Upload
vukhue
View
236
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG BANGUN DATAR SISWA KELAS V SD N WINONG
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SITI AMINAH
X7210131
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Siti Aminah
NIM : X7210131
Jurusan/Program Studi : Ilmu Pendidikan/PGSD
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN MEDIA
TANGRAM DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG BANGUN DATAR SISWA KELAS V SD N WINONG TAHUN
AJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain
itu, informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebut dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, September 2012
Yang memberi pernyataan
Siti Aminah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKATENTANG BANGUN DATAR
SISWA KELAS V SD N WINONG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
SITI AMINAH
X7210131
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM DALAM PENINGKATAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR
SISWA KELAS V SD N WINONG TAHUN AJARAN 2011/2012.
Yang disusun oleh:
Nama : SITI AMINAH
NIM : X7210131
Program Studi : S1 PGSD
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Sebelas Maret
Telah mendapat persetujuan oleh Tim Pembimbing Skripsi FKIP UNS Surakarta.
Hari : Senin
Tanggal : 16 Juli 2012
Surakarta, Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Penggunaan Media Tangram dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika
tentang Bangun Datar Siswa Kelas V SD N Winong Tahun Ajaran 2011/2012.
Yang disusun oleh:
Nama : Siti Aminah
NIM : X7210131
telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 27 September 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Ketua : Drs. Imam Suyanto, M.Pd
Sekretaris : Kartika Chrysti Suryandari, M.Si
Anggota I : Drs. Wahyudi, M.Pd
Anggota II: Drs. Ngatman, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Siti Aminah. PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM DALAM
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BANGUN
DATAR SISWA KELAS V SD N WINONG TAHUN AJARAN 2011/2012.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, September 2012.
Tujuan penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan penggunaan media
tangram dalam peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa
kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012 dan (2) mendeskripsikan kendala
dan solusi media tangram dalam peningkatan hasil belajar matematika tentang
bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012
Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siswa yang diteliti
adalah siswa kelas V SD Negeri Winong yang berjumlah 28 anak. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing–masing siklus terdiri dari 3 pertemuan.
Setiap siklus, terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi,
wawancara, dokumentasi dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi
sumber, teknik dan waktu. Teknik analisis yang digunakan dalam PTK adalah
teknik analisis deskriptif kualitataif.
Hasil penelitian adalah penggunaan media tangram meningkat hasil belajar
85,7% sesuai dengan sesuai skenario pembelajaran yaitu dari (1) persiapan, (2)
pengenalan media tangram, (3) pembuatan media tangram, (4) penggunaan media
tangram sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan (5) penyimpulan dan evaluasi.
Kedala dan solusi dalam penelitian ini adalah: (1) siswa yang kurang aktif dalam
berpendapat solusinya guru berusaha memberi pertanyaan-pertanyaan, (2) siswa
kesulitan untuk memahami petunjuk LKS solusinya guru membimbing dan selalu
mengingatkan siswa untuk bekerja secara teliti dan urut berdasarkan petunjuk
LKS, (3) siswa yang belum terampil dalam membuat solusinya tangram perlu
latihan terus menerus, (4) ukuran tangram yang menyulitkan siswa saat
menggambar dirubah menjadi 12cm X 12cm, (5) siswa yang belum terampil
dalam menggunakan tangram perlu latihan terus menerus, (6) siswa yang belum
percaya diri saat demontrasi klasikal diberi motovasi dan perlu latihan terus
menerus supaya terbiasa, dan (7) siswa yang kurang aktif saat diskusi kelompok
selalu diingatkan dengan memberikan motivasi yang bervariasi.
Kata kunci: media tangram, matematika, hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Siti Aminah. THE USING TANGRAM MEDIA TO INCREASE
RESULT LEARNING MATHEMATICS ABOUT FLATE SHAPE V GRADE
STUDENT AT STATE ELEMENTARY SCHOOL WINONG IN ACADEMIC
YEAR 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Faculty of Education and Teacher
Training Sebelas Maret University Surakarta, September 2012.
The aims of research of are, (1) to know use tangram media to increase
result learning mathematics about flate shape V grade student at state
elementary school Winong in academic year 2011/2012 and (2) to know the
problem and solution the using tangram media to increase result learning
mathematics about flate shape V grade student at state elementary school
Winong in academic year 2011/2012.
The researcher use of classroom action research the students who
studied are V grade students of elementary school. The number population are 28
students of Winong in this research. The researcher was conducted in three
cycles. Each cycle consists of three meeting. They are planning, implementation,
observation, and reflection. The equipment of collecting is observation sheet,
interview, documentation, and test. The data validity of the research instrument or
test use the technique of source triangulasi, technique and time. The data analysis
technique in classroom action research use qualitative data of descriptive
analisysis.
The conclusion of using tangram media can increasing result learning
85,7% with the teaching learning process comes from (1) preparation, (2) the
introduction of tangram media, (3) making tangram media, (4) how to applicate
the tangram media based on the aim of leraning, and (5) inverence and
evaluation. The problem and solution for teaching learning prosses in tangram
media is (1) for students who are less active in the opinion of researchers or
teachers try fishing with questions, (2) while students are difficult to understand
instructions and worksheets to guide teachers always remind students to work
closely and sort by clues worksheets, (3) students are not skilled in making
tangram need continuous training, (4) the size of Tangram is difficult to draw a
student at 12cmX12cm converted into, (5) students who are not skilled in using
tangram media need continuous training, (6) students are not confident when
demonstrations given classical motovasi and need constant practice to get used
to, and (7) students who are less active during the group discussions are always
reminded by providing a variety of motivations.
Key words: tangram media, mathematics, learning result
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Selalu pilih jalan yang nampak baik sesulit dan sekeras apapun jalan itu.
Kebiasaan akan membuat menjadi mudah dan ramah (Pythagoras)
Persahabatan adalah hal tersulit untuk dijelaskan di dunia ini. Dan, ini
bukan apa yang anda pelajari di sekolah. Tetapi, bila anda tidak pernah
belajar makna persahabatan anda benar-benar tidak belajar apa pun.
(Muhammmad Ali)
Aku aman bagimu
Aku menyenangkan bagimu
Aku manfaat bagimu (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk:
mama tercinta
Yang dengan tulus ikhlas mencurahkan cinta, kasih sayang, doa dan semua yang
dimiliki tuk kesuksesan dan kebahagiaan putrinya.
Terima kasih untuk semuanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
member ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG
BANGUN DATAR SISWA KELAS V SD N WINONG TAHUN AJARAN
2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesainya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
4. Koordinator Pelaksana PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Kampus VI Kebumen
5. Sekretaris Pelaksana S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Kampus VI Kebumen.
6. Drs. Wahyudi, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing,
mengarahkan mulai dari penyusunan proposal hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
7. Drs. Ngatman, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing,
mengarahkan mulai dari penyusunan proposal hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
8. Surip, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri Winong yang telah mengizinkan
pelaksanaan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Sapartini dan keluarga SD Negeri Winong yang telah banyak membantu
pelaksanaan penelitian.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu lancarnya proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini
masih terdapat banyak sekali kesalahan yang menjadikan skripsi ini jauh dari
sempurna. Meskipun demikian, harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, September 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………… ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 8
B. Kerangka Berpikir ............................................................... 49
C. Hipotesis Tindakan .............................................................. 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 50
B. Subjek Penelitian ................................................................ 52
D. Sumber Data ........................................................................ 52
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................... 53
F. Uji Validasi Data ................................................................. 58
G. Analisis Data ....................................................................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
H. Indikator Kinerja Penelitian ................................................. 61
I. Prosedur Penelitian ............................................................. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ......................................................... 67
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ............................... 68
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ....................... 152
D. Pembahasan ........................................................................ 158
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................ 163
B. Implikasi ............................................................................ 164
C. Saran .................................................................................. 165
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 166
LAMPIRAN – LAMPIRAN ...................................................................... 168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kurikulum Matematika SD kelas V Semester 2 ……………… 15
4.1 Pretes siklus I …………………………………………………. 67
4.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I Pertemuan 1…………………….. 71
4.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I Pertemuan 1……………………. 71
4.4 Hasil belajar siklus I Pertemuan 1……………………………. 73
4.5 Pelaksanaan Pembajaran Siklus I Pertemuan 1 ………………. 74
4.6 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus 1 Pertemuan 1 …….. 74
4.7 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I Pertemuan 2…………………….. 78
4.8 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I Pertemuan 2……………………. 79
4.9 Hasil belajar siklus I Pertemuan 2…………………………… 80
4.10 Pelaksanaan Pembajaran Siklus I Pertemuan 2 ……………… 81
4.11 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus 1 Pertemuan 2 …….. 82
4.12 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I Pertemuan 3…………………….. 86
4.13 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I Pertemuan 3……………………. 87
4.14 Hasil belajar siklus I Pertemuan 3…………………………… 88
4.15 Pelaksanaan Pembajaran Siklus I Pertemuan 3 ……………… 89
4.16 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus 1 Pertemuan 3 …….. 90
4.17 Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I ………………………………….. 92
4.18 Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I ………………………………….. 92
4.19 Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.. 96
4.20 Pretes siklus II ………………………………………………… 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
4.21 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II Pertemuan 1……………………. 101
4.22 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus II Pertemuan 1…………………… 101
4.23 Hasil belajar siklus II Pertemuan 1……………………………. 103
4.24 Pelaksanaan Pembajaran Siklus II Pertemuan 1 ……………… 103
4.25 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus II Pertemuan 1 …….. 104
4.26 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II Pertemuan 2……………………. 108
4.27 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus II Pertemuan 2…………………… 108
4.28 Hasil belajar siklus II Pertemuan 2…………………………… 110
4.29 Pelaksanaan Pembajaran Siklus II Pertemuan 2 ……………… 110
4.30 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus II Pertemuan 2 …….. 111
4.31 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II Pertemuan 3……………………. 115
4.32 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus II Pertemuan 3…………………… 116
4.33 Hasil belajar siklus II Pertemuan 3…………………………… 117
4.34 Pelaksanaan Pembajaran Siklus II Pertemuan 3 ……………… 117
4.35 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus II Pertemuan 3 …….. 118
4.36 Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II ………………………………….. 120
4.37 Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II ………………………………….. 121
4.38 Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II. 124
4.39 Pretes siklus III ……………………………………………… 126
4.40 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III Pertemuan 1…………………… 129
4.41 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus III Pertemuan 1…………………. 129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.42 Hasil belajar siklus III Pertemuan 1…………………………… 130
4.43 Pelaksanaan Pembajaran Siklus III Pertemuan 1 ……………. 131
4.44 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus III Pertemuan 1 ……. 132
4.45 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III Pertemuan 2…………………… 136
4.46 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus III Pertemuan 2………………….. 136
4.47 Hasil belajar siklus III Pertemuan 2…………………………… 137
4.48 Pelaksanaan Pembajaran Siklus III Pertemuan 2 ……………... 138
4.49 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus III Pertemuan 2 ……. 139
4.50 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III Pertemuan 3…………………… 142
4.51 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus III Pertemuan 3………………….. 143
4.52 Hasil belajar siklus III Pertemuan 3…………………………… 144
4.53 Pelaksanaan Pembajaran Siklus III Pertemuan 3 …………….. 145
4.54 Perbandingan Pretest dan Postest Siklus III Pertemuan 3 ……. 146
4.55 Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III ………………………………… 148
4.56 Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III ………………………………… 148
4.57 Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus
III ……………………………………………………………... 151
4.58 Hasil Analisis Antar Siklus Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Media Tangram bagi Guru ........................................................ 153
4.59 Hasil Analisis Antar Siklus Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Media Tangram bagi Siswa ....................................................... 154
4.60 Peningkatan Hasil Belajar Antar Siklus ……………………… 156
4.61 Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Media Tangram ………………………………………………. 168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model-Model Tangram menurut Pedoman
Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga atau Praktik
Sederhana Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah
Dasar Depdiknas (1996: 59) …………………………… 38
2.2 Pancagram A ..………………………………………….. 39
2.3 Pancagram B ……………………………………………. 40
2.4 Kerangka Berpikir Penelitian……………………………. 49
3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ……………………… 51
3.2 Indikator Kinerja Penelitian.............................................. 61
3.3 Skema tahap-tahap penelitian tindakan kelas menurut
Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2008 : 16) ……… 62
4.1 Diagram perbandingan pretes dan postes siklus I
pertemuan 1 ……………………………………………… 75
4.2 Diagram perbandingan pretes dan postes siklus I
pertemuan 2 ……………………………………………… 83
4.3 Diagram perbandingan pretes dan postes siklus I
pertemuan 3 ……………………………………………… 91
4.4 Diagram Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram Siklus I ………………………………………… 93
4.5 Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus I ……………………………. 95
4.6 Diagram perbandingan pretes dan postes siklus II
pertemuan 1 ……………………………………………… 105
4.7 Diagram perbandingan pretes dan postes siklus II
pertemuan 2 ……………………………………………… 112
4.8
Dagram perbandingan pretes dan postes siklus II
pertemuan 3 ……………………………………………… 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
4.9 Diagram Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram Siklus II ……………………………………….. 119
4.10
Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus II …………………………...................................... 124
4.11 Diagram perbandingan pretes dan postes siklus III
pertemuan 1 ……………………………………………... 133
4.12 Dagram perbandingan pretes dan postes siklus III
pertemuan 2 ……………………………………………… 140
4.13 Dagram perbandingan pretes dan postes siklus III
pertemuan 3 ……………………………………………… 147
4.14 Diagram Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram Siklus III ……………………………………… 149
4.15 Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus III ……………………………………………….. 151
4.16 Digram Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram …………………………………………………. 155
4.17 Diagram Peningkatan Hasil Belajar antar Siklus ………... 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus……………………………………………………..
2. Skenario Pembelajaran......…………………………………
3. Kisi-kisi Observasi……...………………………………….
4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara……...……………………..
5. Kisi-kisi Penilaian Hasil……………...……………………
6. Lembar observasi.…..……………………………………...
7. Pedoman wawancara…………………..………………….
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I…………….…
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……………...
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III……………
11. Rekap Observasi Guru dan Siswa Siklus I……………...…
12. Rekap Observasi Guru dan Siswa Siklus II……………….
13. Rekap Observasi Guru dan Siswa Siklus III……………...
14. Contoh Hasil Belajar Siswa Siklus I……...………………..
15. Contoh Hasil Belajar Siswa Siklus II……………...………
16. Contoh Hasil Belajar Siswa Siklus III……………...………
17. Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus I……………………….
18. Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus II...……………………
19. Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus III..……………………
20. Dokumensi Pelaksanaan Pembelajaran…..……………….
168
171
173
174
175
179
183
187
214
238
253
265
277
289
292
295
298
299
300
301
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
21. Surat Permohonan Izin Penelitian………………………….
22. Surat Keterangan Ijin Penelitian…………………………..
308
309
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan dirinya dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi
menuju ke arah yang lebih baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu
dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai. Pengembangan aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kecakapan hidup melalui seperangkat kompetensi, agar siswa
dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa
mendatang.Pendidikan erat sekali kaitannya dengan pendidik atau guru.
Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran, mampu
mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum.
Untuk membawa siswa mencapai tujuan itu, setiap guru perlu memiliki berbagai
kemampuan atau kualifikasi profesional. Guru yang professional harus mampu
melakukan tugas mendidik yaitu untuk mengembangkan kepribadian siswa dan
mengajar yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir, serta melatih yaitu
untuk mengembangkan keterampilan siswa. Pembelajaran diharapkan menjadi
suatu menyenangkan bukan suatu yang dianggap sulit dan membosankan,
sehingga pembelajaran akan mencapai hasil yang memuaskan. Guru merupakan
kunci dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru bertanggung jawab untuk
mengatur dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kelas. Memilih pendekatan, metode, media dan sarana
pendukung lainnya merupakan tanggung jawab guru.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika berorientasi
pada siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk
mengekploitasi lingkungan melalui pembelajaran. Di dalam kelaslah semua aspek
pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan semua kemampuannya, siswa
dengan semua latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
semuakomponennya, metode dengan semuapendekatannya, dan materi dengan
semua sumber belajar bertemu dan berinteraksi di dalam kelas.
Hasil belajar mata pelajaran matematika di SD N Winong kelas lima
masih rendah.Hal ini terbukti dari hasil tes yang diperoleh dari 28 siswa kelas V
hanya 8 siswa yang berhasil menguasai materi lebih dari 70% atau diatas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Pelajaran Matematika kelas V KKM yang
ditetapkan adalah 65. Berarti hanya ada 8 siswa atau 28% siswa dari jumlah
seluruh siswa yang mendapat nilai diatas KKM. Sementara 20 siswa atau 62%
siswa dari jumlah seluruh siswa kelas V di bawah KKM atau belum tuntas. Hal ini
berarti tingkat penguasaan materi masih rendah. Pembelajaran dikatakan
dikatakan berhasil jika 85% siswa sudah mendapat nilai diatas KKM.
Kegagalan ini diduga karena siswa terjebak dalam rutinitas, media
pembelajaran yang kurang, penilaian terfokus pada aspek kognitif (mengingat dan
menyebutkan) dan umumnya siswa tidak tahu makna atau fungsi dari hal yang
dipelajarinya. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa kurang
dilibatkan dalam proses belajar, pembelajaran cenderung berpusat dari guru dan
klasikal. Selain itu, siswa kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan
matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan
bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru. Akibatnya banyak
siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang
diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.
Siswa menganggap pelajaran matematika pelajaran yang sulit. Setelah
peneliti melakukan wawancara dengan guru dan melakukan observasi dalam
proses pembelajaran matematika peneliti menemukan beberapa kesimpulan. Guru
menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu guru yang aktif
menjelaskan sementara siswa mendengarkan. Dalam penyampaian materi
matematika guru hanya langsung memberi tahu cara mengerjakannya, sehingga
siswa tidak tahu dari mana konsep yang mendasarinya. Misalnya dalam konsep
luas, siswa hanya diberi tahu bahwa luas segi tiga adalah alas dikali tinggi dibagi
dua. Saat pembelajaran guru hanya menggunakan media papan tulis untuk
menerangkan materi. Selanjutnya siswa mengerjakan soal latihan. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pembelajaran ini siswa kurang realistik dan sistematik dalam berpikir. Hal
tersebut tidak sesuai dengan tujuan dan fungsi pembelajaran matematika serta
tahap perkembangan siswa sekolah dasar, sehingga siswa cepat lupa dengan
materi tersebut akibatnya hasil belajarnya tidak maksimal atau kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan belajar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model
matematika serta alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan. Adapun tujuan pembelajaran matematika di SD adalah
melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten.
Matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, oleh karena itu dalam
pembelajarannya memerlukan sesuatu yang konkret. Matematika merupakan
suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui penalaran
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam
matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Piaget (1988) mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual
yang dilalui anak yaitu: (1) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (2) tahap
operasional usia 2-6 tahun, (3) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun,
(4) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas (Asrori, 2009: 67-70).
Siswa Sekolah Dasar biasanya berusia 6-13 tahun sehingga usia siswa SD berada
pada tahap operasional kongkrit. Siswa yang berada pada tahap operasi konkret
memahami hukum kekekalan, tetapi ia belum bisa berpikir secara deduktif
sehingga pembuktian dalil-dalil matematika tidak akan dimengerti oleh mereka.
Pada usia ini anak interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orangtuanya
sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang,
mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang
kurang egosentris dan lebih obyektif.
Tingkatan perkembangan mental peserta didik menurut Bruner ada tiga
yaitu: (1) enactive merupakan proses yang sangat operasional yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menggunakan citra (bayangan) maupun kata-kata tetapi berlangsung dalam bentuk
tindakan(action) dan dapat diamati, (2) iconic yang nampak sudah lebih maju
dalam arti hal itu menggunakan bayangan atau imajinasi, meskipun belum
menggunakan bahasa, (3) symbolic merupakan proses proses yang lebih dari
tindakan dan imajinasi yakni dengan menggunakan bahasa(Nasution,1992: 78).
Sesuai dengan pendapat tersebut, siswa SD berada pada tahap enactive, sehingga
pembelajaran matematika harus secara langsung dengan sesuatu yang konkret.
Guru dalam memberi pengalaman langsung dengan membawa siswa ke objek
tersebut atau membawa objek tersebut kepada siswa. Objek tersebut
disederhanakan dalam bentuk media.
Media akan mempermudah siswa dalam pembelajaran, karena akan
menjembatani siswa dalam belajar dari sesuatu yang konkret ke abstrak. Guru
harus dapat menggunakan media pembelajaran secara tepat, karena akan
menentukan hasil belajar siswa. Sering guru kurang tepat dalam menggunakan
media pembelajaran sehingga hasil belajar kurang maksimal atau tidak sesuai
target.
Tangram adalah sebuah permainan dengan cara memindahkan
lempengan–lempengan berbentuk segitiga, segi empat, dan jajaran genjang untuk
membentuk suatu bangun yang menyerupai orang, binatang, rumah kapal dan
lain–lain. Tangram akan dapat meningkatkan apresiasi terhadap bangun datar dan
diharapkan mampu menumbuhkan rasa seni. Media tangram dalam pembelajaran
matematika berupa kumpulan beberapa bangun datar yang dapat membentuk
suatu bangun datar lain sehingga mudah untuk menjelaskan sifat-sifat yang
dimiliki bangun datar, konsep luas dan keliling bangun datar. Upaya penciptaan
dan pemeliharaan kelas yang memungkinkan peserta didik belajar secara efisien
memungkinkan peserta didik belajar lebih baik. Apabila guru dalam
menyampaikan pelajaran matematika kurang dipahami oleh siswa, maka
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika akan mengalami
kesulitan, sehingga menjadikan mata pelajaran matematika sulit dan menakutkan.
Oleh karena itu, perlu diadakan sebuah penelitian tentang pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
matematika dengan menggunakan media pembelajaran yang membantu
pemahaman siswa.
Dari masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).Arikuntadengan tegas mengatakan bahwa ide yang
dicobakan dalan penelitian tindakan kelas harus cemerlang dan guru sangat yakin
bahwa hasilnya akan lebih baik dari biasanya(Asrori, 2009). Penelitian Tindakan
Kelas merupakan cara bagi guru untuk menemukan apa yang terbaik dalam situasi
kelas sehingga keputusan tentang proses pembelajaran dapat diambil dengan
baik.Berdasarkan observasi dan wawancara, media tangram belum digunakan
dalam pembelajaran matematika di kelas V SD N Winong. Untuk itu, peneliti
bermaksud untuk menggunakan media tangram dalam pembelajaran matematika
tentang bangun datar. Peneliti berharap dengan mengunakan media tangram dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun datar.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk mengajukan
skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Tangram dalam Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Tentang Bangun Datar Siswa Kelas V SD N Winong Tahun
Ajaran 2011/2012”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas rumuskan masalah penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil
belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong
tahun ajaran 2011/2012?
2. Apa kendala dan solusi penggunaan media tangram dalam peningkatan
hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N
Winong tahun ajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang masalah di atas tujuan khusus penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil
belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong
tahun ajaran 2011/2012.
2. Mendeskripsikan kendala dan solusi media tangram dalam peningkatan
hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N
Winong tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan
Media Tangram dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun
Datar Siswa Kelas V SD N Winong Tahun Ajaran 2011/2012 adalah sebagai
berikut:
1. ManfaatTeoretis
Manfaat teoretis dari penelitian tindakan kelas diatas adalah untuk
meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD
N Winong, tahun ajaran 2011/2012 dengan menggunakan media tangram.
2. ManfaatPraktis
Manfaat praktis dari penelitian tindakan kelas yang berjudul
Penggunaan Media Tangram dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Tentang Bangun Datar Siswa Kelas V SD N Winong Tahun Ajaran 2011/2012
adalah sebagai berikut:
a. Bagi Guru
1) Membantu memperbaiki kinerja guru, khususnya dalam pembelajaran
Matematika di kelas.
2) Membantu guru untuk berkembang secara profesional sehingga
memahami anak didiknya lebih dekat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3) Meningkatkan rasa percaya diri sehinga tidak ragu–ragu dalam
mengambil tindakan.
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga prestasi belajar
anak meningkat.
2) Menumbuhkan sikap kritis pada anak dalam menerima pelajaran,
sehingga anak terlibat aktif secara fisik ataupun mental dalam proses
belajar mengajar.
c. Bagi Sekolah
1) Mengetahui tolak ukur tingkat kelulusan siswa di sekolah.
2) Membantu sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan
meningkatnya kemampuan guru dan pendidikan di sekolah.
d. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hal
meningkatkan pemahaman tentang penggunaan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Dalam penelitian yang berjudul Penggunaan Media Tangram dalam
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun Datar Siswa Kelas V SD
N Winong Tahun Ajaran 2011/2012 mempunyai dua variable. Penggunaan media
tangram sebagai variabel bebas dan peningkatan hasil belajar matematika tentang
bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012 sebagai
variabel terikat.
1. Peningkatan Hasil Belajar Matematika tentang Bangun Datar Siswa Kelas
V
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Di dalam kelaslah segalah aspek pembelajaran bertemu dan
berproses. Guru dengan segalah kemampuannya, siswa dengan segala latar
belakang dan potensinya, kurikulum dengan segalah komponennya, metode
dengan segalah pendekatannya, dan materi dengan segalah sumber belajar
bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Upaya penciptaan dan
pemeliharaan kelas yang memungkinkan peserta didik belajar secara efisien
memungkinkan peserta didik belajar lebih baik.
Menurut Arikuntokelas adalah sekelompok siswa yang pada waktu
yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang
sama(Padmono,1998: 3). Siswa di sini maksudnaya adalah mereka yang
duduk dibangku sekolah sebagai murid. Masing-masing siswa mempunyai
karakterristik yang berbeda-beda sesuai perkembangannya.
Perkembangan intelektual yang dilalui anak menurut Piaget
(1988)ada 4 tahapan yaitu: (1) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (2)
tahap operasional usia 2-6 tahun, (3) tahap opersional kongkrit usia 7-11
atau 12 tahun, (4) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas
(Asrori, 2009: 67-70).Siswa sekolah dasar biasanya berusia 6-12 tahun.
Pada usia ini menurut perkembangan psikososial pada usia enam sampai
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang
luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai
dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar
mereka tidak hanya terjadi di sekolah. Anak sekolah dasar merupakan
individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan
keberaniannya.
Sependapat dengan hal tersebut, Karso mendefinisikan bahwa
siswa yang berada pada tahap operasi konkret memahami hukum kekekalan,
tetapi ia belum bisa berpikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil
matematika tidak akan dimengerti oleh mereka.Stadium operasional konkret
(7 - 11 tahun) dapat digambarkan sebagai pada stadium berfikir
praoperasional(2009). Ciri berfikir anak yang operasional konkret kurang
egosentris. Kemampuan anak pada stadium ini juga mengadakan
konservasi. Anak sudah mampu mengerti operasi logisnya reversibilitas.
Namun ada juga kekurangannya dalam cara berfikir yang operasional
konkret. Anak mampu untuk melakukan aktifitas logis tertentu (operasi)
tetapi hanya dalam situasi yang konkret. Dengan kata lain bila anak
dihadapkan dengan suatu masalah (misalnya masalah klsifikasi) secara
verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkret maka ia belum mampu
untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Stadium operasional konkret
(7 - 11 tahun) dapat digambarkan sebagai menjadinya positif ciri-ciri yang
negatif pada stadium berfikir praoperasional.
Asrori (mengutip pendapatJean Piaget, 1988) menjelaskan anak
pada tahap praoperasional pada ini anak interaksinya dengan lingkungan,
termasuk dengan orangtuanya sudah semakin berkurang (2009: 50). Anak
sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan
pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih
obyektif dan mereka tidak lagi mengandalkan orang tuannya. Mereka sudah
belajar mandiri dan percaya diri.
Mengenai perubahan bentuk atau proses transformasi belajar dalam
Bruner menyatakan bahwa berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: (1) bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
enactive merupakan yang sangat operasional tidak menggunakan citra
(bayangan) tetapi dalam bentuk tindakan, (2) bentuk iconic merupakan yang
nampak lebih maju dalam penggunaan bayangan tetapi masih belum
menggunakan bahasa,(3) bentuk symbolik merupakan proses yang lebih dari
tindakan dan imajinasi yakni dengan menggunakan bahasa. Pada anak usia
sekolah dasar mereka masuk dalam bentuk enactive yaitu meneka belum
dapat menangkap suatu bayangan dan cara berpikir mereka belum kongkret
(Nasution,1992).
Mengenai kreativitasnya anak pada tahapan operasional konkret
menurut Asrori (mengutip pendapat Jean Piaget, 1988) sudah semakin
berkembang. Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangya
kreativitas itu adalah: (1) anak sudah mulai mampu menampilkan operasi-
operasi mental, (2) mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang
sederhana, (3) mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas
diri, (4) sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini dan masa
yang akan dating, (5) sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun
biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek konkret(2009: 69).
Beberapa sifat khas pada anak kelas tinggi (usia 9 – 12 tahun)
adalah sebagai berikut: (1) adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan yang praktis, (2) amat realistis ingin tahu dan ingin belajar, (3)
sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya setelah
umur 11 pada umumnya anak menghadapi tugas-tugas dengan bebas dan
berusaha menyelesaikannya sendiri, (4) pada masa ini anak memandang
nilai (angka raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai
prestasi prestasi sekolah, (5) anak-anak pada masa ini gemar membentuk
kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama(Nasution, 1992).
Hal di atas dapat diakaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti
yang menyatakan”Perkembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di
Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa berani berargumentasi dan mengajukan pertanyaan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pertanyaan, mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin mengetahui,
memiliki sifat jujur terhadap dirinya dan orang lain”(Anitah, 2008: 2.34).
Kelas tinggi biasanya berusia 10-11 tahun. Pada usia ini anak belum bisa
untuk membedakan antara hasil ciptaan mentalnya sendiri dengan hal-hal
yang nyata. Cara berpikir anak kelas tinggi ditandai dengan apa yang
disebut dengan realitas asumtif, yaitu anak melihat kenyataan berdasarkan
informasi terbatas dan tidak dipengaruhi informasi baru atau informasi
bertentangan.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelas V
SD usia 7-11 tahun termasuk dalam tahapan operasional konkret usia ini
menurut perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak
mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa
penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan
tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya
terjadi di sekolah. Siswa yang berada pada tahap operasi konkret memahami
hukum kekekalan, tetapi ia belum bisa berpikir secara deduktif sehingga
pembuktian dalil-dalil matematika tidak akan dimengerti oleh mereka. Pada
masa ini cara berfikir anak masih konkret belum bisa berfikir secara abtrak.
Pada usia ini anak belum bisa untuk membedakan antara hasil ciptaan
mentalnya sendiri dengan hal-hal yang nyata. Cara berpikir anak kelas
tinggi ditandai dengan apa yang disebut dengan realitas asumtif, yaitu anak
melihat kenyataan berdasarkan informasi terbatas dan tidak dipengaruhi
informasi baru atau informasi bertentangan.
b. Konsep Matematika tentang Bangun Datar
1) Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau
“manthenein” artinya pembelajaran. Matematika menurut Ruseffendi
(mengutip simpulan James dan James)adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling
berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa objek langsung belajar matematika itu pada
hakikatnya merupakan penanaman penalaran dan pembinaan
keterampilan dari konsep yaitu, ide-ide atau gagasan-gagasan yang
tebentuk dari sifat-sifat yang sama (1992: 27).
Tentang matematika Johnson dan Rising (1972) menyatakan
bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian yang logika, matematika adalah bahasa, bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai arti dari pada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau
teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu
tentang pola keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu
seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan keharmonisannya
(Karso, 2009: 1.39).
Menurut kurikulum KTSP tahun 2006, matematika merupakan
suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai
akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga
keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dari beberapa pengertian matematika diatas dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah sebagai ilmu yang memiliki objek dasar yang
berupa fakta, operasi dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang
menjadi objek–objek lain, misalnya pola–pola, struktur-struktur dalam
matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam
matematika adalah deduktif (dari pernyataan yang bersifat umum
menjadi pernyataan yang bersifat khusus). Matematika adalah adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-
konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan pembelajaran matematika SD dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yaitu agar peserta didik mempunyai
kemampuan sebagai berikut:(a) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemahaman
masalah, (b) menggunakan penalaran pada pola dan sikap, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika, (c) memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang
diperoleh, (d) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.Dari tujuan
pembelajaran matematika di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran matematika di SD adalah untuk memahami konsep
matematika dengan menggunakan cara berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif, dan konsisten dalam setiap memecahkan masalah yang ada
dalam kehidupan sehari-hari.
3) Fungsi Pembelajaran Matematika di SD
Menurut KTSP SD 2006 matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat komunikasi melalui simbol,
tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan. Matematika
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
a) Pembelajaran matematika dilaksanakan berjenjang,
(1) Dimulai dari konsep sederhana bergerak menuju konsep yang
lebih sukar.
(2) Berawal dari hal yang kongkret bergerak ke semi konkret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
beralih dari semi abstrak dan berakhir pada abstrak.
b) Pembelajaran matematika mengikuti model spiral
(1) Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkannya pada
konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini merupakan prinsip
belajar bermakna atau belajar dengan pemahaman.
(2) Konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep
sebelumnya.
(3) Pembelajaran matematika menekankan pola deduktif yaitu
memahami konsep melalui suatu pemahaman definisi umum
kemudian ke contoh-contoh. Sebaliknya di Sekolah Dasar
ditempuh pola pendekatan induktif yaitu mengenai konsep
melalui contoh-contoh. Hal ini dikarenakan alasan psikologis
yaitu anak sekolah dasar masih berada pada tahap berfikir
konkret.
c) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsisten yaitu
suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan
sebelumnya yang dianggap sudah benar.
4) Kurikulum Matematika Kelas V SD
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI
KTSP 2006 meliputi aspek–aspek sebagai berikut:(1)bilangan,
(2)geometri dan pengukuran, dan (3) pengolahan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2.1 Kurikulum Matematika SD kelas VSemester 2
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
6. Memahami
sifat-sifat
bangun dan
hubungan
antar bangun
6.1.Mengidentifikasi
sifat-sifat, keliling
dan luas bangun
datar
o Mengidentifikasi sifat-
sifat bangun segitiga dan
persegi panjang
o Mengidentifikasi keliling
dan luas bangun segitiga
dan persegi panjang
o Menggambar bangun
segitiga dan persegi
panjang
o Mengidentifikasi sifat-
sifat bangun trapesium
dan jajargenjang
o Mengidentifikasi keliling
dan luas bangun
trapesium dan
jajargenjang
o Mengidentifikasi sifat-
sifat lingkaran
o Mengidentifikasi keliling
dan luas bangun lingkaran
o Menggambar lingkaran
dengan jangka
o Mengidentifikasi sifat-
sifat belah ketupat
o Menggambar belah
ketupat
6.2.Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun
ruang
o Mengidentifikasi sifat-
sifat bangun prisma tegak,
Limas, dan Kerucut
o Menggambar bangun
prisma tegak, Limas, dan
Kerucut
6.3.Menentukan jaring-
jaring berbagai
bangun ruang
sederhana
o Membuat jaring-jaring
bangun ruang sederhana
6.4.Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
bangun datar dan
bangun ruang
sederhana
o Menghitung masalah yang
berkaitan dengan bangun
datar dan bangun ruang
sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5) Materi Bangun Datar Kelas V SD
Dalam bidang studi matematika terdapat beberapa kajian materi
diantaranya geometri, aljabar, aritmatika, dan lain – lain. Dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar terdapat satu bab yang
mempelajari mengenai geometri sederhana yaitu bangun datar. Dalam
kehidupan sehari–hari dapat ditemui contoh bangun datar, permukaan
meja dan permukaan buku contohnya.
Mengenai pengertian bangun datar seorang peneliti menyatakan
“Bangun datar didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai
dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak punya tinggi dan
tebal”(Hambali dan Siskandar, 1990: 13). Bangun datar merupakan
bangun dua dimensi yang rata.Bangun datar ditinjau dari segi sisinya
dapat digolongkan menjadi dua yaitu bersisi lengkung dan bersisi lurus.
Tahapan anak belajar geometri menurut Karso (mengutip
simpulan Van Hielle) ada 5 tahapan yaitu: (1) pengenalan yaitu siswa
mulai mengenal , (2) analisis yaitu siswa menganalisis sifat-sifat bangun
datar, (3) mengurutkan yaitu siswa mengurutkan hubungan antar bangun
datar, (4) deduksi yaitu siswa menarik kesimpulan, (5) akurasi yaitu
siswa menyadari pentingnya ketepatan prinsip dasar yang mendasari
suatu pembuktian (2009: 1.21).
Penggolongan bangun datar ditinjau dari sisinya menurut
Hambali dan Siskandardapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni
bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar yang bersisi
lengkung antara lain lingkaran dan ellips. Bangun datar bersisi lurus
antara lain segitiga, segi empat, segi lima dan seterusnya(1991). Jenis-
jenis bangun datar adalah sebagai berikut:
a) Segitiga
Segitiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi
yang berupa garis lurus dan tiga sudut. Macam-macam segitiga menurut
sisinya ada dua yaitu segitiga sama kaki dan segi tiga sama sisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C C
A B A B
Segitiga sama kaki mempunyai dua buah sisi yang sama panjang dan
dua sudut yang sama besar, yaitu yaitu sisi AC=sisiBC dan
sudutCAB=sudutABC. Segitiga sama sisi mempunyai tiga buah sisi
yang sama panjang dan tiga sudut yang sama besar yaitu .
SisiAB=sisiBC=sisiAC dan sudutCAB=sudutABC=sudutBCA.
Macam segitiga menurut sudutnya:
(1) Segitiga siku-siku
C
A B
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku-
siku yaitu sudut CAB
(2) Segitiga sembarang
B
A
C
Segitiga sembarang yaitu segi tiga yang ketiga sudut dan sisinya tidak
sama panjang.
(3) Segitiga lancip
C
A B
Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut
lancip atau sudut yang kurang dari .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1/2
1/2
(4) Segitiga tumpul
A
C B
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul atau
lebih dari . Sudut ACB merupakan sudut tumpul.
Cara mengetahui rumus keliling dn luas segitiga sebagai berikut:
L = t
P = a
Keliling segitiga ABT = sisi AB + sisi BT + sisi TA
Luas segitiga ABT = ½ luas persegi
Jika panjang persegi = alas segitiga dan lebar persegi = tinggi
segitiga maka luas segitiga = a x ½ t
b) Persegi Panjang
Persegi Panjang adalah bangun datar mirip bujur sangkar namun dua sisi
yang berhadapan lebih pendek atau lebih panjang dari dua sisi yang lain.
Dua sisi yang panjang disebut panjang, sedangkan yang pendek disebut
lebar.
A B
D C
Sifat-sifat bangun persegi panjang adalah sebagai berikut:
(1) Mempunyai empat buah sisi. Sisi-sisinya yang berhadapan sama
panjang,yaitu AD = BC, AB = DC.
A
D
B
C T
Luas seggitiga =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(2) Keempat pojoknya berbentuk siku-siku.
c) Persegi
Persegi adalah bangun datar yang memiliki empat buah sisi sama
panjang.
Sifat bangun persegi adalah sebagai berikut:
(1) Keempat sisinya sama panjang,yaitu KL = LM = MN = NK.
(2) Keempat pojoknya siku-siku
Rumus luas persegi = sisi x sisi
d) Layang-layang
Layang-layang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua
pasang rusuk yang masing-masing pasangannya sama panjang dan saling
membentuk sudut. Sifat-sifat layang-layang sebagai berikut:
(1) Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri.
(2) Mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang.
(3) Mempunyai sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
Unsur-unsur yang ada pada layang-layang adalah diagonal panjang (d1)
dan, diagonal pendek (d2).
Untuk itu perhatikan gambar berikut:
AO = OC
BD = diagonal panjang (d1) dan BO = diagonal pendek (d2)
Luas persegi panjang = p x l
Luas persegi = s x s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menemukan rumus luas layang-layang
Untuk menemukan rumus luas daerah layang-layang dapat diperoleh dari
turunan rumus luas daerah persegi panjang.
A/D’ E’
D B E B/A’
C C D’
Gb.i Gb.ii
Pada (Gb.i) merupakan layang-layang ABCD dengan Diagonal panjang
(d1) = AC, dan diagonal pendek (d2) = BD. Kemudian dipotong pada
garis AC dan selanjutnya dipotong pada garis DE sehingga menjadi tiga
potongan yaitu daerah ABC, daerah CDE, dan daerah AED.
Pada (Gb.ii) daerah potongan CDE, sisi CD dihimpitkan pada sisi BC
dari daerah ABC. Kemudian dari daerah potongan AED, sisi AD
dihimpitkan dengan sisi AB pada daerah ABC, maka terbentuk daerah
baru, yaitu AE’DC, dengan panjang d1 dan lebar d2.
Luas daerah layang-layang ABCD (Gb.i) = Luas daerah persegi panjang
AE’DC (Gb.ii). Jadi Luas daerah layang-layang adalah
L = p x l
= diagonal panjang x diagonal pendek
L = d1 x ½ d2
= (d1 x d2)/2 , atau
e) Belah Ketupat
Belah Ketupat adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh
empat buah rusuk yang sama panjang, dan memiliki dua pasang sudut
E d2
d1
d2
d1
luas layang-layang = (d1 x d2)/2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut di
hadapannya.
Sifat-sifat belah ketupat sebagai berikut:
(1) Panjang keempat sisinya sama panjang.
(2) Kedua diagonal berpotongan tegak lurus dan saling membagi dua
sama panjang.
(3) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
(4) Sudut-sudut yang berhadapan besarnya sama.
(5) Kedua diagonalnya merupakan sumbu simetri
Hampir sama dengan dengan layang-layang luas belah ketupat. Sesuai
dengan sifat yang kedua di atas maka luas belah ketupat adalah sebagai
berikut:
f) Jajar Genjang
Jajar genjang adalah suatu bangun datar yang terbentuk oleh segitiga.
D C
A B
Sifat-sifat jajargenjang sebagai berikut:
(1) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
(2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
(3) Keempat sudutnya tidak siku-siku.Jumlah sudut-sudut yang
berdekatan 180°.
(4) Kedua diagonalnya saling membagi dua ruas garissama panjang.
Cara menghitung luas jajar genjang adalah sebagai berikut:
Luas belah ketupat = (d xd)/2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a
L = alas (a) × tinggi (t)
g) Trapesium
Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat
buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak sama
panjang. Jenis-jenis trapesium yaitu sebagai berikut:
D C Trapesium siku-siku
Sudut ADC dan sudut BAD merupakan
sudut siku-siku
A B
D C trapesium sama kaki yaitu AD=CB
A B
D C
Trapesium sembarang
A B
Sifat-sifat trapesium sebagai berikut;
(1) Mempunyai sepasang sisi yang sejajar.
(2) Jumlah besar sudut yang berdekatan di antara sisi sejajar 180°.
(3) Jumlah keempat sudutnya 360°.
t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Langkah-langkah mencari luas trapesium:
(1) Trapesium dipotong setengah tingginya sehingga menjadi potongan
daerah, yaitu bangun I dan bangun II.
2 1
(2) Bangun I dipindah ke samping bangun II sehingga menjadi gambar
(ii). Bangun yang terbentuk selanjutnya adalah persegi panjang.
(3) Buktikan apakah luas bangun persegi panjang sama dengan luas
trapesium!
(4) Rumus luas persegi panjang = p x l, dimana:
p = a + b, dan l = t/2 misal a = 6 cm, b = 3 cm, dan t = 4
cm
p = 6 cm + 3 cm = 9 cm, dan l = t/2 = 4 cm/2 = 2 cm
Kemudian hitung luas persegi panjang tersebut dengan rumus:
Luas daerah = p x l
= (a + b) x ½ t
= (6 + 3) x ½.4
= 9 x 2 = 18 cm2
Karena a dan b adalah sepasang garis sejajar pada trapesium, maka luas
daerah trapesium adalah:
Dari perbagai pengertian matematika, karakteristik,tujuan, fungsi
pembelajaran matematika serta bidang dalam matematika dapat disimpulkan
bahwa konsep matematika tentang bangun datar adalah ilmu yang
berhubungan dengan logika dan faktor–faktor kuantitatif serta masalah–
masalah yang berhubungan dengan pola, bentuk dan struktur dan bangun
datar merupakan bagian dari bidang kajian matematika. Matematika adalah
sesuatu yang berkenaan dengan ide–ide / konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis dan memerlukan penalaran dalam penyampaiannya.
L= (a + b) x ½ t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
1) Pengertian Belajar
Dalam kehidupan ini manusia senantiasa selalu belajar. Anitah
(mengutip pendapat Gagne, 1992) menyatakan bahwa belajar suatu
proses dimana organisme berubah perilakunya akibat pengalama(2008:
1.3). Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau telah terjadi
perubahan tertentu misalnya seseorang siswa tidak dapat mengoperasikan
computer kemudian dia belajar computer akhirnya mahir menggunakan
computer.
Mengenai pengertian belajar Sumiati & Asra menyatakan
“Belajar dapat diartikan proses perubahan perilaku akibat interaksi
individu dengan lingkungannya” (2009: 38). Lingkungan yang baik
untuk belajar adalah lingkungan yang memacu dan menantang siswa
belajar. Belajar dapat melalui pengalaman langsung maupun tidak
langsung. Belajar dari pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik
karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai pelajaran.
Belajar dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas fisik maupun mental
untuk mencapai sesuatu hasil sesuai dengan tujuan. Tujuan itu lahir dari
adanya keinginan atau kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Atas
dasar kebutuhan itulah individu berperilaku ia belajar. Memperoleh
pemahaman berarti menangkap makna atau arti dari suatu objek atau
suatu situasi yang dihadapi. Sedangkan struktur kognitif adalah persepsi
atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam lingkungan sekitarnya
yang mempengaruhi ide-ide, perasaan, tindakan dan hubungan sosial
orang yang bersangkutan.Kegiatan para siswa di dalam kelas misalnya
siswa bertanya, berdiskusi, merangkum dan sebagainya. Kegiatan itu
muncul karena ada aktivitas mental (pikiran dan perasaan). Siswa yang
duduk menyimak pelajaran berarti juga belajar karena ada proses mental.
Sependapat dengan beberapa ahli diatas Makmun menyatakan
bahwa: (a) belajar merupakan perubahan fungsional yaitu, belajar berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
melatih daya (mengasah otak) agar ia tajam sehingga ia berguna, untuk
menyayat atau memecah persoalan-persoalan ataupun dalam hidup. Hasil
belajar dalam bidang tertentu, menurut teori ini, akan dapat ditransferkan
ke bidang-bidang lain, (b) belajar merupakan perkayaan materi
pengetahuan (material dan atau perkayaan pola-pola sambutan
(responses) perilaku baru (behavior) yaitu dalam konteks ini, dapat
diartikan sebagai proses memperoleh pengetahuan dalam pengalaman
bentuk pola-pola sambutan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dan
belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan.
Dalam konteks teori ini, belajar bukan hanya bersifat mekanis melainkan
perilaku organisme sebagai totalitas yang bertujuan (2009).
Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukaan oleh
beberapa ahli dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku
akibat pengalaman dan proses perubahan perilaku ini akibat interaksi
individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pada individu
yang sedang belajar.
2) Prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus
dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegitan belajar. Prinsip belajar
terkait dengan motivasi, perhatian, aktivitas, balikan dan perbedaan
individu(Anitah,2008). Motivasi muncul karena ingin menguasai
kemampuan yang terdapat dalam tujuan dari belajar. Perhatian kaitannya
dengan pemusatan pikiran terhadap suatu objek belajar. Belajar itu
sendiri merupakan aktivitas baik mental maupun emosional. Siswa dalam
proses belajar harus segera mendapat balikan yang gunanya untuk
perbaikan dalam proses belajar. Kegiatan belajar ini terjadi secara
individual dan masing-masing individu mempunyai perbedaan satu
dengan yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Sedangkan prinsip belajar menurut Sumiati & Asra ada 4 yaitu:
(a) belajar verbal, (b) belajar konsep dan prinsip, (c) belajar pemecahan
masalah dan (d) belajar keterampilan(2009). Prinsip belajar verbal adalah
proses pembentukan asosiasi verbal, yaitu hubungan antara objek yang
diamati atau yang dibayangkan dengan kata-kata. Belajar verbal
berkaiatan pula dengan konsep dan aturan. Seseorang harus berpegang
pada konsep dan aturan gramatik atau tata bahasa agar pernyataannya
dimengerti orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat De Cecco dan
Crawford menyatakan bahwa kemampuan yang diharapkan dapat dicapai
dalam proses belajar meliputi kemampuan mengingat dan menyatakan
kembali apa yang dipelajari secara bebas dan cepat, kemampuan
merangkai kata atau kalimat berdasarkan aturan tertentu, dan kemampuan
memasang-masangkan kata, rangkaian kata atau kalimat yang
mempunyai hubungan satu sama lain (Sumiati &Asra, 2009: 55).Proses
belajar verbal ini menekankan pada keaktifan belajar siswa, berlangsung
melalui latihan yang bersifat praktis. Konsep merupakan penyimpulan
tentang suatu hal berdasarkan azas adanya ciri-ciri yang sama pada hal
tersebut. Adapun prinsip adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
tentang hubungan antara dua konsep atau lebih.
Dalam belajar konsep dan prinsip biasanya sejalan dengan
belajar bahasa. Seseorang dapat mengungkapkan dengan baik dan benar
jika menguasai konsep dan prinsip. Oleh karena itu belajar menggunakan
metode pencapaian konsep dapat diterapkan dalam belajar
bahasa.Kemampuan memecahkan masalah dipengaruhi oleh kemampuan
menguasai sejumlah konsep dan prinsip. Proses pemecahan masalah
dapat berlangsung jika seseorang dihadapkan pada suatu persoalan
dengan sejumlah kemungkinan jawaban. Keberhasilan memecahkan
masalah memiliki transfer yang cukup tinggi, serta memiliki tingkat
retensi dengan jangka waktu yang cukup lama. Oleh karena itu belajar
pemecahan masalah menekankan pada kegiatan siswa yang bersifat
optimal, sehingga memungkinkan siswa mencapai pemahaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
lebih tinggi. Diharapkan siswa mampu melakukan penemuan ilmiah, dan
mampu melakukan proses berpikir analitis. Keterampilan melakukan
sesuatu merupakan bentuk pengalaman belajar. Bentuk-bentuk
keterampilan ada tiga macam yaitu: rangkaian respon atau reaksi,
koordinasi gerakan dan pola-pola respon atau reaksi.
Rangkaian reaksi merupakan rangkaian gerak yang mengikuti
urutan tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Kegiatan bentuk
belajar keterampilan menekankan pada proses latihan. Pertama
pencapaian hasil belajar kognitif, baik berupa konsep dan prinsip.
Selanjutnya penyesuaian gerakan dengan aturan tertentu, dan melalui
latihan lebih lanjut sampai pencapaian keterampilan yang berbentuk
pola-pola respon.
Jadi prinsip belajar merupakan ketentuan yang harus dijadikan
pegangan dalam kegiatan belajar serta tahapan di dalam proses belajar.
3) Tipe Belajar
Tidak ada suatu teori belajar pun yang untuk segala situasi,
karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan cocok
untuk situasi tertentu. Menurut Gagne belajar mempunyai delapan
tipedan setiap tipe merupakan prasyarat bagi tipe belajar
diatasnya(Sumiati & Asra, 2009: 52). Kedelapan tipe tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Belajar Isyarat (Signal Learning) yaiatu tipe belajar seperti ini
dilakukan dengan merespon suatu isyarat. Respon yang dilakukan
bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Sumiati dan Asra
(mengutip pendapat Kimble) bentuk belajar isyarat biasanya
bersifat tidak sadar (2009: 52).
b) Belajar Stimulus Respon (Stimulus Respon Learning) yaitu tipe
belajar S-R respon bersifat spesifik. Respon dapat diperkuat dengan
reinfortcement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) Belajar Rangkaian (Chaining) adalah semacam rangkaian antara S-
R yang bersifat segerah. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik.
d) Asosiasi Verbal (Verbal Association) yaitu hubungan atau asosiasi
verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan
tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
e) Belajar Dikriminasi (discrimination) adalah perbedaan terdapat
berbagai rangkaian. Seperti perbedaan bentuk wajah, hewan dan
tumbuhan.
f) Belajar Konsep (Concept Learning) merupakan simbol berpikir.
Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta atau
realita, dan hubungan antar berbagai fakta. Kemampuan
membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan
diskriminasi.
g) Belajar Aturan (Rule Learning) adalah belajar berdasarkan rule
atau aturan. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus harus harus
dipelajari artinya.
h) Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning) adalah
tipe ini biasa dalam kehidupan. Ini memerlukan pemikiran.
Pemecahan masalah memerlukan waktu. Kesanggupan
memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk
memecahkan masalah lain
4) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam pembelajaran harus memperhatikan faktor yang
berpengaruh dalam proses pembelajaran hal ini bertujuan untuk pencapai
hasil belajar yang lebih baik. Faktor–faktor dalam belajar ada tiga yaitu:
(a) motivasi untuk belajar, (b) tujuan yang hendak dicapai, dan (c) situasi
yang mempengaruhi proses belajar(Sumiati & Asra, 2009).Situasi atau
keadaan yang mempengaruhi proses belajar kaitannya dengan siswa itu
sendiri, keadaan belajar, proses belajar, guru yang memberi pelajaran,
teman belajar dan bergaul, serta program belajar yang ditempuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
merupakan faktor-faktor penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran. Nantinya ini digunakan guru untuk menentukan proses
pembelajaran yang efektif untuk pencapaian tujuan pengajaran yang
lebih baik sehingga hasil belajarnya meningkat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar ada dua
yaitu faktor alam dan ekternal(Nasution, 1992). Faktor alam yaitu faktor
yang mempengaruhi proses belajar mengajar dari siswa baik dari
fisiologis maupun psikologis siswa. Kondisi fisiologis ini baik kesehatan
maupun kesempurnaan anggota tubuh. Kondisi psikologis termasuknya
yaitu termasuk bakat atau kemampuan untuk belajar, kecerdasaan, minat
atau kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan, motivasi atau kondisi psikologis untuk melakukan
sesuatu, serta kemampuan kognitif atau kemampuan menalar pelajaran
yang diberikan. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar dan
dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumental yang terdiri dari
ingkungan baik alami dan budaya, instrumental kurikulum, program,
sarana dan fasilitas guru.
Kondisi eksternal atau dari luar dapat diatur oleh guru seperti
adanya kegiatan guru menimbulkan motivasi, pemilihan cara mengajar
yang tepat, menyenangkan serta sesuai dengan tahap perkembangan
siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari berbagai
faktor inilah nantinya hasil belajar ini akan ditentukan. Seorang guru
dalam mendesain pembelajaran harus memperhatiakan faktor-faktor ini.
Lingkungan dan potensi yang dimiliki siswa sangat beragam guru disini
dituntut untuk mampu menguasai dan mengenal dengan baik faktor ini.
Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan
pembelajaran seorang guru sepatututnya berpegang pada asas-asas
mengajar yang harus dimiliki guru guna pelaksanaan pembelajaran yang
efektif. Saat siswa mulai lelah dengan proses belajar karena setiap
individu mempunyai sifat bosan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran. Saat siswa mulai bosan atau jenuh guru harus cepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tanggap dan mencari variasi lain untuk mengembalikan motivasi belajar
siswa. Disinilah diperlukan dorongan dan bimbingan dari guru.
Pembelajaran diibaratkan kendaraan, guru sebagai supirnya dan siswa
sebagai penumpangnya yang nantinya kendaraan ini nantinya akan
mencapai tujuan yang ingin dituju. Guru memilih bagaiman cara yang
harus ditempuh agar perjalanan ini menyenangkan, efektif, dan tentunya
berkesan bagi peserta didik serta pencapaian tujuan yang sangat
memuaskan.
5) Hasil Belajar
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan kualitatif individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut dan
bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar
pengalaman tetapi belajar adalah suatu proses dan suatu hasil. Oleh
karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Hasil-hasil belajar adalah perubahan tingkah laku.
Padmono (mengutip pendapat Sudjana) menyatakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau
mahasiswa setelah ia mendapatkan pengalaman belajarnya(2002: 37).
Dengan demikian hasil menunjukan perubahan dari sebelum menerima
pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar menunjukan perubahan yang berupa penambahan,
peningkatan dan penyempurnaan prilaku.
Tentang hasil belajar Anitah menyatakan bahwa “Hasil belajar
merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam
belajar “(2008: 2.19). Hasil adalah segalah yang telah dicapai seseorang
setelah melakukan suatu pekerjaan. Hasil belajar sebagai suatu
penambahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Yang dinilai dari selama proses belajar mengajar siswa biasanya
dilambangkan dengan angka. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan
secara seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan
menyeluruh oleh siswa.
Nasution menjelaskan hasil belajar adalah output dari proses
kegiatan belajar, hasil belajar dalam bidang pendidikan disekolah
biasanya dinyatakan dalam lambang angka. Angka yang diperoleh dari
kegiatan belajar inilah yang selanjutnya disebut hasil belajar atau prestasi
belajar(1992).
Sementara Makmun menyatakan bahwa hasil belajar itu dapat
dimanifestasikan dalam wujud: (a) pertambahan materi pengetahuan
yang berupa fakta, informasi, prinsip atau hokum atau kaidah prosedur
atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya,(b)
penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir,
mengingat atau mengingat kembali, perilaku afektif (sikap-sikap
apresiasi; penghayatan dan sebagainya), perilaku psikomotorik
(keterampilan-keterampilan psikomotorik termasuk yang bersifat
ekspresif, dan (c) perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang
tangible maupun yang intangible(2009).
Sumantri &Permana (mengutip pendapat Gagne)
mengemukakan lima macam kemampuan yang merupakan hasil belajar
yaitu: (a) keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari
baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan
intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang
dan pada kesempatan belajar yang tersedia, (b) strategi kognitif,
mengatur cara belajar dan berfikir seseorang didalam arti seluas-luasnya,
termasuk kemampuan memecahkan masalah, (c) informasi verbal,
pengetahuan dalam arti informasi dan fakta, (d) keterampilan motorik
yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik,
menggunakan jangka, dan sebagainya, (e) sikap dan nilai, berhubungan
dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku
terhadap orang, barang atau kejadian(2001:15).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan
pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari
materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya,
sebelum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Hasil belajar menurut Rasyid & Mansyur (mengutip pendapat
Bloom) mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar
dan afektif (2009: 12). Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal
dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan
rana kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan
tipikal perasaan berkaitan dengan dengan ranah afektif. Ketiga ranah
tersebut merupakan karakteristik manusia dalam bidang pendidikan
ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.
Hasil belajar di Indonesia menurut Padmono (berdasarkan
taxonomi Bloom)meliputi tiga ranah , yaitu : afektif, kognitif, dan
psikomotor (2002: 37). Ketiga ranah tersebut sebenarnya tidak dapat
dipisah-pisahkan karena perkembangan manusia terjadi secara
menyeluruh, aspek perkembangan satu mempengaruhi dan dipengaruhi
aspek perkembangan lain. Akan tetapi, dalam rangka perkembangan
manusia Indonesia seutuhnya dan agar perhatian pada satu ranah tidak
mendominasi perkembangan ranah lain, maka penekanan perkembangan
ranah sesuai karakteristik pembelajaran perlu dilakukan.Ranah – ranah
tersebut antara lain : (1)ranah kognitif, meliputi : pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) ranah afektif,
meliputi : penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pengorganisasian,
dan pembentukan pola hidup. (3) ranah psikomotor, meliputi : persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan, kreativitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dari berbagai pengertian dari beberapa ahli mengenai hasil
belajar dapat di simpulkan bahwa, hasil belajar adalah penilaian hasil
usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Hasil belajar adalah
hasil pengukuran atau penilaian dari proses kegiatan belajar yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol atau lambang angka yang
mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak. Angka yang
diperoleh dari kegiatan belajar inilah yang selanjutnya disebut hasil
belajar.
Berdasarkan uraian-uraian karakteristik siswa kelas V SD, konsep
matematika tentang bangun datar dan tinjauan tentang hasil belajar dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas V SD adalah
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan
konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai
kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif
terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu
kegiatan tertentu tentang ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-
bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu
oleh siswa yang cara berfikirnya masih konkret dan belum bisa berfikir
secara abstrak.
2. Penggunaan Media Tangram
a) Pengertian Media
Media berasal dari kata latin yaitu medium yang artinya perantara.
Maksud dari perantara yaitu perantara sumber pesan dengan penerima
pesan.Susilana dan Riyana (mengutip pendapat Heinich) menjelaskan media
merupakan alat saluran komunikasi(2007: 6).
Sementara Sumiati & Asramenyatakan “Media pembelajaran
diartikan sebagai segalah susuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan (messege), merangsang pemikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”(2009: 160). Media
merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran harus didasarkan pada pemilihan yang tepat agar
pembelajaran berlangsung maksimal. Dengan demikian arti dan fungsi
dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Tentang media Sumantri & Permana (mengutip pendapat Bringgs)
menjelaskan media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta perangsang peserta didik untuk belajar (2001: 56).
Dari berbagai pengertian media dari beberapa ahli penulis
menyimpulkan bahwa media adalah sebagai perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan dalam komunikasi.
b) Media Pembelajaran
Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan
pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. Pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-
kata (simbol verbal). Dengan demikian, diharapkan pengalaman belajar
lebih berarti bagi siswa. Pengalaman belajar yang berarti akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Media pembelajaran pada hakekatnya merupakan saluran atau
jembatan dari pesan-pesan pembelajaran (messages) yang disampaikan oleh
sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar
pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan sesuai dengan
tujuannya (Anitah, 2008).
Mengenai media pembelajaran, Sumiati & Asra menyatakan bahwa
“media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar
mengajar”(2009: 160).
Sementara Sumantri &Permana (mengutip pendapat Dinje
Bowman Rumupuk) mendefinisikan bahwamedia pengajaran sebagai setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
alat, baik software maupun hardware yang dipergunakan sebagai media
komunikasi yang tujuannya untuk meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar (2001: 153). Definisi media pengajaran yang dikemukakan di atas
dapat dipelajari bahwa media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang
digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan–bahan
instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan
pencapaian tujuan pengajaran tersebut.
Usaha membuat pembelajaran lebih konkrit menggunakan media
pembelajaran banyak dilakukan oleh guru. Berbagai jenis media
pembelajaran mempunyai nilai kegunaan masing-masing. Media
pembelajaran sangat beraneka ragam. Sumiati & Asra menyimpulkan
berdasarkan hasil penelitian para ahli, ternyata media pembelajaran yang
beraneka ragam itu hampir semua bermanfaat (2009). Beberapa kesimpulan
(generalisasi) hasil penelitian pada intinya menyatakan bahwa berbagai
macam media pembelajaran memberikan bantuan sangat besar kepada siswa
dalam proses pembelajaran.Namun demikian, peran yang dimainkan guru
itu sendiri juga menentukan terhadap efektivitas penggunaan media
pembelajaran serta kemampuan memilih aneka ragam media pembelajaran
sesuai dengan situai dan kondisi.
Sedangkan Sumantri & Permana secara khusus media pengajaran
digunakan dengan tujuan sebagai berikut: (1) memberikan kemudahan
kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip dan
keterampilan, (2) menggunakan media yang paling tepat memberikan
pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang
minat peserta didik untuk belajar, (3) menumbuhkan sikap dan keterampilan
tertentu dengan teknologi, karena peserta didik tertarik untuk menggunakan
atau mengoperasikan media tertentu, (4) menciptakan situasi belajar yang
tidak dapat dilupakan peserta didik (2001).Secara umum tujuan penggunaan
suatu media yaitu untuk membantu guru menyampaikan pesan–pesan
kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menguasai pesan tersebut
secara tepat dan akurat. Menggunakan media pembelajaran akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
menyenangkan dan sulit untuk dilupakan sehingga penyampaian materi
akan lebih mudah.
Sedangkan faktor–faktor dipertimbangkan dalam memilih media
pengajaran menurut Sumantri & Permana adalah: (1) objektivitas yaitu
pemilihan suatu media tidak didasarkan karena kesukaan pribadi atau
sekedar hiburan, sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya,
dengan bahan ajar dan karakteristik peserta didik, (2) program pengajaran
artinya dalam memilih media harus disesuaikan dengan program
pengajaran, karena tidak semua media dapat digunakan untuk semua
program pengajaran, (3) situasi dan kondisi artinya pemilihan media harus
disesuaikan dengan situasi belajar mengajar yaitu disesuaikan dengan
metode mengajar, materi pelajaran, serta lingkungan, dan (4) kualitas teknik
yaitu kesiapan operasional media sebelum digunakan, misalnya untuk video
compact disk apakah kondisinya masih bagus, dan (5) keefektifan dan
efisien penggunaan artinya penggunaan media bukan semata–mata karena
melaksanakan salah satu komponen– komponen tetapi apakah media itu
betul–betul berguna untuk memudahkan pemahaman peserta didik (2001).
c) Klasifikasi Media Pembelajaran
Pengklasifikasian media pembelajaran hingga sekarang belum ada
pembakuan, yaitu belum ada kesepakatan atau ketentuan yang berlaku
secara umum atau khusus. Oleh karena itu pengklasifikasian media
pembelajaran yang ada sekarang berdasarkan pertimbangan kepentingan
atau pendapat yang berbeda-beda.
Aneka ragam media pembelajaran menurut Sumiati & Asra dapat
diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu, antara lain berdasarkan
kemampuan indera, jenis media pembelajaran terdiri atas:
1) Media audio, yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan
kemampuan indera telinga atau pendengaran (audio). Jenis media
pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa bunyi atau suara.
Contoh: radio, tape recorder, telepon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) Media visual, yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan
kemampuan indra mata atau penglihatan (visual). Jenis media
pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa bentuk atau yang dapat
dilihat. Contoh: gambar, poster, grafik.
3) Media audio visual, yaitu jenis media pembelajaran yang
menggunakan kemampuan indra telinga atau pendengaran dan indra
mata atau penglihatan (audio-visual). Jenis media pembelajaran ini
menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Contoh:
televisi, film, video.(2009).
Pengelompokan media pembelajaran menurut pakar dibedakan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: (1) media visual yaitu media yang dapat
dilihat dengan indra penglihata, (2) media audio yaitu media yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa untuk
mempelajaribahan ajar dan (3) audiovisual yaitu merupakan kombinasi
antara audio dan visual atau biasa disebut media pandang dengar(Anitah,
2008). Media tangram termasuk dalam media visual karena menggunakan
kemampuan indra penglihatan. Pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata tetapi siswa juga
harus dapat mengunakannya. Dengan demikian, diharapkan pengalaman
belajar lebih berarti bagi siswa. Pengalaman belajar yang berarti akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
d) Media Tangram
Mengenai penertian tangram Karimmenyatakan bahwa “tangram
adalah suatu himpunan yang terdiri dari tujuh bangun geometri datar yang
dapat dipotong dari suatu persegi”(2009: 1.29). Bangun datar tersebut
adalah segitiga, persegi, persegi panjang, jajargenjang, trapezium, belah
ketupat, dan layang-layang. Dengan tangram akan dapat meningkatkan
apresiasi terhadap bangun datar dan diharapkan mampu menumbuhkan rasa
seni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tangram merupakan permainan yang berasal dari Cina. Jenis
tangram yang banyak digunakan di Indonesia adalah pancagram. Tidak
hanya di Indonesia tangram sudah dikenal di seluruh dunia, walaupun
penemunya tidak diketahui secara pasti. Permainan ini dapat digunakan
untuk mengenal bentuk-bentuk bangun geometri datar pada siswa.
Permainan edukatif tidaklah harus mahal atau alat yang canggih tetapi dari
bahan-bahan yang sederhana pun bisa dibuat sebuah permainan edukatif
yang menarik dan menyenangkan.Tangram merupakan salah satu permainan
edukatif yang bisa dibuat dari bahan-bahan yang sederhana. Permainan ini
yaitu suatu permainan puzzle persegi yang dipotong menjadi 7 bagian (2
berbentuk segitiga besar,1 berbentuk persegi, 1 berbentuk jajarangenjang, 1
berbentuk segitiga sedang, dan 2 berbentuk segitiga kecil).
3
Gambar 2.1 Gambar model-model tangram menurut Pedoman
Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga atau Praktik
Sederhana Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah
Dasar Depdiknas (1996: 59)
Dalam pedomana pembuatan dan penggunaan alat peraga atau
praktik sederhana mata pelajaran matematika untuk sekolah dasar
Depdiknas menjelaskan fungsi tangram dapat untuk menumbuhkan daya
1
2
2
1 3
1 5
4
2
3
7
1
6 5
2 4
3333
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kreatif siswa dalam membentuk bangun datar, bentuk hewan, rumah dan
lain-lain serta sebagai pemahaman konsep kekekalan luas (1996).
Pengertian tangram. Sebagaimana dinyatakanIswar(2007) bahwa
“Tangram merupakan permainan puzzle yang dapat disusun menjadi bentuk
bangun datar seperti gambar di atas berbentuk persegi”. Permainan ini
berasal dari negeri panda, dimana permainan ini dulunya dikhususkan untuk
wanita dan anak-anak. Permainan menyusun puzzle matematika ini akan
menjadi seru bila dimainkan secara kelompok dengan memberikan cerita-
cerita seputar kegiatan/masalah sehari-hari yang dialami siswa dan dongeng.
Buatlah mereka berekplorasi dan menemukan sendiri dengan
bermain puzzle bangun datar ini. Hal ini dapat dikembangkan dengan cerita-
cerita lain dan membentuk bermacam-macam hewan. inilah satah satu cara
kita memperkenalkan bangun datar kepada anak SD.
Lebih khusus Hambali menjelaskan tentang tangram yang dipotong
menjadi lima bagian disebut dengan pancagram (1991). Pancagram
dibedakan menjadi dua yaitu pancagram A dan pancagram B. Pancagram
merupakan himpunan bangun geometri yang terdiri dari lima bangun datar.
Sesuai dengan artinya panca yaitu lima.
Pancagram A adalah bangun bujur sangkar yang dipotong menjadi
lima bagian.
Gambar 2.2 Pancagram A
Untuk membuat langkahnya sebagai berikut: (1) potonglah karton
dengan ukuran 10 X 10 cm; (2) tentukan titik tengah dari setiap sisinya; (3)
5 cm 5 cm
e
5 cm a
d
b 5 cm
c
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dari titik tengah itu hubungkan ruas-ruas garis sehingga bangun –bangun
bagian dari tangram seperti gambar permainan ini sekarang sudah berubah
fungsi menjadi permainan edukatif yang sering dimainkan dalam proses
pembelajaran, khususnya matematika.Pancagram B adalah bangun persegi
panjang yang dipotong menjadi lima bagi.
Gambar 2.3 Pancagram B
Cara membuat pancagram B adalah sebagai berikut: (1) potong
kertas karton dengan ukuran 10 cm x 10 cm; (2) kemudian tentukan titik
tengah dari setiap sisinya; (3) dari titik tersebut hubungkan ruas-ruas garis
sehingga membentuk bangun-bangun bagian dari tangram B seperti gambar.
Kelima bagian dari tangram ini adalah bangun a, b, c. d, dan e. bangun a
adalah bujur sangkar, bangun b adalah segitiga, bangun c adalah bangun
segitiga besar, bangun d adalah jajar genjang, bangun e adalah segitiga
kecil.
Mencari sifat, keliling dan luas jajar genjang dan segitiga dengan
pendekatan persegi panjang, yaitu langkahnya sebagai berikut:
menggunakan pancagram A ambil bangun c, b, dan e.
Susun menjadi bangun segitiga
15 cm
e
d
c b
a
5 cm
5 cm
c e b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dari berbagai segitiga di atas carilah sifat-sifatnya. Hitunglah kelilingnya.
Dari bangun di atas rubahlah menjadi bangun persegi panjang. Sebelum
mencari luas segitiga, perlu di jelaskan bahwa luas segitiga sama dengan
bangun persegi. Kemudian cari luas segitiga dengan menggunakan
pendekatan luas persegi.
Mencari sifat-sifat yang dimiliki bangun trapesium, keliling dan
luasnya dengan pendekatan luas persegi panjang. Menggunakan pancagram
A ambil bangun a, b, dan e.
Susun menjadi bangun trapesium
Kemudian carilah sifat-sifat yang dimiliki bangun jajar genjang dan
keliling.Dari bangun di atas rubahlah menjadi bangun trapezium. Sebelum
mencari luas trapesium, perlu di jelaskan bahwa luas jajar genjang sama
dengan bangun sebelumnya. Kemudian cari sifat-sifat yang dimiliki bangun
trapesium, keliling dan luasnya dengan pendekatan luas persegi panjang.
e b
a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Mencari sifat-sifat yang dimiliki bangun trapesium, keliling dan luasnya
dengan pendekatan luas persegi panjang.Menggunakan pancagram A ambil
bangun a, b, d, dan e.
Susun menjadi bangun jajar genjang
Kemudian cari sifat-sifat yang dimiliki bangun jajar genjang, keliling.
Untuk menghitung luas jajar genjang dapat menggunakan pendekatan luas
persegi panjang dengan mengubah jajar genjang menjadi persegi panjang.
Sebelumnya perlu dijelaskan bahwa luas jajar genjang sama dengan luas
persegi panjang.
Kita dapat pula menggunakan bentuk tangram yang lain untuk
media pembelajaran matematika tentang bangun datar yang lainnya
Permainan ini cukup sederhana baik dalam pembuatannya maupun cara
mainnya yaitu hanya menyusun potongan-potongan puzzle agar menjadi
suatu bentuk dan setiap potongan puzzle harus saling bersambung, tetapi
tidak boleh saling bertindihan. Permainan tangram cocok untuk diterapkan
di sekolah dasar, khususnya di daerah terpencil yang masih terbatas media
pembalajarannya. Guru atau pendidik bisa membuat sendiri permainan ini
dari bahan-bahan yang seadanya, yaitu karton, kayu, atau bahan-bahan
lainnya yang bisa digunakan. Salah satu tujuan permainan ini dalam
d
e
a
b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
matematika yaitu untuk mengembangkan kreativitas anak dan mengenalkan
bentuk bidang datar kepada anak-anak.
Jadi tangram merupakan permainan puzzle yang dapat disusun
menjadi bentuk bangun datar seperti gambar di atas berbentuk persegi.
Permainan ini cukup sederhana baik dalam pembuatannya maupun cara
mainnya yaitu hanya menyusun potongan-potongan puzzle agar menjadi
suatu bentuk dan setiap potongan puzzle harus saling bersambung, tetapi
tidak boleh saling bertindihan.Pemainan sederhana seperti tangram ini bisa
sangat menarik dan menyenangkan bagi anak-anak jika disajikan dalam
kemasan yang sesuai dengan dunia mereka, yaitu dunia yang penuh
permainan dan spontanitas. Jadi, sudah seharusnya dunia pendidikan anak-
anak di negara kita berevolusi menuju arah yang lebih baik yaitu bermain
sambil belajar. Mainan pun bukan sekedar jadi mainan, tetapi akan menjadi
sumber pengetahuan untuk mereka.
e) Pembelajaran Menggunakan Media Tangram
Penggunaan media terkait dengan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran itu sendiri melibatkan berbagai kegiatan sesuai tuntunan
pencapaian tujuan. Praktek pembelajaran ini berhubungan dengan cara
mengajar guru di dalam atau pun di luar kelas. Mengajar pada dasarnya
beraneka ragam. Tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa dari
guru. Mengajar merupakan kegiatan komplek. Banyak kegiatan atau
tindakan yang harus dilakukan terutama jika ingin hasil belajar lebih baik
pada seluruh siswa.
Sumiati & Asra (mengutip pendapat Smith) menyatakan bahwa
mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan(2009). Proses
penyampaian pengetahuan dan keterampilan ini yang berkaitan dengan
suatu mata pelajaran tertentu yang didapat siswa sebagai mana dituntut
dalam mata pelajaran tersebut. Mengajar ini termasuk memberi perangsang
(stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi
proses belajar. Dari pengertian diatas sasaran akhir pembelajaran adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
siswa belajar. Dan proses belajar ini melibatkan berbagai kegiatan, sesuai
dengan tuntunan pencapaian tujuan. Segala sesuatu yang diberikan guru
adakalanya memberikan bimbingan, memberikan rangsangan dan dorongan
serta pengarahan dalam belajar. Hal ini sebagai upaya dalam rangka
memberi kemudahan kepada siswa untuk terjadinya proses belajar.
Asas-asas mengajar adalah sebagai berikut: (1) mengajar
sepatutnya mempertimbangkan pengalaman belajar siswa yang dimiliki
sebelumnya, (2) proses pembelajaran dimulai jika siswa dalam keadaan
siap untuk melakukan kegiatan belajar, (3) materi pembelajaran seharusnya
menarik minat siswa untuk mempelajarinya, (4) dalam melaksanakan
pembelajaran guru seharusnya berupaya agar siswa termotivasi untuk
melakukan kegiatan belajar, (5) proses belajar sepatutnya memperhatikan
perbedaan individual yang dimilika oleh masing-masing siswa, (6)
pembelajaran sepatutnya mengantar siswa untuk melakukan proses
pembelajaran secara aktif, dan (7) pelaksanaan pembelajaran sepatutnya
berpegang pada prinsip-prinsip pencapaian hasil belajar secara
psikologis(Sumiati & Asra, 2009).
Disini guru berperan sebagai pendesain pembelajaran. Kemampun
menyelengarakan proses pembelajaran dapat dilihat melalui rencana
pembelajaran. Rencana pembelajaran ini sebagai acuan kita dalam proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan dan dapat membantu penciptaan,
mengelola dan mengorganisasi peristiwa yang memungkinkan kegiatan
pembelajaran itu terjadi.
Mengenai rencana pembelajaran Anitah(mengutip pendapat Burden
& Byrd) menyatakan bahwa perencanaan pembelajaran berkenaan dengan
keputusan yang diambil guru dalam mengorganisasikan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi hasil belajar (2008: 12.19).
Langkah pembelajaran ini mengenai tahapan-tahapan yang dilalui siswa dan
guru dalam proses pembelajaran. Semuanya ini disebut dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang di singkat dengan RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Langkah-langkah perancangan media dalam persiapan
pembelajaran menurut Silalahi & Riyanasebagai berikut: (1) merumuskan
kebutuhan siswa, (2) merumuskan tujuan pembelajaran, (3) merumuskan
butir-butir materi pelajaran, (4) mengembangkan alat pengukur
keberhasilan, (5) menuliskan naskah media, dan(6) merumuskan instrument.
Dalam langkah ini guru mulai persiapan diperhatikan sampai evaluasi untuk
menentukan pemahaman siswa tentang matari yang disampaikan(2009).
Menurut Hambalilangkah-langkah menggunakan media pancagram
dalam pembelajaran yaitu seperti berikut: (1) memotong karton ukuran 10
cm x 10 cm, (2) menggambar pancagram, (3) memberi nama pada masing-
masing bangun dalam pancagram, (4) memotong pancagram menjadi
bangun-bangun yang ada, (5) menggunakan sesuai dengan materi yang akan
di sampaikan (1991). Penggunaan media tangram sesuai dengan materi
yang akan disampaikan dalam pembelajaran yaitu untuk mencari sifat,
keliling dan luas bangun datar dengan pancagaram.Penggunaan media
pancagram dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar diawali
dengan kegiatan membuat pancagram.
Langkah yang dirasakan ideal bagi pembelajaran membaca manual
media tangram.Sebagaimana dinyatakan Iswar (2007) adalah sebagai
berikut: (1) penguraian dasar teori geometri menggunakan tangram, (2)
pembagian kelas menjadi kelompok, (3) penugasan membaca manual, (4)
pembelajaran mengekplorasi tagram sebagai praktik dari manual tersebut,
(5) memberi soal-soal, (5) membahas soal, (6) membahas soal-soal, dan (7)
penilaian performansi siswa. Langkah ini dilakukan dalam waktu kurang
lebih 80 menit (2 x 40 menit atau 2 jam pelajaran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Langkah pertama yaitu penguraian dasar teori geometri
menggunakan tangram perlu dilakukan sebagai motivasi awal pembelajar
untuk membaca manual. Dengan demikian, pengajar tidak semata-mata
masuk kelas dan langsung memerintahkan membaca manual. Dengan
cara demikian, efektifitas manual diharapkan dapat terukur bagi
pemahaman pembelajar. Langkah kedua yaitu pembagian kelas menjadi
kelompok dapat dilakukan dengan cepat yaitu dengan menglompokkan
pembelajar berdasarkan letak duduknya. Langkah ketiga yaitu penugasan
membaca manual dilakukan selama 15 menit. Pembelajar diminta untuk
membaca selembar manual dengan teks ringkas pada tiap halaman
(bolak-balik). Beberapa pembelajar dapat mengulang membaca selama
waktu 15 menit itu dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Selama
membaca, langkah keempat yaitu beberapa pembelajar mengeksplorasi
tangram sebagai praktik dari manual itu. Manual diberikan kepada semua
pembelajar sedangkan media tangram hanya diberikan kepada setiap
kelompok. Setelah waktu membaca tangram usai, pembelajar
mengeksplorasi tangram. Dalam mengeksplorasi ini, pembelajar ada
yang kembali membuka manual. Eksplorasi tangram tak akan maksimal
tanpa tuntunan manual maka langkah eksplorasi merupakan langkah
setelah membaca manual. Pada langkah ini pun pembelajar masing-
masing mengisi manualnya dengan jawaban berdasarkan perhitungannya.
Langkah kelima adalah pemberian soal-soal bagi pembelajar. Beberapa
pembelajar memecahkan soal sambil berdiskusi dengan teman
sebangkunya masing-masing. Pada langkah ini pengajar menjelaskan
kriteria penilaian yaitu kebenaran proses dan akhir; penjelasan bentuk
tangram dan perujukan pada manual. Sekalipun pembelajar diminta
bekerja secara kelompok, pembelajar harus menuliskan pekerjaannya
secara individual di buku masing-masing.
Langkah keenam dilakukan setelah pembelajar relatif selesai
mengerjakan soal-soal, yaitu pembahasan soal-soal. Pembahasan soal
dilakukan di antaranya dengan cara meminta pembelajar menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
jawaban soal geometri dari bukunya di papan tulis. Hampir semua
kelompok pembelajar dapat mengerjakan soal dengan proses dan hasil
yang benar; menunjukkan pengukuran dengan tangram dan
mencocokkannya atau merujuknya dengan manual. Sekalipun demikian,
pembelajar yang hanya mengerjakan soal dengan proses dan hasil yang
benar sudah menunjukkan kerja keras yang sangat baik. Langkah ketujuh
yaitu penilaian performansi dan prestasi pembelajar. Pengajar dengan
cepat mengetahui pembelajar yang keliru pengerjaan soalnya, keliru
pemahamannya terhadap tangram dan keliru pemahamannya terhadap
manual. Langkah ini sangat penting dalam penyusunan tindak lanjut bagi
pengayaan (enrichment) atau perbaikan (remedial).
Dari langkah perencanaan penggunaan media, langkah
pembuatan tangram, dan contoh pembelajaran dengan media tangram
dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar, maka peneliti
mengembangkan langkah yang akan dilalui guru dalam skenario
pembelajaran menggunakan media tangram sebagai berikut:
1) Persiapan pembelajaran yaitu mulai menyiapkan materi media dan
menyiapkan siswa sebelum pembelajaran.
2) Memperkenalkan media tangram yaitu menjelaskan pengertian,
tujuan, dan jenis media tangram.
3) Membuat media tangram yaitu mulai membentuk kelompok,
membagi LKS kemudian menyiapkan alat dan bahan, menggambar
tangram, dan memotong tangram.
4) Menggunakan media tangram sesuai untuk tujuan maksudnya
tujuan yang ingin dicapai sesuai materi yang akan dipelajari.
5) Penyimpulan dan evaluasi yaitu menyimpulkan materi dan evaluasi
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi.
Skenario ini akan berubah sesuai dengan kebutuhan, maksudnya jika
skenario ini tidak tepat maka akan dilakukan perbaikan sampai di
temukan yang sesuai untuk kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media tangram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Penelitian yang Relevan
Penelian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Upaya Peningkatan
Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Konsep Luas dan
Keliling Bangun Datar Melalui Media Tangram di Kelas V SD N 3 Abean
Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Tahun 2010. Setelah menggunakan
media tangram hasil penelitian menunjukan ada peningkatan pemahaman
terhadap materi pokok adalah sebagai berikut nilai rata-rata studi awal 58,6
dengan ketuntasan belajar 25%. Nilai rata-rata siklus I adalah 67,8 dengan
ketutasan belajar 46,4%. Nilai rata-rata siklus II adalah 80,7 dengan ketuntasan
belajar 92,8%. (Sapartini, 2010).
Penggunaan Media Tangram Untuk Peningkatan Pemahaman Konsep
Luas dan Keliling Bangun Datar Siswa Kelas V SD N 2 Sarwogadung Tahun
2008. Setelah menggunakan media tangram hasil penelitian menunjukan ada
peningkatan pemahaman terhadap materi pokok sebagai berikut pada kondisi
awal ketuntasannya 8,33%, siklus I ketuntasannya 22,23% dan siklus II
ketuntasannya nencapai 77,77%. (Hidayat, 2008).
Persamaan dari kedua penelitian diatas dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-sama penelitian tindakan kelas dan menggunakan
tangram untuk pembelajaran bangun datar. Perbedaannya dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah setting penelitian yang berbeda.
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar mata pelajaran matematika di SD N Winong kelas lima
masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil tes yang diperoleh dari 28 siswa kelas V
hanya 8 siswa yang berhasil menguasai materi lebih dari 70% atau diatas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini berarti tingkat penguasaan materi masih
rendah. Pembelajaran dikatakan berhasil jika 85% siswa sudah mendapat nilai
diatas KKM.
Tangram merupakan salah satu permainan edukatif yang bisa dibuat dari
bahan-bahan yang sederhana dan akan dapat memudahkan dalam memahami
suatu konsep tentang bangun datar. Media tangram dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
matematika dapat mengembangkan kreativitas anak dan mengenalkan bentuk
bidang datar kepada anak-anak. Fungsi tangram dapat untuk menumbuhkan daya
kreatif siswa dalam membentuk bangun datar, bentuk hewan, rumah dan lain-lain
serta sebagai pemahaman konsep kekekalan luas.
Dari pemikiran di atas diharapkan dengan menggunakan media tangram
maka hasil belajar matematika tentang bagun datar siswa kelas V diharapkan
dapat meningkat di atas KKM.
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka dapat
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: jika penggunaan media tangram
dilaksanakan dengan tepat maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012.
hasil belajar
matematika
tentang
bangun datar
rendah
hasil belajar
matematika
tentang
bangun datar
meningkat
Pembelajaran
dengan media
tangram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tentang tempat penelitian seorang ahli menjelaskan bahwa “Setting
penelitian, menjelaskan tentang lokasi dan gambaran tentang kelompok siswa
atau subjek yang dikenai tindakan. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam
penelitian tindakan, tidak ada populasi atau sampel”(Arikunto, 2008: 39).
Tempat penelitian adalah kelas V SD N Winong. SD N Winong terletak di
desa Winong RT 2 RW1 kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen. Posisinya
sangat trategis karena terletak di tepi Jalan Gentan Mirit Km 3. Berdekatan
dengan kantor UPT Dikpora Kecamatan Mirit, sehingga SD N Winong
menjadi pusat kegiatan di kecamatan Mirit. Jumlah siswa di SD N Winong
yaitu 153. Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri Winong berjumlah 10 orang, 1
orang penjaga sekolah dan 1 petugas perpustakaan dan administrasi. Kepala sekolah
SD N Winong saat ini adalah Surip, S.Pd.
Sarana dan prasarananaya cukup lengkap, selain mempunyai 6 kelas
juga terdapat kantor, musolah, laboratorium, perpustakaan dan UKS.Jumlah
ruangan yang ada di SD Negeri Winong ada 6 ruang kelas, 1 ruang guru, dapur,
ketrampilan, perpustakaan, gudang, 1 kamar mandi/WC guru dan 4 kamar mandi/WC
siswa.
Sarana dan prasarana yang tersedia di SD Negeri Winong terbilang cukup
lengkap dalam menunjang kegiatan belajar siswa. Alat peraga yang tersedia juga
cukup lengkap antara lain : model rangka manusia, model jantung manusia, model
system pernapasan manusia, globe, model planet, gambar-gambar yang menunjang
pelajaran, peta, alat-alat olahraga, alat-alat musik, papan flannel, model bangun-
bangun ruang, model-model bangun datar dan buku-buku paket siswa dan pegangan
guru.
Kelas yang menjadi subjek penelitian ini adalah kelas V (lima)
semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 28 anak yaitu
putra 15 orang dan putri 13 orang.
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama tujuh bulan yaitu dari bulan
Nopember 2011 sampai dengan bulan Juni 2012 yang dimulai dengan
pengajuan judul sampai dengan penyelesaian penulisan laporan penelitian.
Kegiatan Penelitian
Bulan
Nov
2011
Des
2011
Jan
2012
Peb
2012
Mar
2012
Apr
2012
Mei
202
Jun
2012
1. Persiapan Penelitian
a. Koordianasi peneliti
dengan kepala sekolah
dan guru
b. Diskusi dan
mengidentifikasi masalah
dan merancang tindakan
c. Menyusun proposal
penelitian
d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan
instrument penelitian
e. Mengadakan simulasi
pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
b. Siklus II
- Perencanaa
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
1) Siklus III
- Perencanaa
- Pelaksanaan tindakan
- Observa
- Refleksi
3. Analisis Data dan
Pelaporan
a. Analisis data
b. Penyusunan laporan
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan
pengumpulan laporan
Gambar 3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
B.Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini maksudnya adalah siapa yang dikenai tindakan,
alasan pemilihan subjek, dan prosedur pemilihan. Dalam penelitian tindakan kelas
ini yang dikenai tindakan adalah seluruh siswa kelas V SD N Winong. Kelas lima
berjumlah 28 anak yaitu putra 15 dan putri 13. Alasan pemilihan kelas lima hasil
belajar Matematika di kelas V masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil tes yang
diperoleh dari 28 siswa kelas V hanya 8 siswa yang berhasil menguasai materi
lebih dari 70% atau diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pelajaran
matematika kelas V KKM yang ditetapkan adalah 65. Berarti hanya ada 8 siswa
atau 28% siswa dari jumlah seluruh siswa yang mendapat nilai diatas KKM.
Sementara 20 siswa atau 62% siswa dari jumlah seluruh siswa kelas V di bawah
KKM atau belum tuntas. Hal ini berarti tingkat penguasaan materi masih rendah.
B. Sumber Data
Mengenai sumber belajar Arikunto (2006) mengemukakan bahwa
“Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”(hlm
129). Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti mengambil data dari
beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti mencari data yang dibutuhkan dalam
penelitian tindakan kelas. Sumber data yang digunakan peneliti pada penelitian
ini, yaitu:
1. Siswa
Sumber data dari siswa diperoleh dari siswa kelas V SD Negeri
Winong Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 28 yaitu putra 15
dan putri 13. Data yang didapatkan dari siswa adalah berupa tes hasil belajar
siswa dan prestasi akademik sebelumnya.
2. Teman Sejawat/ Guru
Teman sejawat adalah mahasiswa S1 PGSD yang membantu dalam
mengamati pembelajaran yang sedang dilakukan dalam penelitian. Data yang
diperoleh dari 2 teman sejawat/ mahasiswa yang masing–masing berupa data
tentang pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran dengan angket, observasi
dan wawancara. Guru sebagai orang yang sering berjumpa dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
merupakan salah satu sumber data yang sangat dibutuhkan juga. Guru yang
dipilih adalah guru yang berkompetensi dalam hal mengajar. Data yang didapat
berupa data tentang pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran dengan angket,
observasi dan wawancara. Untuk data pengamatan proses pembelajaran di
kelas V SD Negeri Winong, data didapat melalui observasi.
3. Dokumen
Dokumen-dokumen penting mengenai latar belakang siswa kelas V SD N
Winong yaitu, mengenai pendidikan selama sekolah di SDN Winong dan
perkembangan akademik. Dokumen tersebut adalah daftar nilai, daftar kelas
dan tarap serap kelas V.
C. Teknik dan Alat Pengumpula Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak hanya
satu, tetapi menggunakan multi teknik atu multi instrument. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran
menggunakan tiga teknik, yaitu: observasi, wawancara dan dokumenter. Untuk
mengetahui pemahan tentang materi yang disampaikan peneliti menggunakan
tes.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatanterhadap kegiatan
yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010: 229). Kegiatan tersebut bisa
berkenaan dengan cara guru mengajar.
Sementara Nasution tentang observasi menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan (Sugiono, 2009). Observasi
juga memiliki pengertian yaitu, pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Menurut Patton dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah
sebagai berikut.
1) Dengan observsi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat
diperoleh pandangan yang holistik aau menyeluruh.
2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,
sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif,
jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.
3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain, kususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak
akan terungkapkan dalam wawancara.
4) Dalam observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya
tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena
bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga.
5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang
komprehensif.
6) Peneliti tidak hanya mengumpilkan daya yang kaya, tetapi juga
memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi yang
diteliti.(Sugiono, 2009)
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
tingkah laku subjek, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang
dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara. Observasi ini untuk mengetahui bagaimana penggunaan media
tangram dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V. Observasi ini digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
juga untuk mengamati kegitan siswa selama mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan media tangram.
b. Wawancara
Wawancara atau interviu merupakan salah satu bentuk
pengumpulan data penelitian tindakan kelas. Wawancara memiliki 3 hal
yang menjadi kekuatan metode wawancara :
1) Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer
dengan memberikan penjelasan;
2) Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan masing-masing individu;
3) Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat teknik lain
sudah tidak dapat dilakukan
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada responden, caranya adalah dengan bercakap-
cakap secara tatap muka.Sebelum melaksanakan wawancara peneliti
membuat instrument wawancara yang disebut pedoman wawancara
(intervieu guide). Bentuk pertanyaan ini sangat terbuka sehingga responden
mempunyai keleluasaan untuk member jawaban atau penjelasan. Hal yang
perlu disiapkan lagi dari pewawancara adalah perekan atau pencatat data.
Wawancara ini digunakan untuk mencari informasi bagaimana penggunaan
media tangram dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun
datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012.
c. Dokumenter
Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektrik (Sukmadinata, 2010). Dokumen yang
peneliti gunakan adalah berupa catatan lapangan dan hasil kerja siswa yang
dapat dilihat dari lembar kerja siswa selama mengikuti pembelajaran
dengan media tangram. Beberapa dokumentasi ini akan dipadukan dengan
hasil observasi dan wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d. Tes
Tentang pengertian tes Arikunta menjelaskan pengertian tes adalah suatu
alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara
yang dapat dikatakan tepat dan benar (Padmono, 2002: 25). Tes merupakan
teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu
lembar pertanyaan atau soal. Teknik tes ini digunakan untuk mengetahui
apakah penggunaan media tangram dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran
2011/2012 yaitu pemahaman siswa terhadap materi.
Jadi teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu lembar
observasi untuk mengamati kegitan pembelajaran dan kegiatan siswa dengan
menggunakan media tangram. Untuk mengungkap kegiatan tersebut secara lebih
dalam dan mengungkap kendala serta solusi untuk perbaikan pada siklus
berikutnya peneliti melakukan wawancara. Dari observasi dan wawancara
dipadukan dengan hasil dokumentasi berupa catatan lapangan yang berisi catatan
selama kegiatan pembelajan berlangsung yang dibuat oleh peneliti dan observer.
Tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
2. Alat Pengumpulan Data
Karena teknik yang digunakan ada 4 yaitu, observasi, wawancara,
documenter dan tes maka alat pengumpulan data yang digunakan juga ada 4,
yaitu sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi atau pengamatan ini untuk mengetahui bagaimana
pembelajaran penggunaan media tangram dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran
2011/2012 serta untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan siswa selama
pembelajaran menggunakan media tangram. Observer mengamati proses
pembelajaran dengan lembar pengamatan baik pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dan kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan media
tangram.Observer ini terdiri dari tiga orang yaitu teman sejawat dan guru
senior.
b. Pedoman Wawancara
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara, dalam proses wawancara dengan menggunakan
pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara
yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan
yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar
pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau
ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan
bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam
kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual
saat wawancara berlangsung.
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mencari apa kendala dan solusi
penggunaan media tangram dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012
yang dapat digunakan untuk perbaikan dalam pembelajaran di siklus
berikutnya.
c. Catatan Lapangan
Menurut Hubberman, Michael, dan Milles Catatan lapangan merupakan
data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka yang
berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung
(2007).Catatan lapangan ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media tangram.
Selama proses yang dilalui serta tahapannya ditulis atau dicatat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
d. Butir Soal
Tes merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat
pengumpulan data yaitu lembar pertanyaan atau soal. Bentuk soalnya yaitu
uraian singkat dan uraian. Soal tes berupa lembar evaluasi yang harus
dikerjakan oleh siswa kelas V Winongyang dibagikan oleh peneliti. Tes ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa kelas VSD
N Winong dalam memahami mata pelajaran matematika khususnya tentang
bangun datar yang telah di berikan guru. Tes ini di sebelum siklus dan
sesudah siklus di masing-masing pertemuan.
D. Uji Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiono,
2009). Validitas sebuah tes diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
kenyataan/pengalaman. Adapun untuk kepentingan keabsahan atau validitas
digunakan validitas logis jenis konstruksi karena butir-butir soal yang
membangun tes tersebut mengukur setiap aspek untuk berpikir seperti yang
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus atau dengan kata lain jika tujuan
pembelajaran menuntut murid untuk dapat menjelaskan suatu konsep, maka
butiran tes harus disusun dengan tujuan untuk mendorong murid agar dapat
menjelaskan suatu konsep secara sederhana.
Untuk memeriksa pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dan
kegiatan siswa selama pembelajaran dengan media tangram peneliti
menggunakan teknik pemeriksaan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong,
2006). Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan triangulasi teknik dan
triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Peneliti menggunakan angket, observasi
serta wawancara untuk pemeriksaan penggunaan media tangram dari sumber data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
yaitu teman sejawat. Peneliti melakukan kerja sama dengan seorang guru senior,
serta teman sejawat untuk memperoleh data dengan satu teknik yang sama pada
masing-masing responden.
Menurut Sugiono(mengutip dari Wiliam Wierisma) ada 3 macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu:(1)
Triangulasi sumber yaitu menguji keabsahan data dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber tersebut, (2) triangulasi
teknik yaitu teknik untuk menguji data dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan
wawancara, alu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuisioner, dan (3)
triangulasi waktu yaitu waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, data
yang dilakukan dengan teknik wawancara maupun observasi maka hasilnya akan
berbeda, untuk itu dalam rangka pengujian keabsahan data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya (2009: 273).
Triangulasi yaitu menguji kredebilitas sebagai pengecek data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Triangulasi yang peneliti
gunakan adalah penggabungan ketiga triangulasi tersebut yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Sumber data di peroleh dari teman
sejawatdan guru senior yang masing-masing sumber tersebut menguji data dengan
cara mengecek data dengan teknik yang berbeda yaitu observasi, wawancara dan
catatan lapangan. Triangulasi waktu peneliti menetapkan dalamsatu siklus ada tiga
pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
E. Analisis Data
Langkah yang di tempuh setelah pengumpulan data adalah analisis data.
Analisis data adalah upaya yang dilakukan untuk merangkum secara akurat data
yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Teknik
analisis yang digunakan dalam PTK adalah teknik analisis deskriptif kualitataif.
Data kuantitataif dapat dianalisis secara deskriptif yaitu hasil tes dari masing
masing siklus dideskripsikan. Data kualitataif yang berupa kalimat dapat
dianalisis dengan metode analisis kualitatatif yaitu dari wawancara, observasi dan
dokumentasi dianalisis dengan analisis kualitataif. Teknik analisis data diarahkan
untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dalam proposal.
Sugiono (mengutip pendapatMiles and Hubermen) mengemukakan
aktivitas dalam analisis data kualitataif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
Langkah-langkah analisis data terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu (1)
reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan simpulan atau verifikasi(2011:
246).
1. Reduksi Data
Menurut pendapat Sugiono“Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
pola” (2011).Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang distorsi data yang tidak perlu dan
menggorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan atau diverifikasi.
1. Penyajian Data
Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data.
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan
memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
berdasarkan pengertian tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian panyajian data
merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Untuk
menampilkan data-data tersebut agar lebih menarik maka diperlukan penyajian
yang menarik pula. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart, diagram, dan matrik.
2. Verifikasi Data
Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi, disajikan dan langkah
terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari data-data yang telah
didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan
serta diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan
tentang benar dan tidaknya hasil dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah
tinjauan ulang pada catatan di lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai
makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya,
kekokohannya dan kecocokannya yaitu yang merupakan validitasnya.
F. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini sesuai
denagan rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
Aspek yang diukur Prosentase
yang
ditargetkan
Cara mengukur
Pembelajaran dengan media
tangram 85%
Diamati saat pembelajaran
dengan media tangram baik
kegiatan guru maupun siswa
Hasil belajar matematika
tentang bangun datar 85%
Diukur dengan tes hasil belajar
Gambar 3.2. Indikator Kinerja Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
G. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sesuai
dengan tahap-tahap penelitian tindakan kelas menurut kemmis dan Mc. Taggart
yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.3 Skema tahap-tahap penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan
Mc. Taggart (Arikunto, 2008: 16)
Tahap perencanaan merupakan tahap pertama dalam setiap kegiatan,
rencana ini akan sebagai acuan melaksanakan tindakan. Tanpa kegiatan apa yang
kita lakukan tidak akan terarah dalam suatu tujuan penelitian. Dalam tahap
perencanaan, menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan
dilakukan. Perencanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September dengan
pengajuan judul, kemudian untuk pelaksanaannya dilaksanakan sesuai jadwal
yang telah direncanakan.
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS I Refleksi
Perencanaan
pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS I Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Melakukan tindakan merupakan langkah kedua sebagai wujud realisasi
dari suatu rencana yang dibuat.Tanpa adanya tindakan rencana hanya sebagai
angan–angan dan tidak pernah menjadi suatu kenyataan. Dalam tahap tindakan,
rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru.Pelaksanaan tindakan ini disesuaikan
dengan jadwal yang telah ditentukan. Tahap tindakan ini guru melaksanakan
proses pembelajaran yang disesuaikan dengan skenario pembelajaran dengan
menggunakan media tangram. Pelaksanaan tindakan ini menggunakan beberapa
siklus.
Tahapan berikutnya adalah tahap pengamatan, ini dimaksudkan untuk
mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data
yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya. Agar tindakan kita dapat diketahui kwalitasnya kita lakukan
pengamatan dengan cermat. Berdasarkan pengamatan kita dapat menemukan hal –
hal yang harus dibenahi dan diperbaiki.Dalam tahap ini, berjalan bersamaan
dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Tahap refleksi yang kita lakukan setelah tindakan. Dari hasil refleksi
akan kita gunakan untuk memperbaiki rencana tindakan. Penelitian tindakan kelas
Mata Pelajaran Matamatika peneliti dalam beberapa siklus. Pada tahapan ini,
peneliti mengkaji ulang pelaksanaantindakan dan masalah-masalah apa yang
muncul, serta hambatan-hambatan apa yang terjadi. Hal ini dilakukan demi
sempurnanya pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan
1. Siklus1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini peneliti bersama teman sejawat menyusun
rencana tindakan dan dilaksanakan pada studi pendahuluan yang telah
dilakukan. Tahap perencanaan ini berisi tindakan yang akan dilakukan,
materi dan media apa saja yang digunakan, kapan waktu pelaksanaannya
dan bagaimana pelaksanaannya. Pada tahap perencanaan, penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
melakukan tindakan yaitu: (1) pembuatan RPP tentang bangun segitiga, (2)
penyusunan lembar soal tes formatif, (3) penyusunan format observasi, dan
(4) penyusunan format wawancara.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus pertama dilakukan selama tiga kali
pertemuan dengan pembagian materi berbeda. Sebelum dilaksanakan
diadakan tes sebelum pelaksanaan siklus untuk mengetahui pemahaman
siswa tentang materi yang akan di sampaikan. Pertemuan pertama siklus
pertama tentang sifat-sifat bangun segitiga. Pertemuan kedua siklus 1
tentang keliling bangun segitiga. Pertemuan ketiga siklus 1 tentang luas
bangun segitiga. Setiap akhir pertemuan peneliti memberi soal evaluasi.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat. melaksanakan
observasi di dalam kelas. Kegiatan observasi dilaksanakan pada pelaksanaan
siklus I. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan observasi dilaksanakan terhadap isi tindakan, maupun akibat yang
timbul dari tindakan tersebut.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan analisis data pada siklus I, terdapat
beberapa hal yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki pada kegiatan
pengajaran berikutnya. Aktifitas siswa pada pelaksanaan siklus I
menunjukan siswa kurang antusias dalam mengikuti proses belajar
mengajar.Hal ini mendorong peneliti mengupayakan peningkatan
pemahaman siswa dan meminimalisir kesalahan dalam mengerjakan soal.
Dari observasi yang dilakukan direfleksikan apakah masih perlu dilakukan
siklus berikutnya. Jika indikator kinerja belum tercapai maka perlu diadakan
siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Siklus2
a. Perencanaan
Berdasarkan refleksi pelaksanaan siklus I, peneliti merencanakan
beberapa kegiatan untuk pelaksanaan siklus II. Pada tahap perencanaan,
penulis melakukan tindakan yaitu: (1) pembuatan RPP tentang bangun jajar
genjang, (2) penyusunan lembar soal tes formatif,(3) penyusunan format
observasi, dan (4) penyusunan format wawancara.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II direncanakan tiga kali pertemuan
dengan rencana. Sebelumnya diadakan pre tes. Pertemuan pertama siklus 2
tentang sifat bangun trapezium. Pertemuan kedua siklus 2 tentang keliling
bangun trapezium. Pertemuan ketiga siklus 3 tentang luas trapesium. Setiap
akhir pertemuan peneliti memberi soal evaluasi.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat. Kegiatan ini
dilaksanakan di dalam kelas. Selama pelaksanaan kegiatan
pembelajarandan siswa menunjukan partisipasi yang aktif atau tidak.
Kegiatan observasi dilaksanakan pada pelaksanaan siklus II. Kegiatan
observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan observasi
dilaksanakan terhadap isi tindakan, maupun akibat yang timbul dari
tindakan tersebut.
d. Refleksi
Dari observasi yang dilakukan direfleksikan apakah masih perlu
dilakukan siklus berikutnya. Jika indikator kinerja belum tercapai maka
perlu diadakan siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3. Siklus 3
a. Perencanaan
Berdasarkan hal-hal yang didapatkan dari pelaksanaan siklus II dan hasil
refleksi dari pelaksanaan siklus ke dua maka peneliti merencanakan
beberapa kegiatan pada silkus ke tiga, diantaranya membuat (1) Pembuatan
RPP tentang bangun trapesium, (2) penyusunan lembar soal tes formatif, (3)
penyusunan format observasi, dan (4) penyusunan format wawancara.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan,
yaitu dengan pembagian materi yang sebelumnya diadakan pre tes.
Pertemuan pertama siklus 2 tentang sifat bangun jajar genjang. Pertemuan
kedua siklus 2 tentang keliling bangun jajar genjang. Pertemuan ke-3 siklus
ke-2 tentang luas jajar genjang. Setiap akhir pertemuan peneliti member soal
evaluasi.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat. Kegiatan ini
dilaksanakan di dalam kelas selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
aktifitas siswa menunjukan partisipasi yang aktif. Kegiatan observasi
dilaksanakan pada pelaksanaan siklus III. Kegiatan observasi dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan observasi dilaksanakan terhadap isi
tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut.
d. Refleksi
Dari observasi yang dilakukan di refleksikan apakah masih perlu
dilakukan siklus berikutnya.Jika indikator kinerja belum tercapai maka perlu
diadakan siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Tempat penelitian adalah kelas V SD N Winong. SD N Winong terletak
di desa Winong RT 2 RW 1 Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen. Posisinya
sangat trategis karena terletak di Jalan Gentan Mirit Km 3. Berdekatan dengan
kantor UPT Dikpora Kecamatan Mirit, sehingga SD N Winong menjadi pusat
kegiatan di Kecamatan Mirit. Jumlah siswa di SD N Winong yaitu 153 siswa.
Dengan jumlah guru PNS yang sudah memenuhi semua kelas. Ada 4 guru yang
sudah menempuh Strata I PGSD dan lainnya masih D2.
Kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V pada tahun
ajaran 2011/2012, dengan jumlah 28 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan
13 siswa perempuan. Mereka tentunya memiliki persamaan dan juga perbedaan
individu, kehendak, IQ dan latar belakang keluarga.
Sebelum masuk siklus I pada hari Selasa 28 Februari 2012 peneliti
pelaksanaka pretest siklus I. Materi pokok pada siklus satu adalah segi tiga yang
terbagi menjadi tiga sub pokok materi yaitu sifat-sifat segi tiga, keliling segi tiga
dan luas segi tiga. Jumlah soal tiga puluh dengan bentuk soal isian.Berikut hasil
pretes siklus I yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.1. Hasil Pre Test Siklus I
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
60-69 1 3,5%
Belum Tuntas
50-59 2 7,1%
40-49 11 39,3%
30-39 3 10,7%
20-29 3 10,7%
10-19 8 28,6%
Jumlah siswa 28 100%
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari hasil pretest siklus I peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada siswa
kelas V yang tuntas. Nilai tertinggi hanya 60 dan terendah 13. Nilai rata-rata
hanya 33,3. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada keadaan awal sebelum
dilaksanakan tindakan, diketahui siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan
ketuntasan minimal 70 (KKM yang telah ditentukan peneliti) adalah tidak ada,
yaitu
x 100% =0%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan
adalah 28 siswa atau
x 100% = 100%. Data selengkapnya terdapat pada
lampiran.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan tiga siklus,
untuk setiap siklus tiga kali pertemuan.
1. Deskripsi Siklus I
Pada pelaksanaan penelitian siklus I dilaksanakan dengan tiga kali
pertemuan. Pada pelaksanaan penelitian siklus I ini peneliti membagi dalam
beberapa tahapan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut :
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan
Pelaksanaan pertemuan 1 direncanakan pada Selasa 6 Maret
2012 dengan materi pokok sifat-sifat segi tiga. Peneliti menyiapkan
pembuatan RPP tentang sifat-sifat segi tiga sesuai skenario pembelajaran
yang telah ditentuka. Peneliti menghubungi observer. Peneliti menyusun
lembar observasi baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dan penyusunan
lembar wawancara baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram. Peneliti menyiapkan
alat yang dapat membantu untuk dokumentasi, menyiapkan media
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tangram, menyiapkan LKS dan menyiapkan lembar evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran.
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama yang dilaksanakan
pada hari Selasa 6 maret 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 10.40 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi pokok sifat-sifat segi tiga.
Pembelajaran dimulai dengan salam dilanjutkan berdoa bersama,
kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di
buat.
Langkah pertama yaitu persiapan yang dimulai dengan siswa
siap mengikuti pelajarandan siswa menyiapkan buku pelajaran.
Kemudian siswa menentukan tujuan pembelajaran, namun siswa belum
aktif dalam kegiatan ini karena masih dilakukan guru dan tidak
melibatkan siswa. Siswa memperhatikan contoh media tangram dan
siswa mengamati benda-benda sekitar.
Media tangram belum pernah digunakan dalam pembelajaran
sehingga langkah berikutnya yaitu pengenalan media tangram. Siswa
memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian media tangram,
tujuan media tangram, dan jenis-jenis media tangram. Untuk pengenalan
media tangram kegiatan pembelajaran masih kurang baik, hal ini karena
siswa ribut dan guru kurang menguasai kelas.
Setelah mengenal tangram, kemudian siswa pembuatan tangram.
Siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai dengan
petunjuk guru. Siswa menerima LKS dansiswa memperhatikan guru
dalam menjelaskan petunjuk penggunaan LKS. Siswa menyiapkan alat
dan bahan untuk membuat tangram.Siswa memperhatikan cara membuat
tangram 2 potongan dan 5 potongan, kemudian siswa menggambar
tangram, dan siswa memotong tangram tersebut. Dalam membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
tangram kegiatan pembelajaran masih kurang baik. Guru sudah berusaha
membimbing dengan baik namun siswa belum terbiasa membuat tangram
sehingga membutuhkan waktu yang lama dan siswa baru pertama kali
melaksanakan kegiatan secara berkelompok. Sebagian siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa terlihat bermain sendiri
dan tidak bekerjasama dengan kelompoknya. Sedikit siswa yang terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah membuat tangram siswa menggunakan media tangram
untuk mencari sifat-sifat segitiga. Siswa memililih salah satu model
tangram,mengamati tangram dan menyebutkan bangun dalam tangram
tersebut. Kemudian siswa membongkar tangram dan siswa memasang
tangram sesuai petunjuk LKS. Siswa menemukan jawaban dari masalah
yaitu sifat-sifat segitiga.Tahap penggunakan media tangram tidak
berjalan dengan baik karena siswa belum terampil menggunakannya.
Siswa belum terbiasa bekerja dengan LKS, sehingga waktu yang
diperlukan terlalu lama.
Kegiatan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik, hanya
saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif. Pertemuan
pertama dilaksanakan tidak tepat waktu karena hampir 100 menit, hal ini
sangat jauh dari yang direncanakan yaitu 70 menit. Pada pembelajaran
pertemuan pertama kali ini kegiatan pembelajaran terlihat belum efektif
hal ini akan diperbaiki pada pertemuan berikutnya.
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti (guru) dan
siswa selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran
dengan media tangram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.2. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I Pertemuan 1
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
Keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 15 16 16 15,7 24 66%
2 Pengenalan media tangram 8 8 7 7,7 12 66%
3 Membuat media tangram 21 22 22 21,7 32 65%
4 Menggunakan media tangram 14 14 15 14,4 32 43%
5 Penyimpulan dan evaluasi 14 16 14 14,6 20 70%
Rata-rata 62%
Berdasarkan tabel 4.2 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram masih menunjukkan tingkatan
kurang baik yaitu dengan hasil keberhasilan pembelajaran baru 63%.
Guru belum dapat menguasai kelas. Langkah pembelajaran ada yang
terlewati dan tidak urut. Selain itu peneliti juga menampilkan hasil
observasi siswa selama pembelajaran menggunakan media tangram.
Tabel 4.3. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I Pertemuan 1
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 15 17 14 15,3 24 63%
2 Pengenalan media tangram 9 9 11 9,7 12 75%
3 Membuat media tangram 20 25 19 21,3 32 65%
4 Menggunakan media tangram 14 14 19 15.3 32 46%
5 Penyimpulan dan evaluasi 16 16 17 16,3 20 80%
Rata-rata 65%
Berdasarkan tabel 4.3 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram masih menunjukkan kurang baik yaitu dengan
hasil keberhasilan pembelajaran baru 65%. Kekurangan ini karena siswa
belum terbiasa bekerja berdasarkan LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hasil wawancara pertemuan pertama peneliti menemukan
banyak kendala. Tahap perencanaan untuk kegitan guru baru mendapat
mencapai karena ini termasuk kriteria kurang baik yaitu dalam
perumusan masalah guru tidak menyebutkannya. Untuk pengenalan
media tangram kegiatan pembelajara kurang baik karena guru belum
dapat menguasai kelas dan bahasanya kadang terlalu cepat. Dalam
membuat tangram hasil masih kurang baik. Guru sudah berusaha
membimbing dengan baik namun siswa belum terbiasa membuat tangram
sehingga membutuhkan waktu yang lama dan siswa baru pertama kali
melaksanakan kegiatan secara berkelompok. Sebagian siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa terlihat bermain sendiri
dan tidak bekerjasama dengan kelompoknya. Melihat hal itu, peneliti
segera mengingatkan agar masing-masing kelompok untuk lebih aktif.
Siswa yang terlibat aktif bertanya masih jarang. Tahap penggunaan
tangram tidak jauh berbeda hasilnya dengan tahap membuat tangram
yaitu pada intinya siswa belum terbiasa bekerja dengan LKS. Siswa
masih bingung dalam memahami petunjuk LKS dan belum dapat
menggunakan tangram dengan baik. Namun, walupun lama dengan
bimbingan guru siswa akhirnya dapat menggunakan tangram untuk
menemukan jawaan dari perumusan masalah. Masih banyak dari siswa
yang tidak mengerti tujuan dari penggunaan tangram dalam pembelajaran
pada pertemuan 1.
Kegiatan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik. Hanya
saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif. Pertemuan
pertama ini dilaksanakan tidak tepat waktu karena hampir yaitu 100
menit, hal ini sangat jauh dari yang direncanakan yaitu 70 menit.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diakhiri dengan
pemberian evaluasi. Evaluasi ini berlangsung sekitar 10 menit. Siswa
mengerjakan evaluasi tersebut dengan tenang meskipun masih ada
beberapa yang terlihat bertanya-tanya pada teman lainnya. Hal tersebut
karena siswa kurang percaya diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Diakhir pembelajaran pertemuan 1 peneliti membagikan soal
evaluasi. Berikut adalah hasil belajar pertemuan 1.
Tabel 4.4. Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 1 3,5%
Tuntas 90-99 13 44,4%
80-89 4 14,8%
70-79 4 14,8%
60-69 2 7,1% Belum
Tuntas 50-59 2 7,1%
40-49 1 3,5%
Jumlah 27 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan 1 sudah terlihat meningkat
yaitu dari 27 anak niilai tertinggi adalah 100 dan terendah 50. Nilai rata-
rata kelas 80,3. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 22, yaitu
x
100% =81,4%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan
adalah 5 siswa atau
x 100% = 18,6%. Data selengkapnya terdapat pada
lampiran.
4) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong berjalan dengan kurang baik pada pertemuan 1. Berikut
hasil pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 baik kegiatan guru
maupun kegiatan siswa saat pembelejaran dengan media tangram yang
disajikan dalam bentuk tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.5. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1
No Aspek Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 66% KB 63% KB
2 Pengenalan media tangram 66% KB 75% CB
3 Membuat media tangram 65% KB 65% KB
4 Menggunakan media tangram 43% TB 46% TB
5 Penyimpulan dan evaluasi 70% KB 80% CB
Rata-rata 62% KB 65% KB
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I pertemuan 1 berjalan dengan kurang baik dengan hasil
observasi untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 62% yang artinya
kurang baik. Hasil observasi untuk kegiatan siswa tingkat
keberhasilannya 65% yang artinya kurang baik. Disetiap akhir pertemuan
diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Tabel 4.6. Perbandingan Pretest dan Postest Siklus I Pertemuan 1
Nilai Pre test Post tes
Ket Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 0 0% 1 3,5%
Tuntas
90-99 0 0% 12 44,4%
80-89 2 7,1% 4 14,8%
70-79 1 3,5% 4 14,8%
60-69 5 17,8% 2 7,1%
Belum
tuntas
50-59 13 46,4% 2 7,1%
40-49 4 14,2% 1 3,5%
30-39 3 10,7% 0 0%
Jumlah 28 100% 28 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 80 dan
terendah 40 dengan nilai rata-rata kelas 47,5. Siswa yang sudah mencapai
KKM adalah 3, yaitu 26
3 x 100% = 10,7%, sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan adalah 25 siswa atau 26
3 x 100% = 89,3%.
Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan 2 sudah terlihat
meningkat yaitu dari 27 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 50.
Nilai rata-rata kelas 80,3. Siswa yang sudah mencapai KKMadalah 19,
yaitu 27
19 x 100% = 81,4%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 8 siswa atau 27
8 x 100% = 18,6%.
Gambar 4.1. Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Pertemuan 1
Kendala pertemuan 1 adalah siswa belum terampil dalam
membuat dan menggunakan tangram serta kurang dapat memahami
petunjuk LKS. Perlu diadakan pertemuan berikutnya supaya siswa lebih
terampil dalam menggunakan tangram dan terbiasa bekerja berdasarkan
petunjuk LKS. Masih banyak siswa yang belum aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan siswa terlihat aktif mencoba namun siswa kesulitan
dalam menemukan tujuan pembelajaran. Ada kegiatan dalam skenario
pembelajaran yang tidak dilaksanakan ataupun bila dilaksanakan tidak
menibatkan siswa. Kendala tersebut akan diperbaiki pada pertemuan
berikutnya pada siklus I.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
100%
pretes postest
10.70%
81.40% 89.30%
18.60% per
sen
tase
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Pertemuan 2
1) Perencanaan
Pelaksanaan pertemuan 2 direncanakan pada Senin 12 Maret
2012 dengan materi pokok keliling segi tiga. Peneliti menyiapkan
pembuatan RPP tentang keliling segi tiga sesuai skenario pembelajaran
yang telah ditentukan. Peneliti menghubungi observer. Peneliti menyusun
lembar observasi baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dan penyusunan
lembar wawancara baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram. Peneliti menyiapkan
alat yang dapat membantu untuk dokumentasi. Peneliti menyiapkan
media tangram. Peneliti menyiapkan LKS dan menyiapkan lembar
evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
pelajaran.
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus I pertemuan dua yang dilaksanakan
pada hari Senin 12 Maret 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi pokok keliling segi tiga.
Pembelajaran dimulai dengan berdoa, mengabsen kehadiran siswa dan
pembelajaran selanjutnya berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran
yang direncanakan.
Dalam pertemuan kedua ini, tahap perencanaan dimulai dengan
mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa mengamati
benda-benda sekitar. Kemudian siswa merumuskan masalah,namun
dalam hal ini siswa kurang terlibat. Siswa memperhatikan contoh media
tangram.
Langkah pengenalan media tangram yang dimulai dengan siswa
memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian media tangram,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
tujuan media tangram, dan jenis-jenis media tangram.Untuk pengenalan
media tangram kegiatan pembelajaran baik yaitu guru sudah bisa
menguasai kelas hanya bahasanya kadang terlalu cepat.
Setelah mengenal tangram, siswa berkumpul dengan kelompok
masing-masing sesuai dengan petunjuk guru. Siswa menerima
LKSdanmemperhatikan guru dalam menjelaskan petunjuk penggunaan
LKS. Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tangram.Siswa
memperhatikan cara membuat tangram. Siswa menggambar tangram
dan siswa memotong tangram 5 potongan. Dalam membuat tangram hasil
masih kurang baik. Guru sudah berusaha membimbing dengan baik
namun siswa belum terbiasa membuat tangram berdasarkan petunjuk
LKS sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Siswa mulai menggunakan tangram yang mereka buat. Siswa
menyebutkan bangun-bangun dalam tangram tersebut. Siswa
membongkar tangram 5 potongan sesuai petunjuk LKS kemudian
memasang tangram untuk mencari keliling segitiga. Siswa menemukan
jawaban dari rumusan masalah yaitu mencari keliling segitiga.Tahap
pengunaan tangram tidak jauh berbeda hasilnya dengan tahap membuat
tangram yang pada intinya siswa belum terbiasa bekerja dengan LKS
sehingga waktu yang diperlukan lama.
Langkah terakhir yaitu penyimpulan dan evaluasi. Langkahnya
dimulai dengan siswa bertanya jawab secara klasikal tentang pemahanan
materi dan untuk menanyakan hal–hal yang belum jelas. Siswa menerima
penguatan dari guru.Siswa menyimpulkan materi.Siswa membuat
rangkuman. Siswa melaksanakan evaluasi kemudian ditutup dengan
berdoa bersama. Kegiatan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik
yaitu hanya saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif.
Pertemuan kedua dilaksanakan tidak tepat waktu karena hampir 90
menit, hal ini sangat jauh dari yang direncanakan yaitu 70 menit namun
ini lebih baik dari pertemuan pertama.Siswa mengerjakan evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
tersebut dengan tenang meskipun masih ada beberapa yang terlihat
bertanya-tanya pada teman lainnya.
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran
dengan media tangram.
Tabel 4.7. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I Pertemuan 2
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 21 16 17 18 24 75%
2 Pengenalan media tangram 11 11 9 10 12 83%
3 Membuat media tangram 24 30 22 25.3 32 78%
4 Menggunakan media tangram 25 29 22 25.3 32 78%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 14 16.7 20 80%
Rata-rata 78%
Berdasarkan tabel 4.7 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram masih menunjukkan tingkat cukup
baik yaitu dengan keberhasilan pembelajaran 78%. Selain itu peneliti
juga menampilkan hasil observasi siswa selama pembelajaran
menggunakan media tangram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I Pertemuan 2
No Aspek
Jumlah skor
observasi
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 17 16 16 16,7 24 70%
2 Pengenalan media tangram 8 11 9 9,3 12 75%
3 Membuat media tangram 26 26 22 24,7 32 75%
4 Menggunakan media tangram 20 20 21 20.3 32 62%
5 Penyimpulan dan evaluasi 15 14 16 15 20 75%
Rata-rata 70,8%
Berdasarkan tabel 4.8 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram masih menunjukkan cukup baik dengan
keberhasilan pembelajaran 70,8%. Siswa masih belum terbiasa membuat
dan menggunakan tangram berdasarkan petunjuk LKS.
Hasil wawamcara pertemuan kedua ini, peneliti menemukan
banyak kendala. Tahap perencanaan untuk kegitan guru baru mendapat
berjalan dengan cukup baik hanya saja dalam perumusan msalah yaitu
siswa kurang terlibat. Untuk pengenalan media tangram kegiatan
pembelajaran baik yaitu guru sudah bisa menguasai kelas hanya
bahasanya kadang terlalu cepat. Dalam membuat tangram hasil masih
kurang baik. Guru sudah berusaha membimbing dengan baik namun
siswa belum terbiasa membuat tangram sehingga membutuhkan waktu
yang lama dan siswa baru pertama kali melaksanakan kegiatan secara
berkelompok. Sebagian siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, tetapi
sebagian kecil siswa terlihat bermain sendiri dan tidak bekerjasama
dengan kelompoknya. Melihat hal itu, peneliti segera mengingatkan agar
masing-masing kelompok untuk lebih aktif. Siswa yang terlibat aktif
bertanya tentang kegiatan yang dilaksanakan. Tahap pengunaan tangram
tidak jauh berbeda hasilnya dengan tahap membuat tangram yaitu pada
intinya siswa belum terbiasa bekerja dengan LKS. Kegiatan penyimpulan
dan evaluasi berjalan cukup baik yaitu dalam kegiatan penyimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
siswa kurang terlibat aktif. Pertemuan kedua dilaksanakan tidak tepat
waktu karena hampir 90 menit, hal ini sangat jauh dari yang
direncanakan yaitu 70 menit namun ini lebih baik dari pertemuan
pertama. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke dua diakhiri dengan
pemberian evaluasi. Diakhir pembelajaran pertemuan 2 peneliti
membagikan soal evaluasi. Berikut adalah hasil belajar pertemuan 2.
Tabel 4.9. Hasil Belajar Siswa Siklu I Pertemuan 2
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 6 23%
Tuntas 90-99 3 11,5%
80-89 9 35,6%
70-79 4 15,4%
60-69 3 11,5% Belum Tuntas
50-59 1 3,8%
Jumlah 26 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan ke dua sudah terlihat
meningkat yaitu dari 26 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 50.
Nilai rata-rata kelas 81,5. Siswa yang sudah mencapai kriteria
ketuntasanminimal 70 (KKM yang telah ditentukan peneliti) adalah 22,
yaitu
x 100% =84,4%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 4 siswa atau26
4 x 100% = 15,6%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
4) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong pada pertemuan 2 sudah berjalan dengan cukup baik
dibandingkan pada pertemuan 1 kendala dalam pertemuan 1 sudah mulai
dapat diatasi oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.10. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2
No Aspek Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 75% CB 70% KB
2 Pengenalan media tangram 83% CB 75% CB
3 Membuat media tangram 78% CB 75% CB
4 Menggunakan media
tangram 78% CB 62% KB
5 Penyimpulan dan evaluasi 80% CB 75% CB
Rata-rata 78% CB 70,8% CB
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I pertemuan 2 berjalan dengan cukup baik dengan hasil
observasi untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 78% yang artinya
cukup baik. Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah urut dan
sesuai dengan skenario namun kadang penjelasan dari guru terlalu cepat
sehingga sulit dimengerti siswa. Hasil observasi untuk kegiatan siswa
tingkat keberhasilan 70,8% yang artinya cukup baik. Siswa sudah
berusaha membuat dan menggunakan tangram dengan baik namun
karena belum terbiasa bekerja dengan kelompok dan berdasarkan
petunjuk LKS maka siswa banyak mengalami kesulitan. Setelah diadakan
tindakan pada pertemuan 2 dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
hasil belajar yang dapat dilihat dari tabel perbandingan hasil belajar
pretes dan postes pertemuan 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4.11. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus I Pertemuan 2
Nilai Pre test Post tes Ket
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 1 3,5% 6 23%
Tuntas 90-99 0 0% 3 11,5%
80-89 7 25% 9 35,6%
70-79 2 7.1% 4 15,4%
60-69 6 21,4% 3 11,5%
Belum
tuntas
50-59 2 7,1% 1 3,8%
40-49 2 7,1% 0 0%
30-39 0 0% 0 0%
20-29 2 7,1% 0 0%
10-19 1 3,5% 0 0%
0-9 5 17,8% 0 0%
Jumlah 28 100% 26 100%
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 80 dan
terendah 40 dengan nilai rata-rata kelas 47,5. Siswa yang sudah KKM
adalah 10, yaitu 28
10 x 100% = 35,7%, sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan adalah 18 siswa atau 26
3 x 100% = 64,3%.
Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan 2 sudah terlihat
meningkat yaitu dari 27 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 50.
Nilai rata-rata kelas 80,3. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 19,
yaitu
x 100% = 81,4%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 8 siswa atau
x 100% = 18,6%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Pertemuan 2
Karena siswa belum terampil dalam membuat dan menggunakan
tangram dan kurang dapat memahami petunjuk LKS. Perlu diadakan
pertemuan berikutnya supaya siswa lebih terampil dalam menggunakan
tangram dan terbiasa bekerja berdasarkan petunjuk LKS. Masih banyak
siswa yang belum aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa terlihat
aktif mencoba namun siswa kesulitan dalam menemukan tujuan
pembelajaran. Kegiatan dalam skenario pembelajaran pada pertemuan 2
sudah dilaksanakan urut dan guru selalu berusaha melibatkan
siswa.Kendala tersebut akan diperbaiki pada pertemuan berikutnya pada
siklus I
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
pretest postes
35.70%
81.40%
64.30%
18.60%
per
seta
se
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. Pertemuan 3
1) Perencanaan
Pelaksanaan pertemuan 3 direncanakan pada hari Jumat 16
Maret 2012. Peneliti menghubungi observer. Peneliti menyusun lembar
observasi baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan media tangram dan penyusunan lembar wawancara
baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan media tangram. Peneliti menyiapkan alat yang
dapat membantu untuk dokumentasi. Peneliti menyiapkan media tangram
dan menyiapkan LKS. Peneliti menyiapkan lembar evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran.
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus I pertemuan 3 yang dilaksanakan pada
hari Jumat 16 Maret 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30 WIB
sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran dimulai dengan salam
dilanjutkan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen
kehadiran siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan skenario
pembelajaran yang sudah dibuat.
Langkah pertama yaitu persiapan yang dimulai dengan siswa
siap mengikuti pelajaran dan siswa menyiapkan buku pelajaran.
Kemudian siswa dan guru menentukan rumusan masalah. Siswa
memperhatikan contoh media tangram. Siswa mengamati benda-benda
sekitar. Dalam pertemuan ketiga ini, peneliti menemukan sedikit kendala.
Tahap perencanaan untuk kegiatan guru sudah mendapat mencapai
kriteria baik hanya saja dalam perumusan masalah yaitu siswa kurang
terlibat namun guru sudah mencoba mengajak siswa untuk merumuskan
masalah. Sebelum membuat media tangram siswa mengenal media
tangram terlebih dahulu terutama tangram yang akan digunakan. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
dalam mengenalkan media tangram sudah bisa menguasai kelas hanya
bahasanya kadang terlalu cepat.
Pada pertemuan 3 ini tangram yang digunakan adalah tangram 5
potongan. Pembuatan tangram 5 potonga dimulai dengan siswa
berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai dengan petunjuk
guru.Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tangram.Siswa
memperhatikan cara membuat tangram. Siswa menggambar tangram dan
dan memotong tangram.Guru sudah berusaha membimbing dengan baik
namun siswa belum terbiasa membuat tangram sehingga membutuhkan
waktu yang lama dan siswa mulai bisa membuat tangram sendiri tanpa
bantuan guru namun belum terampil. Sebagian besar siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa terlihat bermain sendiri
dan tidak bekerjasama dengan kelompoknya.
Setelah membuat tangram siswa menggunakan media tangram
sesuai tujuan pembelajaran yaitu mencari luas segitiga. Siswa
menyebutkan bangun-bangun dalam tangram tersebut. Siswa
membongkar dan memasang tangram sesuai petunjuk LKS.Siswa
menemukan jawaban dari masalah yaitu mencari luas segitiga.Siswa
merapkan rumus untuk mengerjakan soal.
Tahap penyimpulan dimulai dengan siswa bertanya jawab secara
klasikal tentang pemahanan materi dan untuk menanyakan hal–hal yang
belum jelas.Siswa menerima penguatan dari guru.Siswa menyimpulkan
materi. Siswa membuat rangkuman. Siswa melaksanakan evaluasi
kemudian ditutup dengan berdoa bersama. Kegiatan penyimpulan dan
evaluasi berjalan cukup baik. Hanya saja dalam kegiatan penyimpulan
siswa kurang terlibat aktif. Pertemuan 3 dilaksanakan 90 menit, hal ini
sangat jauh dari yang direncanakan yaitu 70 menit, namun ini lebih baik
dari pertemuan pertama.Siswa mengerjakan evaluasi tersebut dengan
tenang meskipun masih ada beberapa yang terlihat bertanya-tanya pada
teman lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran
dengan media tangram
Tabel 4.12. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I Pertemuan 3
No Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
kebe
rhasi
l
an 1 2 3
1 Persiapan 24 22 23 23 24 97%
2 Pengenalan media tangram 11 12 12 11,6 12 97%
3 Membuat media tangram 27 31 31 29,6 32 90%
4 Menggunakan media tangram 27 32 27 28,6 32 87%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 19 18 18,3 20 90%
Rata-rata 90%
Berdasarkan tabel 4.12 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram masih menunjukkan tingkat baik
dengan keberhasilan pembelajaran 90% itu artinya sudah baik. Selain itu
peneliti juga menampilkan hasil observasi siswa selama pembelajaran
menggunakan media tangram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 4.13. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I Pertemuan 3
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 19 21 20 20 24 83%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 28 28 29 28,3 32 87%
4 Menggunakan media tangram 22 21 22 20,3 32 62%
5 Penyimpulan dan evaluasi 17 16 17 16,3 20 80%
Rata-rata 82,4%
Berdasarkan tabel 4.13 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram masih menunjukkan cukup baik dengan
keberhasilan pembelajaran 82,4% yaitu artinya cukup baik. Siswa mulai
terampil dalam membuat dan menggunakan tangram berdasarkan
petunjuk LKS.
Hasil wawancara pertemuan ketiga ini, peneliti menemukan
sedikit kendala. Tahap perencanaan untuk kegitan guru baru mendapat
mencapai kriteria baik hanya saja dalam perumusan masalah yaitu siswa
kurang terlibat namun guru sudah mencoba mengajak siswa untuk
merumuskan masalah. Untuk pengenalan media tangram kegiatan
pembelajaran baik yaitu guru sudah bisa menguasai kelas hanya
bahasanya kadang terlalu cepat. Dalam membuat tangram hasil observasi
kegiatan pembelajaran sudak cukup baik. Guru sudah berusaha
membimbing dengan baik sehingga siswa mulai bisa membuat tangram
sendiri tanpa bantuan guru namun belum terampil. Sebagian besar siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa terlihat
bermain sendiri. Tahap menggunakan tangram dengan media tangram
tidak jauh berbeda hasilnya dengan tahap membuat tangram yaitu pada
intinya siswa belum terbiasa bekerja dengan LKS dan menggunakan
tangram untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah. Kegiatan
penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik. Hanya saja dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif. Pertemuan kedua
dilaksanakan 90 menit. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 3 diakhiri
dengan pemberian evaluasi. Evaluasi ini berlangsung sekitar 10menit.
Siswa mengerjakan evaluasi tersebut dengan tenang meskipun masih ada
beberapa yang terlihat bertanya-tanya pada teman lainnya Pada
pembelajaran pertemuan keketiga kali ini kegiatan pembelajaran terlihat
lebih efektif namun kegiatan membuat dan menggunakan tangram belum
berjlan baik sehingga waktu yang di perlikan lama. Diakhir pembelajaran
pertemuan 3 peneliti membagikan soal evaluasi. Berikut adalah hasil
belajar pertemuan 3.
Tabel 4.14. Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 3
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 1 3,8%
Tuntas 90-99 2 7,65%
80-89 6 23%
70-79 4 15,4%
60-69 6 23%
Belum Tuntas
50-59 2 7,6%
40-49 2 7,6%
30-39 1 3,8%
20-29 1 3,8%
Jumlah 26 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan ke tiga sudah terjadi
penurunan nilai yaitu dari 26 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah
10. Nilai rata-rata kelas 61,2. Siswa yang sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal 70 (KKM yang telah ditentukan peneliti) adalah 12,
yaitu26
12 x 100% =46,2%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 14 siswa atau26
14 x 100% = 53,8%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
4) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong sudah berjalan dengan baik sekali untuk kegiatan guru
namun untuk kegiatan siswa baru berjalan cukup baik. Kendala pada
pertemuan sebelumnya dapat diatasai pada pertemuan 3.
Tabel 4.15. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3
N
o Aspek
Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 97% BS 83% KB
2 Pengenalan media tangram 97% BS 100% BS
3 Membuat media tangram 90% B 87% B
4 Menggunakan media tangram 87% B 62% KB
5 Penyimpulan dan evaluasi 90% B 80% B
Rata-rata 91% BS 82,4% CB
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I pertemuan 3 berjalan dengan baik dengan hasil observasi
untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 91% itu artinya baik. Hasil
observasi untuk kegiatan siswa tingkat keberhasilannya 82,4% itu
artinya cukup baik. Setelah diadakan tindakan pada peretemuan 3 dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar yang dapat dilihat dari
tabel perbandingan hasil belajar pretes dan postes pertemuan 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 4.16. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus I Pertemuan 3
Nilai Pre test Post tes Ket
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 0 0% 1 3,8% Tuntas
90-99 0 0% 2 7,65%
80-89 0 0% 6 23%
70-79 0 0% 4 15,4%
60-69 0 0% 6 23% Belum
tuntas 50-59 0 0% 2 7,6%
40-49 0 0% 2 7,6%
30-39 0 0% 1 3,8%
20-29 0 0% 1 3,8%
10-19 0 0% 2 0%
0-9 28 100% 0 0%
Jumlah 28 0% 26 100%
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 0 dan terendah 0
dengan nilai rata-rata kelas 0. Siswa yang sudah KKM yang telah adalah
tidak ada, yaitu 28
0 x 100% = 0%, sedangkan siswa yang belum mencapai
batas ketuntasan adalah 28 siswa atau 28
28 x 100% = 100%. Setelah
pembelajaran hasil belajar pada pertemuan ke tiga sudah terjadi
peningkatan nilai, yaitu dari 26 anak nilai tertinggi adalah 100 dan
terendah 10. Nilai rata-rata kelas 61,2. Siswa yang sudah KKM adalah 13,
yaitu 26
13 x 100% = 50%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 13 siswa atau 26
13 x 100% = 50%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 4.3. Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Pertemuan 3
Karena siswa belum terampil dalam membuat dan menggunakan
tangram dan kurang dapat memahami petunjuk LKS. Perlu diadakan
pertemuan berikutnya supaya siswa lebih terampil dalam menggunakan
tangram dan terbiasa bekerja berdasarkan petunjuk LKS. Masih banyak
siswa yang belum aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa terlihat
aktif mencoba namun siswa kesulitan dalam menemukan tujuan
pembelajaran. Kegiatan dalam skenario pembelajaran pada pertemuan 3
sudah dilaksanakan urut dan guru selalu berusaha melibatkan
siswa.Kendala selama siklus I tersebut akan diperbaiki pada pertemuan
berikutnya pada siklus II.
d. Analisis Antar Pertemuan Siklus I
Analisis siklus I dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat pada
akhir siklus I. Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan teman
sejawat dan guru serta hasil belajar siswa, maka refleksi dapat disimpulkan
bahwa. Pembelajaran di sini maksudnya adalah kegiatan guru dan siswa
selama pembelajaran dengan menggunakan media tangram. berikut adalah
tabel hasil analisis kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran
menggunakan media tangram siklus I.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pretest postest
0.00%
50.00%
100.00%
50.00% pre
senta
se
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 4.17. Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus I
No Aspek
% Keberhasilan
pertemuan Rata-rata
1 2 3
1 Persiapan 66% 75% 97% 74,2%
2 Pengenalan media tangram 66% 83% 97% 82.5%
3 Membuat media tangram 65% 78% 90% 78,4%
4 Menggunakan media tangram 43% 78% 87% 50,3%
5 Penyimpulan dan evaluasi 70% 80% 90% 80,5%
Rata-rata 62% 78% 91% 73,1%
Dari tabel 4.17 pembelajaran dari pertemuan 1 sampai tiga
kegiatan guru terus terjadi peningkatan. Rata-rata pelaksanaan
pemelajaran dari kegiatan guru adalah 73,7%, ini temasuk kriteria cukup
baik. Tahapan yang masih kurang adalah tahapan penggunaan media
karena siswa belum terbiasa menggunakan tangram dan bekerja
berdasarkan petunjuk LKS. Hal tersebut juga berpengaruh pada kegiatan
guru. Guru harus membimbing satu persatu. Saat guru membimbing
kelompok satu, kelompok yang lain ribut karena tidak dapat
mengerjakan.Selain itu peneliti juga menampilkan hasil kesimpulan
kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan media tangram.
Tabel 4.18.Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I
No Aspek
% Keberhasilan
pertemuan Rata-
rata 1 2 3
1 Persiapan 63% 70% 83% 70,8%
2 Pengenalan media tangram 75% 75% 100% 86%
3 Membuat media tangram 65% 75% 87% 78%
4 Menggunakan media tangram 46% 62% 62% 60%
5 Penyimpulan dan evaluasi 80% 75% 80% 80%
Rata-rata 65% 70,8% 82,4% 72,8%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Dari tabel 4.18 pembelajar dari pertemuan 1 sampai pertemuan
3 kegiatan siswa terus terjadi peningkatan. Rata-rata pelaksanaan
pemelajaran dari kegiatan guru adalah 72,8%, ini temasuk kriteria cukup
baik. Tahapan yang masih kurang adalah tahapan membuat dan
penggunaan media. Dari tabel diatas berikut peneliti sajikan diagram
kegiatan Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Tangram
bagi Siklus I.
Gambar 4.4. Diagram Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Tangram
Siklus I
Dari hasil analisis pembelajaran baik kegiatan guru maupun
siswa pada siklus I peneliti simpulkan sebagai berikut:
a) Langkah persiapan sudah berjalan dengan baik namun saat
perumusan masalah dan tujuan pembelajaran siswa belum terlibat.
Langkah persiapan saat perumusan masalah belum terlaksanakan
dengan kurang baik yaitu guru belum menggali pengetahuan siswa
tentang materi yang akan dibahas, serta siswa belum berperan aktif
dalam melakukan tanya jawab dengan guru untuk merumuskan
masalah, sehingga pembelajaran pada siklus I dirasakan masih
kurang efektif, dan hal ini perlu dibenahi di siklus II.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
62.0%
78.0%
91.0%
65.0% 70.8%
82.4%
per
sen
tase
kegiatan guru
kegiatan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
b) Tahap pengenalan media tangram sudah berjalan dengan baik, hanya
saja kadang siswa saat guru menjelaskan kurang memperhatikan.Hal
ini perlu dibenahi di siklus II.
c) Langkah pembuatan media tangram belum berjalan dengan baik
karena masih baru siswa belum dapat menggunakannya dengan
terampil namun siswa sudah berusaha menggunakannya. Ukuran
tangram 10cm X 10cm menyulitkan siswa saat menggambar
tangram. Hal ini akan diperbaiki pada siklus berikutnya dengan
mengganti ukuran tangram yaitu 12cm X 12cm.
d) Langkah penggunaan media tangram karena masih baru siswa belum
dapat menggunakannya dengan terampil namun siswa sudah
berusaha menggunakannya. Siswa menggunakan media tangram
dengan petunjuk LKS belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal
ini perlu dibenahi di siklus II.
e) Kegiatan pembelajaran yang belum sesuai berakibat waktu
pembelajaran menjadi melebihi dari jam pelajaran yang
direncanakan. Hal ini perlu dibenahi di siklus II.
f) Langkah kerja siswa dengan petunjuk LKS belum dapat dipahami
dengan baik sehingga pembelajaran tidak berjalan dengan lancar hal
ini karena siswa belum pernah bekerja berdasarkan LKS. Hal ini
perlu dibenahi di siklus II.
g) Sebagian besar siswa telah dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik, hanya saja sebagian kecil siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran sambil bermain sendiri dan apabila ditanya
pasti diam saja. Hal tersebut dapat mengganggu temannya pada saat
mereka berkelompok. Dan hal ini menjadi faktor penghambat dalam
pembelajaran, walaupun telah diantisipasi oleh peneliti. Hal ini perlu
dibenahi pada siklus II.
h) Pada pembelajaran saat menyimpulan siswa belum aktif
mengemukakan pendapatnya, guru sudah berusaha memancing
dengan pertanyaan namun siswa tertentu saja yang mau menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
yang lainnya diam. Apabila mereka belum paham terhadap materi
yang sedang dipelajari mereka masih malu bertanya. Hal ini juga
perlu dibenahi pada siklus II agar pembelajaran semakin aktif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Selain pembelajaran yang terus meningkat, hasil belajar juga
terjadi peningkatan ada siklus I ini terjadi peningkatan hasil belajar hal
ini dapat dilihat dari hasil tes siklus I selama tiga kali pertemuan
dibandingkan dengan kondisi awal pelaksanaan tindakan.
Gambar 4.5. Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus I
Siswa yang belum tuntas hasil belajarnya pada siklus I, dalam
proses pembelajaran siswa tersebut juga masih terlihat kurang aktif, dan
sering bermain sendiri tidak fokus dalam pembelajaran, hal ini
ditunjukkan dengan penilaian hasil yang lebih rendah dari pada teman
yang lain. Selama tiga kali pertemuan di siklus I ada beberapa kendala
yang peneliti temui selama pelaksanaan tindakan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0%
81% 85%
50%
100%
19% 15%
50%
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 4.19. Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Pertemuan Kendala Solusi
1 a) Siswa kurang dapat
memahami petunjuk LKS
b) Siswa belum terampil
membuat tangram
c) Ukuran tangram
menyulitkan siswa
d) Siswa belum terampil
menggunakan tangram
a) Siswa bekerja teliti dan
urut berdasarkan
petunjuk LKS
b) Siswa latihan terus
menerus
c) Ukuran tangram dirubah
menjadi 12cm X 12cm
d) Siswa latihan terus
menerus
2 Siswa yang kurang aktif
dalam berpendapat
Guru berusaha memancing
dengan pertanyaan
3 Siswa yang kurang aktif saat
diskusi kelompok
Selalu diingatkan dengan
memberikan motivasi yang
bervariasi.
Setelah pelaksanaan siklus I selama tiga kali pertemuandan
diperoleh hasil seperti yang diuraikan di atas, maka peneliti
berkesimpulan bahwa:
(1) Penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun
ajaran 2011/2012 baru berjalan dengan cukup baik dan hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran belum mencapai 85%. Oleh
karena itu, peneliti mengambil keputusan untuk melanjutkan siklus II
sesuai refleksi tindakan pada siklus I dengan melanjutkan materi
berikutnya yaitu tentang trapesium.Penggunaan media tangram dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Walaupun sudah meningkat
namun belum sesuai dengan ketuntasan belajar yang seharusnya
mencapai 85% dari seluruh siswa mendapat nilai diatas KKM. Hal
ini akan dibenahi pada siklus II.
(2) Kendala dan solusi penggunaan media tangram dalam pada siklus I
adalah (1) siswa belum terampil dalam membuat dan menggunakan
media tangram berdasarkan petunjuk LKS sehingga pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
berlangsung lama, (2) ukuran tangram 10cm X 10cm menyulitkan
siswa saat menggambar tangram. Hal ini akan diperbaiki pada siklus
berikutnya dengan mengganti ukuran tangram yaitu 12cm X 12cm
(3) sebagian besar siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, (4)
siswa dalam masih sulit dalam menarik kesimpulan, (5) siswa belum
percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan (6) pembelajaran
yang berlangsung lebih dari 2 X 35 menit pada siklus II akan diubah
2 X 45 menit. Oleh karena itu, peneliti mengambil keputusan untuk
melanjutkan siklus II sesuai refleksi tindakan pada siklus I. Solusi
yang peneliti lakukan adalah dengan mengubah ukuran tangram dan
mengubah skenario pembelajaran serta selalu melibatkan siswa
dalam pembelajaran sehingga melatih percaya diri siswa.
2. Deskripsi Siklus II
Dari hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I maka peneliti
masuk pada siklus II. Sebelum masuk siklus II diadakan pretest siklus II
yang dilaksanakan pada hari Kamis 22 Maret 2012 materi pokok trapesium
dan jumlah saolnya 30 soal dengan pembagian soal yaitu 10 soal sifat
trapesium, 10 soal keliling trapesium dan 10 soal luas trapesium dengan
bentuk soal isian. Pretes siklus II dilaksanakan selama 45 menit yaitu
dimulai dari pukul 08.15 sampai 09.00. Hasilnya dari pretes siklus II dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.20. Hasil Pretes Siklus II
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
60-69 1 3,5%
Belum Tuntas
50-59 1 3,5%
40-49 9 32,1%
30-39 13 45,2%
20-29 2 7,2%
10-19 1 3’5%
0-9 1 3,5%
Jumlah 28 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Dari hasil pretest siklus II peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada siswa
kelas V yang tuntas. Nilai tertinggi hanya 60 dan terendah 3. Nilai rata-
rata hanya 33,1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada keadaan
awal sebelum dilaksanakan tindakan, diketahui siswa yang sudah
mencapai kriteria ketuntasan ketuntasan minimal 70 (KKM yang telah
ditentukan peneliti) adalah tidak ada, yaitu
x 100% =0%, sedangkan
siswa yang belum mencapai batas ketuntasan adalah 28 siswa atau
x
100% = 100%. Data selengkapnya terdapat pada lampiran. Dari hasil
pretest siklus II ini peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika
kelas V SD N Winong masih rendah khususnya materi tentang trapesium.
Maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran agar hasil belajarnya
meningkat berdasarkan refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan dengan tiga kali
pertemuan.
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan
Pertemuan 1 dilaksanakan pada Sabtu 24 Maret 2012 dengan
materi pokok sifat-sifat trapesium. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti
menyiapkan RPP tentang bangun trapesium sesuai skenario pembelajaran
yang telah ditentukan berdasarkan refleksi dari tindakan siklus I.Peneliti
menghubungi observer. Peneliti menyusun lembar observasidanlembar
wawancara baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan media tangram. Peneliti menyiapkan alat yang
dapat membantu untuk dokumentasi. Peneliti menyiapkan media tangram
dan menyiapkan LKS. Peneliti menyiapkan lembar evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Sabtu 24 maret 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Materi pokok sifat-sifat
trapesium.Pembelajaran dimulai dengan salam dilanjutkan berdoa
bersama, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa dan
pemberian tes penjajagan berupa sifat-sifat trapesium. Setelah itu guru
melanjutkan dengan apersepsi dan acuan. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di buat.
Siswa menyiapkan buku pelajaran. Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. Siswa mengamati benda-
benda sekitar. Siswa menemukan masalahdan menentukan tujuan
pembelajaran. Tahap perencanaan, untuk kegiatan guru sudah baik
terutama pada perumusan masalah yaitu siswa mulai terlibat aktif dalam
menentukan perumusan masalah.
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian media
tangram, tujuan media tangram, dan jenis-jenis media tangram. Untuk
pengenalan media tangram kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik.
Dalam tahapan ini siswa juga dilibatkan dalam perkenalan jenis-jenis
media tangram terutama mencoba menggunakan tangram yang akan
digunakan.
Dalam membuat tangram hasil observasi kegiatan pembelajaran
lebih baik karena ukuran tangram sudah berubah sehingga memudahkan
siswa dalam membuat tangram. tangram yang digunakan adalah tangram
7 potongan untuk mencari sifat-sifat trapesium. Kegiatan pembuatan
media tangram diawali dengan siswa berkumpul dengan kelompok
masing-masing sesuai dengan petunjuk guru. Siswa menerima LKS dan
memperhatikan guru dalam menjelaskan petunjuk penggunaan LKS.
Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tangram.Siswa
memperhatikan cara membuat tangram, siswa menggambar tangram,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dan siswa memotong tangram. Guru sudah berusaha membimbing
dengan baik dan siswa mulai terampil dalam membuat tangram sehingga
membutuhkan waktu yang singkat. Sebagian besar siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa terlihat bermain sendiri
dan tidak bekerjasama dengan kelompoknya.
Setelah membuat tangram siswa menggunakan media tangram
untuk mencari sifat-sifat trapesium. Langkahnya yaitu siswa memililih
salah satu model tangram, siswa mengamati tangram, siswa menyebutkan
bangun-bangun dalam tangram tersebut. Siswa membongkar dan
memasang tangram sesuai petunjuk LKS.Siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok dengan media tangram. Tahap penggunakan media
tangram berjalan lebih baik yaitu siswa mulai terbiasa bekerja dengan
LKS. Di sini siswa mulai terlihat terampil dalam menggunakan tangram
sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Langkah terakhir yaitu penyimpulan dan evaluasi. Pertama yaitu
siswa bertanya jawab secara klasikal tentang pemahanan materi dan
untuk menanyakan hal–hal yang belum jelas.Siswa menerima penguatan
dari guru. Siswa menyimpulkan materi, siswa membuat rangkuman dan
siswa melaksanakan evaluasi kemudian ditutup dengan berdoa bersama.
Kegitan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik. Hanya saja
dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif bertanya jawab.
Siswa hanya mau bertanya jika ditanya guru. Pertemuan pertama
dilaksanakan tepat 90 menit.
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran
dengan media tangram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 4.21 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II Pertemuan 1
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 23 20 20 21 24 87,5%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 30 30 30 30 32 93%
4 Menggunakan media tangram 27 24 24 25 32 78,1%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 17 17 17,3 20 85%
Rata-rata 88,2%
Berdasarkan tabel 4.21 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram sudah menunjukkan tingkat baik,
sedangkan keberhasilan pembelajaran 88%. Selain itu peneliti juga
menampilkan hasil observasi siswa selama pembelajaran menggunakan
media tangram.
Tabel 4.22. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus II Pertemuan 1
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 19 19 19 19 24 79%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 26 29 25 26,7 32 81%
4 Menggunakan media tangram 24 25 24 24,5 32 75%
5 Penyimpulan dan evaluasi 16 17 16 16,3 20 80%
Rata-rata 83%
Berdasarkan tabel 4.22 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram masih menunjukkan tingkat cukup baik,
sedangkan keberhasilan pembelajaran 83%. Tahap pengenalan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
tangram sudah berjalan baik sekali karena siswa sudah mencoba
menggunakan.
Hasil wawancara pada pertemuan 1. Tahap perencanaan untuk
kegiatan guru sudah baik terutama pada perumusan masalah yaitu siswa
mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan masalah dan tujuan
pembelajaran hal ini karena guru selalu melibatkan siswa dalam setiap
kegiatan. Langkah yang dilakukan guru adalah dengan memancing siswa
dengan pertanyaan pertanyaan hal ini dapat melatih siswa dalam
mengemukakan pendapat. Untuk pengenalan media tangram kegiatan
pembelajaran berjalan dengan baik di sini siswa yang aktif mengenalkan
media tangram khususnya tangram yang akan digunakan.
Dalam membuat media tangram kegiatan pembelajaran lebih
baik karena ukuran tangram sudah berubah sehingga memudahkan siswa
dalam membuat tangram. Guru sudah berusaha membimbing dengan
baik dan siswa mulai terampil dalam membuat tangram sehingga
membutuhkan waktu yang singkat. Sebagian besar siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa terlihat bermain sendiri
dan tidak bekerjasama dengan kelompoknya. Melihat hal itu, peneliti
segera mengingatkan agar masing-masing kelompok untuk lebih aktif.
Tahap penggunakan media tangram berjalan lebih baik yaitu
siswa mulai terbiasa bekerja dengan LKS. Saat demontrasi klasikal siswa
sudah mulai percaya diri dan lancar dalam menyampaikan pada
temannya. Kegiatan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik.
Hanya saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif yaitu
jika tidak ditanya siswa tidak berpendapat. Pertemuan pertama
dilaksanakan tepat 90 menit.Di setiap akhir pembelajaran peneliti
memberikan lembar evaluasi yang tujuannya untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 4.23. Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
90-99 7 25%
80-89 4 14%
70-79 6 22%
60-69 6 22%
Belum
Tuntas
50-59 2 7%
40-49 1 3,5%
30-39 1 3,5%
Jumlah 27 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan 1 sudah terlihat meningkat
yaitu dari 27 anak nilai tertinggi adalah 90 dan terendah 30. Nilai rata-
rata kelas 71. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 17, yaitu
x
100% = 62%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan
adalah 10 siswa atau
x 100% = 38%. Data selengkapnya pada
lampiran.
4) Refleksi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
hasil refleksi berlangsungnya pembelajaran dengan media tangram.
Tabel 4.24. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1
N
o Aspek
Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 87,5% B 79% CB
2 Pengenalan media tangram 100% BS 100% BS
3 Membuat media tangram 93% B 81% CB
4 Menggunakan media tangram 78,1% CB 75% CB
5 Penyimpulan dan evaluasi 85% B 80% CB
Rata-rata 88,2% B 83% CB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
Dari tabel 4.24 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II pertemuan 1 berjalan dengan baik dengan hasil observasi
untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 88,2%. Kegiatan
penggunaan media tangram baru berjalan cukup baik. Hasil observasi
untuk kegiatan siswa tingkat keberhasilannya 83% itu artinya cukup baik
hal ini karena siswa mulai terampil dalam menggunakan media tangram.
Tahap pengenalan media tangram berjalan sangat baik karena siswa yang
melakukannya dan ini dilakukan dengan percaya diri. Tahapan yang
lainnya baru berjalan dengan cukup baik. Selain pembelajaran yang terus
ditingkatkan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan hal ini
dapat dilihat dari tabel perbandingan hasil belajar pretes dan postes
pertemuan 1.
Tabel 4.25. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus II Pertemuan 1
Nilai Pre test Post tes
Ket Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 0 0% 0 0%
Tuntas
90-99 1 3,5% 7 25%
80-89 1 3,5% 4 14%
70-79 7 25% 6 22%
60-69 6 21,4% 6 22%
Belum
tuntas
50-59 4 14,2% 2 7%
40-49 4 14,2% 1 3,5%
30-39 3 10,7% 1 3,5%
20-29 0 0% 0 0%
10-19 2 7% 0 0%
Jumlah 28 100% 27 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 90
dan terendah 0 dengan nilai rata-rata kelas 52,1. Siswa yang sudah
mencapai KKM adalah 9, yaitu
x 100% = 32,1%, sedangkan siswa
yang belum mencapai batas ketuntasan adalah 19 siswa atau
x 100% =
67,9%. Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan I sudah
terlihat meningkat yaitu dari 27 anak nilai tertinggi adalah 90 dan
terendah 30. Nilai rata-rata kelas 71. Siswa yang sudah KKM yang telah
adalah 17, yaitu
x 100% =62%, sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan adalah 10 siswa atau
x 100% = 38%. Data
selengkapnya terdapat pada lampiran.
Gambar 4.6. Diagram Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus II
Pertemuan 1
Kendala yang peneliti temui selama pembelajaran pada
pertemuan 1 yaitu siswa belum terampil menggunakan tangram dan kurang
dapat memahami petunjuk LKS. Perlu diadakan pertemuan berikutnya
supaya siswa lebih terampil dalam menggunakan tangram dan terbiasa
bekerja berdasarkan petunjukLKS. Siswa kurang aktif dalam
mengemukakan pendapat saat perumusan masalah dan menentukan tujuan
pembelajaran serta dalam kegiatan tanya jawab jika siswa tidak ditanya
tidak menjawab. Siswa kurang percaya diri, hal ini akan diperbaiki dengan
menambah motivasi yang bervariasi pada pertemuan berikutnya.
0%
20%
40%
60%
80%
pretest postest
32.1%
62.0% 67.9%
38.0%
per
sen
tase
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
b. Pertemuan 2
1) Perencanaan
Pertemuan 2 dilaksanakan pada Kamis 29 Maret 2012 dengan
materi pokok keliling trapesium. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti
menyiapkan RPP tentang bangun keliling trapesium sesuai skenario
pembelajaran yang telah ditentukanberdasarkan refleksi dari tindakan
siklus I.Peneliti menghubungi observer.Peneliti menyusun lembar
observasi baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan media tangram. Peneliti menyusunlembar
wawancarabaik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan media tangram. Peneliti menyiapkan alat yang
dapat membantu untuk dokumentasi, menyiapkan media tangram,
menyiapkan LKS, dan menyiapkan lembar evaluasi.
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II pertemuan dua yang dilaksanakan
pada hari Kamis 29 Maret 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Materi pokok keliling
trapesium.Pembelajara dimulai dengan salam dilanjutkan berdoa
bersama, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa dan
pemberian tes penjajagan berupa keliling trapesium. Setelah itu guru
melanjutkan dengan apersepsi dan acuan. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di buat.
Langkah persiapan dimulai dengan siswa siap mengikuti
pelajaran. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran. Siswa menyiapkan buku pelajaran. Siswa mengamati
benda-benda sekitar. Siswa dan guru tujuan pembelajaran. Tahap
perencanaan, untuk kegiatan guru sudah baik terutama pada perumusan
masalah yaitu siswa mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan
masalah.Langkah pengenalan media tangram kegiatan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
berjalan dengan baik. Dalam tahapan ini siswa juga dilibatkan dalam
perkenalan media tangram terutama mencoba menggunakan tangram
yang akan digunakan.
Setelah mengenal tangram yang akan digunakan, langkah
berikutnya yaitu membuat tangram 3 potongan. Kegiatannya dimulai
dengan siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai dengan
petunjuk guru. Siswa menerima LKSdan memperhatikan guru dalam
menjelaskan petunjuk penggunaan LKS. Siswa menyiapkan alat dan
bahan untuk membuat tangram.Siswa memperhatikan cara membuat
tangram. Siswa menggambar dan siswa memotong tangram. Guru sudah
berusaha membimbing dengan baik dan siswa mulai terampil dalam
membuat tangram sehingga membutuhkan waktu yang singkat. Sebagian
besar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa
terlihat bermain sendiri dan tidak bekerjasama dengan kelompoknya.
Setelah siswa membuat tangram langkah berikutnya yaitu
menggunakan media tangram untuk mencari keliling trapesium. Siswa
menyebutkan bangun-bangun dalam tangram tersebut. Siswa
membongkar dan memasang tangram sesuai petunjuk LKS.
Kemudiansiswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan siswa
memperhatikan cara bagaimana mencari penyelesaian masalah dengan
media tangram. Tahap penggunakan media tangram berjalan lebih baik
yaitu siswa mulai terbiasa bekerja dengan LKS. Di sini siswa mulai
terlihat terampil dalam menggunakan tangram sehingga pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Kegiatan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik. Hanya
saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif bertanya
jawab. Yang menjadi catatan penting bagi peneliti pada pertemuan ini
siswa mulai bosan dengan media tangram dan mungkin ini juga yang
mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa. Hal tersebut akan
diperbaiki di pertemuan berikutnya dengan memberikan motivasi yang
lebih sering dan bervariasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap pembelajaran dengan media
tangram.
Tabel 4.26. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II Pertemuan 2
No Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 21 22 21,7 24 87,5%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 30 32 31,3 32 96,8%
4 Menggunakan media tangram 27 27 29 27,9 32 84,3%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 91,7%
Berdasarkan tabel 4.26 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram sudah menunjukkan tingkat baik,
sedangkan keberhasilan pembelajaran 91,7%. Berikut hasil observasi
kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan media tangram.
Tabel 4.27. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus II Pertemuan 2
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 22 21 21,7 24 87,5%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 31 31 31 31 32 96,6%
4 Menggunakan media tangram 27 28 27 27,3 32 87,5
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 92%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Berdasarkan tabel 4.27 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram sudah menunjukkan baik, yaitu dengan
keberhasilan pembelajaran 92%. Langkah pengenalan dan pembuatan
media tangram berjalan dengan baik sekali karena siswa sudah terampil
dalam membuat tangram.
Hasil wawancara pada pertemuan 2. Tahap perencanaan untuk
kegiatan guru sudah baik terutama pada perumusan masalah yaitu siswa
mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan masalah dan tujuan
pembelajaran hal ini karena guru selalu melibatkan siswa dalam setiap
kegiatan. Langkah yang dilakukan guru adalah dengan memancing siswa
dengan pertanyaan pertanyaan hal ini dapat melatih siswa dalam
mengemukakan pendapat. Untuk pengenalan media tangram kegiatan
pembelajaran berjalan dengan baik, di sini siswa yang aktif mengenalkan
media tangram khususnya tangram yang akan digunakan.
Dalam membuat media tangram kegiatan pembelajaran lebih
baik karena ukuran tangram sudah berubah sehingga memudahkan siswa
dalam membuat tangram. Guru sudah berusaha membimbing dengan
baik dan siswa mulai terampil dalam membuat tangram sehingga
membutuhkan waktu yang singkat. Sebagian besar siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, tetapi sebagian kecil siswa terlihat bermain sendiri
dan tidak bekerjasama dengan kelompoknya. Melihat hal itu, peneliti
segera mengingatkan agar masing-masing kelompok untuk lebih aktif.
Tahap penggunaan media tangram berjalan lebih baik yaitu
siswa mulai terbiasa bekerja dengan LKS. Saat demontrasi klasikal siswa
sudah mulai percaya diri dan lancar dalam menyampaikan pada
temannya.Kegiatan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik.
Hanya saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif yaitu
jika tidak ditanya siswa tidak berpendapat.Setelah tindakan pertemuan 2
diadakan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi
yang disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 4.28. Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 4 14,8%
Tuntas 90-99 5 18,5
80-89 2 7,4%
70-79 7 25%
60-69 0 0%
Belum Tuntas 50-59 4 14,8%
40-49 1 0%
30-39 2 7,4%
Jumlah 27 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan ke dua sudah terlihat
meningkat yaitu dari 26 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 20.
Nilai rata-rata kelas 71. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 20,
yaitu
x 100% =74%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 7 siswa atau
x 100% = 26%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
4) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong berjalan dengan baik. Langkah pengenalan media tangram
berjalan baik sekali, sedangkan langkah mengguanakan media tangram
belum berjalan dengan baik.
Tabel 4.29.Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2
N
o Aspek
Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 87,5% B 87,5% B
2 Pengenalan media tangram 100% BS 100% BS
3 Membuat media tangram 96,8% BS 96,6% BS
4 Menggunakan media tangram 84,3% CB 87,5 B
5 Penyimpulan dan evaluasi 90% B 90% B
Rata-rata 91,7% B 92% B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
Dari tabel 4.29 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II pertemuan 2 berjalan dengan baik dengan hasil observasi
untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 91,7%. Kegiatan
penggunaan media tangram berjalan baik. Hasil observasi untuk
kegiatan siswa tingkat keberhasilannya 92% yang artinya baik hal ini
karena siswa mulai terampil dalam menggunakan media tangram.
Peningkatan hasil belajar dari pelaksanaan tindakan dapat dilihat dari
tabel perbandingan hasil belajar pretes dan postes pertemuan 2.
Tabel 4.30. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus II Pertemuan 2
Nilai Pre test Post tes Ket
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 0 3,5% 4 14,8%
Tuntas 90-99 0 0% 5 18,5
80-89 3 25% 2 7,4%
70-79 5 7.1% 7 25%
60-69 4 21,4% 0 0%
Belum
tuntas
50-59 5 7,1% 4 14,8%
40-49 5 7,1% 1 0%
30-39 3 0% 0 0%
20-29 1 7,1% 2 7,4%
10-19 0 3,5% 0 0%
0-9 3 17,8% 0 0%
Jumlah 28 100% 27 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 80 dan
terendah 0 dengan nilai rata-rata kelas 47,5. Siswa yang sudah mencapai
KKM adalah 8, yaitu 28
8 x 100% = 28,5%, sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan adalah 20 siswa atau 28
20 x 100% = 71,5%.
Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan ke dua sudah terlihat
meningkat yaitu dari 26 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 20.
Nilai rata-rata kelas 71. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 20,
yaitu 26
20 x 100% =74%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 7 siswa atau 26
7 x 100% = 26%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
Gambar 4.7. Diagram Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus II
Pertemuan 2
Kendala yang peneliti temui dapat diselesaikaikan dengan baik
karena siswa mulai terampil menggunakan tangram dan sudah dapat
memahami petunjuk LKS dan mampu bekerja secara urut. Perlu
diadakan pertemuan berikutnya supaya siswa lebih terampil dalam
menggunakan tangram dan terbiasa bekerja berdasarkan petunjuk LKS.
Siswa kurang aktif dalam mengemukakan pendapat saat perumusan
masalah dan menentukan tujuan pembelajaran serta dalam kegiatan tanya
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
pretest postest
28.5%
74.0% 71.5%
26.0%
pe
rse
nta
se
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
jawab jika siswa tidak ditanya tidak menjawab. Siswa kurang percaya
diri, hal ini akan diperbaiki dengan menambah motivasi yang bervariasi
pada pertemuan berikutnya.
c. Pertemuan 3
1) Perencanaan
Pertemuan 3 dilaksanakan pada Sabtu 31 Maret 2012 dengan
materi pokok sifat-sifat trapesium. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti
menyiapkan RPP tentang bangun trapesium sesuai skenario pembelajaran
yang telah ditentukan. Penelitimenghubungi observer.Peneliti
menyusunan lembar observasi baik untuk menilai peneliti maupun siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dan
penyusunan lembar wawancarabaik untuk menilai peneliti maupun siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram. Peneliti
menyiapkan alat yang dapat membantu untuk dokumentasi, menyiapkan
media tangram, menyiapkan LKS dan menyiapkan lembar evaluasi.
1) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II pertemuan 3 yang dilaksanakan
pada hari Sabtu 31 Maret 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 11.00 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pembelajaran dimulai dengan salam
dilanjutkan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen
kehadiran siswa dan pemberian tes penjajagan berupa luas trapesium.
Setelah itu guru melanjutkan dengan apersepsi dan acuan. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di
buat.
Siswa siap mengikuti pelajaran. Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. Siswa menyiapkan buku
pelajaran. Siswa mengamati benda-benda sekitar, siswa menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
masalah, dan siswa menentukan tujuan pembelajaran. Tahap
perencanaan, untuk kegitan guru sudah baik terutama pada perumusan
masalah yaitu siswa mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan
masalah.
Langkah berikutnya yaitu perkenalan media tangram. Langkah
ini dimulai dengan siswa memperhatikan penjelasaan gurutentang
pengertian media tangram, tujuan media tangram, dan tentang jenis-jenis
media tangram. Dalam tahapan ini siswa juga dilibatkan dalam
perkenalan media tangram terutama mencoba menggunakan tangram
yang akan digunakan dan berjalan dengan baik.
Siswa membuat tangram 2 potongan. Kegiatannya dimulai
dengan siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai dengan
petunjuk guru. Siswa menerima LKS dan memperhatikan guru dalam
menjelaskan petunjuk penggunaan LKS. Siswa menyiapkan alat dan
bahan untuk membuat tangram, siswa memperhatikan cara membuat
tangram. Siswa menggambar tangram, dan siswa memotong tangram.
Dalam membuat tangram hasil observasi kegiatan pembelajaran lebih
baik karena ukuran tangram sudah berubah sehingga memudahkan siswa
dalam membuat tangram. Guru sudah berusaha membimbing dengan
baik dan siswa mulai terampil dalam membuat tangram sehingga
membutuhkan waktu yang singkat.
Setelah siswa membuat tangram langkah berikutnya yaitu
menggunakan media tangram untuk mencari luas trapesium. Siswa
menyebutkan bangun-bangun dalam tangram tersebut. Siswa
membongkar dan memasang tangram sesuai petunjuk LKS.Siswa
menemukan jawaban dari masalah yaitu mencari luas trapesium,
kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan media
tangram. Tahap penggunakan media tangram berjalan lebih baik yaitu
siswa mulai terbiasa bekerja dengan LKS sehingga pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan rencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Langkah terakhir yaitu penyimpulan dan evaluasi. Pertama yaitu
siswa bertanya jawab secara klasikal tentang pemahanan materi dan
untuk menanyakan hal–hal yang belum jelas, siswa menerima penguatan
dari guru, siswa menyimpulkan materi, siswa membuat rangkuman dan
siswa melaksanakan evaluasi.Kegitan penyimpulan dan evaluasi berjalan
cukup baik. Hanya saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang
terlibat aktif bertanya jawab. Siswa hanya mau bertanya jika ditanya
guru. Pertemuan pertama dilaksanakan kurang dari yang direncanakan
yaitu hanya 75 menit.
2) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran
dengan media tangram.
Tabel 4.31. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II Pertemuan 3
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 22 22 22 24 91%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 32 32 32 32 100%
4 Menggunakan media tangram 30 28 29 29 32 90%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 94,2
Berdasarkan tabel 4.31 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram menunjukkan tingkat baik,
sedangkan keberhasilan pembelajaran 94,2%. Selain itu peneliti juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
menampilkan hasil observasi siswa selama pembelajaran menggunakan
media tangram.
Tabel 4.32. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus I Pertemuan 3
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 22 22 22 24 91%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 31 32 31,7 32 96%
4 Menggunakan media tangram 28 28 28 28 32 87,5%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 92,8%
Berdasarkan tabel 4.32 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram menunjukkan tingkat baik, sedangkan hasil
keberhasilan pembelajaran 94,2%. Tahap pengenalan dan pembuatan
media tangram berjalan dengan baik sekali sedangkan tahapan yang lain
berjalan cukup baik.
Hasil wawancara pertemuan ketiga ini. Tahap perencanaan
untuk kegiatan guru sudah baik terutama pada perumusan masalah yaitu
siswa mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan masalah. Untuk
pengenalan media tangram kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik.
Dalam membuat tangram hasil observasi kegiatan pembelajaran lebih
baik karena ukuran tangram sudah berubah sehingga memudahkan siswa
dalam membuat tangram. Tahap penggunaan media tangram berjalan
lebih baik yaitu siswa mulai terbiasa bekerja dengan LKS. Kegiatan
penyimpulan dan evaluasi berjalan baik. Siswa terlibat aktif dalam
bertanya jawab. Pertemuan pertama dilaksanakan tepat waktu yaitu 70
menit.Setelah tindakan pertemuan 3 diadakan evaluasi untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang luas trapesium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Tabel 4.33. Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 3
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 5 18%
Tuntas 90-99 4 14,8%
80-89 6 23%
70-79 8 28,7%
60-69 1 3,8%
Belum Tuntas
50-59 1 3,8%
40-49 1 3,8%
30-39 0 0%
20-29 1 3,8%
Jumlah 27 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan ke tiga sudah terjadi
penurunan nilai yaitu dari 27 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah
20. Nilai rata-rata kelas 75,18. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah
23, yaitu
x 100% = 85,2%, sedangkan siswa yang belum mencapai
batas ketuntasan adalah 4 siswa atau
x 100% = 14,8%.
3) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong berjalan dengan baik yaitu untuk kegiatan guru dan siswa.
Berikut refleksi pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan 3.
Tabel 4.34.Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3
N
o Aspek
Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 91% B 91% B
2 Pengenalan media tangram 100% BS 100% BS
3 Membuat media tangram 100% BS 96% BS
4 Menggunakan media tangram 90% B 87,5% B
5 Penyimpulan dan evaluasi 90% B 90% B
Rata-rata 94,2% B 92,8% B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
Dari tabel 4.34 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II pertemuan 3 berjalan dengan baik dengan hasil observasi
untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 94,2%. Kegiatan
penggunaan media tangram berjalan baik. Hasil observasi untuk
kegiatan siswa tingkat keberhasilannya 92,8%, itu artinya baik. Hal ini
karena siswa mulai terampil dalam menggunakan media tangram.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari tabel perbandingan hasil
belajar pretes dan postes pertemuan 3.
Tabel 4.35. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus II Pertemuan 3
Nilai Pre test Post tes Ket
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 0 0% 5 18% Tuntas
90-99 0 0% 4 14,8%
80-89 0 0% 6 23%
70-79 0 0% 8 28,7%
60-69 0 0% 1 3,8% Belum
tuntas 50-59 0 0% 1 3,8%
40-49 0 0% 1 3,8%
30-39 0 0% 0 0%
20-29 1 3% 1 3,8%
10-19 10 35,7% 0 0%
0-9 17 60,7% 0 0%
Jumlah 28 0% 27 100%
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 2 dan
terendah 0 dengan nilai rata-rata kelas 0,7. Siswa yang sudah mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
KKM adalah tidak ada, yaitu 28
0 x 100% = 0%, sedangkan siswa yang
belum mencapai batas ketuntasan adalah 28 siswa atau 28
28 x 100% =
100%. Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan ke tiga sudah
terjadi penurunan nilai yaitu dari 27 anak nilai tertinggi adalah 100 dan
terendah 20. Nilai rata-rata kelas 75,18. Siswa yang sudah mencapai
KKM adalah 23, yaitu 27
23 x 100% = 85,2%, sedangkan siswa yang
belum mencapai batas ketuntasan adalah 4 siswa atau 27
4 x 100% =
14,8%. Data selengkapnya terdapat pada lampiran.
Gambar 4.8. Diagram Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus II
Pertemuan 3
Siswa sudah mulai terampil dalam membuat dan menggunakan
tangram dan dapat memahami petunjuk LKS. Perlu diadakan pertemuan
berikutnya supaya siswa lebih terampil dalam membuat dan
menggunakan tangram dan terbiasa bekerja berdasarkan petunjuk LKS.
Siswa kurang aktif dalam mengemukakan pendapat saat perumusan
masalah dan menentukan tujuan pembelajaran serta dalam kegiatan tanya
jawab jika siswa tidak ditanya tidak menjawab. Siswa kurang percaya
diri, hal ini akan diperbaiki dengan menambah motivasi yang bervariasi
pada pertemuan berikutnya.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pre test pos test
0.0%
85.2%
100.0%
14.8% per
sen
tase
tunas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
d. Analisis Antar Pertemuan Siklus II
Analisis siklus II dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat pada
akhir siklus II. Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan teman
sejawat dan guru serta hasil belajar siswa, maka refleksi dapat disimpulkan
bahwa:
Tabel 4.36. Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus II
N
o Aspek
% Keberhasilan
pertemuan Rata-
rata 1 2 3
1 Persiapan 87,5% 87,5% 91% 89,5%
2 Pengenalan media tangram 100% 100% 100% 100%
3 Membuat media tangram 93% 96,8% 100% 96,8%
4 Menggunakan media tangram 78,1% 84,3% 90% 84,3%
5 Penyimpulan dan evaluasi 85% 90% 90% 88,5%
Rata-rata 88,2% 91,7% 94,2% 89,8%
Berdasarkan tabel 4.36 guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram sudah menunjukkan tingkat baik, sedangkan
keberhasilan pembelajaran 89,8%. Langkah persiapan baik, namun siswa
kurang terlibat dalam perumusan masalah dan tujuan pembelajaran.
Langkah pengenalan kegiatan banyak dilakukan siswa dan ini berarti
baik sekali. langkah membuat tangram berjalan baik yaitu guru hanya
mengamati kerja siswa karena siswa mulai terampil. Langkah yang
cukup baik hanya langkah menggunakan media tangram karena siswa
belum terampil, namun pada pertemuan 3 sudah berjalan dengan baik
karena siswa sudah terampil dalam menggunakan tangram. Selain itu
peneliti juga menampilkan hasil refleksi siswa selama pembelajaran
menggunakan media tangram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Tabel 4.37. Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus II
No Aspek
% Keberhasilan
pertemuan Rata-
rata 1 2 3
1 Persiapan 79% 87,5% 91% 87%
2 Pengenalan media tangram 100% 100% 100% 100%
3 Membuat media tangram 81% 96,6% 96% 93%
4 Menggunakan media tangram 75% 87,5 87,5% 81%
5 Penyimpulan dan evaluasi 80% 90% 90% 85%
Rata-rata 83% 92% 92,8% 89,2%
Dari tabel 4.37 pembelajar dari pertemuan 1 sampai tiga
kegiatan siswa terjadi peningkatan. Rata-rata pelaksanaan pemelajaran
dari kegiatan siswa adalah 89,2% ini temasuk kriteria cukup baik.
Langkah persiapan berjalan baik. Langkah pengenalan berjalan dengan
baik sekali yaitu siswa yang mengenalkan media tangram terutama
tangram yang kan digunakan. Langkah yang cukup baik hanya langkah
menggunakan media tangram karena siswa belum terampil, namun pada
pertemuan 3 sudah berjalan dengan baik karena siswa sudah terampil
dalam menggunakan tangram. Langkah penyimpulan dan evaluasi
berjalan baik, hanya siswa kurang percaya diri dalam mengemukakan
pendapat saat penyimpulan. Berikut diagaram kegiatan pembelajaran
dengan media tangram baik kegitan guru maupun siswa pada siklus II.
Gambar 4.9. Diagram Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram Siklus II
75%
80%
85%
90%
95%
pertemuan 1
pertemuan 2
pertemuan 3
88.2%
91.7% 94.2%
83.0%
92.0% 92.8%
per
sen
tase
kegiatan guru
kegiatan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Dari tabel observasi siklus II maka hasil refleksi pembelajaran
pada siklus II peneliti simpulkan sebagai berikut:
(a) Penggunaan media tangram dalam pembelaran matematika tentang
bangun datar pada siklus II telah sesuai prosedur yaitu dengan
menerapkan langkah persiapan, pengenalan media tangram,
pembuatan media tangram, penggunaan media tangram sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta penyimpulan dan evaluasi.
(b) Pada pembelajaran siklus II langkah persiapan saat perumusan
masalah baru terlaksana dengan cukup baik yaitu guru belum
menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dibahas dan
sebagian besar siswa sudah berperan aktif dalam melakukan tanya
jawab dengan guru untuk merumuskan masalah dan tujuan
pembelajaran. Hal ini akan dibenahi pada siklus III.
(c) Langkah pembuatan media tangram pada siklus II siswa mulai
dapat membuatnya dengan terampil hanya saja saat menggambar
masih ada sebagian siswa yang bingung. Kegiatan pembelajaran
yang sudah sesuai bahkan siswa sudah tidak perlu waktu lama lagi
untuk membuat tangram. Pada siklus berikutnya peneliti akan
mencoba menggunakan tangram 7 potongan serta dalam membuat
tangram peneliti akan mencoba menggunakan barang bekas yang
ada disekitar siswa.
(d) Langkah penggunaan media tangram sudah berjalan dengan baik
yaitu langkah kerja siswa dengan petunjuk LKS mulai dapat
dipahami dengan baik sehingga pembelajaran berjalan dengan
lancar. Karena siswa mulai terampil menggunakan LKS maka
pembelajaran menjadi cepat. Pada siklus berikutnya peneliti dalam
satu pertemuan akan kembali menggunakan 2 jam pelajaran (2 x 35
menit). Saat membacakan penyimpulan hasil diskusi siswa mulai
percaya diri hal ini akan terus diperbaiki pada siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
(e) Sebagian besar siswa telah dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik, hanya saja sebagian kecil siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran sambil bermain sendiri dan apabila ditanya
pasti diam saja. Hal tersebut dapat mengganggu temannya pada
saat mereka berkelompok. Dan hal ini menjadi faktor penghambat
dalam pembelajaran, walaupun telah diantisipasi oleh peneliti. Hal
ini perlu dibenahi pada siklus III.
(f) Pada pembelajaran saat menyimpulan siswa mulai terlibat aktif
mengemukakan pendapatnya, guru sudah berusaha memancing
dengan pertanyaan dan sebagian siswa mau menjawab walaupun
yang lainnya diam. Apabila mereka belum paham terhadap materi
yang sedang dipelajari mereka masih malu bertanya. Hal ini juga
perlu dibenahi pada siklus III agar pembelajaran semakin aktif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar hal ini dapat
dilihat dari hasil tes siklus II yang dapat dibandingkan dengan kondisi
awal pelaksanaan tindakan setelah dirata-rata dari tiga pertemuan.
Sebanyak 28 anak atau 100 % dari jumlah siswa keseluruhan mengalami
peningkatan hasil belajar, sedangkan tidak ada anak atau 0 % dari jumlah
keseluruhan belum mengalami peningkatan hasil belajar.Hasil pretest
tidak ada siswa yang tuntas. Setelah tindakan sebanyak 19 siswa sudah
mencapai ketuntasan belajar yaitu mendapat nilai lebih dari 70.
Ketuntasan belajar pada siklus I adalah 28
19 X 100 = 67,8%, sedangkan
yang belum tuntas sebangak 9 siswa atau 28
8 X 100 = 32,2%. Hal ini
belum sesuai dengan ketuntasan belajar yang seharusnya mencapai 85%.
Hal ini akan dibenahi pada siklus III.Nilai rata-rata juga mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 33,4 naik menjadi 71,4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Gambar 4.10.DiagramRekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus II
Siswa yang belum tuntas hasil belajarnya pada siklus II, dalam
proses pembelajaran siswa tersebut juga masih terlihat kurang aktif, dan
sering bermain sendiri tidak fokus dalam pembelajaran, hal ini
ditunjukkan dengan penilaian hasil yang lebih rendah dari pada teman
yang lain.
Tabel 4.38. Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Pertemuan Kendala Solusi
1 a) Siswa belum terampil
menggunakan tangram
b) siswa kurang percaya diri
saat demontrasi klasikal
a) Siswa latihan terus
menerus
b) Diberikan motivasi yang
bervariasi
2 Siswa yang kurang aktif
dalam berpendapat
Guru berusaha memancing
dengan pertanyaan
3 Siswa yang kurang aktif saat
diskusi kelompok
Selalu diingatkan dengan
memberikan motivasi yang
bervariasi.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pretes pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
0%
62%
74% 85%
100%
38%
26% 15%
tuntas belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Setelah selesai melaksanakan siklus II diperoleh hasil seperti
yang diuraikan di atas, maka peneliti berkesimpulan bahwa:
a. Penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun
ajaran 2011/2012 baru berjalan baik.Siswa mulai terampil
menggunakan tangram berdasarkan petunjuk LKS sehingga pada
pertemuan berikutnya peneliti akan menggunakan tangram 7
potongan. Walupun siswa sudah terampil namun siswa kurang aktif
saat kegiatan tanya jawab. Sehingga peneliti mngambil keputusan
untuk masuk siklus berikutnya untuk pemantapan
pembelajaran.Penggunaan media tangram dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes dan postes terjadi
peningkatan. Walaupun sudah meningkat namun belum sesuai
dengan ketuntasan belajar yang seharusnya mencapai 85% dari
seluruh siswa mendapat nilai diatas KKM. Hal ini akan dibenahi
pada siklus III.
b. Kendala penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun
ajaran 2011/2012 adalah saat siswa sudah terampil dalam membuat
dan menggunakan media tangram berdasarkan petunjuk LKS namun
saat kegiatan tanya jawab siswa kurang aktif mengemukakan
pendapat untuk kegiatan penyimpulan. Oleh karena itu, peneliti
mengambil keputusan untuk melanjutkan siklus III sesuai refleksi
tindakan pada siklus II.Solusi yang peneliti lakukan adalah selalu
memberi motivasi yang bervariasi dan mengaktifkan siswa.
Dari kesimpulan diatas, peneliti mengambil keputusan untuk
melanjutkan siklus III sebagai pemantapan dari skenario siklus II.Peneliti
mengambil keputusan untuk masuk pada siklus berikutnya dengan
melanjutkan materi berikutnya yaitu tentang jajar genjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
3.Deskripsi Siklus III
Sebelum masuk siklus III diadakan pretest siklus III yang
dilaksanakan pada hari Selasa 10 April 2012 dengan materi pokok jajar
genjang dan jumlah saolnya 30 soal dengan pembagian soal yaitu 10 soal sifat
jajar genjang, 10 soal keliling jajar genjang dan 10 soal luas jajar genjang
dengan bentuk soal isian. Pretes siklus III dilaksanakan selama 45 menit yaitu
dimulai dari pukul 08.15 sampai 09.00.
Tabel 4.39. Hasil Pretes Siklus III
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
80-89 1 3,5% Tuntas
70-79 3 7,1%
60-69 0 0%
Belum Tuntas
50-59 2 3,57,1%
40-49 3 10,7%
30-39 7 25%
20-29 7 25%
10-19 5 17,8%
Jumlah 28 100%
Dari hasil pretest siklus III peneliti menyimpulkan bahwa hanya ada 4
siswa kelas V yang tuntas. Nilai tertinggi hanya 80 dan terendah 10. Nilai rata-
rata hanya 36,1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada keadaan awal
sebelum dilaksanakan tindakan, diketahui siswa yang sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal 70 (KKM yang telah ditentukan peneliti) 4 anak, yaitu
x
100% =14,2%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan adalah
24 siswa atau
x 100% = 85,8%. Dari hasil pretest siklus III ini peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika kelas V SD N Winong masih
rendah, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran agar hasil belajarnya
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan
Pertemuan 1 dilaksanakan pada Kamis 12 April 2012 dengan
materi pokok sifat-sifat jajar genjang. Dalam tahap perencanaan ini,
peneliti menyiapkan RPP tentang bangun trapesium sesuai skenario
pembelajaran yang telah ditentukan. Peneliti menghubungi observer.
Peneliti menyusun lembar observasi baik untuk menilai peneliti maupun
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dan
penyusunan lembar wawancara baik untuk menilai peneliti maupun siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram. Peneliti
menyiapkan alat yang dapat membantu untuk dokumentasi, menyiapkan
media tangram, menyiapkan LKS dan menyiapkan lembar evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran.
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Kamis 12 April 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 10.40 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi pokok sifat-sifat jajar
genjang. Pembelajaran dimulai dengan salam dilanjutkan berdoa
bersama, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa dan
pemberian tes penjajagan berupa sifat-sifat jajar genjang. Setelah itu guru
melanjutkan dengan apersepsi dan acuan. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di buat.
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran. Siswa menyiapkan buku pelajaran. Siswa mengamati
benda-benda sekitar, siswa menemukan masalah, dan siswa menentukan
tujuan pembelajaran. Tahap perencanaan, untuk kegitan guru sudah baik
terutama pada perumusan masalah yaitu siswa mulai terlibat aktif dalam
menentukan perumusan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Langkah berikutnya yaitu perkenalan media. Siswa dilibatkan
dalam perkenalan media tangram terutama mencoba menggunakan
tangram yang akan digunakan.Setelah mengenal tangram yang akan akan
digunakan langkah berikutnya yaitu membuat tangram 7 potongan.
Kegiatannya dimulai dengan siswa berkumpul dengan kelompok masing-
masing sesuai dengan petunjuk guru. Siswa menerima LKS dan
memperhatikan guru dalam menjelaskan petunjuk penggunaan LKS.
Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tangram.Siswa
memperhatikan cara membuat tangram, siswa menggambar tangram,
dan siswa memotong tangram. Dalam membuat tangram hasil observasi
kegiatan pembelajaran lebih baik karena ukuran tangram sudah berubah
sehingga memudahkan siswa dalam membuat tangram walaupun
menggunakan tangram 7 potongan siswa tidak kesulitan membuatnya
sehingga siswa tidak memerlukan waktu yang lama.
Setelah siswa membuat tangram langkah berikutnya yaitu
menggunakan media tangram untuk mencari sifat-sifat jajar genjang.
Siswa menyebutkan bangun-bangun dalam tangram tersebut, siswa
membongkar dan memasang tangram sesuai petunjuk LKS.Siswa
menemukan sifat-sifat trapesium dansiswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok media tangram. Tahap penggunakan media tangram
berjalan lebih baik yaitu siswa mulai terbiasa bekerja dengan LKS. Disini
siswa mulai terlihat terampil dalam menggunakan tangram sehingga
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Langkah terakhir yaitu penyimpulan dan evaluasi. Langkah
pertama yaitu siswa bertanya jawab secara klasikal tentang pemahanan
materi dan untuk menanyakan hal–hal yang belum jelas, siswa menerima
penguatan dari guru, siswa menyimpulkan materi, siswa membuat
rangkuman dan siswa melaksanakan evaluasi kemudian ditutup dengan
berdoa bersama. Kegitan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik
yaitu siswa mulai terlibat aktif bertanya jawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran
dengan media tangram.
Tabel 4.40. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III Pertemuan 1
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 22 22 22 24 91%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 32 32 32 32 100%
4 Menggunakan media tangram 30 28 29 29 32 90%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 94,2%
Berdasarkan tabel 4.40 guru dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram sudah menunjukkan tingkat baik sedangkan
keberhasilan pembelajaran 94,2%. Selain itu peneliti juga menampilkan
hasil observasi siswa selama pembelajaran menggunakan media tangram.
Tabel 4.41. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus III Pertemuan 1
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 22 22 22 24 91%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 31 32 31,7 32 96%
4 Menggunakan media tangram 28 28 28 28 32 87,5%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 92,8%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Berdasarkan tabel 4.41 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram sudah menunjukkan tingkat baik, sedangkan
keberhasilan pembelajaran 92,8%. Siswa semakin terampil dalam
membuat dan menggunakan tangram.
Hasil wawancara pada pertemuan 1. Tahap perencanaan untuk
kegiatan guru sudah baik terutama pada perumusan masalah yaitu siswa
mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan masalah. Sedangkan
untuk pengenalan media tangram kegiatan pembelajaran berjalan
dengan baik bahkan siswa ikut terlibat. Dalam membuat tangram hasil
observasi kegiatan pembelajaran baik karena ukuran tangram sudah
berubah sehingga memudahkan siswa dalam membuat tangram. Guru
hanya mengamati kerja siswa dan siswa sudah terampil dalam
membuat tangram sehingga membutuhkan waktu yang singkat
walaupun menggunakan tangram 7 potongan. Tahap penggunakan
media tangram berjalan lebih baik yaitu siswa sudah terbiasa bekerja
dengan LKS. Kegitan penyimpulan dan evaluasi berjalan cukup baik.
Hanya saja dalam kegitan penyimpulan khususnya saat tanya jawab
siswa kurang terlibat aktif.Disetiap akhir pembelajaran peneliti
membagikan lembar evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajari yaitu tentang sifat-sifat jajar
genjang. Berikut tabel hasil belajar siswa siklus III pertemuan 1
Tabel 4.42. Hasil Belajar Siswa Siklus III Pertemuan 1
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 12 42,8%
Tuntas 90-99 7 25%
80-89 5 17,8%
70-79 2 7%
60-69 1 3,5% Tuntas
Belum 50-59 1 3,5%
Jumlah 28 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Untuk hasil belajar pada pertemuan 1 sudah terlihat meningkat
yaitu dari 28 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 50. Nilai rata-
rata kelas 87,8. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 26, yaitu
x
100% = 92,8%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan
adalah 2 siswa atau
x 100% = 7,2%.
4) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong sudah berjalan dengan baik. Berikut refleksi pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan 1.
Tabel 4.43.Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1
No Aspek Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 91% B 91% B
2 Pengenalan media tangram 100% BS 100% BS
3 Membuat media tangram 100% BS 96% BS
4 Menggunakan media
tangram 90% B 87,5% B
5 Penyimpulan dan evaluasi 90% B 90% B
Rata-rata 94,2% B 92,8% B
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Dari tabel 4.43 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus III pertemuan 1 berjalan dengan baik dengan hasil observasi
untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 94,2%. Hasil observasi
untuk kegiatan siswa tingkat keberhasilannya 92,8%. Selain
pembelajaran yang semakin baik, hasil belajar siswa juga terjadi
peningkatan yang dapat dilihat dari tabel perbandingan hasil belajar
pretes dan postes pertemuan 1.
Tabel 4.44. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus III Pertemuan 1
Nilai Pre test Post tes
Ket Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 1 0% 12 42,8%
Tuntas
90-99 1 3,5% 7 25%
80-89 3 3,5% 5 17,8%
70-79 2 25% 2 7%
60-69 4 21,4% 1 3,5%
Belum
tuntas
50-59 3 14,2% 1 3,5%
40-49 7 14,2% 0 0%
30-39 7 10,7% 0 0%
20-29 0 0% 0 0%
10-19 0 3,5% 0 0%
0-9 0 3,5% 0 0%
Jumlah 28 100% 28 100%
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 100 dan
terendah 0 dengan nilai rata-rata kelas 51,4. Siswa yang sudah mencapai
KKM adalah 7, yaitu 28
7 x 100% = 25%, sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan adalah 21 siswa atau 28
21 x 100% = 75%.
Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan I sudah terlihat
meningkat yaitu dari 28 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 50.
Nilai rata-rata kelas 87,8. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 26,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
yaitu 28
26 x 100% = 92,8%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 2 siswa atau 28
2 x 100% = 7,2%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
Gambar 4.11. Diagram Perbandingan Pretes dan Postes Siklus III
Pertemuan 1
Kendala dalam pertemuan 1yaitu saat perumusan masalah,
penentuan tujuan pembelajaran dan menyimpulan siswa belum aktif
mengemukakan pendapatnya, guru sudah berusaha memancing dengan
pertanyaan dan siswa mau menjawab walaupun yang lainnya diam.
Apabila mereka belum paham terhadap materi yang sedang dipelajari
mereka masih malu bertanya. Pada saat membacakan hasil diskusi
kelompok siswa masih kurang percaya diri hal ini akan terus diperbaiki
pada pertemuan berikutnya.
b. Pertemuan 2
1) Perencanaan
Pertemuan 2 dilaksanakan pada Sabtu 14 April 2012 dengan
materi pokok keliling jajar genjang. Dalam tahap perencanaan ini,
peneliti menyiapkan RPP tentang bangun trapesium sesuai skenario
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pretes postest
25%
93%
75%
7%
per
sen
tase
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
pembelajaran yang telah ditentukan. Peneliti menghubungi observer.
Peneliti menyusunan lembar observasi baik untuk menilai peneliti
maupun siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram
dan penyusunan lembar wawancara baik untuk menilai peneliti maupun
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram.Peneliti
menyiapkan alat yang dapat membantu untuk dokumentasi. Peneliti
menyiapkan media tangram, menyiapkan LKS dan menyiapkan lembar
evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
pelajaran.
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus III pertemuan dua yang dilaksanakan
pada hari Sabtu 14 April 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 10.40 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi pokok keliling jajar genjang.
Pembelajaran dimulai dengan salam dilanjutkan berdoa bersama,
kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa dan pemberian
tes penjajagan berupa keliling jajar genjang. Setelah itu guru melanjutkan
dengan apersepsi dan acuan. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di buat.
Langkah persiapan dimulai dengansiswa siap mengikuti
pelajaran. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran. Siswa menyiapkan buku pelajaran. Siswa mengamati
benda-benda sekitar, siswa menemukan masalah, dan Siswa menentukan
tujuan pembelajaran. Tahap perencanaan, untuk kegiatan guru sudah baik
terutama pada perumusan masalah yaitu siswa mulai terlibat aktif dalam
menentukan perumusan masalah. Langkah berikutnya yaitu perkenalan
media tangram siswa sudah dilibatkan dalam perkenalan media tangram
terutama mencoba menggunakan tangram yang akan digunakan.
Setelah mengenal tangram yang akan digunakan langkah
berikutnya yaitu membuat tangram 7 potongan. Siswa berkumpul dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
kelompok masing-masing sesuai dengan petunjuk guru. Siswa menerima
LKS.Siswa memperhatikan guru dalam menjelaskan petunjuk
penggunaan LKS. Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat
tangram.Siswa memperhatikan cara membuat tangram, menggambar
tangram, dan memotong tangram.Dalam membuat tangram hasil
observasi kegiatan pembelajaran lebih baik karena ukuran tangram sudah
berubah sehingga memudahkan siswa dalam membuat tangram dan siswa
sudah terampil dalam membuat tangram 7 potongan. Guru hanya
mengamati kerja siswa dan siswa sudah terampil dalam membuat
tangram.
Setelah siswa membuat tangram langkah berikutnya yaitu
menggunakan media tangram untuk mencari keliling jajar genjang. Siswa
membongkar dan memasang tangram sesuai petunjuk LKS untuk
mencari keliling jajar genjang. Kemudiansiswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya dengan media tangram. Siswa makin percaya diri
saat presentasi. Tahap penggunakan media tangram berjalan lebih baik
yaitu siswa sudah terbiasa bekerja dengan LKS. Di sini siswa sudah
terlihat terampil dalam menggunakan tangram sehingga pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan rencana. Kegiatan penyimpulan dan evaluasi
berjalan cukup baik. Dalam kegiatan penyimpulan siswa sudah terlibat aktif
bertanya jawab.
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan hasil pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran
dengan media tangram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Tabel 4.45. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi GuruSiklus III Pertemuan 2
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 22 22 22 24 91,6%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 32 32 32 32 100%
4 Menggunakan media tangram 32 32 32 32 32 100%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 96,4%
Berdasarkan tabel 4.45 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram masih menunjukkan tingkat baik
sekali, sedangkan hasil keberhasilan pembelajaran 96,4%. Selain itu
peneliti juga menampilkan hasil observasi siswa selama pembelajaran
menggunakan media tangram.
Tabel 4.46. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi SiswaSiklus III Pertemuan 2
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
Keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 22 22 22 24 91,6%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 32 32 32 32 100%
4 Menggunakan media
tangram 32 31 31 31,3 32 96,8%
5 Penyimpulan dan evaluasi 18 18 18 18 20 90%
Rata-rata 95,6%
Berdasarkan tabel 4.46 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram sudah menunjukkan baik sekali, sedangkan
keberhasilan pembelajaran 95,6%. Semua langkah berjalan dengan baik,
bahkan langkah pengenalan, pembuatan dan penggunaan media tangram
berjalan baik sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Hasil wawancara pada pertemuan 2. Tahapperencanaan untuk
kegiatan guru sudah baik terutama pada perumusan masalah yaitu siswa
mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan masalah. Untuk
pengenalan media tangram kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik
bahkan siswa ikut terlibat. Dalam membuat tangram guru hanya
mengamati kerja siswa dan siswa sudah terampil membuat tangram
sehingga membutuhkan waktu yang singkat walaupun menggunakan
tangram 7 potongan. Tahap penggunaan media tangram berjalan lebih
baik yaitu siswa mulai terbiasa bekerja berdasarkan LKS dan terampil
dalam menggunakannya. Saat membacakan hasil diskusi kelompok siswa
mulai percaya diri. Kegiatan penyimpulan dan evaluasi berjalan baik.
Hanya saja dalam kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif
karena guru harus memancing pertanyaa. Pertemuan kedua dilaksanakan
tepat 70 menit.Disetiap akhir pembelajaran peneliti membagikan lembar
evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari. Berikut adalah tabel hasil belajar pertemuan 2.
Tabel 4.47. Hasil Belajar Siswa Siklu III Pertemuan 2
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 8 28,5%
Tuntas 90-99 1 3,5%
80-89 6 21,4%
70-79 8 32,1%
60-69 0 0%
Belum Tuntas
50-59 1 3,5%
40-49 2 7,14%
30-39 1 3,5%
20-29 1 3,5%
Jumlah 28 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan ke dua sudah terlihat
meningkat yaitu dari 28 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 20.
Nilai rata-rata kelas 75,4. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 23,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
yaitu
x 100% =82,1%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 5 siswa atau
x 100% = 17,9%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
4) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong sudah berjalan dengan baik.Berikut adalah pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan 2.
Tabel 4.48. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2
N
o Aspek
Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 91,6% B 91,6% B
2 Pengenalan media tangram 100% BS 100% BS
3 Membuat media tangram 100% BS 100% BS
4 Menggunakan media
tangram 100% BS 96,8% BS
5 Penyimpulan dan evaluasi 90% B 90% B
Rata-rata 94,2% B 92,8% B
Keterangan kriteria keberhasilan
Tidak baik (TT) = kurang dari 50%
Kurang baik (KB) = 50% -70%
Cukup baik (CB) = 71% -85%
Baik (B) = 86 %-95%
Baik sekali (BS) = lebih dari 95%
Dari tabel 4.48 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus III pertemuan 3 berjalan dengan baik dengan hasil observasi
untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 94,2%. Hasil observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
untuk kegiatan siswa tingkat keberhasilannya 92,8. Peningkatan hasil
belajar dari pelaksanaan tindakan dapat dilihat dari tabel perbandingan
hasil belajar pretes dan postes pertemuan 3.
Tabel 4.49. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus III Pertemuan 2
Nilai Pre test Post tes Ket
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 1 3,5% 8 28,5%
Tuntas 90-99 0 0% 1 3,5%
80-89 3 10,7% 6 21,4%
70-79 3 10,7% 6 25%
60-69 2 7,1% 2 21,4%
Belum
tuntas
50-59 3 10,7% 1 3,5%
40-49 1 3,5% 2 7,14%
30-39 1 3,5% 1 3,5%
20-29 5 17,8% 1 3,5%
10-19 1 3,5% 0 0%
0-9 8 28,6% 0 0%
Jumlah 28 100% 28 100%
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 100 dan
terendah 0 dengan nilai rata-rata kelas 41. Siswa yang sudah mencapai
KKM adalah 7, yaitu 28
7 x 100% = 25%, sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan adalah 21 siswa atau 28
21 x 100% = 75%.
Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan ke dua sudah terlihat
meningkat yaitu dari 28 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 20.
Nilai rata-rata kelas 75,4. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah 23,
yaitu 28
23 x 100% =82,1%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 5 siswa atau 28
5 x 100% = 17,9%. Data selengkapnya
terdapat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Gambar 4.12. Diagram perbandingan pretes dan postes siklus III
pertemuan 2
Kendala dalam pertemuan 2 yaitu saat menyimpulan siswa
belum aktif mengemukakan pendapatnya, guru sudah berusaha
memancing dengan pertanyaan dan sebagian besar siswa mau menjawab
walaupun yang lainnya diam. Siswa mulai percaya diri terutama saat
membacakan hasil diskusi kelompok dan dapat menanggapi dengan baik.
Apabila mereka belum paham terhadap materi yang sedang dipelajari
mereka sudah mau bertanya.
c. Pertemuan 3
1) Perencanaan
Pertemuan 3 dilaksanakan pada Senin 23 April 2012 dengan
materi pokok luas jajar genjang. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti
menyiapkan RPP tentang bangun trapesium sesuai skenario pembelajaran
yang telah ditentukan, menghubungi observer. Peneliti menyusun lembar
observasi baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan media tangram dan penyusunan lembar wawancara
baik untuk menilai peneliti maupun siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan media tangram. Peneliti menyiapkan alat yang
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
pretest postest
25.0%
82.1% 75.0%
17.9%
per
senta
se
tuntas
tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
dapat membantu untuk dokumentasi. Peneliti menyiapkan media
tangram, menyiapkan LKS dan menyiapkan lembar evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pelajaran.
2) Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus III pertemuan 3 yang dilaksanakan
pada hari Senin 23 April 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 09.30
WIB sampai pukul 10.40 WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.Pembelajaran dimulai dengan salam
dilanjutkan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen
kehadiran siswa dan pemberian tes penjajagan berupa luas jajar genjang.
Setelah itu guru melanjutkan dengan apersepsi dan acuan. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di
buat.
Langkah persiapan dimulai dengan siswa siap mengikuti
pelajaran. Siswa menyiapkan buku pelajaran. Siswa mengamati benda-
benda sekitar, siswa menemukan masalah, dan siswa menentukan tujuan
pembelajaran. Tahap perencanaan, untuk kegiatan guru sudah baik
terutama pada perumusan masalah yaitu siswa mulai terlibat aktif dalam
menentukan perumusan masalah. Untuk pengenalan media tangraam
siswa sudah dilibatkan dalam perkenalan media tangram terutama
mencoba menggunakan tangram yang akan digunakan.
Setelah mengenal tangram yang akan digunakan langkah
berikutnya yaitu membuat tangram 7 potongan. Kegiatannya dimulai
dengan siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing sesuai dengan
petunjuk guru. Siswa menerima LKS dan memperhatikan guru dalam
menjelaskan petunjuk penggunaan LKS. Siswa menyiapkan alat dan
bahan untuk membuat tangram.Siswa memperhatikan cara membuat
tangram, siswa menggambar tangram, dan siswa memotong tangram.
Dalam membuat tangram hasil observasi kegiatan pembelajaran lebih
baik karena ukuran tangram sudah berubah sehingga memudahkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
dalam membuat tangram dan siswa sudah terampil membuat tangram
dengan 7 potongan.
Setelah siswa membuat tangram langkah berikutnya yaitu
menggunakan media tangram untuk mencari luas jajar genjang. Siswa
membongkar dan memasang tangram sesuai petunjuk LKS. Setelahsiswa
menemukan jawaban dari masalahsiswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Tahap penggunakan media tangram berjalan lebih baik yaitu
siswa mulai terbiasa bekerja dengan LKS. Di sini siswa sudah terampil
dan percaya diri dalam menggunakan tangram sehingga pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Langkah terakhir yaitu penyimpulan dan evaluasi. Langkah
pertama yaitu siswa bertanya jawab secara klasikal tentang pemahanan
materi dan menanyakan hal–hal yang belum jelas.Siswa menerima
penguatan dari guru. Siswa membuat rangkuman. Siswa melaksanakan
evaluasi kemudian ditutup dengan berdoa bersama.
3) Observasi
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan peneliti dan siswa
selama pembelajaran. Berdasarkan analisis teman sejawat yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
dengan media tangram baik kegiatan peneliti maupun siswa. Berikut
disajikan pengamatan terhadap berlangsungnya pembelajaran.
Tabel 4.50. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III Pertemuan 3
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
keber
hasil
an 1 2 3
1 Persiapan 22 23 23 22,6 24 94,1%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 32 32 32 32 100%
4 Menggunakan media tangram 32 32 32 32 32 100%
5 Penyimpulan dan evaluasi 19 20 20 19,6 20 98%
Rata-rata 98,6%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Berdasarkan tabel 4.50 guru (peneliti) dalam melaksanakan
pembelajaran dengan media tangram sydah menunjukkan tingkat sangat
baik sedangkan keberhasilan pembelajaran 98,6%. Selain itu peneliti juga
menampilkan hasil observasi siswa selama pembelajaran menggunakan
media tangram.
Tabel 4.51. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus III Pertemuan 3
N
o Aspek
Jumlah skor
observer
Rata
-rata
Skor
mak
Keber
hasi
Lan 1 2 3
1 Persiapan 23 22 22 22,3 24 91%
2 Pengenalan media tangram 12 12 12 12 12 100%
3 Membuat media tangram 32 32 32 32 32 100%
4 Menggunakan media tangram 32 32 32 28 32 100%
5 Penyimpulan dan evaluasi 20 19 20 19,6 20 98%
Rata-rata 97,8%
Berdasarkan tabel 4.51 siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram sudah menunjukkan tingkat sangat baik,
sedangkan keberhasilan pembelajaran 97,8%. Semua langkah
dilaksanakan dengan baik sekali karena siswa sudah terbiasa bekerja
berdasarkan petunjuk LKS dan terampil dalam menggunakan media
tangram.
Hasil wawancara pada pertemuan 3. Tahap perencanaan untuk
kegiatan guru sudah baik terutama pada perumusan masalah yaitu siswa
mulai terlibat aktif dalam menentukan perumusan masalah. Untuk
pengenalan media tangram kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik
bahkan siswa ikut terlibat. Dalam membuat tangram hasil observasi
kegiatan pembelajaran baik karena ukuran tangram sudah berubah
sehingga memudahkan siswa dalam membuat tangram. Guru hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
mengamati kerja siswa dan siswa sudah terampil dalam membuat
tangram sehingga membutuhkan waktu yang singkat walaupun
menggunakan tangram 7 potongan. Tahap penggunakan media tangram
berjalan lebih baik yaitu siswa sudah terbiasa bekerja dengan LKS. siswa
sudah percaya diri saat membacakan hasil diskusi kelompok bahkan
sudah dapat menanggapi hasil kelompok lain. Kegiatan penyimpulan dan
evaluasi berjalan baik. Kegiatan penyimpulan siswa kurang terlibat aktif
karena siswa sudah mulai berani dalam mengemukakan pendapat.
Pertemuan 3 dilaksanakan tepat 70 menit. Disetiap akhir pembelajaran
peneliti membagikan lembar evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Tabel 4.52. Hasil Belajar Siswa Siklus III Pertemuan 3
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
100 9 32,1%
Tuntas 90-99 5 17,8%
80-89 8 28,5%
70-79 4 14,3%
60-69 1 3,5%
Belum Tuntas 50-59 0 0%
40-49 0 0%
30-39 1 3,5%
Jumlah 28 100%
Untuk hasil belajar pada pertemuan ke tiga sudah terjadi
penurunan nilai yaitu dari 28 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah
20. Nilai rata-rata kelas 84,2. Siswa yang sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal 70 (KKM yang telah ditentukan peneliti) adalah 26,
yaitu
x 100% =92%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan adalah 4 siswa atau
x 100% = 7,2%. Data selengkapnya
dapat dilihat dilampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
4) Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong sudah berjalan dengan baik.Pada pertemuan 3 sumua
langkah pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Bahkan langkah
pengenalan media tangram, pembuatan media tangram dan
penggunaannya sudah berjalan baik sekali. Berikut adalah pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan 3, baik kegiatan guru maupun siswa
selama pelaksanaan pembelajaran dengan media tangram.
Tabel 4.53. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 3
N
o Aspek
Kegiatan guru Kegiatan siswa
% Kriteria % Kriteria
1 Persiapan 94,1% B 91% B
2 Pengenalan media tangram 100% BS 100% BS
3 Membuat media tangram 100% BS 100% BS
4 Menggunakan media tangram 100% BS 100% BS
5 Penyimpulan dan evaluasi 98% B 98% B
Rata-rata 98,6% BS 97,8% BS
Dari tabel 4.53 dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus III pertemuan 3 berjalan dengan baik dengan hasil observasi
untuk kegiatan guru tingkat keberhasilannya 94,2%. Hasil observasi
untuk kegiatan siswa tingkat keberhasilannya 92,8%. Peningkatan hasil
belajar dari pelaksanaan tindakan dapat dilihat dari tabel perbandingan
hasil belajar pretes dan postes pertemuan 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Tabel 4.54. Perbandingan Pretest Dan Postest Siklus III Pertemuan 3
Nilai Pre test Post tes Ket
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
100 0 0% 9 32,1% Tuntas
90-99 1 3% 5 17,8%
80-89 0 0% 8 28,5%
70-79 1 3% 4 14,3%
60-69 0 0% 1 3,5% Belum
tuntas 50-59 0 0% 0 0%
40-49 0 0% 0 0%
30-39 0 0% 1 3,5%
20-29 5 16% 0 0%
10-19 9 30% 0 0%
0-9 12 49% 0 0%
Jumlah 28 0% 28 100%
Hasil pretes terlihat bahwa dari 28 siswa nilai tertinggi 90 dan
terendah 0 dengan nilai rata-rata kelas 15,7. Siswa yang sudah mencapai
kriteria ketuntasan minimal 70 (KKM yang telah ditentukan peneliti)
adalah 2 atau 28
2 x 100% = 7,1%, sedangkan siswa yang belum
mencapai batas ketuntasan adalah 26 siswa atau 28
26 x 100% = 92,9%.
Setelah pembelajaran hasil belajar pada pertemuan ke tiga sudah terjadi
penurunan nilai yaitu dari 28 anak nilai tertinggi adalah 100 dan terendah
20. Nilai rata-rata kelas 84,2. Siswa yang sudah mencapai KKM adalah
26, yaitu 28
26 x 100% = 92,8 %, sedangkan siswa yang belum mencapai
batas ketuntasan adalah 2 siswa atau 28
2 x 100% = 7,2%. Data
selengkapnya terdapat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Gambar 4.13.Diagram Perbandingan Pretes dan Postes Siklus III
Pertemuan 3
Kendala dalam pertemuan 3yaitu saat menyimpulan siswa
belum aktif mengemukakan pendapatnya, guru sudah berusaha
memancing dengan pertanyaan dan sebagian besar siswa mau menjawab
walaupun yang lainnya diam. Siswa mulai percaya diri terutama saat
membacakan hasil diskusi kelompok dan dapat menanggapi dengan baik.
Apabila mereka belum paham terhadap materi yang sedang dipelajari
mereka sudah mau bertanya.
d. Analisis Antar Pertemuan Siklus III
Analisis siklus III dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat pada
akhir siklus III. Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan teman
sejawat dan guru serta hasil belajar siswa, maka refleksi dapat disimpulkan
dalam analisis antar pertemuan siklus III.
Pembelajaran di sini maksudnya adalah kegiatan guru dan siswa
selama pembelajaran dengan menggunakan media tangram. Pada siklus III
pembelajaran berlajan dengan baik sekali dan selalu terjadi peningkatan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
pretest postest
7.1%
92.8% 92.9%
7.2%
per
sen
tase
tuntas
belumtuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Tabel 4.55.Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Guru Siklus III
No Aspek
% Keberhasilan
pertemuan Rata-rata
1 2 3
1 Persiapan 91% 91,6% 94,1% 93,3%
2 Pengenalan media tangram 100% 100% 100% 100%
3 Membuat media tangram 100% 100% 100% 100 %
4 Menggunakan media tangram 90% 100% 100% 96%
5 Penyimpulan dan evaluasi 90% 90% 98% 93%
Rata-rata 94,2% 94,2% 98,6% 95,2%
Berdasarkan tabel 4.55 guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran
dengan media tangram sudah menunjukkan tingkat sangat baik,
sedangkan hasil refleksi 95,2%. Pada pertemuan 3 sumua langkah
pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Bahkan langkah pengenalan
media tangram, pembuatan media tangram dan penggunaannya sudah
berjalan baik sekali. Selain itu peneliti juga menampilkan hasil refleksi
siswa selama pembelajaran menggunakan media tangram.
Tabel 4.56. Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram bagi Siswa Siklus III
No Aspek
% Keberhasilan
pertemuan Rata-rata
1 2 3
1 Persiapan 91% 91,6% 91% 93,3%
2 Pengenalan media tangram 100% 100% 100% 100%
3 Membuat media tangram 96% 100% 100% 100 %
4 Menggunakan media
tangram 87,5% 96,8% 100% 96%
5 Penyimpulan dan evaluasi 90% 90% 98% 93%
Rata-rata 92,8% 92,8% 97,8% 97,8%
Berdasarkan tabel 4.56siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan
media tangram sudah menunjukkan tingkat sangat baik, sedangkan hasil
observasi97,8%.Pada pertemuan 3 sumua langkah pembelajaran sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
berjalan dengan baik. Bahkan langkah pengenalan media tangram,
pembuatan media tangram dan penggunaannya sudah berjalan baik
sekali. Berikut diagram kegiatan pembelajaran dengan media tangram
baik kegiatan guru maupun siswa pada siklus III.
Gambar 4.14. Diagram Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media
Tangram Siklus III
Dari observasi siklus III maka hasil refleksi pembelajaran pada
siklus III peneliti simpulkan sebagai berikut:
(a) Penggunaan media tangram dalam pembelaran matematika tentang
bangun datar pada siklus III telah sesuai prosedur yaitu dengan
menerapkan langkah persiapan, pengenalan media tangram,
pembuatan media tangram, penggunaan media tangram sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta penyimpulan dan evaluasi.
(b) Pada pembelajaran siklus III langkah persiapan saat perumusan
masalah sudah terlaksanakan dengan baik yaitu guru sudah
menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dibahas dan
sebagian besar siswa sudah berperan aktif dalam melakukan tanya
jawab dengan guru untuk merumuskan masalah. Seperti itu juga
89%
90%
91%
92%
93%
94%
95%
96%
97%
98%
99%
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
94.2% 94.2%
98.6%
92.8% 92.8%
97.8%
per
sen
tase
kegiatan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
saat menentukan tujuan pembelajaran siswa ikut terlibat secara
aktif.
(c) Langkah pengenalan media tangram berjalan baik sekali karena
siswa yang mencoba mengenal tangram yang akan digunakan.
(d) Langkah pembuatan media tangram pada siklus III siswa sudah
dapat membuatnya dengan terampil walaupun menggunakan
tangram 7 potongan. Kegiatan pembelajaran yang sudah sesuai
bahkan siswa sudah tidak perlu waktu lama lagi untuk membuat
tangram.
(e) Langkah penggunaan media tangram sudah berjalan dengan baik
yaitu langkah kerja siswa dengan petunjuk LKS dapat dipahami
dengan baik dan urut sehingga pembelajaran berjalan dengan
lancar. Karena siswa sudah terampil menggunakan tangram ini
terbukti dengan menggunakan tangram 7 potonganpun siswa tidak
kesulitan sehingga pembelajaran menjadi cepat. Saat mebacakan
hasil diskusi kelompok siswa sudah percaya diri bahkan sudah
dapat menanggapi pendapat teman dengan baik.
(f) Sebagian besar siswa telah dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik, hanya saja sebagian kecil siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran sambil bermain sendiri dan apabila ditanya
pasti diam saja. Hal tersebut dapat mengganggu temannya pada
saat mereka berkelompok. Dan hal ini menjadi faktor penghambat
dalam pembelajaran, walaupun telah diantisipasi oleh peneliti.
(g) Pada pembelajaran saat menyimpulan siswa sudah terlibat aktif
mengemukakan pendapatnya. Saat siswa belum jelas siswa sudah
berani bertanya dan siswa lain mau membantu dan berusaha
memecahkan masalah temannya bersama. Hal ini sudah berjalan
dengan baik. Saat kegiatan evaluasi siswa sudah sangat percaya
diri, hal tersebut di tandai dengan semua siswa mengerjakan sendiri
dan tenang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Selain pembelajaran yang terus meningkat hasil belajar juga
mengalami peningkatan ini dapat dilihat dari kondisi awal dibandingkan
dengan hasil belajar siswa setelah tindakan dari pertemuan 1, pertemuan
2 dan pertemuan 3.
Gambar 4.15. Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus III
Tabel 4.57. Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Pertemuan Kendala Solusi
1 Siswa kurang percaya diri
saat demontrasi klasikal
Diberikan motivasi yang
bervariasi
2 Siswa yang kurang aktif
dalam berpendapat
Guru berusaha memancing
dengan pertanyaan
3 Siswa yang kurang aktif saat
diskusi kelompok
Selalu diingatkan dengan
memberikan motivasi yang
bervariasi.
Setelah selesai melaksanakan siklus III diperoleh hasil seperti yang
diuraikan di atas, maka peneliti berkesimpulan bahwa:
a. Penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun
ajaran 2011/2012 baru berjalan sangat baik.Penggunaan media
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pretes pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
14%
93% 82%
92% 86%
7% 18%
8%
tuntas belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
tangram dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pretes dan postes terjadi peningkatan dan sesuai dengan
ketuntasan belajar yang mencapai 85% dari seluruh siswa mendapat
nilai diatas KKM.
b. Kendala penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun
ajaran 2011/2012 tidak ada. Pada siklus III siswa sudah terampil
membuat dan menggunakan tangram walaupun menggunakan tangram
7 potongan siswa dapat menggunakan dengan baik.
Dari kesimpulan di atas maka, peneliti mengambil keputusan untuk
tidak melanjutkan siklus IV karena indikator keberhasilan penelitian sudah
tercapai. Pembelajaran sudah sesuai sekenario pembelajaran dengan
keberhasilan pembelajaran sudah lebih dari 85%. Hasil belajar terjadi
peningkatan dan sesuai dengan ketuntasan belajar yang seharusnya
mencapai 85% dari seluruh siswa mendapat nilai diatas KKM. Kendala
selama pelaksanaan sudah diatasi dengan baik oleh peneliti.
C.Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
1. Penggunaan Media Tangram dalam Pembelajaran
Dari deskripsi pelaksanaan tindakan selama tiga siklus bahwa
pembelajaran dengan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong sudah sesuai.
Pembelajaran di sini maksudnya adalah kegiatan guru dan siswa selama
pembelajaran dengan menggunakan media tangram. Pembelajaran dimulai
dengan salam dilanjutkan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen kehadiran siswa dan pemberian tes penjajagan berupa luas jajar
genjang. Setelah itu guru melanjutkan dengan apersepsi dan acuan. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan skenario pembelajaran yang sudah di buat.
Langkah persiapan dimulai dengansiswa siap mengikuti pelajaran,
penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran, menyiapkan buku pelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
mengamati benda-benda sekitar, menemukan masalah, dan menentukan tujuan
pembelajaran.Langkah berikutnya yaitu perkenalan media tangram. Langkah
ini dimulai dengan penjelasan tentang pengertian media tangram,penjelasan
tentang tujuan media tangram, penjelasan tentang jenis-jenis media tangram.
Setelah mengenal tangram yang akan digunakan langkah berikutnya yaitu
membuat tangram. Kegiatannya dimulai dengan siswa berkumpul dengan
kelompok masing-masing sesuai dengan petunjuk guru,siswa menerima LKS,
siswa memperhatikan guru dalam menjelaskan petunjuk penggunaan LKS.
menyiapkan alat untuk membuat tangram, menyiapkan bahan untuk membuat
tangram, memperhatikan cara membuat tangram,menggambar tangram, dan
memotong tangram.Setelah membuat tangram langkah berikutnya yaitu
menggunakan media tangram sesuai tujuan pembelajaran. Langkahnya yaitu
memililih salah satu model tangram, mengamati tangram, menyebutkan
bangun-bangun dalam tangram tersebut, membongkar tangram sesuai petunjuk
LKS, memasang tangram sesuai petunjuk LKS, menemukan jawaban dari
masalah, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok,dan memperhatikan
cara bagaimana mencari penyelesaian masalah dengan media tangram.Langkah
terakhir yaitu penyimpulan dan evaluasi. Langkah pertama yaitu bertanya
jawab secara klasikal tentang pemahanan materi dan untuk menanyakan hal–
hal yan belum jelas, siswa menerima penguatan dari guru, menyimpulkan
materi, membuat rangkuman dan melaksanakan evaluasi kemudian ditutup
dengan berdoa. Hasil analisis antar siklus pelaksanaan pembelajaran dengan
media tangram disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.58. Hasil AnalisisAntar Siklus Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Media Tangram bagi Guru
No Aspek % Keberhasilan siklus
I II III
1 Persiapan 74,2% 89,5% 93,3%
2 Pengenalan media tangram 82.5% 100% 100%
3 Membuat media tangram 78,4% 96,8% 100 %
4 Menggunakan media tangram 50,3% 84,3% 96%
5 Penyimpulan dan evaluasi 80,5% 88,5% 93%
Rata-rata 73,1% 89,8% 95,2%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Selain itu peneliti juga menampilkan hasil analisis antar siklus kegiatan
siswa selama pembelajaran menggunakan media tangram.
Tabel 4.59. Hasil AnalisisAntar Siklus Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Media Tangram bagi Siswa
No Aspek % Keberhasilan siklus
I II III
1 Persiapan 70,8% 87% 93,3%
2 Pengenalan media tangram 75% 100% 100%
3 Membuat media tangram 78% 93% 100 %
4 Menggunakan media tangram 60% 81% 96%
5 Penyimpulan dan evaluasi 80% 85% 93%
Rata-rata 72,8% 89,2% 97,8%
Langkah persiapan pada siklus I belum berjalan dengan baik karena langkah-
langkahnya masih terbalik-balik dan untuk kegiatan perumusan masalah belum
melibatkan siswa. Pada siklus II langkah sudah diperbaiki hanya saat perumusan
masalah siswa kurang terlibat meskipun guru sudah menjembatani siswa hal ini terus
diperbaiki pada siklus III.
Langkah pengenalan tangram pada siklus I belum berjalan dengan baik karena
guru kurang menguasai kelas namun dapat diperbaiki pada pertemuan berikutnya pada
siklus I. Siklus II perkenalan media tangram mulai melibatkan siswa misalnya siswa
mencoba menjelaskan pengertian, tujuan dan jenis-jenis tangram serta mencoba
menggunakannya. Pada siklus III langkah pengenalan media tangram dilakukan oleh
siswa dengan makin percaya diri ini dapat melatih siswa untuk mengemukakan
pendapat.
Langkah pembuatan tangram pada siklus I belum berjalan dengan baik karena
tangram baru pertama digunakan dalam pembelajaran matematikadan siswa juga
kurang dapat memahami petunjuk LKS. Namun akhirnya siswa dapat membuat
tangram dengan bimbingan guru walaupun dengan waktu yang lama. Kesulitan
tersebut karena ukuran tangram yang menyulitkan siswa dalam membuatnya maka
pada siklus II ukuran tangram dirubah dan ini memudahkan siswa dalam membuat
tangram. Pada siklus II siswa mulai terampil dalam membuat tangram sehingga tidak
memerlukan waktu yang lama. Siklus III sebagai pemantapan siklus II bahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
digunakan untuk membuat tangram peneliti menggunakan kertas bekas ini tujuannya,
bahwa media tidak harus mahal yang penting mudah didapat yang penting tujuan
pembelajaran dapat tercapai, menyenangkan, dan bermakna. Siklus III tangram yang
digunakan adalah tangram 7 potongan namun karena siswa sudah terampil jadi siswa
tidak kesulitan untuk membuatnya.
Langkah penggunaan media tangram pada siklus I belum berjalan dengan baik
karena tangram baru pertama digunakan dalam pembelajaran matematikadan siswa
juga kurang dapat memahami petunjuk LKS. Namun akhirnya siswa dapat
menggunakan tangram dengan bimbingan guru walaupun dengan waktu yang lama.
Saat diskusi klasikal banyak didominasi guru. Siswa masih malu-malu dan bingung
dalam mempraktekan hasil diskusi kelompok mereka. Pada siklus II karena siswa
muali terampil menggunakan tangram dan mulai berani memdemontrasikan hasil
diskusi kelompok dengan hasil yang baik. Pada siklus III hal tersebut semakin baik
dan terampil.
Langkah penyimpulan pada siklus I siswa kurang terlibat dan evaluasi masih
banyak siswa yang kurang percaya diri walaupun guru sudah mengingatkan. Pada
siklus II penyimpulan sudah mulai melibatkan siswa yaitu guru memancing siswa
dengan pertanyaan namun siswa masih enggan mengeluarkan pendapatnya dan hal
tersebut terus diperbaiki oleh guru dengan memberi motivasi yang bervariasi. Pada
siklus III sebagian siswa sudah mulai terbiasa untuk mengemukaan pendapatnya.
Evaluasi siklus II dan III berjalan dengan baik.
Berikut disajikan diagram antar siklus pelaksanaan pembelajaran dengan
media tangram baik kegiatan guru maupun siswa.
Gambar 4.16. Diagram Antar Siklus Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Media
Tangram
0%
50%
100%
siklus I siklus II siklus III
73.1% 89.8% 95.2% 72.8%
89.2% 97.8%
per
sen
tase
kegiatan guru
kegiatan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Dari diagram 4.16 disetiap siklus terjadi peningkatan pelaksanaan
pembelajaran baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa. Siklus I siswa saat
pembelajaran kurang paham dengan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka
terlihat aktif membuat dan menggunakan tangram namun inti dari tujuan
pembelajaran sebagian besar siswa belum paham, saat tanya jawab pemahaman
materi mereka kurang aktif mengemukaan pendapat. Siklus II siswa mulai
paham dengan apa yang sebenarnya mereka sedang kerjakan, yaitu tidak hanya
sekedar bermain membuat dan menggunakan tangram tetapi mereka sedang
melakukan suatu pembuktian sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna.
Siklus III sebagai pemantapan dari siklus II tujuannya agar siswa terampil
dalam membuat dan menggunakan tangram serta semakin aktif mengemukaan
pendapat.
Selain pembelajaran yang terus meningkat hasil belajar siswa juga
meningkat. Disetiap siklus selama pembelajaran menggunakan media tangram
selalu terjadi peningkatan hasil belajar, ini dapat dilihat dari hasil pretest, sikus
I, siklus II, dan siklus III. Berikut adalah tabel peningkatan hasil belajar antar
siklus.
Tabel 4.60. Peningkatan Hasil Belajar Antar Siklus
No Siklus Ketuntasan hasil belajar
Tuntas Belum tuntas
1 pretest 0% 100%
2 I 60,7% 39,3%
3 II 68,7% 31,3%
4 III 85,7% 14,3%
Pada pretes belum ada siswa yang tuntas belajarnya. Rata-rata siswa
mengalami kesulitan saat mengerjakan soal tentang sifat-sifat bangun datar dan
luas bangun datar, sedangkan untuk materi keliling bangun datar sebagian
siswa sudah dapat memahami walaupun belum diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Siklus I ketuntasan belajarnya baru mencapai 60,7% ini karena siswa saat
pembelajaran kurang paham dengan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka
terlihat aktif membuat dan menggunakan tangram namun inti dari tujuan
pembelajaran sebagian besar siswa belum paham, saat tanya jawab pemahaman
materi mereka kurang aktif mengemukaan pendapat.
Siklus II ketuntasan belajarnya sudah meningkat dibandingkat siklus I
yaitu 68,7%. Siklus II siswa mulai paham dengan apa yang sebenarnya mereka
sedang kerjakan, yaitu tidak hanya sekedar bermain membuat dan
menggunakan tangram tetapi mereka sedang melakukan suatu pembuktian
sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna.
Siklus III ketuntasan belajarnya mencapai 85,7% ini berarti ini berarti
ketuntasan belajarnya sudah berhasil. Berikut disajikan diagram peningkatan
hasil belajar antar siklus.
Gambar 4.17. Peningkatan Hasil Belajar Antar Siklus
Dari diagram 4.17 terlihat bahwa dari pretest, siklus I, siklus II sampai
siklus III selalu terjadi peningkatan hasil belajar.
2. Kendala dan Solusi
Selama pembelajaran dengan media tangram ada beberapa kendala
terutama pada siklus I, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa bekerja
secara kelompok dan berdasarkan petunjuk LKS. Siswa masih belum terampil
dalam membuat dan menggunakan tangram. Hal tersebut menyebabkan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pretes siklus I siklus II siklus III
0.0%
60.7% 68.7%
85.7%
100.0%
39.3% 31.3%
14.3% pe
rse
nta
se
tuntas
belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
pembelajaran berlangsung lama. Pada siklus II kendala yang peneliti temui
mulai teratasi dan terus diperbaiki pada siklus III.Selama pembelajaran
dengan menggunakan media tangram ada kendala yang peneliti temui selama
pembelajaran dari siklus I siklus II dan siklus III antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.61. Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Media Tangram
Siklus Kendala Solusi
1 a. Siswa kurang dapat
memahami petunjuk LKS
b. Siswa belum terampil
membuat tangram
c. Ukuran tangram
menyulitkan siswa
d. Siswa belum terampil
menggunakan tangram
e. Siswa yang kurang aktif
saat diskusi kelompok
a. Siswa bekerja teliti dan urut
berdasarkan petunjuk LKS
b. Siswa latihan terus menerus
c. Ukuran tangram dirubah
menjadi 12cm X 12cm
d. Siswa latihan terus menerus
e. Selalu diingatkan dengan
memberikan motivasi yang
bervariasi.
2 Saat demontrasi klasikal
siswa kurang percaya diri
Diberi motovasi dan perlu
latihan terus menerus supaya
terbiasa
3 Siswa yang kurang aktif
dalam berpendapat
Guru memancing dengan
pertanyaan-pertanyaan
C. Pembahasan
Penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar matematika
tentang bangun datar siswa SD N Winong tahun ajaran 2011/1012 sudah berjalan
sesuai dengan scenario yaitu 5 langkah mulai dari (1) persiapan, (2) pengenalan
media tangram, (1) membuat media tangram, (4) menggunakan media tangram
sesuai dengan tujuan pembelajaran, (5) penyimpulan dan evaluasi.
Langkah tersebut hampir sama dengan pendapat ahli yaitu sebagai
berikut langkah yang dirasakan ideal bagi pembelajaran membaca manual media
tangram. Sebagaimana dinyatakan Iswar (2007) adalah sebagai berikut: (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
penguraian dasar teori geometri menggunakan tangram, (2) pembagian kelas
menjadi kelompok, (3) penugasan membaca manual, (4) pembelajaran
mengekplorasi tagram sebagai praktik dari manual tersebut, (5) memberi soal-
soal, (5) membahas soal, (6) membahas soal-soal, dan (7) penilaian performansi
siswa. Langkah tersebut disesuaikan dengan pendapat beberapa ahli dan kondisi
awal SD N Winong.
Langkah persiapan ini sesuai dengan langkah-langkah perancangan
media dalam persiapan pembelajaran menurut pendapat ahli sebagai berikut: (1)
merumuskan kebutuhan siswa, (2) merumuskan tujuan pembelajaran, (3)
merumuskan butir-butir materi pelajaran, (4) mengembangkan alat pengukur
keberhasilan, (5) menuliskan naskah media, dan(6) merumuskan instrument.
Dalam langkah ini guru mulai persiapan diperhatikan sampai evaluasi untuk
menentukan pemahaman siswa tentang matari yang disampaikan(Silalahi dan
Riyana, 2009). Pada siklus I belum berjalan dengan baik karena langkah-
langkahnya masih terbalik-balik dan untuk kegiatan perumusan masalah belum
melibatkan siswa. Pada siklus II langkah sudah diperbaiki langjah
pembelajarannya, hanya saat perumusan masalah siswa kurang terlibat meskipun
guru sudah menjembatani siswa hal ini terus diperbaiki pada siklus III.
Karena tangram adalah media yang belum pernah digunakan dalam
pembelajaran matematika di SD N Winong maka peneliti masuk dengan langkah
pengenalan tangram. Pada langkah ini siklus I belum berjalan dengan baik karena
guru kurang menguasai kelas namun dapat diperbaiki pada pertemuan berikutnya
pada siklus I. Siklus II perkenalan media tangram mulai melibatkan siswa
misalnya siswa mencoba menjelaskan pengertian, tujuan dan jenis-jenis tangram
serta mencoba menggunakannya. Pada siklus III langkah pengenalan media
tangram dilakukan oleh siswa dengan makin percaya diri ini dapat melatih siswa
untuk mengemukakan pendapat.
Langkah pembuatan tangram sesuai denganpendapat ahli, yaitu langkah-
langkah menggunakan media pancagram dalam pembelajaran seperti berikut: (1)
memotong karton ukuran 10 cm x 10 cm, (2) menggambar pancagram, (3)
memberi nama pada masing-masing bangun dalam pancagram, (4) memotong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
pancagram menjadi bangun-bangun yang ada, (5) menggunakan sesuai dengan
materi yang akan di sampaikan (Hambali, 1991). Pada siklus I belum berjalan
dengan baik karena tangram baru pertama digunakan dalam pembelajaran
matematikadan siswa juga kurang dapat memahami petunjuk LKS. Namun
akhirnya siswa dapat membuat tangram dengan bimbingan guru walaupun dengan
waktu yang lama. Kesulitan tersebut karena ukuran tangram yang menyulitkan
siswa dalam membuatnya maka pada siklus II ukuran tangram dirubah yakni
12cm x 12cm dan ini memudahkan siswa dalam membuat tangram. Pada siklus II
siswa mulai terampil dalam membuat tangram sehingga tidak memerlukan waktu
yang lama. Siklus III sebagai pemantapan siklus II bahan yang digunakan untuk
membuat tangram peneliti menggunakan kertas bekas ini tujuannya, bahwa media
tidak harus mahal yang penting mudah didapat yang penting tujuan pembelajaran
dapat tercapai, menyenangkan, dan bermakna. Siklus III tangram yang digunakan
adalah tangram 7 potongan namun karena siswa sudah terampil jadi siswa tidak
kesulitan untuk membuatnya.
Langkah penggunaan media tangram pada siklus I belum berjalan dengan
baik karena tangram baru pertama digunakan dalam pembelajaran matematikadan
siswa juga kurang dapat memahami petunjuk LKS. Namun akhirnya siswa dapat
menggunakan tangram dengan bimbingan guru walaupun dengan waktu yang
lama. Saat diskusi klasikal banyak didominasi guru. Siswa masih malu-malu dan
bingung dalam mempraktekan hasil diskusi kelompok mereka. Pada siklus II
karena siswa mulai terampil menggunakan tangram dan mulai berani
memdemontrasikan hasil diskusi kelompok dengan hasil yang baik. Pada siklus
III hal tersebut semakin baik dan terampil.
Langkah penyimpulan pada siklus I siswa kurang terlibat dan evaluasi
masih banyak siswa yang kurang percaya diri walaupun guru sudah
mengingatkan. Pada siklus II penyimpulan sudah mulai melibatkan siswa yaitu
guru memancing siswa dengan pertanyaan namun siswa masih enggan
mengeluarkan pendapatnya dan hal tersebut terus diperbaiki oleh guru dengan
memberi motivasi yang bervariasi. Pada siklus III sebagian siswa sudah mulai
terbiasa untuk mengemukaan pendapatnya. Evaluasi siklus II dan III berjalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
dengan baik. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswayaitu
tentang pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan.
Padmono (mengutip pendapat Sudjana) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia
mendapatkan pengalaman belajarnya (2002: 37). Dengan demikian hasil
menunjukan perubahan dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan
setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menunjukan perubahan
yang berupa penambahan, peningkatan dan penyempurnaan prilaku. Penggunaan
media tangram dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun datar
siswa SD N Winong tahun ajaran 2011/1012. Sebelum tindakan hasil belajar
siswa yaitu belum ada siswa yang mencapai batas Kriteria Ketuntusan Minimal
(yaitu yang ditentukan peneliti 70).
Setelah diadakan tindakan hasil belajar siklus I ketuntasan belajarnya
baru mencapai 60,7% ini karena siswa saat pembelajaran kurang paham dengan
apa yang sedang mereka lakukan. Mereka terlihat aktif membuat dan
menggunakan tangram namun inti dari tujuan pembelajaran sebagian besar siswa
belum paham, saat tanya jawab pemahaman materi mereka kurang aktif
mengemukaan pendapat.
Siklus II ketuntasan belajarnya sudah meningkat dibandingkat siklus I
yaitu 68,7%. Siklus II siswa mulai paham dengan apa yang sebenarnya mereka
sedang kerjakan, yaitu tidak hanya sekedar bermain membuat dan menggunakan
tangram tetapi mereka sedang melakukan suatu pembuktian sehingga
pembelajaran jadi lebih bermakna. Siklus III ketuntasan belajarnya mencapai
85,7% ini berarti ini berarti ketuntasan belajarnya sudah berhasil.
Kendala yang peneliti temui selama pembelajaran dengan media tangram
dalam peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas V
SD N Winong tahun ajaran 2011/2012 yaitu siswa kurang aktif, siswa belum
terampil dalam membuat dan menggunakan tangram serta siswa kesulitan dalam
memahami petunjuk KLS. Solusi yang peneliti berikan untuk menangani kendala
tersebut adalah selalu mengingatkan siswa untuk terlibat aktif, terus berlatih agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
lebih terampil dalam membuat dan menggunakan tangram serta dalam bekerja
dengan menggunakan petunjuk LKS harus teliti dan urut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pelaksanaan tindakan selam tiga siklus maka, penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012
berjalan sesuai skenario pembelajaran yaitu (1) persiapan, (2) pengenalan media
tangram, (3) pembuatan media tangram, (4) penggunaan media tangram sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan (5) penyimpulan dan evaluasi. Penggunaan media tangram dapat
meningkatkan hasil belajar matematikatentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong
tahun ajaran 2011/2012.
Kedala penggunaan media tangram dalam peningkatan hasil belajar matematika
tentang bangun datar siswa kelas V SD N Winong tahun ajaran 2011/2012 yaitu (a) siswa
kurang aktif dalam mengemukaan pendapat, (b) siswa kurang dapat memahami petunjuk
LKS, (c) siswa belum terampil membuat tangram, (e) ukuran tangram menyulitkan siswa,
(e) siswa belum terampil menggunakan tangram, (f) saat demontrasi klasikal siswa
kurang percaya diri, (g) saat diskusi kelompok ada siswa yang tidak aktif bahkan hanya
mengganggu temannya. Solusi yang peneliti gunakan untuk menangani kendala yang
penelti temui dalam pembelajaran dengan media tangram adalah (a) untuk siswa yang
kurang aktif dalam berpendapat peneliti atau guru berusaha memancing dengan
pertanyaan-pertanyaan, (b) saat siswa kesulitan untuk memahami petunjuk LKS guru
membimbing dan selalu mengingatkan siswa untuk bekerja secara teliti dan urut
berdasarkan petunjuk LKS, (c) siswa yang belum terampil dalam membuat tangram perlu
latihan terus menerus, (d) ukuran tangram yang menyulitkan siswa saat menggambar
dirubah menjadi 12cm X 12cm, (e) siswa yang belum terampil dalam menggunakan
tangram perlu latihan terus menerus, (f) siswa yang belum percaya diri saat demontrasi
klasikal diberi motovasi dan perlu latihan terus menerus supaya terbiasa, (g) siswa yang
kurang aktif saat diskusi kelompok selalu diingatkan dengan memberikan motivasi yang
bervariasi.
163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
B. Implikasi
Hasil penelitian ini secara teoretis dan secara praktis perlu
ditindaklanjuti. Kesimpulan penelitian ini secara teoritis memberikan gambaran
bahwa dalam melaksanakan pembelajaran matematika tentang bangun datar
sebaiknya menggunakan media tangram yang dapat melibatkan siswa secara aktif
sehingga hasil belajar meningkat.
Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru, terutama
guru SD untuk menentukan media pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan
hasil belajar matematika tentang bangun datar. Media yang tepat dalam
peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun datar salah satunya adalah
tangram. Dengan skenario pembelajaran seperti diatas sangat membantu siswa
dalam memperoleh pengetahuan belajar sendiri secara langsung serta berlatih
memecahkan persoalan yang sedang dihadapi pada waktu pembelajaran maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga, memberi kesempatan pada siswa
untuk berani mengkomunikasikan kepada temannya.
Dengan demikian hasil penelitian ini mempunyai implikasi bahwa
dengan media tangram dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar matematika.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang peneliti laksanakan dapat dianjurkan saran
sebagai berikut:
1. UntukGuru
a. Guru hendaknya menggunakan media tangram dalam peningkatan hasil
belajar matematika tentang bangun datar.
b. Guru menggunakan media tangram dalam peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun datar, agar mampu menciptakan suasana kelas
yang menarik dan menyenangkan dan hasil belajar Matematika siswa
meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
2. UntukSekolah
a. Pihak Sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran kepada para
guru sehingga para guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dengan menggunakan.
b. Pihak Sekolah hendaknya lebih banyak memeberikan pengetahuan tentang
macam-macam media pembelajaran, sehingga para guru mempunyai
gambaran tentang pentingnya menggunaan media dalam pelaksanaan
pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Matematika di kelas dan hasil belajar siswa.