Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Oleh :
A Z I Z A H
805011001433
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN
AKTIFTERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA yang
disusun oleh AZIZAH Nomor Induk Mahasiswa 805011001433, Jurusan
Pendidikan Agama Islam telah melalui bimbingan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai ketentuan
yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, Januari 2008
Yang Mengesahkan
Pembimbing
Dra. Muhlisrarini, M.Pd
NIP. 150 293 220
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jenjang Pendidikan Strata (S1)
Oleh:
AZIZAH
NIM:805011001433
Di bawah bimbingan:
Dra. Muhlisrarini, M.Pd
NIP:150 293 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA diajukan pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 28 Januari 2008 di hadapan
dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd I)
dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, Januari 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Merangkap Sekretaris,
Dra. Eri Rosatria, MA
NIP. 150 077 513
Penguji I
Drs. Abdul Fattah Wibisono, MA
NIP. 150 236 009
Penguji II
Dra. Afidah Mas’ud
NIP. 150 228 775
Tanggal
….……………
……………….
………………...
Tanda Tangan
…………………….
……………………..
……………………...
Mengetahui:
Dekan,
Prof. DR. Dede Rosyada,MA
NIP. 150 231 356
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………………….. ii
ABSTRAK ……………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………... iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………. 4
C. Pembatasan Masalah …………………………………… 5
D. Perumusan Masalah ……………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 5
F. Kegunaan Hasil Penelitian ……………………………… 6
BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………. 7
A. Motivasi Belajar ………………………………………...
1. Pengertian Motivasi ………………………………..
2. Pengertian Belajar ………………………………….
3. Pengertian Motivasi Belajar ………………………..
7
7
8
14
B. Pembelajaran Matematika ………………………………
1. Pengertian Pembelajaran …………………………...
2. Pengertian Matematika …………………………….
3. Pengertian Pembelajaran Matematika ……………...
15
15
17
19
C. Pendekatan Pembelajaran Aktif ………………………...
1. Pengertian Pendekatan ……………………………..
2. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Aktif ………..
3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Aktif ……..
20
20
22
24
4. Tahapan Persiapan Mengajar melalui Pendekatan
Pembelajaran Aktif ………………………………...
5. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Aktif …..
a. Strategi Pembentukan Tim ……………………..
b. Strategi Penilaian Sederhana …………………...
c. Strategi Pelibatan Belajar Langsung……………
24
25
25
29
30
D. Pembelajaran Konvensional …………………………… 32
E. Kerangka Berpikir ……………………………………... 34
F. Hipotesis ……………………………………………….. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………… 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….. 36
B. Metode dan Desain Penelitian ………………………….. 36
C. Populasi dan Sampel …………………………………… 37
D. Teknik Pengumpulan Sampel…………………………... 37
E. Kontrol Terhadap Validitas Internal ..………………….. 39
F. Teknik Analisa Data ……………………………………. 41
G. Hipotesis Statistik ……………………………………… 41
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………… 44
A. Gambaran Umum SD Generasi Rabbani ……………… 44
B. Deskripsi Data ………………………………………… 49
C. Analisis Data …………………………………………… 53
D. Interpretasi Data ………………………………………. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………... 55
A. Kesimpulan …………………………………………….. 55
B. Saran-Saran …………………………………………….. 56
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 57
LAMPIRAN - LAMPIRAN …………………………………………….. 59
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Desain Penelitian
…………………………………………………...
38
Tabel 2 Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa
…………..
39
Tabel 3 Jumlah siswa perkelas SD Generasi Rabbani
………………………
47
Tabel 4 Data Guru dan Karyawan
………………………………..…………
48
Tabel 5 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
……………………………….
50
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Balejar Kelas Eksperimen
……
52
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Balejar Kelas Kontrol
…….....
53
Tabel 8 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa (uji
validitas)……
61
Tabel 9 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa (Instrumen
penelitian)
………………………………………………………......
62
Tabel 10 Uji Validitas dan Reliabilitas
……………………………………...
63
Tabel 11 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa
Kelas Experimen
………………………………………………………….
66
Tabel 12 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa
Kelas Kontrol
…………………………………………………………….
69
Tabel 13 Uji Hipotesis 71
…………………………………………………….....
Tabel 14 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan
Pertama…….....
70
Tabel 15 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan Kedua
………...
72
Tabel 16 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan ketiga
…………
74
Tabel 17 Rencana Persiapan Pembelajaran Aktif Pertemuan
Keempat………
77
Tabel 18 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan
Pertama
80
Tabel 19 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan
Kedua .
82
Tabel 20 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan
Ketiga .
84
Tabel 21 Rencana Persiapan Pembelajaran Konvensional Pertemuan
Keempat
…………………………………………………………….
86
Tabel 22 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen
……………………………..
88
Tabel 23 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol
………………………...……….
89
Tabel 24 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Validitas …………………………. 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas
Eksperimen ...
Gambar 2 Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol
…….
52
54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa Untuk Uji
validitas
…………………………………………………..…….
59
Lampiran 2 Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa Untuk
Instrumen Penelitian
…………………………..………………..
60
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas
…………………………………..
61
Lampiran 4 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa
Kelas Eksperimen
……………………………...……………….
63
Lampiran 5 Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa
Kelas Kontrol
…………………………………..………………
66
Lampiran 6 Uji Hipotesis
…………………………………………………...
68
Lampiran 7 Rancangan Persiapan Pengajaran Aktif
………………………..
70
Lampiran 8 Rancangan Persiapan Pengajaran Konvensional
………………
80
Lampiran 9 Daftar Nama Siswa Kelas
Eksperimen…………………………
88
Lampiran 10 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol
……………………………..
89
Lampiran 11 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Validitas
………………………
90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pentingnya pendidikan bagi anak sudah tidak dapat diragukan lagi, karena
awal kehidupan anak merupakan masa yang paling tepat dalam memberikan
dorongan ataupun stimulasi agar anak dapat berkembang secara optimal. Apa
yang anak pelajari pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya akan
berdampak pada kehidupannya di masa yang akan datang. Lingkungan
pertama yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah lingkungan
keluarganya. Kemudian lingkungan kedua yang berfungsi juga sebagai tempat
pendidikan di luar keluarga adalah masyarakat, dan unsur lain yang berperan
dalam pendidikan anak adalah lingkungan “sekolah”, yaitu lingkungan formal
yang dalam hal ini biasanya dilakukan di suatu lembaga tertentu yang telah
terstruktur dan mempunyai program yang baku.
Pada Negara-negara yang sudah berkembang atau yang sudah mengalami
stabilitas politik dan agama, pendidikan menjadi perhatian yang penting bagi
masyarakat. Bahkan pada sekitar waktu peluncuran pesawat ruang angkasa
pertama kali, sebagian besar masyarakat dunia tidak lagi hanya memperhatian,
melainkan menjadi demam memikirkan pendidikan. Masyarakat muali ramai
memperdebatkan fungsi dan tujuan pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemandirian untuk dapat melakukan segala sesuatu dengan mandiri, dan
kemauan, serta dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.1
Pendidikan amat penting bagi perkembangan generasi muda Indonesia. Hal
ini nampak jelas pada UUSPN yang mengatakan bahwa “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Untuk merealisasikan tujuan itu semua maka pemerintah mewajibkan bagi
seluruh anak bangsa untuk mendapatkan hak menuntut ilmu yang sama.
Berbagai macam bidang ilmu yang diberikan kepada masyarakat antara lain
adalah; Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral, Pendidikan
Pengetahuan Sosial, Pendidikan Pengetahuan Alam, Pendidikan Olah raga dan
Kesehatan, dan pendidikan ilmu pengetahuan yang lainnya. Dari beberapa
disiplin ilmu tersebut ada satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari
yaitu matematika. Matematika sering sekali disebut dengan ilmu pasti karena
segala hal yang terkait dengan ilmu tersebut harus dijawab dengan pasti.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm.3.
2 Undang-Undang ……….., hlm.3.
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif.3
Dalam suasana belajar-mengajar di lapangan, lingkungan sekolah-sekolah
sering kita jumpai beberapa masalah. Para siswa meskipun mendapatkan nilai-
nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak
kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap, ke dalam situasi yang lain. Para siswa memang
memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari
guru sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk
mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu. Akibatnya,
pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Cepat
terlupakan.4
Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar adalah sebagian
dari pengajar melakukan kegiatan pendekatan mengajar secara konvensional.
Hal ini dirasakan oleh sebagian besar siswa terutama di Sekolah Dasar
Generasi Rabbani sebagai suatu kegiatan belajar mengajar yang membosankan
sehingga siswa lebih mudah mengalami kejenuhan dalam belajar khususnya
pada pelajaran matematika. Hal ini juga pernah diungkapkan oleh beberapa
orag tua siswa terkait dengan anak-anak mereka yang megalami kesusahan
dan malas untuk belajar. Pendekatan konvensional ini mendorong pengajar
untuk banyak menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan penugasan,
sehingga kegiatan belajar mengajar tersebut lebih berpusat pada pengajar,
siswa sebagai pelajar hanya bersikap pasif dan tidak dapat mengalami
kegiatan pembelajaran secara lansung. Karena siswa lebih bersikap pasif hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan motivasi belajar siswa.
Oleh karena itu, agar tujuan pembelajaran matematika dapat memenuhi
harapan, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan. Misalnya pada pemilihan
3 Depdiknas, KTSP Mata Pelajaran Matematik4a SD/MI, (Jakarta: 2006), hlm.416.
4 Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992), hlm.6.
pendekatan, metode bahkan teknik pembelajarannya. Salah satu pendekatan
yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran Matematika adalah
pendekatan pembelajaran aktif.
Pendekatan pembelajaran aktif adalah sebuah proses pembelajaran yang
memfokuskan seluruh kegiatan belajar terhadap pelajar sehingga pelajar dapat
mengalami secara langsung proses kegiatan belajar mengajar tersebut.
Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif ini, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa, dan dapat menjawab
permasalahan yang dihadapi oleh orang tua siswa terkait dengan anak-anak
mereka yang kurang termotivasi untuk belajar matematika. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan pembelajaran
aktif terhadap motivasi belajar Matematika siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas penulis ingin mengetahui peranan
pendekatan pembelajaran aktif dalam meningkatkan motivasi belajar
matematika siswa, sehingga skripsi ini diberi judu: “PENGARUH
PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini adalah:
1. Masih adanya anggapan bahwa pelajaran matematika sulit untuk
dipelajari.
2. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar matematika.
3. Kurangnya perhatian guru untuk memberi motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktekkan pengetahhuan matematikanya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Lemahnya sumber daya guru dalam pemahaman konsep serta
pengembangan strategi, metode ataupun pendekatan yang lebih variatif
dan tidak membosankan siswa.
5. Minimnya sarana pelatihan dan pengembangan keilmuan matematika.
6. Rendahnya peran serta orang tua untuk memotivasi siswa.
7. Tingginya tuntutan isi/konten kurikulum yang dirasa terlalu padat.
8. Rendahnnya sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah untuk
media pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka
dapat kita ketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasii
belajar matematika. Untuk itu perlu dibatasi dalam ruang lingkup yang
mungkin dapat dilaksanakan oleh peneliti. Penelitian ini difokuskan pada
pengaruh pendekatan pembelajaran aktif terhadap motivasi belajar
Matematika siswa.
Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar
matematika siswa. Pendekatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendekatan pembelajaran aktif yang memungkinkan siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran aktif yang akan digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan pelibatan belajar langsung. Motivasi yang akan digunakan adalah
motivasi ekstrinsik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentivikasi masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah
terdapat perbedaan motivasi belajar Matematika antara siswa yang diberikan
pendekatan pembelajaran aktif dengan siswa yang diberikan pendekatan
konvensional”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang efektivitas
pendekatan pembelajaran Matematika secara aktif dan pendekatan
konvensional terhadap motivasi belajar pada siswa Sekolah Dasar.
Hasil penelitian ini dari segi teoritis diharapkan dapat memberikan
gambaran sekaligus mengembangkan pengetahuan tentang proses belajar-
mengajar Matematika, terutama tentang upaya peningkatan kualitas kegiatan
pembelajaran melalui penerapan pendekatan pembelajaran aktif.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Mengenal berbagai hambatan dan keterbatasan yang selama ini dialamii
guru, maka pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diterapkan
dan sebagai referensi dalam peningkatan proses belajar-mengajar Matematika.
Selain itu, dalam batas-batas tertentu temuan-temuan yang ada dalam
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk
mengembangkan penelitian lanjutan dalam proses belajar-mengajar
Matematika.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Berbicara motivasi tidak lepas dari kata motif. Secara morfologi,
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan
motivasi adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi
adalah kata kerja yang artinya mendorong. Syaodih membedakan
pengertian motif dan motivasi sebagai berikut:
Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan
individu untuk bertindak mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu
kondisi yang tercipta atau diciptakan sehingga membangkitkan atau
memperbesar motif pada seseorang.5
Sadirman mengemukakan bahwa motif adalah daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam diri dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif
juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Sedangkan motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu.6
Guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi didalam
membimbing belajar siswanya. Berbagai macam teknik misalnya dengan
cara kenaikan tingkat, memberikan penghargaan, peranan-peranan
kehormatan, piagam-piagam prestasi, dan celaan telah dipergunakan untuk
mendorong siswa-siswa agar mau senang belajar. Yang terpenting dalam
5 Syaodih. Nana. Sikap Belajar Siswa Aktif dan Motifasi dari Guru dengan Prestasi
Belajar. Tesis Master pada jurusan PPB FIP IKIP (Bandung: 1990) hlm 6. tidak diterbitkan. 6 Sardiman. A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali Pers
1998) hlm 73.
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara memberikan
pendekatan-pendekatan belajar yang efektif.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan
mental itu beupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan
mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi
pendidikan yang menyebut mental yang mendorong terjadinya belajar
tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia. Dalam
motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.7
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif
dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan
sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri
individu untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidkan
itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketiak ia
berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para
pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi
mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya
mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran
yang dicapai peserta didik.
Wittig, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya
Pskologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mendefinisikan belajar
7 Koeswara, E.. Motivasi. Bandung: Angkasa, 1999) hlm 99
sebagai: any relati vely permanent change in an organism’s behavioral
repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah
perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil”.8
Reber, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya
Pskologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru dalam kamus
susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology
membatasi belajar dengan dua macam definisi. “Pertama, belajar
adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh
pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam
pembahasan psikologi kognitif yang oelh sebaian ahli dipandang
kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan
keterampilan. Kedua belajar adalah A relatively permanent change ini
respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice,
yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng
sebagai hasil latihan yang.”9
Bertolak dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan secara
ringkas bahwa belajar adalah suatu proses transfer ilmu pengetahuan
yang melibatkan fungsi kognitif dari pengajar kepada pelajar baik di
dunia pendidikan sekolah atau yang lainnya.
a. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegaiatan
yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik
dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar
inimuncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan
manusia yang juga bemacam-macam.
8 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosda Karya 2002) hlm. 90 9 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm. 90
1) Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara
berfikir abstrak. Tujuannya adalah untukmemperoleh pemahaman
dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang
kuat di samping penguasaan atas prisip konsep,dan generalisasi.
Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar metematika, kimia,
kosmografi, astronomi,dan juag sebagian materi bidang studi
agama seperti.10
2) Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan
gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf otot-otot/neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini
latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk
belajar dalam jenis ini misalnya belajar olah raga, musik, menari,
melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian
materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan haji.11
3) Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami
masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah
tersebut. Tujuannya adalah untuk mrnguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti
masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan
masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
10
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosda Karya 2002) hlm 122 11
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm 122.
Selain itu, belajar social juga bertujuan untuk mengatur
dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi
peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi
kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang
studi yang termasuk bahan pelajaran social antara lain pelajaran
agama dan PKN12
.
4) Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu,
kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-
prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat
diperlukan.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan
sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru
(khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA)
sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang
berorientasi pada cara pemecahan masalah.13
5) Belajar Rasional
“Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan
kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal
sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan
menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini
sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan
belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational
12
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosda Karya 2002) hlm 123 13Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm 123.
problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan
sistematis”.14
Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana
belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar
pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi
tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya
bidang-bidang studi noneksakta pun dapat memberi efek yang
sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
6) Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran.
Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-
kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti
selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).15
Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan
norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius
maupun tradisional dan cultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat
dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana
yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional/1989 Bab IV Pasal 10 (4). Namun demikian, tentu tidak
tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama dan PKN
sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.16
14 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosda Karya 2002) hlm 124 15 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm 124. 16
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002), hlm 124
7) Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment)
arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa
memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective
skills) yang dalam hai ini kemampuan menghargai secara tepat
terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi
musik, dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan
belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan
(prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bisang studi
ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan
sebagai alat pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal
seni baca tulis Al-Qur’an.17
8) Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara
melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan
tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program
belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan
melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988).
Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau
menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan
tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus
dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat
laboratorium dan penelitian lapangan.
3. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu. Kalau seorang siswa rajin belajar, guru
hendaknya menyelidiki apa kiranya motif yang mendorongnya. Kalau
17 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan…., hlm 124.
seorang siswa malas belajar, guru hendaknya menyelidiki mengapa ia
berbuat demikian. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong,
motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan dan/atau
ditingkatkan dalam diri siswa.18
W. S. Winkel, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa
motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai”.19
Sardiman mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai.20
Prayitno menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan
suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai
suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Lebih
lanjut, Marx & Tombuch mengumpamakan, “motivasi sebagai bahan
baker dalam beroperasinya mesin gasoline”. Tidaklah menjadi berarti
betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual
atau bakat siswa dan materi yang akan diajarkan serta lengkapnya sarana
belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM
tidak akan berlangsung optimal.21
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi dari dalam diri anak (intrinsik)
dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dari dalam dapat
dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan
18
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa Dalam Belajar, Jakarta: 1992, hlm.10. 19
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosda Karya 2002) hlm 136. 20
Sardiman. A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali Pers
1998) hlm 75. 21 Prayitno. Elida. Motivasi dalam Belajar. (Jakarta: PPLPTK Depdikbud 1999) hlm 8.
untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar
dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui pujian,
hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan
rumahnya.22
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki siswa.
B. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran
Banyak oraang yang beranggapan, bahwa yag dimsud degan belajar
mecari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secaralebih khusus
mengartikan belajar adalah menyerap pegetahuan. Ini berarti, orang mesti
mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya. Jika konsep ini yang
dipakai orang, maka pada orang itu masih dipertayakan, apakah dengan
belajar semacam itu orang akan menjadi tumbuh dan berkembang?
Memang kalau bertanya kepada seseorang tentang apakah belajar itu,
akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Perbedaan pedapat
orang tentang arti belajar itu disebabkan adanya kenyataan, bahwa
perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macambayak jenis kegiatan yang
oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar
misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata,
mengumpulkan fakta-fakta, menghafalkan lagu, menghitung dan
mengerjakan soal-soal matematika, dan sebagainya.
Hailgard dan Bower, seperti yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto
dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan. “Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku sesorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pegalamannya yang berulang-ulang
22
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa Dalam Belajar, Jakarta: 1992, hlm.10.
dalam situsi itu, diman perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-
keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan
sebagainya).”23
Menurut Jemes O. Wittaker, seperti yang dikutip oleh Wasty Soemanto
dalam bukuya Psikologi Pendidikan megemukakan “Belajar dapat
dideviisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman”.24
Adapun menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pedidikan
dengan Pendekatan Terbaru “Belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif”.25
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyaknya.
Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai
proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas
materi-materi yang telah ia pelajari.
Bertolak dari pengertian belajar diatas dapat disimpulkan secara
ringkas bahwa belajar adalah suatu proses transfer ilmu pengetahuan yang
melibatkan fungsi kognitif dari pengajar kepada pelajar baik di dunia
pendidikan sekolah atau yang lainnya.
2. Pengertian Matematika
Matematika adalah salah satu mata pelajaran pokok yang dikenalkan
kepada siswa mulai dari usia Play Gorup bahkan sampai bangku
23
Drs. M. Ngalim Perwanto, MP Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya 2000) hlm 84. 24
Drs. Wasty Soemato,M.Pd Psikologi Pendikan. (Jakarta: PT RINEKACIPTA 1998)
hlm 104. 25
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002) hlm 92.
perkuliahan, karena matematika berguna untuk mengembangkan
kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan
eksperimen, sebagai alat dalam memecahkan suatu masalah melaui pola
pikir dan model matematika serta sebagai alat komonikasi melalui symbol,
table, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.26
Dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa “matematika adalah
salah satu ilmu pendidikan yang tertua yang terbentuk dari penelitian
bilangan dan ruang.27
Hal yang senada ini juga dinyatakan dalam Kamus
Bahasa Indonesia bahwa matematika diartikan sebagai “ilmu tentang
bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.28
Betrand Russel menyatakan bahwa matematika adalah subjek dimana
kita tidak pernah tau apa yang kita bicarakan bahkan tidak tau apakah yang
kita katakan benar.29
Sedangkan D. Hilbert dalam Nasution menyatakan
bahwa matematika adalah permainan di atas kertas yang menggunakan
kaidah-kaidah sederhana dan lambang-lambang yang tidak berarti.30
Ruseffendi, berpendapat bahwa matematika ilmu deduktif yang tidak
menerima generalisasi yang didasarkan kepada hasil observasi (induktif)
tetapi generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif;
ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke
aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.31 Sedangkan Erman
Suherman mengutip pendapat James yang mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan
26 Departemen Pendidikan Nasional Kurikulun Stadar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas
II Jakarta Departemen Pendidikan Nasional 2004) 17 27 Ensiklopedia Indonesia Modern dan Masa Kini, (Jakarta, Ichtira Baru Van Hoeve,
1993), hlm 2171 28
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-11, hlm.
108 29
Buchari Kifli dan Mustofa Usman, Prinsip-prinsip Matematika, (Bandung: Sinar Baru,
1985), hlm. 25 30
A.H. Nasution, Landasan Matematika, (Jakarta: Bhatara, 1978), hlm. 76 31
E.T, Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid, Guru dan SPG, (Bandung: Tarsito, 1980), HLM. 148
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis
dan geometri.32
Johnson dan Rising, mengatakan bahwa matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat,
lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Sedangkan Reisman, mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang
pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa,
dan suatu alat.33
Berbagai pendapat lain tentang matematika juga masih kita dengar
seperti yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol;
matematika adalah bahasa numerik; bahasa emosional, matematika adalah
metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir; matematika
adalah ratunya ilmu dan masih banyak yang lainnya. Dalam matematika,
suatu generalisasi, sifat, teori, atau dalil itu belum dapat diterima
kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif. Jadi matematika
itu merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang
didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan
pada pembuktian secara deduktif.
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep diperoles sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas.34
32
Erman Suherman, et al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 16 33
Erman Suherman, et al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 16 34
DepDikNas Kurikulun 2004 Stadar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas II (Jakarta Departemen Pendidikan Nasional, 2004) hlm. 17
Berdasarkan pengertian matematika di atas dapat kita simpulkan
bahwa matematika adalah pelajaran eksak/pasti yang dapat mengajak
siswa untuk dapat berpikir secara sistematis dan logis, dapat berpikir
abstrak, dan dapat mengguunakannya dalam memecahakan suatu masalah
yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan,
3. Pembelajaran Matematika
Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya tidak lepas dari istilah
pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran matematika.
Pembelajaran metematika diajarkan kepada siswa agar siswa dapat
memahami konsep pada pelajaran matematika yang diberikan.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan focus dalam
pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan
solusi tunggal, masalah terbuka denga solusi tidak tunggal, dan
masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan
memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan
masalah, dan menafsirkan solusinya.35
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya
dinilai dengan pengenalan masalah yang sesuai denga sttuasi
(contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, pesrta
didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran sekoalh diharapkan
menggunakan teknologi informasi dan komonikasi seperti computer,
alat peraga, atau media lainnya.36
Berdasarkan pengertian pembelajaran matematika diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses kegiatan
pembelajaran yang memberikan siswa pengetahuan eksak sehingga
35
Departemen Pendidikan Nasional. Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
stndar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar (Jakarta Departemen Pendidikan
Nasional, 2006) hlm. 9 36 Departemen Pendidikan Nasional. Standar isi untuk …, hlm. 9
siswa dapat berpikir logis, dan realistis, serta dapat memecahkan suatu
permasalahan melalui penegtahuan matematika yang dimilikinya.
C. Pendekatan Pembelajaran Aktif
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Proses kegiatan belajar mengajar sangat erat sekali hubungannya
dengan pendekatan pembelajaran. Dengan mengetahui pendekatan
pembelajaran tersebut maka akan mempermudah guru dalam melakukan
kegiatan mengajar.
Pendekatan pembelajaran atau kiat melaksanakan pendekatan serta
metode belajar termasuk factor-faktor yang turut menentukan tingkat
keberhasilan siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memliki
kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-
temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang
dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat
siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai ke titik
yang lebih rendah daripada prestasi temannya yang berkapasitas rata-
rata.37
Sebaliknya, seorang siswa yang sebenarnya hanya memiliki
kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang, dapat mencapai puncak
prestasi (samapi batas optimal kemampuannya) yang memuaskan, lantaran
menggunakan pendekatan belajar yang efisien dan efektif. Kosekwensi
positifnya ialah harga diri (self esteem) siswa tersebut melonjak hingga
setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang diantaranya mungkin
berkapasitas kognitif lebih tinggi.38
Menurut Suparman pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan
dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa,
37
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosda Karya 2002) hlm 125 38
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosda Karya 2002), hlm 125.
peralatan, bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan .39
Reigeluth, Bunderson dan Merill seperti yang dikutip Degeng
mengemukakan tiga bagian pendekatan pembelajaran, yaitu: 1).
pendekatan pengorganisasian yang mengacu pada cara untuk membuat
urutan dan mensintesis dari fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang
berkaitan, 2). pendekatan penyampaian yang mengacu pada cara yang
dipakai untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada si belajar dan
sekaligus untuk menerima dan merespon masukan dari si belajar, dan 3).
pendekatan pengelolaan yang mengacu pada penjadwalan penggunaan
strategi, pembuatan catatan kemajuan mahasiswa, pengelolaan
motivasional dan kontrol belajar.40
Pendekatan merupakan orientasi atau cara memandang terhadap
sesuatu. Pendekatan yang berbeda tentu akan melahirkan cara, langkah,
dan teknik operasional yang berbeda pula untuk mewujudkan tujuan yang
akan dicapai. Pendekatan merupakan pilihan seseorang dalam melihat
suatu obyek. Oleh karena itu, pendekatan merupakan bagian dari strategi.
Ada beberapa pendekatan yang berbeda yang terkait dengan teori dalam
belajar-mengajar, sebagai berikut; a). terkait dengan model belajar. b).
terkait dengan pengelolaan kelas.c). terkait dengan sasaran belajar
Pendekatan pembelajaran salah satu ketrampilan yang harus dimiliki
oleh pengajar. Pedekatan pembelajaran merupakan bagian dari sistem
pembelajaran yang menjelaskan komponen umum dari suatu set bahan
pembelajaran dan prosedur yang digunakan bersama bahan tersebut
untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.
Berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep tentang pendekatan
pembelajaran di atas , maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola
39
Suparman, Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas, untuk Peningkatan dan
pengembangan Instruksional, (Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud, Jakarta, 1997). hlm 3 40
Degeng, I Nyoman Sudana. Strategi Pembelajaran. (Malang: IKIP Malang, 1997) hal: 14
kegiatan instruksional untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran
secara sistematik, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai
oleh siswa secara evektif dan efisien. Pendekatan pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran
dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dlam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Jadi yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran pada kajian ini
adalah keseluruhan pola umum kegiatan guru-siswa dalam mewujudkan
peristiwa belajar mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu, terbentuk oleh paduan antara urutan kegiatan,
metode yang digunakan, penggunaan media dalam pembelajaran, dan
pendefinisian peran antara guru dan siswa.sebagai pola umum kegiatan
guru-siswa pendekatan pembelajaran digambarkan dalam garis kontinum
untuk mempresentasikan tentang tingkat dominasi peran guru dan
partisipasi aktif siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran. Semangkin
kuat atau dominant peran guru maka semakin pasif peran siswa dalam
proses pembelajaran, dan sebaliknya berkurang peran dan dominasi guru
maka semakin besar peran siswa dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran Aktif
Pembelajaran Aktif (Active Learning) merupakan salah satu dari
pendekatan yang terkait dengan model belajar. Pembelajaran aktif atau
yang diistilahkan sebagai pembelajaran orang dewasa, adalah
pembelajaran yang sengaja didesain agar peserta didik dapat secara aktif
dan bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya.
Pendekatran pembelajaran aktif dapat diartikan sebagai wawasan atau
anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, social, dan
fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada
prinsipnya telah ada dalam diri siswa.41
41 Depdikbud, Kurikulum: Pedoman Proses Belajar Mengajar. (Jakarta, 1986) hlm 35
Pembelajaran di sini tidak lagi menempatkan siswa sebagai objek
pembelajaran, sebagaimana yang selama ini terjadi, namun mahasiswa
diposisikan sebagai subjek pembelajaran yang memiliki tanggung jawab
sendiri dalam keberhasilan proses pembelajarannya. Sistem ini tidak lagi
memposisikan pengajar sebagai pusat, akan tetapi siswa harus mampu
mengembangkan pembelajarannya sendiri.
Sudah seharusnya memang kita perlu memandang peserta didik kita
yakni siswa sebagai individu yang telah mampu mempersepsi dirinya
sebagai penanggung jawab atas hidupnya sendiri. Ini ciri khas
pembelajaran yang diterapkan untuk siswa.
Dengan pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada siswa. Guru
memposisikan diri sebagai salah satu sumber belajar yang berperan untuk
menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif dengan
memfasilitasi aktivitas mereka. Pendekatan ini dipengaruhi oleh
pandangan bahwa siswa/peserta didik itu adalah individu-individu yang
membawa potensi masing-masing. Tugas guru adalah untuk
mengembangkannya.42
Dari pengertian tentang belajar aktif di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa belajar aktif yaitu sebuah proses pembelajaran yang
memfokuskan seluruh kegiatan belajar terhadap pelajar sehingga pelajar
dapat mengalami secara langsung proses kegiatan belajar mengajar
tersebut.
3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Aktif
Paling sedikit ada tiga alasan mengapa belajar aktif diperlukan;
a). karakteristik siswa/anak. b). hakekat belajar. c). Karakteristik lulusan
yang dikehendaki43
42
Drs. A. Syafii, M.Ag, Makalah Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta,
2006, hlm.2-4 43
Drs. Geis Muhammad, M.Pd Mengoptimalisasi Proses Belajar-Mengajar Melalui Pendekatan Belajar Aktif. (Jakarta: Makalah, Al-Shoffa 2003) hlm 14
Sesuai dengan pengertian mengajar, yaitu menciptakan suasana yang
mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap
guru yaitu; a). terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa. b).
membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain
berbicara. c). menghargai perbedaan pendapat. d). mentolerir kesalahan
dan mendorong untuk memperbaiki. e). menumbuhkan rasa percaya diri
siswa. f). tidak terlalu cepat membantu siswa. g). memberi umpan balik
terhadap hasil kerja siswa. h). tidak kikir untuk memuji/menghargai siswa.
i). tidak menertawakan pendapat/hasil karya siswa sekalipun kurang
berkualitas. j). mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani
menanggung resiko.44
Keadaan kelas sangat penting peranannya untuk menunjang
keberhasilan belajar aktif. Diantara hal-hal yang menunjang tesebut antara
lain adalah; a). berisi banyak sumber belajar, seperti buku dan benda
nyata. b). berisi banyak alat bantu belajar, seperti batu, lidi, tanaman dan
alat peraga. c). berisi banyak hasil kerja siswa, seperti lukisan,
hasil/laporan percobaan/karya. d). letak bangku dan meja diatur
sedemikian rupa sehingga siswa leluasa bergerak.45
4. Tahapan Persiapan Mengajar melalui Pendekatan Pembelajaran
Aktif
Didalam melakukan kegiatan belajar mengajar perlu sekali adanya
persiapan-persiapan sebelum melakuan proses kegaitan belajar mengajar.
Ada beberapa kegiatan persiapan yang harus dilakukan antara lain adalah;
a). memilih topik/pokok bahasan. b). Menentukan tema pemersatu. c).
mennetukan tujuan pembelajaran (umum-khusus). d). merumuskan
kegiatan belajar mengajar. e). menentukan alat, sarana dan sumber belajar.
f). menentukan strategi penilaian dan menyusun bahannya.46
44
Drs. Geis Muhammad, M.Pd Mengoptimalisasi Proses Belajar-Mengajar Melalui
Pendekatan Belajar Aktif. (Jakarta: Makalah, Al-Shoffa 2003), hlm 15 45
Drs. Geis Muhammad, M.Pd Mengoptimalisasi Proses Belajar …, hlm. 51 46 Drs. Geis Muhammad, M.Pd Mengoptimalisasi Proses Belajar…, hlm 15
5. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Aktif
Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu menjadikan siswa
aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar kepasifan akan
melekat seperti semen yang butuh waktu lama untuk mengeringkannya.
Susunlah aktivitas pembuka yang menjadikan siswa lebih mengenal satu
sama lain, merasa lebih leluasa ikut berfikir, dan memerlihatkan minat
terhadap pelajaran. Pengalaman-pengalaman ini bias dianggap
sebagai”hidangan pembuka” sebelum makanan utama; pengalaman ini
membuat siswa berselera untuk menikmati hidangan selanjutnya. Memang
ada sebagian guru yang memilih untu memulai pelajaran hanya dengan
penegnalan singkat, namun menambahkan setidaknya satu latihan
pembuka pada rencana pengajaran Anda merupakan langkah pertama yang
memiliki banyak manfaat.
Setidaknya ada 3 bentuk pendekatan belajar aktif yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran tersebut yaitu:
a. Strategi Pembentukan Tim
Kumpulan strategi pertama akan membantu siswa untuk lebih
saling mengenal dan untuk membangun semangat tim dengan
sebuah kelompok yang sudah kenal satu sama lain. Strategi ini juga
menyemarakkan lingkungan belajr aktif dengan memberi siswa
kesempatan untuk bergerak secara fisik, berbagi pendapat dan
perasaan secara terbuka, dan mencapai sesuatu yang bisa mereka
banggakan. Banyak dari strategi ini yang sudah dikenal luas di
kalangan pendidikan. Ketika anda menggunakan strategi
pembentukan tim, cobalah untuk mengaitkannya dengan materi
yang anda ajarkan. Juga cobalah untuk bereksperimen dengan
strategi-strategi yang masih baru bagi anda dan siswa anda. 47
47
Melvin L. Silberman, Active Learning:101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 64
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan
strategi pembentukan tim antara lain adalah:
1) Bertukar Tempat
Strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal,
berbagi pendapat dan membahas gagasan, nilai-nilai atau
pemecahan masalah baru. Ini merupakan cara yang luar biasa
bagus untuk meningkatkan keterbukaan diri atau bertukar
pendapat secara aktif.48
2) Siapa Saja yang ada di Kelas
Aktivitas pembuka yang terkenal ini merupakan perburuan
atau pencarian teman sekelas, bukannya pencarian benda.
Perburuan ini bisa dirancang dalam sejumlah cara dan untuk
ukuran kelas apapun. Cara ini membantu terbentuknya
semangat tim dan memungkinkan adanya gerakan fisik
semenjak awal pelajaran.49
3) Resume Kelompok
Resume biasanya menjelaskan hal-hal yang telah dicapai
individu. Resume kelompok merupakan cara menarik untuk
membantu siswa mengenal satu sama lain atau melakukan
semacam pembentukan tim yang anggotanya sudah saling
mengenal. Aktivitas ini bisa sangat efektif jika resume itu
sangat relevan dengan materi pelajaran yang anda ajarkan.50
48
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa,
Bandung, 2006 , hlm. 65 49
Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 67 50 Melvin L. Silberman, Active Learning …., hlm. 67
4) Prediksi
Ini merupakan cara menyenangkan guna membantu siswa
mengenal satu sama lain. Kegitan ini juga merupakan
eksperimen berkesan menarik.51
5) Iklan Televisi
Ini merupakan kegiatan pembuka yang baik bagi siswa
yang telah mengenal satu sama lain. Aktifitas ini dapat
memunculkan semangat tim dengan cepat.52
6) Teman Yang Kita Miliki
Kegiatan ini memperkenalkan gerak fisik dari awal
pelajaran dan membentuk siswa lebih mengenal satu-sama lain.
Kegiatan ini berlangsung cepat dan sangat menyenangkan.53
7) Benar-benar Kian Mengenal
Sebagian besar kegiatan perkenalan merupakan peluang
emas untuk berjumpa denga sesam siswa. Sebagi alternatifnya
adalah menyusun sebuah kegiatan dimana pasangan siswa bisa
benar-benar mengenal.54
8) Benteng Pertahanan
Seringkali, kegiatan belajar aktif akan menjadi lebih
bergairah dengan menciptakan tim-tim belajar jangka panjang
yang bisa belajar bersam, mengerjakan proyek, dan terlibat
dalam kegiatan belajar bersama lainnya. Bila ini termasuk
dalam rencana, ada baiknya melakukan semacam kegiatan
51
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa,
Bandung, 2006 , hlm. 69 52
Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 72 53
Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 74 54 Melvin L. Silberman, Active Learning…., hlm. 76
pembentukan tim awal untuk memastikan awal yang baik.
Memang banyak kegiatan pembentukan tim yang bisa menjadi
bahan pertimbangan, namun ini merupakan kegiatan favorit.55
9) Mengakrabkan Kembali
Pada mata pelajaran yang berkelanjutan ada baiknya
meluangkan waktu untuk menghubungkan atau mengingatkan
kembali siswa setelah lewat beberapa waktu dari pelajaran
yang pernah diajarkan. Aktvitas ini mempertimbangkan
sejumlah cara untuk melakukannya
10) Hembusan Angin Kencang
Ini merupakan kegiatan pembuka yang cepat dan memberi
siswa keleluasaan untuk bergerak dan tertawa. Kegiatan ini
merupakan sarana pembentuk tim yang baik dan
memungkinkan siswa untuk lebih mengenal satu sama lain.56
11) Menyusun Aturan Dasar Kelas
Ini merupakan metode jajak pendapat yang memungkinkan
siswa untuk menetapkan aturan bagi prilaku mereka sendiri.
Bila siswa merupakan bagian dari proses pembentukan tim ini,
mereka lebih cenderung mendukung norma atau aturan yang
mereka tetapkan.57
b. Strategi Penilaian Sederhana
Strategi-strategi berikut ini dapat digunakan dalam kaitannya dengan
upaya pembentukan tim. Semuanya dirancang untuk membantu
mempelajari kelas sembari melibatkan siswa semenjak awal. Beberapa di
antara strategi itu memungkinkan guru untuk menilai hal-hal tertentu
55
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa,
Bandung, 2006 , hlm. 78 56
Melvin L. Silberman, Active Learning :, hlm. 80 53Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 82
tentang siswa, sedngkan segaian lain cukup berguna untuk memberi
gambaran unum. Strategi penilain sederhana ini terutama berguna ketika
guru tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari karakteristik siswa
sebelum saat dimulainya pelajaran. Strategi-straegi itu juga bisa digunakan
untuk memperkuat informasi yang guru kumpulkan sebelum dimulainya
pemberian materi pelajaran.58
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan strategi
penilaian sederhana antara lain adalah:
1) Pertanyaan Penilaian
Ini merupakan cara menarik untuk menilai kelas secara
langsung dan, pada sat bersamaan, melibatkan siswa dari awal untu
mengenal satu sama lain dan bekerja sama.59
2) Pertanyaan yang Dimiliki Siswa
Ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut untuk
mempelajari apa yang dibutuhkan dan diharapkan mereka. Cara ini
memanfaatkan tehnik yang mengundang partisipasi melalui
penulisan, bukannya pembicaraan.60
3) Penilaian Instan
Ini merupakan strategi yang menyenagkan dan tidak
mengancam untuk mengetahui siswa. Guru bisa menggunakannya
untuk menilai “secara instan” latar belakang, pengalaman, sikap,
harapan dan kepedulian siswa61.
4) Sampel Perwakilan
Adakalanya jumlah siswa dalam kelas sedemikian banyaknya
dan mustahil untuk segera memahami siapa saja mereka ini.
Prosedur ini memungkinkan guru untuk menarik sampel
58
Melvin L. Silberman, Active Learning :101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit
Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 88 59
Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 89 60
Melvin L. Silberman, Active Learning…..,hlm. 89 61 Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 93
perwakilan siswa dari seluruh kelas dan mengetahuinya dengan
mewawancarai mereka di depan kelas.62
5) Persoalan Pelajaran
Siswa biasanya memiliki persoalan terhadap pelajaran yang
mereka ikuti untuk pertamakalinya, khususnya jika pelajaran ini
menggunakan cara belajar aktif. Aktivitas ini memungkinkan
diungkapkan dan didiskusikannya persoalan-persoalan tersebut
secara bebas tapi sopan.63
c. Strategi Pelibatan Belajar Langsung
Cara lain untuk menjadikan siswa aktif dari awal adalah denga
menggunakan strategi-strategi berikut. Strategi itu dirancang untuk
mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat,
menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka untuk berfikir.
Siswa idak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka-atau jika “komputer”
mereka-tidak di”on”kan! Banyak guru yang membuat kesalahan dengan
mengajar terlalu awal-yakni sebelum siswa merasa terlibatdan siap secara
mental. Penggunaan beberapa strategi berikut ini akan mengoreksi
kecenderungan ini.64
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan strategi
pelibatan belajar langsung antara lain adalah:
1. Berbagi Pengetahuan Secara Aktif
Ini merupakan cara bagus untuk mengenalkan siswa kepada
materi pelajaran yang diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya
untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sembari melakukan
62
Melvin L. Silberman, Active learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa,
Bandung, 2006, hlm. 95 63
Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 97 64 Melvin L. Silberman, Active Learning…., hlm. 99
kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas
dan dengan materi pelajaran apapun.65
2. Merotasi Pertukaran Pendapat Kelompok Tiga Orang
Ini merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan
permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua)
teman sekelas mereka. Pertukaran pendapat ini bisa dengan mudah
diarahkan kepada materi yang akan diajarakan di kelas.66
3. Kembali ke Tampat Semula
Ini merupakan cara yang cukup dikenal untuk menyertakan
gerakan fisik pada awal pelajaran. Strategi ini cukup fleksibel untuk
digunakan pada beragam aktifitas yang dirancang untuk menstimulir
mionat awal terhadap mata pelajaran.67
4. Menyemarakkan Suasana
Sebuah kelas bisa dengan cepat mewujudkan iklim belajar
informal yang santai dengan meminta siswa menggunakan humor
kreatif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini
tidak hanya akan membuat siswa berhumor ria, namun juga
berfikir.68
5. Bertukar Tempat
Kegiatan ini bisa digunakan untuk menstimulasi keterlibatan
siswa dalam pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan ini juga
65
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit Nuansa,
Bandung, 2006, hlm. 100 66
Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 103 67
Melvin L. Silberman, Active Learning…, hlm. 105 68 Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 107
mengingatkan siswa untuk mendengarkan secara cermat dan
membuka diri terhadap berbagai pendapat.69
6. Benar atau Salah
Aktifitas kerjasama ini juga segera menstimulasi keterlibatan
terhadap pengajaran yang dilakukan. Kegiatan ini meningkatka
pembentukan tim, pertukaran pendapat, dan pembelajaran lansung.70
7. Bertanggung jawab terhadap Mata pelajaran
Rancangan ini memberi peluang bagi siswa untuk memikirkan
dan mengakui tanggung jawab individual mereka dalam kegiatan
belajar aktif di kelas.71
D. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
dilakuakan oleh guru kepada siswanya sebagai proses transfer knowledge
yaitu suatu kegiatan yan terfokus kepada guru sehingga siswa sebagai pelajar
terkesan pasif dalam proses belajar tersebut.
Pada proses pembelajaran konvensional, pertemuan antara pengajar dan
peserta belajar dilakukan secara langsung dalam suatu kelas, yang
menciptakan berbagai efek baik sosial, moril, maupun psikologis bagi peserta
belajar tersebut. Tatap mata dari sang pengajar dapat dirasakan sebagai
perhatian, teguran, maupun pengawasan. Suasana hiruk-pikuk selama
pergantian sesi jadwal belajar ataupun selama diskusi hingga keadaan sunyi
senyap kala sang pengajar sedang seriusnya memberikan bahan-bahan
pembelajaran, menghadirkan suasana belajar yang hidup.
Sementara itu, bahan-bahan pembelajaran diberikan oleh sang pengajar
secara setahap demi setahap, satu kalimat demi satu kalimat, satu rumus demi
69
Melvin L. Silberman, Active Learning :101 Cara Belajar Siswa Aktif , Penerbit
Nuansa, Bandung, 2006, hlm. 109 70
Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 111 71 Melvin L. Silberman, Active Learning …, hlm. 113
satu rumus dituliskan dan dijelaskan oleh pengajar dengan intonasi tertentu.
Peserta belajar dapat memahami melalui “permainan” intonasi tersebut,
mengerti bagian mana yang ditekankan penting oleh sang pengajar dan bagian
mana yang hanya berupa keterangan pendukung saja.
Pertemuan antara pengajar dengan peserta belajar serta antarpeserta
belajar yang berbeda jenis kelamin, latar belakang keluarga dan status sosial,
budaya dan cara pandang, sikap serta pola pergaulan, secara langsung maupun
secara tidak langsung akan membentuk kepribadian para peserta belajar.
Jika metode pembelajaran konvensional diperhatikan secara lebih
seksama, dapat diketahui bahwa suatu proses pembelajaran tidak hanya
menekankan pada aspek ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga
memiliki sejumlah manfaat lain yang juga penting dalam membentuk
kepribadian seseorang.
1. Karakteristik dalam Pembelajaran Konvensional:
Ada beberapa karakteristik dalam pendekatan pembelajaran
konvensional antara lain adalah:
a. M
enyandarkan pada hapalan
b. P
emilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
c. S
iswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
d. P
embelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas
kehidupan.
e. M
emberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya
diperlukan.
f. C
enderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
g. W
aktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan
buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja
individual).
h. P
erilaku dibangun atas kebiasaan.
i. K
eterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
j. H
adiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
k. S
iswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
l. P
erilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
m. P
embelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
n. H
asil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk
tes/ujian/ulangan.
E. Kerangka Berfikir
Pendekatan belajar aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar
sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan
informasi, yang dilaksanakan oleh siswa, bukan oleh guru; serta menganggap
mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan
inisiatif dan tanggung jawab belajar si siswa sehingga berkeinginan terus
untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru/orang lain
jika mereka mempelajari hal-hal baru.
Motivasi adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu. Untuk dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,
maka peneliti akan mencoba menerapkan pembelajaran aktif dalam proses
belajar-mengajar di kelas.
Dengan adanya prinsip-pronsip pembelajaran aktif, siswa diharapkan
mendapat hasil yang maksimal dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Jika siswa diajarkan dengan pendekatan pembelajaran aktif, diharapkan akan
ada pengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.
F. Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar matematika siswa antara
yang diberikan pendekatan pembelajaran aktif dengan yang diberikan dengan
pendekatan konvensional.
Ha = Terdapat perbedaan motivasi belajar matematika siswa antara yang
diberikan pendekatan pembelajaran aktif dengan yang diberikan dengan
pendekatan konvensional.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah Sekolah Dasar
Generasi Rabbani yang beralamat di jalan majelis taklim al-Mansuriyah
perumahan Bumi Mutiara desa Bojong Kulur kecamatan Gunung Putri
kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dengan
alokasi waktu perpertemuan 2 jam pelajaran dikali 35 menit pada semester
genap tahun pelajaran 2007/2008, yaitu pada bulan Januari 2008.
B. Metode dan Desain Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian quasi
eksperimen. Dalam pelaksanaan penelitian ini, sampel dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Yang dipilih
sebagai kelompok eksperimen adalah kelas II A yang berjumlah 25 siswa dan
kelas II B yang berjumlah 25 siswa sebagai kelompok kontrol. Kelas
eksperimen yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Aktif, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang diajarkan
dengan menggunakan metode konvensional.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian: Two Group
Randomized Subject Post Tes Only.72 Rancangan penelitian tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 1
Desain Penelitian
Kelompok Treatment Questioner
(R)E XE T
(R)K - T
Keterangan:
XE : Perlakuan pada kelompok eksperimen
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
T : Angket yang sama pada kedua kelompok
R : Proses pemilihan subyek secara random
Dalam penelitian ini, penulis mengambil dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas (X): Pendekatan Pembelajaran Aktif
2. Variabel terikat (Y): Motivasi Belajar Matematika Siswa
C. Populasi dan Sampel
72
Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. Ke-2, hlm. 100
Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
Sekolah Dasar Generasi Rabbani. Sedangkan sampel yang di ambil dalam
penelitian ini adalah siswa kelas II Sekolah Dasar Generasi Rabbani dan
diambil dua kelas yang berjumlah 50 siswa yang terbagi atas dua kelas yaitu
kelas Mata Air dan Laut. Penempatan siswa pada kelas II tersebut dilakukan
secara acak oleh pihak sekolah tanpa didasarkan atas ranking atau nilai. Maka
diasumsikan bahwa setiap kelas pada kelas II SD Sekolah Dasar Generasi
Rabbani ini merupakan kelas yang relatif homogen, sehingga penulis tidak
melakukan uji homogenitas.
D. Tehnik Pengumpulan Sampel
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar matematika. Tes motivasi
belajar matematika ini merupakan tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda
(multiple choice) dengan dua pilihan. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan
untuk jawaban salah diberi nilai 0. Materi tes yang diberikan kepada siswa
mencakup pokok bahasan kesetaraan antar satuan.
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 2
Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa
Dimensi Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
1.Ketekunan
dalam
belajar
2.Ulet dalam
menghadap
1. Kehadiran di
sekolah
2. Mengikuti PBM di
kelas
3. Belajar di rumah
1. Sikap terhadap
kesulitan
1
2
5
7
4
3
6
10
2
2
2
2
i kesulitan
3.Minat dan
ketajaman
perhatian
dalam
belajar
4.Berprestasi
dalam
belajar
5.Mandiri
dalam
belajar
2. Usaha mengatasi
kesulitan
1. Kebiasaan dalam
mengikuti
pelajaran
2. Semangat dalam
mengikuti PBM
1. Keinginan untuk
berprestasi
2. Kualifikasi hasil
1. Penyelesaian
tugas/PR
2. Menggunakan
kesempatan di luar
jam pelajaran
8
11
13
14
19
17
20
9
12
16
15
22
18
1
2
2
2
2
2
2
2
E. Kontrol Terhadap Validitas Internal
Instrumen terlebih dahulu diujicobakan sebelum digunakan untuk
memperoleh data. Uji coba ini dimaksudkan untuk memperoleh validitas dan
reliabilitas instrumen.
1. Pengujian Validitas
Salah satu ciri tes yang baik itu dapat tepat mengukur apa yang hendak
diukur. Dalam penelitian ini digunakan uji validitas per butir soal dengan
menggunakan rumus Korelasi Point Bisereal, dengan rumus:73
rpbi q
p
SDt
−−
−=
χχ1
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi point biserial yang dianggap koefisien validitas
item
−
1χ = skor rata-rata hitung yang jawab benar oleh peserta tes
−
χ = Skor rata-rata total yang dicapai oleh seluruh peserta tes
SDt = Standar deviasi
p = Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q = Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item
(q = 1 – p)
Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r hitung
dibandingkan dengan r tabel produc moment dengan α = 0,05. jika r
hitung ≤ r tabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid dan jika r
hitung > r tabel, maka soal tersebut dinyatakan valid tetap dipertahankan
dalam instrumen yang selanjutnya digunakan untuk proses pengolahan
data dalam penelitian yang sebenarnya.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil tes. Pengukuran
reliabilitas menggunakan rumus Kuder dan Richardson (K-R.20):74
73
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), cet. Ke-6, hal. 245 74
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), edisi revisi, cet. Ke-1, hlm. 100
r11 =
−
−
∑2
1
2
1
1 S
pqS
k
kdengan S2 =
( )( )1
2
1
2
1
−
−∑ ∑nn
XXn
Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Jumlah butir soal valid
S
= Standar deviasi dari tes
p = Proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal i
q = Proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal i
∑ pq = Jumlah hasil perkalian dari p dan q
Dengan krtiteria reabilliatas sebagai berikut :
rhitung ≥ r tabel product moment, maka soal reliabel
rhitung < r table product moment, maka soal tidak reliable
F. Tehnik Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
dengan menggunakan uji-t,
1. Pengujian Uji-t untuk Menguji Data
Setelah data dinyatakan valid, maka untuk menguji hipotesis dari
penelitian ini digunakan rumus "uji-t" sebagai berikut:75
)(( )
( )( )KE
KE
KE
KE
KE
NN
NN
NN
xxt
•
+•
−+
+=
∑ ∑
−−
−
2
22
χχ
Keterangan:
t = Harga uji statistik
−
Eχ = Rata-rata motivasi belajar siswa kelas eksperimen
75 Sudjana, Metoda Statistka……… h. 239
K
−
χ = Rata-rata motivasi belajar siswa kontrol
EN = Jumlah sampel kelas eksperimen.
KN = Jumlah sampel kelas kontrol.
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:
H0 diterima jika t hitung < t tabel
H0 ditolak jika t hitung > t tabel
G. Hipotesis Statistik
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:76
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Keterangan:
µ1 = Nilai rata-rata motvasi belajar siswa kelas eksperimen
µ2 = Nilai rata-rata motivasi belajar siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian:
"Terima Ho, jika, αα
21
21 ttt hitung <<− , dalam hal lain Ho ditolak"
76
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-6, hal. 297P
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Generasi Rabbani
Sekolah Dasar Generasi Rabbani yang beralamat di jalan Majelis Taklim
Al-Mansuriyah Perumahan Bumi Mutiara Desa Bojong Kulur Kecamatan
Gunung Putri Kabupaten Bogor, sejak didirikannya telah merancang dan
memiliki komitmen untuk menerapkan strategi penbelajaran dan system
pendidikan denga konsep terkini melalui cirri khas yaitu pengembangan
konsep Paradigma Islamisasi Pengetahuan (PIP), dilengkapi seperangkat
keunggulan dalam implementasi pembelajarannya. Itulah konsep dasar
sekaligus basik power yang menjadi alasan pemilihan lebel sekolah Islam
bervisi global, yang dalam perjalanannya terus berupaya memahami secara
komprehensif setiap permasalahan sekaligus mencari alternative
pemecahannya dengan cara melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Program pendidikan di Sekolah Dasar Generasi Rabbani diberikan secara
terpadu. Kurikulum yang digunakan addalah Kurikulum Nasional Plus
dikombinasikan dengan cirri khas yang menekankan pada aspek Philess
(Phisic, Intelligence, Language, Emotional, Social, Spiritual), dengan
pendekatan Student Active Learning, Integreted Currikulum, Integreted
Learning, Enfronmental Approach, Islamic Vision.
Guna mendukung misi Madrasah Ibtidaiyah Annahdlatul Ilmiyah, maka
rekrutmen guru ditentukan dengan criteria: memiliki IMAN, KARAKTER,
KNOWLEDGE dengan spesialisasi bidang keilmuan sebagai persyaratannya.
Adapun target dan kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa
antara lain adalah: 1). Memiliki prestasi akademik yang baik sebagai siswa
lulusan Generasi rabbani dan mampu bersaing dengan sekolah manapun. 2).
Memiliki kompetensi yang tinggi untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
3). Memiliki hafalan dan pemahaman Al-Qur’an dan Al-Hadits serta mampu
beribadah kepada Allah dengan benar sesuai dengan dalil yang sahih.
1. Visi Misi Yayasan Cendikia Bina Insan
Visi:
a. Menjadi Yayasan Penegak Al-Qur’an dan As-Sunnah As-Shahihah
b.Menjadi Yayasan Sarana Pengembangan Potensi Umat
c. Menjadi Yayasan Terpandang di mata umat
d.Menjadi Yayasan Multi Usaha
e. Menjadi Yayasan yang dikelola secara Profesional dan Terbuka
f. Menjadi Yayasan yang berkarakter dan berciri khas
g.Menjadi Yayasan Teladan Umat
h.Menjadi Yayasan Penggerak Ekonomi Umat
i. Menjadi Yayasan Terbaik Semua Aspek Operasional dan Kegiatan
Organisasi
Misi:
a. Menegakkan Manhaj Da’wah Rasulullah b.Menegakkan Aqidah dan mengikis kemusyrikan
c. Mengajarkan Ilmu yang bermanfaat, Amal Shaleh, Pemahaman Agama yang benar
d.Shidiq, Fathanah, Tabligh, Amanah e. Melahirkan masyarakat :
Jujur ( Honest ), Kompeten ( Competent ), Melihat Kedepan
( Forward-Looking ), Selalu Memicu Inspirasi ( Inspiring ), Pandai,
Cerdas ( Intelligent ), Obyektif, Berlaku adil ( Fair minded ),
Berwawasan Luas ( Broadminded ), Berani Mengambil Resiko
( Courageous ), Tidak basa-basi, langsung pada persoalan
( Straightforward ) Penuh Imajinasi ( Imaginative ).
2. Visi Misi Sekolah
Visi Sekolah :
a. Melahirkan Generasi Unggul sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
b. Melahirkan Umat Rahmatan Lil’Alamin c. Melahirkan generasi Islam yang mampu menjaga dan menegakkan
dienullah d. Membentuk/mencetak Entrepreneur Muslim / Usaha Mandiri
Misi Sekolah :
a. Mengajarkan Al Qur’an dan As-Sunnah dan As-Shahihah
b. Mengajarkan penanaman Aqidah yang benar
c. Menumbuhkan Kecerdasan majemuk
d. Melatih Kecerdasan anak didik
e. Melatih siswa untuk cakap dalam menangani emosi
f. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan dalam
menghadapi masalah/tantangan pada siswa
g. Mengajarkan siswa untuk berani dalam membela kebenaran
3. Jumlah Siswa Perkelas SD Generasi Rabbani
Pada tahun ketiga ini SD Generasi Rabbani mengalami terus
kemajuan, sehingga orang tua wali murid banyak yang berminat
menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang menjadi pilihan ini. Dari
tahun ke tahun jumlah siswa di SD Generasi Rabbani semakin banyak
hingga mencapai jumlah 383 siswa, seperti yang dapat kami jelaskan
pada table di bawah ini:
Tabel 3
Jumlah Siswa
Kelas
1 Bintang 1 Awan 1 Langit 1 Matahari 1 Bulan
26 26 26 26 26
2 Samudra 2 Sungai 2 Danau 2 Laut 2 Mata air
26 26 26 26 26
3 hutan 3 Gurun 3 Lembah 3 Gunung
25 26 25 26
4 Bumi
21
Total jumlah siswa: 383 siswa
4. Data guru dan karyawan
Karena begitu banyaknya siswa yang bersekolah di SD Generasi
Rabbani sehingga banyak kelas yang dibuka untuk setiap jenjang
kelasnya. Jumlah guru yang mengajar di SD tersebut berjumalah 29
orang, terbagi menjadi guru kelas, guru bidang studi umum, guru olah
raga, dan guru agama Islam dan Bahasa Arab, sisanya adalah karyawan
TU, keamanan, dan petuga kebersihan. Adapun nama-nama guru,
karyawan dan tuganya dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4
Guru dan karyawan
No Nama guru Pendidikan
terakhir Tugas
1 Khalifurrahman S1 B Arab Kepala Sekolah
2 Weni Suryandari S1 B,Inggris Wali kelas 1
Bintang
3 Muryani S1 PAI Wali kelas 3 hutan
4 Rini Muginawati S1 PAI Wali kelas 1 bulan
5 Indah Junarti S1 BP/BK Wali kelas 1
matahari
6 Hidayatur Rachmani S1 Kimia Wali kelas 3 gurun
7 Basyir Zakaria S1 PAI Guru bahasa Arab
8 Harini Tri Astuti S1 Adm kantor Guru computer
9 Teti Sewangsih S1 Olah Raga Guru olah raga
10 Abdullah Nani S1 Syariah Guru agama
11 Nurani S1 PAI Wali kelas 1 langit
12 Mahmulatin S1 Syariah Wali kelas 2 sungai
13 Suryani D3 B.Inggris Guru bahasa
Inggris
14 Nur Ela S1 Kimia Wali kelas 2
samudra
15 Santi Muftika S1 Sosial Wali kelas 2 mata
air
16 Endang Sutisna S1 PAI Guru agama
17 Azizah D3 PAI Asisten kelas
18 Yayuk Sulistiowati S1 Adm Negara Wali kelas lembah
19 Unun Azizah S1 B.Inggris Guru bahasa
Inggris
20 Yuyun Aini S1 PAI Wali Kelas 2
Danau
21 Haris Ubaidillah S1 Kimia Guru Komputer
22 Fauzi Rahmat Nugraha S1 Pend.
Olahraga
Guru Olahraga
23 Sri Rezekiyah S1 Pend. Wali Kelas 1 Awan
24 Ahmad Yusri Guru Agama
25 Ade Diawan S1 Hukum
Islam
Guru Bhs. Arab
26 Cita Rahmawati S1 Sastra Arab Guru Bhs.Arab
27 Esti Kristikasari S1 Wali Kelas 4 Bumi
28 Lilis Setyawati S1 Wali Kelas 2 Laut
29 Rudi Triaswanto S1 Sastra Indo. Wali Kelas 3
Gunung
30 Indrias Aridhiana S2 Psikologi Psikolog
31 Elly S1 Pend. Keuangan
32 Lisma Adelia S1 Adinistrasi
33 Rahmi Fauziyah D1 Tahfizul Qur’an
34 Subihi Security
35 Agus Security
36 Sofyan Security
37 Saftari Office Boy
38 Kosim Office Boy
39 Asep Office Boy
40 Santoso Office Boy
41 Nicah Office Girl
B. Deskripsi Data
1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, instrument diujicobakan terlebuh
dahulu di Madrasah Ibtidaiyah An-Nahdhatul Ilmiyah. Dari hasil uji coba
instrument diperoleh 16 butir soal yang valid dan 6 tidak valid sebagaimana
dijelaskan dalam lampiran 6. sedangkan untuk tingkat reliabilitas untuk
instrument penelitian dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach’s
diperoleh KR-20=0,56 (lihat lampiran 7). Untuk daya pembeda didapat 6
soal mendapat kriteria dibuang, 8 soal jelek, 9 soal cukup, 4 soal baik,dan 1
soal baik sekali. Untuk taraf kesukaran diperoleh 17 soal mendapat criteria
mudah dan 5 soal mendapat criteria sedang soaldapat dilihat pada lampiran
. kesimpulan dari semua uji coba instrument ini seluruhnya dapat dilihat
pada table 3.
Tabel 5
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
No.Soal Validitas Butir
Soal Keterangan
1. Valid Dipakai
2. Valid Dipakai
3. Tidak Valid Dibuang
4. Tidak Valid Dibuang
5. Valid Dipakai
6. Valid Dipakai
7. Valid Dipakai
8. Valid Dipakai
9. Valid Dipakai
10. Tidak Valid Dibuang
11. Valid Dipakai
12. Valid Dipakai
13. Valid Dipakai
14. Valid Dipakai
15. Valid Dipakai
16. Valid Dipakai
17. Valid Dipakai
18. Tidak Valid Dibuang
19. Tidak Valid Dibuang
20. Valid Dipakai
21. Valid Dipakai
22. Tidak Valid Dibuang
2. Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Dari data yang diperolah melalui angket diperoleh rentang nilai 5
dimana nilai tertinggi adalah 14 dan nilai terendah 9 denga jumlah
kelas 6 dan panjang kelas 1 sehingga diperoleh skor rata-rata (mean)
12,24, modus 13,dan median 12,44. data tersebut dapat disajikan
dalam bentuk table distribusi frekwensi sebagai berikut:
0 8.5-9.5 9.5-10.5 10.5-11.5 11.5-12.5 12.5-13.5 13.5-14.5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor Motivasi Belajar Siswa
Fre
kw
en
si A
bs
olu
t
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Balejar Kelas Eksperimen
Frekuensi Skor Nilai
Batas Bawah
Nyata
Batas Atas
Nyata Absolut Relatif (%)
9
10
11
12
13
14
8,5
9,5
10,5
11,5
12,5
13,5
9,5
10,5
11,5
12,5
13,5
14,5
1
2
2
8
9
3
4,0
8,0
8,0
32,0
36,0
12,0
Jumlah 25 100,0
Sebaran data tersebut dapat dilihat pada histogram berikut:
Gambar 1. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Kelas Eksperimen
3. Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol
Dari data yang diperoleh melalui angket diperoleh rentang nilai 6
dimana nilai tertinggi adalah 15 dan nilai terendah 9 dengan jumlah
kelas 7 dan panjang kelas 1 sehingga diperoleh skor rata-rata (mean)
11,2, modus 10, dan median 10,33. Data tersebut dapat disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Balejar Kelas Kontrol
Frekuensi Skor Nilai
Batas Bawah
Nyata
Batas Atas
Nyata Absolut Relatif (%)
9
10
11
12
13
14
15
8,5
9,5
10,5
11,5
12,5
13,5
14,5
9,5
10,5
11,5
12,5
13,5
14,5
15,5
5
9
1
2
4
2
2
20,0
36,0
4,0
8,0
16,0
8,0
8,0
Jumlah 25 100,0
Sebaran data tersebut dapat dilihat pada histogram berikut:
08.5-9.5 9.5-10.5 10.5-11.5 11.5-12.5 12.5-13.5 13.5-14.5 14.5-15.5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor Motivasi Belajar Siswa
Fre
kw
en
si A
bs
olu
t
Gambar 2. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Kelas Kontrol
C. Analisis Data
Pengujian hipotesis
Perhitungan uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya
perbedaan rata-rata skor motivasi belajar antara siswa yang diberikan
pendekatan pembelajaran aktif dan yang diberikan pendekatan pembelajaran
konvensional dengan menggunakan uji “t”.
Adapun hasil perhitungan dengan uji “t” diperoleh harga thitung = 3.49
sedangkan ttable = 2.01. jadi thitung > dari ttable. Dengan demikian hipotesis
penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata skor motivasi siswa
antara siswa yang diberikan pendekatan pembelajaran aktif diterima.
D. Interpretasi Data
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan uji “t” pada taraf
signifikan 5 % ternyata ada perbedaan rata-rata skor motivasi belajar siswa
setelah diberikan pendekatan pembelajaran aktif lebih tinggi atau lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata skor motivasi belajar dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensioanal. Dengan demikian pendekatan
pembelajaran aktif mempengaruhi motivasi belajar siswa. Oleh karena itu,
guru matematika hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari data-data yang diperoleh, didapat skor
rata-rata (mean) motivasi belajar siswa yang diajar melalui pendekatan
pembelajaran aktif 12,24. Sedangkan rata-rata (mean) motivasi belajar siswa
yang diajar melalui pendekatan pembelajaran konvensional 11,2. Dari hasil
perhitungan dengan uji “t” diperoleh harga t hitung = 3,49 sedangkan t tabel =
2,01. Jadi t hitung > t tabel maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran aktif dan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
konvensional.
Dengan demikian penelitian ini telah berhasil membuktikan bahwa
pendekatan pembelajaran aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar
berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika siswa dibandingkan
dengan pendekatan pembelajaran konvensional.
B. Saran
Agar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dengan baik maka penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru hendaknya dapat menyusun rencana pembelaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran aktif yang menarik sehingga
siswa dapat terlibat aktif dalam proses kegioatan belajar mengajar.
2. Guru hendaknya memperbanyak menggunakan media pembelajaran terkait
dengan tema yang akan diajarkan sehingga dapat mearik perhatian siswa
dan memudahkan siswa dalammemahami materi pelajaran.
3. Sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran untuk membantu
kelancaran guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Media
pembelajaran yang disediakan disesuaikan dengan kemampuan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari, Kifli dan Mustofa Usman. Prinsip-prinsip Matematika, Bandung: Sinar
Baru 1990
Degeng, I Nyoman Sudana. Strategi Pembelajaran. Malang: IKIP Malang, 1997
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Pendidikan Nasional,
Bandung: Citra Umbara, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional, KTSP ,2006.
Depdikbud, Pedoman Proses Belajar Mengajar, Jakarta: 1998
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-11, 1998.
Ensiklopedia Indonesia Modern dan Masa Kini, Jakarta, Ichtira Baru Van Hoeve,
1993.
Geis Muhammad, M.Pd. Parent’s Hand Book, Bogor: Sekolah Generasi Rabbani, 2005.
Geis Muhammad, M.Pd. Optimalisasi Proses Belajar-Mengajar Melalui
Pendekatan Belajar Aktif. Makalah, Al-Shoffa Jakarta o3 Mei 2003.
Koeswara, E. Motivasi. Bandung: Angkasa, 1999.
Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Nasution .A.H., Landasan Matematika, Jakarta: Bhatara, 1998.
Prayitno, Elida. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: PPLPTK Depdikbud, 1999.
Ruseffendi, E.T. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua, Murid,
Guru dan SPG, Bandung: Tarsito, 1990.
Sardiman. A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers,
1998.
Sarwono, Sarlito Wirawan, DR. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta, PT Bulan
Bintang, 2000.
Semiawan, Conny dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana
Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992.
Silberman, Melvin L. Active Learning:101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung,
Penerbit Nuansa, 2006.
Suherman, Erman. et al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia, 2003.
Sunardi, Model Kemandirian Aktif Pembelajaran Praktik Kesenian di Perguruan
Tinggi (Artikel), 2006.
Suparman, Atwi. Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas, untuk
Peningkatan dan Pengembangan Instruksional, Dirjen Dikti, Depdikbud,
Jakarta, 1997.
Syafii, Drs. M.Ag, Makalah Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, 2006.
Syaodih. Nana. Sikap Belajar Siswa Aktif dan Motifasi dari Guru dengan Prestasi
Belajar. Tesis Master pada jurusan PPB FIP IKIP Bandung: tidak diterbitkan, 1990.
Tabel 8
Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya rajin masuk pelajaran matematika
2 Saya tidak mengikuti pelajaran matematika sampai
selesai
3 Jika ada kesulitan mengerjakan soal matematika saya
tidak putus asa
4 Jika saya tidak bisa menjawab soal matematika maka
saya tinggalkan
5 Saya bersemangat memperhatikan guru mengajar
matematika
6 saya tidak ingin mendapatkan nilai matematika yang
tinggi.
7 Saya mengerjakan PR matematika sendiri
8 Saya lebih senang bermain kalau tidak ada pelajaran
9 Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran
matematika
10 Saya mengikuti pelajaran matematika di sekolah
sampai selesai
11 Saya sering belajar matematika di rumah
12 Saya baru belajar matematika di rumah jika ada tugas
atau ulangan
13 Saya cepat putus asa apabila mendapatkan kesulitan
dalam belajar matematika
14 Saya mengajak teman untuk mengerjakan soal
matematika yang sulit
15 Saya memperhatikan pelajaran matematika yang
diberikan guru dengan baik
16 Saya lebih senang ngobrol dengan teman sebangku,
ketika guru sedang mengajar matematika
17 Saya lelah mengikuti pelajaran matematika di dalam
kelas
18 Saya ingin mendapat nilai matematika yang tinggi
19 Saya puas, jika hasil nilai matematika saya lebih baik dari kemarin
20 Saya senang mendapat nilai matematika berapa saja
21 saya mengerjakan tugas matematika dengan asal-asalan
yang penting selesai
22 Kalau guru tidak masuk saya mengerjakan soal matematika yang belum selesai
Tabel 9
Angket Pengumpul Data Motivasi Belajar Siswa
(Instrumen penelitian)
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1 Saya selalu hadir saat pelajaran ada pelajaran
matematika
2 Saya tidak mengikuti pelajaran matematika sampai
selesai
3 Saya bersemangat memperhatikan guru mengajar
matematika
4 saya tidak berkeinginan untuk mendapatkan nilai
matematika yang tinggi.
5 Saya berusaha mengerjakan tugas matematika dengan
usaha sendiri
6 Saya lebih senang ngobrol dan bermain jika ada jam
pelajaran kosong
7 Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran
matematika
8 Saya sering belajar matematika di rumah
9 Saya baru belajar matematika di rumah jika ada tugas atau ulangan
10 Saya cepat putus asa apabila mendapatkan kesulitan dalam belajar matematika
11 Saya mengajak teman untuk bekerja sama jika menemukan kesulitan dalam belajar mateatika
12 Saya memperhatikan pelajaran matematika yang diberikan guru dengan baik
13 Saya ngobrol dengan teman sebangku, ketika guru
sedang mengajar matematika
14 Saya merasa lelah mengikuti pelajaran matematika di
dalam kelas
15 Saya menerima berapapun nilai matematika yang saya
dapatkan.
16 saya mengerjakan tugas matematika dengan asal-asalan yang penting selesai
Tabel 11
Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa
Kelas Experimen
X Batas Bawah
Nyata f fkb fX
9
10
11
12
13
14
8,5
9,5
10,5
11,5
12,5
13,5
1
2
2
8
9
3
1
3
5
13
22
25
9
20
22
96
117
42
Jumlah 25 306
Keterangan:
fX = Skor nilai
f = Frekwensi
fkb = Frekwensi kumulatif skor yang lebih rendah dari skor median
1. Menentukan banyaknya kelas
Banyaknya kelas (K) = 1+3,3 log N
= 1+(3,3 log
= 1+ (3,3x1,398)
= 1+4,6134
= 5,6 � 6
Keterangan:
N= jumlah responden
2. Menentukan rentang
Rentang (R) = H-L
= 14-9
= 5
Keterangan:
H= high skor
L= low skor
3. Menentukan panjang kelas interval
Panjang kelas (P)= R = 5 = 0,83 � 1
K 6
Keterangan:
R= rentang
K= jumlah kelas
4. Modus = 13
Keterangan:
Nilai didapat dari mencari frekwensi (f) terbesar
5. Median
−
+=fi
fkbN
lMedian 2
1
−+=
8
55,125,11
8
5,75,11 +=
= 11,5+0,9375
=12,4375
=12,44
Keterangan:
l= Batas bawah nyata
N=Jumlah responden
fkb=Frekwensi komulatif skor yang lebih rendah dari skor median
fi=Frewensi median
6. Mean
24,1225
306===
∑∑
f
fXMean
Tabel 12
Perhitungan Ukuran Pemusatan Skor Motivasi Belajar Siswa
Kelas Kontrol
X Batas Bawah
Nyata f fkb fX
9
10
11
12
13
14
15
8.5
9.5
10.5
11.5
12.5
13.5
14.5
5
9
1
2
4
2
2
5
14
15
17
21
23
25
45
90
11
24
52
28
30
Jumlah 25 280
Keterangan:
X= skor nilai
f= frekwensi
fkb= frekwensi kumulatif skor yang lebih rendah dari skor median
7. Menentukan banyaknya kelas
Banyaknya kelas (K) = 1+3,3 log N
= 1+(3,3 log
= 1+ (3,3x1,398)
= 1+4,6134
= 5,6 � 6
Keterangan:
N= jumlah responden
8. Menentukan rentang
Rentang (R) = H-L
= 15-9
= 6
Keterangan:
H= high skor
L= low skor
9. Menentukan panjang kelas interval
Panjang kelas (P)= R = 6 = 1
K 6
Keterangan:
R= rentang
K= jumlah kelas
10. Modus = 10
Keterangan:
Nilai didapat dari mencari frekwensi (f) terbesar
11. Median
−
+=fi
fkbN
lMedian 2
1
−+=
9
55,125,9
=9,5+0,833
=10,33
12. Mean
2,1125
208===
∑∑
f
fXMean
Tabel 13
Uji Hipotesis
XE fE XΚΚΚΚ fK xE xK xE2 xK
2
9
10
11
12
13
14
1
2
2
8
9
3
9
10
11
12
13
14
15
5
9
1
2
4
2
2
-3,24
-2,24
-1,24
-0,24
0,76
1,76
-2,2
-1,2
-0,2
0,8
1,8
2,8
3,8
10,4976
5,0176
1,5376
0,0576
0,5776
3,0976
4,84
1,44
0,04
0,64
3,24
7,84
14,44
Jumlah 20,7856 32,48
)(( )
( )( )KE
KE
KE
KE
KE
NN
NN
NN
xxt
•
+•
−+
+=
∑ ∑
−−
−
2
22
χχ
Keterangan:
t = Harga uji statistik
−
Eχ = Rata-rata motivasi belajar siswa kelas eksperimen
K
−
χ = Rata-rata motivasi belajar siswa kontrol
EN = Jumlah sampel kelas eksperimen.
KN = Jumlah sampel kelas kontrol.
( )49,3
297952,0
04,1
088776,0
04,1
08,01097,1
04,1
625
50
48
48,327856,20
2,1124,12===
•=
•+
−
Rencana Persiapan Pembelajaran
a. Teknik menyusun silabus dilakukan dengan cara
menentukan;
Mata pelajaran matematika kelas II semester II
1. Standar kompetensi
melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua
angka
2. Kompetensi dasar
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
3. Indikator
Mengenal arti perkalian sebagai penjumlahan berulang
Mengingat fakta perkalian sampai 5 X 10 dengan berbagai
cara
4. Pengalaman belajar
Siswa diperkenalkan konsep perkalian dengan penjumlahan
berulang
Latihan (menulis penjumlahan berulang dan perkalian)
5. Materi pokok
Oprasi hitung bilangan
6. Alokasi waktu
35 menit X 3 jam pelajaran
7. Penilaian
Penilaian tertulis, dan penilaian motifasi belajar siswa
8. Sarana dan sumber belajar
Buku pelajaran matematika, kartu perkalian sampai 5 X 10
Penyusunan Kegiatan Pembelajaran Harian dengan Pendekatan
Aktif
Pertemuan pertama
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1. Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
Tabel 14
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan pertama)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
o Mengenal
arti perkalian
sebagai
penjumlahan
berulang
Awal :
a. Guru Mengucapkan salam
dengan benar dan dijawab
oleh seluruh siswa
b. Guru Mengajak seluruh
siswa untuk membaca
basmalah sebagai bacaan
memulai suatu pekerjaan
c. Guru mengenalkan pelajaran
20
menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid B
Kartu kosong
sejumlah
siswa
yang akan dipelajari.
d. Guru menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai.
e. Guru menghubungkan
materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari.
f. Guru mendeskripsikan
secara singkat materi pokok.
Inti :
a. Siswa dibagi menjadi 4
kelompok, dengan
menggunakan teknik
berhitung
b. Tiap kelompok dibagi kartu
perkalian (kosong) yang
sudah disiapkan untuk
menulis lambang perkalian
sampai 5 X 10 dengan indah
yang sudah tertulis di papan
tulis kemudian mewarnainya
dengan krayon
Akhir :
a. Guru mengajak siswa
mengucapkan hamdalah
sebagai doa setelah belajar.
b. Guru mengucapkan salam
sebagai tanda berakhirnya
kegiatan pembelajaran
40
Menit
10
Menit
Jumlah
LKS 1
Spidol Board
70
Menit
Pertemuan kedua
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1. Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
Tabel 15
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan kedua)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
o Mengenal
arti perkalian
sebagai
penjumlahan
berulang
Awal :
a. Guru Mengucapkan salam
dengan benar dan dijawab
oleh seluruh siswa
b. Guru Mengajak seluruh
siswa untuk membaca
basmalah sebagai bacaan
memulai suatu pekerjaan
c. Guru menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai.
d. Guru menghubungkan
materi pelajaran yang telah
15
menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid B
Kartu
perkalian
sampai 5X10
Papan tulis
Spidol Board
diajarkan kepada siswa
dengan yang akan diajarkan
sekarang.
.Inti :
a. Siswa dibagi menjadi 4
kelompok, sesuai dengan
pembagian pada pertemuan
pertama
b. Guru menjelaskan konsep/
cara mengerjakan soal
perkalian dengan
penjumlahan berulang .
c. Tiap kelompok dibagi kartu
perkalian yang sudah
dikerjakan oleh masing-
masing kelompok (belum
ada jawabannya) untuk
dituliskan jawabannya.
d. Tiap kelompok mengerjakan
tugas. membuat soal
perkalian dengan
penjumlahan 3 buah, dan
perkalian murni 3 buah
disertai dengan
jawabannya)
Akhir :
a. Guru mengajak siswa
mengucapkan hamdalah
sebagai doa setelah
belajar.
45
Menit
10
Menit
b. Guru mengucapkan
salam sebagai tanda
berakhirnya kegiatan
pembelajaran
Jumlah
70
Menit
Pertemuan ketiga
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1. Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
Tabel 16
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan ketiga)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
b. Mengingat
fakta
perkalian
sampai 5 X
10 dengan
berbagai cara
Awal :
a. Guru Mengucapkan salam
dengan benar dan dijawab
oleh seluruh siswa
b. Guru Mengajak seluruh
siswa untuk membaca
basmalah sebagai bacaan
memulai suatu pekerjaan
c. Guru menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai.
d. Guru menghubungkan
materi pelajaran yang telah
10
menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid B
Kartu
perkalian
sampai 5X10
Papan tulis
Spidol Board
diajarkan kepada siswa
dengan yang akan diajarkan
sekarang.
Inti :
a. Siswa dibagi menjadi 4
kelompok, sesuai dengan
pembagian pada pertemuan
pertama
b.Guru menjelaskan
kembali/mengulang materi
perkalian 1 – 5 kepada siswa
c. Melakukan permainan
kelompok dengan kartu
perkalian yang telah dibuat
oleh siswa
d.Tiap kelompok mengerjakan
tugas. membuat soal perkalian
dengan penjumlahan 3 buah,
dan perkalian murni 3 buah
disertai dengan jawabannya)
Evaluasi:
a. Penilain kelompok (masing-
masing kelompok dites oleh
guru perkalian 1 – 5
b. Tes lisan, masisng-masing
siswa dites oleh guru
perkalian 1 – 5
35
menit
20
menit
Akhir :
a. Guru mengajak siswa
mengucapkan hamdalah
sebagai doa setelah belajar.
b.Guru mengucapkan salam
sebagai tanda berakhirnya
kegiatan pembelajaran
5
menit
Jumlah
70
Menit
Pertemuan keempat
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1. Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
Tabel 17
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan keempat)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
c. Mengingat
fakta
perkalian
sampai 5 X
10 dengan
berbagai cara
Awal :
a. Guru Mengucapkan salam
dengan benar dan dijawab
oleh seluruh siswa
b. Guru Mengajak seluruh
siswa untuk membaca
basmalah sebagai bacaan
memulai suatu pekerjaan
c. Guru menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai.
d. Guru menghubungkan
materi pelajaran yang telah
diajarkan kepada siswa
dengan yang akan diajarkan
10
menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid
B
Kartu
perkalian
sampai 5X10
Papan tulis
LKS 1
Spidol Board
sekarang.
Inti :
a. Siswa dibagi menjadi 4
kelompok, sesuai dengan
pembagian pada pertemuan
pertama
b.Guru menjelaskan
kembali/mengulang materi
perkalian 1 – 5 kepada siswa
c. Melakukan permainan
kelompok dengan kartu
perkalian yang telah dibuat
oleh siswa
d.Tiap siswa mengerjakan tugas.
membuat soal perkalian
dengan penjumlahan 3 buah,
dan perkalian murni 3 buah
disertai dengan jawabannya)
e. Melakukan permainan cerdas
cermat dibagi berdasarkan
kelompok yang sudah
ditentukan
Evaluasi:
a. Tes tulis, siswa mengerjakan
lembar kerja siswa perkalian
1 – 5
Akhir :
30
menit
25
menit
a. Guru mengajak siswa
mengucapkan hamdalah
sebagai doa setelah
belajar.
b. Guru mengucapkan salam
sebagai tanda berakhirnya
kegiatan pembelajaran
5
menit
Jumlah
70
Menit
Penyusunan Kegiatan Pembelajaran Harian dengan Pendekatan
Konvensional
Pertemuan pertama
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1. Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan
dua angka
Tabel 18
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan pertama)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
o Mengenal
arti perkalian
sebagai
penjumlahan
berulang
Awal :
� Guru mengisi daftar absensi,
berdoa, mempersiapkan
materi ajar, modul, alat
pelajaran.
� Guru mengingatkan pada
pelajaran yang lalu sebagai
appersepsi.
Inti :
� Guru menjelaskan cara
melakukan perkalian sebagai
penjumlahan berulang dua
20
menit
40
Menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid B
Spidol Board
angka.
� Siswa mengerjakan soal
latihan di buku tulis dengan
menyalin soal yang dtulis
guru di papan tulis.
Akhir :
� Guru memberi PR perkalian
yang diubah menjadi
penjumlahan berulang.
� Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam.
10
Menit
Jumlah
70
Menit
Pertemuan kedua
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1.Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
Tabel 19
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan kedua)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
o Mengenal
arti perkalian
sebagai
penjumlahan
berulang
Awal :
� Guru mengisi daftar absensi,
berdoa, mempersiapkan
materi ajar, modul, alat
pelajaran.
� Siswa mengumpulkan PR.
� Guru mengingatkan pada
pelajaran yang lalu sebagai
appersepsi.
.Inti :
� Siswa mengerjakan soal
latihan dari LKS.
� Soal latihan dibahas bersama
dengan menyuruh siswa satu
persatu maju ke depan dan
menuliskan jawabannya di
15
menit
45
Menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid B
LKS
papan tulis.
Akhir :
- Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam.
10
Menit
Jumlah
70
Menit
Pertemuan ketiga
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1.Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
Tabel 20
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan ketiga)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
d. Mengingat
fakta
perkalian
sampai 5 X
10 dengan
berbagai cara
Awal :
� Guru mengisi daftar absensi,
berdoa, mempersiapkan
materi ajar, modul, alat
pelajaran.
� Guru mengingatkan pada
pelajaran yang lalu sebagai
appersepsi.
Inti :
� Guru menjelaskan cara
menghitung fakta perkalian
sampai 5 X 10 dengan cara
menghafal hasil
perkaliannya.
� Siswa menghafalkan fakta
perkalian sampai 5 X 10
bersama-sama.
10
menit
40
menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid B
Kartu
perkalian
sampai 5X10
Papan tulis
Spidol Board
� Guru menyuruh siswa maju
menghafalkan fakta
perkalian 5 X 10 secara
perorangan.
Akhir :
- Guru menyuruh siswa yang
belum hafal fakta perkalian
5 X 10 untuk
menghafalkannya di rumah.
- Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam
dan kuis.
20
menit
Jumlah
70
Menit
Pertemuan keempat
Kelas II,semester II
Mata pelajaran : matematika
Tema : keluarga
Waktu : 35 menit X 2 jam pelajaran
1.Kompetensi dasar :
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
Tabel 21
Rencana Persiapan Pembelajaran (pertemuan keempat)
Indikator Kegiatan Belajar Mengajar Alokasi
Waktu
Sarana/media
pembelajaran
e. Mengingat
fakta
perkalian
sampai 5 X
10 dengan
berbagai cara
Awal :
� Guru mengisi daftar absensi,
berdoa, mempersiapkan
materi ajar, modul, alat
pelajaran.
� Guru mengingatkan pada
pelajaran yang lalu sebagai
appersepsi.
Inti :
- Guru menyuruh siswa
membuat table perkalian
secara berkelompok.
- Siswa bermain tebak hasil
perkalian secara
berkelompok.
Evaluasi:
b. Tes tulis, siswa mengerjakan
lembar kerja siswa perkalian
1 – 5
10
menit
30
menit
25
menit
Buku
pelajaran
matematika
kelas II jilid
B
Kartu
perkalian
sampai 5X10
Papan tulis
LKS 1
Spidol Board
Akhir :
c. Guru mengajak siswa
mengucapkan hamdalah
sebagai doa setelah
belajar.
d. Guru mengucapkan salam
sebagai tanda berakhirnya
kegiatan pembelajaran
5
menit
Jumlah
70
Menit
Tabel 22
Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen (Kelas 2 Laut)
No. Nama Siswa
1 Calvin M. Nirsan
2 Dea Syifa Ananda
3 Ghazy Rakan
4 Hanif Taufiqurrachman
5 Heikal Aurel Nunzi
6 Javier Rizqullah
7 Lefa Puti Azizah
8 Maudy Fadhillah
9 M. Hafidh Zuhdian
10 M. Adli Satria S
11 M. Daffa Rizdhiya
12 M. Fikri Haikal
13 M. Raihan Gustano
14 M. Rizki Ramadhan
15 Nada Syifa Al Biruni
16 Nur Mardhiyyah
17 Qonita Rahmi
18 Raquel Leonor
19 Reidito M. Zidan
20 Rifa Atsilah
21 Safa Adista
22 Salma Rafifa
23 Shellandy Pradana
24 Shovina Faizah
25 Sitti Dafika
26 Vildan Rifqi Ali
Tabel 23
Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol (Kelas 2 Mata Air)
No. Nama Siswa
1 Ali Naufal Amarullah
2 Amira Fairuz Salma A
3 Annas Luthfi Al Fadhli
4 Arya Gagah Priambada
5 Aulia Akbar
6 Ayu Aulia Nurvinkania
7 Bram Raditya Khusyairi
8 Dea Syafira Fitriannisa
9 Donny Adhinegara
10 Fathurrizqi
11 Fauzan Musayyar Afif
12 Giano Agvirando
13 Hamdah Rosyidah
14 Ilham Fathurrahman W
15 Kania Putri Zahra
16 Mawar Khairunnisa
17 M. Farell Ambiar
18 M. Agin Milenio P
19 M. Riyan Aufar
20 Nurulia Putri Adhitama
21 Raihan Aulia Kurniawan
22 Rizky Aulia Febriyana
23 Sukma Alifa Adjani
24 Tiara Inditarizki S
25 Yumna Aisyah
26 Zahabia
Jumlah
Tabel 24
Daftar Nama Siswa Kelas 2 (uji validitas)
No. Nama Siswa
1 Afifah Khairani
2 Cipta Ika Sari Rahayu
3 Eva Lestari
4 Fitri Nurhalimah
5 Fatimah Tuzahro
6 Fatimah Zahra
7 Ilham Pratama
8 Krisanto
9 Khaidir Ali
10 M Difto Apriyuda
11 Meri Yunita
12 Nafisah Amilia
13 Prayuda Dwi A
14 Rismayanti
15 Rosita
16 Tyas Maulidia