33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis air bersih sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Dalam acara Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag (Maret, 2000) disebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025. Menurut Ditjen Pengairan PU (1994), potensi air permukaan Indonesia lebih kurang 1.789 milyar m3/tahun, dengan sebaran: Irian Jaya 1.401 milyar m3/tahun, Kalimantan 557 milyar m3/tahun dan Jawa 118 m3/tahun. Potensi total air tanahnya 4,7 milyar m3/tahun, tersebar di 224 cekungan air. Sebarannya: 1,172 milyar m3/tahun di Jawa-Madura (60 cekungan), 1milyar m3/tahun di Sumatera (53 cekungan), 358 juta m3/tahun di Sulawesi (38 cekungan), Irian Jaya 217 juta m3/tahun (17 cekungan), Kalimantan 830 juta m3/tahun (14 cekungan) dan sisanya 1,123 juta m3/tahun tersebar di beberapa pulau (Link, 2000). Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun.Hal ini dikarenakan Indonesia terletak pada iklim tropika basah. Walaupun begitu,

Pengolahan Air Industri Farmasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pencegahan pencemaran

Citation preview

Page 1: Pengolahan Air Industri Farmasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis air bersih sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Dalam acara Forum

Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag (Maret, 2000) disebutkan bahwa

Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025.

Menurut Ditjen Pengairan PU (1994), potensi air permukaan Indonesia lebih

kurang 1.789 milyar m3/tahun, dengan sebaran: Irian Jaya 1.401 milyar m3/tahun,

Kalimantan 557 milyar m3/tahun dan Jawa 118 m3/tahun. Potensi total air

tanahnya 4,7 milyar m3/tahun, tersebar di 224 cekungan air. Sebarannya: 1,172

milyar m3/tahun di Jawa-Madura (60 cekungan), 1milyar m3/tahun di Sumatera

(53 cekungan), 358 juta m3/tahun di Sulawesi (38 cekungan), Irian Jaya 217 juta

m3/tahun (17 cekungan), Kalimantan 830 juta m3/tahun (14 cekungan) dan

sisanya 1,123 juta m3/tahun tersebar di beberapa pulau (Link, 2000).

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana

ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh di

atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per

tahun.Hal ini dikarenakan Indonesia terletak pada iklim tropika basah. Walaupun

begitu, Indonesia masih saja mengalami kelangkaan air bersih. Sekitar 119 juta

rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Adapun yang

memiliki akses, sebagian besar mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air

secara komunitas serta sumur air dalam.

Meskipun sering dinyatakan bahwa Indonesia terletak di wilayah iklim tropika

basah yang secara teoritis memiliki ketersediaan air yang tidak menjadi hambatan,

namun pada kenyataannya masalah sumberdaya air semakin lama semakin

menjadi persoalan. Secara nasional, total ketersediaan air dibandingkan dengan

kebutuhan air memang masih surplus, yaitu ketersediaannya per tahun 691,340

miliar meter kubik, sedangkan total kebutuhan air pada tahun 2000 adalah

156,362 miliar meter kubik. Namun di beberapa pulau di Indonesia telah

Page 2: Pengolahan Air Industri Farmasi

mengalami defisit air yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan NTT masing-masing

sebesar 52,809 milyar; 9,232 milyar; 7,531 milyar dan 1,343 milyar meter

kubik.Pengurangan jumlah air tersebut diikuti pula oleh penurunan kualitas air.

Penurunan kualitas air dapat disebabkan terjadinnya pencemaran sungai .Sungai

sungai di Pulau Jawa umumnya berada pada kondisi memprihatinkan akibat

pencemaran limbah industri dan limbah domestik. Padahal sebagian besar sungai

itu merupakan sumber air bagi masyarakat, untuk keperluan mandi, cuci, serta

sumber baku air minum olahan (PAM). Di Jakarta misalnya, dari hasil penelitian

oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI

Jakarta pada 2006, 13 sungai yang mengalir melewati ibukota sudah bakteri

Escherchia coli (E-coli). Bakteri yang berasal dari sampah organik dan tinja

manusia ini juga mencemari hampir 70 persen tanah di kawasan ibukota, sehingga

berpotensi mencemari sumber air tanah. Salah satu sungai yang tingkat

pencemarannya paling parah adalah Sungai Ciliwung. Kadar bakteri E-coli pada

sungai itu mencapai 1,6-3 juta individu per 100cc, jauh di atas baku mutu 2.000

individu per 100cc. Padahal sungai ini menjadi bahan baku air minum di Jakarta.

Sedangkan penelitian lain menyebutkan, 76,2 persen dari 52 sungai di Pulau pulau

Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi tercemar berat oleh zat organik, termasuk 11

sungai-sungai utama di Indonesia yang tercemar unsur amonium. Sungai-sungai

yang mengalir di pulau Jawa, seperti Jakarta, cenderung lebih tercemar oleh

bakteri E-coli akibat pencemaran tinja yang menyebabkan penyakit diare pada

manusia.

Pencemaran tersebut disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia terutama

kegiatan industrinya. Saat ini perkembangan industri di Indonesia semakin pesat.

Berbagai macam industri tersebut antara lain industri kimia, kertas, tekstil ,semen

partikel, serta padat. Masalah pencemaran semakin banyak dan mengkhawatirkan,

hal tersebut terlihat dari berbagai kasus pencemaran yang terkemuka seperti

pencemaran sungai oleh limbah industri, pencemaran tanah ataupun pencemaran

udara. Perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu

penyebab turunnya kualitas lingkungan.

Page 3: Pengolahan Air Industri Farmasi

Penanganan masalah pencemaran menjadi sangat penting dilakukan dalam

kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan terutama harus

diimbangi dengan teknologi pengendalian pencemaran yang tepat guna (Haryono,

1997). Penanganan pencemaran air sangatlah penting, karena air yang mempunyai

peranan penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Air limbah sendiri bukan hanya dihasilkan oleh industri saja melainkan oleh

perumahan, perkantoran, atau apartemen. Pengertian dari air limbah itu sendiri

adalah air yang tidak terpakai lagi yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan

manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah

penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami

peningkatan.

Air limbah yang berasal dari kegiatan industri lebih membahayakan dibandingkan

dengan limbah hasil domestik. Limbah cair dari industri biasanya dalam jumlah

besar dan mengandung logam-logam berbahaya yang perlu dilakukan pengolahan

terlebih dahulu. Limbah industry bersumber dari kegiatan industry baik karena

proses secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang

bersumber langsung dari kegiatan industry yaitu limbah sisa dari proses produksi .

Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum dan sesudah proses

produksi . Misalnya pencucian alat-alat produksi atau oli bekas dari alat produksi

tersebut.

Seperti halnya industri lainnya, industri farmasi formulasi juga menghasilkan

limbah cair yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan. Maka

dilakukan pengolahan limbah cair tersebut dengan menggunakan suatu teknologi

yang disebut dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Banyaknya industri

dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari industri

antara lain terciptanya lapangan pekerjaan dan pemanfaatan teknologi baru di

berbagai bidang. Adapun dampak negatifnya yaitu berasal dari limbah industri

yang bersangkutan. Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat

digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu limbah cair, gas dan partikel, serta padat.

Masalah pencemaran semakin banyak dan mengkhawatirkan, hal tersebut terlihat

Page 4: Pengolahan Air Industri Farmasi

dari berbagai kasus pencemaran yang terkemuka seperti pencemaran sungai oleh

limbah industri, pencemaran tanah ataupun pencemaran udara. Perkembangan

industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas

lingkungan.

Penanganan masalah pencemaran menjadi sangat penting dilakukan dalam

kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan terutama harus

diimbangi dengan teknologi pengendalian pencemaran yang tepat guna (Haryono,

1997). Penanganan pencemaran air sangatlah penting, karena air yang mempunyai

peranan penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Air limbah sendiri bukan hanya dihasilkan oleh industri saja melainkan oleh

perumahan, perkantoran, atau apartemen. Pengertian dari air limbah itu sendiri

adalah air yang tidak terpakai lagi yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan

manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah

penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami

peningkatan.

Air limbah yang berasal dari kegiatan industri lebih membahayakan dibandingkan

dengan limbah hasil domestik. Limbah cair dari industri biasanya dalam jumlah

besar dan mengandung logam-logam berbahaya yang perlu dilakukan pengolahan

terlebih dahulu. Limbah industry bersumber dari kegiatan industry baik karena

proses secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang

bersumber langsung dari kegiatan industry yaitu limbah sisa dari proses produksi .

Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum dan sesudah proses

produksi . Misalnya pencucian alat-alat produksi atau oli bekas dari alat produksi

tersebut.

Seperti halnya industri lainnya, industri farmasi formulasi juga menghasilkan

limbah cair yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan. Maka

dilakukan pengolahan limbah cair tersebut dengan menggunakan suatu teknologi

yang disebut dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Page 5: Pengolahan Air Industri Farmasi

1.2. Permasalahan

Peningkatan kebutuhan akan obat di Indonesia telah menyebabkan peningkatan

jumlah dan kegiatan industri farmasi. Peningkatan jumlah dan kegiatan industri

farmasi ini tentu saja akan mempengaruhi kehidupan lingkungan yang

bersinggungan langsung maupun berdekatan dengan lokasi industri farmasi

tersebut. Limbah industri farmasi dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non

toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap. Namun kebanyakan limbah

industri farmasi digolongkan sebagai limbah berbahaya dan beracun serta

membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk menghindari resiko pencemaran

lingkungan. Adanya limbah industri farmasi, terutama limbah cairnya akan

berkaitan erat dengan masalah pencemaran lingkungan; khususnya pencemaran

badan air yang disebabkan oleh limbah cair yang dibuang tanpa proses

pengolahan terlebih dahulu. Oleh sebab itu maka perlunya IPAL yang tepat dalam

pengolahan air limbah farmasi tersebut.

1.3. Tujuan

Tujuan pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur,

serta membunuh organisme pathogen. Pengolahan air limbah juga bertujuan untuk

menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang tidak dapat

didegrasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah. Agar saat dibuang tidak

mencemari lingkungan seperti tanah dan air yang kelak masih bisa diwariskan

kepada generasi mendatang

Page 6: Pengolahan Air Industri Farmasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Indusri Farmasi Formulasi sebagai Penghasil Limbah

Industri farmasi adalah salah satu penyumbang limbah terbesar dalam lingkungan

terutama berkaitan dengan limbah cair. Hal ini dikarenakan industri farmasi dalam

proses produksinya menggunakan berbagai macam pereaksi kimia. Kegiatan

utama industri farmasi adalah mengolah bahan baku menjadi produk berupa obat

atau bahan baku obat, namun akibat pengolahan ini terbentuk pula limbah.

Adanya limbah industri farmasi, terutama limbah cairnya akan berkaitan erat

dengan masalah pencemaran lingkungan; khususnya pencemaran badan air yang

disebabkan oleh limbah cair yang dibuang tanpa proses pengolahan terlebih

dahulu. Berkaitan dengan kegiatan yang berjalan di industri farmasi, sebaiknya

limbah industri farmasi diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan.

Dengan demikian diperlukan adanya fasilitas atau instalasi pengolahan limbah

sehingga pada saat ke lingkungan limbah industri tersebut telah memenuhi kriteria

baku mutu yang telah ditetapkan. Setelah masuk ke lingkungan atau di tempat

pengolahan limbah, obat akan mengalami hal sebagai berikut :

Mengalami biodegradasi sempurna

Mengalami biodegradasi sebagian atau menjadi senyawa lain (metabolit)

Tahan lama terhadap penguraian (persisten)

Dalam proses pengolahan limbah industri farmasi, diperlukan suatu instalasi

pengolah limbah sehingga saat dibuang ke lingkungan, limbah tersebut telah

memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan. Pengolahan limbah dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Pemilihan teknologi pengolahan limbah yang

tepat dapat didasarkan pada:

Karakteristik limbah, misalnya kandungan senyawa organik (BOD dan COD),

bahan padat tersuspensi, derajat degradabilitas, komponen toksisnya dan jumlah

limbah yang dibuang per harinya.

Mutu baku lingkungan terutama perairan tempat pembuangan limbahnya

dan mutu baku limbah yang berlaku.

Biaya operasional pengolahan.

Page 7: Pengolahan Air Industri Farmasi

Lahan yang harus disediakan.

2.2. Bahan Baku Industri Farmasi Formulasi

Sebelum mengetahui karakteristik dari limbah yang akan dikelola, maka penting

juga mengetahui bahan –bahan yang dipakai oleh sebuah industri farmasi

formulasi dalam proses produksinya juga kegiatan domestiknya. Bahan- bahan

tersebut dapat berupa bahan baku utama, bahan penolong, , bahan kimia pada

laboratorium dan bahan-bahan kegiatan domestiknya. Bahan baku dari industri

farmasi ini biasanya merupakan bahan-bahan import jadi perusahaan hanya

meraciknya sesuai dengan formulasi sendiri ataupun sesuai dengan lisensi. Bahan

bahan yang digunakan antara lain parasetamol, antalgin, amplisin, amoksisilin,

amilum , penisilin dan bahan lainnya.

2.3. Proses Produksi Farmasi Formulasi

Sumber limbah salah satunya adalah yang berasal dari proses produksi untuk itu

maka perlu juga mengetahui tahapan proses produksinya agar dapat diketahui

karakteristik dari limbah yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung.

Proses produksi diawali oleh pembagian bahan-bahan dari gudang bahan baku

yang dipisahkan untuk tiga proses produksi, yaitu prose produksi cair, padat dan

semi-padat.

Pada proses pembuatan produk cair, setelah sebelumnya dilakukan pembagian

jumlah dan jenis bahan baku. Maka dilakukan peracikan terhadap obat sesuai

dengan yang akan dibuat. Lalu dilakukan pengadukan bersama-sama dengan air

sesuai dengan takaran, kemudian dilakukan penyaringan terhadap cairan obat

tersebut yang bertujuan agar tidak adanya kotoran atau padatan yang masih kasar.

Setelah penyringan maka dilakukan pengadukan kembali agar bahan- bahan lebih

tercampu sempurna. Obat yang sudah jadi dilakuka pengujian di laboratorium

terlebih dahulu sebelum dilakukan pengemasan untuk mengetahui kualitasnya.

Selanjutnya obat jadi dikemas sebagai primary packaging(foil pack, catch cover,

blister pack dan botol). Lalu dikemas lagi dengan dus sebagai secondary

packaging.

Page 8: Pengolahan Air Industri Farmasi

Proses produksi lainnya adalah proses produksi padat. Pada proses ini dilakukan

penimbangan bahan-bahan sesuai dengan formulasi obat, kemudia dijadikan

utiranbutiran basah dengan mesin granula. Setelah menjadi granula basah maka

dilakukan proses pengeringan. Lalu obat yang telah kering tadi dilakukan

pengayakan yang bertujuan agar padatan kasar dan padatan halus teerpisah

sehingga padaan kasar dapat dilakukan penghalusan kembali. Kemudian

dilakukan pencampuran terakhi (final mixing) terhadap obat tersebut. Setelah

dilakukan pengkapsulan, pencetakan obat tablet, dan peracikan obat bubuk. Pada

obat tablet setelah selesai proses pencampuran akhir dilakukan proses pemadatan ,

kemudian pelapisan obat. Setelah itu dilakukan proses pengemasan, yaitu first

packaging dan secondary packaging.

Selain proses produksi padat dan cair, dilakukan pula proses produksi terhadap

produk semi padat. Pada proses ini hanya dilakuka proses pencampuran dengan

sedikit air. Setelah itu dilakukan proses pengemasan, yaitu first packaging dan

secondary packaging.

2.4. Sumber-sumber Limbah Industri Farmasi FormulasiLimbah industri farmasi formulasi dapat dari berbagai sumber darikegiatan tersebut dan terbagi menjadi tiga jenis limbah, yaitu padat, cair dan gas.Adapun komponen-komponen limbahnya sebagai berikut :a) Produk yang gagal dan terbuang.b) Tumpahan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan-bahan pembantu.c) Debu ( dari pencampuran dan pencetakan tablet)d) Air buangan dari pencucian peralatan dan sterilisasie) Buangan dari laboratoriumf) Air buangan dari toilet, WC dan kamar mandi.g) Bahan kemasan yang tak terpakai.h) Limbah dari laboratorium2.5. Karakterisasi limbah industri farmasi formulasi a) Mengandung sisa pencucian b) peralatan seperti desinfektan, c) bahan sterilisasi dan deter-gen.d) Memiliki nilai BOD yang tinggie) Mengandung antibiotik, dan bahan kimia lainnya.f) Memiliki kandungan padatan yang tinggi.2.6. Pengolahan limbahDemi menghindari pencemaran terhadap lingkungan, maka industri farmasi perlumelakukan pengolahan terhadap limbah yang dihasilkannya mulai dari limbah padat, cairdan gas. Cara pengendalian limbah-limbah tersebut adalah sebagai berikut:

Page 9: Pengolahan Air Industri Farmasi

2.6.1. Limbah padatLimbah padat yang antara lain berasal dari packing material bahan baku, dan debuhasil produksi ditanggulangi dengan cara melakukan pembakaran di incenator, sementaragas yang terbentuk dari pembakaran tersebut disalurkan melalui lime water filter.Pengendalian selanjutnya dilakukan dengan dust collector, deduster, dan cyclone denganwater jet.2.6.2. Limbah gas Limbah gas yang berasal dari mesin-mesin penunjang seperti diesel dan boilerditangani dengan cara dibuang melalui cerobong asap yang mempunyai ketinggian yangcukup, sehingga gas tersebut terencerkan oleh udara. 2.6.3. Limbah laboratorium Limbah laboratorium yang berasal dari suatu pemeriksaan dengan menggunakanpereaksi yang mengandung logam berat ditanggulangi dengan melalui suatu prosespengendapan sebagai sulfida dan kemudian endapan tersebut ditanam dalam bak beton.Sedangkan cairan yang sudah bebas logam berat disalurkan ke dalam waste watertreatment sebelum dialirkan ke sungai. 2.6.4. Limbah cair Limbah cair yang berasal dari pencucian peralatan, mesin tangki, dan lain-lainditanggulangi dengan peralatan waste water treatment plane. Sebelum limbah tersebutmengalir ke sungai maka limbahn diproses terlebih dahulu pada peralatan tersebutmelalui proses equalisasi, netralisasi, presipitasi, sedimentasi, kolam aerob-fakultatif, bakkontrol, tempat lumpur, dissolved air flotation dan filtrasi.2.6.4.1. EqualisasiAir limbah sebelumnya dilakukan penyaringan untuk menghilangkanbenda-benda kasar dan minyak, kemudian diendapkan sebentar agar partikel-partikel awal yang kasar tidak ikut pada proses selanjutnya tetapi untuk limbahyang berasal dari antibiotik dilakukan proses penghilangan racun(detoksikasi).Penyaringan ini juga berguna untuk menyaring kandungan lemak pada airlimbah. Setelah itu barulah air limbah masuk pada tangki ekualisasi, pada prosesini dilakukan pengadukan agar air limbah yang berasal dari berbagai sumbertersebut menjadi sama (homogen).2.6.4.2. NetralisasiSetelah air limbah sudah homogen karakteristiknya makadilakukan neutralisasi. Neutralisasi bertujuan agar pH air limbah beradapada kondisi netral sehingga mudah untuk diolah. pH yang diinginkansekitar 6,5-8,5 agar pada saat proses aerobik pH tersebut optimal bagimikroorganisme. Netralisasi diberikan larutan kimia tergantung pH awallimbah, jika asam maka ditambahkan NaOH dan jika basa ditambahH2SO4. Namun pada proses ini terbentuk endapan yang akan langsungdialirkan pada bak sludge untuk kemudian dikelola lebih lanjut.2.6.4.3. Presipitasi

Page 10: Pengolahan Air Industri Farmasi

Air limbah kemudian masuk kedalam bak presipitasi. Pada bakini air limbah diberikan penambahan bahan kimia lime(kombinasi darikalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam-garambesi). Hal ini bertujuan untuk mengurangi bahan-bahan terlarut organikdan kandungan logam berat seperti sulfat, flourida dan fosfat dengan caramengendapkan limbah. Kemudian dilanjutkan pada bak sedimentasi.2.6.4.4. Sedimentasi Proses pengendapan limbah setelah melalui proses presipitasi.Air limbah didiamkan minimal delapan jam agar limbah bnar-benarterpisah dari lumpurnya. Pengendapan limbah dengan penambahankoagulan dan flokulan. Kemudian lumpur tersebut dialirkan ke bak sludgedan air limbah dialirkan lagi untuk proses selanjutnya, yaitu aerob-fakultatif. 2.6.4.5. Aerob-FakultatifPada kolam ini dibuat dengan kedalaman dengan massapenahanan 20 hari atau lebih. Kolam ini diberikan mikroorganisme untukmerombak limbah tersebut. Sumber oksigen berasal dari ganggang yangberada diatas perairan . Proses ini digunakan juga sebagai stabilisasi.2.6.4.6. Bak KontrolPada bak kontrol ini berfungsi sebagai pengecekan kualitaslimbah sebelum dibuang ke sungai. Pengecekan limbah dimaksudkan agarlimbah cair tersebut memenuhi baku mutu limbah cair kegiatan industrifarmasi. Jika belum memenuhi maka limbah dikembalikan kepada prosesIPAL.Lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.NOMOR : KEP 51-/MENLH/10/1995 TENTANG : BAKU MUTU LIMBAHCAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI TANGGAL : 23 OKTOBER 1995 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI FARMASIPARAMETER PROSES PEMBUATANBAHAN FORMULA(Mg/L)FORMULASIPENCAMPURANBOD5 100 75COD 300 150TSS 100 75TOTAL-N 30 -FENOL 1,0 -pH 6,0-9,0 6,0-9,0Tabel 1. Baku Mutu Kegiatan Industri Farmas2.6.4.7. Pengolahan lumpurLumpur yang berasal dari bak lumpur kemudian dilakukandissolved air flotation ,tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volumelumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan.Kemudian selanjutnya lumpu tersebut melewati tahapan filtration yangbertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dansekaligus mengurangi volume lumpur. Setelah itu lumpur tersebut dibakar

Page 11: Pengolahan Air Industri Farmasi

pada insinerator2.6.5. Limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3) Industri FarmasiSelain limbah yang dapat diolah sebenarnya sebagian besar yangdihasilkan oleh kegiatan industri farmasi merupakan limbah berbahaya danberacun yang pelu dikelola lebih lanjut agar tidak membahayakan lingkungan. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3), adalah sisa suatu usahadan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yangkarena sifat dan/atau Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsungmaupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidupManusia serta Makhluk Hidup lainnya (PP no. 18 tahun 1999 tentang Limbah B3). Adapun sumber sumber dari limbah B3 tersebut berasal dari sludge IPAl, olibekas, bahan baku kadaluwarsa, Pengolahan limbah tersebut awalnya dibakarpada rotarkiln merupakan salah satu jenis incinerator. Setelah itu baru abu darisisa pembakaran pada insinerator dibawa ke suatu perusahaan pengolahan limbahB3 untuk kemudian dikelola melalui penimbunan atau landfill.2.7. Minimalisasi LimbahUntuk meminimalisasi limbah dapat dilakukan dengan cara mengurangisumber penghasil limbah (source reduction) dan daur ulang (recycling and reuse).Pengurangan Sumber Limbah Daur Ulanga) Penggantian/substitusi bahan baku untuk mengurangi jumlah, volume dantoksisitas limbah b) Limbah yang dikeluarkan digunakan kembali (re-use), di daur ulang(recycling), atau diambil kembali (recovery). c) Modifikasi proses, bertujuan untuk efisiensi proses yang potensialmengeluarkan limbah dan sekaligus mengganti dan memutakhirkan prosesyang ramah lingkunganDalam hal ini limbah dihilangkan cemarannya dan diperoleh bahan yangrelatif berharga d) Good Operating Practices, dapat membantu mengurangi limbah dankehilangan bahan yang tumpah, tercecer, dan bocor. Meliputi materialshandling, waste management and plan management.

Pengolahan air Industri Farmasi FormulasiA.    Pengolahan Air Produksi

Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP. Hal

tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar,

terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan lain-lain. Bila

tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien).

Kualitas air yang digunakan untuk produksi, tergantung dari persyaratan air

yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni atau air untuk injeksi.

Page 12: Pengolahan Air Industri Farmasi

Berikut adalah standar air yang digunakan untuk produksi sesuai dengan

persyaratan CPOB.

Mekanisme kerja Purified Water System

Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat

menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan gas)

yang terdapat di dalam air yang akan digunakan untuk produksi. Air (raw water)

Page 13: Pengolahan Air Industri Farmasi

pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city water), Shallow well (sumur

dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari Deep well (sumur dalam)

dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water)

yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan.

Demikian pula mutu air menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan

air tersebut. Purified water system terdiri dari: Multimedia filter, Carbon filter,

Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro filter, Ultra filtration (R.O =

Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI).

Multimedia filter

Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan

partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari

beberapa filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2

mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah

tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering juga

disebut dengan sand filter).

Active Carbon filter

Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap

bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang

memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk

granular (butiran). Active carbon berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses

de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine, benzene, pestisida, bahan-

bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air.

Water Softener Filter

Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk

menghilangkan dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion

Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.

Reverse Osmosis

Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan air murni (purified water)

yang dapat menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air.

Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001

mikron).

Page 14: Pengolahan Air Industri Farmasi

EDI (Elektonic De-Ionization)

EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai

pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini

dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat

berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati EDI,

selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan

(storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping system

dan siap didistribusikan ke ruang produksi.

Mekanisme kerja Water for Injection (WFI)

Pengolahan air untuk injeksi (Water For Injection/WFI) berasal dari purified

water system, yang selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan) dengan terlebih

dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri. Sesuai dengan persyaratan

CPOB yang terbaru, proses destilasi menggunakan 6 (enam) kolom destilasi,

artinya air yang digunakan untuk produk-produk steril tersebut mengalami 6 kali

proses destilasi. Dengan unit ini diperoleh air untuk injeksi yang memenuhi

persyaratan Water For Injection (WFI). Selanjutnya, WFI yang dihasilkan

kemudian disimpan dalam storage tank pada suhu 70-80oC sebelum

didistribusikan untuk produksi produk steril.

skema pembuatan Water for Injection sesuai dengan cGMP

Beberapa hal lain yang diatur dalam CPOB Terkini sebagai persyaratan

penting air untuk produksi yang sebelumnya tidak diatur dalam CPOB yang lama

(2001) , antara lain :

         Daerah mati (dead legs/kran) harus sekecil mungkin (maksimum 3 x diameter

pipa)

         Aliran air untuk produksi harus disirkulasi secara terus menerus (24 jam)

         Pipa distribusi (terutama untuk produk steril) menggunakan baja anti karat jenis

SS 316L

         Pipa distribusi menggunakan double tube

Page 15: Pengolahan Air Industri Farmasi

         Pipa distribusi tidak boleh ditanam atau menempel pada dinding ruang produksi,

tapi harus terdapat jarak yang cukup antara pipa dengan dinding untuk

memudahkan pembersihan

         Tanki penampung dari bahan SS 316 L yang dilengkapi dengan fasilitas CIP

(cleaning in place) yang memungkinkan proses pembersihan tanki secara

menyeluruh

         Parameter pengoperasian : suhu, konduktifitas, flow rate, porositas filter, dan

lain-lain harus didokumentasikan

         Terdapat gambar skematik titik-titik pemakaian air

         Terdapat sistem alert (peringatan) dan action limit (batas tindakan) pada sistem

pengolahan air.

Bangunan pengolahan air harus terpisah dari bangunan untuk proses

produksi, walaupun demikian letaknya sebaiknya berdekatan, agar resiko

pencemaran bisa ditekan seminimal mungkin selama distribusi dalam pipa

penyalur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan untuk

pengolahan air, antara lain adalah:

1.      Luas bangunan harus cukup luas untuk menampung tangki-tangki pengolahan air

2.      Lantai dan dinding bangunan harus dilapisi cat yang dapat mencegah tumbuhnya

lumut dan jamur (misalnya cat Epoxy atau cat minyak)

3.      Posisi lantai bangunan harus lebih tinggi dari sekitarnya untuk mencegah air

hujan masuk ke dalam dan dapat menyebabkan pencemaran.

Kualifikasi Kinerja (PQ = Performance Qualification) Water System

B.     Pengolahan Air Limbah

Sumber-sumber Limbah Industri Farmasi Formulasi

Limbah industri farmasi formulasi dapat dari berbagai sumber dari

kegiatan tersebut dan terbagi menjadi tiga jenis limbah, yaitu padat, cair dan gas.

Adapun komponen-komponen limbahnya sebagai berikut :

a)      Produk yang gagal dan terbuang.

b)      Tumpahan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan-bahan pembantu.

Page 16: Pengolahan Air Industri Farmasi

c)      Debu ( dari pencampuran dan pencetakan tablet)

d)      Air buangan dari pencucian peralatan dan sterilisasi

e)      Buangan dari laboratorium

f)       Air buangan dari toilet, WC dan kamar mandi.

g)      Bahan kemasan yang tak terpakai.

h)      Limbah dari laboratorium

Karakterisasi limbah industri farmasi formulasi

a)      Mengandung sisa pencucian

b)      peralatan seperti desinfektan,

c)      bahan sterilisasi dan deter-gen.

d)      Memiliki nilai BOD yang tinggi

e)      Mengandung antibiotik, dan bahan kimia lainnya.

f)       Memiliki kandungan padatan yang tinggi.

Pengolahan limbah

Demi menghindari pencemaran terhadap lingkungan, maka industri farmasi perlu

melakukan pengolahan terhadap limbah yang dihasilkannya mulai dari limbah padat, cair

dan gas. Cara pengendalian limbah-limbah tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Limbah padat

Limbah padat yang antara lain berasal dari packing material bahan baku, dan debu

hasil produksi ditanggulangi dengan cara melakukan pembakaran di incenator, sementara

gas yang terbentuk dari pembakaran tersebut disalurkan melalui lime water filter.

Pengendalian selanjutnya dilakukan dengan dust collector, deduster, dan cyclone dengan

water jet.

2.      Limbah gas

Limbah gas yang berasal dari mesin-mesin penunjang seperti diesel dan boiler

ditangani dengan cara dibuang melalui cerobong asap yang mempunyai ketinggian yang

cukup, sehingga gas tersebut terencerkan oleh udara.

3.      Limbah laboratorium

Limbah laboratorium yang berasal dari suatu pemeriksaan dengan menggunakan

pereaksi yang mengandung logam berat ditanggulangi dengan melalui suatu proses

pengendapan sebagai sulfida dan kemudian endapan tersebut ditanam dalam bak beton.

Page 17: Pengolahan Air Industri Farmasi

Sedangkan cairan yang sudah bebas logam berat disalurkan ke dalam waste water

treatment sebelum dialirkan ke sungai.

4.      Limbah cair

Limbah cair yang berasal dari pencucian peralatan, mesin tangki, dan lain-lain

ditanggulangi dengan peralatan waste water treatment plane. Sebelum limbah tersebut

mengalir ke sungai maka limbahn diproses terlebih dahulu pada peralatan tersebut

melalui proses equalisasi, netralisasi, presipitasi, sedimentasi, kolam aerob-fakultatif, bak

kontrol, tempat lumpur, dissolved air flotation dan filtrasi.

a.      EqualisasiAir limbah sebelumnya dilakukan penyaringan untuk menghilangkan benda-

benda kasar dan minyak, kemudian diendapkan sebentar agar partikel-partikel awal yang

kasar tidak ikut pada proses selanjutnya tetapi untuk limbah yang berasal dari antibiotik

dilakukan proses penghilangan racun(detoksikasi). Penyaringan ini juga berguna untuk

menyaring kandungan lemak pada air limbah. Setelah itu barulah air limbah masuk pada

tangki ekualisasi, pada proses ini dilakukan pengadukan agar air limbah yang berasal dari

berbagai sumber tersebut menjadi sama (homogen).

b.      NetralisasiSetelah air limbah sudah homogen karakteristiknya maka dilakukan

neutralisasi. Neutralisasi bertujuan agar pH air limbah berada pada kondisi netral

sehingga mudah untuk diolah. pH yang diinginkan sekitar 6,5-8,5 agar pada saat

proses aerobik pH tersebut optimal bagi mikroorganisme. Netralisasi diberikan

larutan kimia tergantung pH awal limbah, jika asam maka ditambahkan NaOH

dan jika basa ditambah H2SO4. Namun pada proses ini terbentuk endapan yang

akan langsung dialirkan pada bak sludge untuk kemudian dikelola lebih lanjut.

c.         PresipitasiAir limbah kemudian masuk kedalam bak presipitasi. Pada bak ini air

limbah diberikan penambahan bahan kimia lime(kombinasi dari kalsium klorida,

magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam-garam besi). Hal ini bertujuan

untuk mengurangi bahan-bahan terlarut organik dan kandungan logam berat

seperti sulfat, flourida dan fosfat dengan cara mengendapkan limbah. Kemudian

dilanjutkan pada bak sedimentasi.

d.        Sedimentasi

Page 18: Pengolahan Air Industri Farmasi

Proses pengendapan limbah setelah melalui proses presipitasi. Air

limbah didiamkan minimal delapan jam agar limbah bnar-benar terpisah dari

lumpurnya. Pengendapan limbah dengan penambahan koagulan dan flokulan.

Kemudian lumpur tersebut dialirkan ke bak sludge dan air limbah dialirkan lagi

untuk proses selanjutnya, yaitu aerob-fakultatif.

e.         Aerob-FakultatifPada kolam ini dibuat dengan kedalaman dengan massa penahanan 20

hari atau lebih.  Kolam ini diberikan mikroorganisme untuk merombak limbah

tersebut. Sumber oksigen berasal dari ganggang yang berada diatas perairan .

Proses ini digunakan juga sebagai stabilisasi.

f.     Bak KontrolPada bak kontrol ini berfungsi sebagai pengecekan kualitas limbah

sebelum dibuang ke sungai. Pengecekan limbah dimaksudkan agar limbah cair

tersebut memenuhi baku mutu limbah cair kegiatan industri farmasi. Jika belum

memenuhi maka limbah dikembalikan kepada proses IPAL.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI FARMASI

PARAMETER PROSES PEMBUATAN

BAHAN FORMULA

(Mg/L)

FORMULASI

PENCAMPURAN

BOD5 100 75

COD 300 150

TSS 100 75

TOTAL-N 30 -

FENOL 1,0 -

pH 6,0-9,0 6,0-9,0

g.        Pengolahan lumpurLumpur yang berasal dari bak lumpur kemudian dilakukan dissolved air

flotation ,tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan

diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Kemudian selanjutnya

lumpu tersebut melewati tahapan filtration yang bertujuan untuk menghilangkan

Page 19: Pengolahan Air Industri Farmasi

atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.

Setelah itu lumpur tersebut dibakar pada insinerator.

5.      Limbah Bahan berbahaya dan beracun (B3) Industri Farmasi

Selain limbah yang dapat diolah sebenarnya sebagian besar yang dihasilkan oleh

kegiatan industri farmasi merupakan limbah berbahaya dan beracun yang pelu

dikelola lebih lanjut agar tidak membahayakan lingkungan.

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3), adalah sisa suatu usaha

dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang

karena sifat dan/atau Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,

dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

Manusia serta Makhluk Hidup lainnya (PP no. 18 tahun 1999 tentang Limbah B

3). Adapun sumber sumber dari limbah B3 tersebut berasal dari sludge IPAl, oli

bekas, bahan baku kadaluwarsa, Pengolahan limbah tersebut awalnya dibakar

pada rotarkiln merupakan salah satu jenis incinerator. Setelah itu baru abu dari

sisa pembakaran pada insinerator dibawa ke suatu perusahaan pengolahan limbah

B3 untuk kemudian dikelola melalui penimbunan atau landfill.

6.        Minimalisasi LimbahUntuk meminimalisasi limbah dapat dilakukan dengan cara mengurangi

sumber penghasil limbah (source reduction) dan daur ulang (recycling and reuse).

Pengurangan Sumber Limbah Daur Ulang

a)      Penggantian/substitusi bahan baku untuk mengurangi jumlah, volume dan

toksisitas limbah

b)      Limbah yang dikeluarkan digunakan kembali (re-use), di daur ulang (recycling),

atau diambil kembali (recovery).

c)      Modifikasi proses, bertujuan untuk efisiensi proses yang potensial  mengeluarkan

limbah dan sekaligus mengganti dan memutakhirkan proses yang ramah

lingkungan

 Dalam hal ini limbah dihilangkan cemarannya dan diperoleh bahan yang relatif

berharga

Page 20: Pengolahan Air Industri Farmasi

d)      Good Operating Practices, dapat membantu mengurangi limbah dan  kehilangan

bahan yang tumpah, tercecer, dan bocor. Meliputi materials handling, waste

management and plan management.

Read more: http://reseptor09.blogspot.com/2012/04/makalah-pengolahan-air-

untuk-farmasi.html#ixzz3sB8Ebgpt

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Industri Farmasi merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah. Jika limbah

tersebut langsung dibuang ke lingkungan maka dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan. Limbah-limbah pada industri ini dapat dari proses berlangsungnya produksi

ataupun yang berasal dari kegiatan domestik atau non produksinya. Limbah yang

dihasilkan oleh industri farmasi formulasi ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah

cair yang dapat mencemari sumber air maka limbah cair tersebut perlu dilakukan suatu

pengolahan limbah.Kualitas air limbah farmasi sangat bervariasi akibat keanekaragaman

bahan baku, proses produksi dan juga produk yang dihasilkan. Pengolahan limbah cair

memerlukan suatu teknologi pengolahan yang tepat, maka diperlukan suatu design IPAL

yang tepat juga. Design IPAL yang layak dengan melibatkan 3 teknlogi pengolahan

limbah yaitu cara fisika, kimia dan biologi. Selanjutnya pengolahan limbah

diklasifikasikan lagi menjadi pretreatment, primary treatment system, secondary

treatment system dan tertiary treatment system. Pada design IPAL yang dibuat maka

terdapat beberapa tahapan proses pengolahan sebelum akhirnya dibuang ke sungai.

Tahapan-tahapan proses tersebut meliputi proses equalisasi, netralisasi, presipitasi,

sedimentasi, kolam aerob- fakultatif, bak kontrol, tempat lumpur, dissolved air flotation

dan filtrasi. Pemilihan teknologi terebut didasari oleh karakteristik dari air limbah yang

meliputi kandungan senyawa organik (BOD dan COD), bahan padat tersuspensi, derajat

keasaman, komponen toksisitasnya, dan jumlah pembuangan limbah setiap harinya.

Selain itu pemilihan teknologi juga didasari oleh baku mutu lingkungan, biaya

operasional dan lahan yang harus disediakan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Pengolahan Air Industri Farmasi

Air dan Sanitasi untuk Kesehatan (Kompas 19 Maret 2008), 49

Andi Iqbal Burhanuddin, Fenomena Pemanasan Global dan Dampaknya (22 Nov

2007) www.fajar.co.id

Anonim, 2009, Teknologi Pengolahan Limbah, tersedia online

http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3/, (25

Desember 2009)

Ibrahim, Dr. Slamet , 2009, Pengolahan Limbah Industri Farmasi, tersedia online,

http://download.fa.itb.ac.i (25 November 2009)

http//Wikipedia.com//kimia farma.(12 Januari 2010)

http.//wordpress.com//Priyambodo’s blog//Berubah atau Mati!!.(12 Januari 2010)

http//Antara News.com //Indonesia Terancam Krisis Air (Antara News 01

Desember 2009)

MS Ginting, Ir. Perdana.2008. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah

Industri, cetakan kedua. Yrama Widya: Bandung.

Salmiyatun, 2003. Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi.

Kedokteran EGC. Jakarta.