14
Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TV Dimata Masyarakat Kota Salatiga Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Oleh : Nofitri Nur Fajrina 602013007 PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

  • Upload
    votram

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TV

Dimata Masyarakat Kota Salatiga

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh :

Nofitri Nur Fajrina

602013007

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
Page 3: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
Page 4: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
Page 5: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
Page 6: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

A. PENDAHULUAN

Media sering disebut sebagai consciousness industries dikarenakan media membantu

membangun cara berpikir, melihat, mendengar dan berbicara mengenai realitas sosial politik

yang dihadapi oleh publik. Keadaan itu yang mendorong Kepolisian Negara Republik Indonesia

atau yang biasa disingkat POLRI, berusaha membuat citra yang lebih baik dimata masyarakat

lewat media televisi dalam bentuk reality show, dengan program siarannya yang bernama “86”

di Net TV.

Melalui program siaran “86” yang ditayangkan setiap hari pukul 21.00 – 21.30 WIB ini,

masyarakat dapat melihat aktivitas sehari-hari anggota polisi dalam menjalankan tugasnya di

lapangan, seperti saat penertiban lalu lintas, penangkapan pengedar narkoba, penggerebekan

balap liar, penangkapan pelaku begal dan masih banyak lagi. Lewat media televisi inilah polisi

berusaha menampilkan sisi disiplin dan tegasnya anggota POLRI dalam menegakkan hukum,

serta acara ini juga menayangkan sisi humanis dari para anggota POLRI.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti citra seperti apa

yang ingin dibangun Lembaga Kepolisian Republik Indonesia atau POLRI untuk mencitrakan

dirinya lewat media televisi. Dan untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap citra positif

POLRI yang dibentuk melalui program siaran berbentuk reality show yang memiliki nama “86”

di Net Tv.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Penelitian Terdahulu

Dalam skripsi yang ditulis oleh Luknia Sari Putridari Fakultas Ilmu Soisal dan

Humaniora Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul, “Pengaruh Terpaan

Media Dalam Pembentukan Citra Kepolisian (Survei Pada Penonton Program Acara Telivisi 86

Net TV Di Dusun Pungkursari Siderejo Salatiga) ” bertujuan untuk mengetahui besaran pegaruh

tayangan program acara 86 di Net TV terhadap citra kepolisian di mata masyarakat pungkursari

Salatiga. Hasil dari penelitian diatas adalah program acara 86 di Net TV dapat menghasilkan

citra yang positif di mata masyarakat Pungkursari Salatiga, karena pada tayangan tersebut

memperlihatkan sosok polisi yang ramah namun tetap tegas sehingga menghilangkan ketakutan

masyarakat terhadap polisi[1].

Skripsi yang kedua merupakan penelitian dari Muhammad Imam Baihaqidari Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

berjudul, “Konstruksi Realitas Soial Citra Polisi Pada Reality Show Net 86 di Net TV”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Net 86 mengonstruksi realitas media

terhadap realitas polisi di masyarakat. Hasil dari penelitian tersebut adalah acara reality show Net

86 akan menghasilkan efek positif dan negatif. Efek positifnya adalah kesadaran masyarakat

terhadap hukum akan meningkat, polisi sungkan untuk bersikap buruk juga mengecewakan

masyarakat. Efek negatifnya adalah rasa skeptis dan kritis masyarakat terhadap polisi akan

hilang, karena masyarakat menganggap polisi selalu positif sebagaimana realitas yang Net 86

gambarkan tentang polisi[2].

Dari dua penelitian yang penulis gunakan sebagai bahan referensi, kedua penelitian diatas

berisikan mengenai bagaimana komunikasi massa dalam Acara 86 di Net TV membentuk

pandangan masyarakat Kota Salatiga terhadap citra positif dari polisi. Sedangkan dalam

penelitian ini penulis ingin meneliti apakah acara “86” telah mampu menumbuhkan citra positif

yang ingin di bangun polisi di mata masyarakat Kota Salatiga.

Page 7: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

2. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitner, yang

mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada

sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium

to a large number of people). Bentuk media komunikasi yang termasuk sebagai komunikasi

massa adalah: radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar

dan majalah keduanya termasuk dalam media cetak, internet termasuk dalam media baru (new

media)[3].

Media massa dalam perannya memiliki kerangka berpikir utama seperti agent of change,

yaitu sebagai institusi pelopor utama. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :

a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yiatu perannya sebagai media edukasi.

b. Media massa juga menjadi media infromasi, yaitu media yang setiap saat

menyampaikan informasi kepada masyarakat.

c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa

juga menjadi institusi budaya yaitu, institusi yang setiap saat menjadi corong

kebudayan, katalisator perkembangan budaya dan juga mendorong agar perkembangan

budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah[4].

Media massa yang berfungsi sebagai media penyampaian pesan ke masyarakat tentu

memiliki beberapa efek pesan yang ditimbulkan adapun efek tersebut diantaranya adalah:

Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya

informatif bagi dirinya

Efek Afektif

Efek afektif ini memiliki tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu

khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut

marasakan parasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk

perilaku, tindakan atau kegiatan[3].

3. Citra

Citra menurut Ruslan Rosadi adalah seperangkat ide dan kesan seseorang terhadap suatu

obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh citra

obyek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya.Di dalam citra terdapat suatu nilai-nilai

kepercayaan pada individu terhadap suatu organisasi atau perusahaan yang mengandung persepsi

atau pandangan tertentu. Dan di dalam padangan atau persepsi ini dapat menimbulkan opini

publik yang apabila opini publik ini terkumpul maka akan menciptakan suatu penilaian yang

lebih luas terhadap suatu perusahan atau organisasi, dan ini lah yang dinamakan citra (image)[5].

Sebuah perusahaan atau organisasi yang sedang berusaha membangun citra atau

kepercayaan dari publik dan juga masyarakat umum, haruslah mempertimbangkan dengan sangat

hati-hati tentang bagaimana mencitrakan dirinya kepada khalayak umum. Karena jika tidak hati-

hati dalam mempertimbangkan citra yang ingin disampaikan kepada publik maka suatu

organisasi ini dapat kehilangan citranya pada titik yang terendah (lost of image).

Menurut Frank Jefkins dalam dunia hubungan masyarakat atau public relations terdapat

beberapa jenis citra (image) yang antara lain adalah sebagai berikut :

a. Citra Bayangan (Mirror Image)

Page 8: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

Gambar 3.1

Model Pembentukan Citra Pengalaman Mengenai Stimulus[7]

Citra bayangan atau citra cermin adalah citra yang ingin dipantulkan oleh

perusahaan/organisasi tertentu dengan menitikberatkan pada tingkah laku orang dalam atau

anggota-anggota organisasi.

b. Citra yang Berlaku (Current Image)

Citra yang berlaku ini adalah kebalikan dari citra bayangan, yang dimana citra yang berlaku

ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu

organisasi.

c. Citra yang Diharapkan (Wish Image)

Citra harapan adalah suatu citra yang diniginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra ini

digunakan untuk menampilkan sesuatu yang relatif baru.

d. Citra Perusahaan (Corporate Image)

Citra perusahaan atau corporate image adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan,

jadi tidak hanya sekedar citra atas produknya maupun pelayanannya saja.

e. Citra majemuk (Multiple Image)

Citra majemuk adalah citra yang dimana pegawai (indiviud), cabang, atau perwakilan dari

sebuah perusahaan atau organisai memunculkan suatu citra yang berbeda-beda atau tidak

sama antara satu dengan yang lainnya[6].

John Nimpoeno memiliki pemikiran bahwa pembentukan citra dapat digambarkan

sebagai berikut:

Stimulus : Rangsangan (kesan lembaga yang diterima dari luar untuk membentuk

persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam menerima informasi

dari langganan).

Persepsi : (1) Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang langsung

dikaitkan dengan suatu pemahaman, (2) pembentukan makna pada

stimulus indrawi (sensor stimulus).

Kognisi : Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan, ide dan

konsep.

Motivasi : Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,

dan sependapat mungkin menjadi kondisi kepuasan maksimal bagi

individu setiap saat.

Page 9: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

Sikap : Hasil evaluasi negatif atau positif terhadap konsekuensi-konsekuensi

penggunaan suatu objek.

Tindakan : Akibat atau respons individu sebagai organisme terhadap rangsangan-

rangsangan yang berasal dari dalam maupun lingkungan.

Respons/ : Tindakan-tindakan seseorang sebagai reaksi terhadap atau stimulus.

Tingkah Laku[7]. .

4. Persepsi Menurut Philip Kotler persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi,

mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran

keseluruhan yang berarti. Citra dari suatu perusahaan dapat dilihat dari mata publik berdasarkan

pada pendapat mereka pada saat mempersepsikan suatu realitas yang ada. Realitas sendiri

didapatkan publik dari media cetak, elektronik atau media massa dalam bentuk lainnya yang

dapat mewakili pandangan atau persepsi masyarakat luas atas suatu organisasi[8].

5. Teori Kultivasi (Cultivation Teory)

Nurudin mengatakan bahwa teori kultivasi adalah dimana televisi menjadi media atau alat

utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya.

Persepsi apa yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat

ditentukan oleh televisi. Melalui televisi kita belajar tentang dunia, orang -orangnya, nilai-

nilainya,serta adat kebiasaan. Bahkan menurut Ardianto dan komala-Erdinaya berpendapat

bahwa pecandu berita televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan

kenyataan[3]. Ditambah dengan gaya masyarakat modern saat ini yang memiliki life style dimana

jika ingin memiliki popularitas dikalangannya maka masyarakat tersebut harus terus

memperbaharui informasi yang dimilikinya sehingga dirinya tidak tertinggal dengan

kalangannya atau komunitasnya, karena jika satu individu masyarakat saja dia tertinggal dari

sebuah informasi maka dirinya akan dianggap terlambat atau kuno oleh komunitasnya. Sehingga

pada tingkat tertentu seseorang tidak mampu beraktivitas apabila ia belum mampu menonton

televisi pada hari itu[9].

6. Pembentukan Citra Melalui Media Televisi

Media mampu menciptakan opini publik atas isu yang beredar. Sehingga media dianggap

menjadi kekuatan utama yang dapat menguasai pola pikir masyarakat. Menurut Elisabeth Noelle-

Neumann menyatakan bahwa media lebih memberikan perhatian pada pandangan mayoritas, dan

menekan pandangan minoritas. Teori ini dinamakan sebagai spiral of silence[9]. Dalam

pembentukan citra positif melalui media televisi, media akan berusaha untuk membuat suatu

agenda setting dalam konstruksi media. Menurut Bungin proses kelahiran konstruksi sosial

media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahapan Menyiapkan Materi Konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu

didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Dalam menyiapkan

konstruksi sosial ada tiga hal penting yaitu : (1) keberpihakan media massa kepada

kapitalisme; (2) keberpihakan semu kepada masyarakat; (3) keberpihakan kepada kepentingan

umum.

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui startegi media massa. Konsep tetap dari

setiap media massa berbeda-beda namun pada prinsip utamanya adalah real time.

3. Tahap Pembentukan Konstruksi

Page 10: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

Setelah pemberitaan sampai pada pembaca dan pemirsanya, yaitu terjadi tahap pembentukan

konstruksi di masyarakat yang melalui tiga tahap berlangsung secara umum. Pertama,

konstruksi realitas pembenaran dan kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa dan

ketiga, sebagai pilihan konsumtif. Selanjutnya bangunan konstruksi citra dibangun oleh media

massa ini terbentuk dalam dua model; (1) model good news, dan (2) model bad news.

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberikan

argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembetukan

konstruksi[10].

7. Teori Televisi

Menurut George Gebner dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling

berpengaruh pada kehidupan manusia. Khalayak televisi sifatnya lebih heterogen dibandingkan

dengan media cetak dan radio karena televisi menyerap semua golongan audiensi, baik yang tuna

aksara maupun yang memiliki pendidikan formal tertentu; tidak membedakan pula ras, usia,

kelompok etnis, kelompok ekonomi, dan lain –lain[11].

Dan pendapat ini didukung oleh Bower yang mengatakan bahwa gambar hidup yang

didukung oleh suara merupakan bahasa manusia universal, dan lambang komunikasi itulah yang

sangat diandalkan oleh televisi. Karena manusia dalam berkomunikasi banyak sekali bergantung

kepada indra studi dan video, maka berita-berita televisi bagi khalayak akan bersifat lebih akurat,

lebih teliti lebih jelas dan lebih dapat dipercaya[11].

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang

dipakai adalah wawancara serta informannya adalah individu maupun kelompok yang salah

individunya tidak mau disebutkan namanya berkaitan dengan penelitian serta observasi di

Satlantas Kota Salatiga.

Menurut Elvinaro Ardianto, penelitian kualitatif merupakan salah satu metode dimana

lebih menekankan pemahaman terhadap suatu masalah[12]. Sebagai peneliti ilmu komunikasi atau

public relations dengan metode kualitatif dalam analisis datanya tidak menggunakan bantuan

ilmu statistika, tetapi menggunakan rumus 5W 1H (who,what, when, where, why dan how).

Selanjutnya, metode deskriptif-kualitatif memiliki ciri ialah menitikberatkan pada observasi dan

suasana ilmiah (natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai

pengamat. Peneliti membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku

observasi.

Adapun unit amatan dalam penelitian adalah pandangan masyarakat Kota Salatiga

terhadap citra positif polisi melalui acara “86” di Net Tv serta unit analisanya adalah padangan

polisi, wartawan media dan beberapa masyarakat Kota Salatiga mengenai citra positif yang

ditampilkan anggota polisi melalui acara “86”.

Metode analisis dalam penelitian ini dimulai dengan mengkaji seluruh data yang

diperoleh dari wawancara, observasi serta studi pustaka. Selanjutnya, penulis melakukan reduksi

data dengan cara membuat ringkasan dan mengelompokkan jawaban dari informan sesuai

dengan kategorinya. Hasil akhir dari penelitian ini akan menunjukkan gambaran dari keseluruhan

data yang diamati.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 11: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

Hasil penelitian ini dapat diperoleh melalui teknik pengumpulan data wawancara serta

observasi. Data wawancara yang penulis dapatkan ini melalui proses wawancara dengan pihak

Unit Dikyasa Satlantas Kota Salatiga, Wartawan media cetak dan sepuluh individu sebagai

perwakilan masyarakat Kota Salatiga yang pernah menonton acara “86” di Net TV.

1. Profil Acara Televisi “86”

Acara televisi “86” merupakan sebuah program reality show yang ditayangkan di sebuah

stasiun televisi swasta NET TV. Program ini bekerjasama dengan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dimana isi dari program ini menayangkan tentang keseharian dari anggota polisi di

lapangan. Nama program ini sendiri berasal dari kode sandi POLRI yang

berarti dimengerti atau roger that dalam bahasa Inggris. Dalam program ini, pemirsa akan diajak

bersama melihat keseharian beberapa anggota polisi yang memacu adrenalin seperti menangkap

sindikat narkoba, pelaku begal, menertibkan pelanggar lalu lintas dan penggerebekan. Selain

kegiatan yang disebutkan diatas, acara “86” juga menampilkan sisi humanis dari anggota polisi

seperti rasa kasih sayang yang diberikan kepada keluarga yang menunggu dirumah. Karena pada

dasaranya anggota polisi juga manusia biasa yang memiliki keluarga yang selalu menunggu

dirumah ketika anggota polisi tersebut sedang bekerja.

Acara televisi “86” diproduksi oleh NET Entertainment dan telah disiarkan di NET TV

sejak 2 Agustus 2014 hingga sekarang. Program acara reality show ini memiliki durasi tayang

30 menit yang ditayangkan setiap hari pada pukul 21.00-21.30 WIB.

2. Profil Satlantas Kota Salatiga

Satlantas di Kota Salatiga terletak di Jl. Diponegoro No.82, Sidorejo Lor, Sidorejo Kota

Salatiga, Jawa Tengah. Uniknya Satlantas Kota Salatiga berdiri di sebuah bangunan bersejarah

pada jaman belanda, bangunan cagar budaya ini merupakan benteng Hock yang dibangun pada

abad ke -19 oleh arsitek Belanda bernama Mr. Hock sebagai salah satu fasilitas kota dalam

bidang pertahanan keamanan. Pada awalnya bangunan ini dipakai sebagai asrama militer

Belanda setelah selesainya perang diponegoro (1825-1830). Sejak tahun 1947 bangunan ini

berfungsi sebagai kantor dijajaran kepolisian.

Satlantas Kota Salatiga memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu :

1. Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas

(Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,

penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.

2. Dalam melaksanakan tugas satlantas menyelenggarakan fungsi :

a. Pembinaan lalu lintas kepolisian;

b. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas,

dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan

keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);

d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta

pengemudi;

e. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan

kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin

Kamseltibcarlantas di jalan raya;

f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan

g. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

3. Satlantas dipimpin oleh kasatlantas yang bertanggung jawab kepada kapolres dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali wakapolres.

Page 12: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

4. Satlantas dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh :

a. Urusan pembinaan operasional (urbinopsnal), yang bertugas melaksanakan pembinaan

lalu lintas, melakukan kerjasama lintas sektoral, pengkajian di bidang lalu lintas,

pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakkan hukum dan

kamseltibcariantas, perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

b. Urusan administrasi dan ketatausahaan (urmintu), yang bertugas menyelenggarakan

kegiatan administrasi dan ketatausahaan.

c. Unit pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli (unitturjawali), yang bertugas

melaksanakan kegiatan turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam

rangka penegakkan hukum.

d. Unit pendidikan masyarakat dan rekayasa (unitdikyasa), yang bertugas melakukan

pembinaan dan pasrtisipasi masyarakat dan dikmaslantas.

5. Unit registrasi dan identifikasi (unitregident), yang bertugas melayani administrasi

registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi.

6. Unit kecelakaan (unitlaka), yang bertugas menangani kecelelakaan lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum.

3. Hasil dan Pembahasan

Di dalam penelitian ini penulis mewawancarai Ibu Mia Novrila S, selaku kepala dari

Kanit Dikyasa Satlantas Kota Salatiga, wartawan media cetak dan sepuluh perwakilan

masyarakat kota Salatiga untuk mendapatkan hasil penelitian.

Pertama peneliti melakukan wawancara dengan Kanit Dikyasa Satlantas Kota Salatiga

pada tanggal 9 Mei 2017 pada pukul 11.37, beliau mengatakan bahwa tugas, peran serta fungsi

dari seorang polisi adalah melindungi, melayani dan mengayomi masyarakat, menegakkan

hukum, memelihara dan menertibkan keamanan masyarakat. Dalam proses kerjanya, seorang

Polisi Lantas menerapkan prinsip senyum, sapa, salam ke pengendara sebelum memeriksa

kelengkapan pengendara. Satlantas Kota Salatiga juga selama ini telah melakukan beberapa

program untuk masyarakat seperti police goes to school dan police goes to campus, dimana

kegiatan ini dilakukan untuk memberikan edukasi kepada para siswa-siswi atau mahasiswa

dalam berkendara yang baik maupun mengenalkan dan menjelaskan rambu-rambu lalu lintas

yang ada, serta penyuluhan ke masyarakat yang terorganisir dan tidak terorganisir. Menurut Ibu

Mia Novrila S acara “86” di Net TV tersebut bagus dan dapat mengedukasi masyarakat untuk

lebih patuh lagi terhadap peraturan lalu lintas dan berusaha untuk tidak melanggar, serta

masyarakat menjadi lebih mengerti mengenai tugas pokok polisi dan kegiatan sehari-harinya

sehingga menurut beliau acara ini sudah sangat mengena ke masyarakat dikarenakan dapat

menambah pengetahuan tentang hukum-hukum di Indonesia. Dari pernyataan Ibu Mia diatas

terlihat bahwa Satlantas Kota Salatiga sendiri telah melakukan beberapa program untuk

masyarakat, dimana beberapa program ini menjadi media penyampaian citra positif Satlantas

Kota Salatiga karena komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam

pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial

perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,

sosial, dan lingkungan[13].

Wawancara yang kedua, peneliti mewawancarai salah satu wartawan media cetak yang

dilakukan pada tanggal 27 Mei 2017 pukul 16.53. Menurut beliau acara “86” di Net TV sudah

dapat membangun citra positif dari polisi di mata masyarakat. Beliau mengatakan bahwa peran

media untuk jaman sekarang itu penting untuk membangun sebuah citra yang ingin dibentuk,

dimana citra yang ingin dibentuk adalah citra positif, apalagi media jaman sekarang juga

Page 13: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

memiliki peran untuk mempromosikan kegiatan positif polisi di mata masyarakat. Program acara

tersebut sudah dianggap bagus dan cukup menarik menurut beliau karena dapat mengisi waktu

luang dan masyarakat jadi lebih mengetahui mengenai kejadian-kejadian yang terjadi

disekitarnya. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ternyata dari sudut pandang orang media

acara ”86” di Net TV dapat memberikan informasi terbaru mengenai hal-hal yang terjadi

disekeliling kita, dan juga dapat menjadi hiburan ditengah malam saat akan menjelang tidur,

karena media merupakan media edukasi, informasi dan sebagai agent of change[4]. Selain itu

juga, polisi, telah melakukan fungsi public relations yaitu good image maker yang menciptakan

citra perusahaan dan publisitas positif[5].

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan sepuluh perwakilan masyarakat Kota

Salatiga mengenai kegiatan yang dilakukan anggota polisi dalam acara “86” di Net TV, dari

seluruh narasumber yang terlibat mengatakan bahwa kegiatan polisi sudah positif di mata

masyarakat, memberikan peringatan terhadap masyarakat untuk tidak melakukan kriminalitas

yang sama, dapat memberikan rasa aman terhadap masyarakat, mengajarkan masyarakat supaya

tidak takut dengan polisi dan memperlihatkan kerja polisi di lapangan. Kemudian sembilan dari

sepuluh narasumber yang diwawancarai peneliti mengenai program acara “86” memberikan

peryataan bahwa acara tersebut dapat menyajikan berita terbaru mengenai masalah kriminal,

memperlihatkan kegiatan polisi yang mengatur lalu lintas, menindaklanjuti segala tindak

kejahatan yang ada disekitar masyarakat, dapat menampilkan sisi baik dari polisi, serta dapat

membuat masyarakat menjadi lebih waspada terhadap dampak negatif maupun positif dari

peraturan-peraturan lalu lintas. Meskipun masih ada yang mengatakan bahwa acara tersebut tidak

sesuai dengan realita yang ada di lapangan. Berikutnya, untuk citra positif sendiri yang ingin

disampaikan polisi ke masyarakat melalui acara “86” di Net TV yaitu delapan dari sepuluh

narasumber mengatakan bahwa acara tersebut sudah dapat menyampaikan citra positif

sedangkan dua narasumber lainnya mengatakan acara “86” belum bisa menyampaikan citra

positif dari polisi karena apa yang dilihat di televisi berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan

dan citra tersebut masih tergantung kepada masing-masing masyarakat yang melihatnya.

Terakhir, satu dari sepuluh masyarakat yang terlibat dalam penelitian berharap agar citra positif

tersebut juga ditampilkan di realita yang sebenarnya tidak hanya di televisi saja, namun sembilan

masyarakat lainnya masih setuju dengan peryataan sebelumnya bahwa polisi telah

menyampaikan citra yang positif. Oleh karena itu, berdasarkan dari hasil wawancara dengan

sepuluh perwakilan masyarakat Kota Salatiga diatas dapat ditarik garis besar bahwa citra polisi

yang terbentuk di masyarakat adalah citra yang ingin dipantulkan oleh perusahaan/organisasi

tertentu dengan menitikberatkan pada tingkah laku orang dalam atau anggota-anggota

organisasi[6], ditambah dengan penyebaran citra positifnya dilakukan melalui media televisi yang

dimana media ini paling berpengaruh pada kehidupan manusia[11], sehingga diharapkan dapat

merubah perilaku masyarakat disekelilingnya. Namun untuk citra positif yang ingin dilekatkan

ke masyarakat masih tergantung pada perspektif individunya masing-masing karena setiap

masyarakat akan menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi

untuk menciptakan gambaran keseluruhan dari pengalaman mereka[8]. Apalagi dengan adanya

acara “86” ini memiliki efek tujuan yang ingin disampaikan yaitu agar masyarakat dapat

memilah baik buruknya sebelum melakukan tindakan pelanggaran, menimbulkan perasaan

simpati terhadap anggota polisi, dan mengajarkan masyarakat agar tidak takut terhadap polisi

saat bertemu di lapangan[3].

E. KESIMPULAN

Page 14: Pencitraan Positif POLRI Dalam Acara “86” Di Net TVrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14063/1/T1_602013007_Full... · mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada pihak Unit Dikyasa

Satlantas Kota Salatiga dan Wartawan media serta sepuluh perwakilan masyarakat Kota Salatiga

yang pernah menonton program acara “86” di Net TV, penulis mendapatkan beberapa

kesimpulan mengenai program acara reality show “86” di Net TV di mata masyarakat yang

dilakukan POLRI dalam meningkatkan citra positif di mata masyarakat, antara lain :

1. Dalam proses kerjanya Satlantas Kota Salatiga telah melakukan beberapa program untuk

masyarakat mengenai edukasi berkendara dan rambu-rambu lalu lintas seperti program police

goes to school, police goes to campus dan program penyuluhan ke masyarakat yang

terorganisir dan tidak terorganisir. 2. Kegiatan yang dilakukan polisi dalam acara “86” tersebut baik dan positif dalam pandangan

masyarakat karena isi dari tayangan tersebut berkaitan dengan keamanan masyarakat dan

menanggulani keresahan yang ada.

3. Acara televisi “86” bagus dan positif di mata masyarakat, karena dianggap dapat mengedukasi

dan menarik untuk menjadi tontonan di malam hari menjelang tidur.

F. Daftar Pustaka

[1] Luknia, Sari Putri. 2016. Skripsi Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga. Pengaruh Terpaan Media Dalam Pembentukan Citra

Kepolisian (Survei Pada Penonton Program Acara Telivisi 86 Net TV Di Dusun

Pungkursari Siderejo Salatiga).

[2] Muhammad, Imam Baihaqi. 2016. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri. Konstruksi Realitas Soial Citra Polisi Pada Reality

Show Net 86 di Net TV.

[3] Ardianto, Elvinaro., Lukiati Komala-Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

[4] Burhan, Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama. Jakarta: Pernadamedia Group.

[5] Ruslan, Rosadi. 2003. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi : Konsepsi &

Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

[6] Jefkins, Frank. 2003. Public Relations edisi Kelima disempurnakan oleh Daniel Yadin.

Penerjemah : Haris Muandar. Jakarta : Erlangga.

[7] Ardianto, Elvinaro. 2009. Analisis Wacana Tentang Pemberitaan Harian Pikiran rakyat dan

harian Kompas Sebagai public Relations politik dalam membentuk Citra dan reputasi

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Disertasi). Bandung: Pascasarjana Universitas

Padjajaran.

[8] Kotler, Philip.1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan

Pengendalian . Jakarta : FE. Universitas Indonesia.

[9] Nurudin. 2015. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

[10] Apriadi, Tamburaka. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

[11] Andi, Alimuddin Unde. 2014. Televisi & Masyarakat Pluralistik. Jakarta: PT. Fajar

Interpratama Mandiri.

[12] Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan

Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

[13] Untung, Budi Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika

Offset.