7
PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Peran Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

  • Upload
    dvryin

  • View
    865

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ddad

Citation preview

Page 1: Peran Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

PENGARUH BAHASA DAERAH TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Page 2: Peran Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

Pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, terhadap perkembangan bahasa

Indonesia sangat besar. Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang dinamis,

termasuk di dalamnya perkembangan istilah dalam setiap disiplin ilmu yang ada.

Perkembangan kosakata tersebut diperoleh melalui berbagai cara, di antaranya, melalui

perluasan makna, penyempitan makna, penghidupan kembali unsur leksikal lama,

pemajemukan, penciptaan bentuk baru melalui penamaan baru atau pengakroniman,

pemungutan unsur leksikal yang memunyai kemiripan struktur fonologis dan morfologis,

serta pemungutan, penyerapan, dan penerjemahan kosakata bahasa Jawa.

Proses pemungutan kosakata bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia ternyata

dapat menimbulkan pengaruh negatif. Struktur bahasa ibu yang memengaruhi bahasa

seseorang yang bilingual atau dwibahasawan tidak dapat diabaikan karena dapat

mengakibatkan terjadinya interferensi atau penyimpangan kaidah, baik dalam bentukan

kata maupun struktur kalimat. Sebagai contoh Rumahnya paman saya sudah dijual.

Pemakaian afiks –nya pada kalimat tersebut terpengaruh oleh pemakaian afiks –e dalam

bahasa Jawa, Omahe paklikku wis didol. Kalimat yang benar ialah Rumah paman saya

sudah dijual.

Masuknya kata-kata bahasa daerah ke dalam bahasa indonesia mengakibatkan

terjadinya interferensi, yang bersifat positif maupun negatif. Contoh interferensi yang

bersifat positif : bisa (dapat), belasungkawa (berkabung), blak-blakan (terus terang),

ketrampikan (kecekatan), cicilan (angsuran), enteng (ringan), menggarap (mengerjakan)

dan lain-lain

Contohnya yaitu penanggalan imbuhan, coba perhatikan kalimat dibawah ini :

‘Yen murid-murid wis kumpul, akeh banget obrolane.’ (Jawa)

‘Lamun murid-murid geus kumpul, loba obrolane.’ (Sunda)

‘Jika anak-anak sudah berkumpul, banyak amat obrolannya.’ (Bahasa Indonesia)

Page 3: Peran Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

Terjemahan sudah kumpul merupakan terjemahan harafiah bahasa daerah, baik bahasa jawa

maupun bahasa sunda. Kalau kalimat-kalimat diatas kita terjemahkan secara harafiah ke

dalam bahasa indonesia menjadi :

‘jika murid-murid sudah pada kumpul, banyak amat obrolannya’.

Struktur kalimat :

‘Si Salim ketabrak becak’.

‘Ia malu diketawai orang’.

‘Sudahkah diketemukan bajunya yang hilang itu’.

Frekuensi pemakaian kata dengan awalan-ke semakin tinggi dalam bahasa indonesia

sekarang ini. Awalan –ke itu merupakan bersumber dari bahasa jawa dan sunda yang

fungsinya sama dengan awalan –ter dalam bahasa indonesia sehingga ‘ketabrak’ menjadi

‘tertabrak’, ‘diketawai’ menjadi ‘ditertawai’ dll

Karena awalan ter- itu adalah awalan bahasa indonesia asli dan masih mampu

menjalankan fungsinya, maka awalan ke dari bahasa daerah itu dalam ragam resmi tidak

boleh dipakai karena sudah merupakan suatu penyimpangan, struktur kalimat diatas

seharusnya :

‘Si Salim tertabrak becak’.

‘Ia malu ditertawai orang’.

‘Sudahkah ditemukan bajunya yang hilang itu’.

PENGARUH BAHASA ASING TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Nasional Indonesia bahkan mengalami perkembangan kian pesat hingga saat

ini. Bahasa Melayu Indonesia yang dulu terkesan monoton dan belum terdapat beragam kosa

kata, semakin lama bahasa ini semakin beragam dengan munculnya kosa kata baru.

Seiring perkembangannya Bahasa Indonesia juga mengalami penyerapan kata-kata

asing yang lantas ditetapkan sebagai bahasa sendiri. Penyerapan kata-kata asing ke dalam

Bahasa Indonesia sebagian besar berasal dari Negara-negara penjajah seperti Jepang,

Portugis, Spanyol, Inggris dan juga Belanda. Sebagai contohnya Bahasa Inggris, penyerapan

beberapa kosa kata Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia dapat kita temui dalam sebuah

penulisan berita, surat kabar, radio dan media lainnya.

Page 4: Peran Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

Berdasarkan jenisnya, kata serapan dalam Bahasa Nasional dibagi menjadi 2 tipe

yakni tipe golongan bahasa asing yang diserap ke dalam Bahasa Indoensia namun belum

sepenuhnya terserap seperti reshuffle, long march, shuttle, cock, dinner dan masih banyak

lagi. Kosa kata yang seperti itulah yang dinamakan kata serapan tak sempurna sehingga

pengucapan dan tulisannya nya masih seratus persen seperti bahasa aslinya. Tipe kata serapan

yang kedua ialah kata serapan sempurna yakni golongan bahasa asing yang sepenuhnya

diserap dan ditetapkan ke dalam Bahasa Nasional namun telah mengalami sedikit erubahan

struktur huruf dan pengucapan diantaranya actor menjadi aktor, business menjadi bisnis,

department menjadi departemen dan masih banyak lagi.

Selain itu, terdapat pula kosa kata yang tidak mengalami penyerapan namun masih

tetap digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam bahasa lisan seperti halnya aanval

(serangan jantung), verboden (dilarang), brandweer (pemadam kebakaran) dan masih banyak

lagi. Meskipun ragam “Bahasa Nasional” telah mengalami perkembangan yang signifikan,

namun diharapkan kata serapan yang tidak terdaftar dalam Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) tidak dipakai, sebab akan merusak bahasa Indonesia sendiri dan akan memunahkan

ragam bahasa dan ketentuan berbahasa Indonesia yang telah dibukukan.

Telah berabad-abad lamanya nenek moyang penutur bahasa Indonesia berhubungan

dengan berbagai bangsa di dunia. Bahasa Sanskerta tercatat terawal dibawa masuk ke

Indonesia yakni sejak mula tarikh Masehi. Bahasa ini dijadikan sebagai bahasa sastra dan

perantara dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu tersebar luas di pulau

Jawa pada abad ke-7 dan ke-8, lalu agama Buddha mengalami keadaan yang sama pada abad

ke-8 dan ke-9.

Hubungan dengan penutur bahasa Tionghoa. Hubungan ini sudah terjadi sejak abad

ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan

Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Yang disebut dengan bahasa

Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di antara bahasa-bahasa itu

yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin. Kontak yang begitu

lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata serapan yang

banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai perantara

keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara

keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya

anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, dan tahu.

Page 5: Peran Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

Hubungan dengan penutur Arab dan Persia.Bahasa Arab dibawa ke Indonesia mulai

abad ketujuh oleh saudagar dari Persia, India, dan Arab yang juga menjadi penyebar agama

Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan bahasa pengungkapan agama Islam mula

berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama sejak abad ke-12 saat banyak raja memeluk

agama Islam. Kata-kata serapan dari bahasa Arab misalnya abad, bandar, daftar, edar, fasik,

gairah, hadiah, hakim, ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat, dan wajah. Karena banyak di

antara pedagang itu adalah penutur bahasa Parsi, tidak sedikit kosakata Parsi masuk ke dalam

bahasa Melayu, seperti acar, baju, domba, kenduri, piala, saudagar, dan topan.

Hubungan dengan penutur Portugis. Bahasa Portugis dikenali masyarakat penutur

bahasa Melayu sejak bangsa Portugis menduduki Malaka. Pada abad ke-17 bahasa Portugis

sudah menjadi bahasa perhubungan antaretnis di samping bahasa Melayu. Kata-kata serapan

yang berasal dari bahasa Portugis seperti algojo, bangku, dadu, gardu, meja, picu, renda, dan

tenda.

Hubungan dengan penutur Belanda. Bahasa Belanda tidak sepenuhnya dapat

menggeser kedudukan bahasa Portugis karena pada dasarnya bahasa Belanda lebih sukar

untuk dipelajari, Belanda juga merupakan sumber utama untuk menimba ilmu bagi kaum

pergerakan. Maka itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat negara Indonesia didirikan

banyak mengacu pada bahasa Belanda. Kata-kata serapan dari bahasa Belanda seperti

abonemen, bangkrut, dongkrak, ember, formulir, dan tekor.