Upload
hendry-setiawan
View
78
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
KELOMPOK 1
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
DISUSUN OLEH:
HENDRY SETIAWAN 511000101
DEA AMELIA 511000350
LINITA 511000047
NEVI 511000246
KELAS : B SORE
SEMESTER : VI (GENAP)
DOSEN : WIENDY WIRANTY, S.Pd.
MATA KULIAH : BAHASA BANTU
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) PONTIANAK
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yaitu
“Perkembangan Bahasa Indonesia”. Makalah ini diharapkan dapat membantu kita
semua dalam mempelajari serta mengetahui sejarah bahasa Indonesia. Didalam
menyusun makalah ini penulis menyadari masih banyak memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan
saran. Dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Wiendy
Wiranty, S.Pd selaku dosen mata kuliah bahasa bantu yang telah membimbing
dan membantu penulis menyelesaikan makalah ini, serta teman-teman yang selalu
memotivasi penulis. Saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini.
Pontianak , Maret 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Masalah................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
D. Manfaat................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4
A. Sejarah Bahasa Indonesia....................................................................4
B. Ejaan Bahasa Indonesia.......................................................................8
C. Kedudukan Bahasa Indonesia..............................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
A. Simpulan..............................................................................................16
B. Saran....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan simbol-
simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan
gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Pada
waktu-waktu ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah selain ahli-ahli bahasa,
semua ahli yang bergerak dibidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam
dirinya dalam bidang teori dan praktik bahasa. Semua orang menyadari bahwa
interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa
bahasa.
Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk,
dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi
mendatang. Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia
memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan
serta latar belakangnya masing-masing.
Bila ditinjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga
sekarang, maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan
bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya
dapat yaitu, untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat
untuk mengadakan integrasi dan adaptsi sosial, sebagai alat untuk mengadakan
kontrol sosial. Bahasa yang digunakan pertama-tama haruslah bahasa yang umum
dipakai, yang tidak menyalahi norma-norma umum yang berlaku.
Demikian pula dalam pergaulan umum, kalau bahasa yang dipergunakan
bukan merupakan bahasa yang umum berlaku, makasukar pula diperoleh
1
komunikasi yang lancar. Semua hal ini akan menimbulkan kesalahpahaman. Oleh
karena itu, harus diketahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia, ejaan bahasa
Indoneisa, dan kedudukan bahasa indonesia.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Sejarah Bahasa Indonesia?
2. Bagaimanakah Ejaan Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan sejarah bahasa Indonesia.
2. Mendeskripsikan ejaan bahasa Indonesia.
3. Mendeskripsikan kedudukan bahasa Indonesia.
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini dibagi menjadi dua,yaitu manfaat
teoritis dan praktis.
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi perkembangan teori-teori bahasa dan sastra khususnya
perkembangan bahasa Indonesia.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi guru
Penelitian ini dapat menginspirasi guru dalam meningkatkan
efektivitas dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
2
2) Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis dalam pembelajaran bahasa
dan sastra Indoneia khususnya menambah pengetahuan dalam
perkembangan bahasa Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Diresmikannya bahasa
Indonesia sebagai bahas Nasional yaitu pada hari Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Dalam perjalanannya, perkembangan bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia berlangsung secara perlahan-lahan tetapi terus menerus. Bahasa
Indonesia dengan perlahan-lahan tetapi tetap, berkembang dan tumbuh terus,
bahkan pada akhir-akhir ini perkembanngannya begitu pesat, sehingga bahasa ini
telah menjelma sebagai satuan bahasa baru.
Sejarah Awal Mula Bahasa Indonesia
Dewasa ini, bangsa Melanesia menggunakan bahasa Indonesia,
sebagaimana bahasa ini adalah “bahasa pemersatu”, yang mendapat tempat utama
dalam media komunikasi formal, baik sebagai bahasa teks maupun lisan,
disekolah, perkantoran dan tentu saja pada media cetak dan elektronik.
Memang ada sisi baiknya, bahwa ‘bahasa Indonesia’ memainkan peran
penting sebagai “jembatan” komunikasi menerobos diversitas linguistik yang
berbeda satu sama lain (termasuk di Papua), dan memungkinkan para penuturnya
menjangkau dunia pendidikan modern. Namun mesti disadari pula akan sisi
buruknya, terutama bahwa ‘bahasa Indonesia’ menjadi dominan sehingga bahasa-
bahasa lain keumgkinan akan tersisihkan. Entah bahasa Batak, Jawa, Bali dan
termasuk 250 bahasa etnis Melanesia di tanah Papua. Padahal Bahasa Indonesia
baru digunakan secara serius sejak 1950 di Papua oleh para pendakwah dan
pejabat kolonial dalam rangka ‘menyatukan’ wilayah Papua dengan wilayah
Hindia Belanda lainnya. Hal ini seiring dengan kebijakan diskriminasi kolonial
Belanda yang hanya memperbolehkan bahasa Belanda diajarkan pada garis
keturunan tertentu saja.
4
Apabila melihat lebih jauh ke masa sebelumnya, maka bangsa Melanesia
sebenarnya belum cukup dikenal para nasionalis Indonesia, selain sebagai koloni
Belanda yang dalam banyak hal tidak terlibat langsung dalam sejarah
kemerdekaan Indonesia. Diluar itu, wilayah ini cukup terisolir dari koloni Belanda
di sebelah barat, kecuali wilayah pesisir utara yang menjalin hubungan dagang
tradisional dengan Maluku. Selebihnya hanya bayang-bayang penjara besar –
Boven Digul, di tengah sebagian besar masyarakat yang masih hidup di zaman
batu (Benedict Andersson: 2002)
Ini berarti bangsa Melanesia, tidak terlibat dalam beberapa proses sejarah
penting, terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia. Pertama, saat bahasa
Indonesia dipermaklumkan sebagai bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda 1928,
tidak ada yang mewakili bangsa Papua dalam peristiwa tersebut, kedua, saat
bahasa Indonesia dianjurkan semasa pendudukan Jepang untuk menggusur bahasa
Belanda, hal itu tidak terjadi di Papua, apalagi karena pertimbangan militer dan
kondisi sosial politik waktu itu, Jepang membagi Hindia Belanda menjadi tiga
wilayah koloni terpisah, dan Papua berada dibawah Angkatan Laut yang berpusat
di Makasar, ketiga, saat bahasa Indonesia dipergunakan sebagai wahana
perlawanan menyerang kolonialisme yang dipuncaki proklamasi kemerdekaan RI
1945, justru bangsa Papua belum ‘mengenal’ NKRI.
Dari tiga fakta ini, bisa dibilang bahasa Indonesia adalah produk historis
yang dalam prosesnya tidak sepenuhnya melibatkan bangsa Melanesia. Barulah
pada tahun 1963 ketika Orde Lama mencanangkan operasi Trikora, dan disusul
pelaksanaan Pepera semasa Orde Baru tahun 1969 bahasa Indonesia mulai
dijadikan ‘bahasa resmi’ di Papua.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, ia hanya sebagian kecil dari
penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu
5
karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih
suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti
bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll. Untuk sebagian besar
lainnya bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa
Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa
Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia Kata “Indonesia” berasal
dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indos yang berarti “India” dan nesos yang
berarti “pulau”. Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India, atau kepulauan yang
berada di wilayah India
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun
1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari
bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu
yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah,
“jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen
pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah
ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa
itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean
bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh
kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia”. atau
sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan,
Sumatra Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar
bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja
dalam masjarakat Indonesia”.
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal
dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih
sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu
Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa
bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal
6
28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia
secara resmi diakui keberadaannya.
Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-
dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun
waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan
sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca
(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya
sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya
bisa sampai sebanyak 360).
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional
kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya
sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun
beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang
dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik
Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik
Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak
(golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa
Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang
dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun
pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat
menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak,
atau Banjarmasin, atau Samarinda, atau Maluku, atau Jakarta (Betawi),
7
ataupun Kutai, dengan pertimbangan pertama suku Melayu berasal dari
Riau, Sultan Malaka yang terakhirpun lari ke Riau selepas Malaka direbut
oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu Riau yang
paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien,
Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada tahun
1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah Inggris.
Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-
negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan
semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.
Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu lagi
seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan
persatuan dan kebangsaan.Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini kemudian
distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga
diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.
B. Ejaan Bahasa Indonesia
Di dalam penulisan berupa karya ilmiah, kesusastraan, maupun penulisan
berita, diperlukan suatu acuan tentang tata cara penulisan dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu diperlukan ketentuan-
ketentuan untuk dijadikan pedoman berbahasa dan menjadi juklak bagi bangsa
Indonesia. Pedoman tersebut adalah ejaan.
Lalu apa definisi ejaan secara utuh? Ejaan merupakan tata cara penulisan
huruf, kata, dan kalimat sesuai dengan standardisasi yang telah disepakati dalam
kaidah Bahasa Indonesia. Harimurti Kridalaksana mendefinisikan ejaan sebagai
penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan;
yang lazimnya mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut
8
penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis yang
menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis; dan aspek sintaksis yang
menyangkut penanda ujaran tanda baca.
Ejaan sebagai pedoman berbahasa yang saat ini digunakan sebagai tolak
ukur, tercipta tidak luput dari hasil kesepakatan bersama oleh seluruh komponen
bangsa. Berbagai macam ejaan pernah diterapkan di Indonesia sebelumnya,
hingga kini ditetapkan ejaan yang lebih sempurna. Adapun ejaan-ejaan yang
dimaksud adalah Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik/ Ejaan Suwandi, Ejaan
Pembaharuan, ejaan Melindo dan Ejaan LBK dan yang terakhir Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
1. Ejaan van ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga sebagai Ejaan Balai Pustaka. Ejaan
yang dibuat oleh Ch. A. Van Ophuysen berlaku sejak tahun 1901 hingga
kemerdekaan Republik Indonesia berkumandang. Ejaan ini lebih berbau
Belanda, karena saat itu Indonesia sedang dikuasai oleh Belanda. Ciri
khususnya adalah huruf u ditulis dengan oe.
2. Ejaan Soewandi (Ejaan Republik)
Pada tahun 1947, ejaan bahasa Indonesia beralih menggunakan Ejaan
Republik atau Ejaan Suwandi. Ejaan ini dibuat saat Suwandi menjabat sebagai
menteri pendidikan dan kebudayaan. Ejaan Republik merupakan
penyederhana dari Ejaan Van Ophuysen. Misalnya seperti huruf oe diubah
menjadi u dan kata-kata yang disambung seperti berlari2-an menjadi berlari-
larian.
3. Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, dan Ejaan LBK
Dalam perjalanannya, dengan kurun waktu antara tahun 1956 sampai
dengan tahun 1969, ejaan-ejaan itu belum memberikan kepuasan, baik
9
kepada para ahli bahasa maupun kepada masyarakat pengguna bahasa
Indonesia.
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, dan Ejaan LBK masih
mencerminkan kekurangan-kekurangan dan kesulitan-kesulitan bagi para
pemakai bahasa Indonesia, terutama dalam hal penulisannya. Ketiga ejaan
ini tidak pernah diresmikan oleh pemerintah karena pada waktu itu terjadi
gejolak poitik. Oleh karena itu, pada tahun 1972 diputuskan untuk
menggunakan ejaan baru, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yan
Disempurnakan (EYD).
4. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Penyempurna dari ejaan-ejaan yang diterapkan sebelumnya dan sampai
sekarang masih digunakan adalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD
diresmikan pada 17 Agustus 1972 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.
57 Tahun 1972. Ciri khusus EYD adalah perubahan huruf
seperti j, dj, nj, ch,tj, sj menjadi y, j, ny, kh, c,sy.
a. Kaedah Pemakaian Huruf
Abjad yang dipakai dalam bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf, yaitu:
21 huruf konsonan dan 5 huruf vokal. Semua huruf dapat digunakan secara
umum dalam kata, kecuali huruf q dan x. Keduanya khusus diperlukan untuk
nama dan keperluan ilmu. Di dalam bahasa Indonesia terdapat
pengombinasian dua huruf vokal yang disebut dengan huruf diftong.
Pengucapan bunyinya dilakukan secara luncur dan tingginya tidak sama.
Dengan kata lain, huruf vokal pertama pembunyiannya tinggi sedangkan huruf
vokal kedua rendah. Huruf diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Namun selain itu terdapat ejaan empat huruf konsonan khusus yang
tidak ada dalam abjad terpakai dan masuk kedalam pembendaharaan kata-kata
bahasa Indonesia. Ke empat ejaan tersebut adalah ny, sy, kh, dan ng. Ketika itu
10
para ilmuan dan masyarakat menyepakati bahwa ejaan dua konsonan tidak
dipisah pelafalannya, tetapi disan- dingkan atau digabung pengucapannya.
Kata nyonya misalnya. Bukan dibaca en-yo-en-ya, melainkan nyo-nya.
Dahulu ketika rezim Soeharto berkuasa, ke empat ejaan khusus sempat
ingin diubah menggunakan perlambangan. Menurut aturan PBB, “Jika suatu
negara ingin menyusun/ mengubah ejaan yang telah lama, hendaknya
dipertimbangkan bunyi dengan hurufnya”. Saat itu presiden berencana
membuat satu lambang untuk satu ejaan khusus. Akan tetapi di tengah
pencanangan aturan pengejaan baru, masyarakat yang anti dengan Soeharto,
tidak menginginkan ini terjadi. Jika ada penyusunan baru dalam ejaan, semua
mesin ketik saat itu juga harus dirombak sesuai dengan ejaan baru. Kejadian
ini pasti akan menimbulkan kemubaziran. Banyak mesin ketik harus ditarik
dari pasaran lalu diperbaharui dan ini tidak membutuhkan biaya yang sedikit.
Padahal keadaan perekonomian Indonesia saat itu sedang carut marut. Berikut
adalah ejaan baru menggunakan perlambangan yang di ajukan:
• ny → ή • kh → χ
• ky → ŝ • ng → ŋ
Kata-kata serapan yang diadaptasi dari bahasa asing contohnya pada
katamaghrib dan dharma, karena ejaan gh dan dh tidak terdapat pada ke 26
huruf dan ke empat ejaan huruf khusus, maka penulisan tersebut dianggap
tidak benar. Seharusnya huruf h dihi- langkan, hingga dapat
ditulis: magrib dan darma. Kemudian untuk penulisan sebuah nama diri atau
sebuah nama perusahaan yang tidak sesuai dengan pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, tidak diupayakan untuk mengganti
pengejaannya. Ini karena ejaan penamaan mendapat payung hukum yang
berfungsi untuk memperbolehkan nama tersebut tetap sesuai dengan
pemberian semula, meskipun secara harfiah pedoman ejaannya tidak benar.
b. Pemenggalan Kata
11
Pemenggalan pada suatu kata dapat disebut juga sebagai penyukuan kata
yang setiap suku kata memiliki setidaknya satu konsonan dan satu bunyi
vokal. Berikut adalah macam-macam pemenggalan kata:
1) Apabila ada huruf konsonan di antara huruf vokal (VKV),maka
pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan (V-KV). Contohnya pada
kata anyir dan asyik, pemenggalannya menjadi a-nyir dan a-syik. Namun
ada pengecualian untuk penulisan pemenggalan,disaat posisi kata berada
dalam kata terakhir disebuah rangkaian kalimat yang ruangnya tidak lagi
bisa tertampung, maka kata tersebut tidak boleh dipenggal. Tetapi harus
dipindahkan ke baris selanjutnya. Karena satu huruf sebagai bagian dari
suku yang berdiri sendiri tidak boleh dipengggal.
2) Apabila ada dua huruf konsonan di antara huruf vokal (VKKV), maka
pemenggalan terjadi di antara konsonan (VK-KV). Contohnya pada
kata unsurdan makhluk, pemenggalannya menjadi un-sur dan makh-luk.
3) Apabila ada tiga huruf konsonan di antara huruf vokal (VKKKV), maka
pemenggalan terjadi di antara K1 dan K2(VK-KKV). Contohnya pada
katabentrok dan infra, pemenggalannya menjadi ben-trok dan in-fra.
4) Apabila ada suatu kata terdiri dari dua unsur, maka pemenggalan terjadi di
antara unsur-unsur atau gabungan unsur. Contohnya pada
kata introspeksi dankilo- gram, pemenggalannya menjadi in-tro-spek-
si dan ki-lo-gram.
5) Apabila di tengah atau di akhir kata ada huruf vokal berurutan, maka
pemenggalan terjadi di antara kedua huruf vokal. Contohnya pada
kata variasidan pendataan, pemenggalannya menjadi va-ri-a-si dan pen-
da-ta-an. Kemudian pada huruf diftong (ai, au, dan oi), pemenggalan tidak
dilakukan demikian. Karena huruf diftong tidak bisa dipisahkan. Misalnya
pada kata harimau, dapat dipenggal menjadi ha-ri-mau bukan ha-ri-ma-u.
C. Kedudukan
Dimaksud dengan kedudukan bahasa Indonesia disini adalah status relatif
bahasa sebagai sistem lambang budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai
12
sosial yang dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan. Selain
berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan
sebagai bahasa Negara atau bahasa resmi, sesuai dengan ketentuan yang
tertera di dalam Undang - Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 yang
berbunyi: “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”.
1. Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa- bahasa daerah. Hasil Perumusan
Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
a. Lambang kebanggaan Nasional.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia
memancarkan nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan
keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga,
menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan
terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri,
malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan
memelihara dan mengembangkannya.
b. Lambang Identitas Nasional.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan
lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia akan dapat
mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan watak
sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri
kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa
Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang
sebenarnya.
Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya. Dengan fungsi ini memungkinkan
masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan
berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan,
13
cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa
Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa
bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Karena
dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia,
identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam
bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih
tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan
dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
c. Alat penghubung antarbudaya antardaerah.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk
segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi
yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila
arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang
meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.
2. Sebagai Bahasa Negara
Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia befungsi sebagai :
a. Bahasa resmi kenegaraan.
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah
digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam segala upacara,
peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
b. Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan
14
perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar, materi
pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku
yang berbahasa asing. Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu
peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknolologi (iptek).
Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu
hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media
komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar
isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh
masyarakat.
Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari masyarakat Indonesia
yang beragam pula. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar
jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik
melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah
maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai
bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di
perguruan tinggi.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan materi yang telah penulis paparkan maka
simpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Diresmikan sebagai bahasa
nasional yaitu pada hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
2. Ejaan bahasa Indonesia mengalami beberapa kali penyempurnaan. Nama-
nama ejaan dalam bahasa yang pernah digunakan, yaitu: Ejaan Van
Ophuysen, Ejaan Soewandi (Ejaan Republik), Ejaan Pembaharuan, Ejaan
Melindo, Ejaan LBK, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara atau bahasa resmi,
sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar
1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi “ Bahasa Negara adalah Bahasa
Indonesia.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dan penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan kepada pembaca agar
lebih dalam memahami dalam perkembangan bahasa Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Jakarta. Nusa Indah.
Nasucha, Yakub dkk. 2013. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah.
Yogyakarta: Media Perkasa.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia.html diunggah tanggal 25 maret 2013 pukul 15.00 WIB
http://titi-share.blogspot.com/2012/04/asal-usul-dan-sejarah-bahasa-
indonesia.html diunggah tanggal 25 maret 2013 pukul 15.00 WIB
http://bahasa.kompasiana.com/2012/08/02/mengenal-lebih-dalam-ejaan-dalam-
bahasa-indonesia-482763.html diunggah tanggal 25 maret 2013 pukul 15.00 WIB
http://rahmaekaputri.blogspot.com/2010/09/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-
indonesia.html diunggah tanggal 25 maret 2013 pukul 15.00 WIB
http://micxonmobile.blogspot.com/2012/10/kedudukan-bahasa-indonesia.html
diunggah tanggal 25 maret 2013 pukul 15.00 WIB