5
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016 1 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI DENGAN VARISES ESOFAGUS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014 Dita Mutia Fajarini Budhiarta Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Email: [email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh fibrosis, disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit. Keseluruhan insiden sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik. Di RS Sarjito Yogyakarta, jumlah pasien sirosis hati berkisar pada 4,1 % dari pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam selama kurun waktu 1 tahun pada 2004. Etiologi sirosis hepatis mempengaruhi penanganan pada penyakit ini. Terapi yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi progresivitas penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang dapat menambah kerusakan hati, pencegahan serta penanganan komplikasi. Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi akan sangat membantu memperbaiki hasil pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup penderita. Kasus: Pasien laki-laki, umur 43 tahun, beragama Islam, suku Madura, datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan lemas sejak seminggu sebelum datang, lemas dikatakan pada seluruh tubuh. Hal ini membuat pasien enggan melakukan aktifitas sehari-hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati. Nyeri ini seringkali dirasakan setelah makan dan minum yang disertai perasaan mual dan muntah sehingga pasien kurang bernafsu makan. Pasien menyatakan bahwa perasaan nyeri juga disertai dengan perasaan penuh pada perut. Frekuensi buang air kecil lebih meningkat sejak beberapa bulan terakhir, dikatakan lebih dari 4 kali sehari untuk buang air kecil, namun volume sekali kencing sekitar ¼ gelas aqua (240 cc) dengan warna kecoklatan seperti teh. Keinginan buang air besar pasien dikatakan normal. Kata Kunci: sirosis hepatic, varises esophagus, hepatitis, hematemesis. ABSTRACT Introduction: Cirrhosis is a chronic liver disease characterized by fibrosis is reversible, disorganization lobules and vascular structures, as well as regenerative nodules of hepatocytes. The overall incidence of cirrhosis in the United States an estimated 360 per 100,000 populations. The cause is largely due to alcoholic liver disease and chronic viral infections. Sarjito hospital in Yogyakarta, the number of patients with liver cirrhosis range in 4.1% of patients admitted to the internal medicine during the period of 1 year in 2004. Etiology of cirrhosis affects the handling of the disease. Therapy was carried out aimed at reducing disease progression, avoid ingredients that can add to liver damage, prevention and treatment of complications. Educating patients and families about the disease and the complications that may occur will greatly help improve treatment outcomes, and is expected to help improve the quality of life of patients. Case: Patient male, aged 43 years, Muslims, Madurese, came to the clinic and hospital with complaints of weakness since a week before coming, said to the entire body limp. This makes patients reluctant to perform daily activities. Patients also complain of pain in the gut. This pain is often felt after eating and drinking accompanied by nausea and vomiting, so patients are less appetite. Patients stated that the feeling of pain is also accompanied by a feeling of fullness in the abdomen. Frequency of urination is increased since the last few months, is said to be more than 4 times a day to urinate, but once the urinary volume of about ¼ cup aqua (240 cc) with a brownish color like tea. The desire to defecate patient is said to be normal. Keywords: hepatic cirrhosis, esophageal varices, hepatitis, hematemesis. PENDAHULUAN Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh fibrosis, disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit. Gambaran ini merupakan hasil akhir kerusakan hepatoseluler. 1,2 Lebih dari 40 % pasien sirosis asimtomatik. Pada

PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS …erepo.unud.ac.id/17112/3/1002006124-3-9 Jurnal Dita Budiartha (fix... · PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI ... pencegahan

  • Upload
    dangthu

  • View
    233

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS …erepo.unud.ac.id/17112/3/1002006124-3-9 Jurnal Dita Budiartha (fix... · PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI ... pencegahan

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016

1 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI

DENGAN VARISES ESOFAGUS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014

Dita Mutia Fajarini Budhiarta

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pendahuluan: Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh fibrosis,

disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit. Keseluruhan insiden

sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian besar akibat

penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik. Di RS Sarjito Yogyakarta, jumlah pasien sirosis

hati berkisar pada 4,1 % dari pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam selama kurun waktu 1

tahun pada 2004. Etiologi sirosis hepatis mempengaruhi penanganan pada penyakit ini. Terapi yang

dilakukan bertujuan untuk mengurangi progresivitas penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang

dapat menambah kerusakan hati, pencegahan serta penanganan komplikasi. Edukasi terhadap pasien

dan keluarganya tentang penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi akan sangat membantu

memperbaiki hasil pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup

penderita. Kasus: Pasien laki-laki, umur 43 tahun, beragama Islam, suku Madura, datang ke

poliklinik rumah sakit dengan keluhan lemas sejak seminggu sebelum datang, lemas dikatakan pada

seluruh tubuh. Hal ini membuat pasien enggan melakukan aktifitas sehari-hari. Pasien juga

mengeluhkan nyeri pada ulu hati. Nyeri ini seringkali dirasakan setelah makan dan minum yang

disertai perasaan mual dan muntah sehingga pasien kurang bernafsu makan. Pasien menyatakan

bahwa perasaan nyeri juga disertai dengan perasaan penuh pada perut. Frekuensi buang air kecil lebih

meningkat sejak beberapa bulan terakhir, dikatakan lebih dari 4 kali sehari untuk buang air kecil,

namun volume sekali kencing sekitar ¼ gelas aqua (240 cc) dengan warna kecoklatan seperti teh.

Keinginan buang air besar pasien dikatakan normal.

Kata Kunci: sirosis hepatic, varises esophagus, hepatitis, hematemesis.

ABSTRACT

Introduction: Cirrhosis is a chronic liver disease characterized by fibrosis is reversible,

disorganization lobules and vascular structures, as well as regenerative nodules of hepatocytes. The

overall incidence of cirrhosis in the United States an estimated 360 per 100,000 populations. The

cause is largely due to alcoholic liver disease and chronic viral infections. Sarjito hospital in

Yogyakarta, the number of patients with liver cirrhosis range in 4.1% of patients admitted to the

internal medicine during the period of 1 year in 2004. Etiology of cirrhosis affects the handling of the

disease. Therapy was carried out aimed at reducing disease progression, avoid ingredients that can

add to liver damage, prevention and treatment of complications. Educating patients and families about

the disease and the complications that may occur will greatly help improve treatment outcomes, and is

expected to help improve the quality of life of patients. Case: Patient male, aged 43 years, Muslims,

Madurese, came to the clinic and hospital with complaints of weakness since a week before coming,

said to the entire body limp. This makes patients reluctant to perform daily activities. Patients also

complain of pain in the gut. This pain is often felt after eating and drinking accompanied by nausea

and vomiting, so patients are less appetite. Patients stated that the feeling of pain is also accompanied

by a feeling of fullness in the abdomen. Frequency of urination is increased since the last few months,

is said to be more than 4 times a day to urinate, but once the urinary volume of about ¼ cup aqua (240

cc) with a brownish color like tea. The desire to defecate patient is said to be normal.

Keywords: hepatic cirrhosis, esophageal varices, hepatitis, hematemesis.

PENDAHULUAN

Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang

irreversible yang ditandai oleh fibrosis,

disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta

nodul regeneratif dari hepatosit. Gambaran ini

merupakan hasil akhir kerusakan hepatoseluler.1,2

Lebih dari 40 % pasien sirosis asimtomatik. Pada

Page 2: PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS …erepo.unud.ac.id/17112/3/1002006124-3-9 Jurnal Dita Budiartha (fix... · PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI ... pencegahan

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016

2 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan

rutin kesehatan atau pada waktu otopsi.3

Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh

banyak hal. Penyebabnya antara lain adalah

penyakit infeksi, penyakit keturunan dan

metabolik, obat-obatan dan toksin. Di Negara barat

penyebab terbanyak sirosis hepatis adalah

konsumsi alkohol, sedangkan di Indonesia terutama

disebabkan oleh virus hepatitis B maupun C. 4

Keseluruhan insiden sirosis di Amerika

diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.

Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati

alkoholik maupun infeksi virus kronik. Di

Indonesia, data prevalensi sirosis hati belum ada,

hanya laporan-laporan dari beberapa pusat

pendidikan. Di RS Sarjito Yogyakarta, jumlah

pasien sirosis hati berkisar pada 4,1 % dari pasien

yang dirawat di bagian penyakit dalam selama

kurun waktu 1 tahun pada 2004. 3

Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi

sirosis hati kompensata yaitu sirosis hati yang

belum menunjukkan gejala klinis dan sirosis hati

dekompensata yaitu sirosis hati yang menunjukkan

gejala-gejala yang jelas. Stadium awal sirosis

sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan

secara tidak sengaja saat pasien melakukan

pemeriksaan kesehatan rutin atau karena penyakit

lain. 4

Komplikasi utama dari sirosis meliputi

ascites, spontaneous bacterial peritonitis (SBP),

encephalopathy hepatic, hipertensi portal,

perdarahan variceal, dan sindrom hepatorenal.1,5

Etiologi sirosis hepatis mempengaruhi penanganan

pada penyakit ini. Terapi yang dilakukan bertujuan

untuk mengurangi progresivitas penyakit,

menghindarkan bahan-bahan yang dapat

menambah kerusakan hati, pencegahan serta

penanganan komplikasi. Penanganan sirosis hati

memerlukan kerjasama tim medis, pasien, serta

keluarga dan lingkungan dalam pengelolaan

penyakit ini. Edukasi terhadap pasien dan

keluarganya tentang penyakit dan komplikasi yang

mungkin terjadi akan sangat membantu

memperbaiki hasil pengobatan, serta diharapkan

dapat membantu memperbaiki kualitas hidup

penderita. 2,4

Varises esofagus adalah penyakit yang

ditandai dengan pembesaran abnormal pembuluh

darah vena di esofagus bagian bawah. Varises

esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati

terhalang. Aliran tersebut akan mencari jalan lain,

yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung,

atau rektum yang lebih kecil dan lebih mudah

pecah. Ketidakseimbangan antara tekanan aliran

darah dengan kemampuan pembuluh darah

mengakibatkan pembesaran pembuluh darah

(varises).

Varises esofagus biasanya merupakan

komplikasi sirosis. Sirosis adalah penyakit yang

ditandai dengan pembentukan jaringan parut di

hati. Beberapa keadaan lain yang juga dapat

menyebabkan varises esofagus antara lain gagal

jantung kongestif yang parah, trombosis di vena

porta atau vena splenikus, Sarkoidosis,

Schistomiasis, dan Sindrom Budd-Chiari.

KASUS

Pasien laki-laki, umur 43 tahun, beragama

Islam, suku Madura, datang ke poliklinik rumah

sakit dengan keluhan lemas sejak seminggu

sebelum datang, lemas dikatakan pada seluruh

tubuh. Hal ini membuat pasien enggan melakukan

aktifitas sehari-hari.

Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu

hati. Nyeri ini seringkali dirasakan setelah makan

dan minum yang disertai perasaan mual dan

muntah sehingga pasien kurang bernafsu makan.

Pasien menyatakan bahwa perasaan nyeri juga

disertai dengan perasaan penuh pada perut.

Frekuensi buang air kecil lebih meningkat sejak

beberapa bulan terakhir, dikatakan pasien sering

bolak-balik hingga lebih dari 4 kali sehari ke kamar

mandi untuk buang air kecil, namun volume sekali

kencing sekitar ¼ gelas aqua (240 cc) dengan

warna kecoklatan seperti teh. Keinginan buang air

besar pasien dikatakan normal.

Pada bulan Desember 2012 Pasien

mengeluh tidak bisa menggerakkan anggota gerak

dan tidak bisa jalan. Pasien diantar ke rumah sakit

dan diopname selama 1 minggu. Pasien

mengatakan dirinya mengalami anemia dalam

jangka waktu yang lama dan penasaran mengapa

tidak sembuh juga. Setelah dirawat dan diperiksa

laboratorium, pasien didiagnosis mengidap

Hepatitis B. Pasien mengeluh dirinya sering merasa

lelah dan mudah capek.

Pada bulan April 2013, pasien kembali di

opname di rumah sakit. Pasien dikatakan muntah

darah. Pasien tidak sadarkan diri sehingga segera

dilarikan ke rumah sakit oleh keluarga. Pasien

muntah darah berkali-kali dan masih muntah ketika

di UGD. Pasien dirawat 1 minggu sebelum

akhirnya diperbolehkan pulang.

Pasien tidak pernah mengeluh perut yang kembung

dan bengkak pada ekstremitas. Riwayat penyakit

ginjal, hipertensi, dan kencing manis disangkal

oleh pasien.

Pasien mengatakan dirinya menggunakan

obat herbal sirup dalam kemasan botol besar.

Pasien mengeluh sering mencret sejak minum obat

tersebut. Sehingga sudah berhenti meminumnya.

Pasien mengaku obat tersebut tersebut diminum

bersamaan dengan minum obat dari dokter.

Saat ini pasien kontrol rutin ke poliklinik

gastrohepatologi rumah sakit di Denpasar setiap 2

minggu atau 1 bulan saat obat habis. Pasien

diberikan obat Propanolol 2 x 10 miligram dan

Lamivudine. Pasien diresepkan obat Sebiro tablet

sebagai pengganti Lamivudine namun hingga saat

ini resep tersebut belum ditebus karena obat

Page 3: PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS …erepo.unud.ac.id/17112/3/1002006124-3-9 Jurnal Dita Budiartha (fix... · PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI ... pencegahan

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016

3 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

tersebut dirasa terlalu mahal dan tidak ditanggung

Jamkesmas/JKBM.

Pasien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang mengalami keluhan yang sama

dengan dirinya. Riwayat penyakit kuning dalam

keluarga penderita disangkal oleh pasien. Ibu

pasien mengalami hipertensi. Dikatakan ibu pasien

memiliki riwayat stroke, pernah dirawat 3 hari di

rumah sakit. Karena infuse macet, dikatakan

pulang paksa untuk dirawat di rumah. Namun

meninggal pada keesokan hari setelah pulang dari

rumah sakit. Ayah pasien mengidap asma.

Pasien bekerja sebagai tukang cukur. Pasien

bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam setiap

harinya. Sejak mengalami sakit hepatitis dan sirosis

hati, pasien merasa terganggu jika bekerja.

Sehingga berhenti bekerja dan beristirahat di

rumah. Saat ini pekerjaannya dialih tugaskan ke

saudara pasien.

Pasien mengatakan dahulu sebelum sakit,

pasien merokok sebanyak 1 bungkus rokok dan

terkadang melebihi dari 1 bungkus dalam satu hari.

Sejak dikatakan mengidap hepatitis, pasien benar-

benar berhenti merokok.

Pasien mengatakan dirinya rutin minum

kopi dan berhenti sejak bulan April 2013 saat

dirinya diopname oleh karena keluhan muntah

darah.

Pasien menyangkal dirinya meminum

minuman beralkohol. Pasien mengaku sangat

sering minum minuman penambah energy dan

Adem Sari. Dikatakan oleh istri pasien, ketika

bulan puasa setahun lalu, setiap hari saat sahur,

pasien minum Adem Sari. Dikatakan hal ini

dilakukan agar kuat dan tidak merasa haus hingga

tiba saatnya berbuka puasa. Pasien mengaku

minum minuman berenergi semisal Hemaviton

ketika mudik ke Madura untuk menambah tenaga.

Saat ini pasien makan secara teratur 3 kali sehari

dan minum obat secara teratur. Namun karena tidak

bernafsu makan, porsi makan pasien termasuk

dalam porsi yang sedikit meskipun teratur makan

tiga kali sehari. Pasien tidak berani makan

makanan seperti gorengan.

Riwayat penggunaan tatoo disangkal oleh

penderita. Penderita mengatakan tidak mempunyai

riwayat pernah menerima transfusi darah serta

menyangkal adanya riwayat aktivitas seksual

multipartner.

Pada pemeriksaan didapatkan keadaan

umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan

darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi

20 kali/menit, suhu aksilla 36,5 °C, berat badan 65

kg, tinggi badan 169 sentimeter, Body Mass Index

22,75 kg/m2.

Pada pemeriksaan generalis didapatkan

mata anemis dextra dan sinistra, jantung dan paru

dalam batas normal, abdomen dalam batas normal.

Tidak ada edema pada ekstremitas atas bawah.

Dilakukan pemeriksaan darah lengkap

dengan hasil WBC 2,667 x 103/µL (rendah),

komposisi limfosit 48,14 % (tinggi), RBC 5,063

x106/µL, Hemoglobin 13,01 g/dL (rendah),

Hematokrit 39,95 % (rendah) MCV 78,9 fL

(rendah), MCH 25,69 Pg, MCHC 32,56 g/dL,

platelet 68,72 x 103/µL (rendah).

Dilakukan pemeriksaan kimia darah dengan

hasil bilirubin total 2,411 mg/dL (tinggi), bilirubin

indirect 1,101 mg/dL (tinggi), bilirubin direct 1,31

(tinggi), alkali phosphatase 138,20 U/L (tinggi),

SGOT 119,20 U/L (tinggi), SGPT 73,69 U/L

(tinggi), gamma GT 122,30 U/L (tinggi), albumin

3,2 g/dL (rendah).

Pada pemeriksaan faal hemostassis,

didapatkan hasil bleeding time 1 menit, clotting

time 8 menit, PT 16 (memanjang), aPTT 54,50

(memanjang), INR 1,50 (tinggi).

a b

Gambar 1. a. Foto thoraks; b. Foto BoF

Pada pemeriksaan imaging x-ray thorax dan BoF

tidak ditemukan kelainan.

Gambar 2.

USG abdomen

Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasil

pengecilan hepar dengan splenomegali sesuai

dengan gambaran cirrosis hepatis.

Hasil Esophagus varises grade II-III arah

jam 2,3; Gaster pada cardia varises (+), pada

fundus varises (+), pada corpus normal, pada

antrum erosi (+). Duodenal: normal. Disimpulkan

Page 4: PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS …erepo.unud.ac.id/17112/3/1002006124-3-9 Jurnal Dita Budiartha (fix... · PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI ... pencegahan

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016

4 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Varises Esofagus, Varises Fundus, Gastritis erosive

Antrum.

Pasien didiagnosis dengan Sirosis Hepatis

(CP A) dengan varises esophagus, varises fundus,

gastritis erosiva antrum.

Pasien ditatalaksana rawat jalan dengan

medikamentosa Propanolol 3 x 10 mg intraoral dan

Sebivo® 1 x 1 tablet.

Gambar 3. Esophagogastroduodenoscopy

DISKUSI

Pasien datang dengan keluhan utama lemas

dan muntah darah. Pada anamnesis yang berkaitan

dengan sirosis hepatik akan didapatkan lemah letih

lesu, penurunan berat badan, nyeri perut, ikterus

(BAB kecoklatan dan mata kuning), perut

membesar, riwayat konsumsi alcohol, riwayat sakit

kuning, muntah darah, BAB hitam.2,6 hal ini

berkaitan dengan faal hati yang terganggung oleh

karna proses fibrotic pada kasus sirosis hati. Antara

lain metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

Gangguan pada pembentukan glukosa hasil

metabolisme monosakarida diperlukan

mengakibatkan kebutuhan tubuh berkurang

sehingga timbul keluhan lemas. Cadangan energi

yang berasal dari protein dan lemak juga terganggu

oleh karena gangguan produksi protein plasma dan

lipoprotein serta zat lainnya. 3,4,5

Penyebab alkohol tidak ada, riwayat sakit

kuning ada, etiologi sirosis hepatis yakni hepatitis

kronis, alcohol, penyakit metabolit, kholestasis

yang berkepanjangan, obstruksi vena hepatica,

toksin, dan obat-obatan.6 Pada pasien ini

didapatkan riwayat pernah menderita hepatitis

sebelumnya meskipun tidak pernah mengkonsumsi

alcohol sebelumnya.

Tabel 1. Klasifikasi Child-Pugh.4

Parameter A (1) B(2) C(3)

Bilirubin (mg/dl) <2 2-3 >3

Albumin (g/dl) >3,5 2,8-3,5 <2,8

Ascites - Ringan,terkontrol dengan

diuretik.

Sedang-berat, sulit terkontrol

dengan diuretik.

Ensefalopati - Grade 1-2 (minimal) Grade 3-4 (berat/koma)

PT ( detik memanjang) 4 4-6 >6

INR <1,7 1,7-2,3 >2,3

TOTAL SKOR 5-6 7-9 10-15

Klasifikasi Child A tergolong sirosis hati ringan; Klasifikasi Child B tergolong sirosis hati sedang; Klasifikasi

Child C tergolong sirosis hati berat

Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan

anemia, tidak ada ikterus, tidak ada ascites, tidak

ada spider nevi, tidak ada caput medusa. Hasil

pemeriksaan darah lengkap anemia, leukositopenia,

trombositopenia. Hasil faal hemostasis PT

memanjang, INR tinggi. Pemeriksaan fisik bisa jadi

ditemukan ascites, sipider nevi dan caput medusa.

Dari darah lengkap akan ditemukan anemia,

leukopenia, trombositopenia, PT (INR) meningkat.6

Hasil imaging endoskopi menunjukkan

varises esophagus dan varises gaster. Dari radio

imaging, pada endoskopi akan ditemukan varises

esophagus dan gastropati.6 Varises esofagus terjadi

bendungan aliran darah menuju hati oleh karena

sirosis. Aliran tersebut akan mencari jalan lain,

alternatifnya yaitu ke pembuluh darah di esophagus

(vena oesophageales), lambung, atau vena rektum

(vena rectalis inferior, media , dan superior) yang

lebih kecil dan lebih mudah pecah.

Ketidakseimbangan antara tekanan aliran darah

dengan kemampuan pembuluh darah

mengakibatkan pembesaran (varises) maupun

pecahnya pembuluh darah.7

Pasien didiagnosis sirosis hepatis dengan

klasifikasi Child-Pugh A. dari parameter ditemukan

berupa kadar bilirubin 2,411 mg/dL, albumin 3,2

g/dL, tidak ditemukan ascites, tidak ada

encepalopati, PT memanjang 4 detik, INR 1,50.

Page 5: PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS …erepo.unud.ac.id/17112/3/1002006124-3-9 Jurnal Dita Budiartha (fix... · PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI PASIEN SIROSIS HATI ... pencegahan

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.7, JULI, 2016

5 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Dari temuan didapatkan total skor 6 (Klasifikasi

Child-Pugh A) dikategorikan sirosis hati ringan.

SIMPULAN

Pada sirosis hati dekompensata pengobatan

didasarkan pada gejala/tanda yang menonjol dan

komplikasi yang muncul pada penderita. 5 pada

pasien ini diberikan beta-blocker propanolol untuk

mengendalikan varises esofagus dan Sebivo® yang

mengandung telbivudine tablet 600 mg untuk

mengobati hepatitis B kronis yang diderita. Pasien

ini didiagnosis sirosis hati serta didapatkan varises

esophagus. Varises esofagus biasanya merupakan

komplikasi sirosis. Faktor-faktor predisposisi dan

memicu perdarahan varises masih belum jelas.

Dugaan bahwa esofagitis dapat memicu perdarahan

varises telah ditinggalkan. Saat ini faktor-faktor

terpenting yang bertanggung jawab atas terjadinya

perdarahan varises adalah ; tekanan portal, ukuran

varises, dinding varises dan tegangannya, dan

tingkat keparahan penyakit hati.

SARAN

Mengingat saat ini agen infeksi dan

penyakit baru telah muncul dan terjadi peningkatan

jumlah orang yang bekerja dengan agen infeksi di

riset publik maupun swasta, kesehatan masyarakat,

laboratorium klinis dan diagnostik, juga fasilitas

penelitian satwa. Disarankan agar kita

mengevaluasi dan memastikan efektivitas program

keamanan hayati di Indonesia, kemahiran

pekerjanya serta kemampuan peralatan, fasilitas

dan praktik menajemen untuk menyediakan

kontainmen dan keamanan agen mikrobiologi.7,8

Demikian pula, individu yang bekerja

menangani mikroorganisme harus memahami

kondisi kontainmen dimana agen infeksi dapat

dengan aman dimanipulasi. Dengan meningkatkan

disiplin terhadap pemakaian alat pelindung diri

(APD) dan higiene petugas sehabis penanganan

sampel.

Dalam penanganan spesimen perlu

diperhatikan cara pemeliharaan/mempertahankan

kualitas kerja (perfomance) pada setiap

taraf/langkah dalam keseluruhan rantai prosesnya

Agar nantinya tidak terjadinya kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasper, Dennis, et al. 2004. Harrison's

Principles of Internal Medicine 16th Edition.

McGraw-Hill Professional

2. Lawrence, M. 2007. Current Medical Diagnosis

& Treatment, forty-sixth edition. McGraw-

Hill/Appleton & Lange. P 1440-1441.

3. Sudoyo, Aru W, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Edisi ke 4, jilid I. Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Nurdjanah Siti. 2009. Sirosis Hati. Buku Ajar

Penyakit Dalam, Edisi ke 5, Jilid I. Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.p.

668-673

5. Joel, J. Maryann, Sherbondy. 2006. Cirrhosis

and Chronic Liver Failure: Part II.

Complications and Treatment. (Online),

(http://www.aafp.org/afp/ 20060901/767.html,

diakses 15 Desember 2008).

6. Setiawan, Poernomo Budi . 2007. Sirosis hati.

Buku Ajar Penyakit Dalam. Fakultas

kedokteran Universitas airlangga. P. 129-136

7. Tandio, D., Manuaba, A. 2016. Safety

Procedure for Biosafety and Controlling a

Communicable Disease: Streptococcus Suis.

Bali Medical Journal 5(2): 74-77.

DOI:10.15562/bmj.v5i2.220

8. MANUABA, Amertha Putra. PROSEDUR

PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN

DIRI DAN BIOSAFETY LEVEL 1 DAN 2.

Intisari Sains Medis, [S.l.], v. 6, n. 1, p. 115-

120, june 2016. ISSN 2503-3638. Available at:

http://isainsmedis.id/ojs/index.php/ISM/article/v

iew/91. Date accessed: 30 june 2016.