110
DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN NATRIUM NITRIT SEBAGAI ANTIDOT KERACUNAN SIANIDA AKUT PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Libertus Tintus H NIM : 04 8114 122 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

  • Upload
    vuthu

  • View
    251

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN NATRIUM NITRIT SEBAGAI ANTIDOT KERACUNAN SIANIDA AKUT PADA

MENCIT JANTAN GALUR SWISS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Libertus Tintus H

NIM : 04 8114 122

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

Page 2: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

ii

DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN NATRIUM NITRIT SEBAGAI ANTIDOT KERACUNAN SIANIDA AKUT

PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Libertus Tintus H

NIM : 04 8114 122

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

Page 3: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

iii

Page 4: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

iv

Page 5: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

v

Dedicated to :

My First Goal -Jesus Christ-,

Papa, Mama, Donny, Luci, Christina,

Almamaterku,

And everyone’s who know’s Me

Ketika berat untuk menapakkan satu langkah,

Beranilah kawan...

Ketika letih melihat kenyataan,

Hadapilah teman!!

Ketika engkau tahu bahwa engkau sendirian..

Ingatlah Dia yang lebih dahulu meninggalkanmu

Sebab tapak kaki terlalu indah untuk diukirkan

Dan kenyataan terlalu riang untuk dimaknai

Untuk apa meninggalkan jejak?

Jika kelak jejakmu hanya akan tersapu

Untuk apa menjalani yang indah?

Jika itu hanya mimpi yang semu. . .

Page 6: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Libertus Tintus H

NIM : 048114122

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN NATRIUM NITRIT SEBAGAI ANTIDOT KERACUNAN SIANIDA AKUT PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 22 Juli 2008

Yang menyatakan,

Libertus Tintus H.

Page 7: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

vii

PRAKATA

Tiba saatnya bagi penulis untuk memanjatkan puji dan syukur kepada

Bapa di surga dan Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat, rahmat dan

penyertaan-Nya membuat penulis mampu untuk menyelesaikan skripsinya yang

berjudul “Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat Dan Natrium Nitrit Sebagai

Antidot Keracunan Sianida Akut Pada Mencit Jantan Galur Swiss”.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.), Program Studi

Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta. Sekaligus untuk

menambah kasanah pengetahuan dalam dunia kesehatan pada umumnya, dan

dunia kefarmasian pada khususnya.

Rasa terimakasihpun pantas penulis haturkan kepada pihak-pihak yang

telah mendukung terwujudnya skripsi ini. Dukungan baik secara langsung

maupun tak langsung yang mereka berikan akan sangat bermanfaat bagi penulis.

Adapun ucapan terimakasih yang tulus hendak penulis haturkan kepada :

1. Bapa di surga yang telah mengutus putra-Nya yang tunggal ke dunia

untuk menebus dosa manusia dan untuk menyertai umat-Nya yang

masih berjuang di dunia ini.

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Page 8: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

viii

3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan segala waktu dan kesabarannya dalam mendampingi

penulis dari awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.

4. Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Kayat selaku laboran Laboratorium

Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

selama melakukan penelitian.

5. Pak Agus (laboran Laboratorium Farmakologi) Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada, Pak Surono (UPHP) Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Gadjah Mada, atas bantuannya dalam

menyediakan hewan uji.

6. Papa dan Mama yang selalu mendoakan penulis selama penulis jauh

dari mereka. Terimakasih juga atas dukungannya sejak penulis

dilahirkan di dunia ini.

7. Bude Yati dan Oma Sri terimakasih atas senyuman dan kesabarannya

dalam mendidik penulis.

8. Paulus Donny J dan Lucia F, my funny little brother.

9. Dedek Christina Santi D. P. (my inspired), untuk dukungan, kasih

sayang, air mata, senyuman, canda tawa, dan buat semua yang kamu

berikan. Kamulah kado terindahku.

10. Coco, Yoyo, Boris, Rizky, Adit, Arie, Yudi, Mas Probo, Robet, Ayu,

Chandy, Liancy, Sisil, Ineke, Rinta, Rosa untuk kebersamaannya di

masa lalu dan masa yang akan datang.

Page 9: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

ix

11. Lidia Kristalia dan Cin Frengky Cuwondo, terimakasih ya buat pikiran

kalian.

12. Andrew Arief Sudarmono untuk pertemanan selama ini, dukungan,

dan kesetiaannya.

13. Brian Handoko Suciadi untuk pertemanan selama ini, dukungan, dan

kebersamaannya.

14. Teman-teman SMA yang masih terus bersama hingga kini (Bambang

dan adiknya Septo dan Dion, Jose Anon, Eman Sonlay, Bertus),

terimakasih dukungannya.

15. Patar, Riki, Nobi, Dina, Monik, dan semua teman-teman SMP lainnya

yang sudah membantu penulis menemukan jati diri.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

mendukung untuk terwujudnya skripsi ini.

Segala kesempurnaan adalah milik Bapa, maka penulis yang jauh dari

sempurna inipun mengucapkan kata maaf apabila ada kesalahan dan kata-kata

yang kurang berkenan di hati pembaca. Dari sini penulis sadar bahwa betapa

penting kritik dan saran yang membangun agar karya ini menjadi lebih baik dan

bermanfaat. Akhir kata, semoga karya ini berguna bagi perkembangan dunia

kesehatan pada umumnya dan dunia kefarmasian pada khususnya.

Penulis

Page 10: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2008

Penulis,

Libertus Tintus H

Page 11: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xi

DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN NATRIUM

NITRIT SEBAGAI ANTIDOT KERACUNAN SIANIDA AKUT PADA

MENCIT JANTAN GALUR SWISS

Intisari

Sianida merupakan senyawa racun yang dapat mengganggu kesehatan serta mengurangi bioavailabilitas nutrien di dalam tubuh. Natrium tiosulfat dan natrium nitrit dikenal sebagai antidotum yang dapat dikombinasikan untuk terapi keracunan sianida, tetapi berapa kisaran dosisnya belum banyak diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala, mekanisme, wujud, sifat, efek, dan kisaran dosis kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit yang efektif untuk menangani keracunan sianida akut pada mencit.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Empat puluh dua ekor mencit jantan dibagi dalam 7 kelompok yang terdiri dari : kelompok I diberi pelarut yang digunakan yaitu aquadest 25 mg/KgBB p.o., kelompok II diberi larutan KCN dosis 26 mg/KgBB p.o., kelompok III diberi Na2S2O3 dosis 22.960 mg/KgBB dan NaNO2 dosis 62.460 mg/KgBB diberikan secara i.p., kelompok IV-VII diberi larutan KCN secara p.o. kemudian diberi antidot kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit dengan peringkat dosis natrium tiosulfat berturut-turut : 0.468 mg/KgBB, 3.279 mg/KgBB, 22.960 mg/KgBB dan 160.720 mg/KgBB i.p., untuk natrium nitrit menggunakan 1 peringkat dosis saja yaitu 62.460 mg/KgBB i.p.

Didapatkan bahwa gejala keracunan sianida pada mencit meliputi : hilang kesadaran, gagal nafas, kejang, sampai menimbulkan kematian. Wujud efek toksik sianida berupa perubahan biokimia dan juga perubahan fungsional. Sifat dari keracunan sianida pada mencit tidak terbalikkan. Kisaran dosis kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit sebagai antidot untuk keracunan sianida pada mencit sebesar 22.960 mg/KgBB untuk natrium tiosulfat dan 62.460 mg/KgBB untuk natrium nitrit secara i.p. Meningkatnya dosis natrium tiosulfat pada kombinasi dengan natrium nitrit dapat meningkatkan efek pengawaracunan sianida pada mencit.

Kata kunci : natrium tiosulfat, natrium nitrit, antidot, sianida, keracunan.

Page 12: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xii

EFFECTIVE DOSAGE OF SODIUM TIOSULPHATE AND SODIUM

NITRIT AS A COMBINATION FOR THE ANTIDOT OF ACUTE

POISONING CIANIDE IN MALE MICE SWISS STRAIN

Abstract

Cyanide is a toxic compound that can interfere the health and reduce the

nutrient bioavailability in the body. Sodium tiosulphate and sodium nitrit can be used together for the therapy of cyanide poisoning, but there is a few experiment about the dosage. The purpose of this experiment is to find out the symptom, mechanism, form, characteristic, effect, and the range of the combination dosage of sodium tiosulphate and sodium nitrit which is effective to prevent the acute toxicity of cyanide in male mice.

This experiment belong to pure experimental with one way random sampling design. Fourty two male mice divided into 7 groups consist of group I given the solvent that is aquadest 25 mg/KgBB p.o., group II given by KCN solution 26 mg/KgBB, group III given Na2S2O3 22.960 mg/KgBB and NaNO2 62.460 mg/KgBB i.p., group IV-VII given KCN solution then given combination of antidote that is sodium tiosulphate and sodium nitrit with dosage range for the sodium tiosulphate is : 0.468 mg/KgBB, 3.279 mg/KgBB, 22.960 mg/KgBB, and 160.720 mg/KgBB i.p., sodium nitrit only use 1 dosage that is 62.460 mg/KgBB i.p.

And the result for the symptom of cyanide poisoning including : unconscious, breath failure, convultion, even death. The form of the toxic effect is biochemistry and fungtional altered. The characteristic of cyanide poisoning is irreversible. The dosage of combination of sodium thiosulfat and sodium nitrit is 22.960 mg/KgBB for the sodium thiosulfat and 62.460 mg/KgBB for the sodium nitrit via i.p. The rise of the sodium thiosulfat dosage also make the rise of the antidote effect in mice.

Keyword : sodium thiosulphate, sodium nitrit, antidote, cyanide, poisoning.

Page 13: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…..................................................... vi

PRAKATA …....................................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. x

INTISARI ............................................................................................................. xi

ABSTRACT .......................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1. Permasalahan .................................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ............................................................................ 4

3. Manfaat penelitian ............................................................................. 5

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................... 7

A. Toksikologi ............................................................................................. 7

Page 14: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xiv

B. Masuknya Racun ke dalam Tubuh.......................................................... 12

C. Efek Racun pada Tubuh...........................................................................14

D. Penanganan Keracunan ............................................................................17

E. Evaluasi Kondisi Darurat dan Perawatannya........................................... 19

F. Asas Umum Terapi Antidot .....................................................................23

G. Asam Sianida ...........................................................................................24

H. Antidotum Sianida ...................................................................................29

I. Natrium Tiosulfat .....................................................................................36

J. Natrium Nitrit...........................................................................................39

K. Landasan Teori.........................................................................................42

L. Hipotesis...................................................................................................43

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 44

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 44

B. Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 44

C. Bahan Penelitian...................................................................................... 46

D. Alat dan Instrumen Penelitian................................................................. 46

E. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 47

1. Pembuatan larutan dan penetapan dosis KCN .................................. 47

2. Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium tiosulfat................. 47

3. Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium nitrit..................... 47

4. Pengelompokkan hewan uji .............................................................. 48

5. Penanganan hewan uji……………………………………………….48

6. Pengamatan ...................................................................................... 48

Page 15: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xv

F. Analisis Hasil ...................................................................................... 49

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 50

A. Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit sebagai

Antidotum Sianida .................................................................................. 50

1. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik jantung

berdebar…………………………………………………………….. 55

2. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik hilang

kesadaran……………………………………………………………..58

3. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik gagal nafas….61

4. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik kejang ….......64

5. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik mati.... ……...67

B. Hubungan Dosis Kombinasi antara Natrium Tiosulfat dan Natrium

Nitrit dengan Efek Penawaran Racun ......................................................71

C. Sifat Terbalikkan Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit

pada Keracunan Sianida.......................................................................... 74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................80

A. Kesimpulan ............................................................................................. 80

B. Saran........................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 81

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 92

Page 16: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil pengamatan gejala efek toksik sianida terhadap 7 kelompok

perlakuan............................................................................................... 51

Tabel II. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik jantung

berdebar................................................................................................. 56

Tabel III. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik hilang

kesadaran............................................................................................... 62

Tabel IV. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik gagal nafas

............................................................................................................... 67

Tabel V. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik kejang .... 71

Tabel VI. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik mati........ 77

Tabel VII. Hasil perbandingan pengamatan gejala efek toksik sianida terhadap

kelompok kontrol ……………………………………………………. 85

Page 17: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Penggantian sianida dari sitokrom a3 oksidase oleh methemoglobin ... 31

Gambar 2 Struktur kimia 4-DMAP (4-dimethylaminophenol) ............................. 32

Gambar 3 Pengubahan sianmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rodanase dan

tiosulfat.................................................................................................. 33

Gambar 4 Struktur kimia (dimethyl-5,6-benzimadazolyl) hydroxocobamide........ 35

Gambar 5 Struktur kimia Dicobalt-EDTA............................................................. 36

Gambar 6 Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rodhanase dan

tiosulfat................................................................................................... 75

Gambar 7 Kurva hipotesis yang melukiskan hubungan antara kadar racun didalam

darah atau ditempat aksi lawan waktu dengan strategi terapi keracunan

mempercepat eliminasi........... ............................................................... 76

Gambar 8 Kurva hipotesis yang melukiskan hubungan antara kadar racun di dalam

darah atau di tempat aksi lawan waktu strategi terapi keracunan

penghambatan distribusi......................................................................... 77

Page 18: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data waktu (detik) timbulnya gejala efek toksik akibat pemberian

sianida secara peroral, aquadest secara peroral, Na-tiosulfat +

Na-nitrit secara intraperitonial…………………………………91

Lampiran 2. Data waktu (detik) timbulnya gejala efek toksik akibat pemberian

Sianida + Na-tiosulfat 0.468 mg/KgBB + Na-nitrit, Sianida + Na-

tiosulfat 3.279 mg/KgBB + Na-nitrit, Sianida + Na-tiosulfat

22.960 mg/KgBB + Na-nitrit, Sianida + Na-tiosulfat 160.720

mg/KgBB + Na-nitrit…………………………………………..92

Lampiran 3. Data waktu (detik) timbulnya gejala efek toksik akibat pemberian

Sianida + Na-tiosulfat 160.720 mg/KgBB + Na-nitrit…………93

Lampiran 4. Hasil analisis data penelitian dengan program SPSS…………..94

Page 19: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Sianida merupakan senyawa racun yang dapat mengganggu kesehatan

serta mengurangi bioavailabilitas nutrien di dalam tubuh. Selain di dalam ketela

pohon dan kacang koro; sianida juga sering dijumpai pada daun salam, cherry,

ubi, dan keluarga kacang–kacangan lainnya seperti kacang almond. Sianida

merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau dan tak berwarna,

yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen khlorida (CNCl) atau berbentuk

kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau potasium sianida (KCN). Racun ini

menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh

adalah jantung dan otak (Utama, 2006).

Selain dari makanan, sianida juga dapat berasal dari rokok, bahan kimia

yang digunakan pada proses pertambangan dan sumber lainnya, seperti pada sisa

pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti plastik

yang akan melepaskan sianida. Pada perokok pasif dapat ditemukan sekitar 0.06

µg/ml sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar

0.17 µg/ml sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat mudah diabsorpsi

oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Jika

gas hidrogen sianida terhirup sebanyak 50 ml (pada 1.85 mmol/L) dapat berakibat

fatal dalam waktu yang singkat (Utama, 2006).

Page 20: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

2

Masuknya sianida ke dalam tubuh tidak hanya melewati saluran

pencernaan tetapi dapat juga melalui saluran pernafasan, kulit dan mata. Yang

dapat menyebabkan keracunan tidak hanya sianida secara langsung tetapi dapat

pula bentuk asam dan garamnya, seperti asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000

mg.min/m3 dan sianogen klorida sekitar 11,000 mg.min/m3 (Utama, 2006).

Gejala yang paling cepat muncul setelah keracunan sianida adalah iritasi

pada lidah dan membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala

dan tanda awal yang terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida

adalah kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang

diikuti dengan dyspnea, sianosis (kebiruan), hipotensi, bradikardi, dan sinus atau

aritmea AV nodus. Dalam keracunan stadium kedua, tampak kecemasan

berlebihan, koma, dan terjadi kejang, nafas tersengal-sengal, kolaps

kardiovaskular, kulit menjadi dingin, berkeringat, dan lembab. Nadi menjadi

lemah dan lebih cepat. Tanda terakhir dari toksisitas sianida meliputi hipotensi,

aritmia kompleks, gagal jantung, udem pada paru-paru dan kematian (Utama,

2006).

Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil

maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan

melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila

jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak

akan mampu untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya

dengan vitamin B12 (Utama, 2006).

Jalur terpenting dari pengeluaran sianida ini adalah dari pembentukan

Page 21: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

3

tiosianat (SCN-) yang diekresikan melalui urin. Tiosianat ini dibentuk secara

langsung sebagai hasil katalisis dari enzim rhodanese dan secara indirek sebagai

reaksi spontan antara sianida dan sulfur persulfida (Utama, 2006). Reaksi ini

membutuhkan sumber utama yaitu sulfur sulfan namun jumlahnya dalam tubuh

terbatas maka natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai antidot dalam keracunan

sianida karena natrium tiosulfat dapat berfungsi sebagai pemasok sulfur. Natrium

tiosulfat merupakan antidot pilihan jika diagnosisnya belum tentu jelas karena

keracunan sianida atau bukan, seperti dalam kasus yang disebabkan oleh asap

rokok (Meredith, 1993).

Melihat kasus–kasus yang telah terjadi dan penjelasan mengenai bahaya

sianida bagi manusia maka besar kemungkinan seseorang mengalami keracunan

sianida, untuk itulah diperlukan tindakan untuk mengatasi keracunan sianida,

yang salah satunya adalah dengan menggunakan antidotum (Meredith, 1993).

Dari literatur yang didapat, antidotum yang dapat digunakan pada keracunan

sianida adalah natrium nitrit dan juga natrium tiosulfat tetapi selama ini berapa

besar dosis efektifnya dan bagaimana cara penggunaannya belum diketahui

dengan pasti.

Dari penelitian Djunarko (2007) diketahui bahwa pada dosis yang tinggi

(195 mg/KgBB mencit) natrium nitrit dapat menyebabkan keracunan, sedangkan

pada dosis yang kecil (20 mg/KgBB mencit) natrium nitrit belum dapat menolong

keracunan sianida akut, dan diketahui pula dosis efektifnya sebesar 62.460

mg/KgBB mencit. Dari literatur diketahui bahwa kombinasi natrium tiosulfat dan

natrium nitrit memberikan efek yang sinergis bila digunakan sebagai antidotum

Page 22: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

4

keracunan sianida akut. Natrium tiosulfat akan bekerja dengan mekanisme

mempercepat eliminasi, sedangkan natrium nitrit akan bekerja dengan mekanisme

hambatan bersaing (Kerns, 2002).

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian toksikologi

klinis mengenai berapa besar dosis natrium nitrit dan natrium tiosulfat yang

efektif untuk mengatasi keracunan sianida. Pada percobaan ini digunakan hewan

uji mencit kemudian hasilnya dikonversikan ke dosis manusia. Dengan

mengetahui dosis efektif antidot pada manusia maka dapat digunakan untuk

pengawaracunan pada keracunan sianida.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul permasalahan

untuk diteliti :

a. Berapa besar dosis efektif natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan

natrium nitrit sebagai antidot untuk keracunan sianida pada mencit?

b. Apakah meningkatnya dosis natrium tiosulfat sebagai kombinasi dengan

natrium nitrit dapat meningkatkan efek penawaran racun pada keracunan

sianida pada mencit?

c. Bagaimana sifat terbalikkan natrium tiosulfat dan natrium nitrit pada

keracunan sianida pada mencit?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian

potensi natrium nitrit sebagai antidotum untuk keracunan sianida pada mencit

(Djunarko, 2007). Didapatkan hasil bahwa dosis efektif natrium nitrit untuk

Page 23: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

5

antidotum keracunan sianida adalah sebesar 62.460 mg/KgBB secara i.p. Selain

itu dari penelitian tersebut diketahui pula bahwa hubungan antara dosis natrium

nitrit dengan efek pengawaracunan sianida dosis 26 mg/KgBB adalah tidak

berbanding lurus. Namun, sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian tentang

Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit Sebagai Antidot Terhadap

Keracunan Sianida Akut Pada Mencit Jantan Galur Swiss.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan tentang

natrium tiosulfat dan natrium nitrit sebagai antidotum keracunan sianida.

b. Manfaat metodologis

Penelitian ini dapat memberi informasi tentang metode antidot

kombinasi dan cara pemberian lainnya.

c. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar dosis

efektif dari natrium nitrit dan natrium tiosulfat yang dapat digunakan pada

pelayanan kefarmasian.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besar dosis efektif kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit

yang efektif untuk keracunan sianida pada mencit.

2. Mengetahui hubungan antara dosis kombinasi natrium tiosulfat dan natrium

nitrit dengan efek penawaran racun pada keracunan sianida pada mencit.

Page 24: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

6

3. Mengetahui sifat terbalikkan natrium tiosulfat dan natrium nitrit pada

keracunan sianida pada mencit.

Page 25: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Toksikologi

Merupakan ilmu yang lebih tua dari farmakologi. Disiplin ini

mempelajari sifat-sifat racun zat kimia terhadap makhluk hidup dan lingkungan.

Sedikitnya 50.000 zat kimia kini digunakan oleh manusia dan karena tidak dapat

dihindarkan, maka kita harus sadar tentang bahayanya (Anonim, 1995).

1. Definisi toksikologi

Beberapa sumber mengkaji tentang definisi toksikologi antara lain:

toksikologi ditakrifkan sebagai ilmu yang mempelajari aksi bahaya zat kimia atas

sistem biologi tertentu (Loomis, 1978). Lu (1995) mendefinisikan toksikologi

sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan

terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Toksikologi ialah ilmu

pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan terhadap organisme

hidup (Ariens, Mutschler, Simonis, 1986). Toksikologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang zat kimia dan aksinya di dalam tubuh (Clarke and Clarke,

1975). Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang efek

yang merugikan dari zat kimia atau zat asing secara fisik dalam sistem biologik

(Hayes, 2001). Jadi istilah toksikologi ialah ilmu yang mempelajari pengaruh

kuantitatif zat kimia atas sistem-sistem biologi, yang pusat perhatiannya terletak

pada aksi berbahaya zat kimia itu (Donatus, 2001).

Asas utama toksikologi meliputi kondisi pemejanan racun, kondisi

Page 26: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

8

makhluk hidup yang terpejani oleh racun, mekanisme aksi toksik, respons sel atau

organel terhadap aksi toksik, wujud dan sifat efek toksik. Hal tersebut merupakan

tolok ukur ketoksikan dari zat berbahaya (Loomis, 1978). Racun adalah suatu zat

yang walaupun dalam jumlah yang sedikit dapat menyebabkan rasa sakit jika

masuk kedalam tubuh. Rasa sakit dapat bersifat ringan (contohnya : sakit kepala

atau mual) atau parah (contohnya, sakit yang tiba-tiba atau demam yang sangat

tinggi), dan keracunan yang parah dapat menyebabkan kematian (Henry, 1997).

Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa digunakan dalam

membandingkan suatu zat kimia dengan yang lainnya. Suatu hal yang biasa untuk

mengatakan bahwa suatu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lainnya.

Perbandingan antara zat kimia seperti itu sangat tidak informatif, kecuali jika

pernyataaan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang

sedang dipermasalahkan dan juga kondisi bagaimana zat kimia tersebut

berbahaya. Karena itu pendekatan toksikologi adalah dari segi studi tentang

berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada

mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek

berbahaya itu terjadi (Loomis, 1978).

2. Asas umum toksikologi

1. Kondisi efek toksik

Termasuk dalam kondisi efek toksik ialah kondisi pemejanan yang

meliputi jenis pemejanan (akut, sub akut atau kronis), jalur pemejanan

(intravaskuler atau ekstravaskuler), lama pemejanan dan kekerapan pemejanan,

saat pemejanan dan takaran atau dosis pemejanan. Selain itu termasuk pula dalam

Page 27: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

9

kondisi efek toksik ialah kondisi subyek atau makhluk hidup, meliputi keadaan

fisiologi (misalnya : berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan

lambung, kecepatan aliran darah, status gizi, kehamilan, genetika, jenis kelamin,

ritme sirkadian, ritme diurnal, dan keadaan patologi misalnya : penyakit saluran

cerna, kardiovaskular, hati dan ginjal) berbagai macam kondisi itu, akan

mempengaruhi ketersediaan zat beracun atau metabolitnya di dalam sel sasaran

atau keefektifan antaraksinya, dengan sel sasaran. Dengan cara demikian akan

menentukan ketoksikan sesuatu zat beracun. Jadi jelaslah bahwa ketoksikan zat

beracun, salah satunya ditentukan oleh kondisi efek toksiknya (Donatus, 1990a).

Cara suatu racun masuk kedalam tubuh disebut rute pemaparan atau rute absorpsi.

Jumlah racun yang mencapai kealiran darah selama waktu tertentu tergantung dari

rute absorpsinya (Henry, 1997).

2. Mekanisme aksi efek toksik

Ketika kita kontak dengan racun, maka kita disebut terpejani racun. Efek

dari suatu pemejanan, sebagian tergantung pada berapa lama kontak dan berapa

banyak racun yang masuk dalam tubuh, sebagian lagi tergantug pada berapa

banyak racun dalam tubuh yang dapat dikeluarkan. Selama waktu tertentu

pemejanan dapat terjadi hanya sekali atau beberapa kali (Henry, 1997). Pada

dasarnya setelah zat beracun masuk kedalam tubuh, suatu ketika dapat

terdistribusi kedalam cairan ekstrasel dan intrasel. Berdasarkan atas sifat dan

tempat kejadiannya, mekanisme aksi toksik zat kimia dibagi menjadi dua, yakni

mekanisme luka intrasel dan ekstrasel (Donatus, 1990a).

Page 28: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

10

3. Wujud efek toksik

Beberapa racun diubah oleh tubuh menjadi zat-zat kimia yang lain, yang

disebut metabolit dan kemungkinan dapat bersifat kurang beracun atau malah

lebih beracun dari senyawa aslinya. Metabolit lebih mudah dikeluarkan dari tubuh

daripada senyawa aslinya. Perubahan racun menjadi metabolit sebagian besar

terjadi di hati (Henry, 1997). Pada dasarnya merupakan perubahan biokimia,

fungsional, dan struktural, namun tidak berarti bahwa efek toksik zat beracun

sepenuhnya dapat terpisah dengan tegas kedalam tiga jenis wujud dasar efek

toksik itu (Donatus, 1990a).

Zat kimia dapat menimbulkan efek lokal maupun sistemik pada tubuh

efek lokal hanya terbatas pada sebagian dari organ tubuh yang terkena racun,

misalnya, kulit, mata saluran nafas atau usus, contoh efek lokal adalah munculnya

bintik-bintik merah pada kulit, kulit terasa terbakar, mata berair, dan iritasi pada

tenggorokan yang dapat menyebabkan batuk. Beberapa jenis racun dapat

menyebabkan efek lokal tapi sebagian tidak menimbulkan efek lokal efek sistemik

merupakan efek yang lebih umum yang terjadi setelah racun diabsorbsi. Beberapa

jenis racun dapat menyebabkan efek lokal maupun sistemik (Henry, 1997). Jenis

efek toksik berdasarkan perubahan biokimia, meliputi jenis wujud efek toksik

yang berkaitan dengan respon dan perubahan atau kekacauan biokimia terhadap

luka sel, akibat antaraksi antara zat beracun dan tempat aksi tertentu, yang

sifatnya terbalikkan. Termasuk dalam jenis wujud efek toksik ini diantaranya

perubahan respirasi sel, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan

gangguan pasok energi. Sianida misalnya mampu menghambat rantai transport

Page 29: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

11

elektron (Donatus, 1990a).

Jenis efek toksik berdasarkan perubahan fungsional meliputi jenis wujud

efek toksik yang berkaitan dengan antaraksi zat beracun dengan reseptor atau

tempat aktif enzim yang sifatnya terbalikkan sehingga dapat mempengaruhi

fungsi homeostasis tertentu. Termasuk dalam jenis wujud efek toksik ini

diantaranya anoksia, gangguan pernafasan, gangguan sistem saraf, hiper atau

hipotensi, hiper atau hipoglikemia, perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit,

perubahan kontraksi atau relaksasi otot atau hipo/hiperemi. Hal tersebut dapat

terjadi karena hambatan enzim yang secara normal bertanggung jawab terhadap

penawaracunan neurotransmitter itu (Donatus, 1990a).

Efek toksik berdasarkan perubahan struktural, meliputi jenis wujud efek

toksik yang berkaitan dengan perubahan morfologi sel yang akhirnya terwujud

sebagai kekacauan struktural yang terdapat tiga respon histopatologi dasar sebagai

tanggapan terhadap adanya luka sel, yakni degenerasi, profilerasi dan inflamasi

atau perbaikan. Pada perubahan struktural ini bersifat tak terbalikkan, misalnya

degenerasi lemak (Donatus, 1990a).

4. Sifat efek toksik

Pada dasarnya hanya terdapat dua jenis sifat efek toksik zat beracun,

yakni terbalikkan atau tak terbalkkan. Ciri khas dari wujud efek toksik yang

terbalikkan yaitu : (1) bila kadar racun yang ada pada tempat aksi atau reseptor

tertentu telah habis, maka reseptor tersebut akan kembali ke kedudukan semula

(2) efek toksik yang ditimbulkan akan cepat kembali normal, dan (3) ketoksikan

racun bergantung pada takaran serta kecepatan absorpsi, distribusi, dan eliminasi

Page 30: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

12

racunnya. Ciri khas dari wujud efek toksik yang tak terbalikkan yaitu : (1)

kerusakan yang terjadi sifatnya menetap (2) pemejanan berikutnya dengan racun

akan menimbulkan kerusakan yang sifatnya sama sehingga memungkinkan

terjadinya penumpukan efek toksik dan (3) pemejanan dengan takaran yang

sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan efek toksik yang seefektif

dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan racun dengan takaran besar dalam

jangka pendek (Donatus, 1990a). Racun yang tidak berubah (masih dalam bentuk

utuhnya) maupun bentuk metabolitnya biasanya dikeluarkan melalui urin, feses,

atau keringat, atau udara yang dihembuskan saat bernafas. Mekanisme perubahan

racun dari darah ke urin terjadi di ginjal dan mekanisme perubahan racun dari

darah ke gas yang dihembuskan saat bernafas terjadi di paru-paru. Racun yang

terdapat di feses mungkin melewati usus tanpa diabsorpsi oleh pembuluh darah

yang ada diusus atau jika diabsorpsi maka akan dikembalikan lagi ke usus (Henry,

1997).

B. Masuknya Racun ke dalam Tubuh

Racun dapat masuk ke dalam tubuh diantaranya melalui :

1. Melalui mulut karena tertelan (ingesti). Sebagian keracunan terjadi melalui

jalur ini anak-anak sering menelan racun secara tidak sengaja dan orang dewasa

terkadang bunuh diri dengan menelan racun. Saat racun tertelan dan mulai

mencapai lambung, racun dapat melewati dinding usus dan masuk kedalam

pembuluh darah, semakin lama racun tinggal di dalam usus maka jumlah yang

masuk ke pembuluh darah juga semakin besar dan keracunan yan terjadi semakin

Page 31: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

13

parah (Henry, 1997).

Jika seseorang muntah setelah menelan racun maka racun dapat

dikeluarkan dari tubuh sebelum racun mencapai peredaran darah. Jadi jika pasien

keracunan tidak muntah maka perlu dipaksa untuk mutah. Ada 2 macam cara

yang lain untuk menghambat masuknya racun ke peredaran darah, yaitu dengan

pemberian arang aktif yang dapat mengikat racun sehingga tidak melewati

dinding usus, atau dengan pemberian laksatif sehingga racun dapat dikeluarkan

dari saluran pencernaan dengan lebih cepat, racun yang tidak dapat menembus

dinding usus dan mencapai sistem peredaran darah, tidak akan memberikan efek

pada tubuh. Racun akan melewati saluran pencernaan dan keluar melalui feses

(Henry, 1997).

2. Melalui paru-paru karena terhirup melalui mulut atau hidung (inhalasi). Racun

yang berbentuk gas, uap, debu, asap atau spray dapat terhirup melalui mulut dan

hidung dan masuk ke paru-paru. Hanya partikel-partikel yang sangat kecil yang

dapat melewati paru-paru. Partikel-partikel yang lebih besar akan tertahan

dimulut, tenggorokan dan hidung dan mungkin dapat tertelan. Racun yang dapat

sampai ke paru-paru akan masuk ke peredaran darah dengan sangat cepat karena

tempat pertukaran udara di paru-paru memiliki dinding yang tipis dan banyak

terdapat aliran darah (Henry, 1997).

3. Melalui kulit yang terkena cairan atau spray. Orang yang bekerja dengan zat-

zat kimia seperti pestisida dapat teracuni jika zat kimia tersemprot atau terciprat

ke kulit mereka atau jika pakaian yang mereka pakai terkena pestisida. Kulit

merupakan barier yang melindungi tubuh dari racun, meskipun beberapa racun

Page 32: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

14

dapat masuk melalui kulit. Racun lebih cepat melewati kulit yang hangat, basah

atau berkeringat dibanding dengan kulit yang dingin atau kering dan lebih cepat

melewati kulit yang terluka atau terbakar daripada kulit yang utuh (Henry, 1997).

C. Efek Racun pada Tubuh

Racun memiliki efek, diantaranya :

1. Efek lokal

a. Pada kulit

Zat kimia dapat merusak kulit, menyebabkan kulit menjadi kemerahan atau

berbintik-bintik merah, nyeri, bengkak, berair atau seperti terbakar. Zat kimia

yang bersifat iritan, menyebabkan gatal, rasa seperti terbakar, nyeri, saat terkena

langsung tapi tidak menimbulkan rasa seperti terbakar apabila langsung dicuci.

Beberapa zat iritan tidak menimbulkan efek pada saat pertama mengenai kulit,

tapi setelah kontak berikutnya dapat menyebabkan kemerahan atau berbintik-binti

merah. Zat kimia yang bersifat korosif atau kausatik menyebabkan rasa nyeri

seperti terbakar dengan lebih cepat dan merusak kulit, menyebabkan kulit berair

dan berubah warna menjadi abu-abu atau kecoklatan (Henry, 1997).

b. Pada mata

Zat iritan atau korosif dapat menyebabkan nyeri yang hebat pada mata

dengan sangat cepat dan menyebabkan cacat pada mata hingga kebutaan. Mata

tampak merah dan berair (Henry, 1997).

c. Pada usus

Zat iritan atau korosif dapat merusak mulut dan tenggorokan atau bagian

Page 33: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

15

dalam usus nyeri pada perut, muntah dan diare, dan muntahan serta fesesnya

mungkin mengandung darah. Jika tenggorokan terasa terbakar, kemungkinan akan

terjadi peradangan dengan cepat sehingga menyebabkan orang tidak dapat

bernafas (Henry, 1997).

d. Pada saluran pernafasan dan paru-paru

Beberapa gas dan uap dapat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan

dan saluran pernafasan bagian atas dan dapat menyebabkan batuk dan susah

bernafas. Beberapa gas dan uap dapat merusak paru-paru dengan mekanisme

tertentu sehingga menyebabkan paru-paru terisi air. Hal ini dapat terjadi segera

setelah seseorang menghirup zat tersebut atau dapat juga terjadi hingga 48 jam

kemudian. Orang dengan paru-paru terisi air tidak dapat bernafas dengan baik.

Beberapa gas dapat menyebabkan udem pada paru-paru, juga dapat mengiritasi

hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan atas, dan dapat menyebabkan batuk

serta menyebabkan susah bernafas. Saat orang mulai batuk dan susah bernafas,

mereka harus dijauhkan dari gas tersebut dengan cepat dan dibawa ke udara

terbuka, jika memungkinkan (Henry, 1997).

Beberapa gas, seperti karbon monoksida, tidak memiliki efek pada hidung

dan tenggorokan. Gas beracun yang tidak menimbulkan batuk atau tidak

menghambat saluran pernafasan sangat berbahaya, karena kita tidak menyadari

sebenarnya kita sedang menghirup racun (Henry, 1997).

e. Melalui injeksi pada kulit

Racun dapat diinjeksikan masuk kedalam kulit melalui jarum suntik, selama

proses pentatoan, atau gigitan atau sengatan hewan beracun seperti serangga, ikan

Page 34: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

16

atau ular. Racun yang tersuntik kedalam pembuluh darah menimbulkan efek yang

sangat cepat. Racun yang tersuntik kebawah kulit atau otot harus melewati

beberapa lapis jaringan sebelum mencapai pembuluh darah, sehingga aksinya

lebih lambat (Henry, 1997).

f. Pada bagian yang terinjeksi

Racun iritan yang terinjeksi ke kulit, seperti racun dari sengat serangga dan

gigitan ular, dapat menyebabkan nyeri dan bengkak ditempat yang terkena

(Henry, 1997).

2. Efek sistemik

Ada beberapa cara sehingga racun dapat menyebabkan sakit :

a. Merusak organ-organ seperti otak, saraf, jantung, hati, paru-paru, ginjal

atau kulit. Sebagian besar racun memiliki efek yang lebih besar pada satu atau dua

organ dibanding organ yang lain. Organ yang terkena efek lebih besar disebut

sebagai organ sasaran

b. Memblok hubungan antar saraf

c. Menghentikan kerja tubuh sama sekali, misalnya menghentikan

pemasokan energi atau oksigen (Henry, 1997).

3. Efek pada bayi yang masih dalam kandungan

Beberapa racun dapat menyerang bayi yang masih dalam kandungan, hal ini

lebih sering terjadi pada trimester pertama kehamilan, saat mulai terjadi

pembentukan sistem saraf dan pembentukan organ-organ utama. Bagian dari bayi

yang lebih mudah terserang adalah tulang, mata, telinga, mulut dan otak. Jika

kerusakan yang ditimbulkan sangat parah, maka bayi akan berhenti berkembang

Page 35: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

17

dan mati. Ada beberapa racun yang hanya menyerang bayi tanpa menimbulkan

efek pada ibunya. Hal ini sangat berbahaya karena ibu tidak mengetahui bahwa

bayinya terkena racun (Henry, 1997).

Jika seorang ibu hamil mengkonsumsi alkohol atau merokok selama

kehamilannya maka dapat membahayakan bayinya. Obat-obatan juga dapat

membahayakan bayi yang masih dalam kandungan. Wanita hamil sebaiknya tidak

mengkonsumsi obat-obatan kecuali yang diresepkan oleh dokter (Henry, 1997).

D. Penanganan Keracunan

Pada umumnya para pakar sependapat bahwa penanganan keracunan

bahan berbahaya akut, dibagi dalam tiga tahap tindakan, yakni : tindakan terapi

suportif, penyidikan jenis racun penyebab, dan terapi antidot (Donatus, 1997).

1. Terapi suportif

Pada dasarnya merupakan tindakan pertolongan pertama, ditujukan untuk

memperbaiki kondisi dan menyelamatkan jiwa penderita. Tindakan ini akan

memelihara fungsi vital seperti pernafasan dan peredaran darah, sehingga

penderita selamat serta menjadi lebih mudah dan kooperatif untuk menjalani

terapi antidot berikutnya. Memperhatikan tujuan dan fungsi terapinya, jelas bahwa

terapi suportif harus dilakukan dengan cepat atau sesegera mungkin (Donatus,

1997).

2. Penyidikan jenis racun penyebab

Merupakan tindakan penting yang ditujukan untuk menentukan pilihan

tindakan terapi antidot. Tindakan ini dilakukan dengan cara :

Page 36: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

18

a. Wawancara dengan penderita atau penghantar.

b. Pemeriksaan gejala-gejala keracunan yang ada secara sistematis.

c. Pemeriksaan wadah dan sisa bahan penyebab yang dicurigai,

muntahan, air kencing, atau darah penderita. Pengiriman bahan yang diperoleh

pada butir c ke laboratorium (Donatus, 1997).

3. Terapi antidot

Merupakan tata cara yang secara khusus ditujukan untuk membatasi

intensitas (kekuatan) efek toksik zat kimia atau menyembuhkan efek toksik yang

ditimbulkannya, sehingga bermanfat dalam mencegah timbulnya bahaya lebih

lanjut. Berarti, sasaran terapi antidot adalah pengurangan intensitas efek toksik,

lantas, bagaimana cara penatalaksanaannya? (Donatus,1997).

Seperti telah diungkapkan, keberacunan (intensitas efek toksik) suatu

bahan berbahaya di antaranya ditentukan oleh keberadaan bahan berbahaya di

tempat kerja yang melebihi harga KTM-nya lebih lanjut, keadaan ini bergantung

pada keefektifan absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi bahan berbahaya

terkait.

Perlu dicatat, strategi terapi antidot mana yang akan diambil, sepenuhnya

bergantung pada pengetahuan atau informasi tentang rentang waktu antara saat

pemejanan bahan berbahaya, saat timbulnya gejala-gejala toksik, dan saat

penderita siap menjalankan terapi. Karena pengetahuan ini diperlukan untuuk

memprakirakan dominasi tahapan nasib bahan berbahaya di dalam tubuh. Misal

bahan berbahaya diprakirakan sudah terabsorpsi sempurna, maka tindakan

penghambatan absorpsi sudah tidak diperlukan. Dalam hal ini, mungkin yang

Page 37: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

19

diperlukan penghambatan distribusi atau peningkatan eliminasinya. Masalahnya

sekarang, bagaimana tata cara pelaksanaan masing-masing strategi tersebut

(Donatus, 1997)?

Ketiga strategi dasar terapi antidot tersebut dapat dikerjakan dengan

metode yang tak khas atau metode yang khas. Dimaksud dengan metode tak khas

ialah metode umum yang dapat diterapkan terhadap sebagian besar zat beracun.

Metode khas ialah metode yang hanya digunakan bila zat beracunnya telah

tersidik jati dirinya serta zat antidotnya tersedia (Donatus, 1997).

E. Evaluasi Kondisi Darurat dan Perawatannya

Ketika merawat orang pada kasus keracunan, diperlukan ulasan yang cepat

untuk menentukan langkah yang tepat dan membutuhkan perawatan untuk

menyelamatkan penderita. Berikut adalah daftar langkah-langkah untuk

menangani orang yang keracunan (Olson, 2007).

1. Jalur udara.

a. Assessment.

Faktor yang secara umum dapat menyebabkan kematian akibat overdosis

obat atau keracunan adalah terhambatnya jalur pernafasan, yang disebabkan oleh

lidah yang lunak, penarikan nafas pada paru-paru yang terisi oleh zat-zat dalam

lambung, atau pernafasan yang terhenti (Olson, 2007).

b. Perawatan.

Mengoptimalkan posisi jalur udara, dan memberikan intubasi endotrakeal

bila diperlukan (Olson, 2007).

Page 38: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

20

2. Pernapasan.

Selama terdapat masalah dengan jalur udara, gangguan pernafasan

merupakan penyebab utma kematian pada pasien yang keracunan atau overdosis

obat. Pasien mungkin akan mengalami komplikasi seperti : gagal nafas, hipoksia,

atau bronkospasm (Olson, 2007).

3. Sirkulasi.

a. Dugaan awal dan perawatannya.

1) Periksa tekanan darah dan denyut nadi dan ritmenya.

2) Mulai memonitor elektrokardiografik (ECG) secara terus-menerus.

3) Lancarkan jalur vena.

4) Perhatikan peredaran darahnya.

5) Berikan infuse intravena.

6) Pada pasien yang sakit serius (seperti : pasien yang memiliki hipotensi,

kejang, koma), gunakan Foley cateter pada kandung kemihnya, periksa urin untuk

tes toksikologi, amati urin setiap jam.

b. Hambatan AV dan bradikardi.

c. Pemanjangan interval QS

d. Takikardi.

e. Aritmia ventricular.

f. Hipotensi.

g. Hipertensi (Olson, 2007).

Page 39: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

21

4. Mengubah status mental.

a. Koma dan pingsan

1) Pemeriksaan. Penurunan tingkat kesadaran merupakan komplikasi

umum yang paling serius dari overdosis obat atau keracunan: koma dan pingsan

merupakan akibat adanya depresi pada sistem otak, yang disebabkan karena agen

antikolinergik, obat-obat simpatolitik, depresan, atau toksin yang menyebabkan

hipoksia seluler; koma kadang-kadang merupakan suatu gejala setelah obat atau

toksin menyebabkan hilang kesadaran; koma mungkin juga disebabkan oleh

adanya luka pada otak dengan infark atau perdarahan di otak (Olson, 2007).

2) Komplikasi koma sering ditandai dengan depresi respiratori yang

merupakan penyebab utama kematian. Kondisi lain yang dapat menandai atau

bersamaan dengan koma meliputi hipotensi, hipotermia, hipertermia dan

rhabdomyolisis (Olson, 2007).

3) Diagnosis lain : trauma di kepala atau perdarahan di intracranial;

ketidaknormalan jumlah glukosa, natrium atau elektrolit lain didalam darah;

hipoksia; hipotiroid; kerusakan hati atau ginjal; hipertermi atau hipotermi (Olson,

2007).

4) Terapi : pertahankan jalur nafas dan penggunaan ventilator jika perlu

pemberian oksigen tambahan; berikan dekstrosa, tiamin, dan nalokson; normalkan

suhu tubuh; jika ada kemungkinan trauma pada sistem saraf pusat atau kecelakaan

pada pembuluh darah otak, perlu adanya CT Scan; jika diduga meningitis atau

ensepalitis, perlu adanya terapi antibiotik (Olson, 2007).

Page 40: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

22

b. Kejang

1) Pemeriksaan. Kejang merupakan penyebab utama kematian pada

overdosis obat atau keracunan. Umumnya kejang biasanya menjadi hilang

kesadaran, sering juga bersamaan dengan lidah yang tergigit dan pengekuaran

urin berlebihan (Olson, 2007).

2) Komplikasi. Kejang dapat menyebabkan masalah pada saluran nafas,

dapat juga menyebabkan asidosis, hipertermia, rhabdomyolysis, dan kerusakan

otak (Olson, 2007).

3) Diagnosis lain : adanya gangguan metabolisme yang serius (misal

hipoglikemia, hiponatremia, hipokalemia, atau hipoksia); trauma pada kepala;

epilepsi idiopathik; penarikan alkohol atau obat hipnotik sedatif; hipertermia;

infeksi pada susunan saraf pusat; febrile kejang pada anak-anak (Olson, 2007).

4) Terapi : pertahankan saluran nafas tetap terbuka dan jika perlu,

gunakan ventilator berikan oksigen tambahan; berikan nalokson jika kejang dapat

menyebabkan hipoksia; perlu pemeriksaan apakah terjadi hipoglikemia dan

berikan dekstrosa dan tiamin jika koma; gunakan satu atau lebih antikonvulsan

(misal : diazepam, lorazepam, midazdam, fenobarbital, propofol dan fenitoin);

segera periksa temperatur melalui rectal atau belakang telinga dan turunkan

temperatur secara cepat jika diatas 400C; gunakan antidot spesifik jika tersedia

(piridoksin, untuk keracunan INH, pralidoksim atau atropin atau keduanya untuk

keracunan insektisida organofosfat atau karbamat) (Olson, 2007).

Page 41: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

23

F. Asas Umum Terapi Antidot

Pada umumnya, para pakar sependapat bahwa tindakan pertama yang

sebaiknya dilakukan atas penderita keracunan akut zat kimia ialah terapi suportif,

yakni memelihara fungsi vital seperti pernafasan dan sirkulasi. Tindakan

selanjutnya yang umum dilakukan meliputi upaya membatasi penyebaran racun

dan meningkatkan pengakhiran aksi racun (Donatus, 2001).

Ketoksikan racun sebagian besar ditentukan oleh keberadaan (lama dan

kadar) racun (bentuk senyawa utuh atau metabolitnya) di tempat aksi tertentu di

dalam tubuh. Keberadaan racun tersebut ditentukan oleh keefektifan absorpsi,

distribusi dan eliminasinya. Jadi, pada umumnya intensitas efek toksik pada

efektor berhubungan erat dengan keberadaan racun di tempat aksi dan takaran

pemejanannya (Donatus, 2001).

Takrif terapi antidot yang dinyatakan oleh Loomis (1978). Tujuan terapi

antidot ialah untuk membatasi intensitas efek toksik racun, sehingga bermanfaat

untuk mencegah timbulnya efek berbahaya selanjutnya. Dengan demikian, jelas

bahwa sasaran terapi antidot ialah intensitas efek toksik racun (Donatus, 2001).

Pada dasarnya dalam praktek toksikologi klinik, terapi antidot dapat

dikerjakan dengan metode yang tak khas atau yang khas. Dimaksud dengan

metode tak khas ialah metode umum yang dapat diterapkan terhadap sebagian

besar racun. Metode khas, ialah metode yang hanya digunakan bila senyawa yang

kemungkinan bertindak sebagai penyebab keracunan telah tersidik, serta zat

antidotnya ada (Donatus, 2001).

Asas umum yang mendasari terapi antidot tersebut meliputi sasaran,

Page 42: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

24

strategi dasar, cara, dan pilihan terapi antidot. Sasaran terapi antidot ialah

penurunan atau penghilangan intensitas efek toksik racun. Intensitas efek ini

ditunjukkan oleh tingginya jarak antara nilai ambang toksik (KTM) dan kadar

puncak racun dalam plasma atau tempat aksi tertentu. Strategi dasar terapi antidot

meliputi penghambatan absorpsi dan distribusi (translokasi), peningkatan

eliminasi, dan atau penaikkan ambang toksik racun dalam tubuh (Donatus, 2001).

G. Asam Sianida

Asam sianida merupakan senyawa racun yang dapat mengganggu

kesehatan serta mengurangi bioavailabilitas nutrien di dalam tubuh. Sianida sering

dijumpai di dalam kacang almond, daun salam, cherry, ubi. Di dalam koro atau

tanaman dari keluarga kacang-kacangan dan ketela pohon (Utama, 2006). Sianida

merupakan senyawa kimia yang toksik dan memiliki beragam kegunaan, termasuk

sintesis senyawa kimia, analisis laboratorium, dan pembuatan logam. Nitril

alifatik (acrylonitrile dan propionitrile digunakan dalam produksi plastic yang

kemudian dimetabolisme menjadi sianida. Obat vasodilator seperti nitroprusida

melepaskan sianida pada saat terkena cahaya ataupun pada saat metabolisme.

Sianida yang berasal dari alam (amigdalin dan glikosida sinogenik lainnya) dapat

ditemukan dalam biji aprikot, singkong, dan banyak tanaman lainnya, beberapa

diantaranya dapat berguna, tergantung pada keperluan ethnobotanikal.

Acetonitrile, sebuah komponen pada perekat besi, dapat menyebabkan kematian

pada anak-anak (Olson, 2007).

Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau

Page 43: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

25

dan tak berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen khlorida (CNCl)

atau berbentuk kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau potasium sianida

(KCN) (Utama, 2006). Hidrogen sianida merupakan gas yang mudah dihasilkan

dengan mencampur asam dengan garam sianida dan sering digunakan dalam

pembakaran plastik, wool, dan produk natural dan sintetik lainnya. Keracunan

hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian, dan pemaparan secara sengaja

dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi alat untuk melakukan

pembunuhan ataupun bunuh diri (Olson, 2007).

Akibat racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuk

tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh

mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak.

Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah,

sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam

jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung

melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga korban

meninggal (Utama, 2006).

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai sianida yaitu :

1. Kondisi pemejanan

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pemejanan sianida antara lain:

a. Jenis pemejanan : akut dan kronis

b. Jalur pemejanan : inhalasi, mata, dan saluran pencernaan

c. Lama, kekerapan : akut atau berulang

d. Takaran atau dosis :

Page 44: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

26

1) Dosis letal dari sianida adalah : asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000

mg.min/m3, dan untuk sianogen klorida sekitar 11,000 mg.min/m3 (Meredith,

1993).

2) Terpapar hidrogen sianida meskipun dalam tingkat rendah (150-200 ppm)

dapat berakibat fatal. Tingkat udara yang diperkirakan dapat membahyakan hidup

atau kesehatan adalah 50 ppm. Batasan HCN yang direkomendasikan pada daerah

kerja adalah 4.7 ppm (5 mg/m3 untuk garam sianida). HCN juga dapat diabsorpsi

melalui kulit (Olson, 2007).

3) Ingesti pada orang dewasa sebanyak 200 mg sodium atau potassium

sianida dapat berakibat fatal. Larutan dari garam sianida dapat diabsorpsi melalui

kulit (Olson, 2007).

4) Keracunan sianida akut biasanya jarang terjadi dengan infusi nitroprusida

(pada kecepatan infuse yang normal) atau setelah ingesti dari amigdalin (Olson,

2007).

e. Saat pemejanan : makanan, rokok, lingkungan industri, bunuh diri,

kesengajaan (Meredith, 1993).

2. Mekanisme efek toksik

Sianida merupakan inhibitor nonspesifik enzim, meliputi asam suksinat

dehidrognase, superoksida dismutase, karbonat anhidrase, sitokrom oksidase, dan

lain sebagainya. Sianida memiliki afinitas tinggi terhadap ion besi pada sitokrom

oksidase, metalloenzim respirasi oksidatif akhir pada mitokondria. Fungsinya

dalam rantai transport elektron dalam mitokondria, mengubah produk katabolisme

glukosa menjadi ATP. Enzim ini merupakan katalis utama yang berperan pada

Page 45: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

27

penggunaan oksigen di jaringan. Sianida menyebabkan hipoksia seluler dengan

menghambat sitokrom oksidase pada bagan sitokrom a3 dari rantai transport

elektron. Ion hidrogen yang secara normal akan bergabung dengan oksigen pada

ujung rantai tidak lagi tergabung (incorporated). Hasilnya, selain persediaan

oksigen kurang, oksigen tidak bisa digunakan, dan molekul ATP tidak lagi

dibentuk. Ion hidrogen incorporated terakumulasi sehingga menyebabkan

acidemia (Meredith, 1993).

Sianida dapat menyebabkan sesak pada bagian dada; berikatan dengan

sitokrom oksidase, dan kemudian memblok penggunaan oksigen secara aerob.

Sianida yang tidak berikatan akan akan didetoksifikasi melalui metabolisme

menjadi tiosianat yang merupakan senyawa yang lebih nontoksik yang akan

diekskresikan melalui urin (Olson, 2007). Hiperlaktamia terjadi pada keracunan

sianida karena kegagalan metabolisme energi aerob. Selama kondisi aerob, ketika

rantai transport elektron berfungsi, laktat diubah menjadi piruvat oleh laktat

dehidrogenase mitokondria. Pada proses ini, laktat menyumbangkan gugus

hidrogen yang akan mereduksi nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) menjadi

NADH. Piruvat kemudian masuk dalam siklus asam trikarboksilat dengan

menghasilkan ATP. Ketika sitokrom a3 dalam rantai transport elektron dihambat

oleh sianida, terdapat kekurangan relatif NAD dan dominasi NADH,

menunjukkan reaksi balik, sebagai contoh : piruvat dirubah menjadi laktat

(Meredith, 1993).

3. Wujud efek toksik

Setelah terpejan sianida, gejala yang paling cepat muncul adalah iritasi

Page 46: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

28

pada lidah dan membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala

dan tanda awal yang terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida

adalah kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang

diikuti dengan dyspnoea, sianosis, hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmea

AV nodus (Meredith, 1993). Onset yang terjadi secara tiba-tiba dari efek toksik

yang pendek setelah pemaparan sianida merupakan tanda awal dari keracunan

sianida. Symptomnya termasuk sakit kepala, mual, dyspnea, dan kebingungan.

Syncope, koma, respirasi agonal, dan gangguan kardiovaskular terjadi dengan

cepat setelah pemaparan yang berat (Olson, 2007).

Dalam keracunan stadium kedua, tampak kecemasan berlebihan, koma,

dan terjadi konvulsi, kejang, nafas tersengal-sengal, kolaps kardiovaskular, kulit

menjadi dingin, berkeringat, dan lembab. Nadi menjadi lemah dan lebih cepat.

Tanda terakhr dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks, gagal

jantung, udem pada paru-paru dan kematian (Meredith, 1993).

Warna merah terang pada kulit atau tidak terjadinya sianosis, jarang

terjadi dalam keracunan sianida. Secara teoritis tanda ini dapat dijelaskan dengan

adanya kandungan yang tinggi dari oksihemoglobin, dalam venus return, tetapi

dalam keracunan berat, gagal jantung dapat dicegah. Kadang-kadang sianosis

dapat dikenali apabila pasien memiliki bintik merah muda terang (Meredith,

1993).

4. Sifat efek toksik

Terbalikkan (reversible) dan tidak terbalikkan (irreversible) (Meredith,

1993).

Page 47: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

29

5. Diagnosis

Diagnosis dilakukan berdasarkan pada riwayat pemaparan atau

tampaknya gejala dan tanda keracunan. Asidosis laktat parah biasanya terjadi

dengan pemaparan yang signifikan. Tingkat saturasi oksigen vena dapat

memperlihatkan penghambatan konsumsi oksigen selular. Cara klasik dengan

mengenali bau kacang almond boleh digunakan ataupun tidak, karena vairiasi

genetik dalam kemampuan untuk mengenali baunya (Olson, 2007).

a. Tingkat spesifik.

Penentuan keracunan sianida tidak dapat digunakan dalam keadaan

darurat, karena tidak dapat menunjukkan terapi tahap awal. Selanjutnya, penderita

harus diinterpretasikan penyebabnya karena beragam komplikasi faktor teknis.

1) Tingkat darah lebih tinggi dari 0.5-1 mg/L.

2) Untuk perokok tingkat darahnya di atas 0.1 mg/L.

3) Infus nitroprusida yang cepat dapat menaikkan tingkat darah setinggi 1 mg/L,

disertai dengan metabolik asidosis.

b. Penelitian lainnya di laboratorium.

Penelitian laboratorium meliputi elektrolit, glukosa, serum laktat, gas

darah arteri, campuran saturasi oksigen vena, dan karboksihemoglobin (bila

pasien terpapar secara inhalasi) (Olson, 2007).

H. Antidotum Sianida

Diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama sesuai dengan meaknisme

aksi utamanya, yaitu : detoksifikasi dengan sulfur untuk membentuk ion tiosianat

Page 48: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

30

yang lebih tidak toksik, pembentukan methemoglobin dan kombinasi langsung.

Pengobatan pasti dari intoksikasi sianida berbeda pada beberapa negara, tetapi

hanya satu metode yang disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat. Keamanan

dan kemanjuran dari tiap-tiap antidotum masih menjadi perdebatan yang

signifikan. Dan tidak terdapat konsensus antar seluruh negara untuk pengobatan

intoksikasi sianida (Meredith, 1993).

1. Pembentukan methemoglobin

Methemoglobin sengaja diproduksi untuk bersaing dengan sianida di

tempat ikatan pada sistem sitokrom oksidase. Sianida mempunyai ikatan khusus

dengan ion besi pada sistem sitrokrom oksidase, sianida dalam jumlah yang cukup

besar akan berikatan dengan ion besi pada senyawa lain, seperti methemoglobin.

Jika produksi methemoglobin cukup maka gejala keracunan sianida dapat teratasi.

Methemoglobinemia dapat diproduksi dengan pemberian amil nitrit secara

inhalasi dan kemudian pemberian natrium nitrit secara intravena. Kira-kira 30%

methemoglobinemia dianggap optimum dan jumlahnya dijaga agar tetap di bawah

40% senyawa lain seperti 4-DMAP dapat memproduksi methemoglobin secara

lebih cepat (Meredith, 1993).

Apabila methemoglobin tidak dapat mengangkut cukup oksigen maka

molekul hemoglobin menjadi tidak berfungsi. Produksi methemoglobinemia lebih

dari 50% dapat berpotensi fatal. Methemoglobinemia yang berlebih dapat

dibalikkan dengan metilen biru, terapi yang digunakan pada methemoglobinemia,

dapat menyebabkan terlepasnya kembali ion sianida mengakibatkan keracunan

sianida. Sianida bergabung dengan methemoglobin membentuk

Page 49: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

31

sianmethemoglobin. Sianmethemoglobin berwarna merah cerah, berlawanan

dengan methemoglobin yang berwarna coklat (Meredith, 1993).

Gambar 1. Penggantian sianida dari sitrokrom a3 oksidase oleh methemoglobin

a. Peralatan antidotum sianida. Sekarang ini, Amerika Serikat

mendukung penggunaan kombinasi nitrit dan tiosulfat untuk pengobatan pada

keracunan sianida. Natrium nitrit (10 ml pada larutan 3%) digunakan secara

intravena dan dilanjutkan dengan pemberian natrium tiosulfat (50 ml pada larutan

25%) secara intravena. Natrium nitrit seharusnya diberikan 2,5-5 ml permenit

hingga 2-3 menit. Natrium tiosulfat harus diberikan secara cepat setelah natrium

nitrit dengan dosis 12,5 mg pada larutan 25% hingga 10 menit (Meredith, 1993).

b. Amil nitrit. Hanya dapat memproduksi kira-kira 5% methemoglobin

dan tidak cukup untuk digunakan sebagai terapi tunggal. Dosis amil nitrit yang

dapat meningkatkan produksi methemoglobin sering berhubungan dengan

terjadinya hipotensi. Sebenarnya, amil nitrit telah dihapus di Amerika Serikat

karena pembentukan methemoglobin yang tidak dapat diprediksi dan

berhubungan dengan vasodilatasi yang dapat menyebabkan hipotensi. amil nitrat

juga dapat menyebabkan vasodilatasi yang dapat membalikkan efek awal sianida

Page 50: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

32

yang dapat menyebabkan vasokonstriksi (Meredith, 1993).

c. Natrium nitrit. Merupakan obat yang paling sering digunakan untuk

keracunan sianida. Dosis awal standart adalah 3% larutan natrium nitrit 10 ml,

memerlukan waktu kira-kira 12 menit untuk membentuk kira-kira 40%

methemoglobin. Dosis awal untuk natrium tiosulfat adalah 50 ml. Penggunaan

natrium nitrat tidak tanpa risiko karena bila berlebihan dapat mengakibatkan

methemoglobinemia yang dapat menyebabkan hipoksia atau hipotensi, untuk itu

maka jumlah methemoglobin harus dikotrol. Penggunaan natrium nitrit tidak

direkomendasikan untuk pasien yang memiliki kekurangan glukosa-6-fosfat

dehidrogenase (G6DP) dalam sel darah merahnya karena dapat menyebabkan

reaksi hemolisis yang serius (Meredith, 1993).

d. 4-DMAP. Merupakan senyawa pembentuk methemoglobin dengan

efek yang cepat saat melawan sianida. 4-DMAP merupakan antidot yang lebih

cepat dari pada nitrat dan toksisitasnya lebih rendah. Pada manusia, injeksi

intravena dengan dosis 3 mg/kg dapat memproduksi 15% methemoglobin dalam

waktu 1 menit (Meredith, 1993).

Gambar 2. 4-DMAP (4-dimethylaminophenol)

4-DMAP harus digunakan dengan tiosulfat untuk mengubah ikatan

sianida dengan methemoglobin menjadi tiosianat. 4-DMAP dapat menyebabkan

nekrosis pada area yang diinjeksi setelah pemberian secara IM dan dapat

Page 51: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

33

menyebabkan nyeri, demam, dan meningkatkan enzim-enzim otot. Terapi

menggunakan 4-DMAP dapat menyebabkan hemolisis meskipun pada dosis

terapi, tetapi lebih sering terjadi pada pengobatan yang overdosis. Pengobatan

dengan 4-DMAP dikontraindikasikan pada pasien yang kekurangan G6DP

(Meredith, 1993).

Senyawa lain yang juga merupakan pembentuk methemoglobin adalah p-

aminoheptanoilfenon (PAHP), p-aminopropiofenon (PAPP), dan p-

aminooktanoilfenon (PAOP). PAHP merupakan fenon yang paling aman.

Senyawa-senyawa tersebut mengurangi jumlah sianida dalam sel darah merah.

Efek PAPP secara khusus dapat meningkat dengan adanya tiosulfat (Meredith,

1993).

2. Detoksifikasi sulfur

Setelah methemoglobin dapat mengurangi gejala yang ditimbulkan pada

keracunan sianida, sianida dapat diubah menjadi tiosianat dengan menggunakan

natrium tiosulfat.

Gambar 3. Pengubahan sianmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rhodanase dan tiosulfat

Page 52: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

34

Pada proses kedua membutuhkan donor sulfur agar rodanase dapat

mengubah sianmethemoglobin menjadi tiosianat karena donor sulfur endogen

biasanya terbatas. Ion tiosianat kemudian diekskresikan melalui ginjal (Meredith,

1993).

3. Kombinasi langsung

Ada 2 macam mekanisme yang berbeda dari kombinasi langsung dengan

sianida yang sering digunakan, yaitu kombinasi dengan senyawa kobalt dan

kombinasi dengan hidroksobalamin (Meredith, 1993).

a. Hidroksikobalamin (vitamin B12a). Merupakan prekursor dari

sianokobalamin (vitamin B12). Penggunaan hidroksikobalamin sebagai

pencegahan pada pemberian natrium nitroprusid jangka panjang sama efektifnya

untuk pengobatan pada keracunan sianida akut selama lebih dari 40 tahun.

Senyawa ini bereaksi langsung dengan sianida dan tidak bereaksi dengan

hemoglobin untuk membentuk methemoglobin (Meredith, 1993).

Hidroksikobalamin bekerja baik pada celah intravaskular maupun di

dalam sel untuk menyerang sianida. Hal ini berlawanan dengan methemoglobin

yang hanya bekerja sebagai antidot pada celah vaskular. Pemberian natrium

tiosulfat meningkatkan kemampuan hidroksikobalamin untuk mendetoksifikasi

keracunan sianida (Meredith, 1993).

Sianokobalamin adalah kombinasi hidrosikobalamin dan sianida. Dosis

minimal sebesar 2.5 gram pada dewasa diperlukan untuk menetralkan dosis letal

sianida. Hidroksikobalamin tidak menimbulkan komplikasi yang serius. Beberapa

pasien dapat mengalami urtikaria, tapi sangat jarang.

Page 53: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

35

Gambar 4. (dimethyl-5,6-benzimadazolyl) hydroxocobamide

Hidroksikobalamin tidak tekanan darah atau menurunkan kemampuan

darah untuk mengangkut oksigen. Takikardi dan hipertensi dapat terjadi pada

dosis terapi yang tinggi. Munculnya warna merah muda pada membran mukosa,

kulit, dan urin terjadi pada kebanyakan pasien segera setelah pemberian

hidroksokobalamin. Warna ini akan hilang setelah 24-48 jam setelah obat

diekskresikan melalui urin (Meredith, 1993).

b. Dikobalt-EDTA. Bentuk garam dari kobalt bersifat efektif untuk

mengikat sianida. Kobalt-EDTA lebih efektif sebagai antidot sianida

dibandingkan dengan kombinasi nitrat-tiosulfat. Senyawa ini mengkelat sianida

menjadi kobaltisianida. Efek samping dari dikobalt-EDTA adalah reaksi

anafilaksis, yang dapat muncul sebagai urtikaria, angiodema pada wajah, leher,

dan saluran nafas, dispnea, dan hipotensi. Dikobalt-EDTA juga dapat

Page 54: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

36

menyebabkan hipertensi dan dapat menyebabkan disritmia jika tidak ada sianida

saat pemberian dikobalt-EDTA. Pemberian obat ini dapat menyebabkan kematian

dan toksisitas berat dari kobalt terlihat setelah pasien sembuh dari keracunan

sianida (Meredith, 1993).

Gambar 5. Dicobalt-EDTA

I. Natrium Tiosulfat

Berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar.

Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih

dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah

larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Anonim, 1995).

Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida

menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase,

yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan

dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan

uji menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan

dengan hidroksokobalamin (Olson, 2007).

Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya

menjadi tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti

Page 55: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

37

beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini

memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia substansi ini tebatas.

Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena

sulfur hanya akan masuk ka mitokondria secara perlahan. Natrium tiosulfat

mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang, sebaiknya

diberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga merupakan

pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi, misalnya pada

kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsik

nontoksik tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat

menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium

tiosulfat 12.5 g i.v. biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas

(Meredith, 1993).

Natrium tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida.

Antidot ini diberikan sebanyak 50 ml dalam 25 % larutan. Tidak ada efek samping

yang ditimbulkan oleh tiosulfat, namun tiosianat memberikan efek samping

seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan dan disfungsi pada SSP. Dosis

untuk anak-anak didasarkan pada berat badan (Meredith, 1993).

1. Indikasi

a. Dapat diberikan sendiri ataupun dikombinasikan dengan nitrit atau

hidroksokobalin pada pasien keracunan sianida akut.

b. Perawatan secara empiris pada keracunan sianida berhubungan dengan

inhalasi.

c. Profilaksis selama infus nitroprusida.

Page 56: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

38

d. Ekstravasasi dari mechlorethamin.

e. Ingesti garam bromat (Olson, 2007).

2. Kontraindikasi

Tidak diketahui kontraindikasinya (Olson, 2007).

3. Efek samping

a. Infus intravena dapat menyebabkan rasa terbakar, kejang otot dan gerakan

tiba-tiba, dan mual dan muntah.

b. Penggunaan pada wanita hamil.

Kategori C berdasarkan FDA (Olson, 2007).

4. Interaksi obat

Tiosulfat dapat menurunkan konsentrasi sianida pada beberapa metode

(Olson, 2007).

5. Dosis dan cara pemberian

a. Untuk keracunan sianida.

Berikan 12.5 g (50 mL dari 25% larutan) secara IV pada 2.5-5 mL/menit.

Dosis untuk pediatrik sebesar 400 mg/kg (1.6 mL/kg dari 25% larutan) sampai 50

mL. Setengah dosis awal sebaiknya diberikan setelah 30-60 menit bila diperlukan

(Olson, 2007).

b. Untuk profilaksis selama infuse nitroprusida.

Tambahan 10 mg tiosulfat pada tiap milligram nitroprusida pada larutan

intravena dikatan dapat menjadi efektif, namun data kompatibilitasnya tidak

tersedia (Olson, 2007).

Page 57: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

39

6. Formulasi

Parenteral, sebagai komponen pada paket antidot sianida, sodium tiosulfat,

25% larutan, 50 mL. juga tersedia dalam bentuk ampuldan vial yang berisi 2.5

g/10 mL atau 1 g/10 mL (Olson, 2007).

J. Natrium Nitrit

Nitrit menyebabkan methemoglobin dengan sianida membentuk

substansi nontoksik sianmethemoglobin. Methemoglobin tidak mempunyai

afinitas lebih tinggi pada sianida daripada sitokrom oksidase, tetapi lebih potensial

menyebabkan methemoglobin daripada sitokrom oksidase. Efek samping dari

penggunaan nitrit meliputi pembentukan formasi methemoglobin, vasodilatasi,

hipotensi, dan takikardi. Mencegah pembentukkan formasi yang cepat, monitoring

tekanan darah, dan pemberian dosis yang tepat akan mengurangi terjadinya efek

samping. Ketika dilakukan terapi dengan nitrit, lihat konsentrasi hemoglobin.

Tetapi jangan menunda terapi ketika menunggu hasil pengukuran kadar

hemoglobin (Meredith, 1993).

Sodium nitrit injeksi dan amil nitrit dalam bentuk ampul untuk inhalasi

merupakan komponen dari antidot sianida. Kegunaan nitrit sebagai antidot sianida

bekerja dalam dua cara, yaitu : nitrit mengoksidasi hemoglobin, yang kemudian

akan mengikat sianida bebas, dan cara yang kedua yaitu meningkatkan

detoksifikasi sianida endothelial dengan menghasilkan vasodilasi. Inhalasi dari

satu ampul amil nitrit menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 5%.

Page 58: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

40

Pemberian dosis tunggal nitrit secara intravena dapat menghasilkan tingkat

methemoglobin sekitar 20-30% (Olson, 2007).

1. Kontraindikasi

Nitrit dikontraindikasikan untuk : pasien dengan methemoglobinemia (>40%),

hipotensi berat, pemberian pada pasien yang keracunan karbonmonoksida (Olson,

2007).

2. Efek samping

Nitrit memiliki efek samping yaitu :

a. Sakit kepala, kemerahan pada muka, kepusingan, mual, muntah, takikardi, dan

berkeringat. Efek samping ini dapat juga dijadikan tanda keracunan sianida.

b. Pemberian secara intravena dapat menyebabkan hipotensi.

c. Methemoglobinemia berlebihan dan fatal dapat terjadi.

d. Penggunaan pada kehamilan (Olson, 2007).

3. Interaksi obat

a. Hipotensi dapat menjadi parah apabila nitrit diberikan bersamaan dengan

alkohol atau vasodilator atau agen antihipertensi lainnya.

b. Metilen biru sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang keracunan sianida

karena dapat membalikkan induksi methemoglobinemia oleh nitrit dan secara

teori menghasilkan pelepasan ion bebas sianida.

c. Ikatan dari methemoglobin pada sianida (sianomethemoglobin) dapat

menurunkan tingkat methemoglobin bebas (Olson, 2007).

Page 59: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

41

4. Dosis dan metode pemberian

a. Amil nitrit dalam bentuk ampul.

Gunakan 1 atau 2 ampul pada kain kasa, pakaian, atau spons dan letakkan di

bawah hidung penderita, yang sebaiknya dihirup dalam-dalam selama 30 detik.

Diamkan 30 detik, kemudian ulangi lagi (Olson, 2007).

b. Sodium nitrit parenteral.

1) Dewasa.

Berikan 300 mg sodium nitrit (10 mL dari 3% larutan) IV selama 3-5

menit (Olson, 2007).

2) Anak-anak.

Berikan 0.15-0.33 mL/kg sampai batas maksimum sebesar 10 mL. Dosis

pada anak-anak sebaiknya dihitung berdasarkan konsentrasi hemoglobin bila

diketahui. Bila diduga mengalami anemia atau hipotensi, awali dengan dosis

rendah, diencerkan dalam 50-100 mL saline, dan berikan selama 5 menit (Olson,

2007).

3) Oksidasi dari hemoglobin menjadi methemoglobin terjadi dalam 30 menit.

Bila tidak terjadi apa-apa dalam 30 menit, setengah dosis IV dari sodium nitrit

perlu diberikan (Olson, 2007).

5. Formulasi

a. Amil nitrit.

Komponen dari antidot sianida, 0.3 mL dalam ampul (Olson, 2007).

b. Sodium nitrit parenteral.

Page 60: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

42

Komponen dari antidot sianida, 300 mg dalam 10 mL pelarut steril (3%)

(Olson, 2007).

K. Landasan Teori

Sianida merupakan senyawa racun yang dapat mengganggu kesehatan

serta mengurangi bioavailabilitas nutrien di dalam tubuh. Sianida merupakan

racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau dan tak berwarna, yaitu

hidrogen sianida (HCN) atau sianogen klorida (CNCl) atau berbentuk kristal

seperti sodium sianida (NaCN) atau potasium sianida (KCN). Akibat yang

ditimbulkan oleh racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan rute

pemejanan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang

paling terpengaruh adalah jantung dan otak.

Sianida merupakan inhibitor nonspesifik enzim, meliputi asam suksinat

dehidrognase, superoksida dismutase, karbonat anhidrase, sitokrom oksidase, dan

lain sebagainya. Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah

mengubahnya menjadi tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang

lain, seperti beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Nitrit

menyebabkan methemoglobin, dengan sianida membentuk substansi nontoksik

sianmethemoglobin.

Dari penelitian Djunarko, 2007, diketahui bahwa penggunaan natrium

nitrit pada keracunan sianida akut dengan dosis tinggi dapat memperparah

keadaan, sedangkan apabila digunakan pada dosis rendah natrium nitrit belum

dapat menolong kondisi keracunan sianida akut, untuk itu perlu dikombinasikan

Page 61: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

43

dengan natrium tiosulfat yang lebih aman dari natrium nitrit sehingga diperoleh

dosis efektif. Natrium tiosulfat dan natrium nitrit akan bekerja dengan mekanisme

yang sinergis jika dikombinasikan untuk antidotum keracunan sianida akut.

Natrium tiosulfat akan bekerja dengan mekanisme mempercepat eliminasi,

sedangkan natrium nitrit akan bekerja dengan mekanisme hambatan bersaing.

Jadi untuk menangani keracunan sianida akut dapat digunakan natrium

tiosulfat dan natrium nitrit dan penderita keracunan dapat ditolong dengan cepat.

L. Hipotesis

Meningkatnya dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan

natrium nitrit dapat meningkatkan penawaracunan sianida.

Page 62: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Dalam penelitian uji antidot kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit

pada kasus keracunan akut-oral sianida pada mencit jantan galur swiss

mempunyai variabel utama dan pengacau.

1. Variabel utama

Variabel utama dalam penelitian adalah dosis natrium tiosulfat dan

natrium nitrit pada mencit.

Variabel utama dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Variabel bebas : dosis natrium tiosulfat, sejumlah mg natrium tiosulfat tiap kg

berat badan mencit.

b. Variabel tergantung : keadaan/waktu kembalinya kondisi mencit ke keadaan

semula (dalam detik) dari gejala efek toksik yang timbul meliputi : jantung

berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas, kejang, dan mati.

Kriteria uji antidot yang dapat ditunjukkan dengan jumlah hewan uji yang

kembali ke kondisi normal setelah pemejanan racun dan antidotnya, gejala-gejala

toksik, dan mekanisme kematian.

Page 63: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

45

2. Variabel pengacau

a. Terkendali :

1) Umur : 60-90 hari ( 2- 3 bulan )

2) Berat badan : 20- 30 gram

3) Jenis kelamin : Jantan

4) Galur : Swiss

5) Jalur pemberian : Oral (sianida), i.p (natrium thiosulfat), i.p (natrium

nitrit)

6) Frekuensi perlakuan : Satu kali

b. Tak terkendali :

Jumlah asupan makanan dan minuman yang diterima hewan uji.

3. Definisi operasional

a. Kondisi semula mencit adalah keadaan mencit yang sehat sebelum pemejanan

KCN.

b. Gejala efek toksik yang timbul adalah munculnya jantung berdebar, hilang

kesadaran, gagal nafas, kejang, dan mati setelah pemejanan KCN.

c. Pengamatan jantung berdebar dilakukan hanya dengan melihat secara langsung

perubahan pada bagian dada mencit, yang ditandai dengan timbulnya ritme

yang lebih kencang dari keadaan normal.

Page 64: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

46

C. Bahan Penelitian

Bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Racun yang dipejankan adalah larutan kalium sianida (KCN) (E.Merck,

Darmstadt, Germany). Bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bahan antidot yang digunakan adalah natrium tiosulfat (E.Merck, Darmstadt,

Germany) dan natrium nitrit (E.Merck, Darmstadt, Germany). Bahan tersebut

diperoleh dari Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Bahan pelarut adalah aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi,

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan yang

diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Penelitian (UPHP), Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

D. Alat dan Instrumen Penelitian

Peralatan dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Neraca atau timbangan elektrik (Mettler Toledo Tipe AB 204, Switzerland)

2. Alat-alat gelas

3. Jarum tuberkulin (preparat oral) yang digunakan untuk pemberian larutan

sianida secara per-oral

4. Spuit intraperitonial

Page 65: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

47

E. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan larutan dan penetapan dosis KCN

Larutan KCN 0,104% dibuat dengan cara melarutkan 0,104 gram KCN

ditambah aquadest hingga 100 ml. Dengan menggunakan nilai konversi dosis dari

manusia 70 Kg ke mencit dengan berat badan 20 gram sebesar 0.0026, maka

didapatkan nilai dosis KCN secara peroral pada mencit 20 gram sebesar :

= 200 x 0.0026

= 0.52 mg/20 gram BB mencit

= 26 mg/KgBB mencit.

Dosis KCN dipilih berdasarkan dosis letal oral KCN yang sudah dikonversikan ke

dosis letal oral mencit yaitu sebesar 26 mg/KgBB.

2. Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium tiosulfat

Larutan natrium thiosulfat 18.72% v/v (dosis 0.468 mg/kg BB) dibuat

dengan cara melarutkan 18.72 mg natrium tiosulfat ditambah aquadest hingga

1000 ml. Dosis natrium tiosulfat dipilih berdasarkan hasil orientasi yang sudah

pernah dilakukan yaitu sebesar 1125 mg/kg BB. Dosis 1125 mg/kg BB diturunkan

dengan faktor perkalian 7 kalinya, maka diperoleh dosis 160.720 mg/KgBB,

22.960 mg/KgBB, 3.279 mg/KgBB dan 0.468 mg/KgBB.

3. Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium nitrit

Larutan natrium nitrit 0.112% dibuat dengan cara melarutkan 0.112 gram

natrium nitrit ditambah aquadest hingga 100 ml. Dosis natrium nitrit dipilih

berdasarkan hasil orientasi yang sudah pernah dilakukan yaitu sebesar 28

mg/KgBB.

Page 66: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

48

4. Pengelompokkan hewan uji

Hewan uji sebanyak 42 ekor dikelompokkan secara acak menjadi 7

kelompok, kelompok I diberi bahan pelarut yang digunakan yaitu aquadest,

kelompok II diberi larutan KCN, kelompok III diberi larutan Na2S2O3 dosis

160.72 mg/KgBB dan NaNO2 dosis 62.460 mg/KgBB sebagai kontrol antidotnya,

kelompok IV diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/KgBB dan sesaat setelahnya

diberikan antidotum Na2S2O3 dosis 0.468 mg/kgBB + NaNO2 dosis 62.460

mg/KgBB, kelompok V diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/KgBB dan sesaat

setelahnya diberikan antidotum Na2S2O3 dosis 3.279 mg/KgBB + NaNO2 dosis

62.460 mg/KgBB, kelompok VI diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/KgBB dan

sesaat setelahnya diberikan antidotum Na2S2O3 dosis 22.960 mg/KgBB + NaNO2

dosis 62.460 mg/KgBB, kelompok VII diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/KgBB

dan sesaat setelahnya diberikan antidotum Na2S2O3 dosis 160.72 mg/KgBB +

NaNO2 dosis 62.460 mg/KgBB. Peringkat kelompok VII ini merupakan

kelompok yang diberi dosis tertinggi antidotum Na2S2O3.

5. Penanganan hewan uji

Hewan uji yang akan digunakan diletakkan dalam wadah dan diberi sekam

serta makanan dan minuman. Hewan uji yang sudah digunakan dan masih hidup

diletakkan di wadah yang berbeda dari hewan uji yang belum digunakan untuk

penelitian.

6. Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai dari pemberian antidot Na2S2O3 dan NaNO2

hingga 3 jam pengamatan. Jika hewan uji sampai 3 jam pengamatan tidak

Page 67: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

49

mengalami kematian maka pengamatan dilanjutkan hingga 1 x 24 jam dari waktu

pemberian antidot. Kriteria klinik pengamatan meliputi :

a. pengamatan fisik terhadap gejala-gejala toksik. Pengamatan harus dilakukan

mulai dari timbulnya gejala efek toksik yang berupa jantung berdebar, hilang

kesadaran, gagal nafas, kejang, dan mati setelah pemejanan KCN.

b. kematian hewan uji pada masing-masing kelompok.

F. Analisis Hasil

1. Uji penyebaran data menggunakan metode Shapiro-Wilk untuk melihat

kenormalannya.

2. Uji adanya perbedaan data tiap kelompok menggunakan metode Kruskal

Wallis.

3. Uji adanya perbedaan yang bermakna atau perbedaan yang tidak bermakna

tiap kelompok menggunakan metoda Mann Whitney.

4. Pada uji statistik, Hnull berbunyi : mean waktu (dalam detik) timbulnya gejala

akibat keracunan sianida akut mulai dari jantung berdebar, hilang kesadaran,

gagal nafas, kejang, dan mati antar kelompok perlakuan tidak berbeda.

5. Secara kualitatif diamati dosis yang memiliki persentase kehidupan sebesar

100% untuk menentukan dosis efektifnya.

6. Pengamatan persentase kehidupan tiap kelompok perlakuan secara kualitatif

untuk melihat hubungan antara dosis kombinasi natrium tiosulfat dan natrium

nitrit dengan efek penawaran racun dan sifat terbalikkan natrium tiosulfat dan

natrium nitrit pada keracunan sianida pada mencit.

Page 68: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit sebagai

Antidotum Sianida

Hasil pengamatan gejala, mekanisme, wujud, sifat, dan efek dari

keracunan sianida pada mencit dapat dilihat pada tabel I. Dari data pada tabel I

terlihat jelas bahwa waktu timbulnya efek toksik sampai kematian subyek uji

mencit karena perlakuan sianida dosis 26 mg/KgBB peroral (setara dengan dosis

letal pada manusia, 200 mg) sangat cepat, rata-rata 321.17 detik.

Keracunan sianida berarti meningkatkan keberadaan zat beracun sianida

di sel sasaran, di mana terjadi translokasi sianida dari jalan masuk ke tempat

reseptornya. Hal ini menyebabkan perubahan sianida menjadi produk aktif yang

stabil, sehingga dapat menimbulkan gejala efek toksik mulai dari jantung

berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas, kejang bahkan sampai mematikan.

Keadaan ini mengakibatkan gejala efek toksik yang dapat teramati mulai

bisa diukur waktunya sejak mencit kehilangan kesadaran, gagal nafas, kejang

sampai saat kematian. Mekanisme yang memperantarai keracunan adalah sianida

bereaksi dengan sejumlah enzim yang mengandung logam, seperti feri sitokrom

oksidase. Karena metabolisme aerob tergantung pada sistem enzim ini, maka

jaringan tidak dapat lagi menggunakan oksigen dan jaringan itu mengalami

hipoksia. Sianida menyebabkan hipoksia seluler dengan menghambat sitokrom

Page 69: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

51

Tabel I. Hasil pengamatan gejala efek toksik sianida terhadap 7 kelompok perlakuan

Hal yang diamati (dalam detik) Jantung berdebar

Hilang kesadaran Gagal nafas Kejang Mati Kelompok

X ± 2 SE X ± 2 SE X ± 2 SE X ± 2 SE X ± 2 SE

Persentase kehidupan

(%)

Persentase kehidupan

(%)*

Kontrol negatif

aquadest

Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak mati 100 100

Kontrol positif sianida

(26 mg/KgBB)

Terjadi cepat

sekali(a)

77.50 ± 17.77(b)

157.50 ± 30.45(b)

258.33 ± 74.05(b)

321.17 ± 85.09(b) 0 0

Kontrol positif

Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.460

mg/KgBB)

Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak

mati(a) 100 100 (tanpa Na-Nitrit)

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.460

mg/KgBB)

12.00 ± 4.29(a)

99.00 ± 9.72(b)

128.33 ± 8.68(b)

120.50 ± 25.43(b)

14598.50 ±

14360.31(b) 16.67 0 (tanpa

Na-Nitrit)

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.460

mg/KgBB

42.67 ± 19.29(b)

386.00 ± 224.24(b)

526.67 ± 331.35(b)

325.83 ± 142.23(b)

43646.17 ±

19122.65(a) 50 33.33(tanpa

Na-Nitrit)

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.460

mg/KgBB)

56.67 ± 23.81(b)

39.00 ± 24.73(a)

27.00 ± 27.00(a)

27.83 ± 27.83(a)

Tidak mati(a) 100 33.33(tanpa

Na-Nitrit)

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.460

mg/KgBB)

21.00 ± 2.92(b)

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak

mati(a) 100 100 (tanpa Na-Nitrit)

Ket : (a) = berbeda tidak bermakna terhadap kontrol negatif (pelarut/aquadest) (b) = berbeda bermakna terhadap kontrol negatif (pelarut/aquadest) (*) = diadaptasi dari penelitian Sudarmono (2008)

Page 70: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

52

oksidase pada bagian sitokrom a3 dari rantai transport elektron. Ion hidrogen yang

secara normal akan bergabung dengan oksigen pada ujung rantai tidak lagi

tergabung. Hasilnya, selain persediaan oksigen kurang, oksigen tidak bisa

digunakan, dan molekul ATP tidak lagi dibentuk, sehingga dapat terjadi gagal

nafas, kejang dan akhirnya mematikan.

Wujud efek toksik sianida merupakan perubahan biokimia karena adanya

hambatan respirasi sel dan gangguan pasok energi dari sianida di dalam sel yang

juga dipengaruhi oleh keadaan biologis. Meskipun demikian berdasarkan

mekanisme dan efek toksik yang timbul selama pemberian sianida maka

kemungkinan lain terjadi wujud toksik berupa udem pada paru yang diduga

sebagai perubahan fungsional pernafasan dan pemicu kematian.

Dosis atau takaran sianida sebesar 26 mg/KgBB peroral pada mencit

menentukan sifat efek toksik sianida yaitu sifat yang tidak terbalikkan karena

keberadaan sianida pada dosis tersebut potensi ketoksikannya tinggi sampai

berakibat fatal.

Pemberian antidot untuk keracunan sianida dalam penelitian ini

menggunakan kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit. Sebagai antidotum,

natrium tiosulfat memiliki jarak ketoksikan dosis yang lebih lebar bila

dibandingkan dengan natrium nitrit (dosis yang besar sampai 1125 mg/KgBB

yang pernah dicobakan tidak memberikan efek kematian pada hewan uji). Dosis

yang dipilih berdasarkan dosis terapi antidotum yang akan digunakan dalam

penelitian penawaracunan sianida dengan jalur pemberian secara intraperitoneal.

Pada penelitian ini dosis natrium tiosulfat yang dipilih berdasarkan orientasi, yaitu

Page 71: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

53

dosis kedua yang tidak menyebabkan kematian pada subyek uji mencit (22.960

mg/KgBB sebagai kontrol positif natrium tiosulfat).

Dari hasil penelitian didapatkan pada natrium tiosulfat dosis 22.960

mg/KgBB secara intraperitoneal pada mencit tidak ditemukan adanya kematian,

namun masih ditemukan adanya gejala efek toksik yang memperantarainya

seperti: jantung berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas dan kejang. Respon untuk

jantung berdebar sebesar 33.33%, dilihat dari hewan uji yang mengalami jantung

berdebar pada natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB sebanyak 2 ekor dari total

6 hewan uji. Pada gejala efek toksik gagal nafas dan kejang masing-masing

responnya sebesar 16.67%. Pada natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB, dari hasil

penelitian menunjukkan tidak teramatinya gejala efek toksik baik itu jantung

berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas maupun kejang. Dari sini diperoleh

kombinasi yang tepat untuk kontrol positif yaitu natrium tiosulfat dosis 22.960

mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB.

Pada kelompok kontrol positif kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960

mg/KgBB dan natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB secara intraperitoneal

didapatkan hasil seperti tersaji pada tabel I.

Hasil yang diperoleh dari kontrol positif antidotum dapat dilihat pada

tabel I. Dari data pada tabel I diketahui bahwa perlakuan dengan menggunakan

Na-tiosulfat 22.960 mg/KgBB dan Na-nitrit 62.460 mg/KgBB secara

intraperitonial tidak menunjukkan gejala efek toksik apapun. Keberadaan (takaran

dan lama) natrium tiosulfat 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB

Page 72: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

54

secara intraperitoneal pada mencit ternyata tidak menimbulkan adanya gejala efek

toksik dan kematian.

Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kisaran dosis

natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit yang mempunyai

potensi sebagai antidotum sianida. Dosis intraperitoneal natrium tiosulfat yang

dipilih sebagai antidotum sianida diberikan sesaat setelah pemberian sianida

secara oral 26 mg/KgBB berurutan sebesar : 0.468 mg/KgBB, 3.279 mg/KgBB,

22.960 mg/KgBB dan 160.720 mg/KgBB.

Natrium nitrit sendiri dipilih dosis 62.460 mg/KgBB sebagai dosis yang

akan dikombinasikan dengan natrium tiosulfat pada ke-empat peringkat dosisnya.

Pemberian natrium nitrit ini dilakukan secara intraperitonial sesaat setelah

pemberian natrium tiosulfat. Pemberian natrium nitrit hanya satu peringkat dosis

karena hasil penelitian sebelumnya menunjukkan apabila natrium nitrit diberikan

dalam dosis yang lebih besar maka gejala efek toksik akan tetap muncul hingga

kematian, demikian pula sebaliknya bila natrium nitrit diberikan dalam dosis yang

lebih kecil. Hal ini disebabkan karena jika terlalu besar, natrium nitrit dapat

berefek toksik, sedangkan jika terlalu kecil natrium nitrit belum dapat mencegah

gejala efek toksik yang ditimbulkan akibat pemberian sianida secara peroral dosis

26 mg/KgBB. Dan dosis 62.460 mg/KgBB merupakan dosis natrium nitrit yang

paling efektif.

Page 73: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

55

1. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik jantung

berdebar.

Hasil pengamatan terhadap gejala dari keracunan sianida pada 7

kelompok perlakuan seperti tertera pada tabel I. Pada gejala jantung berdebar,

sianida memiliki nilai mean ± 2.00 SE yang berbeda tidak bermakna bila

dibandingkan dengan kontrol negatif, dalam hal ini berupa pelarut yang

digunakan yaitu aquadest (dapat dilihat pada tabel I), sedangkan pada gejala

toksik yang lainnya seperti : hilang kesadaran, gagal nafas, kejang, dan mati

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol negatif

secara statistik. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada tabel I.

Kontrol negatif digunakan sebagai pembanding karena dianalogkan pada

kontrol negatif hewan uji berada pada kondisi yang normal dan tidak terpapar

sianida, yang dipaparkan pada kelompok kontrol negatif hanyalah pelarut yang

berupa aquadest. Adanya perbedaan yang tidak bermakna pada gejala jantung

berdebar antara kelompok sianida dan kelompok kontrol negatif dikarenakan pada

kelompok sianida, sianida akan langsung diabsorbsi dalam saluran pencernaan

dan segera didistribusikan ke seluruh bagian tubuh, sehingga sianida akan dengan

cepat diubah menjadi produk aktif yang stabil dan segera berikatan dengan

reseptornya. Setelah sianida berikatan dengan reseptornya, maka sianida akan

menyebabkan hipoksia seluler dan menyebabkan hilang kesadaran, gagal nafas,

kejang, dan mati.

Demikian juga halnya pada kelompok perlakuan kontrol positif yaitu

kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit dosis

Page 74: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

56

Tabel II. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik jantung berdebar

Kelompok Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB) Kontrol aquadest BTB BTB BTB BB BB BB

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

BTB BTB BTB BB BB BB

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BTB BTB BB BB BB

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BTB BTB BTB BB BTB

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB

BB BB BB BTB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BB BB BB BB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BB BB BB BTB BTB BTB

Page 75: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

57

62.460 mg/KgBB tidak ditemukan adanya gejala jantung berdebar. Pada

kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif jika dibandingkan

hasilnya juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Jadi, dapat ditarik

kesimpulan bahwa baik itu kontrol negatif maupun kontrol positif tidak

berpengaruh terhadap gejala jantung berdebar.

Dari tabel I juga terlihat bahwa pada kelompok kontrol sianida tidak

menunjukkan adanya gejala jantung berdebar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa

sianida tidak menyebabkan jantung berdebar. Namun, apabila kita melihat

kelompok perlakuan berikutnya maka akan terlihat perbedaan yang bermakna

apabila hewan uji yang sesaat setelah dipaparkan sianida diberikan antidot yang

berupa kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit. Terlihat pada tabel I harga

X ± 2.00 SE pada kelompok yang sesaat setelah dipaparkan sianida diberikan

antidot berupa kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit mulai dari natrium

tiosulfat dengan dosis 3.279 mg/KgBB hingga dosis 160.720 mg/KgBB

menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok sebelumnya. Dari sini

dapat kita tarik kesimpulan bahwa gejala jantung berdebar dipicu oleh kenaikan

dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit.

Keadaan hewan uji dengan gejala jantung berdebar yang menunjukkan

perbedaan yang bermakna dengan adanya peningkatan dosis natrium tiosulfat

diperjelas dengan gambar grafik X ± 2.00 SE untuk gejala efek toksik berupa

jantung berdebar.

Jantung berdebar dapat terjadi pada keracunan sianida, karena pada

keracunan sianida terjadi kegagalan pembentukan ATP. Adanya penurunan ATP

Page 76: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

58

menyebabkan peningkatan konsentrasi Na+ di dalam sel di mana menghambat

pengeluaran Ca2+. Akibat adanya peningkatan konsentrasi Ca2+ di dalam sel

meningkatkan kontraksi otot jantung. Peningkatan kontraksi otot jantung

menyebabkan jantung berdebar.

Peningkatan Na+ disebabkan karena pemberian natrium tiosulfat dan

natrium nitrit. Namun, setelah sampai pada keadaan jenuh maka Na+ akan

dikeluarkan dari sel dan keadaan normal dapat tercapai.

2. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik hilang kesadaran.

Selanjutnya kita melihat gejala efek toksik yang berikutnya yaitu hilang

kesadaran. Pada kasus hilang kesadaran dapat terlihat secara statistik

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kontrol sianida dengan

kontrol positif dan kontrol negatif. Hal ini menandakan bahwa sianida berpotensi

menimbulkan gejala hilang kesadaran.

Dari tabel I kita juga melihat bahwa dengan meningkatnya dosis natrium

tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit sebagai antidot pada

pemaparan sianida maka perbedaannya menjadi tidak bermakna. Dari sini dapat

kita simpulkan bahwa kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit dengan dosis

yang tepat dapat memperbaiki keadaan hilang kesadaran akibat keracunan sianida.

Pada kelompok VII (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium

tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

menunjukkan hasil statistik yang sama dengan kelompok I (kontrol

negatif/aquadest) dan kelompok III (kontrol positif/kombinasi natrium tiosulfat

dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) yang dapat dilihat

Page 77: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

59

dari tabel I. Hal ini menunjukkan bahwa antidot pada kelompok VII (sianida

dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720

mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) sangat berpotensi menghilangkan

gejala hilang kesadaran akibat dari keracunan sianida.

Pada kelompok VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium

tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

menunjukkan hasil statistik yang berbeda tidak bermakna terhadap ke-6 kelompok

lainnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa antidot pada kelompok VI (sianida

dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan

natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) dapat memperbaiki gejala hilang kesadaran

namun tidak lebih baik jika dibandingkan dengan antidot pada kelompok VII

(sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720

mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB). Dari hasil pengamatan pada

hewan uji 2 dari 6 replikasi pada kelompok VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan

kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB) menunjukkan gejala hilang kesadaran, sedangkan 4 lainnya tidak.

Mekanisme terjadinya hilang kesadaran diawali dengan timbulnya

hipoksia yang kemudian menyebabkan hiperlaktemia. Hiperlaktemia terjadi

karena kegagalan metabolisme energi secara aerob. Hiperlaktemia berarti terjadi

peningkatan perubahan asam piruvat menjadi asam laktat, di mana peningkatan

asam laktat mengakibatkan timbulnya manifestasi lemas. Bila keadaan ini terjadi

secara terus menerus maka dapat menyebabkan hilangnya kesadaran akibat

Page 78: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

60

Tabel III. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik hilang kesadaran

Kelompok Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB) Kontrol aquadest BB BTB BB BB BTB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

BB BB BTB BTB BTB BB

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BB BB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BTB BB BB BTB

Page 79: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

61

penumpukan asam laktat. Dengan adanya natrium tiosulfat sebagai donor sulfur

maka eliminasi sianida akan dipercepat dan keadaan hipoksia dapat dikurangi,

sehingga hiperlaktemia juga dapat dikurangi dan keadaan hilang kesadaran dapat

kembali ke keadaan normal. Natrium nitrit akan mengoksidasi hemoglobin

menjadi methemoglobin yang akan berikatan dengan sianida sehingga respirasi

dapat berjalan kembali. Dengan kembalinya respirasi ini, maka hiperlaktemia

dapat dihindari dan keadaan normal dapat tercapai.

3. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik gagal nafas.

Pengamatan gejala yang berikutnya, yaitu gejala gagal nafas akibat

keracunan sianida. Secara statistik, kelompok II (kontrol sianida) menunjukkan

perbedaan yang bermakna dengan kelompok I (kontrol negatif/aquadest) dan III

(kontrol positif/kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB). Hal ini menunjukkan bahwa sianida sangat berpotensi

menimbulkan gejala gagal nafas. Pada kelompok VII (sianida dosis 26 mg/KgBB

dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium nitrit

62.460 mg/KgBB) menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap

kelompok I (kontrol negatif/aquadest) dan III (kontrol positif/kombinasi natrium

tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB). Dari data

tersebut dapat kita simpulkan bahwa antidot pada kelompok VII (sianida dosis 26

mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB) memberikan potensi yang sangat baik dalam hal

mengurangi gejala gagal nafas.

Page 80: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

62

Demikian halnya dengan antidot pada kelompok VI (sianida dosis 26

mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB) juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna

terhadap kelompok I (kontrol negatif/aquadest) dan III (kontrol positif/kombinasi

natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB).

Hal ini menunjukkan bahwa antidot pada kelompok VI (sianida dosis 26

mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB) sudah berpotensi mengurangi gejala gagal nafas akibat

keracunan sianida. Namun pada 6 kali replikasi ada 1 yang teramati gejala gagal

nafas. Dari hasil pengamatan tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa antidot

pada kelompok VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat

dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) sudah berpotensi

mencegah terjadinya gagal nafas, meskipun tidak sebaik antidot pada kelompok

VII (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720

mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB).

Pada antidot pada kelompok IV (sianida dosis 26 mg/KgBB dan

kombinasi natrium tiosulfat dosis 0.468 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB) dan V (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat

dosis 3.279 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) menunjukkan hasil

statistik berbeda bermakna terhadap kelompok I (kontrol negatif/aquadest) dan III

(kontrol positif/kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB). Data tersebut menunjukkan bahwa antidot pada

kelompok IV (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis

Page 81: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

63

Tabel IV. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik gagal nafas

Kelompok Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB) Kontrol aquadest BB BTB BB BB BTB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

BB BB BTB BTB BB BB

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BB BB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB

BB BTB BB BTB BB BB

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BTB BTB BB BTB

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BTB BB BB BTB

Page 82: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

64

0.468 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) dan V (sianida

dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 3.279 mg/KgBB dan

natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) belum berpotensi untuk mengurangi gejala gagal

nafas akibat keracunan sianida.

Terjadinya gagal nafas ini diakibatkan karena terjadi hipoksia pada tingkat

sel. Hipoksia terjadi karena terhambatnya rantai transport elektron dari sitokrom

oksidase ke molekul oksigen pada bagian sitokrom a3 oleh sianida pada

mitokondria. Dengan adanya antidot berupa kombinasi natrium tiosulfat dan

natrium nitrit maka natrium tiosulfat akan menjadi donor sulfur untuk

biotransformasi sianida menjadi tiosianat dengan bantuan sulfurtransferase

(misalnya : rhodanese) selanjutnya tiosianat ini akan dieliminasi melalui urin,

dengan adanya eliminasi ini maka sianida yang berada dalam tubuh akan

berkurang dan hambatan sitokrom a3 oleh sianida juga akan berkurang dan

keadaan normal dapat tercapai kembali. Untuk natrium nitrit akan bekerja dengan

mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin yang akan bekerja dengan

mekanisme hambatan bersaing di mana sianida tidak lagi berikatan dengan

sitokrom a3 melainkan berikatan dengan methemoglobin dan akan membentuk

sianmethemoglobin dan respirasi dapat berjalan kembali ke keadaan normal.

4. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik kejang

Gejala efek toksik yang berikutnya adalah kejang. Pada kasus ini, dari

tabel V yang menunjukkan perbedaan tidak bermakna terhadap kelompok I

(kontrol negatif/aquadest) adalah kelompok III (kontrol positif/kombinasi natrium

Page 83: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

65

tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB), VI (sianida

dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan

natrium nitrit 62.460 mg/KgBB), dan VII (sianida dosis 26 mg/KgBB dan

kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB).

Pada gejala kejang, secara statistik kelompok III (kontrol

positif/kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit

62.460 mg/KgBB), VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium

tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) dan VII

(sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720

mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) menunjukkan perbedaan yang

tidak bermakna terhadap kelompok I (kontrol negatif/aquadest). Dari data pada

tabel I sudah terlihat bahwa antidot pada kelompok VI (sianida dosis 26

mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB) dan VII (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi

natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

sudah dapat mengurangi gejala kejang akibat keracunan sianida.

Pada kelompok IV (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium

tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) dan V

(sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 3.279

mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) belum berpotensi mengurangi

gejala kejang karena secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna

terhadap kelompok I (kontrol negatif).

Page 84: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

66

Tabel V. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek

toksik kejang

Kelompok Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB) Kontrol aquadest BB BTB BB BB BTB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

BB BB BTB BTB BB BB

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BB BB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB

BB BTB BB BTB BB BB

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BTB BTB BB BTB

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BTB BB BB BTB

Page 85: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

67

Kejang disebabkan karena keadaan depolarisasi yang terus menerus di

dalam sel. Sianida menghambat transfer elektron pada rantai transfer elektron di

dalam mitokondria sehingga menyebabkan kegagalan sintesis ATP. ATP

digunakan untuk menggerakan transporter ion seperti Na+, K+-ATPase dalam

membran plasma, Ca2+-ATPase di dalam plasma dan membran retikulum

endoplasma, dan H+-ATPase dalam membran lisosom. Karena ATP tidak

terbentuk maka terjadi penumpukan Na+ di dalam sel sehingga menyebabkan

depolarisasi terus menerus yang dapat menyebabkan kejang.

Dengan adanya tiosulfat, maka tiosianat akan terbentuk dan dieliminasi

melalui urin. Dengan berkurangnya sianida dari dalam tubuh maka sintesis ATP

dapat berjalan kembali dan Na+ dapat ditransportkan ke luar sel, sehingga

penumpukkan Na+ dapat dikurangi dan keadaan normal dapat tercapai kembali.

Natrium nitrit akan mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin

yang akan berikatan dengan sianida melalui mekanisme hambatan bersaing.

Dengan demikian maka hambatan sianida pada transfer elektron dalam rantai

transfer elektron di dalam mitokondria akan berkurang dan sintesis ATP dapat

berjalan kembali maka penumpukkan Na+ dapat dikurangi dan keadaan normal

dapat tercapai.

5. Perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik mati.

Gejala terakhir dari keracunan sianida adalah mati. Jika sudah sampai pada

tahap ini maka korban tidak tertolong lagi. Dari tabel I, terlihat bahwa pada

kelompok III (kontrol positif/kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB

dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB), V (sianida dosis 26 mg/KgBB dan

Page 86: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

68

kombinasi natrium tiosulfat dosis 3.279 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB), VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis

22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB), dan VII (sianida dosis 26

mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB) menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap

kelompok I (kontrol negatif/aquadest). Data tersebut menunjukkan bahwa antidot

pada kelompok V (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat

dosis 3.279 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB), VI (sianida dosis 26

mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium

nitrit 62.460 mg/KgBB), dan VII (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi

natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

berpotensi mengurangi kematian akibat keracunan sianida.

Antidot pada kelompok IV (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi

natrium tiosulfat dosis 0.468 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kelompok I (kontrol

negatif/aquadest) dan perbedaan tidak bermakna terhadap kelompok II (kontrol

sianida). Dari hasil pengamatan fisik terlihat bahwa 3 dari 6 hewan uji yang

diamati mengalami sianosis yang ditandai dengan tubuh berwarna kebiruan dan

kaku, yang berarti respon hewan uji terhadap sianosis sebesar 50%. Data ini

menunjukkan bahwa antidot pada kelompok IV (sianida dosis 26 mg/KgBB dan

kombinasi natrium tiosulfat dosis 0.468 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB) belum berpotensi mencegah kematian akibat keracunan sianida.

Page 87: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

69

Antidot pada kelompok V (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi

natrium tiosulfat dosis 3.279 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok I (kontrol

negatif/aquadest) namun juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna

terhadap kelompok II (kontrol sianida). Dari hasil pengamatan saat penelitian

terlihat bahwa pada kelompok V (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi

natrium tiosulfat dosis 3.279 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

terdapat 3 hewan uji yang mengalami kematian, sedangkan 3 lainnya tidak. Hal

ini berarti respon hewan uji terhadap kematian sebesar 50%. Data ini

menunjukkan bahwa antidot pada kelompok V (sianida dosis 26 mg/KgBB dan

kombinasi natrium tiosulfat dosis 3.279 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB) sudah berpotensi mencegah terjadinya kematian namun belum sebaik

pada kelompok VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat

dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) dan VII (sianida

dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan

natrium nitrit 62.460 mg/KgBB). Pada pengamatan fisik terlihat tidak adanya

hewan uji yang mati pada kelompok VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan

kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB) dan VII (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi natrium tiosulfat

dosis 160.720 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB), hal ini berarti

respon hewan uji terhadap kematian sebesar 0%. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa pada kelompok VI (sianida dosis 26 mg/KgBB dan kombinasi

Page 88: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

70

Tabel VI. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik mati

Kelompok Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB) Kontrol aquadest BB BTB BB BTB BTB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/KgBB)

BB BB BTB BTB BB BB

Kontrol Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BB BTB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat

(0,468 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BB BTB BB BTB BB BB

Sianida + Tiosulfat

(3.279 mg/KgBB)

+ Nitrit (62.46

mg/KgBB

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat (22.960

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BTB BB BTB BTB

Sianida + Tiosulfat (160.720

mg/KgBB) + Nitrit (62.46

mg/KgBB)

BTB BB BTB BB BTB BTB

Page 89: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

71

natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB)

sudah berpotensi mencegah kematian akibat keracunan sianida.

Sianida akan menghambat sitokrom oksidase pada sitokrom a3 yang

akan mengakibatkan hipoksia selular. Apabila hal ini terjadi, maka oksigen tidak

akan berguna lagi dan molekul ATP tidak akan dibentuk. Dengan tidak

terbentuknya ATP maka kegiatan dalam sel tidak akan berjalan dan hal ini akan

menyebabkan kematian. Dengan adanya natrium tiosulfat, maka sianida akan

dirubah menjadi tiosianat melalui enzim rhodanese. Semakin cepat eliminasi ini

akan menurunkan jumlah sianida dalam tubuh, sehingga hambatan pada sitokrom

oksidase berkurang dan ATP terbentuk kembali dan kematian dapat dihindari.

Natrium nitrit akan mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin yang akan

berikatan dengan sianida. Dengan adanya methemoglobin ini maka hambatan

sianida pada sitokrom a3 dapat dihindari dan kematian dapat dihindari.

Dari hasil penelitian ini tingkat keracunan sianida dosis 26 mg/KgBB

terparah yaitu kematian, sudah dapat dicegah dengan antidot natrium tiosulfat

dosis 22.960 mg/KgBB yang dikombinasikan dengan natrium nitrit dosis 62.460

mg/KgBB, meskipun pada pengamatan secara fisik saat penelitian masih

ditemukan adanya hewan uji yang mengalami gejala keracunan seperti jantung

berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas, dan bahkan kejang. Namun setelah

ditunggu beberapa saat, terlihat hewan uji mengalami kondisi kembali ke keadaan

sehat yang ditandai dengan membaliknya tubuh hewan uji setelah hilang

kesadaran.

Page 90: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

72

B. Hubungan Dosis Kombinasi antara Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit

dengan Efek Penawaran Racun

Pada penelitian ini, digunakan 4 peringkat dosis natrium tiosulfat (0.468

mg/KgBB, 3.279 mg/KgBB, 22.960 mg/KgBB, dan 160.720 mg/KgBB) dan dosis

efektif natrium nitrit (62.460 mg/KgBB mencit). Pada tabel I terlihat bahwa

dengan meningkatnya dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan

natrium nitrit maka akan meningkatkan persentase kehidupan. Dengan

membandingkan penelitian Soedarmono (2008) seperti pada tabel I, maka hasil

dari kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit dikatakan lebih baik karena

pada dosis 22.960 mg/KgBB sudah menunjukkan persentase kehidupan sebesar

100%. Pada penelitian Soedarmono (2008) tersebut persentase kehidupan sebesar

100% baru dicapai pada dosis 160.720 mg/KgBB, jadi penggunaan natrium

tiosulfat 22.960 mg/KgBB yang dikombinsikan dengan natrium nitrit 62.460

mg/KgBB dapat meningkatkan keefektifan terapi antidot pada keracunan sianida

akut dimana penderita harus segera ditolong.

Keefektifan tersebut terjadi karena adanya mekanisme yang sinergi pada

kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit, di mana natrium tiosulfat akan

bekerja dengan mekanisme percepatan eliminasi, sedangkan natrium nitrit bekerja

dengan mekanisme hambatan bersaing (penghambatan distribusi). Hal ini tentu

berbeda apabila natrium tiosulfat diberikan tanpa kombinasi dengan natrium nitrit

di mana hanya akan terjadi satu mekanisme penawaracunan saja yaitu percepatan

eliminasi.

Page 91: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

73

Pada dasarnya penatalaksanaan keracunan sianida dengan dosis 26

mg/KgBB adalah cepat penanganan (antidotum diberikan sesaat) dan tepat

antidotum dan tepat jalur pemejanan (intraperitoneal) sangat menentukan

keberhasilan terapi keracunan di samping pemilihan strategi terapi antidotumnya.

Dari hasil penelitian ini maka kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit dapat

dinyatakan mempunyai potensi sebagai antidotum sianida dosis 26 mg/KgBB

peroral pada mencit.

Mekanisme aktivitas antidotum

Rhodanese

Na2S2O3 + CN- --> SCN- + Na2SO3.

Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya

menjadi tiosianat oleh rhodanese, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti

beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini

memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia endogen substansi ini terbatas.

Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena

sulfur hanya akan masuk ke mitokondria secara perlahan.

Natrium tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida.

Antidot ini diberikan sebanyak 50 ml dalam 25% larutan. Tidak ada efek samping

yang ditimbulkan oleh tiosulfat. Namun tiosianat memberikan efek samping

seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan, dan disfungsi pada SSP. Dosis

untuk anak-anak didasarkan pada berat badan (Kerns et al., 2002).

Page 92: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

74

Pemberian natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB intraperitoneal

menyebabkan pembentukan methemoglobin dengan cara mengembangkan

perubahan besi fero dalam hemoglobin menjadi besi feri. Natrium nitrit akan

mengoksidasi sebagian hemoglobin (methemoglobin), sehingga dalam aliran

darah akan terdapat ion ferri, yang oleh ion sianida akan diikat menjadi sian

methemoglobin. Ini akan menyebabkan enzim pernafasan yang terblok (reaksi

kompetitif) akan bergenerasi lagi (sifat terbalikkan).

Reaksinya adalah sebagai berikut

Sianida

+

Hemoglobin (Fe ++ ) nitrit metheboglobin ( Fe +++ )

Sianmethemoglobin

Hasil terapi dengan pemberian natrium nitrit secara teoritis akan menurunkan

level methemoglobin sebanyak 20 – 30%.

Meskipun demikian gejala efek toksik pada beberapa kelompok hewan

uji pada penelitian ini banyak yang tidak teramati, bisa disebabkan oleh karena

cepatnya terjadi kematian hewan uji tanpa melewati/memperlihatkan tanda-tanda

gejala keracunan sianida, ataupun pada beberapa kelompok masih bertahan hidup

hingga waktu pengamatan selesai (24 jam). Dengan adanya hewan uji yang

kembali ke keadaan normal (hilangnya gejala efek toksik) maka dapat dikatakan

bahwa kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit

Page 93: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

75

62.460 mg/KgBB merupakan pilihan antidot yang baik dalam menangani

keracunan sianida dosis 26 mg/KgBB secara peroral. Hal ini sesuai sifatnya di

mana saat kadar racun sianida habis, reseptor kembali, artinya apabila sianida

dosis 26 mg/KgBB dalam tubuh sudah menurun bahkan sudah habis, maka

reseptor yang mulanya berikatan dengan sianida akan kembali ke reseptor semula

dan berfungsi seperti semula. Efek toksik juga cepat kembali normal, di mana

sianida dosis 26 mg/KgBB peroral sangat cepat menimbulkan efek toksik, namun

secara cepat normal kembali atau sangat cepat pergi dari reseptor sasaran dengan

adanya kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit

dosis 62.460 mg/KgBB secara intraperitoneal.

Gambar 6. Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rodhanase dan tiosulfat (Cyanide Toxicity Review, 2003)

C. Sifat Terbalikkan Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit pada

Keracunan Sianida

Kombinasi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit

dosis 62.460 mg/KgBB secara intraperitoneal pada hewan uji terbukti merupakan

Page 94: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

76

salah satu metode khas mempercepat eliminasi (gambar 12) sianida dengan

mengkonversi sianida dengan bantuan rhodanase menjadi tiosianat (Na2S2O3

sebagai donor sulfur) yang kurang toksik.

Natrium tiosulfat bekerja dengan mempercepat perubahan sianida dengan

bantuan rhodanase menjadi tiosianat [SCN]- yang bersifat kurang toksik. Selain

itu, tiosianat berbentuk ion sehingga dapat lebih mudah untuk diekskresikan. Hal

ini dapat mempercepat keluarnya sianida dari tubuh. Seperti yang tampak pada

gambar 12, garis putus-putus menunjukkan keadaan awal, sebelum adanya

percepatan eliminasi. Setelah adanya percepatan eliminasi maka waktu

eliminasinya menjadi lebih cepat (kurva bergeser ke kiri) dan toksisitasnya juga

menjadi berkurang (daerah di atas KTM menjadi lebih kecil).

(Cp)

KTM

t

Gambar 7. Kurva hipotesis yang melukiskan hubungan antara kadar racun di dalam darah atau di tempat aksi lawan waktu strategi terapi keracunan mempercepat eliminasi (Donatus, 1997)

Potensi natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB intraperitoneal pada

mencit terbukti merupakan salah satu metode khas penghambatan distribusi

(gambar 13) sianida dengan pembentukan produk sianmethemoglobin yang

Kadar racun dalam darah sebelum dipercepat eliminasinya

Kadar racun dalam darah setelah dipercepat eliminasinya

Page 95: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

77

kurang toksik dengan cara hambatan bersaing proses metabolisme sianida. Garis

putus-putus menunjukkan keadaan awal di mana distribusi racun tidak dihambat,

sedangkan garis lurus menunjukkan keadaan racun yang sudah dihambat

distribusinya, jadi, ketika natrium tiosulfat dan natrium nitrit dikombinasikan

maka akan terjadi dua strategi terapi keracunan yaitu mempercepat eliminasi dan

menghambat distribusi. Apabila kedua kurva hipotesis yang melukiskan hubungan

antara kadar racun di dalam darah atau tempat aksi lawan waktu strategi terapi

mempercepat eliminasi dan penghambatan distribusi digabungkan, maka akan

diperoleh kurva dengan durasi efek toksik yang cepat dan intensitas yang lebih

kecil, dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kombinasi natrium tiosulfat

dan natrium nitrit dapat dijadikan pilihan antidot pada keracunan sianida secara

peroral.

Gambar 8. Kurva hipotesis yang melukiskan hubungan antara kadar racun

di dalam darah atau di tempat aksi lawan waktu strategi terapi keracunan penghambatan distribusi (Donatus, 1997)

KTM

t

Cp Kadar racun dalam darah sebelum dihambat distribusinya

Kadar racun dalam darah setelah dihambat distribusinya

Page 96: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

78

Dosis kombinasi yang dapat digunakan yaitu natrium tiosulfat dosis

22.960 mg/KgBB dengan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB secara i.p. atau natrium

tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dengan natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB

secara i.p. Dosis yang terpilih pada penelitian ini yaitu kombinasi natrium

tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB dengan natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB

secara i.p. Dosis tersebut dipilih karena dengan peringkat dosis tersebut sudah

menunjukkan respon hewan uji terhadap kematian sebesar 0%. Tiosulfat sendiri

secara intrinsik nontoksik, tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida,

tiosianat, dapat menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal.

Penggunaan natrium nitrit hanya menggunakan 1 peringkat dosis (62.460

mg/KgBB) saja dikarenakan pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

hubungan antara dosis natrium nitrit dengan efek pengawaracunan sianida dosis

26 mg/KgBB peroral adalah tidak berbanding lurus antara dosis antidotum

natrium nitrit dengan keberhasilan terapi keracunan sianida. Jadi, ketika dosis

natrium nitrit terlalu tinggi ataupun terlalu rendah tidak menunjukkan adanya

perbaikan pada gejala efek toksik yang ditimbulkan. Dan dari penelitian

sebelumnya diperoleh dosis terpilih yang paling baik dalam menangani keracunan

sianida adalah dosis 62.460 mg/KgBB (Djunarko, 2007).

Pada gejala keracunan sianida terlihat adanya gejala kejang, dan

kemungkinan kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan penambahan

antikejang/sedatif. Kemungkinan dengan adanya sedatif, maka gejala kejang dapat

dihindari dan pasien dapat diselamatkan dengan lebih baik lagi.

Page 97: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

79

Berikut tersaji data hasil perbandingan pengamatan gejala efek toksik

sianida terhadap kelompok kontrol (tabel IX). Dari tabel tersebut akan semakin

jelas terlihat bahwa dengan meningkatnya dosis natrium tiosulfat yang

dikombinasikan dengan natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB, maka akan

semakin meningkat pula keberhasilan terapi keracunan.

Page 98: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

80

Tabel VII. Hasil perbandingan pengamatan gejala efek toksik sianida terhadap kelompok kontrol

Keterangan dari tabel IX : Kelompok I : kontrol negatif (pelarut/aquadest) Kelompok II : kontrol sianida dosis 26 mg/KgBB Kelompok III : kontrol positif (natrium tiosulfat 22.960 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB) Kelompok IV : sianida + natrium tiosulfat 0.468 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB Kelompok V : sianida + natrium tiosulfat 3.279 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB Kelompok VI : sianida + natrium tiosulfat 22.960 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB Kelompok VII : sianida + natrium tiosulfat 160.720 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB

Jantung berdebar Hilang kesadaran Gagal nafas Kejang Mati Kelom pok I II III I II III I II III I II III I II III

I BTB BTB BB BTB BB BTB BB BTB BB BTB

II BTB BTB BB BB BB BB BB BB BB BB

III BTB BTB BTB BB BTB BB BTB BB BTB BB

IV BTB BTB BTB BB BTB BB BB BTB BB BB BTB BB BB BTB BB V BB BB BB BB BTB BB BB BTB BB BB BTB BB BTB BTB BTB VI BB BB BB BTB BTB BTB BTB BB BTB BTB BB BTB BTB BB BTB VII BB BB BB BTB BB BTB BTB BB BTB BTB BB BTB BTB BB BTB

Page 99: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, analisis statistik dan evaluasi hasil penelitian yang

telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa potensi natrium tiosulfat sebagai

antidotum keracunan sianida pada mencit jantan galur Swiss adalah :

1. Dosis kombinasi yang efektif sebagai antidot keracunan sianida adalah

natrium tiosulfat 22.960 mg/KgBB dan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB

secara i.p.

2. Peningkatan dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium

nitrit dosis 62.460 mg/KgBB akan meningkatkan efek penawaran racun pada

keracunan sianida pada mencit.

3. Sifat dari pemberian antidot kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit

adalah terbalikkan.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji daya antidotum natrium

tiosulfat dosis 3.279 mg/KgBB ditambah dengan pemberian zat anti kejang

(misalnya diazepam), mengingat bahwa biasanya kasus keracunan sianida

diperantarai dengan adanya kejang sehingga diperlukan adanya penambahan

senyawa anti kejang disini untuk mengurangi terjadinya gejala efek toksik yang

memperantarai terjadinya keracunan sianida.

Page 100: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

82

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1987a, Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-Instruksional Sistem Pernafasan dan Sistem Kardiovaskular, diterjemahkan oleh Andy Santosa Augustinus, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 1987b, Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-Instruksional Sistem Perkemihan dan Sistem Pencernaan, diterjemahkan oleh Andy Santosa Augustinus, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 1995a, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Anonim, 1995b, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2000, Gali Data : Sianida, http://www.minergynews.com/forum.shtml, diakses pada 28 September 2007

Ariens, E.J., Mutschler, E., Simonis, A.M., 1986, Toksikologi Umum Pengantar, diterjemahkan oleh Yoke R, Wattimena, Mathilda B Widianto, Elin Yulinah Sukandar, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta

ATSDR, 1997, Toxicological profile for cyanide. Atlanta, GA, US Department of Health and Human Services, Public Health Service, Agency for Toxic Substances and Disease Registry

Bergman,A.R., Adel, K.A., and Paul, M.H.J.R., 1996, Histology, W.B. Saunders Company, USA

Blanc, P., Hogan, M., Malin, K., Hryhorczuk, D., Hessl, S., & Bernard, B., 1985, Cyanide intoxication among silver reclaiming workers, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Page 101: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

83

Clarke, E.G.C and Clarke, M.L., 1975, Veterinary Toxicology, Low Price Edition,

The English Language Book Society and Bailliere Tindall

Djunarko, I., 2007, Potensi Natrium Nitrit Sebagai Antidotum untuk Keracunan Sianida pada Mencit, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Donatus, I.A., 1990, Audiovisual Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Jurusan Kimia Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Donatus, I.A., 1997, Makalah Penanganan dan Pertolongan Pertama Keracunan Bahan Berbahaya, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratotium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Evans, C.L., 1964, Cobalt compounds as antidots for hydrocyanic acid, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, Antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of medical Physiology), Edisi 14, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Henry, J.A., H.M., Wiseman, 1997, Management of Poisoning : A handbook for health care workers, World Health Organization, Geneva

Kalmus, H., & Hubbard, D.J., 1960, The chemical senses in health and disease, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, Antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Kerns, W., Isom, G., Kirk, M. A., 2002, Goldfrank’s Toxicologic Emergencies Chapter 98, 7th edition, Mc Grow-Hill, USA

Page 102: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

84

Kirk, R.I.,& Stenhouse, N.S., 1953, Ability to smell solutions of potassium cyanide, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Loomis, I.A., 1978, Essentiale of Toxycologi, diterjemahkan oleh Imono Argo Donatus, Toksikologi Dasar, Edisi III, IKIP Semarang Press, Semarang

Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar : Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi II, UI Press, Jakarta

Meredith, T.J., 1993, Antidots for Poisoning by Cyanide, http://www.inchem.org/, diakses pada 28 September 2007

Naughton, M., 1974, Acute cyanide poisoning, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, Antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Olson, K. R., 2007, Poisoning and Drug Overdose, 2nd edition, 145-147, Prentice-Hall International Inc., USA

Simeonova, F.P., 2004. Concise International Chemical Assessment Document 61, Hydrogen Cyanide and Cyanides: human health aspects. UNEP-ILO-WHO, Geneva, http://www.inchem.org, diakses tanggal 28 September 2007

Sudarmono, Andrew Arief, 2008, Dosis Efektif Natrium Tiosulfat Sebagai Antidotum Keracunan Sianida Pada Mencit Jantan Galur Swiss, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Takano, T., Miyzaki, Y., Nashimoto, I., & Kobayashi, K., 1980, Effect of hyperbaric oxygen on cyanide intoxication: in situ, changes in intracellular oxidation reduction, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, Antidots for Poisoning by Cyanide, diakses tanggal 28 September 2007

Page 103: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

85

Tintinalli, Judith. E., 1996, Emergency Medicine : A comprehensive study guide, 4th Ed., Mc Graw Hill, United States of America

Utama, Harry Wahyudhy, 2006, Keracunan Sianida, http://klikharry.wordpress.com/about/, diakses pada 28 September 2007

Vick, J.A. & Froelich, H.L., 1985, Studies on cyanide poisoning, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, Antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Weger, N., 1968 [Aminophenols as antidots to prussic acid], In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, Antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Page 104: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

86

Lampiran 1. Data waktu (detik) timbulnya gejala efek toksik akibat pemberian sianida secara peroral, aquadest secara peroral, Na-tiosulfat + Na-nitrit secara intraperitonial

Sianida

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I 0.00 96.00 166.00 178.00 211.00 II 0.00 114.00 141.00 133.00 190.00 III 0.00 60.00 86.00 93.00 120.00 IV 0.00 116.00 120.00 180.00 240.00 V 0.00 79.00 132.00 546.00 626.00 VI 0.00 0.00 300.00 420.00 540.00

rata-rata 0.00 77.50 157.50 258.33 321.17 SD 0.00 43.52 74.59 181.40 208.43 SE 0.00 17.77 30.45 74.06 85.09

Aquadest

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati II 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati III 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati IV 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati V 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati VI 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati

rata-rata 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati SD 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 SE 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Na-tiosulfat + Na-nitrit

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati II 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati III 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati IV 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati V 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati VI 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati

rata-rata 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati SD 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 SE 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Page 105: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

87

Lampiran 2. Data waktu (detik) timbulnya gejala efek toksik akibat pemberian Sianida + Na-tiosulfat 0.468 mg/KgBB + Na-nitrit, Sianida + Na-tiosulfat 3.279 mg/KgBB + Na-nitrit, Sianida + Na-tiosulfat 22.960 mg/KgBB + Na-nitrit, Sianida + Na-tiosulfat 160.720 mg/KgBB + Na-nitrit

Sianida+Na-tiosulfat 0.468 mg/kg + Na-Nitrit

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I 0.00 134.00 146.00 146.00 153.00 II 0.00 111.00 134.00 0.00 Tidak mati III 27.00 108.00 157.00 182.00 239.00 IV 18.00 93.00 119.00 135.00 259.00 V 13.00 67.00 114.00 125.00 242.00 VI 14.00 81.00 100.00 135.00 298.00

rata-rata 12.33 99.67 128.50 120.50 14598.50 SD 10.53 23.81 21.27 62.28 35175.44 SE 4.29 9.72 8.68 25.43 14360.31

Sianida+Na-tiosulfat 3.279 mg/kg

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I 137.00 1446.00 2146.00 0.00 2291.00 II 42.00 90.00 132.00 654.00 Tidak mati III 14.00 531.00 545.00 866.00 Tidak mati IV 19.00 63.00 112.00 137.00 197.00 V 26.00 103.00 127.00 188.00 Tidak mati VI 18.00 83.00 98.00 110.00 189.00

rata-rata 42.67 386.00 526.67 325.83 43646.17 SD 47.26 549.27 811.64 348.39 46840.74 SE 19.29 224.24 331.35 142.23 19122.65

Sianida+Na-tiosulfat 22.960 mg/kg + Na-nitrit

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I 81.00 124.00 0.00 167.00 Tidak mati II 165.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati III 11.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati IV 30.00 110.00 162.00 0.00 Tidak mati V 21.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati VI 32.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati

rata-rata 56.67 39.00 27.00 27.83 Tidak mati SD 58.32 60.58 66.14 66.14 0.00 SE 23.81 24.73 27.00 27.00 0.00

Page 106: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

88

Lampiran 3. Data waktu (detik) timbulnya gejala efek toksik akibat pemberian Sianida + Na-tiosulfat 160.720 mg/KgBB + Na-nitrit

Sianida+Na-tiosulfat 160.720 mg/kg + Na-nitrit

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I 15.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati II 25.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati III 29.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati IV 27.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati V 19.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati VI 11.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati

rata-rata 21.00 0.00 0.00 0.00 Tidak mati SD 7.16 0.00 0.00 0.00 0.00 SE 2.92 0.00 0.00 0.00 0.00

Page 107: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

89

Lampiran 4. Hasil analisis data penelitian dengan program SPSS Tests of Normalityb,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n,o,p,q

.206 6 .200* .914 6 .463

.339 6 .030 .669 6 .003

.331 6 .039 .792 6 .050

.212 6 .200* .935 6 .619

.188 6 .200* .879 6 .264

.147 6 .200* .985 6 .972

.363 6 .013 .684 6 .004

.407 6 .002 .667 6 .003

.288 6 .131 .823 6 .093

.170 6 .200* .975 6 .924

.353 6 .018 .628 6 .001

.492 6 .000 .496 6 .000

.334 6 .035 .841 6 .133

.362 6 .014 .779 6 .038

.320 6 .054 .840 6 .131

.492 6 .000 .496 6 .000

.318 6 .058 .836 6 .121

.491 6 .000 .497 6 .000

.319 6 .056 .691 6 .005

perlakuanSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (0.468 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (3.279 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (22.960 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (160.720 mg/kgBB) + NitritKontrol Sianida 26 mg/KgSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (0.468 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (3.279 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (22.960 mg/kgBB) + NitritKontrol Sianida 26 mg/KgSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (0.468 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (3.279 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (22.960 mg/kgBB) + NitritKontrol Sianida 26 mg/KgSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (0.468 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (3.279 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (22.960 mg/kgBB) + NitritKontrol Sianida 26 mg/KgSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (0.468 mg/kgBB) + NitritSianida (26mg/kg BB) +Tiosulfat (3.279 mg/kgBB) + Nitrit

jantung_berdebar

hilang_kesadaran

gagal_nafas

kejang

mati

Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.*.

Lilliefors Significance Correctiona.

jantung_berdebar is constant when perlakuan = Kontrol Aquades. It has been omitted.b.

jantung_berdebar is constant when perlakuan = Kontrol Sianida 26 mg/Kg. It has been omitted.c.

jantung_berdebar is constant when perlakuan = Kontrol Tiosulfat (22.960 mg/Kg) + Nitrit (62.46 mg/kg BB). It has beenomitted.

d.

hilang_kesadaran is constant when perlakuan = Kontrol Aquades. It has been omitted.e.

hilang_kesadaran is constant when perlakuan = Kontrol Tiosulfat (22.960 mg/Kg) + Nitrit (62.46 mg/kg BB). It has beenomitted.

f.

hilang_kesadaran is constant when perlakuan = Sianida (26mg/kg BB) + Tiosulfat (160.720 mg/kg BB) + Nitrit. It hasbeen omitted.

g.

gagal_nafas is constant when perlakuan = Kontrol Aquades. It has been omitted.h.

gagal_nafas is constant when perlakuan = Kontrol Tiosulfat (22.960 mg/Kg) + Nitrit (62.46 mg/kg BB). It has beenomitted.

i.

gagal_nafas is constant when perlakuan = Sianida (26mg/kg BB) + Tiosulfat (160.720 mg/kg BB) + Nitrit. It has beenomitted.

j.

kejang is constant when perlakuan = Kontrol Aquades. It has been omitted.k.

kejang is constant when perlakuan = Kontrol Tiosulfat (22.960 mg/Kg) + Nitrit (62.46 mg/kg BB). It has been omitted.l.

kejang is constant when perlakuan = Sianida (26mg/kg BB) + Tiosulfat (160.720 mg/kg BB) + Nitrit. It has beenomitted.

m.

mati is constant when perlakuan = Kontrol Aquades. It has been omitted.n.

mati is constant when perlakuan = Kontrol Tiosulfat (22.960 mg/Kg) + Nitrit (62.46 mg/kg BB). It has been omitted.o.

mati is constant when perlakuan = Sianida (26mg/kg BB) + Tiosulfat (22.960 mg/kg BB) + Nitrit. It has been omitted.p.

mati is constant when perlakuan = Sianida (26mg/kg BB) + Tiosulfat (160.720 mg/kg BB) + Nitrit. It has been omitted.q.

Page 108: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

90

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

32.771 27.651 32.287 28.658 29.1456 6 6 6 6

.000 .000 .000 .000 .000

Chi-SquaredfAsymp. Sig.

jantung_berdebar

hilang_kesadaran gagal_nafas kejang mati

Kruskal Wallis Testa.

Grouping Variable: perlakuanb.

Mann-Whitney Test

Ranks

6 6.50 39.006 6.50 39.00

12

perlakuanKontrol AquadesKontrol Sianida 26 mg/KgTotal

jantung_berdebarN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

18.00039.000

.0001.000

1.000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

jantung_berdebar

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: perlakuanb.

Ranks

6 6.50 39.00

6 6.50 39.00

12

perlakuanKontrol AquadesKontrol Tiosulfat (22.960 mg/Kg) + Nitrit(62.46 mg/kg BB)Total

jantung_berdebarN Mean Rank Sum of Ranks

Page 109: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

91

Test Statisticsb

18.00039.000

.0001.000

1.000a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

jantung_berdebar

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: perlakuanb.

Ranks

6 4.50 27.00

6 8.50 51.00

12

perlakuanKontrol AquadesSianida (26mg/kg BB)+ Tiosulfat (0.468mg/kg BB) + NitritTotal

jantung_berdebarN Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

.00021.000-3.077

.002

.002a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

jantung_berdebar

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: perlakuanb.

Ranks

6 3.50 21.00

6 9.50 57.00

12

perlakuanKontrol AquadesSianida (26mg/kg BB)+ Tiosulfat (22.960mg/kg BB) + NitritTotal

jantung_berdebarN Mean Rank Sum of Ranks

Page 110: DOSIS EFEKTIF KOMBINASI NATRIUM TIOSULFAT DAN · PDF fileFarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis

92

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul ’’Dosis Efektif

Kombinasi Natrium Nitrit Dan Natrium Tiosulfat

Sebagai Antidot Keracunan Sianida Akut Pada Mencit

Jantan Galur Swiss’’ memiliki nama lengkap Libertus

Tintus Hardiyanto, merupakan anak pertama dari

pasangan Ignasius Sigid Pangestu Widodo dan Maria

Sriyani.

Awal pendidikannya ditempuh di TK Xaverius

Metro (1991-1992). Selanjutnya penulis menempuh pendidikannya di SD

Xaverius Metro (1992-1993); SDN II Farol, Atambua (1993-1996); SD Xaverius

Metro (1996-1998); SMP Xaverius Metro (1998-2001). Masa SMA ditempuhnya

di SMA Stella Duce Bantul (2001-2004). setelah lulus dari pendidikan di tingkat

SMA, penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2004-2008).

Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, penulis banyak mengikuti kegiatan non akademis,

diantaranya : UKF Sepakbola, UKF Basket, Sie Kesekretariatan Titrasi, Sie P3K

Titrasi, Sie Dampok Titrasi, Sie Konsumsi PEC, Sie Perlengkapan PP, Sie

Perlengkapan Pelepasan Wisuda, dan berbagai kegiatan lainnya yang masih dalam

lingkup Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.