55
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan tentang Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, terutama bagi mereka yang berada dalam usia sekolah. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. “Perubahan tersebut berbentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu relatif lama, serta terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar”. ( Gino 1993: 6). Menurut Winkel dalam Darsono (2000:4) “belajar yaitu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang maknanya adalah pengalaman“. “Pengertian belajar secara umum yaitu 9

Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penggunaan model

Citation preview

Page 1: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan tentang Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, terutama bagi

mereka yang berada dalam usia sekolah. Ada beberapa pendapat yang

mengemukakan tentang pengertian belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang

dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual.

“Perubahan tersebut berbentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu

relatif lama, serta terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang

sedang belajar”. ( Gino 1993: 6).

Menurut Winkel dalam Darsono (2000:4) “belajar yaitu aktifitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

maknanya adalah pengalaman“. “Pengertian belajar secara umum yaitu terjadinya

perubahan dalam diri orang yang belajar karena pengalaman”. (Darsono, 2000:4).

Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna

atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada

peserta didik untuk menggunakannya dalam membangun gagasan. Tanggung

jawab belajar memang ada pada diri peserta didik, tetapi guru juga perlu

menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab

peserta didik untuk belajar. “Pengertian belajar secara psikologis yaitu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam

9

Page 2: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

memenuhi kebutuhan hidupnya”. (Slameto, 2003:2). “Perubahan-perubahan

tersebut terjadi dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalamannya dalam

interaksi dengan lingkungannya”. (Slameto 2003:4). Menurut Darsono (2000:30),

“ciri-ciri belajar antara lain: belajar dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan,

belajar merupakan pengalaman sendiri”. Belajar merupakan proses interaksi

antara individu dan lingkungan dan belajar dapat mengakibatkan terjadinya

perubahan pada diri orang yang belajar. Dari beberapa pengertian belajar yang

disebutkan oleh para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang sehingga mengakibatkan perubahan

perilakunya (ke arah yang lebih baik).

2.2 Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar adalah hal-hal yang sangat penting yang harus

terdapat dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam belajar diperlukan prinsip

belajar karena sangat mempengaruhi peserta didik dalam belajarnya. Prinsip

belajar akan menjadi pedoman bagi peserta didik dalam belajar.

Prinsip belajar yang perlu diketahui sebagai berikut:

1) Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara peserta didik dan lingkungannya.

2) Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi peserta didik. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya

3) Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.

4) Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu peserta didik harus sanggup mengatasinya secara tepat.

5) Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru atau tuntunan dari buku pelajaran sendiri.

6) Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berfikir kritis.

10

Page 3: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

7) Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari bersama.

8) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

9) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat dikuasai. (Hamalik 1980: 36).

Belajar memerlukan metode yang tepat. Metode belajar yang tepat

memungkinkan peserta didik lebih efektif dan efisien. Metode belajar disesuaikan

dengan materi pelajaran yang dipelajari dan juga disesuaikan dengan peserta

didik.

Darsono (2000:27) menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah

sebagai berikut:

1) Kesiapan Belajar Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yag tidak kondusif, misalnya sakit akan dapat mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar. Demikian pula kondisi psikologis yang kurang baik, misalnya gelisah, tertekan, dan sebagainya merupakan kondisi awal yang kurang menguntungkan bagi kelancaran belajar.

2) Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek, dapat pula dikatakan perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Belajar sebagai suatu aktivitas yang kompleks sangat membutuhkan perhatian dari peserta didik yang belajar.

3) Motivasi Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegaitan tertentu untuk mencapai tujuan (disposisi internal). Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat orang melakukan suatu aktivitas.

4) Keaktifan Peserta didik Kegiatan belajar pelaku utamanya adalah peserta didik, oleh karena itu peserta didik harus aktif, tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru, peserta didik harus mampu menacari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

5) Mengalami Sendiri

11

Page 4: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Prinsip pengalaman sendiri ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Peserta didik yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

6) Pengulangan Materi pelajaran ada yang mudah dan ada yang sukar. Untuk mempelajari materi samapai pada taraf insight peserta didik perlu membaca, berpikir, mengingat, dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan, berarti peserta didik mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut makin mudah diingat. Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi makin segar dalam pikiran peserta didik, sehingga makin mudah direproduksi.

7) Materi Pelajaran yang Menantang Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi pula oleh rasa ingin tahu anak (curiousity) terhadap suatu persoalan. Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Curiousity ini kelompokbul bila materi pelajaran yang dihadapinya bersifat menantang atau problematik.

8) Balikan dan Penguatan Balikan (feedback) adalah masukan yang sangat penting baik bagi peserta didik maupun guru. Dengan balikan peserta didik mangetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Penguatan (reinforcement) adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap peserta didik yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Prinsip balikan dan penguatan ini hendaknya diterapkan oleh guru dalampembelajarannya, karena mempunyai dampak positif bagi belajar peserta didik.

9) Perbedaan Individual Para peserta didik dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidak boleh disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing peserta didik mempunyai karakteristik, baik dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini menunjukan kemampuan minat serta kemampuan belajar mereka tidak sama. (Darsono, 2000 : 27)

2.2 Pembelajaran Geografi

Muriel Crosby menyatakan bahwa IPS diidentifikasi sebagai studi yang

memperhatikan pada bagaimana orang membangun kehidupan yang lebih baik

bagi dirinya dan anggota keluarganya, bagaimana orang memecahkan masalah-

masalah, bagaimana orang hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan

diubah oleh lingkungannya (Leonard S. Kenworthy, 1981:7).

12

Page 5: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat

baik dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Interaksi antar individu dalam

ruang lingkup lingkungan mulai dari keluarga, tetangga, rukun tetangga atau

rukun warga, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan dunia.

Karakteristik tujuan IPS menurut Bruce Joyce (Leonard S. Kenworthy, 1981 : 7)

memiliki tiga katagori yaitu :

1. Pendidikan kemanusiaan.

2. Pendidikan kewarganegaraan.

3. Pendidikan intelektual.

Pendidikan kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak

memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam kehidupannya.

Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan nilai. Salah satu materi

yang dapat diajarkan adalah lingkungan keluarga. Dalam materi lingkungan

keluarga,. ditanyakan kepada peserta didik mengenai pekerjaan apa yang

dilakukannya di keluarga dan mengapa melakukan pekerjaan tersebut. Peserta

didik mungkin akan menjawab dari pengalamannya sebagai anak yang paling

besar harus membimbing adik-adiknya. Ia melakukan hal tersebut karena

kelompokbulnya rasa tanggung jawab, misalnya.

Pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa peserta didik harus

dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan

masyarakat. Peserta didik memiliki kesadaran untuk meningkatkan prestasinya

sebagai bentuk tanggung jawab warga negara yang setia pada negara.

13

Page 6: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Pendidikan nilai dalam tujuan ini lebih ditekankan pada kewarganegaraan.

Ketika berbicara tentang lingkungan sekolah, maka peserta didik diminta untuk

belajar dengan baik. Mereka adalah generasi penerus yang akan menggantikan

generasi sekarang.

Sementara, Jack R. Fraenkel (1980 : 8-11) membagi tujuan IPS dalam

empat kategori yaitu :

1. Pengetahuan

2. Keterampilan

3. Sikap

4. Nilai

Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah

informasi dan ide-ide. Tujuan pengetahuan ini membantu peserta didik untuk

belajar lebih banyak tentang dirinya, fisiknya dan dunia sosial. Misalnya, peserta

didik dikenalkan dengan konsep apa yang disebut dengan lingkungan alam,

lingkungan buatan, keluarga, tetangga, dan lain-lain.

Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu

sehingga digunakan pengetahuan yang diperolehnya. Beberapa keterampilan yang

terdapat dalam IPS adalah :

a. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan,

mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat

generalisasi, memprediksi, membandingkan dan mengkontraskan, dan

melahirkan ide-ide baru.

14

Page 7: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

b. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah, menulis,

berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi media peta,

membuat garis besar, membuat grafik dan membuat catatan.

c. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan suatu

hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan

masalah, menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik

kesimpulan, menerima, menolak atau memodifikasi hipotesis dengan

tepat.

d. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan

kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-

verbal yang disampaikanoleh orang lain, merespon dalam cara-cara

menolong masalah yang lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan

orang lain, dan mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat. “Sikap

adalah kemahiran mengembangkan dan menerima keyakinan-keyakinan,

ketertarikan, pandangan-pandangan, dan kecenderungan- kecenderungan

tertentu”. (Jack R. Fraenkel 1980 : 11)

Sedangkan nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang

mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang

tepat. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah

Menengah Pertama(SMP). IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata

pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui

mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara

15

Page 8: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta

damai.

Pada masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Pada Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah tercantum : Mata pelajaran IPS disusun

secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju

kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan

pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang

lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

Kemanusiaan

16

Page 9: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global. (Permendiknas RI. No. 22 tahun 2006).

Mengajarkan penggunaan media peta adalah salah satu langkah tentatif

pencapaian target pembelajaran. Hal ini mengacu pada standar kompetensi dasar

pada semester II di kelas VII, poin 4, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menyatakan bahwa peserta didik

diharapkan mampu :

1) Menggunakan media peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan

informasi keruangan.

2) Membuat sketsa dan media peta wilayah yang menggambarkan

objek geografi Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk

3) Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan

hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan.

Standar kompetensi peserta didik akan meningkat dan akan mampu

melampaui Kriteria Ketuntasan Minimum ketika mereka diajarkan ilmu yang

mempelajari tentang masalah permedia petaan meliputi pembuatan media peta

sampai reproduksi media peta media peta, pembacaan media peta, penggunaan

media peta, penafsiran media peta dan analisis media peta adalah kartografi

(Juhadi dan Dewi Liesnoor, 2001:1).

Pengetahuan media peta baik media peta mental (Mental Map) maupun

media peta secara fisik merupakan tuntutan untuk mengetahui keadaan lingkungan

17

Page 10: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

sekeliling kita dan hanya dapat kita manfaatkan kalau kita dapat memperoleh

ukuran yang akurat (Maruli, 1995:1).

Pembelajaran geografi yang dimaksud adalah geografi yang diajarkan di

tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah, dimana penjabaran konsep-konsep,

pokok bahasan dan sub pokok bahasannya harus disesuaikan dengan tingkat

perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan yang bersangkutan,

(Sumaatmadja 1997: 9).

Menurut Sumaatmadja (1997: 12) ruang lingkup pengajaran geografi ada

empat macam yaitu:

a. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia

b. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya.

c. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang

memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan

bumi.

d. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan darat, laut dan udara.

Sementara itu menurut Biddle dalam Suharyono (1994: 23) konsep-konsep

dasar yang menggambarkan disiplin geografi meliputi:

a. adanya lokasi fenomena pada ruang dan waktu tertentu;

b. yang melalui observasi akan menghasilkan fakta geografi;

c. yang dapat digambarkan pada peta untuk menunjukkan adanya

persebaran keruangannya;

d. yang pada skala tertentu akan dapat diperoleh konsep atau pengertian

asosiasi keruangan mupun interaksi keruangan;

18

Page 11: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

e. yang dengan demikian akan membantu pemahaman adanya hubungan

manusia dengan alam dan juga adanya interaksi kewilayahan, dan

diferensiasi kewilayahan.

Menurut Sumaatmadja (1997: 32) tujuan kurikuler dari pembelajaran

geografi adalah:

a. Membekali peserta didik dengan pengetahuan yang berguna.

Pengetahuan geografi yang berguna disini adalah pengetahuan yang

meliputi aspek teoretis dan aspek praktis yang mampu mengembangkan

dasar mental dan kemampuan mental peserta didik sabagai individu.

b. Mengembangkan saling pengertian yang lebih baik Konsep pengertian

yang dimaksudkan disini berkenaan dengan segala hal tentang

kehidupan di permukaan bumi.

c. Memberikan sumbangan terhadap pendidikan umum. Pendidikan umum

pada butir tujuan kurikuler ini adalah proses pendidikan yang

menanamkan, membina, dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan

pada diri peserta didik.

2.3 Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

2.3.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar terutama

belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. “Dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar tentunya banyak faktor yang

mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar. Faktor-faktor

19

Page 12: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

yang dapat memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran dibedakan menjadi

dua yaitu faktor pertama adalah internal (individual) yang meliputi faktor

kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi, dan; faktor yang

kedua adalah faktor sosial yang meliputi keluarga / masyarakat maupun

lingkungan sekolah yang diantaranya adalah guru dan lembaga pendidikan, alat-

alat yang diperlukan dan dipergunakan dalam mengajar serta motivasi social”.

(Gino 1993: 31).

Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar

dan aktivitas belajar. Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang

ada di sekitar individu, sedangkan mengajar adalah suatu kegiatan yang mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi

proses belajar. Proses pembelajaran merupakan proses yang melibatkan guru

dengan semua komponennya yaitu tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian.

Jadi dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu sistem yang saling

terkait dan saling ketergantungan antara komponennya di dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang

yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman

dan latihan. Pengertian lain dari belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto 2003:2). Aktivitas mengajar menyangkut peranan

seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi

20

Page 13: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

harmonis antara pengajar itu sendiri dengan peserta didik. Suatu pengajaran akan

berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah diri peserta didik

dalam arti luas menumbuh kembangkan keadaan peserta didik untuk belajar

sehingga dari pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia mengikuti

proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung. Ciri-ciri dari

pembelajaran dalam bukunya Darsono (2003: 25) antara lain :

a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis;

b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik

dalam belajar;

c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik dan

menantang bagi peserta didik;

d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu mengajar yang tepat dan

menarik;

e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi peserta didik;

f. Pembelajaran dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran baik

secara fisik maupun psikologis.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

sengaja. Tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik agar memperoleh

berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud

meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai

pengendali sikap dan perilaku peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan guru dengan semua

21

Page 14: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

komponen tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. “Jadi proses

pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya

didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran secara umum dapat

diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,

sehingga tingkah laku peserta didik berubah kearah yang lebih baik”. (Darsono,

2000 : 24).

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang bekerja

sebagai sebuah kelompok untuk menyelesaikan sebuah masalah menyelesaikan

suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran

dimana pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah berfokus pada

penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. “Pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan

interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di

masyarakat”. (Nurhadi 2004 : 112).

Setiap manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta

harapan masa depan yang berbeda- beda. Karena perbedaan itulah, manusia dapat

saling asah, asih dan asuh. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi

yang saling asah, asih dan asuh sehingga terciptalah masyarakat belajar (learning

community). Peserta didik tidak hanya belajar dari guru, namun juga dari sesama

teman.

22

Page 15: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Unsur- unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Peserta didik dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka

hidup sepenanggungan bersama.

2) Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3) Peserta didik harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

4) Peserta didik harus membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama

diantara anggota kelompoknya.

5) Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau

penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota

kelompok.

6) Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7) Peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen- elemen yang saling terkait. Nurhadi (2004:112) menyatakan elemen-

elemen pembelajaran kooperatif antara lain sebagi berikut:

1) Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran koperatif guru

menciptakan suasana yang mendorong agar peserta didik merasa saling

membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan ini yang

dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan

23

Page 16: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b)

saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan

bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling

ketergantungan hadiah.

2) Interaksi tatap muka yang akan memaksa peserta didik saling tatap

muka dalam kelompok, sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak

hanya dilakukan dengan guru tetapi juga dengan sesamanya.

3) Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan

wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk

mengetahui penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran secara

individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan

oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui

siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas

rata- rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota

kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok.

Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata- rata penguasaan semua

anggota kelompok secara individual ini yang diamaksud dengan

akuntabilitas individual.

4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi, keterampilan sosial

seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide

bukan mengkritik teman, berani mempertahankn pikiran logis, tidak

mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang

bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal

24

Page 17: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

Peserta didik yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi akan

memperoleh teguran dari guru dan juga dari sesama peserta didik.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong

peserta didik bekerja sebagai sebuah kelompok untuk menyelesaikan sebuah

masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

pembelajaran yang mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri

pengetahuannya melalui keterampilan proses. Peserta didik belajar dalam

kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas

kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu dalam memahami

suatu bahan ajar.

Agar peserta didik dapat bekerja sama dengan baik di dalam, mereka perlu

diajari keterampilan- keterampilan kooperatif sebagai berikut:

1) Berada dalam Tugas

Peserta didik tetap berada dalam kerja kelompok, menyelesaikan tugas

yang menjadi tanggungjawabnya sampai selesai dan bekerja sama dalam

kelompok sesuai dengan kesepakatan kelompok, ada kedisiplinan

individu dalam kelompok. Dengan melatih kedisiplinan tersebut, peserta

didik akan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang tepat dengan

ketelitian yang baik.

2) Membagi Giliran dan Tugas

25

Page 18: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Peserta didik bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan

tugas. Keterampilan ini penting karena kegiatan akan selesai pada

waktunya dan kelompok akan lebih bangga terhadap peningkatan

efektivitas dalam mempersiapkan tugas- tugas yang diemban.

3) Mendorong Partisipasi

Peserta didik memotivasi teman sekelompok untuk memberikan

kontribusi terhadap tugas kelompok. Hal ini penting karena anggota

kelompok akan merasa bahwa mereka amat dibutuhkan, dan mereka juga

merasa dihargai yang selanjutnya akan menumbuhkan rasa percaya diri.

4) Mendengarkan dengan Aktif

Peserta didik mendengarkan dan menyerap informasi yang disampaikan

teman dan menghargai pendapat dari teman. Keterampilan ini penting

sebab mendengarkan secara aktif berarti memberikan perhatian kepada

yang sedang berbicara, sehingga anggota kelompok yang menjadi

pembicara akan merasa senang dan akan menambah motivasi belajar

bagi dirinya sendiri dan bagi yang lain.

5) Bertanya

Keterampilan bertanya yang dimaksud adalah peserta didik menanyakan

informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok, jika tidak

ada pemecahan maka tiap anggota kelompok wajib mencari pustaka

yang mendukung, jika tetap tidak terselesaikan baru bertanya kepada

guru. (Nurhadi 2004:35).

26

Page 19: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Dalam buku Nurhadi (2004:116) juga dijelaskan tentang beberapa

keuntungan pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

2) Memungkinkan para peserta didik saling belajar mengenai sikap,

keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan- pandangan.

3) Memudahkan peserta didik melakukan penyesuaian sosial.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai- nilai sosial dan

komitmen.

5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atu egois.

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari

berbagai perspektif

10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan

lebih baik.

11) Meningkatkn kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama,

dan orientasi tugas.

Menurut Nurhadi (2003:67), terdapat beberapa peran dalam pembelajaran

kooperatif yaitu:

27

Page 20: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

1) Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang

perlu diperhatikan oleh guru, yaitu tujuan akademik dan tujuan

keterampilan bekerja sama. Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan

taraf perkembangan peserta didik dan analisis tugas atau analisis konsep.

Sedangkan tujuan keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan

memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola

konflik.

2) Menentukan jumlah anggota kelompok belajar. Jumlah anggota dalam

tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6

peserta didik. Ada 3 faktor yang menentukan jumlah anggota tiap

kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (a) taraf kemampuan

peserta didik, (b) ketersediaan bahan, (c) ketersediaan waktu.

3) Menentukan tempat duduk peserta didik. Tempat duduk peserta didik

hendaknya disusun agar tiap anggota kelompok dapat saling bertatap

muka tetapi terpisah antara kelompok yang satu dengan kelompok yang

lainnya.

4) Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif.

Cara menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan

pembelajaran dapat menentukan tidak hanya efektivitas pencapaian

tujuan belajar tetapi juga meningkatkan saling ketergantungan antar

sesama peserta didik.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di

28

Page 21: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri

dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang

tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai

bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie, (1994) dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa

model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar

kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk

itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1. Saling Ketergantungan Positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas

sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya

sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab Perseorangan.

29

Page 22: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

Cooperative Learning, setiap peserta didik akan merasa bertanggung jawab untuk

melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran

Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa

sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung

jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap Muka.

Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan

memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan

semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi Antar Anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga

bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan

berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses

ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk

memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan

emosional para peserta didik.

30

Page 23: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

5. Evaluasi Proses Kelompok.

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi

proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja

sama dengan lebih efektif.

Jadi, tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok

konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu

diorientasikan pada kegagalan orang lain. Dilain pihak, tujuan dari pembelajaran

kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan

atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Selanjutnya,

Ibrahim, et al. (2000), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

1. Hasil Belajar Akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas-tugas akademis penting lainnya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu peserta

didik memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai peserta didik pada belajar akademik dan perubahan norma

yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi

keuntungan baik pada peserta didik di kelompok bawah maupun di kelompok atas

yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

31

Page 24: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

2. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta

didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling

bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan

kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada

peserta didik keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial, penting dimiliki oleh peserta didik sebab saat ini banyak anak

muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

2.3.2 Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif model struktural adalah Teknik

pengajaran Jigsaw kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan

teman-teman di Universitas Texas, pada tahun 1946, dan kemudian diadaptasi

oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik

mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative

Learning.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman peserta

didik dan membantu peserta didik mengaktifkannya, ini agar bahan pelajaran

menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama

32

Page 25: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa

anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian

materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya (Arends, 1997).

Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana peserta didik

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan

bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas

ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan

materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik

tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang

lain. Dengan demikian, “peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan

harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”

(Lie, A., 1994).

Para anggota dari masing-masing kelompok yang berbeda dengan topik

yang sama bertemu untuk diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama

lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian

peserta didik-peserta didik itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan

33

Page 26: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari

sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal

dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk peserta didik yang

beranggotakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang

keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.

Kelompok ahli yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok

asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik

tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai

berikut (Arends, 1997) :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 2.1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

34

Page 27: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap

kelompok terdiri dari empat sampai dengan enam peserta didik dengan

kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah

anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi

pelajaran yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap peserta

didik diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran

tersebut. Semua peserta didik dengan materi pembelajaran yang sama

belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli

(Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, peserta didik

mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, dan menyusun

rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke

kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw

(gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 peserta didik dan materi

pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya

terdiri dari lima bagian materi pembelajaran, maka dari 40 peserta didik

akan terdapat limakelompok ahli yang beranggotakan delapan peserta

didik dan delapankelompok asal yang terdiri dari lima peserta didik. Setiap

anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan

informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru

memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli

maupun kelompok asal.

35

Page 28: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Gambar 2.2. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw (Arends, 1997)

Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok

asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau

dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi

kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi

pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Guru memberikan kuis untuk peserta didik secara individual.

Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor

dasar ke skor kuis berikutnya.

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian

materi pembelajaran.

2.4 Media Peta

2.4.1 Pengertian Peta

Metoda yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran hendaknya

didukung pula oleh media pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan media

yang tidak tepat akan menjadikan terhambat sebuah proses belajar mengajar.

36

Page 29: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Upaya yang dilakukan seorang guru sebagai seorang pembimbing terhadap

peserta didik alam proses pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran

hendaklah memperhatikan manfaat dari peranan media pembelajaran sebagai alat

bantu proses belajar mengajar.

Oleh karena “Media adalah perantara atau pengantar dari pengirim kepada

penerima (Sadiman, 1990:6)”, maka media pembelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar akan sangat membantu mereka dalam memahami materi pelajaran yang

tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa ujar.

Jenis ragam Media Pengajaran terbagi atas:

(1). Media Pengajaran Umum berujud Audio Visual Aids (AVA) yaitu alat

dengan pandang dan Media Kegiatan,

(2). Media Pengajaran menurut sifatnya ada yang sifatnya sederhana seperti

boneka, tanah liat dan lain-lain, ada yang berujud lensa (proyektor) dan

ada yang berujud elektronik (OHP), dan

(3). Media Pengajaran menurut segi sumber yaitu lingkungan alam, lembaga

kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, kegatan kehidupan, museum

atau laboratorium, media masa, pengalaman guru atau peserta didik dan

tokoh-tokoh (Sadiman, 1990)

Pembelajaran mata pelajaran Geografi khususnya terkait dengan letak suatu

tempat akan lebih mudah dipahami dan diingat melalui media visual. Oleh

karenanya media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar geografi

banyak sekali seperti media papan tulis, media peta, media slide, media proyektor,

media film, media kliping/album dan lain-lain.

37

Page 30: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

Peta mempunyai pengertian gambar permukaan bumi atau sebagian dari

bumi secara langsung atau tidak mengungkapkan sangat banyak informasi, seperti

lokasi suatu daerah, mengenai luasnya, bentuknya, penyebaran penduduknya,

daratan perairan, iklim, sumber ekonomi serta hubungannya satu dengan yang lain

(Hamzah, 1981 :57).

2.4.2 Jenis Peta

Adapun jenis peta yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar

dalam mata pelajaran geografi antara lain:

1. Peta Bagan

Peta bagan isinya data-data sederhana yang menggambarkan garis besar

informasi dari daerah yang bersangkutan

2. Peta Kota

Peta kabupaten/kota menunjukkan tata letak kabupaten/kota tersebut di

sebuah propinsi

3. Peta Model

Peta model isinya bukit-bukit, lembah-lembah, danau, kawah, sungai,

jalan perhubungan, stratigrafi daerah, garis propil daerah, simbul

bantuan dan sebagainya.

2.4.3 Komponen Peta

Agar media Peta mudah ditangkap maknanya oleh peserta didik dalam

proses pembelajaran; peta harus memuat komponen-komponen di bawah ini,

yaitu:

1. Judul peta

38

Page 31: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

2. Bagian dunia (daerah mana)

3. Skala angka

4. Proyeksi peta (graid)

5. Simbol

6. Tata warna

7. Lattering

8. Legenda (keterangan gambar)

9. Sumber data

10. Tahun penerbitan

2.4.4 Cara Perawatan Peta

4.4.1. Peta Dinding yang Digulung

1. Peta dinding dilengkapi dengan kayu roll penggulung untuk menggulung

peta, cara menggulung dari bawah.

2. Tali-tali pengikat pada ujung roll bagian atas.

3. Setelah peta dipakai, digulung dengan roll bawah-bawah secara rata

sampai bertemu roll atas.

4. Kedua roll yang sudah bertemu diikat tali dengan baik

5. Dalam membuka peta harus hati-hati dan teratur, buka terlebih dulu tali-

talinya baru kemudian dibuka roll bawah dengan tetap dipegang sampai

peta betul-betul terbuka, jangan dilepas begitu saja agar tidak cepat rusak

atau putus.

6. Letakkan peta yang telah diikat pada roll peta secara horisontal atau

secara vertikal pada alamari peta.

39

Page 32: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

7. Hindarkan peta dari sinar matahari secara langsung.

8. Hindarkan dari kotoran atau kebocoran.

4.4.2. Peta Dinding yang Tidak Digulung

1. Simpan peta secara tergantung

2. Tutuplah peta dengan kertas transparan atau plastik putih sehingga peta

dapat dibaca tanpa membuka penutupnya.

4.4.3. Peta Lembaran yang Tidak Digulung

1. Diletakkan di almari peta secara horizontal supaya tidak terlipat

2. Penyusunan peta menurut abjad huruf pertama A (Alfabetikal)

3. Diletakkan paling depan, agar mudah mencarinya

4. Judul diletakkan diatas supaya mudah terbaca

4.4.4. Peta Lembaran yang Digulung

1. Gulung peta dari bawah ke atas sehingga pada waktu peta dibuka judul

segera terbaca/dikenal.

2. Peta yang sudah digulung dimasukkan dalam tabung yang dibuat dari

karton atau seng.

3. Peta yang sudah dimasukkan tabung disimpan di almari peta yang

kemudian dikunci

4.4.5. Peta Lembaran yang Dilipat

1. Dilipat secara horizontal kemudian secara vertikal, sehingga judul peta

tetap ada di luar agar mudah dibaca.

2. Setelah dilipat dimasukkan ke kantong peta.

3. Kantong peta dimasukkan ke almari peta

40

Page 33: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

4. Almari dikunci agar terhindar dari tikus, renget, air atau sinar matahari

maupun angin.

2.4.5 Pemanfaatan Peta

Menurut Suwarno (1980:3) manfaat peta dalam proses belajar mengajar

sebagai berikut :

1. Sebagai alat peraga dalam proses belajar mengajar, maksudnya peta

berguna sebagai alat bantu dalam pelajaran sejarah, geografi, ekonomi

dan sebagainya

2. Sebagai “Sumber belajar” buku peta dapat dibaca sepanjang simbulnya

dapat dimengerti

3. Dari peta dapat untuk menggali ilmu pengetahuan atau dapat mengerti

latar belakang potensi daerah yang dipetakan dengan cara

menganalisanya.

4. Dari peta dapat dipelajari bagaimana membuat peta atau prinsip-prinsip

apa yang harus ditempuh untuk membuat peta.

Menurut Hanay dan Ullmer (1978:14) fungsi media untuk :

a. Penyajian informasi

b. Sosialisasi peserta didik, sekolah ataupun pelajaran dan bahan pelajaran

c. Mobilisasi atau dinamisasi

d. Media komunikasi yang kuat dan fleksibel

e. Memantapkan hasil dan kualitas belajar

f. Menggiatkan hubungan sosial dan suasana belajar

g. Menyajikan pengalaman belajar yang aneka macam

41

Page 34: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

h. Fungsionalisasi indra

i. Menuntut ke arah independent study

Media umum mampu menjadi suatu media pembelajaran tetapi belum tentu

berfungsi sebagai media dalam pembelajaran secara efektif kalau tidak

difungsikan atau dihidupkan.

Sejumlah syarat agar media pembelajaran mampu berfungsi sebagai media

pembelajaran yang efektif, menurut Kohlberg, Rath dan Metcalf, Elizabeth Flyn

yang dikutip oleh W. Suwarno (1980 : 3) adalah :

a. Sesuai dengan latar belakang, yaitu :

1. Kehidupan riil sehari-hari (every day living)

2. Sistem budaya yang ada (cultural system)

3. Kenyataan kehidupan politik (political reality)

b. Sesuai dengan kondisi, yaitu :

1. Menurut nilai/isyu yang berlawanan (conflicting issues) dengan target nilai

yang dimaksudkan

2. Merangsang dan mengundang segi emosional peserta didik sehingga

terpanggil untuk terlibat didalamnya

3. Disampaikan dalam bahasa sederhana yang dipahami peserta didik/tidak

dalam bahasa ilmiah (Modul metode dan Media pengajaran IPS, 1982 : 42

dalam VCT dan GAMES)

c. Secara wujud dapat berupa :

1. Benda materiil yang memenuhi syarat sub a dan b dapat berfungsi efektif

jika dilengkapi dengan komentar lisan/tulisan

42

Page 35: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

2. Simulasi kehidupan riil atau lingkungan

3. Verbal; antara lain, contoh penggalan cerita sejarah atau realita atau fiktif

atau pengalaman

4. Ujud Pshyognomy (facial analysis)

5. Gambar-gambar tertentu

6. Simbol atau uniform

d. Secara penggunaan dapat digunakan secara :

1. Individual setiap peserta didik

2. Kelompok atau klasikal

Eunice John dan Dorothy MC. C. Fraser (1963) mengemukakan beberapa

jenis keterampilan (skills) yang patut didukung oleh media kegiatan, misalnya:

a. Locating information (mencari informasi)

b. Mengorganisir informasi

c. Mengevaluasi informasi

d. Mengaplikasi informasi, problem solving and critical uninking skills

e. Menerima informasi melalui membaca, mendengar dan melihat

f. Berkomunikasi secara lisan atau tertulis

g. Menginterpretasikan bagan, gambar, grafik, peta dan lain-lain

h. Menghayati dan menghargai waktu dan keadaan

2.5 Hasil Belajar Peserta didik

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yag diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar (Ani 2006: 5). Perolehan aspek-aspek

perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta

43

Page 36: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

didik. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang

konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan

konsep.

Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh

pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan

pembelajaran (Ani 2006:5). Benyamin Bloom dalam Gino (1993: 19) membagi

hasil belajar menjaadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga

ranah ini menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar kognitif diukur pada

awal dan akhir pembelajaran, sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotorik

diukur pada saat proses pembelajaran.

Menurut Gino (1993: 30) hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri peserta didik. Faktor ini

terdiri dari dua aspek: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) misalnya kondisi

fisik sakit- sakitan. Dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) misalnya

kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan emosi.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal luar yang dapat mempengaruhi

hasil belajar peserta didik, antara lain kondisi lingkungan di sekitar peserta didik

yang meliputi lingkungan sosial dan non sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti

guru, dan teman- teman sekolahnya. Sedangkan faktor lingkungan non sosial

misalnya gedung sekolah, tempat tinggal dan waktu belajar yang digunakan

belajar. Karena faktor- faktor tersebut di atas, maka hasil belajar masing- masing

44

Page 37: Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-mata-pelajaran-geografi-peserta-d

peserta didik berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang

lainnya.

45