6, lampiran 7).
Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan alkaloid dengan metode KLT
Deteksi UV 254 UV 365 Dragendorff
Bercak No
Rf Warna bercak
Rf Warna bercak
Rf Warna bercak
1 0,10 Meredam
0,10 Fluoresen si kuning
0,10 Orange keme rahan
Sampel
2 0,90 Hijau 0,90 Ungu tua 0,90 Kuning
Pembanding Skopolamin
0,53 Meredam - - 0,53 Orange keme rahan
c. Uji KLT senyawa fenolik
Pada uji kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan
senyawa fenolik, dilakukan deteksi pada sinar UV 254 nm dan dengan pereaksi
semprot FeCl3. Pada sinar UV254 nm terjadi pemadaman bercak baik pada
sampel maupun pembanding dengan harga Rf yang sama yaitu 0,80. Senyawa
fenolik dapat dideteksi dengan pereaksi semprot FeCl3. Setelah disemprot dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
FeCl3 senyawa fenolik akan memberikan warna merah hitam, merah coklat, biru,
merah muda sampai hijau kebiruan. Dari uji yang dilakukan setelah disemprot
FeCl3 baik sampel maupun pembanding diperoleh warna bercak kecoklatan
dengan harga Rf 0,80 (Lampiran 8, lampiran 9). Dari hasil yang diperoleh sampel
yang diuji kemungkinan mengandung senyawa fenolik.
Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan senyawa fenolik dengan metode KLT
Deteksi UV 254 FeCl3
Bercak No
Rf Warna bercak Rf Warna bercak
1 0,10 Meredam - - 2 0,24 Hijau 0,24 Ungu
kehitaman 3 0,52 Hijau 0,52 Coklat
Sampel
4 0,78 Meredam 0,78 Merah kecoklatan
Pembanding Timol
0,80 Meredam 0,80 Merah kecoklatan
d. Uji KLT terpenoid
Pada uji kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan
terpenoid, dilakukan deteksi pada sinar UV 254 nm,UV 365 nm dan dengan
pereaksi semprot Vanilin-asam sulfat. Pada sinar UV 254 nm tampak terjadi
pemadaman bercak untuk bercak nomor 1, 2 dan 3 pada sampel dengan harga Rf
0,15 untuk bercak nomor 1, 0,34 untuk bercak nomor 2 dan 0,72 untuk bercak
nomor 3 sedangkan untuk pembanding terjadi pemadaman bercak untuk semua
bercak. Pada sinar UV 365 nm terdapat 3 bercak pada sampel yaitu bercak nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1 dengan harga Rf 0,15 dan warna bercak merah, bercak nomor 2 dengan harga
Rf 0,34 dan warna bercak ungu, bercak nomor 3 dengan harga Rf 0,72 dan warna
bercak ungu. Sedangkan untuk pembanding terdapat 8 bercak dan semua bercak
berfluoresensi.
Setelah disemprot dengan vanilin-asam sulfat dan dipanaskan pada suhu
100oC selama 10 menit, pada sampel terdapat 5 bercak yaitu bercak nomor 1
dengan harga Rf 0,15 dengan warna bercak abu-abu, bercak nomor 2 dengan
harga Rf 0,34 dengan warna bercak abu-abu, bercak nomor 3 dengan harga Rf
0,40 dengan warna bercak abu-abu kecoklatan, bercak nomor 4 dengan harga Rf
0,60 dengan warna bercak biru-abu-abu dan bercak nomor 5 dengan harga Rf 0,73
dengan warna bercak abu-abu kecoklatan. Pada pembanding terdapat 8 bercak
yaitu bercak nomor 1 dengan harga Rf 0,18 dengan warna bercak merah
kehitaman, bercak nomor 2 dengan harga Rf 0,34 dengan warna bercak merah,
bercak nomor 3 dengan harga Rf 0,42 dengan warna bercak merah, bercak nomor
4 dengan harga Rf 0,52 dengan warna bercak ungu, bercak nomor 5 dengan harga
Rf 0,62 dengan warna bercak biru abu-abu bercak nomor 6 dengan harga Rf 0,73
dengan warna bercak merah, bercak nomor 7 dengan harga Rf 0,85 dengan warna
bercak orange, bercak nomor 8 dengan harga Rf 0,95 dengan warna bercak
merah.
Dari hasil uji KLT untuk pemeriksaan terpenoid diduga ekstrak etanol
daun dandang gendis mengandung terpenoid, dapat dilihat setelah disemprot
vanilin-asam sulfat, pada bercak nomor 5 untuk pembanding dan bercak nomor 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
untuk sampel yang memiliki warna bercak yang sama dan harga Rf yang hampir
sama.
Tabel V. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan terpenoid dengan metode KLT Deteksi
UV 254 UV 365 Vanilin-asam sulfat
Bercak No
Rf Warna bercak
Rf Warna bercak
Rf Warna bercak
1 0,15 Meredam 0,15 Merah 0,15 Abu-abu 2 0,34 Meredam 0,34 Ungu 0,34 Abu-abu
3 0,72 Meredam 0,72 Ungu 0,40 Abu-abu kecoklatan
4 - - - - 0,60 Biru-abu-abu
Sampel
5 - - - - 0,73 Abu-abu kecoklatan
1 - Meredam 0,18 Berfluore sensi
0,18 Merah kehitaman
2 - Meredam 0,34 Berfluore sensi
0,34 Merah
3 - Meredam 0,42 Berfluore sensi
0,42 Merah
4 - Meredam 0,52 Berfluore sensi
0,52 Ungu
5 - Meredam 0,62 Berfluore sensi
0,62 Biru-abu-abu
6 - Meredam 0,73 Berfluore sensi
0,73 Merah
7 - Meredam 0,85 Berfluore sensi
0,85 Orange
Pembanding Liquritae
Radix
8 - Meredam 0,95 Berfluore sensi
0,95 Merah
e. Uji KLT flavonoid
Pada pemeriksaan flavonoid dilakukan deteksi pada UV 254 nm, UV 365
nm dan dengan uap amoniak. Pada sinar UV 254 nm diperoleh warna bercak hijau
kekuningan baik pada sampel maupun pembanding dengan harga Rf sampel 0,95
dan harga Rf pembanding 0,68. Pada sinar UV 365 nm, pada sampel terdapat 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
bercak yaitu bercak nomor 1 dengan harga Rf 0,37 dengan bercak berfluoresensi,
bercak nomor 2 dengan harga Rf 0,60 dengan bercak berfluoresensi, bercak
nomor 3 dengan harga Rf 0,74 dengan bercak berfluoresensi dan bercak nomor 4
dengan harga Rf 0,95 dengan warna bercak lembayung tua (ungu tua). Setelah
diuapi amoniak, bercak pembanding maupun sampel berwarna kuning dengan
harga Rf pembanding 0,68 dan harga Rf sampel 0,95. Berdasarkan hasil yang
diperoleh sampel diduga mengandung flavonoid.
Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis
untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode KLT
Deteksi UV 254 UV 365 Uap amoniak
Bercak No
Rf Warna bercak
Rf Warna bercak
Rf Warna bercak
1 - - 0,37 Berfluore sensi
- -
2 - - 0,60 Berfluore sensi
- -
3 - - 0,74 Berfluore sensi
- -
Sampel
4 0,95 Hijau kekuningan
0,95 Ungu tua 0,95 Kuning
Pembanding Rutin
0,68 Hijau kekuningan
0,68 Ungu tua 0,68 Kuning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
E. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Terhadap
Escherichia coli dengan Metode Difusi
Pengujian potensi antibakteri dilakukan secara difusi menggunakan
metode sumuran. Prinsip metode difusi yaitu senyawa uji ditempatkan dalam
media padat yang telah diinokulasi bakteri uji. Senyawa uji akan berdifusi ke
dalam media dan menghambat pertumbuhan bakteri uji. Sumuran yang dibuat
berdiameter 6 mm, konsentrasi ekstrak etanol yang digunakan 20%, 40%, 60%,
80% b/v dengan pelarut DMSO. Kontrol negatif yang digunakan yaitu DMSO dan
kontrol positif ampisilin (125 mg/5 ml).
Pada pengujian potensi ini, ekstrak dilarutkan dengan DMSO karena
DMSO merupakan surfaktan yang dapat melarutkan ekstrak supaya senyawa
dalam ekstrak dapat berdifusi ke dalam media agar. Ampisilin dipilih sebagai
kontrol positif karena ampisilin merupakan antibiotik yang diketahui dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Volume ekstrak, kontrol positif dan kontrol negatif yang dimasukkan ke
dalam sumuran adalah 20 µl. Setelah diinkubasi selama 24 jam, hasil yang
diperoleh kontrol negatif tidak menunjukkan zona hambat, kontrol positif
menunjukkan adanya zona jernih disekitar sumuran dengan diameter yang sama
disetiap replikasi yaitu 2,6 cm sedangkan semua variasi konsentrasi ekstrak tidak
menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini berarti tidak menunjukkan adanya
penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji yaitu E. coli. Dalam penelitian
ini ekstrak tersebut tidak menunjukkan potensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ekstrak etanol daun dandang gendis tidak mempunyai potensi antibakteri
terhadap E. coli dengan metode difusi.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian menggunakan bakteri yang berbeda misalnya S.
aureus dan S. dysenteriae.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 6-7, 16-17, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1993, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 27-29, 115-116, Bagian
Mikrobiologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, 210-215, 336, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta. Anonim, 1999, Diare Jangan Diremehkan , http://www.indomedia.com/intisari/
1999/oktober/diare.htm. Diakses pada 24 Juni 2005. Anonim, 2005 a, Clinacanthus, http;//www.mut.ac.th/~b3311047/a5.html.
Diakses pada 24 Juni 2005. Anonim, 2005 b, Ki Tajam (Clinacanthus nutans Lindau),
http://www.mahkotadewa.com/INFO-TO/Ki-Tajam.htm. Diakses pada 24 Juni 2005.
Anonim, 2005 c, Dandang Gendis, http://idionline.org/_05_infodk_obattrad4.htm.
Diakses pada 24 Juni 2005. Anonim, 2006 a, Tanaman Obat, http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg-tanaman-
obat/depkes/buku1/1-077.pdf. Diakses pada tanggal 14 Februari 2006. Anonim, 2006 b, Clinacanthus-nutans, http://toptropicals. com/ catalog/ vid/
clinacanthus-nutans.htm. Diakses pada tanggal 14 Februari 2006 Atlas, M., R., Principles of Microbiology, second edition, 68-69, Wm. C. Brown
Publisher, USA. Diantini, W, N, 2003, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis
[Clinacanthus Nutans (Burm. f.) Lindau] pada Artemia salina Leach, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata drama, Yogyakarta.
Edber, S.,C., 1986, Antibiotik dan Infeksi, 15-20, Penerbit EGC, Jakarta. Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, edisi I,131-133, Penerbit Gramedia
Pustaka, Jakarta. Heyne, K., 1950, De Nuttige Planten van Indonesie, Jilid I, diterjemahkan oleh
Badan Litbang Kehutanan, 17, 59, Penerbit Yayasan Sarana Wanajaya, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Jawetz, Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 1986, Review of Medical Microbiology, Edisi 16,194-195, 214, diterjemahkan oleh Tonang H., Penerbit EGC, Jakarta.
Jawetz, Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 1991, Medical Microbiology, 154,155,
Appleton and Lange California. Karsinah, M, Lucky H., Suharto dan W, Mardiastuti H., 1994, Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, 163-164, Binarupa Aksara, Jakarta. Killeen, G.F, et al.,1998,http://www.asas.org/JAS/symposia/proceedings/0909.pdf
Antimicrobial saponins of Yucca schidigera and the implication of their in vitro properties for their in vivo impact, 3178-3186, J. Agric. Food Chem. Diakses pada 2 Desember 2006.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S., 1988, Elements of Microbiology, 873, 949 diterjemahkan oleh Ratna Sri Hadioetomo, UI Press, Jakarta.
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan, 71-78, 156-158, ITB Press,
Bandung. Salle, A.J., 1961, Fundamental Principles of Bacteriology, 5th Ed, 719, 738,
McGraw Hill Book Company Inc, New York. Sidik dan Mudahan, H., 2000, Prosiding Seminar Perhipba Pemanfaatan Bahan
Obat Alami III, 12-14, Penerbit Fakultas Farmasi UNTAG 1945, Jakarta. Siswoyo, 2004, Tumbuhan Berkhasiat Obat dengan Penyakit dan Gejalanya,11-
12, Absolut, Yogyakarta. Soedibyo, B.R.A.M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan,
Cetakan I ,31, 121, Balai Pustaka, Jakarta. Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy, 4, 6, 13, 17, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro, ITB, Bandung. Suharty, S., N., 2004, IsolasiTerpenoid Dari Daun Clinacanthus nutans, 1, 2,
http://digilib.itb.ac.id/print.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-negsrisuh-1734. Diakses pada 30 Januari 2007.
Sulistia, G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, 571-
583, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Syamsuhidayat, S.S. dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat
Indonesia, Jilid I, 154,, Balitbang Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Taylor, C.W and Tuntiwachwuttikul, P, 2004, Constituens of a Thai medicinal plant : Clinacanthus nutans Lindau, www.Ars-grin.Gov/duke. Diakses pada 17 Januari 2007.
Unus, S., 1985, Pengantar Mikrobiologi Umum, cetakan I, 61-65, PT Angkasa,
Bandung. Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, M., E., 1984, Plant Drug Analysis : A Thin
Layer Chromatography Atlas translated by Th A Scott, 54, 74, 94, 108, 146-147, 164-165, 196-197, 208, 225-228, Springer-Verlag, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 2. Foto Tanaman Dandang Gendis [Clinacanthus nutans (Burm.f.)
Lindau]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 3. Foto Daun Dandang Gendis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Lampiran 4. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan saponin deteksi dengan
pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, metanol (95:5)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat
A : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
B : ekstrak etanol bual lerak (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 5. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid deteksi UV 254
nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : etil asetat, metanol, air (70:20:10)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
S : skopolamin (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 6. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid deteksi UV 365
nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : etil asetat, metanol, air (70:20:10)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 365 nm
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
S : skopolamin (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lampiran 7. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid deteksi dengan
pereaksi semprot dragendorff
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : etil asetat, metanol, air (70:20:10)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : dragendorff
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
S : skopolamin (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lampiran 8. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan senyawa fenolik deteksi
UV 254 nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : toluen, etil asetat, metanol (70:20:10)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
T : timol (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 9. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan senyawa fenolik deteksi
dengan pereaksi semprot FeCl3
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : toluen, etil asetat, metanol (70:20:10)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : FeCl3
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
T : timol (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lampiran 10. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid deteksi UV 254
nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, etil asetat (93:7)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
L : Liquiritiae Radix (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 11. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid deteksi UV 365
nm
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, etil asetat (93:7)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 365 nm
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
L : Liquiritiae Radix (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 12. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid deteksi dengan
pereaksi semprot vanilin-asam sulfat
Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : kloroform, etil asetat (93:7)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : Vanilin-asam sulfat
E : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
L : Liquiritiae Radix (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Lampiran 13. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid deteksi UV 254
nm
Keterangan : Fase diam : selulosa
Fase gerak : butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 254 nm
A : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
B : rutin (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 14. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid deteksi UV 365
nm
Keterangan : Fase diam : selulosa
Fase gerak : butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : UV 365 nm
A : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
B : rutin (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 15. Foto hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak etanol daun
dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid deteksi dengan
pereaksi uap amoniak
Keterangan : Fase diam : selulosa
Fase gerak : butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5)
Jarak rambat : 10 cm
Deteksi : uap amoniak
A : ekstrak etanol daun dandang gendis (sampel)
B : rutin (pembanding)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 16. Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang
Gendis [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] Terhadap
Escherichia coli Metode Difusi
Keterangan :
A = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 20%
B = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 40%
C = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 60%
D = Ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 80%
E = Kontrol negatif DMSO
F = Kontrol positif Ampisilin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 17. Foto uji indeks buih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI