Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM MURID
KELAS V SDN NO. 89 PAKKABBA KECAMATAN GALESONG UTARA
KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memeroleh Gelar Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
HIJRAWATI
NIM 105401135319
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : HIJRAWATI
NIM : 105401135319
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN
No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar
Setelah diperiksa dan diteliti, proposal ini telah memenuhi persyaratan untuk
diseminarkan.
Makassar, Maret 2021
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Andi Adam, S.Pd,.M.Pd Sri Rahayu, S.Pd,.M.Pd
Mengetahui
Dekan FKIP Ketua Prodi
Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Erwin Akib, S.Pd,.M.Pd,.Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd,.M.Pd
NBM: 860 934 NBM: 114 8913 970 635
iii
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : HIJRAWATI
NIM : 105401135319
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN
No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar
Setelah diperiksa dan diteliti, proposal ini telah memenuhi persyaratan untuk
diseminarkan.
Makassar, Maret 2021
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Andi Adam, S.Pd,.M.Pd Sri Rahayu, S.Pd,.M.Pd
Mengetahui
Dekan FKIP Ketua Prodi
Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Erwin Akib, S.Pd,.M.Pd,.Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd,.M.Pd
NBM: 860 934 NBM: 114 8913
iv
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : HIJRAWATI
Nim : 105401135319
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN
No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar
Dengan ini menyatakan bahwa :
Skripsi yang saya ajukan di depan TIM Penguji adalah ASLI hasil karya saya
sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2021
Yang Membuat Pernyataan,
HIJRAWATI
v
v
SURAT PERJANJIAN
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, benar bahwa saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusun skripsi ini.
4. Apabila melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2, dan 3, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Juni 2021
Yang Membuat Perjanjian,
HIJRAWATI
vi
vi
Motto
Tiada kesuksesan yang datang...
Secara kebetulan dan
Karena warisan nenek moyang...
Tapi kesuksesan ada
Jika usaha dan doa sebagai penopangnya...
Persembahan
Tiada pengorbanan setulus pengorbanannya.
Tiada kasih sayang setulus kasih sayangnya.
Kupersembahkan karya ini
Kepada Ayahanda dan Ibunda serta suamiku yang tercinta
Yang telah mengorbankan segalanya demi tercapainya cita-cita
Semoga Allah SWT memberikan Hidayah-Nya
kepada kita semua..
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
vii
vii
ABSTRAK
HIJRAWATI. 105401135319. 2021. ”Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Adam dan pembimbing
II Sri Rahayu.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
penerapan model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran
menyimak cerita murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
Penelitin ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang didesain melalui
penelitian tindakan kelas (class room action research). Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan sebanyak dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar. Subjek penelitian ini berjumlah 21 orang.
Instrumen penelitian ini adalah tes dan lembar observasi. Data dianalisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar menyimak siklus I
dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus II dikategorikan tinggi. Ketuntasan
belajar pada siklus I sebesar 61,90% dan meningkat pada siklus II dengan presentase
ketuntasan belajar murid sebesar 80,95% . Jadi, ketuntasan belajar meningkat dari
kategori tidak tuntas menjadi tuntas. Dengan demikian, penerapan model
pembelajaran Listening Team dalam pembelajaran Menyimak Cerita Siswa Kelas V
SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. (2) Pembelajaran model listening team
meningkatkan keaktifan murid dalam belajar. Indikator peningkatan tersebut dapat
dicermati berdasarkan hasil observasi belajar murid dari siklus I dan siklus II yang
mengalami perubahan sikap sopan terhadap teman dalam mengkritik ide, memotivasi
murid dalam mengungkapkan ide/gagasan dengan kepercayaan kemampuan berpikir
sendiri, dapat menunjang pembicaraan dalam memahami bahan simak tersebut,
meningkatkan minat belajar siswa serta dapat meningkatkan kehadiran siswa.
Kata Kunci : Kemampuan Menyimak, Listening Team
viii
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah mengaruniakan rahmat
kesehatan dan panjang umur. Salam serta salawat penulis haturkan kepada junjungan
termulia, baginda Rasulullah Saw yang telah meletakkan dasar Keislaman dan
ketauhidan di muka bumi ini sehingga kita semua masih tetap dalam ikatan satu
keimanan Islam yang diberkahi.
Penulis merasa lega setelah rampungnya penyusunan skripsi ini. Selama
proses penyusunan dilakukan, terdapat banyak tantangan dan selalu ada saran dan
motivasi yang datang dari berbagai pihak. Sudah sepatutnyalah penulis mengucapkan
banyak terima kasih sebagai bentuk rasa syukur atas semua nikmat dan rahmat ilahiah
yang tercurah.
Disadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud
tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sangat berhutang
budi dan sepatutnya berterima kasih kepada Ummiku Hj. St. Syamsiar Dg. Ngai yang
ikhlas mendoakan, membesarkan dan membimbingku, mendidik serta membiayai
hingga seperti sekarang. Penulis juga mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada
kekasih halalku yaitu Agussalim Faisal, SE Dg. Sibali dan kedua buah hatiku Abid
Fahrial Rasqa dan Abyan Zahirul Ubaid.
Ucapan dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse,.M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
ix
2. Erwin Akib, S.Pd,.M.Pd,.Ph.D Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Aliem Bahri, S.Pd,.M.Pd Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Andi Adam, S.Pd,.M.Pd, Dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan
masukan dan arahan dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Sri Rahayu, S.Pd,.M.Pd Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
dengan penuh keikhlasan dan senantiasa memberikan masukan dan arahan
bimbingan motivasi, saran-saran hingga akhir penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Ibu Dosen PGSD Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga memiliki wawasan yang kels akan
diabadikan dalam meniti karier dihari esok.
7. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada Pegawai Administrasi
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan pelayanan
administrasi kepada penulis.
8. H. Usman, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar.
9. Hj. St. Jumatiah, S.Pd, Wali Kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar.
10. Bapak / ibu Guru serta seluruh staf tata usaha SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar, teman-teman Kelas yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungannya. murid-murid
x
x
SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar kelas V
atas kerjasamanya, motivasi dan semangatnya dalam mengikuti proses kegiatan
belajar mengajar.
Penulisan skripsi ini tentu masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
atau kritik yang membangun kiranya dapat dihadirkan pada kami untuk
kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah Swt penulis bermohon semoga berkat dan
rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita. Dan
semoga niat baik dan suci serta usaha yang sungguh-sungguh yang mendapat Ridha
di sisi-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Takalar, Juni 2021
Penulis
xi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Masalah Penelitian ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Kajian Pustaka .................................................................................. 8
1. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 8
2. Pengertian Belajar ....................................................................... 9
3. Pengertian Hasil Belajar ............................................................. 10
4. Tujuan Belajar ............................................................................. 11
5. Model Pembelajaran Listening Team ......................................... 12
6. Menyimak ................................................................................... 15
7. Cerita ........................................................................................... 24
B. Kerangka Pikir .................................................................................. 28
C. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 32
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 32
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 32
C. Setting dan Subjek Penelitian ........................................................... 33
D. Rancangan Penelitian ........................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 41
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 42
G. Indikator Keberhasilan ...................................................................... 42
xii
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 43
A. Hasil Penelitian Siklus I .................................................................... 44
B. Hasil Penelitian Siklus II ................................................................... 58
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 75
A. Simpulan ........................................................................................... 75
B. Saran ................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77
LAMPIRAN ....................................................................................................... 78
DOKUMENTASI PENELITIAN .................................................................... 145
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 151
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Keadaan Murid ......................................................................................... 34
3.2 Pengkategorian Hasil Belajar .................................................................... 42
4.1 Statistik nilai Hasil Belajar Siklus I .......................................................... 48
4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus I ...................... 50
4.3 Distribusi Frekuensi, Presentase, serta Kategori Ketercapaian
Ketuntasan Siklus I ................................................................................... 52
4.4 Observasi aktivitas murid pada siklus I .................................................... 54
4.5 Statistik nilai Hasil Belajar Siklus II ......................................................... 62
4.6 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus II ..................... 64
4.7 Distribusi Frekuensi, Presentase, serta Kategori Ketercapaian
Ketuntasan Siklus II .................................................................................. 66
4.8 Observasi aktivitas murid pada siklus II ................................................... 54
xiv
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Statistik Skor dan Presentase Siklus I ....................................................... 49
4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus I ..................... 51
4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ............................................ 53
4.4 Statistik Skor dan Presentase Siklus II ..................................................... 63
4.5 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus II ..................... 65
4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ........................................... 66
4.7 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ....................... 67
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan pada penguasaan
empat kemampuan utama, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat keterampilan itu menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran,
gagasan, dan pendapat sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh
pemakai bahasa. Di antara keempat keterampilan tersebut, menyimak merupakan
keterampilan pertama yang harus dikuasai oleh murid. Setelah itu, mampu berbicara,
membaca, dan menulis.
Keterampilan menyimak sudah mulai dipelajari dan diperoleh pada saat anak
masih usia prasekolah. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan berbahasa
yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
keterampilan menyimak merupakan kebutuhan vital manusia dalam kehidupannya.
Proses belajar mengajar dan keterampilan menyimak merupakan salah satu
faktor utama yang mendasar dalam pengajaran bahasa. Suatu tradisi yang telah
berakar menunjukkan bahwa anak cenderung menyukai kegiatan menyimak daripada
kegiatan lainnya untuk menguasai bahan ajar. Perkembangan metode pengajaran di
sekolah cukup memberi peluang lebih banyak kepada Murid untuk menyerap
informasi (materi pelajaran) melalui kegiatan yang lebih aktif, seperti membaca dan
1
2
2
menulis, tetapi pada kenyataannya murid tetap mengandalkan kemampuan
menyimak.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik
secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang
ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku
kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai
ucapan pembicara pun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima
kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu
diambil keputusan menerima atau menolaknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah
suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian.
Bahkan, situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan
dalam menentukan maknanya.
Mencermati hal tersebut, maka pembelajaran menyimak perlu dioptimalkan
karena memiliki peran dalam kehidupan manusia pada berbagai aspek. Keterampilan
menyimak Murid akan mempengaruhi keterampilan lainnya, seperti berbicara,
membaca, menulis, dan bahkan keterampilan bersastra.
Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tingkat kemampuan Murid,
khususnya menyimak cerita di sekolah tingkat awal masih rendah. Hasil belajar
khususnya aspek menyimak cerpen umumnya belum memperlihatkan hasil yang
3
3
optimal. Masalah lain adalah (1) Murid kurang memiliki keaktifan dan kreativitas
dalam belajar. (2) kemampuan memahami makna dan pesan dalam cerita masih
kurang. (3) Murid kurang mampu memahami informasi dalam cerita. (4) Murid sulit
berkonsentrasi dalam menyimak. (5) Hasil belajar menyimak cerita rata-rata 63%
sehingga belum mencapai target kurikulum, yaitu 65%. Kenyataan tersebut
menunjukkan masih perlunya diadakan perbaikan yang terus-menerus terhadap mutu
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pada aspek keterampilan
menyimak. Oleh karena itu, seorang guru harus memilih dan menerapkan metode
atau strategi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar Murid.
Masalah dalam pembelajaran menyimak tersebut akan diatasi dan diselesaikan
melalui penerapan model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan).
Pelaksanaan model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan)
dilaksanakan sesuai dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi (Arikunto 2008: 12).
Listening team, yaitu pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran
menyimak secara berkelompok/kerjasama dalam kelompok. Penerapannya dilakukan
dengan menyimak informasi secara bersama-sama. Dalam hal ini, semua tugas
menjadi bagian dan tanggung jawab kelompok. Murid yang kurang mampu
menyimak dapat dibantu oleh teman kelompoknya. Oleh karena itu, strategi listening
team dibentuk dengan tujuan membentuk Murid yang kooperatif dan bertanggung
jawab.
4
4
Mencermati hakikat pembelajaran listening team tersebut, dapat dinyatakan
bahwa sesuai untuk mengembangkan pembelajaran menyimak karena murid dibagi
secara berkelompok yang heterogen dan memiliki keluwesan dalam menangkap
pesan yang disimak secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti yang dilakukan di kelas V SDN No.
89 Pakkabba pada tanggal 03 Maret 2021 diperoleh keterangan dari guru kelas V
bahwa kemampuan murid dalam menyimak masih sangat rendah, bahkan nampaknya
murid merasa takut dan malu bertanya tentang materi yang belum diketahui pada saat
pembelajaran Tema yaitu Bahasa Indonesia . Hal ini dikarenakan penyajian materi
masih barsifat menoton, sehingga murid kurang tertarik untuk belajar Bahasa
Indonesia. Dalam situasi seperti ini murid merasa bosan karena kurangnya dinamika
inovasi, kekreatifan murid sebelum dilibatkan secara aktif akibatnya murid sulit untuk
mengembangkan pembelajaran yang benar-benar berkualitas. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti pada murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba, permasalahan yang
sering dijumpai dalam kelas terhadap hasil belajar menyimak yaitu tinggi rendahnya
nilai hasil belajar murid pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu dari 19 murid
yang mendapatkan nilai 0-34 yaitu 2 murid, mendapatkan nilai 35-59 yaitu 5 murid,
yang mendapatkan nilai 60-69 yaitu 3 murid, 70-84 yaitu 9 murid, dan 85-100 tidak
ada. Secara klasikal persentase ketuntasan 38,09% dengan murid yang tuntas hanya
mencapai 9 orang dari 19 jumlah murid dengan Kriteria Ketuntasan Minimal belajar
murid 70. Sebenarnya guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar murid
lebih aktif, di antaranya mengerjakan LKM, menggunakan media yang ada di sekolah
5
5
dan menggunakan metode ceramah. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan hasil
belajar murid secara maksimal.
Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia maka
perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan murid dalam
proses belajar mengajar sehingga materi pelajaran Bahasa Indonesia dapat dicerna
dengan baik oleh murid. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan murid dalam pembelajaran yaitu kooperatif tipe listening team.
Model listening team merupakan model pembelajaran kooperatif yang
memungkinkan murid untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang diberikan oleh guru. Dalam penerapan model pembelajaran ini diawali
oleh pemaparan materi pembelajaran oleh guru, kemudian murid dibagi dalam 4
kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing, kelompok pertama
sebagai tim penanya, kelompok kedua sebagai tim pendukung, kelompok ketiga
sebagai tim penentang, dan kelompok keempat sebagai tim yang bertugas
mereviewdan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa strategi pembelajaran listening
team berpengaruh terhadap keberhasilan murid dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya keterampilan menyimak cerita. Oleh karena itu, penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul "Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar". Pemilihan judul tersebut
disebabkan oleh kurangnya penelitian menyimak cerita sebelumnya sehingga
6
6
penggunaan Listening Team dapat memperkaya model pembelajaran menyimak cerita
di SD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis
merumuskan permasalahan penelitian ini, yakni:
1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan model pembelajaran listening team
dalam pembelajaran menyimak cerita Murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?
2. Bagaimanakah hasil evaluasi penerapan model pembelajaran listening team
dalam pembelajaran menyimak cerita Murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan dan hasil
evaluasi penerapan model pembelajaran Listening Team dalam meningkatkan
pembelajaran menyimak cerita murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengena
penerapan model pembelajaran Listening Team (menyimak berpasangan)
7
7
dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita Murid Kelas V SDN No.
89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi guru, dapat memanfaatkan strategi kooperatif tipe cerita
berpasangan sebagai strategi pembelajaran menyimak dalam upaya
meningkatkan kemampuan berbahasa Murid.
b. Bagi murid, memperoleh pengalaman baru dalam proses belajar
berbicara dan terbantu untuk mempercepat dan memperoleh
kemampuan menyimak melalui bentuk kelompok berpasangan.
c. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan dan mendorong bagi
para guru agar lebih fokus, berperan aktif, dan professional dalam
menyelenggarakan serta memperhatikan proses belajar murid di
sekolah sehingga murid termotivasi belajar.
d. Bagi Peneliti, sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya
dan dijadikan acuan bagi peneliti lain untuk menerapkan metode
Listening Team.
8
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu, Kalsum (2010) meneliti tentang
Penerapan Kooperatif Script dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Murid Kelas IV SDN No. 148 Julumata Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten
Takalar. Hasilnya menunjukkan bahwa metode Kooperatif Script efektif dalam
meningkatkan keterampilan menyimak. Selanjutnya, Marhaeni (2011) dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Penerapan Model Pembelajaran
Menyimak Berpasangan Murid Kelas V SDN No. 89 Centre Bontolebang Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar. Hasilnya menunjukkan bahwa model menyimak
berpasangan meningkatkan keterampilan menyimak bagi murid. Terakhir adalah
Marhaeni (2011) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui
Penerapan Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN No. 89 Centre
Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Hasilnya menunjukkan
bahwa kemampuan murid menyimak meningkat dengan model pembelajaran
Listening Team.
8
9
9
2. Pengertian Belajar
Belajar didefinisikan oleh banyak ahli dengan reaksi yang berbeda-beda,
berbagai definisi tersebut pada hakekatnya memiliki pengertian dan prinsip serta
tujuan yang sama, berikut ini beberapa kutipan dari berbagai ahli pembelajaran.
Menurut Slameto (2003: 2) “belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Haling (2007: 2) Belajar pada manusia merupakan suatu proses
psikologis yang berlangsung alam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan
keterampilan bersifat konstan/menetap. Perubahan- perubahan itu dapat berupa
sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku yang nyata.
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya
belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82%
anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang
positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut
menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun.
Konsekuensinya, 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya
yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan. Nichol (Aunurrahman, 2002: 34).
Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur.
Meskipun kita melihat perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar
tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-
10
10
kesamaannya. Burton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Activities”,
merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya. Dalam buku Educational Psicology, H.C. Witherington,
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Dalam sebuah situs tentang pengertian
belajar, Abdillah (2002) mengidentifikasi sejumlah pengertian belajar yang
bersumber dari para ahli pendidikan/pembelajaran. James O. Whittaker
mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku
baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorikuntuk memperoleh tujuan tertentu.
3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 200) “Hasil belajar adalah hasil yang
dicapai oleh Murid setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, yang ditandai
dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol”. Hasil belajar seringkali
diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Dengan hasil belajar yang
11
11
diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media yang digunakan sudah
tepat atau belum. Jika sebagian besar Murid memperoleh angka jelek pada penelitian
yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh metode dan media yang digunakan
kurang tepat. Apabila demikian halnya, Arikunto (2009: 7) mengatakan “bahwa guru
harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar”.
Pelaksanaan pembelajaran, pengukuran hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku pembelajar setelah selesai
mengikuti suatu kegiatan belajar. Menurut Haling (2007: 108) mengatakan “bahwa
angka atau skor sebagai hasil pengukuran mempunyai makna jika dibandingkan
dengan patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa pebelajar telah menguasai
secara tuntas materi pelajaran tersebut”.
Menurut Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil
akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang
dapat di amati dan dapat di ukur”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern”.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara
lain: (a) faktor jasmaniah, (b) faktor psikologis, dan (c) faktor kelelahan. Sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, antara lain: (a) faktor keluarga,
(b) faktor sekolah, dan (c) faktor masyarakat.
12
12
4. Model Pembelajaran Listening Team
Rusman (2011: 131) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Rusman (2011: 136) menyatakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli
tertentu.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model
berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir
induktif.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar
mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk
memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah
langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya pninsip-pninsip reaksi;
(3) sistem sosial; dan (4) sistem pendukung. keempat bagian
tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan
suatu model pembelajaran.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil
belajar yang dapat diukur; (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar
jangka panjang.
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan
pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran listening team.
Listening artinya menyimak atau mendengarkan dan team artinya tim, kelompok, dan
13
13
perkumpulan. Jadi, listening team merupakan kegiatan berbahasa mendengarkan/
menyimak informasi berdasarkan kelompok yang berasas atau berbasis kooperatif
(kerja sama).
Penerapan listening team dalam pembelajaran menyimak cerita mengacu
kepada belajar kelompok Murid, menyajikan informasi akademik baru kepada Murid
setiap minggu dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Murid dalam suatu
kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok
haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara
individual setiap minggu atau setiap dua minggu Murid diberi kuis. Kuis itu diskor,
dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak
berdasarkan skor mutlak Murid, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian
singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, Murid yang
mencapai skor perkembangan tinggi, atau Murid yang mencapai skor sempurna pada
kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu
dicantumkan dalam lembar itu.
Listening team merupakan pendekatan pembelajaran yang sederhana.
Kesederhanaannya pada belajar kelompok, setiap kelompok haruslah heterogen yang
14
14
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Setiap anggota 1 minggu atau 2
minggu Murid diberi kuis, kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor
pengembangan. Skor pengembangan ini tidak didasarkan skor mutlak Murid, tetapi
berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui skor rata-rata Murid yang lain.
Listening team dapat dipadukan dengan cooperative script adalah metode
belajar di mana Murid bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Di dalam penerapan pembelajaran dengan model listening team ini harus
melalui beberapa langkah-langkah seperti yang dinyatakan oleh Suprijono (2009: 96)
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode listening team diawali dengan
pemaparan materi pembelajaran oleh guru.
2. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok.
3. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misalnya, 40
orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok
pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan
kelompok ketiga adalah kelompok penjawab. Kelompok kedua
merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif
tertentu, sementara kelompok ketiga adalah kumpulan orang yang
menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua.
Perbedaan ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang
ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir sehingga mereka
dapat menemukan pengetahuan struktural. Kelompok keempat
adalah kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan
dan hasil diskusi.
4. Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci
atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam
berdiskusi.
15
15
5. Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Tarigan (2008: 31) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk mempeorleh informasi, menangkap isi
atau pesan, memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran.
Menurut Tarigan (1993: 80), menyimak adalah “Suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan,
serta memahami makna. komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan. Selanjutnya, Achsin (1985: 3) mengemukakan
bahwa “Menyimak adalah salah satu keterampilan berkomunikasi (Communication
Skill) yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam situasi bicara
tatap muka, mengikuti kuliah, mendengarkan radio, ceramah, di dalam kegiatan-
kegiatan profesional, perdagangan, dan lain-lain.”
Sutari (1997/1998: 18) menyatakan bahwa:
Dalam kegiatan menyimak, bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat
pendengar diidentifikasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frasa,
klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana. Selain itu, menyimak
harus memperhatikan aspek-aspek nonkebahasaan seperti: 1) tekanan
(keras lembutnya suara), 2) jangka (panjang pendeknya suara), 3) nada
(tinggi rendahnya suara), 4) intonasi (naik turunnya suara), 5) ritme
(pemberian tekanan nada dalam kalimat). Bunyi bahasa yang
diterimanya kemudian diinterpretasi maknanya, ditelaah, dinilai
kebenarannya, lalu diambil keputusan untuk menerima atau menolaknya.
16
16
Anderson (Sutari, dkk, 1997/1998: 19) mengemukakan bahwa “dalam
keterampilan menyimak, kemampuan menangkap dan memahami makna pesan baik
yang tersurat maupun yang tersirat, unsur kemampuan mengingat pesan, juga
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengertian menyimak”. Dengan
demikian, menyimak dapat dibatasi sebagai proses mendengarkan, menyimak, serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan.
Berdasarkan pengertian menyimak yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak adalah proses kegiatan
mendengarkan yang disertai oleh kegiatan mental lainnya, yakni memahami,
mengapresiasi, serta menginterpretasi sehingga memunculkan pemahaman terhadap
makna ungkapan-ungkapan yang didengarnya.
b. Tujuan dan Fungsi Menyimak
Hunt (Tarigan, 1987: 58-59) mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah:
1) Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang memadai
bagi pembaca atau pendengar;
2) Untuk mengetahui dan memahami materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru di kelas;
3) Untuk memperlancar terjadinya alur komunikasi antara pembicara
dan lawan bicara;
4) Untuk dapat membedakan bunyi bahasa dengan tepat;
5) Untuk dapat merumuskan dan menganalisis permasalahan yang
dihadapi oleh penyimak;
Selanjutnya, Tarigan (1987: 59) mengemukakan fungsi menyimak adalah:
1) Memperoleh informasi yang berhubungan dengan pekerjaan atau
profesi;
2) Memperoleh keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari;
3) Memperoleh data agar dapat membuat keputusan yang dapat
17
17
diterima secara akal sehat;
4) Memperoleh respons yang tepat dari lawan bicara atau pemberi
informasi.
Senada dengan itu, Tarigan (1987: 55) mengemukakan bahwa tujuan
menyimak adalah:
1) Menyimak untuk belajar,
2) Menyimak untuk menikmati,
3) Menyimak untuk mengevaluasi,
4) Menyimak untuk mengapresiasi,
5) Menyimak untuk mengomunikasikan ide.
c. Tahap-tahap Menyimak
Dari segi metode dan telaah perilaku menyimak, Hunt (Tarigan, 1987: 32-33)
mengemukakan bahwa tahap menyimak itu meliputi:
1) Tahap isolasi; pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek
individu kata lisan dan mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, dan
fakta-fakta yang diorganisasikan secara khusus dengan stimulasi
tertentu.
2) Tahap identifikasi; pada saat tertentu stimulasi telah dikenal dalam
bentuk makna atau identitas yang terdapat dalam kalimat sehingga
dapat diklasifikasikan.
3) Tahap integrasi; pada tahap ini seseorang mengintegrasikan hal
yang didengar dengan informasi yang telah terekam dalam otaknya.
Pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini karena
pengetahuan itu dapat diintegrasikan dengan informasi yang baru
saja didengarnya.
4) Tahap inspeksi; pada tahap ini informasi yang diterima
diperbandingkan dengan informasi yang telah dimiliki
sebelumnya. Proses ini akan mudah berlangsung kalau informasi
baru bertentangan dengan ide-ide yang dimiliki sebelumnya karena
ada upaya untuk mencari dan memilih informasi yang mendekati
kebenaran.
5) Tahap interpolasi; pada tahap ini tidak ada pesan atau informasi
yang dimiliki sebelumnya yang relevan dengan hal yang didengar,
karena itu seseorang yang berada pada tahap ini berusaha
menyediakan serta memberi data atau ide yang menunjang latar
18
18
belakang pengetahuan dan pemahaman untuk mengetahui butir-
butir pesan yang disampaikan oleh pembicara.
d. Proses Menyimak
Tarigan (1987: 59-60) mengemukakan bahwa menyimak merupakan proses
kegiatan bertahap. Proses kegiatan yang dimaksud adalah:
1) Proses mendengarkan; dalam proses ini penyimak baru
mendengarkan ungkapan yang dikemukakan oleh pembicara.
2) Proses memahami, setelah penyimak mendengarkan, selanjutnya ada
kegiatan untuk memahami isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara.
3) Proses menginterpretasikan; dalam hal ini penyimak sudah
menafsirkan maksud butir-butir pembicaraan yang diungkapkan oleh
pembicara.
4) Proses mengevaluasi; setelah memahami dan menafsirkan isi pem-
bicaraan, penyimak mulai menilai gagasan yang disampaikan oleh
pembicara.
5) Proses menanggapi; pada proses ini, penyimak mulai memahami,
menyambut, dan menanggapi gagasan yang disampaikan oleh
pembicara.
e. Jenis-jenis Menyimak
Kegiatan menyimak tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuknya
yang beraneka ragam. Makin maju kehidupan sosial, makin bervariasi bentuk
menyimak itu. Keanekaragaman itu disebabkan oleh adanya berbagai titik pandang
yang kemudian dijadikan landasan pengklasifikasian menyimak.
Ruwin (Indira, 1998: 10-11) mengemukakan bahwa ada tujuh titik pandang
yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak, yaitu: 1) sumber suara
yang disimak, 2) taraf aktivitas menyimak, 3) taraf hasil simakan, 4) keterlibatan
19
19
penyimak dan kemampuan khusus, 5) cara penyimakan, 6) tujuan penyimak, dan 7)
tujuan spesifikasi.
1) Berdasarkan sumber suara yang disimak sutari, dkk. (1997/1998: 28)
mengemukakan bahwa berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat
dua ragam menyimak, yaitu:
(a) Menyimak intrapribadi (intrapersonal listening)
Suara yang disimak dalam ragam ini berasal dari diri sendiri.
Artinya, seseorang menyimak pikirannya sendiri. Biasanya hal
ini dilakukan pada saat ia sedang sendiri. Yang dipikirkan dapat
raja rencana masa depan, dapat menyalahkan diri sendiri karena
telah berbuat kesalahan, dan sebagainya.
(b) Menyimak antar pribadi (interpersonal listening)
Menyimak yang dimaksudkan di sini adalah menyimak suara
yang berasal dari orang lain. Menyimak seperti ini yang paling
banyak dilakukan orang, misalnya: bercakap-cakap, menyimak
cerita, rapat, diskusi, ceramah, seminar, dan sebagainya.
2) Berdasarkan Taraf Aktivitas Menyimak
Sutari, dkk. (1997/1998: 28-29) mengemukakan bahwa dalam
menyimak, taraf aktivitas penyimak dapat dibedakan atas kegiatan
menyimak bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertaraf
rendah, penyimak baru sampai pada taraf memberikan perhatian, dorongan,
dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat non verbal
yang diperlihatkan dengan mengangguk-angguk, penuh perhatian,
mengucapkan ya, setuju, atau sejenisnya yang sifatnya mendukung
pembicaraan. Menyimak semacam itu disebut silent listening.
Kegiatan menyimak bertaraf tinggi biasanya diperlihatkan
penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan. Hal ini menunjukkan
20
20
bahwa ia memahami bahan simakan tersebut. Penyimak sudah lebih tinggi
memperlihatkan keterlibatan mentalnya. Oleh karena itu, menyimak
semacam ini disebut active listening.
3) Berdasarkan Taraf Hasil Rekaman
Sutari, dkk. (1997/1998: 29-30) mengemukakan bahwa berdasarkan
taraf hasil simakan terdapat beberapa ragam atau jenis menyimak, seperti
berikut ini.
(a) Menyimak terpusat
Pikiran menyimak terpusat pada suatu perintah atau aba-aba,
untuk mengetahui saatnya mengerjakan suatu perintah. Dalam
hal ini, menyimak harus benar-benar memusatkan pikirannya
agar tidak salah melaksanakan hasil simakannya itu.
(b) Menyimak untuk membandingkan
Penyimak menyimak pesan itu kemudian membandingkan isi
pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang
relevan.
(c) Menyimak organisasi materi
Yang terpenting oleh penyimak di sini adalah mengetahui
organisasi pikiran yang disampaikan pembicara, baik ide
pokoknya maupun ide penunjangnya.
(d) Menyimak kritis
Penyimak mencoba menyimak secara kritis dengan cara
menganalisis materi atau pesan yang disimaknya. Untuk
kejelasan, penyimak meminta data atau informasi lebih lengkap
tentang hal yang dikemukakan pembicara.
(e) Menyimak kreatif dan apresiatif
Penyimak memberikan reaksi lebih jauh terhadap hasil
simakannya dengan memberi respons, baik fisik maupun mental.
Pada taraf ini setelah penyimak memahami dan menghayatinya
betul pesan itu, ia memperoleh inspirasi yang dapat melahirkan
pendapat baru sebagai basil kreasinya.
21
21
4) Berdasarkan Cara Penyimakan
Menurut Ruwin (Indira, 1998: 10-11), berdasarkan cara penyimakan
dikenal dua jenis menyimak, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak
intensif.
(a) Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah jenis kegiatan menyimak menyangkut
hal-hal yang bersifat umum dan lebih dari satu ujaran yang tidak perlu
mendapat bimbingan langsung dari seorang pembicara atau guru. Pada
hakikatnya, menyimak ekstensif ini diperlukan untuk menyimak kembali
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Menyimak ekstensif dapat
memberikan kebebasan penyimak atau Murid untuk memenuhi butir-butir
kosakata atau struktur makna yang terdapat dalam kalimat. Penyimak ada
kalanya tidak memahami secara keseluruhan kosakata yang diungkapkan
oleh pembicara, tetapi dengan kebebasan itu ia dapat mengetahui maksud
pembicaraan. Menurut Tarigan (1987: 37-38), menyimak ekstensif meliputi
beberapa bagian, yaitu: a) menyimak sosial, b) menyimak sekunder, c)
menyimak estetik, dan d) menyimak fasih.
(b) Menyimak Intensif
Menyimak intensif lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendapat
pengawasan dan kontrol dari guru. Menurut Tarigan (1987: 42-49:
menyimak intensif meliputi beberapa bagian, antara lain:
22
22
(1) Menyimak kritis yaitu jenis kegiatan menyimak yang
bukan hanya bertujuan mencari kesalahan atau kekeliruan,
melainkan juga hal-hal yang menjurus ke arah kebenaran.
Situasi khusus yang menuntun pendengar untuk menyimak
kritis adalah pidato politis, filosofi, dan kata-kata memikat
seperti tukang obral.
(2) Menyimak konsentrasi yaitu kegiatan menyimak yang
merupakan jenis telaah terhadap suatu teks yang dibacakan.
(3) Menyimak kreatif yaitu kegiatan menyimak yang sifatnya
menyelidik sesuatu agar lebih terarah dan jelas
permasalahan yang dibahas.
(4) Menyimak eksploratif yaitu jenis kegiatan menyimak yang
sifatnya, menyelidiki sesuatu agar lebih terarah dan jelas
permasalahan yang ditemukan.
(5) Menyimak interogatif yaitu jenis kegiatan menyimak yang
lebih banyak menuntut penyimak berkonsentrasi dan
menyeleksi butir-butir ujaran pembicara.
5) Berdasarkan Tujuan Menyimak
Sutari, dkk. (1997/1998: 31-32) mengemukakan bahwa penentuan
menyimak dapat pula didasarkan atas tujuan menyimak, ada enam jenis
menyimak berdasarkan tujuan ini, yaitu:
(a) Menyimak Sederhana
Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman
atau percakapan melalui telepon.
(b) Menyimak Diskriminatif
Menyimak untuk membedakan suara, perubahan suara, seperti
membedakan suara orang marah, gembira, atau kecewa, suara
burung, suara mobil, dan sebagainya.
(c) Menyimak Santai
Menyimak untuk tujuan kesenangan, misalnya: menyimak
pembicaraan puisi, cerita pendek, dagelan, dan sebagainya.
(d) Menyimak Informatif
Menyimak untuk mencari informasi, menyimak pengumuman,
jawaban pertanyaan, dan sebagainya.
(e) Menyimak Literatur
Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan, seperti:
penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan basil
23
23
penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato,
mencari penjelasan butir tertentu.
f. Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak
Menurut Tarigan (1987: 97), kegiatan menyimak dapat dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain: sikap, motivasi, pribadi, situasi dalam kehidupan, dan peranan
dalam masyarakat. Weeb (Tarigan, 1987: 97) mengemukakan bahwa ada empat
faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak, yaitu: pengalaman, pembawaan,
sikap atau pendirian, dan perbedaan jenis kelamin. Selanjutnya, Tarigan (1987: 87)
menegaskan bahwa faktor yang mempengaruhi penyimak, antara lain:
1) Faktor lingkungan yang terdiri atas fisik dan sosial.
2) Faktor psikologis.
3) Faktor pengalaman.
Selain itu, Suhendar (1992: 5-6) mengemukakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan untuk dapat menyimak dengan baik adalah:
1) Alat dengar si pendengar dan alat ucap si pembicara harus baik;
2) Situasi dan lingkungan pembicara itu harus baik;
3) Konsentrasi penyimak kepada pembicara;
4) Pengenalan tujuan pembicaraan;
5) Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat-
kalimat inti pembicaraan;
6) Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat; 7) Kemampuan
berbahasa dengan baik turut serta menentukan kemampuan
menyimak.
24
24
3. Cerita
a. Pengertian Cerita
Cerita adalah serangkaian peristiwa yang berusaha menjawab pertanyaan
tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya sesuatu peristiwa. Untuk
memahami konsep istilah cerita dipaparkan beberapa pengertian cerita. Cerita sebagai
pengisahan yang berhubungan dengan penyajian berupa peristiwa. Pokok masalahnya
dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita.
Keraf (2005: 136) mengidentifikasikan cerita sebagai suatu bentuk paparan
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas–jelasnya kepada pembaca maupun
pendengar suatu peristiwa yang telah terjadi. Cerita sebagai perbuatan atau tindakan
yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang terjadi tidak lain dari tindak
tanduk yang dilakukan oleh tokoh–tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Cerita adalah
suatu peristiwa atau kejadian.
Keraf (2005: 140) menyatakan bahwa bercerita adalah menyampaikan
serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada
sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik
hikmahnya dari cerita itu. Dengan kata lain, cerita ini hendak memenuhi keinginan
pembaca yang selalu bertanya-tanya. “Apa yang terjadi?’ Penataan peristiwa
didasarkan alas urutan waktu ( kronologis).
Ambo Enre (1994: 90) mengatakan bahwa cerita adalah karangan yang
bersifat subjektif. Isinya bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun
cerita itu bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi, namun materi cerita dan
25
25
penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang. Cerita dapat berisi fakta
yang benar-benar terjadi, dapat pula berisi sesuatu yang khayali. Cerita yang berupa
fakta misalnya otobiografi atau biografi seseorang tokoh terkenal. Isi wacana itu
benar-benar nyata atau berdasarkan fakta sejarah yang tidak dibuat-buat. Namun,
cerpen, novel, roman, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain digolongkan cerita yang
khayali karena disusun atas dasar imajinasi seseorang pengarang yang tidak pernah
terjadi.
Dalam cerita sering terlihat dialog tokoh-tokoh cerita, di samping uraian
biasa. Dialog cerita memang terasa lebih hidup dan menarik sehingga lebih dapat
mengasyikkan bagi pembaca. Lukisan watak, pribadi, kecerdasan sikap, dan tingkat
pendidikan tokoh dalam cerita yang disuguhkan sering dapat lebih tepat dan mengena
apabila ditampilkan lewat dialog-dialog. Tokoh yang kejam, buta huruf atau lemah
lembut yang sangat penyantun akan lebih hidup apabila diceritakan dalam bentuk
percakapan, daripada diceritakan dengan uraian biasa.
Cerita rekaan adalah cerita prosa. Dalam pengertian kesusasteraan sering
disebut fiksi (berasal dari bahasa Inggris fiction) atau prosa rekaan atau cerita rekaan,
yaitu suatu cerita yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi pengarang
(Rahmanto, 1998: 15). Cerita rekaan mengisahkan berbagai masalah hidup dan
kehidupan manusia dalam hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Dengan demikian, cerita rekaan sebenarnya merupakan hasil dialog, renungan, dan
reaksi pengarangnya terhadap kehidupan lingkungannya. Nurgiyantoro (2008: 2)
26
26
menjelaskan bahwa prosa dalam pengertian fiksi, yaitu teks naratif atau wacana
naratif yang berarti cerita rekaan atau cerita khayalan.
Mustopo (1983: 35) mendefisinikan cerita rekaan sebagai suatu bentuk cerita
atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, pelaku, peristiwa, dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Suharianto (1982: 27) menjelaskan bahwa
cerita rekaan atau prosa, ciri khasnya adalah bentuknya yang bersifat pembeberan
perasaan yang dipikirkan pengarangnya secara terperinci, adanya pembagian
kesatuan-kesatuan makna dalam wujud paragraf atau alinea dan kekhasan
penggunaan bahasa yang konstruktif. Aminuddin (1990: 66) menyatakan bahwa
cerita rekaan adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeran, latar tahapan, dan rangkain cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Suatu karya yang
menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan khayalan sesuatu yang tidak terjadi
sungguh-sungguh sehingga dia tidak perlu dicari kebenarannya dalam dunia nyata.
Sesuai dengan batasan cerita rekaan tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita
rekaan adalah pelahiran yang imajiner dari pembelajaran, baik berupa pandangan
kenyataan kontemplasi, penghayatan, dan penilaian terhadap peristiwa yang pernah
dikenal dan diuntai atau dibeberkan dalam kesatuan-kesatuan makna yang
dimanifestasikan ke dalam suatu rangkain cerita. Selain itu, merupakan bentuk
penyampaian atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia. Agar
timbul kesan indah dan menarik, diperlukan cara penyajian yang tepat. Selain itu,
diperlukan pula pemilihan suatu cerita atau peristiwa yang dianggap menarik.
27
27
b. Pola Penceritaan
Cerita biasanya mempunyai pola–pola yang sederhana adalah berupa adanya
awal cerita atau peristiwa, tengah peristiwa dan akhir peristiwa (Keraf, 2005: 145).
Bagian awal biasanya membawa pembaca/pendengar ke dalam cerita dan menariknya
ke dalam suasana tertentu. Bagian pertama ini juga menjelaskan latar belakang suatu
peristiwa juga mengisyaratkan tentang apa yang akan terjadi pada bagian atau akhir
cerita. Bagian awal ini mempunyai fungsi khusus untuk memancing dan mengiring
pembaca ke kondisi ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bagian tengah wacana narasi merupakan bagian yang menjelaskan secara
panjang lebar suatu peristiwa. Pada bagian ini biasanya konflik dipertajam atau di
dramatisasi. Bagian akhir narasi merupakan inti klimaks, konflik melalui menurun ke
arah tertentu tetapi penulisannya belum tentu menunjukkan penyelesaiannya secara
jelas. Kadang-kadang penulis menghadirkan konflik pada bagian awal. Lalu muncul
krisis, yaitu konflik yang mulai meninggi, krisis pun mulai menghambat, baru
kemudian ditemukan jalan ke arah tertentu. Akan tetapi krisis itu, biasanya
dilanjutkan ke atas lagi untuk mencapai klimaks lalu turun kembali. Arus naik turun
yang saling bersambung ini biasanya dinamakan plot.
Ciri khas cerita antara lain: (1) berupa cerita tentang peristiwa atau
pengalaman manusia, (2) kejadian yang benar-benar terjadi, (3) berdasarkan konflik
karena tanpa konflik biasanya narasi tidak akan menarik, (4) menentukan susunan
kronologi (urutan kejadian menurut waktu), dan (5) biasanya memiliki dialog.
28
28
Berdasarkan jenis-jenis cerita, dapat dikemukakan pola penceritaan sebuah
cerita. Unsur-unsur cerita menurut Keraf (2005: 145) sebagai berikut:
1) Alur, yakni rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha
memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu yang berusaha
memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan
harmonis.
2) Bagian pendahuluan, yakni bagian yang menyajikan situasi dasar,
memungkinkan pembaca memahami adegan-adegan selanjutnya.
Oleh karena itu, bagian ini sering disebut eksposisi. Bagian
pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca terhadap
bagian-bagian berikutnya. Bagian pendahuluan harus merupakan
seni tersendiri yang berusaha menjaring minat dan perhatian
pembaca.
3) Bagian perkembangan. Perkembangan tentu saja terjadi pertikaian
sebagai akibat logis dan situasi awal yang mengandung faktor-faktor
peledak. Dari pertikaian timbul penggawatan yang menyiapkan
jalan untuk mencapai puncak dari seluruh narasi.
4) Bagian penutup, merupakan bagian terakhir dari suatu narasi atau
disebut juga peleraian. Dalam bagian ini di komplikasi akhirnya
dapat diatasi dan diselesaikan. Namun, tidak selalu terjadi bahwa
bagian peleraian betul-betul memecahkan masalah yang dihadapi.
B. Kerangka Pikir
Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru haruslah disesuaikan dengan tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuan-tujuan pembelajaran itu dirumuskan oleh
guru dan tertuang di dalam rencana pembelajaran yang dirancang. Demikian pula
halnya dalam proses pembelajaran menyimak. Dalam proses pembelajaran tersebut
sangat kompleks sehingga susah dipahami oleh Murid. Dengan demikian, perlu
dilakukan pemilihan penerapan model pembelajaran listening team (menyimak
berpasangan) karena melalui model ini akan merangsang kreativitas Murid dalam
bentuk ide, prakarsa, terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah dalam individu
29
29
dan kelompoknya sehingga dapat membangkitkan keinginan dan prestasi belajar yang
baru, serta membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar Murid.
Untuk mengungkap penerapan penerapan model pembelajaran listening team
(menyimak berpasangan) dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak pada
mata pelajaran Bahasa, maka dilakukan penelitian dengan rancangan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitian ini dilakukan melalui dua siklus
pembelajaran.
Berdasarkan hasil pembelajaran kedua siklus tersebut dilakukan tes (evaluasi).
Hasil evaluasi tersebut merupakan sarana analisis untuk mengungkap dan
menghasilkan temuan penelitian ini. Secara sederhana, alur penelitian ini
digambarkan seperti berikut ini.
30
30
Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Ket : ( ) berhubungan dan diteliti
( ) berhubungan tapi tidak diteliti
Mendengarkan/Menyimak
Model Pembelajaran Listening
Team (Menyimak Berpasangan)
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Perencanaan
Siklus I
K13
Pelaksanaan Evaluasi
Siklus II
Refleksi
Berbicara Membaca Menulis
Argumentasi Deskripsi Persuasi Eksposisi Narasi/cerita
Analisis
Temuan
31
31
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoretis di atas, maka rumusan hipotesis tindakan pada
peneliti ini adalah: Jika model pembelajaran listening team diterapkan, maka
pembelajaran kemampuan menyimak murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dapat meningkat.
32
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menerapkan model pembelajaran listening team (menyimak
berpasangan) dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita murid kelas V
SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Dengan
demikian, penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan bersiklus yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini, yaitu penerapan model pembelajaran listening team
(menyimak berpasangan) dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita
murid Kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar. Untuk mengetahui hal tersebut, ada beberapa fokus yang diselidiki, yaitu:
1. Model pembelajaran listening team adalah suatu model belajar yang
menekankan pada kerja sama Murid sebagai upaya meningkatkan partisipasi,
memberikan pelajaran kepemimpinan dan pengalaman, membuat keputusan
kelompok dan memberikan kesempatan untuk berintegrasi dan belajar dengan
Murid lain yang berasal dari latar belakang budaya dan kemampuan yang
32
33
33
berbeda. Dalam pembelajaran gotong royong yang diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif ada lima indikator yang diukur yaitu : kerjasama
dalam kelompok, aktif mengajukan pertanyaan, aktif berdiskusi, aktif
menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan pendapat, membuat kesimpulan
materi.
2. Keterampilan menyimak cerita adalah proses kegiatan mendengarkan yang
disertai oleh kegiatan mental lainnya, yakni memahami, mengapresiasi, serta
menginterpretasi saling memunculkan pemahaman terhadap ungkapan-
ungkapan yang didengar. Dalam operasionalnya indikator yang diukur dalam
keterampilan menyimak yaitu: mendengarkan cerita, menemukan pokok-
pokok isi cerita, menemukan amanat/pesan isi cerita, menyimpulkan isi cerita,
menanggapi isi cerita.
C. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada murid kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Penelitian ini diagendakan
dilaksanakan pada tahun 2021.
34
34
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar sebanyak 21 orang tahun pelajaran 2020/2021.
Lebih jelasnya, jumlah murid dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Keadaan Murid
No. Urut Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Keterangan Laki-laki Perempuan
1 V 10 Orang 11 Orang 21 Sasaran
Penelitian
Sumber: Absensi SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pada semester II tahun pelajaran
2020/2021 yang terbagi dalam dua siklus dengan perincian sebagai berikut: Siklus I
dilaksanakan selama satu pekan dan 3 kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan selama
1 pekan atau 3 kali pertemuan.
Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti
yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat mengetahui hasil
belajar menyimak Murid dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran listening team (menyimak berpasangan) guna meningkatkan hasil
belajar menyimak.
35
35
Kegiatan awal
Berdasarkan rencana pembelajaran di atas, maka penelitian tindakan kelas ini
meliputi 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan
tahap refleksi. Adapun rincian kegiatan yang akan dilakukan pada setiap siklus dapat
dilihat pada skema berikut:
Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 3.1 Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas (Tim Pelatih Proyek PGSM;
1999: 27)
Untuk lebih rinci, skema prosedur penelitian tindakan kelas dijabarkan
sebagai berikut:
Rencana tindakan 1 Pelaksanaan tindakan 1 Observasi/Evaluasi
Refleksi 1
Observasi/Evaluasi
Refleksi 2
Rencana tindakan 2 Pelaksanaan tindakan 2
36
36
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
1) Menelaah kurikulum dengan membuat rencana pembelajaran dengan
pokok bahasan menyimak.
2) Menetapkan bahan dan sumber belajar.
3) Membuat soal-soal yang akan diberikan sebagai tes awal dan tes akhir.
4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi
model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan).
5) Merencanakan pengaturan tempat duduk untuk setiap Murid.
6) Membuat lembar observasi untuk melihat kordisi Murid pada saat proses
belajar-mengajar berlangsung yang meliputi motivasi, keaktifan, dan
kerajinan.
7) Membuat jurnal untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di kelas
dan melihat data refleksi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Silkus I dilaksanakan selama 2 pekan (3 kali pertemuan). Model pembelajaran
secara klasikal. Materi (tugas) dikerjakan oleh Murid secara individu. Rincian
tindakan sebagai berikut:
37
37
1) Penyajian materi
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi Murid untuk belajar sekaligus menyajikan informasi (materi)
melalui demonstrasi.
2) Evaluasi hasil kerja setiap Murid
Setiap Murid ditunjuk untuk mempresentasikan hasil temuannya
berdasarkan materi.
3) Tes/kuis
Seluruh Murid melakukun tes/kuis, jika nilai kuis didapat maka
diperhitungkan dalam skor perkembangan.
c. Observasi/Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi. Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati
proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran listening team
(menyimak berpasangan) dalam meningkatkan hasil belajar menyimak. Pelaksanaan
Pelaksanaan observasi dilaksanakan setiap pertemuan guna memperoleh gambaran
tentang perilaku Murid dalam mengikuti pelajaran.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan kemudian
dianalisis, begitu pula untuk hasil evaluasi. Dari hasil yang didapatkan guru akan
38
38
dapat merefleksikan diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang telah
dilakukan telah dapat meningkatkan hasil menyimak dengan model pembelajaran
listening team (menyimak berpasangan).
Selain data hasil observasi, dipergunakan pula jurnal yang dibuat oleh guru
pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data dari jurnal juga
sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Pada tahap ini,
akan dilihat sampai di mana faktor-faktor yang diselidiki telah tercapai. Hal-hal yang
dipandang masih kurang akan ditindak lanjuti pada siklus kedua dengan suatu model
tindakan ke arah yang lebih memperbaiki dengan tetap mempertahankan apa yang
sudah baik.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
1) Menelaah kurikulum dengan membuat rencana pembelajaran dengan pokok
bahasan menyimak.
2) Menetapkan bahan dan sumber belajar.
3) Membuat soal-soal yang akan diberikan sebagai tes awal dan tes akhir.
4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi
model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan).
5) Merencanakan pengaturan tempat duduk untuk setiap Murid.
39
39
6) Membuat lembar observasi untuk melihat kordisi Murid pada saat proses
belajar-mengajar berlangsung yang meliputi motivasi, keaktifan, dan
kerajinan.
7) Membuat jurnal untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di kelas dan
melihat data refleksi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Silkus II dilaksanakan selama 2 pekan (3 kali pertemuan). Model
pembelajaran secara klasikal. Materi (tugas) dikerjakan oleh Murid secara individu.
Rincian tindakan sebagai berikut:
1) Penyajian materi
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi Murid untuk belajar sekaligus menyajikan informasi (materi)
melalui demonstrasi.
2) Evaluasi hasil kerja setiap Murid
Setiap Murid ditunjuk untuk mempresentasikan hasil temuannya
berdasarkan materi.
3) Tes/kuis
Seluruh Murid melakukun tes/kuis, jika nilai kuis didapat maka
diperhitungkan dalam skor perkembangan.
40
40
c. Observasi/Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi. Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati
proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran listening team
(menyimak berpasangan) dalam meningkatkan hasil belajar menyimak. Pelaksanaan
Pelaksanaan observasi dilaksanakan setiap pertemuan guna memperoleh gambaran
tentang perilaku Murid dalam mengikuti pelajaran.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan kemudian
dianalisis, begitu pula untuk hasil evaluasi. Dari hasil yang didapatkan guru akan
dapat merefleksikan diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang telah
dilakukan telah dapat meningkatkan hasil menyimak dengan model pembelajaran
listening team (menyimak berpasangan).
Selain data hasil observasi, dipergunakan pula jurnal yang dibuat oleh guru
pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data dari jurnal juga
sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Pada akhir siklus
kedua diharapkan hasil belajar Murid lebih meningkat serta kemandirian Murid
dalam belajar menjadi lebih tinggi dan peranan guru mengarah ke mediator dalam
proses belajar mengajar.
41
41
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu teknik observasi, tes, dan
dokumentasi.
1. Observasi
Observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran dengan model
pembelajaran listening team (menyimak berpasangan) dalam meningkatkan hasil
belajar menyimak. Pelaksanaan Pelaksanaan observasi dilaksanakan setiap pertemuan
guna memperoleh gambaran tentang perilaku Murid dalam mengikuti pelajaran.
2. Tes
Tes dilakukan untuk mengumpulkan data hasil belajar menyimak. Kriteria
atau aspek penilaian menyimak, yaitu kemampuan Murid (1) menentukan pokok isi
bacaan. (2) menentukan amanat dan pesan cerita. (3) menuliskan nama tokoh,
menuliskan watak/karakter tokoh cerita. (4) menuliskan latar tempat kejadian cerita.
(5) menentukan tema cerita. (6) memberikan tanggapan tentang isi cerita.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan kegiatan pencatatan guna mengetahui
banyaknya Murid.
42
42
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis
kuantitatif dianalisis secara deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase. Selain itu
ditentukan pula standar deviasi, nilai minimum dan maksimum yang diperoleh Murid.
Kemudian nilai tersebut dikategorikan dengan menggunakan kategorisasi hasil
belajar berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pengkategorian Hasil Belajar
No Interval Nilai Kategori
1
2
3
4
5
90 – 100
75 – 89
55 – 74
40 – 54
0 – 39
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi
pada setiap siklus dengan melakukan penilaian secara verbal (aktivitas yang diamati).
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah digunakan nilai ketercapaian nilai
rata-rata dengan syarat keberhasilan adalah minimal 85% Murid yang mendapat nilai
65 ke atas sehingga penelitian ini dikatakan berhasil.
43
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan kunjungan pada
tanggal 28 April 2021 di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Tujuan
kunjungan adalah melakukan koordinasi dengan Kepala sekolah dalam melaksanakan
penelitian pada sekolah yang dipimpinnya. Kunjungan bermaksud untuk menemui
Kepala sekolah, dan guru kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar untuk membicarakan rencana penelitian. Pada pertemuan tersebut
Kepala Sekolah memberikan izin pelaksanaan penelitian dan mempersilahkan
berkonsultasi langsung dengan guru kelas V dalam menetapkan jadwal rencana
penelitian.
Dalam diskusi antara peneliti dan guru kelas V disepakati bahwa setiap siklus
pertama dilaksanakan 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan
(proses belajar mengajar) dan 1 kali pertemuan untuk pemberian tes hasil belajar
Bahasa indonesia (tes siklus), begitu juga dengan siklus kedua.
Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan penerapan
model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak
cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar. Adapun yang dianalisis adalah skor hasil belajar murid secara deskriptif,
43
44
44
data mengenai hasil belajar dan perubahan sikap murid yang diambil dari
pengamatan dan tanggapan serta refleksi yang diberikan.
A. Hasil Penelitian Siklus I
1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut.
a. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pengarah pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penerapan listening
team. Guru menerapkan pembelajaran kooperatif listening team kepada
murid sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara
kolaboratif, sedangkan peneliti mengamati secara totalitas.
b. Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan.
c. Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran untuk membangkitkan minat murid, meliputi:
1) Menyusun RPP;
2) Memilih materi yang sesuai dengan minat murid;
3) Memilih tema wacana berdasarkan pengalaman murid;
4) menyiapkan media pembelajaran.
5) Menyiapkan alat evaluasi.
45
45
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan, masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit yang dilaksanakan
pada tanggal 17, 20, dan 24 Mei 2021. Dalam pelaksanaan penelitian pada
siklus ini yang bertindak sebagai pengajar adalah peneliti sendiri sedangkan
yang bertindak sebagai observer adalah wali kelas V SDN No. 89 Inpes
Pakkabba.
▪ Pertemuan I: Hari Senin, Tanggal 17 Mei 2021
Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi
dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode
mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario
dan aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita berpasangan.
Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagi murid untuk
berpasangan; (2) guru membagikan wacana/materi tiap murid untuk dibaca
dan membuat ringkasan; (3) guru dan murid menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar; (4) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5) sementara
pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)
46
46
bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-
sama dengan guru.
Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS
selesai, Selanjutnya presentase masing-masing kelompok; (2) guru
memberikan penghargaan atau hasil kerja kelompok; dan (3) melakukan
penyimpulan dan laporan. Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas
rumah dan berpesan agar semua murid selalu rajin belajar. Guru menutup
pembelajaran dengan mempersilahkan murid untuk berdoa dan
menyiapkan kelas.
▪ Pertemuan II: Hari Kamis, Tanggal 20 Mei 2021
Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi
dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode
mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario
dan aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita berpasangan.
Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagi murid untuk
berpasangan; (2) guru membagikan wacana/materi tiap murid untuk dibaca
dan membuat ringkasan; (3) guru dan murid menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar; (4) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5) sementara
47
47
pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)
bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-
sama dengan guru.
Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS
selesai, Selanjutnya presentase masing-masing kelompok; (2) guru
memberikan penghargaan atau hasil kerja kelompok; dan (3) melakukan
penyimpulan dan laporan. Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas
rumah dan berpesan agar semua murid selalu rajin belajar. Guru menutup
pembelajaran dengan mempersilahkan murid untuk berdoa dan
menyiapkan kelas.
▪ Pertemuan III: Hari Senin, Tanggal 24 Mei 2021
Pada pertemuan ke-3 dilakukan tes evaluasi yang dilaksakan untuk
mengetahui keberhasilan tindakan siklus I.
Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan pelaksanaan tindakan
siklus I lebih baik dibanding dengan skor awal murid walaupun belum
mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 65. Dimana dari
pelaksanaan tindakan siklus I yang masih jauh dari yang diharapkan yaitu
murid yang mendapat nilai 85-100 tidak ada atau 0%, murid yang
48
48
mendapat nilai 70-84 hanya 8 orang atau 38,10%, murid yang mendapat
nilai 60-69 sebanyak 13 orang atau 61,90%, sedangkan murid yang
mendapat nilai 35-59 tidak ada atau 0%. Nilai tersebut memperlihatkan
adanya peningkatan hasil belajar murid dibandingkan dengan salah satu
hasil belajar murid sebelumnya. Dari analisis deskriptif nilai hasil belajar
disajikan pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Statistik nilai penerapan model pembelajaran listening team
dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas
V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar pada Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Siklus I
Jumlah murid
Nilai ideal
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rentang nilai
Nilai rata-rata
21
100
84
60
24
67,85
Sumber: Data analisis hasil belajar menyimak
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, tampak bahwa dari 21 jumlah murid yang
dites diperoleh nilai rata-rata pada siklus I adalah sebesar 67,85. Nilai yang
dicapai responden tersebar dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 60 dari
49
49
nilai tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan nilai terendah yang dicapai 0
dengan rentang nilai 24 dari skor nilai ideal yang mungkin dicapai 100.
Untuk lebih jelasnya, data skor hasil belajar menyimak cerita siswa kelas
V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada
siklus I dapat dilihat dari grafik berikut ini
Grafik 4.1 Statistik skor dan presentase nilai penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan
pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar
pada Siklus I
Apabila nilai hasil belajar murid dikelompokkan ke dalam lima kategori,
maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini:
50
50
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran
menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada Siklus I
No Interval
Nilai Kategori
Frekuensi Presentase (%)
Siklus I Siklus I
1
2
3
4
5
85 – 100
70 – 84
60 – 69
35 – 59
0 – 34
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
0
8
13
0
0
0
38,10
61,90
0
0
Jumlah 21 100
Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita
siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar siklus I dikategorikan sedang.
Distribusi frekuensi dan persentase nilai penerapan model pembelajaran
listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V
SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada
Siklus I dapat dilihat dengan jelas pada grafik berikut ini:
51
51
Grafik 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan
pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar
pada Siklus I
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, distribusi frekuensi, presentase, serta
kategori ketercapaian ketuntasan penerapan model pembelajaran listening team
dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus I dan siklus
II ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut:
52
52
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi, presentase, serta kategori ketercapaian
ketuntasan Penerapan Model Pembelajaran Listening Team
Dalam Meningkatkan Pembelajaran Menyimak Cerita Siswa
kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar pada Siklus I
Tes
Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi
Presentase
(%)
Siklus
I
Nilai 65 ke atas Tuntas 8 38,10
Nilai di bawah 65 Tidak tuntas 13 61,90
Jumlah 21 100%
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa presentase penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita
siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar pada siklus I sebesar 61,90% atau 13 orang dari 21 murid berada dalam
kategori tuntas dan 42,85% atau 8 orang dari 21 murid berada dalam kategori
tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 8 murid yang perlu perbaikan karena
belum mencapai kriteria ketuntasan individual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam grafik berikut ini:
53
53
Grafik 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan
pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar
pada Siklus I
Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu
80%, data hasil penelitian pada siklus I di atas dianggap belum tuntas kelas di
mana yang tuntas mencapai 61,90%. Penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan hasil
belajar belum terlihat.
3. Observasi/Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas murid dengan
menggunakan lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi
selama proses belajar mengajar. Hasil observasi aktivitas belajar pada siklus I
ditampilkan dalam tabel berikut:
54
54
Tabel 4.4 Observasi aktivitas murid pada siklus I
No Aktivitas murid
Kategori
Frekuensi
Sangat
Tinggi
(85 –
100%)
Tinggi
(70-
84%)
Sedang
(60 -
69%)
Rendah
(35-
59%)
Sangat
Rendah
(0-
34%)
1. Menyimak pengarahan
dan penjelasan guru 14
66,66
2. Kerjasama di
kelompoknya 9
57,14
3. Aktif berdiskusi 7 33,33
4. Mengeluarkan pendapat 8 38,09
5. Mengajukan pertanyaan
yang relevan 7
33,33
6. Menjawab pertanyaan
dengan benar dan tepat 8
38,09
7. Perilaku yang tidak
relevan dalam KBM
a. Membicarakan hal-hal
yang tidak
berhubungan dengan
materi
6
28,57
b. Keluar masuk kelas 5 23,80
c. Bermain-main 5 23,80
Berdasarkan tabel hasil observasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pada siklus I belum tampak keseriusan murid dalam mengikuti pembelajaran. Hal
ini terlihat pada indikator perilaku yang tidak relevan dalam kegiatan belajar
mengajar masih ada murid yang tidak terlibat di dalam indikator tersebut.
Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa:
a. Aktivitas murid dalam menyimak pengarahan dan penjelasan guru
dikategorikan sedang dengan presentase 66,66%.
55
55
b. Aktivitas murid dalam kerjasama di kelompoknya dikategorikan rendah
dengan presentase 57,14%.
c. Aktivitas murid dalam berdiskusi dikategorikan sangat rendah dengan
presentase 33,33%.
d. Aktivitas murid dalam mengeluarkan pendapat dikategorikan rendah dengan
presentase 38,09%.
e. Aktivitas murid dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dikategorikan
sangat rendah dengan presentase 33,33%.
f. Aktivitas murid dalam menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat
dikategorikan rendah dengan presentase 38,09%.
g. Murid yang membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi
dikategorikan sangat rendah dengan presentase 28,57%.
h. Murid yang keluar masuk kelas dikategorikan sangat rendah dengan
presentase 23,80%.
i. Murid yang bermain-main dikategorikan sangat rendah dengan presentase
23,80%.
Aktivitas murid pada siklus I belum menunjukkan adanya keseriusan dan
keantusiasan murid dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelasnya. Hal ini
terlihat pada indikator memberi tanggapan, kerjasama di kelompoknya,
menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat, dan mencatat materi. Untuk
indikator lainnya, yaitu mengajukan pertanyaan dan mengajukan pertanyaan
yang relevan hanya sebagian murid saja yang terlibat di dalamnya, ini
56
56
disebabkan konsentrasi murid yang belum terfokus dengan suasana belajar baru
yang menuntut murid untuk aktif bekerjasama di kelompoknya dan juga murid
belum mampu mengungkapkan pertanyaan dengan menggunakan kalimat yang
tepat dan keberanian untuk menjawab pertanyaan juga masih kurang sehingga
masih ada murid kelihatan bingung dan bersikap pasif. Selain itu, tingkat
persentase murid yang melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan
materi dikategorikan tinggi. Jadi, aktivitas murid siklus I masih berada pada
kategori sedang. Hal inilah yang menjadi bahan refleksi untuk pelaksanaan
Siklus II.
4. Refleksi
Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak
cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Sebelum memasuki materi pokok guru menyampaikan
kepada murid tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menciptakan suasana
yang membuat murid dapat termotivasi belajar, menyajikan materi pelajaran
dengan tidak menampilkan media, membagikan buku bacaan kepada murid,
menugasi murid untuk menyimak materi pelajaran, mengadakan tanya jawab,
memberikan tugas kepada murid yang ada pada LKS yang telah disediakan,
dan murid ditugasi menyimpulkan materi dengan menggunakan kata-kata
sendiri. Pada tahap ini, masih ada beberapa murid yang kurang
57
57
memperhatikan yang pada akhirnya murid tersebut menemukan kesulitan-
kesulitan pada saat mengerjakan soal.
Pada akhir pertemuan pertama guru memberikan latihan soal
mengerjakan tugas. Namun, masih banyak murid yang tidak menyelesaikan
pekerjaannya dengan berbagai alasan. Pembelajaran tahap akhir yakni
memberi penghargaan kepada kelompok dan murid yang dapat mendorong
peningkatan pembelajaran. Namun, kalau dipresentasikan secara klasikal
belum terlalu banyak peningkatan. Hal ini disebabkan oleh murid belum dapat
menyesuaikan secara langsung model pembelajaran yang baru diterapkan oleh
guru.
Kurang meningkatnya penerapan model pembelajaran listening team
dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No.
89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus I
disebabkan pula oleh bimbingan bertanya jawab yang kurang menarik, sulit
menciptakan pertanyaan, kegiatan belajar mengajar kurang memberikan
kesempatan kepada murid untuk memecahkan masalah sendiri, kurangnya
kesempatan yang diberikan kepada murid untuk mengembangkan
pengetahuannya, guru dalam mengajar kurang memahami penggunaan
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan,
guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvesional dengan alasan
cukup sederhana dan mudah dilakukan, tidak ada penggunaan media
pembelajaran yang dapat membantu murid dalam memahami suatu konsep.
58
58
Berdasarkan hal ini maka tidak mengherankan jika kemudian hari diperoleh
hasil belajar yang masih kurang memuaskan.
B. Hasil Penelitian Siklus II
1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda
dengan siklus I, yaitu:
a. Peneliti dan guru menelaah kembali proses dan hasil belajar siklus I.
b. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pengarah pelaksanaan penerapan
model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran
menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong
Utara Kabupaten Takalar. Guru menerapkan pembelajaran kepada murid
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif,
sedangkan peneliti mengamati secara totalitas.
c. Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan.
d. Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran untuk membangkitkan minat murid, meliputi:
1) Menyusun RPP;
2) Memilih materi yang sesuai dengan minat murid;
3) Memilih tema wacana berdasarkan pengalaman murid;
4) menyiapkan media pembelajaran;
5) Menyiapkan alat evaluasi.
59
59
2. Pelaksanaan
Struktur pelaksanaan pembelajaran siklus II hampir sama dengan siklus I,
yakni tetap mengulangi semua kegiatan pembelajaran. Hanya saja, semua
kegiatan tersebut lebih dioptimalkan sesuai dengan kekurangan siklus I.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti pada tindakan siklus I yaitu
dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, masing-masing pertemuan adalah 2 x
35 menit yang dilaksanakan pada tanggal 27, 31 Mei 2021 dan 03 Juni 2021.
Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus ini yang bertindak sebagai pengajar
adalah peneliti sendiri sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah wali
kelas V SDN No. 89 Inpes Pakkabba.
▪ Pertemuan I: Hari Kamis, Tanggal 27 Mei 2021
Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi
dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode
mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario dan
aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita secara berpasangan.
Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagikan wacana/materi tiap
murid untuk dibaca dan membuat ringkasan; (2) guru dan murid menetapkan
siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan
sebagai pendengar; (3) pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (4)
sementara pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok
60
60
yang kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)
bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-sama
dengan guru.
Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS selesai,
Selanjutnya presentase setiap individu; (2) guru memberikan penghargaan
atau hasil kerja setiap invidu; dan (3) melakukan penyimpulan dan laporan.
Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas rumah dan berpesan agar semua
murid selalu rajin belajar. Guru menutup pembelajaran dengan
mempersilahkan murid untuk berdoa dan menyiapkan kelas.
▪ Pertemuan II: Hari Senin, Tanggal 31 Mei 2021
Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi
dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode
mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario dan
aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita secara berpasangan.
Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagikan wacana/materi tiap
murid untuk dibaca dan membuat ringkasan; (2) guru dan murid menetapkan
siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan
sebagai pendengar; (3) pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (4)
61
61
sementara pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)
bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-sama
dengan guru.
Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS selesai,
Selanjutnya presentase setiap individu; (2) guru memberikan penghargaan
atau hasil kerja setiap invidu; dan (3) melakukan penyimpulan dan laporan.
Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas rumah dan berpesan agar semua
murid selalu rajin belajar. Guru menutup pembelajaran dengan
mempersilahkan murid untuk berdoa dan menyiapkan kelas.
▪ Pertemuan III: Hari Kamis, Tanggal 03 Juni 2021
Pada pertemuan ke-3 dilakukan tes evaluasi yang dilaksakan untuk
mengetahui keberhasilan tindakan siklus II.
Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan pelaksanaan tindakan siklus
II lebih baik dibanding dengan skor awal murid walaupun belum mencapai
target minimal yang telah ditetapkan yakni 65. Dimana dari pelaksanaan
tindakan siklus II meningkat yaitu murid yang mendapat nilai 85-100
sebanyak 2 orang atau 9,53%, murid yang mendapat nilai 70-84 sebanyak 12
orang atau 57,14%, murid yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 7 orang atau
62
62
33,33%, sedangkan murid yang mendapat nilai 35-59 tidak ada atau 0%. Nilai
tersebut memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar murid yang
disebabkan meningkatnya motivasi belajar murid dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dibandingkan dengan tindakan siklus I walaupun masih ada yang
belum mencapai target indikator yang ditentukan guru/peneliti yaitu 65.
Adapun data nilai hasil belajar murid pada akhir siklus II disajikan pada tabel
4.5 berikut:
Tabel 4.5 Statistik nilai penerapan model pembelajaran listening team dalam
meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN
No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar
pada Siklus II
Statistik
Nilai Statistik
Siklus II
Jumlah murid
Nilai ideal
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rentang nilai
Nilai rata-rata
21
100
100
60
40
73,61
Sumber: Data analisis hasil belajar menyimak
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, tampak bahwa dari 21 jumlah murid yang
dites diperoleh nilai rata-rata sebesar 73.61. Nilai yang dicapai responden tersebar
dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 dari nilai tertinggi yang mungkin
63
63
dicapai 100 dan nilai terendah yang dicapai 0, dengan rentang nilai 40 dari skor
nilai ideal yang mungkin dicapai 100.
Untuk lebih jelasnya, data skor hasil belajar menyimak cerita siswa kelas V
SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus
II dapat dilihat dari grafik berikut ini:
Grafik 4.4 Statistik skor dan presentase nilai penerapan model pembelajaran
listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak
cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong
Utara Kabupaten Takalar pada Siklus II
Apabila nilai hasil belajar murid dikelompokkan ke dalam lima kategori,
maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini:
64
64
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran
menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada Siklus II
No Interval Nilai Kategori Frekuensi Presentase (%)
Siklus II Siklus II
1
2
3
4
5
85 – 100
70 – 84
60 – 69
35 – 59
0 – 34
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
2
12
7
0
0
9,53
57,14
33,33
0
0
Jumlah 21 100
Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita
siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar siklus II dikategorikan tinggi.
Distribusi frekuensi dan persentase nilai penerapan model pembelajaran
listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V
SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada
Siklus II dapat dilihat dengan jelas pada grafik berikut ini:
65
65
Grafik 4.5 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan
pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar
pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, distribusi frekuensi, presentase, serta kategori
ketercapaian ketuntasan penerapan model pembelajaran listening team dalam
meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus II
ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut:
66
66
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi, presentase, serta kategori ketercapaian
ketuntasan penerapan model pembelajaran listening team dalam
meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V
SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar pada Siklus II
Tes
Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi
Presentase
(%)
Siklus
II
Nilai 65 ke atas Tuntas 17 80,95
Nilai di bawah 65 Tidak tuntas 4 19,05
Jumlah 45 100
Berdasarkan tabel 4.7, tampak presentase penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita
siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar sebesar 80,95% atau 21 murid berada dalam kategori tuntas dan 19,05%
atau 4 murid berada pada kategori tidak tuntas. Dari siklus I sampai siklus II,
penerapan model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran
menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong
Utara Kabupaten Takalar mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
67
67
Grafik 4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan
pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar
pada Siklus II
Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu
85%, data hasil penelitian pada siklus dua di atas dianggap tuntas kelas di mana
yang tuntas mencapai 80,95% dari 21 orang murid. Penelitian ini tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu peningkatan hasil belajar sudah terlihat, maka peneliti menganggap
penelitian ini sudah cukup dengan menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita
siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar.
68
68
3. Observasi/Pengamatan
Pengamatan aktivitas murid digunakan pada lembar observasi untuk
mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar. Hasil
observasi aktivitas pembelajaran pada siklus II ditampilkan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.8 Observasi aktivitas murid pada siklus II
No Aktivitas murid
Kategori
Frekuensi
Sangat
Tinggi
(85 –
100%)
Tinggi
(70-
84%)
Sedang
(60 -
69%)
Rendah
(35-
59%)
Sangat
Rendah
(0-
34%)
1. Menyimak pengarahan
dan penjelasan guru
19 90,47
2. Kerjasama di
kelompoknya
18 85,71
3. Aktif berdiskusi 16 76,19
4. Mengeluarkan pendapat 14 66,66
5. Mengajukan pertanyaan
yang relevan
13 61,90
6. Menjawab pertanyaan
dengan benar dan tepat
14 66,66
7. Perilaku yang tidak
relevan dalam KBM
a. Membicarakan hal-hal
yang tidak
berhubungan dengan
materi
2 20
b. Keluar masuk kelas 2 20
c. Bermain-main 2 20
Aktivitas murid pada siklus II sudah terlihat dengan jelas adanya
keseriusan dan keantusiasan murid dalam mengikuti pelajaran. Hal ini terlihat
69
69
pada beberapa indikator mengalami peningkatan frekuensi di mana hampir semua
murid ikut terlibat di dalamnya, ini disebabkan karena minat belajar murid.
Indikator yang perlu ditekankan, yaitu murid yang keluar masuk, bermain-main,
dan membicarakan hal yang tidak relevan dengan materi pelajaran berkurang
drastis, sebaliknya murid yang aktif menyimak, aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan meningkat sangat signifikan.
a. Aktivitas murid dalam menyimak pengarahan dan penjelasan guru
dikategorikan sangat tinggi dengan presentase 90,47%.
b. Aktivitas murid dalam kerjasama di kelompoknya dikategorikan sangat tinggi
dengan presentase 85,71%.
c. Aktivitas murid dalam berdiskusi dikategorikan tinggi dengan presentase
76,19%.
d. Aktivitas murid dalam mengeluarkan pendapat dikategorikan sedang dengan
presentase 66,66%.
e. Aktivitas murid dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dikategorikan
sedang dengan presentase 61,90%.
f. Aktivitas murid dalam menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat
dikategorikan sedang dengan presentase 66,66%.
g. Murid yang membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi
berkurang dikategorikan sangat rendah dengan presentase 20%.
h. Murid yang keluar masuk kelas dikategorikan sangat rendah dengan
presentase 20%.
70
70
i. Murid yang bermain-main dikategorikan sangat rendah dengan presentase
20%.
4. Refleksi
Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan penerapan model
pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak
cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Pada tahap ini, guru menyampaikan kepada murid tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, menciptakan suasana yang membuat murid
dapat termotivasi belajar, membentuk kelompok pasangan, menyajikan materi
pelajaran dengan menampilkan media, menugasi murid berdiskusi, menugasi
murid menyimak, memanggil perwakilan tiap-tiap murid membaca hasilnya di
depan kelas, murid ditugasi menceritakan dan menyimpulkan hasil diskusinya.
Pada kegiatan pembelajaran siklus II, kehadiran murid 100%
mengikuti pelajaran. Rasa ingin tahu dan semangatnya semakin menunjukkan
peningkatan. Perhatian, motivasi, dan minat murid dalam mengerjakan soal
latihan yang diberikan sangat besar.
Pada siklus II, sudah menunjukkan keseriusan dan keantusiasan murid
dalam mengikuti pembelajaran, ini terlihat dari keaktifan murid dalam saling
melontarkan pertanyaan baik terhadap guru maupun dengan teman
pasangannya, ini menunjukkan ketercapaian pembelajaran sudah sesuai
dengan langkah-langkah penerapan model pembelajaran listening team dalam
71
71
meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil analisis kuantitatif dan kualitatif tampak bahwa pada dasarnya
penerapan model pembelajaran listening team dapat meningkatkan pembelajaran
menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar dan dapat memberikan perubahan nilai dan perilaku murid
dalam belajar. Demikian halnya penilaian keterampilan menyimak, dilakukan
lewat penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil hanya merujuk pada
hasil simakan murid yang berupa respons atau jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan, sedangkan penilaian pada proses dilakukan dengan menggunakan
model instrumen penilaian yang dirancang guru. Penilaian hasil dapat dilakukan
dengan menggunakan tes. Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan murid menangkap dan memahami informasi yang
terkandung di dalam wacana yang terima melalui saluran pendengaran. Hal ini
dinyatakan sebab sebelum penerapan model pembelajaran listening team dalam
meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, yang diterapkan guru
adalah pengajaran yang berpusat pada murid yang mana ketika mereka diberi
suatu masalah, mereka tidak mampu memecahkan masalah tersebut dengan usaha
sendiri.
72
72
Berbeda dengan penerapan model pembelajaran listening team dalam
meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Pada siklus I selama
kegiatan berlangsung, terlihat bahwa murid sedikit termotivasi untuk mengikuti
pelajaran. Disebabkan adanya tugas yang diberikan pada setiap pertemuan. Murid
diharapkan memperlihatkan sejauh mana penguasaan materi yang telah diajarkan.
Selain itu, pada akhir siklus ini murid sudah memperlihatkan aktivitas yang cukup
baik dalam belajar kelompok. Seperti murid yang belum mengerti sudah mulai
bertanya kepada teman kelompoknya atau gurunya begitu pula murid yang sudah
mengerti dengan tulus memberikan bimbingan kepada temannya sampai mengerti,
murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis dan motivasi untuk
belajar meningkat. Sampai pada pertemuan akhir siklus satu setelah diadakannya
tes akhir siklus satu terlihat terjadi peningkatan pada hasil belajar murid di mana
nilai rata-rata yang dicapai murid masih kurang. Namun, hal yang belum maksimal
pada siklus I adalah guru kurang menuntun murid secara kelompok dan individu
dalam belajar serta pemberian penguatan yang kurang.
Setelah diadakan refleksi kegiatan pada siklus satu, maka dilakukan
beberapa perbaikan kegiatan yang dianggap perlu demi meningkatkan penerapan
model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak
cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar. Pada siklus II, aktivitas dan motivasi murid dalam belajar mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan murid dalam berdiskusi, bertanya
73
73
pada waktu pembelajaran berlangsung, keberanian dan rasa percaya diri murid
untuk mengajukan diri mengerjakan soal. Setelah diberikan tes akhir siklus dua,
nilai rata-rata yang dicapai murid berada pada kategori sangat tinggi. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran listening team
dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Pembelajaran penerapan model pembelajaran Listening Team dalam
Meningkatkan Pembelajaran Menyimak Cerita Siswa Kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar menurut murid
merupakan teknik yang baru dilakukan. Sebelumnya, murid tidak pernah belajar
berkelompok dengan model pembelajaran listening team melalui pembentukan
kelompok yang berpasangan. Teknik ini bagi murid merupakan sesuatu yang baru
dan membantu mereka dalam belajar. Jika ada hal yang tidak bisa dipahami, maka
dapat diselesaikan melalui kerja sama kelompok pasangan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pembelajaran listening team dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar menyimak. Kelompok belajar terdiri
atas golongan murid berprestasi yang tinggi dengan rendah yang dipasangkan.
Masalah yang dialami oleh murid, bukan menjadi masalah pribadi, melainkan
menjadi masalah besama dan diselesaikan secara kelompok pasangan.
Perbandingan persentase penerapan model pembelajaran listening team
dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89
Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus I sebesar
74
74
61,90% murid berada dalam kategori tuntas. Selanjutnya, pada siklus II persentase
ketuntasan belajar murid sebesar 80,95% murid berada dalam kategori tuntas.
Dari siklus I sampai siklus II, penerapan penerapan model pembelajaran listening
team dalam pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar mengalami peningkatan yang
sangat signifikan.
75
75
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa: Kemampuan
menyimak siklus I dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus II dikategorikan
tinggi. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 61,90% dan meningkat pada siklus
II dengan persentase ketuntasan belajar murid sebesar 80,95% . Jadi, ketuntasan
belajar meningkat dari kategori tidak tuntas menjadi tuntas. Dengan demikian,
penerapan model pembelajaran listening team dalam pembelajaran menyimak
cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Pembelajaran model listening team meningkatkan kekatifan murid dalam
belajar. Indikator peningkatan tersebut dapat dicermati berdasarkan hasil observasi
belajar murid dari siklus I dan siklus II yang mengalami perubahan sikap sopan
terhadap teman dalam mengkritik ide, memotivasi murid dalam mengungkapkan
ide/gagasan dengan keercayaan kemampuan berpikir sendiri, dapat menunjang
pembicaraan dalam memahami bahan simakan tersebut, meningkatkan minat
belajar siswa serta dapat meningkatkan kehadiran siswa.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan di atas, diajukan saran, yaitu guru hendaknya
menerapkan model pembelajaran listening team karena strategi ini memotivasi
75
76
76
murid, menciptakan masyarakat belajar, serta dapat membantu murid memahami
materi pelajaran. Bagi murid, hendaknya lebih meningkatkan proses dan keaktifan
dalam belajar bahasa Indonesia, khususnya menyimak sehingga hasil yang
diperoleh di masa mendatang lebih meningkat. Bagi peneliti selanjutnya,
diharapkan mengkaji masalah yang relevan dengan rancangan penelitian Tindakan
Kelas (PTK) guna mengetahui lebih ilmiah tentang penerapan model listening
team dalam pembelajaran menyimak.
77
77
DAFTAR PUSTAKA
Achsin. 1985. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Ujung Pandang.
Ambo Enre, Fachruddin. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang:
IKIP Ujung Pandang.
Aminuddin. 1990. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Cox, Calore.1999. Teks Learning Leguage Made Art. Boston: Allyn and Bacon
Publisher.
Dhieni dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas
terbuka.
Hill dan Hill. 1990. Claborative Class Room. Victoria: Eleanor.
Ibrahim, Muslim dkk. 2000. Pembelajaran Cooperative. Surabaya: Uneka.
Indira, Aryanti. 1998. "Kemampuan Menyimak Murid Kelas II SLTP Negeri 1
Mamuju dengan Menggunakan Media Elektronik dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia". Skripsi. UNM: FBS UNM.
Keraf, Gorys. 2005. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Masnur, M. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslimin dkk. 2008. Panduan Penulisan Skripsi. Makassar: Prodi PGSD Fip UNM.
Mustopo, Habib M. 1983. Ilmu Belajar Dasar, Kumpulan Esai Manusia dan Belajar.
Surabaya: Indonesia Usaha Nasional.
Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Pratiwi, Yuni. 2002. Strategi Belajar Cooperative. Malang: Fakultas sastra UN.
Rahmanto. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisus.
77
78
78
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Slavin, R. 1995. Cooperative Learning: Theory Research and Practice. Masschusets:
Allyn and Bacon Publisher.
Suharianto, S., 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.
Suhendar, dkk. 1992. MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian keterampilan
Menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung: Pioner Jaya.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutari, Ide, K.Y., dkk. 1997. Menyimak. Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penataran
Guru SLTP Setara D-III.
Tarigan, Djago. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai Sutau Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Umar, A. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Pengantar ke dalam Pemetaan Konsep
dan Aplikasi. Makassar: Badan Penerbit UNM.
81
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1 PERTEMUAN KE 1
Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA
Kelas / Semester : V /Genap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga
dan Negara.
3. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
82
82
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,
tema, latar, amanat)
3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat
yang didengarnya
3.3.2 Memberikan contoh teks unsur
cerita rakyat yang didengarnya
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya
dengan tepat
3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi
kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Teks Cerita
E. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN
Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan,
dan ceramah.
Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team
F. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR
Media/Alat :1. Teks bacaan.
Bahan : -
83
83
Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Memberi salam
2. Berdo’a, absensi
3. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan
kelas
4. Apersepsi
5. Informasi tentang tujuan pembelajaran
15
menit
Kegiatan Inti • Guru membentuk kelompok menjadi 4 tim
• Masing-masing tim diberi peran tim A
sebagai tim penanya, tim B sebagai tim
pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan
tim D sebagai tim penarik kesimpulan dan
tugas yang berbeda.
• Guru memotivasi murid dengan
mengemukakan tujuan dan tema
pembelajaran, yakni menjelaskan unsur cerita
rakyat yang disimak.
• Guru menanyakan kepada murid tentang
langkah-langkah menyimak melalui model
listening team.
• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur
cerita.
• Setelah selesai guru memberi waktu kepada
tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas
sesuai dengan perannya masing-masing.
• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.
• Guru memberikan LKS
• Penghargaan
menit
84
84
Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran
yang telah diajarkan
• Pemberian PR
• Guru menyampaikan pesan moral
10
menit
H. PENILAIAN
a. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung
dan pada akhir pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui
observasi, terutama ketika bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian
produk (akhir pembelajaran) dilakukan melalui unjuk kerja.
b. Teknik
• Tes dan Unjuk Kerja
c. Instrument
• Essay
• Soal / Instrument
• Terlampir
d. Format Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Maksimum
1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat
dalam cerita 20
85
85
2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-
tokoh dalam cerita 30
3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar
dalam cerita 20
4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema
cerita 30
Pakkabba, 17 Mei 2021
Peneliti
HIJRAWATI
NIM. 105401135319
Mengetahui
Kepala Sekolah
H. USMAN, S.Pd
NIP. 19670117 198803 1 006
Mengetahui
Guru Kelas V
HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd
NIP. 19661231 198903 2 075
86
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1 PERTEMUAN KE 2
Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA
Kelas / Semester : V /Genap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga
dan Negara.
3. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
87
87
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,
tema, latar, amanat)
3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat
yang didengarnya
3.3.2 Memberikan contoh teks unsur
cerita rakyat yang didengarnya
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
4. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
5. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya
dengan tepat
6. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi
kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
J. MATERI PEMBELAJARAN
2. Teks Cerita
K. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN
Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan,
dan ceramah.
Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team
L. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR
Media/Alat :1. Teks bacaan.
Bahan : -
88
88
Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
M. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan 6. Memberi salam
7. Berdo’a, absensi
8. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan
kelas
9. Apersepsi
10. Informasi tentang tujuan pembelajaran
15
menit
Kegiatan Inti • Guru membentuk kelompok menjadi 4 tim
• Masing-masing tim diberi peran tim A
sebagai tim penanya, tim B sebagai tim
pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan
tim D sebagai tim penarik kesimpulan dan
tugas yang berbeda.
• Guru memotivasi murid dengan
mengemukakan tujuan dan tema
pembelajaran, yakni menjelaskan unsur cerita
rakyat yang disimak.
• Guru menanyakan kepada murid tentang
langkah-langkah menyimak melalui model
listening team.
• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur
cerita.
• Setelah selesai guru memberi waktu kepada
tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas
sesuai dengan perannya masing-masing.
• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.
• Guru memberikan LKS
• Penghargaan
menit
89
89
Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran
yang telah diajarkan
• Pemberian PR
• Guru menyampaikan pesan moral
10
menit
N. PENILAIAN
a. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung
dan pada akhir pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui
observasi, terutama ketika bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian
produk (akhir pembelajaran) dilakukan melalui unjuk kerja.
b. Teknik
• Tes dan Unjuk Kerja
c. Instrument
• Essay
• Soal / Instrument
• Terlampir
e. Format Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Maksimum
1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat
dalam cerita 20
90
90
2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-
tokoh dalam cerita 30
3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar
dalam cerita 20
4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema
cerita 30
Pakkabba, 24 Mei 2021
Peneliti
HIJRAWATI
NIM. 105401135319
Mengetahui
Kepala Sekolah
H. USMAN, S.Pd
NIP. 19670117 198803 1 006
Mengetahui
Guru Kelas V
HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd
NIP. 19661231 198903 2 075
92
92
MATERI AJAR
Tujuan Pembelajaran
1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan
tepat
3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi
kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
“Asal-Usul Danau Toba”
94
94
MATERI AJAR
Tujuan Pembelajaran
1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan
tepat
3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi
kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
Gerhana Bulan
(Cerita Rakyat dan Bali)
Alkisah, Kerajaan Wisnuloka Dipimpin oleh Dewa Wisnu. Kerajaan
\Visnuloka dihuni oleh para dewa dan bidadari. Salab satu bidadari itu bemama Dewi
Ratih dan Dewi Bulan.
Kerajaan Wisnuloka sering mendapat ancaman dan para raksasa yang
bermukim di Bumi Balidwipa. Di antara para raksasa itu, yang paling menakutkan
adalah Kala Rau. Ia bertubuh besar dan kekar. Wajahnya sangat menyeramkan. Ia
pun sangat sakti. Kesaktiannya melebihi kesaktian beberapa dewa. Kala Rau
mengancam akan menyeram Kerajaan Wisnuloka. Karena cintanya ditolak oleh Dewi
Ratih dan Dewi Bulan.
Dewa Wisnu berfikir panjang. Salah satujalan yang dapat ditempuh adalah
membagikan tirki arnerta (air kehidupan) kepada para dewa. Tirki arnerta itu dapat
menhindarkan para dewa dan dan kematian saat Kala Rau menyerang Kerajaan
Wisnuloka. Desa Wisnu lalu membenikan kendi yang berisi tirta merta kepada para
dewa . Dewa wisnu berpesan, setiap dewa cukup minum seteguk tirta amerta.
Satu demi satu dewa pun minum tirta amerta dri kendi tersebut. Mulamula
Dewa Iswara, kemudian Dewa Sambu, Brahma, Mahadewa, dan Sangkara. Ketika
giliran tiba pada Dewa Kuwera, Dewa Wisnu menciurn bau aneh. Dewa Wisnu
merasakan sosok Dewa Kuwera mencunigakan. Kecurigaan Dewa Wisnu semakin
besar setelah melihat Dewa Kuwera meneguk tirta amerta berkali-kali.
Tiba-tiba Dewa Wisnu berteriak, “Kamu bukan Kuwera! Kamu raksasa Kala
Rau!”
Semua Dewa yang mendengar teriakan Dewa Wisnu terkejut. Dewa Wisnu
lalu memanah leher Dewa Kuwera palsu itu. Perlahan-lahan Dewa Kuwera berubah
menjadi Kala Rau. Leher Kala Rau putus dan kepala terpisah dan badannya. Dengan
95
95
segera, para dewa membuang badan Kala rau kebumi berubah menjadi kentungan
atau lesung.
Sedangkan kepala Kala rau yang terpisah dan badannya melayang-layang di
angkasa. Kepala itu belum menjadi bangkai karena sempat meminum tirta amerta. Air
yang diminumnya baru sampai di kerongkongan. OIeh sebab itu, kepala kala Rau
masih tetap hidup.
Pada suatu ketika, pada saat bulan pumama, kepala kala mu berjumpa dengan
Dewi ratih. Kepala kala rau lalu menghadang Dewi Ratih.
“Dewi ratih! Kamu tidak dapat menghindar dariku lagi! Kamu tidak dapat
menolak cintaku. Kini kau menjadi milikku!” kata Kala Rau kepada Dewi Ratih.
Tubuh Dewi Ratih gemetar mendengar kata-kata Kala Rau. Ia tidak dapat
menghindar saat kepala Kala Rau semakin mendekat dan mendekapnya. Tubuh dewi
Ratih yang cantik itu perlahan-lahan tertelan Kala Rau.
Raksasa yang rakus itu mengira tubuh Dewi Ratih masuk keperutnya. Tem ata
dugaan Kala Rau salah. Sesaat kemudian, sedikit demi sedikit tubuh Dewi Ratih
muncul kembali.
Ketika tubuh Dewi Ratih tertelan kepala Kala Rau, Bumi Balidwipa menjadi
gelap. Peristiwa tertelannya tubuh Dewi Ratih oleh Kala Rau dipercaya oleh
penduduk Balidwipa sebagai penyebab terjadinya gerhana bulan. Oleh karena itu,
setiap terjadi gerhana bulan penduduk beramai-ramai memukul kentungan, lesung,
dan alat bunyi-bunyian lain.
(Sumber: kumpulan Cerita Rakyat, 2007, dengan pengubah seperlunya)
98
98
Silanglah salah satu jawaban yang tepat!
1. Apakah nama judul bacaan di atas?
a. Asal-Usul Danau Toba c. Gerhana Bulan
b. Pedagang yang tidak jujur d. Si Lancang
2. Dimanakah Petani tinggal sesui pada bacaan di atas?
a. Wilayah Sumatera c. Wilayah Sumatera Barat
b. Wilayah Jawa d. Wilayah Jawa Barat
3. Apakah tugas yang diberikan kepada Putra oleh ibunya yang terdapat bacaan?
a. Mengantarkan makanan dan minuman ke sawah
b. Membawa parang
c. Bermain-main
d. Membawa cangkul
4. Apa nama julukan yang sebenarnya diberikan pada cerita Asal usul danau Toba?
a. Toba c. Putri
b. Samosir d. Putra
Gerhana Bulan
(Cerita Rakyat dan Bali)
Alkisah, Kerajaan Wisnuloka Dipimpin oleh Dewa Wisnu. Kerajaan Wisnuloka
dihuni oleh para dewa dan bidadari. Salah satu bidadari itu bernama Dewi Ratih dan
Dewi Bulan.
Kerajaan Wisnuloka sering mendapat ancaman dan para raksasa yang bermukim
di Bumi Balidwipa. Di antara para raksasa itu, yang paling menakutkan adalah Kala
Rau. Ia bertubuh besar dan kekar. Wajahnya sangat menyeramkan. Ia pun sangat
sakti. Kesaktiannya melebihi kesaktian beberapa dewa. Kala Rau mengancam akan
menyeram Kerajaan Wisnuloka. Karena cintanya ditolak oleh Dewi Ratih dan Dewi
Bulan.
99
99
5. Apa nama kerajaan yang sesuai pada cerita rakyat di atas?
a. Kerajaan Balidwipa c. Kerajaan Wisnuloka
b. Kerajaan Mataram d. Kerajaan Pajajaran
6. Siapakah pemimpin kerajaan yang terdapat pada bacaan di atas?
a. Dewa Wisnu c. Dewi Bulan
b. Dewi Ratih d. Kala Rau
7. Kerajaan manakah yang paling menakutkan pada bahan bacaan di atas?
a. Dewa Wisnu c. Dewi Ratih
b. Kala Rau d. Dewi Bulan
8. Apa nama judul cerita yang tepat pada gambar di atas....
a. Si Lancang c. Petuah Pak Garam
100
100
b. Pedagang yang tidak jujur d. Gerhana Bulan
9. Si Lancang tinggal di daerah....
a. Di wilayah Sumatera c. Di Daerah Kampar
b. Bali d. Jawa Tengah
10. Apa pesan yang disampaikan ibu kepada anaknya sebelum pergi merantau dari
bahan bacaan di atas?
a. Jangan menjadi anak durhaka
b. Pedagang yang tidak jujur
c. Untuk mencukupi kebutuhan hidup
d. Menjadi pemalas
B. Jawablah Pertanyaan Berikut Ini dengan Jawaban Yang Tepat!
1. Tuliskan kesimpulan yang terdapat pada bacaan asal usul danau toba!
2. Tuliskan amanat atau pesan yang terdapat pada bacaan Si Lancang!
3. Tuliskan tokoh utama yang terdapat pada bacaan Asal Usul Danau Toba!
4. Tentukan latar tempat dan waktu yang terdapat pada bacaan Si Lancang!
5. Tentukan tema cerita yang terdapat pada bacaan Asal Usul Danau Toba!
SELAMAT BEKERJA
103
103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II PERTEMUAN KE 1
Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA
Kelas / Semester : V /Genap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga
dan Negara.
3. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,
tema, latar, amanat)
3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat yang
didengarnya
3.3.2 Memberikan contoh teks unsur cerita
rakyat yang didengarnya
104
104
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan
tepat
3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita
rakyat yang didengarnya dengan tepat
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Teks Cerita
E. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN
Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan
ceramah.
Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team
F. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR
Media/Alat :1. Teks bacaan.
Bahan : -
Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Memberi salam
2. Berdoa, absensi
3. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan kelas
4. Apersepsi
5. Informasi tentang tujuan pembelajaran
15
menit
105
105
Kegiatan Inti • Guru memotivasi murid dengan mengemukakan
tujuan dan tema pembelajaran, yakni menjelaskan
unsur cerita rakyat yang disimak.
• Guru menanyakan kepada murid tentang langkah-
langkah menyimak melalui model Listening Team.
• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur cerita.
• Setelah selesai guru memberi waktu kepada tiap
kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai
dengan perannya masing-masing.
• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.
• Guru memberikan LKS
• Penghargaan
menit
Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran
yang telah diajarkan
• Pemberian PR
• Guru menyampaikan pesan moral
15
menit
H. PENILAIAN
a. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung dan pada akhir
pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui observasi, terutama ketika
bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian produk (akhir pembelajaran)
dilakukan melalui unjuk kerja.
b. Teknik
• Tes dan Unjuk Kerja
c. Instrument
• Essay
• Soal / Instrument
106
106
• Terlampir
d. Format Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Maksimum
1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat
dalam cerita 20
2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-
tokoh dalam cerita 30
3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar
dalam cerita 20
4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema
cerita 30
Pakkabba, 27 Mei 2021
Peneliti
HIJRAWATI
NIM. 105401135319
Mengetahui
Kepala Sekolah
H. USMAN, S.Pd
Mengetahui
Guru Kelas V
HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd
107
107
NIP. 19670117 198803 1 006 NIP. 19661231 198903 2 075
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II PERTEMUAN KE 1
Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA
Kelas / Semester : V /Genap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit
I. KOMPETENSI INTI
5. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
6. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga
dan Negara.
7. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
8. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
J. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,
tema, latar, amanat)
3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat yang
didengarnya
108
108
3.3.2 Memberikan contoh teks unsur cerita
rakyat yang didengarnya
K. TUJUAN PEMBELAJARAN
4. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
5. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan
tepat
6. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita
rakyat yang didengarnya dengan tepat
L. MATERI PEMBELAJARAN
2. Teks Cerita
M. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN
Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan
ceramah.
Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team
N. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR
Media/Alat :1. Teks bacaan.
Bahan : -
Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
O. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
109
109
Pendahuluan 6. Memberi salam
7. Berdoa, absensi
8. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan kelas
9. Apersepsi
10. Informasi tentang tujuan pembelajaran
15
menit
Kegiatan Inti • Guru memotivasi murid dengan mengemukakan
tujuan dan tema pembelajaran, yakni menjelaskan
unsur cerita rakyat yang disimak.
• Guru menanyakan kepada murid tentang langkah-
langkah menyimak melalui model Listening Team.
• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur cerita.
• Setelah selesai guru memberi waktu kepada tiap
kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai
dengan perannya masing-masing.
• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.
• Guru memberikan LKS
• Penghargaan
menit
Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran
yang telah diajarkan
• Pemberian PR
• Guru menyampaikan pesan moral
15
menit
P. PENILAIAN
d. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung dan pada akhir
pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui observasi, terutama ketika
bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian produk (akhir pembelajaran)
dilakukan melalui unjuk kerja.
e. Teknik
• Tes dan Unjuk Kerja
f. Instrument
110
110
• Essay
• Soal / Instrument
• Terlampir
e. Format Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Maksimum
1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat
dalam cerita 20
2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-
tokoh dalam cerita 30
3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar
dalam cerita 20
4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema
cerita 30
Pakkabba, 31 Mei 2021
Peneliti
HIJRAWATI
NIM. 105401135319
Mengetahui
Kepala Sekolah
Mengetahui
Guru Kelas V
111
111
H. USMAN, S.Pd
NIP. 19670117 198803 1 006
HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd
NIP. 19661231 198903 2 075
MATERI AJAR
112
112
MATERI AJAR
Tujuan Pembelajaran
1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan
tepat
3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita
rakyat yang didengarnya dengan tepat
115
115
MATERI AJAR
Tujuan Pembelajaran
1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat
2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan
tepat
3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita
rakyat yang didengarnya dengan tepat
118
118
TES SIKLUS II
Nama : ………………..
Kelas : ………………..
Waktu : 30 Menit
Petunjuk : Bacalah dengan baik teks bacaan dibawah ini
A. Pilihlah jawaban yang paling benar !
1. Apakah nama judul pada cerita di atas?
a. Si Bungsu c. Batu Menangis
b. Petuah Pak Garam d. Pedagang yang tidak jujur
2. Dimanakah pak Garam tinggal pada bacaan di atas?
a. Di Gubuk c. Bali
b. Riau d. Jawa Barat
3. Perhatikan isi bacaan di atas, dimanakah Pak Garam menjual garamnya?
119
119
a. Di Pasar dan dari rumah ke rumah c. Di seberang kampung
b. Di pinggir jalan d. Dekat jembatan
4. Siapakah yang diminta untuk memandikan dan menyembahyangkan jenazah
pada cerita di atas?
a. Pak Tani c. Pak Garam
b. Pak Hamdan d. Bu Tina
5. Pada cerita di atas, siapakah yang berperan sebagai kepala keluarga?
a. Pak Boma c. Pak Garam
b. Beruang d. Pak Danu
6. Apa yang dilihat Pak Boma pada saat dia berangkat ke ladang?
a. Seekor gajah
b. Ular Besar
120
120
c. Seekor Beruang dan harimau bertarung
d. Ular dan gajah bertarung
7. Apa nama gelar harimau yang diceritakan di atas?
a. Raja Hutan c. Raja Harimau
b. Kala Rau d. Si Pemangsa
8. Apa nama judul cerita di atas?
a. Beruang membalas kebaikan Pak Boma
b. Petuah pak garam
c. Pak Belalang
121
121
d. Batu menangis
9. Siapakah nama yang diberikan Pak Belalang pada anaknya?
a. Belalang c. Pangeran
b. Baginda d. Tuan Muda
10. Apa nama gelar Pak Belalang dari cerita di atas?
a. Ahli Penebak c. Ahli Pengobatan
b. Ahli Nujum d. Sang Penyelamat
B. Jawablah Pertanyaan Berikut Ini dengan Jawaban Yang Tepat!
1. Tuliskan pokok-pokok isi cerita yang berjudul Petuah Pak Garam!
2. Tuliskan amanat yang terdapat pada cerita Pak Belalang!
3. Tuliskan tokoh utama pada cerita Pak Belalang!
4. Tentukan latar tempat dan waktu dari bacaan yang berjudul Beruang
Membalas Kebaikan Pak Boma!
5. Tentukan tema cerita yang terdapat pada judul bacaan Beruang Membalas
Kebaikan Pak Boma!
****SELAMAT BEKERJA****
123
123
Lampiran 3
Rata-Rata Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
N
o Aspek yang dinilai
Pelaksanaan Penilaian
Ya Tidak A B C D E
1. Apersepsi guru √ - √ - - - -
2. Pemberian motivasi dengan
bantuan media √ - - √ - - -
3. Strategi guru dalam membagi
kelompok pasangan √ - - - √ - -
4. Pengaturan kursi √ - - - √ - -
5. Keterlibatan guru dalam
mengarahkan diskusi kelompok
pasangan
√ - - - √ - -
6. Kreativitas guru menerapkan
pembelajaran kooperatif
listening team
√ - - - √ - -
7. Strategi guru meningkatkan
minat dan motivasi belajar
murid sampai berakhir
√ - - - √ - -
8. Pemberian penguatan √ - - - √ - -
9. Guru menyimpulkan materi √ - - √ - -
Keterangan:
Sangat Tinggi : A
Tinggi : B
Sedang : C
125
125
Lampiran 4
Rata-Rata Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II
N
o Aspek yang dinilai
Pelaksanaan Penilaian
Ya Tidak A B C D E
1. Apersepsi guru √ - √ - - - -
2. Pemberian motivasi dengan
bantuan media √ - √ - - - -
3. Strategi guru dalam membagi
kelompok pasangan √ - √ - - -
4. Pengaturan kursi √ - √ - - -
5. Keterlibatan guru dalam
mengarahkan diskusi kelompok
pasangan
√ - √ - - - -
6. Kreativitas guru menerapkan
pembelajaran kooperatif
Listening Team
√ - - √ - - -
7. Strategi guru meningkatkan
minat dan motivasi belajar murid
sampai berakhir
√ - √ - - - -
8. Pemberian penguatan √ - √ - - -
9. Guru menyimpulkan materi √ - √ - - -
Keterangan:
Sangat Tinggi : A
Tinggi : B
Sedang : C
Rendah : D
127
127
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS BELAJAR MURID SIKLUS I
No Aspek yang dinilai
Pertemuan
I II III Rata-rata %
I Pra Pembelajaran
a. Mengucapkan salam 20 19 T
es Evalu
asi
19,50 92,85
b. Murid menempati tempat duduknya
masing-masing 20 19
19,50 92,85
c. Kesiapan menerima pelajaran 17 17
17,00 80,95
II Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Mampu menjelaskan kembali isi
materi terlebih dahulu
6 7
Tes ev
alu
asi S
iklu
s I
6,50 30,95
b. Mampu mendengarkan secara
seksama ketika dijelaskan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
16 17 16,50 78,57
III Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Murid yang memperhatikan
penjelasan guru
13 14 13,50 64,28
128
128
b. Murid yang aktif berdiskusi di dalam
kelompok
9 10 9,50 45,24
c. Murid yang memperhatikan
kelompok yang menjawab
pertanyaan
12
14
13,00 61,90
d. Murid yang aktif menanggapi
kelompok lain 8 8
8,00 38,10
IV Kegiatan Akhir
a. Murid yang aktif menyimpulkan
materi 9 10
9,50 45,24
b. Murid membuat rangkuman hasil
belajar secara runtut 11 12
11,50 54,76
c. Murid yang aktif mengerjakan tugas 16 14
15,00 71,43
Oberserver
HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd
NIP. 19661231 198903 2 075
130
130
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS BELAJAR MURID SIKLUS II
No Aspek yang dinilai
Pertemuan
I II III
Rata-
rata
%
I Pra Pembelajaran
a. Mengucapkan salam 21 21
Tes E
valu
asi
21,00 100
b. Murid menempati tempat duduknya
masing-masing
21 20 20,50 97,62
c. Kesiapan menerima pelajaran 18 16 17,00 80,95
II Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Mampu menjelaskan kembali isi
materi terlebih dahulu
8 8
Tes ev
alu
asi S
iklu
s II
8,00 38,10
b. Mampu mendengarkan secara
seksama ketika dijelaskan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
17 17 17,00 80,95
III Kegiatan Inti Pembelajaran
131
131
a. Murid yang memperhatikan
penjelasan guru
14 15 14,50 69,05
b. Murid yang aktif berdiskusi di dalam
kelompok
10 11 10,50 50,00
c. Murid yang memperhatikan
kelompok yang menjawab
pertanyaan
12 15 13,50 64,29
d. Murid yang aktif menanggapi
kelompok lain
9 10 9,50 45,24
IV Kegiatan Akhir
a. Murid yang aktif menyimpulkan
materi
9 11 10,00 47,62
b. Murid membuat rangkuman hasil
belajar secara runtut
12 11 11,50 54,76
c. Murid yang aktif mengerjakan tugas 17 18 17,50 83,33
Oberserver
HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd
NIP. 19661231 198903 2 075
133
133
Lampiran 7
Hasil Observasi Kegiatan Murid Siklus I
No Aktivitas murid
Kategori
Frekuensi
Sangat
Tinggi
(85 –
100%)
Tinggi
(70-
84%)
Sedang
(60 -
69%)
Rendah
(35-
59%)
Sangat
Rendah
(0-
34%)
1. Menyimak pengarahan
dan penjelasan guru
14 66,66
2. Kerjasama di
kelompoknya
9 57,14
3. Aktif berdiskusi 7 33,33
4. Mengeluarkan pendapat 8 38,09
5. Mengajukan pertanyaan
yang relevan
7 33,33
6. Menjawab pertanyaan
dengan benar dan tepat
8 38,09
7. Perilaku yang tidak
relevan dalam KBM
a. Membicarakan hal-
hal yang tidak
berhubungan dengan
materi
6 28,57
b. Keluar masuk kelas 5 23,80
c. Bermain-main 5 23,80
134
134
Keterangan:
Sangat Tinggi : 85-100
Tinggi : 70-84
Sedang : 60 -69
Rendah : 35-59
Sangat Rendah : 0-34
LAMPIRAN 8 HASIL OBSERVASI KEGIATAN MURID
SIKLUS II
135
135
Lampiran 8
Hasil Observasi Kegiatan Murid Siklus II
No Aktivitas murid
Kategori
Frekuensi
Sangat
Tinggi
(85 –
100%)
Tinggi
(65-
84%)
Sedang
(55 -
64%)
Rendah
(35-
54%)
Sangat
Rendah
(0-34%)
1. Menyimak pengarahan
dan penjelasan guru
19 90,47
2. Kerjasama di
kelompoknya
18 85,71
3. Aktif berdiskusi 16 76,19
4. Mengeluarkan pendapat 14 66,66
5. Mengajukan pertanyaan
yang relevan
13 61,90
6. Menjawab pertanyaan
dengan benar dan tepat
14 66,66
7. Perilaku yang tidak
relevan dalam KBM
a. Membicarakan hal-
hal yang tidak
berhubungan dengan
materi
2 20
b. Keluar masuk kelas 2 20
c. Bermain-main 2 20
136
136
Keterangan:
Sangat Tinggi : 85-100
Tinggi : 70-84
Sedang : 60 -69
Rendah : 35-59
Sangat Rendah : 0-34
LAMPIRAN 9
HASIL PENILAIAN MENYIMAK SIKLUS I
137
137
Lampiran 9
Hasil Penilaian Menyimak Siklus I
No Nomor Urut Indikator Penilaian
Jumlah
A B C D E
1. 01 85 70 61 40 19 275
2. 02 86 70 64 51 20 291
3. 03 85 70 62 36 17 270
4. 04 87 73 67 50 26 303
5. 05 85 70 63 45 24 287
6. 06 86 71 63 46 23 289
7. 07 85 71 62 44 21 283
8. 08 85 70 60 41 18 274
9. 09 85 71 62 43 19 280
10. 10 85 70 61 42 18 276
11. 11 85 70 61 41 18 275
12. 12 85 70 60 37 16 268
13. 13 85 70 61 42 19 277
14. 14 86 74 67 51 26 304
15. 15 85 70 63 45 25 288
16. 16 85 70 63 46 24 288
138
138
17. 17 85 72 63 47 25 292
18. 18 87 74 67 52 27 307
19. 19 85 70 61 45 20 281
20. 20 86 73 65 49 24 297
21. 21 85 70 61 43 19 278
Jumlah 1793 1489 1317 936 448 5983
Rata-rata 85,38 70,90 62,71 44,57 21,33 284,1
LAMPIRAN 10 HASIL PENILAIAN MENYIMAK SIKLUS II
139
139
Lampiran 10
Hasil Penilaian Menyimak Siklus II
No Nama Murid Indikator Penilaian
Jumlah
A B C D E
1. 01 88 75 64 47 25 299
2. 02 89 77 65 53 25 309
3. 03 86 76 64 40 23 289
4. 04 94 84 68 59 34 339
5. 05 88 80 64 50 29 311
6. 06 88 79 65 50 28 310
7. 07 87 77 63 47 25 299
8. 08 86 74 62 46 22 290
9. 09 87 77 64 52 24 304
10. 10 86 75 63 51 23 298
11. 11 86 73 62 50 22 293
12. 12 86 72 61 43 20 282
13. 13 86 74 63 48 24 295
14. 14 95 84 68 59 34 340
140
140
15. 15 88 75 64 50 28 305
16. 16 88 77 64 50 29 308
17. 17 89 78 64 52 30 313
18. 18 96 84 69 59 34 342
19. 19 87 77 65 49 28 306
20. 20 90 81 67 53 32 323
21. 21 87 76 63 49 28 303
Jumlah 1857 1625 1352 1057 567 6458
Rata-rata 88,42 78,66 64,38 50,33 27 307,52
LAMPIRAN 11 DAFTAR NILAI SIKLUS I
141
141
Lampiran 11
Daftar Nilai Siklus I
No Nama Murid Nilai Keterangan
1. 01 56 Tidak tuntas
2. 02 64 Tuntas
3. 03 36 Tidak tuntas
4. 04 76 Tuntas
5. 05 68 Tuntas
6. 06 72 Tuntas
7. 07 76 Tuntas
8. 08 60 Tidak tuntas
9. 09 70 Tuntas
10. 10 64 Tidak tuntas
11. 11 76 Tuntas
12. 12 48 Tidak tuntas
13. 13 68 Tuntas
14. 14 80 Tuntas
15. 15 68 Tuntas
142
142
16. 16 60 Tidak tuntas
17. 17 72 Tuntas
18. 18 84 Tuntas
19. 19 60 Tidak tuntas
20. 20 80 Tuntas
21. 21 56 Tidak tuntas
Jumlah 1385
Rata-rata 65,95
LAMPIRAN 12 DAFTAR NILAI SIKLUS II
143
143
Lampiran 12
Daftar Nilai Siklus II
No Nama Murid Nilai Keterangan
1. 01 72 Tuntas
2. 02 76 Tuntas
3. 03 60 Tidak tuntas
4. 04 100 Tuntas
5. 05 76 Tuntas
6. 06 76 Tuntas
7. 07 80 Tuntas
8. 08 68 Tuntas
9. 09 72 Tuntas
10. 10 68 Tuntas
11. 11 76 Tuntas
12. 12 60 Tidak tuntas
13. 13 68 Tuntas
14. 14 84 Tuntas
144
144
15. 15 72 Tuntas
16. 16 72 Tuntas
17. 17 76 Tuntas
18. 18 100 Tuntas
19. 19 60 Tidak tuntas
20. 20 88 Tuntas
21. 21 60 Tidak tuntas
Jumlah 1546 Rata-rata 73,61
LAMPIRAN 13 DAFTAR HADIR
145
145
Lampiran 13
DAFTAR HADIR MURID KELAS V SDN NO. 89 PAKKABBA KECAMATAN
GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR
NO NOMOR URUT SIKLUS I SIKLUS II
I II III I II III
1. 01 √ √ √ √ √ √
2. 02 a a √ √ √ √
3. 03 √ √ √ √ √ √
4. 04 √ √ √ √ √ √
5. 05 √ √ a √ √ √
6. 06 a √ √ √ √ √
7. 07 √ √ √ √ √ √
8. 08 √ √ √ √ √ √
9. 09 √ √ √ √ √ √
10. 10 √ √ √ √ √ √
11. 11 √ s √ √ √ √
12. 12 a √ √ a √ √
13. 13 √ √ √ √ √ √
14. 14 √ √ √ √ √ √
146
146
15. 15 √ √ √ √ √ √
16. 16 √ a √ √ √ √
17. 17 √ a √ √ √ √
18. 18 √ √ √ √ √ √
19. 19 √ √ √ √ √ √
20. 20 √ √ √ √ √ √
21. 21 √ √ √ √ √ √
Keterangan :
Hadir : √
Alpa : a
Sakit : s
DOKUMENTASI PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENELITI DENGAN GURU KELAS V
152
152
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
HIJRAWATI, lahir pada tanggal 09 Agustus 1986 di
Ujung Pandang Kota Makassar. Penulis adalah putri keempat
dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda H. T. Muh.
Rustam dan Ibunda Hj. St. Syamsiar.
Penulis mulai mengecap pendidikan di SDN No. 119 Inpres Bontosunggu
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar kelas I – VI tamat tahun 1999. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Galesong Utara
dan tamat tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Galesong Utara dan tamat pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi pada jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dan pada tahun 2010 penulis akan menyelesaikan
studinya sekaligus menyandang gelar sarjana pendidikan (S.Pd).
Kemudian pada tahun 2019, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi pada jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan pada tahun ini 2021 penulis akan
menyelesaikan studinya sekaligus menyandang gelar sarjana pendidikan (S.Pd).