21
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA PENDAHULUAN Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Meskipun kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu tindak pidana, tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP. 1 Dalam proses penyidikan untuk mengungkapkan suatu perkara pidana yang menyangkut nyawa manusia, pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP) merupakan kunci keberhasilan upaya pengungkapan tersebut. Penanganan yang baik, tepat, cermat dan dilaksanakan secara profesional merupakan pertanda akan tercapainya keberhasilan penyidikan untuk untuk membuat jelas dan terang perkara yang akan dihadapi. Sebaliknya bilamana penanganan di TKP tidak dilakukan secara profesional, maka sulit diharapkan pengungkapan kasus berjalan dengan mulus, bahkan tidak jarang menemukan jalan buntu. Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan lancar, maka penyidik dan dokter perlu mengetahui bagaimana cara penanganan yang seharusnya bilamana mereka diharuskan melakukan pemeriksaan di TKP. 3 Halaman 1

Pemeriksaan Tkp (Final)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

forensik

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

PENDAHULUAN

Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan atau tempat

terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Meskipun

kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu tindak pidana, tempat tersebut

tetap disebut sebagai TKP.1

Dalam proses penyidikan untuk mengungkapkan suatu perkara pidana yang menyangkut

nyawa manusia, pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP) merupakan kunci keberhasilan

upaya pengungkapan tersebut. Penanganan yang baik, tepat, cermat dan dilaksanakan secara

profesional merupakan pertanda akan tercapainya keberhasilan penyidikan untuk untuk membuat

jelas dan terang perkara yang akan dihadapi. Sebaliknya bilamana penanganan di TKP tidak

dilakukan secara profesional, maka sulit diharapkan pengungkapan kasus berjalan dengan mulus,

bahkan tidak jarang menemukan jalan buntu. Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan

lancar, maka penyidik dan dokter perlu mengetahui bagaimana cara penanganan yang seharusnya

bilamana mereka diharuskan melakukan pemeriksaan di TKP.3

Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan yang berlaku umum

pada penyelidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah keadaan TKP. Semua benda

bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah sebelumnya diamankan sesuai

prosedur. Selanjutnya dokter dapat memberikan pendapatnya dan mendiskusikannya dengan

penyidik untuk memperkirakan terjadinya peristiwa dan merencanakan langkah penyelidikan

lebih lanjut. Bila korban masih hidup maka tindakan yang utama dan pertama bagi dokter adalah

menyelamatkan korban dengan tetap menjaga keutuhan TKP. Bila korban telah mati, tugas

dokter adalah menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat, sebab, cara kematian,

menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu dokter dapat

melakukan anamnesa dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran riwayat medis korban.1.

Halaman 1

Page 2: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

ASPEK HISTORIS

Sejak masa pra-sejarah, manusia telah belajar meninggalkan bukti berupa sidik jari/cap

tangan pada lukisan-lukisan kuno dan pahatan batu yang mereka buat. Metode ini kemudian juga

digunakan oleh masyarakat Babylonia kuno pada peralatan tanah liat dalam melakukan

transaksi.4

Pada tahun 1100 M, Quintillian, seorang pengacara pada pengadilan Roma pada masa itu

membuktikan bahwa suatu cap tangan berdarah ditinggalkan untuk menjebak seorang pria buta

atas pembunuhan terhadap ibunya. 128 tahun kemudian (1248 M) di Cina terbit sebuah buku

berjudul His Duan Yu (The Washing Away of Wrong), yang menjelaskan bagaimana

membedakan antara kematian akibat tenggelam dan pencekikan, dan merupakan penerapan

pengetahuan medis yang pertama kali tercatat dalam pengungkapan kejahatan.4

Setelah Marcello Malphigi (1686) mengamti adanya ridges (celah), spirals (lekukan), dan

loops (lingkaran) pada sidik jari, penerapannya dalam identifikasi sidik jari kasus kriminal

pertama kali dilakukan oleh Juan Vucetich (1891). Namun baru pada tahun 1903 The New York

State Prison memulai penggunaan sistematis sidik jari di Amerika Serikat untuk identifikasi

pelaku kejahatan. Penerapan identifikasi dengan menggunakan sidik jari kemudian semakin

berkembang hingga pada tahun 1977 Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI)

memperkenalkan AFIS (Automated Fingerprint Identification System) dengan pemindaian

terkomputerisasi yang pertama kali terhadap sidik jari.4

DASAR HUKUM

Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat bergantung pada

kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat kejadiannya,

kejadiannya atau tersangka pelakunya. Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu

tindakpidana yang menyangkut nyawa manusia (mati) telah terjadi, pihak penyidik dapat

meminta bantuan dari dokter untuk melakukan pemeriksaan di TKP. Peranan dokter di TKP

adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensik. Pada

dasarnya semua dokter dapat bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan

Halaman 2

Page 3: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

spesialisasi dalam ilmu kedokteran, adalah lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter

kepolisian yang hadir.1,3

Ketentuan yang mengatur tentang permintaan bantuan ini telah ditetapkan dalam KUHAP

pada pasal-pasal berikut:3

Pasal 120:(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yeng

memiliki keahlian khusus.(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan

memberikan keterangan menurut pengetahuannya yangsebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.

Pasal 133:(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan

ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayatdan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat.

Pasal 224:Barangsiapa dipanggil sebagai saksi ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam:1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

PERSIAPAN PEMERIKSAAN TKP

Sebelum memulai pemeriksaan TKP, seorang pemeriksa (dalam hal ini dokter) harus

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang tempat kejadian. Hendaknya dokter

terlebih dahulu telah mendapatkan informasi secara global tentang kasus yang bersangkutan.

Untuk tujuan ini digunakan panduan hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: 3, 1,5

Halaman 3

Page 4: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

1. Apa yang terjadi?2. Siapa yang tersangkut?3. Di mana dan kapan terjadi?4. Bagaimana terjadinya?5. Dengan apa melakukannya?6. Mengapa terjadi?

Informasi yang dikumpulkan ditujukan untuk mencegah pengrusakan bukti yang

berharga dan/atau mudah rusak. Setelah informasi terkumpul, disusunlah suatu mental plan

tentang bagaimana TKP tersebut akan dianalisa. Dokter harus selalu ingat untuk tidak melakukan

tindakan-tindakan yang dapat merubah, mengganggu, atau merusak keadaan di tempat kejadian

tersebut; walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu dokter harus mengumpulkan segala

benda bukti seperti bercak darah,air mani, sisa obat dan makanan. Dengan demikian, sebelum

dokter melakukan pemeriksaan maka tempat tersebut haruslah diamankan (dijaga keasliannya),

dan diabadikan dengan membuat foto atau sektsa keadaan di TKP. 3

Perlengkapan yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah :1

Kamera

Film berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap)

Lampu kilat,senter,ultraviolet

Alat tulis

Amplop atau kantong plastic

Pinset, scalpel, jarum

Tang

Kaca pembesar

Thermometer rectal dan thermometer ruangan

Sarung tangan, kapas dan kertas saring

Halaman 4

Page 5: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Adalah suatu ketentuan umum

bahwa permintaan polisi terhadap ke-

hadiran dokter di TKP selalu mendesak.

Karenanya, penting untuk selalu memiliki

persiapan peralatan yang bukan hanya

untuk keperluan medis, melainkan juga

untuk tujuan forensik. 5

PENGENALAN TKP

Ketika seorang petugas tiba di TKP, ia tidak dapat begitu saja langsung memulai

mengumpulkan bukti. Tujuan pengenalan TKP adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai

ke arah mana penyelidikan ini dan mengembangkan pendekatan yang sistematis untuk

menemukan dan mengumpulkan bukti. Pada tahap ini, pemeriksa TKP hanya menggunakan

penginderaannya (mata, telinga, hidung: see, hear, smell), bersama kertas dan pena. 7

Langkah pertama adalah menentukan luasnya tempat kejadian. Misalnya pada kasus

pembunuhan dan korban terbunuh di rumahnya, tempat kejadian adalah rumah dan lingkungan

terdekat di luarnya. Sangatlah penting mengamankan TKP dan daerah lain yang nantinya

mungkin akan turut menjadi bagian penyelidikan. 7,8

Biasanya, petugas polisi yang pertama tiba di lokasi mengamankan core area (daerah

inti) –bagian paling jelas dari TKP di mana sebagian besar bukti terkonsentrasi. Ketika petugas

pemeriksa TKP tiba, ia akan memblok daerah yang lebih luas daripada daerah inti karena adalah

lebih mudah untuk mempersempit ukuran TKP dibanding memperluasnya. 7,8

Setelah petugas menentukan dan mengamankan TKP, pemeriksa TKP mulai menelusuri

(walk-through) tempat kejadian sepanjang pre-determined path yang kira-kira mengandung

jumlah bukti paling sedikit yang dapat rusak dengan melewatinya. Selama penelusuran awal ini,

Halaman 5

Gambar 1: Tas alat yang harus disiapkan dokter dalam memenuhi panggilan untuk forensik

Page 6: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

dilakukan pencatatan singkat tentang detail yang dapat berubah seiring waktu: cuacanya seperti

apa, waktu apa pada hari itu, bau apa yang tercium, suara apa yang terdengar, dan apapun yang

tampaknya hilang atau tidak pada tempatnya. Berbagai temuan yang bermakna pada penelusuran

ini ditandai dengan marker tertentu, berupa bendera kecil atau semacamnya. Selain menandai

barang bukti, hal ini dapat mencegah ketidaksengajaan merusaknya bila kemudian dilakukan

penelusuran kembali untuk dokumentasi. Pada saat ini juga perlu diidentifikasi bahaya potensial

seperti kebocoran gas atau binatang peliharaan galak yang menjaga menjaga mayat dan

mencatatnya segera.7,8

Selama penelusuran berlangsung, pemeriksa harus memastikan tangannya disibukkan

baik dengan membawa buku catatan, senter, pena dan lain-lain ataupun memasukkannya ke

dalam saku. Hal ini penting untuk mencegah meninggalkan sidik jari baru yang tidak semestinya

pada TKP. Sebagai catatan akhir pada penelusuran, pemeriksa harus ingat bahwa TKP adalah

suatu susunan tiga dimensi, sehingga tidak boleh dilupakan untuk mengamati apa saja yang ada

di atas (langit-langit, atap, cabang pohon, dsb.) mengingat tempat-tempat ini dapat menunjukkan

beberapa bukti yang berharga seperti cipratan darah dan lubang peluru. Setelah penelusuran

selesai, TKP harus didokumentasikan dengan video, foto dan/atau sketsa. 4

Selama penelusuran, pemeriksa dapat berbicara kepada petugas yang pertama kali tiba di

TKP untuk mengetahui apakah ia menyentuh sesuatu atau mendapatkan informasi tambahan

yang mungkin berguna untuk menentukan “teori” kejadian. Pertanyaan ini dapat saja sama

dengan pertanyaan-pertanyaan utama yang telah disebutkan pada pembahasan terdahulu.

Informasi ini dapat saja tidak factual namun dapat berguna dalam memberikan dasar untuk

memulai pemeriksaan lebih lanjut. 7,10

DOKUMENTASI

Tujuan dokumentasi TKP adalah untuk menciptakan rekaman visual yang

memungkinkan melihat kembali TKP secara akurat. Untuk itu digunakan kamera baik digital

maupun dengan film, sketsa, dan peralatan lain yang mendukung. Dokumentasi berlangsung

selama penelusuran kedua (second walk-through) mengikuti jalur yang sama dengan penelusuran

Halaman 6

Page 7: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

sebelumnya (initial walk-through). Jika petugas yang memeriksa TKP lebih dari seorang, salah

satunya dapat mengambil foto, yang lainnya membuat sketsa, membuat catatan mendetail dan

melakukan penelusuran dengan video. Jika hanya seorang, semua pekerjaan ini dilakukan

sendiri.11

Pada tahap ini dibuat sketsa awal dari TKP. Sifatnya boleh saja kasar, digambar dengan

tangan pada kertas kosong dalam buku catatan. Dalam sketsa ini hendaknya dimasukkan hal-hal

seperti lokasi semua pintu, jendela, perabotan, korban, dan apa saja yang dianggap perlu

didokumentasikan. Sketsa TKP biasanya dibuat seolah-olah seseorang melihat lurus ke bawah

(overhead sketch) atau ke atas (elevation sketch), dan harus dengan jelas menentukan perimeter

TKP. Selanjutnya sketsa tersebut dapat dipetakan ke dalam bagian-bagian yang bersesuaian

(mis.kamar, lorong, perabotan). Namun pengukuran terhadap kondisi yang sebenarnya tidak

boleh diabaikan dalam pembuatan sketsa untuk memberikan hasil yang proporsional. Bila perlu

dilakukan pengukuran dua kali dari dua sudut yang berbeda untuk memastikan ketepatannya.4,11

Untuk lebih menjamin akurasinya sketsa dapat dibuat kembali pada kertas grafik. Kotak-

kotak pada kertas tersebut dapat membantu dalam mempertahankan proporsi dan skala. Sketsa

Halaman 7

Gambar 2: Contoh Sketsa kasar TKP2

Page 8: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

akhir selanjutnya dapat dibuat menggunakan tinta, kertas, penggaris, atau bahkan dengan

komputer.

Setiap pemeriksaan, TKP harus dianggap berada dalam kondisi yang utuh untuk terakhir

kalinya. Oleh karena itu dokumentasi harus dilakukan sebaik-baiknya, termasuk dengan

fotografi. Teknik fotografi yang baik harus dapat memenuhi lima hal: menyediakan bukti

dokumenter, memverifikasi pernyataan saksi, menyediakan sumber untuk analisis ahli dan

rekonstruksi, merekam TKP dengan sudut pandang pemeriksa untuk mengembangkan analisis,

dan mereka ulang TKP untuk keperluan pengadilan. Pengambilan foto TKP biasanya dilakukan

dalam dua cara, yakni tampilan menyeluruh dan tampilan per item barang bukti. Dengan teknik

yang baik, foto dari TKP dapat digunakan dalam perbandingan langsung. Sebagai contoh, foto

dengan ukuran sebenarnya (one-to-one photograph) dapat digunakan untuk membandingkan

sidik jari atau jejak kaki yang difoto dari TKP dengan sidik jari atau jejak kaki yang diketahui

dari tersangka.4,9

Halaman 8

Gambar 3: Sketsa di TKP setelah diperbaiki2

Page 9: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Video adalah metode terbaik dalam mendokumentasikan TKP. Media ini dapat

memberikan sudut pandang yang tidak disediakan oleh foto atau sketsa. Kondisi TKP harus tetap

tidak berubah kecuali oleh adanya penanda yang ditempatkan atau lampu yang dinyalakan

selama penelusuran. Perubahan ini dapat ditandai dengan keterangan audio pada rekaman.

Sebelum merekam, jangkauan kamera harus bersih dari semua petugas di lokasi, dan masing-

masing diharapkan untuk tetap diam selama perekaman berlangsung. Begitu kamera video mulai

merekam, maka sebaiknya tidak dihentikan sampai seluruh prosesnya selesai. Pengambilan video

hendaknya dimulai dengan tinjauan umum tentang TKP dan lingkungan sekitarnya. Rekaman

kemudian berlanjut ke TKP dengan pengambilan gambar dari sudut luas, close up dan bahkan

macro (extreme close up) untuk mendemonstrasikan susunan barang bukti dan relevansinya

dengan TKP. Video juga dapat menunjukkan susunan ruangan dalam suatu bangunan,

Halaman 9

Gambar 4: Perbandingan sketsa dan foto dari TKP yang sama

Page 10: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

hubungannya satu sama lain dan bagaimana mencapai ruangan tersebut. Hal ini kadang-kadang

tidak dapat ditampilkan melalui foto atau sketsa. 4

Hal lain yang perlu diingat dalam mendokumentasikan TKP, khususnya dengan

penggunaan foto atau video adalah keramaian di sekitar TKP yang menonton berbagai kegiatan

petugas. Tidak jarang pelaku kejahatan akan kembali ke TKP untuk mengamati pekerjaan

petugas. Juga, hal ini dapat bermanfaat dalam mengenali saksi yang ragu-ragu yang dapat

diwawancara kemudian.11

PENGUMPULAN BARANG BUKTI

Tujuan tahap ini adalah untuk menemukan, mengumpulkan, dan mengamankan semua

bukti fisik yang kemungkinan dapat menunjang rekonstruksi kejahatan dan mengidentifikasi

pelaku dalam cara yang dapat dipertahankan di depan pengadilan. Bukti dapat berupa apa saja.

Beberapa jenis bukti yang dapat ditemukan pada pemeriksaan TKP termasuk: 12

Trace evidence (residu tembakan senjata, residu cat, pecahan kaca, bahan kimia yang tidak

jelas, obat-obatan)

Impressions (sidik jari, jejak kaki, jejak alat)

Body fluids (darah, semen, saliva, muntahan)

Rambut dan serat

Bukti senjata dan senjata api (pisau, pistol, lubang peluru)

Berkas-berkas yang mencurigakan (buku harian, catatan bunuh diri, daftar telepon; juga

termasuk dokumen elektronik seperti mesin penjawab dan unit caller ID)

Untuk dapat memperoleh barang bukti yang diperlukan dalam proses penyidikan dikenal 5

(lima ) macam metode, yaitu: “strip method”, “double strip or grid method”, “spiral method”,

“zone method” dan “wheel method” : cara atau metode-metode tersebut tentu sudah di ketahui

oleh penyidik perlu pula di ketahui oleh dokter yang melakukan pemeriksaan di TKP agar tidak

merubah/ merusak keaslian keadaan TKP.6

Halaman 10

Page 11: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Halaman 11

Page 12: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Pengumpulan barang bukti d TKP memerlukan waktu yang cukup lama. Karena seetiap

kali pemeriksa TKP mendapatkan sesuatu, ia harus segera mengamankan, menandai dan

mendaftarkannya untuk pencatatan TKP. 12

Pemeriksaan darah di TKP kasus criminal dapat memberikan informasi yang berguna

bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap penyidik

adalah :6

Dari bentuk sifat bercak dapat diketahui;6

- Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan

- Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari sipelaku

kejahatan.

- Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik ( padaluka yang dangkal ),

akan berwarnah merah gelap. Sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi ( pada luka

yang dalam ) akan berwarnah merah terang.

Darah yang berasal dari pernafasan atau paru-paru berwarnah merah terang dan berbuih

(jika telah kering tampak seperti sarong tawon). Darah yang berasal darisaluran

pencernaan akan berwarna merah-coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan

asam lambung.

Darah dari pembuluh nadi akan memberika bercak kecil-kecil menyemprot pada daerah

yang lebih jauh dari daerah perdarahan, sedangkan yang berasal dari pembuluh balik

biasanya membentuk genangan ( ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi

dari tekanan atmosfir sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah hingga tidak

mungkin dapat menyemprot ).

- Perkiraan umur/tuannya bercak darah.

Darah yang masih baru bentuknya cair dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan

mengering sedangkan warna darah akan berubah menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari.

Halaman 12

Page 13: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu

terjadinya perdarahan.

Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakan kasusnya bunuh diri

(tergenang, setempat), ataukan pembunuhan.

Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya yang

terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak di bandingkan dengan golongan

darah korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik.

Didalam melakukan pemeriksaa bercak darah yang telah kering di TKP atau pada

barang-barang bukti seperti pisau, palu tongkat pemukul dan lain sebagainya, penyidik harus

memperoleh kejelasan di dalam tiga hal yang poko yaitu :

1. Apakah bercak tersebut memang bercak darah.

2. Jika bercak darah, apakah berasal dari manusian, apakah golongan darahnya.

Table.3 bentuk dari bercak darah6

Halaman 13

Page 14: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

HAMBATAN

Selama pemeriksaan TKP dapat timbul masalah dari keramaian yang ingin tahu di sekitar

TKP. Kekhawatiran terbesar adalah tentu saja melindungi TKP dari kerusakan atau kontaminasi,

termasuk oleh warga ataupun petugas polisi yang penasaran. Masalah biasanya datang dari

kelompok yang disebut belakangan ini. Secara alami, polisi selalu ingin tahu dan harus melihat

sendiri semuanya. Berbagai investigasi lanjutan secara rinci terhadap banyak kasus kejahatan

mengungkapkan bahwa tidak sedikit barang yang awalnya dianggap memiliki nilai bukti yang

tinggi tertinggal oleh petugas yang penasaran.11

Tidak akan pernah diketahui berapa banyak waktu yang terbuang dan bukti yang hancur

hanya karena kehadiran petugas yang berlebihan. Cukup dengan berdiri atau bersandar di

ambang pintu dapat menjatuhkan bukti ke tanah atau menghapus sidik jari. Pemeriksa harus

dapat menjelaskan hal ini kepada petugas yang ada, dan meminta mereka untuk meninggalkan

lokasi bila tidak diperlukan. Sebagian besar akan cukup kooperatif dan tidak mempersulit bila

persoalannya disampaikan dengan baik.11

Dalam menghadapi masyarakat sipil, harus digunakan pendekatn yang lebih taktis. Hal

ini dapat menggaet kerjasama sebanyak mungkin dan pada gilirannya dapat memberikan saksi

dari mereka yang menonton dan maju dengan informasi yang berharga. Pada keadaan tertentu,

suasana hati masyarakat sekitar dapat menjadi sedemikian buruknya sehingga petugas terpaksa

meninggalkan lokasi sebelum penyelidikan selesai.11

Halaman 14

Page 15: Pemeriksaan Tkp (Final)

PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A et al. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;

1997. p.203-5.

2. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Ed.1. Binarupa Aksara; 1997. p.19-

20,26,286-93.

3. CSI: The experience, history of crime scene investigation [online]. [cited 2008 May 23];

Available from: URL: http://www.crimezzz.net/forensic_history/index.htm

4. Schiro G. Examination and documentation of the crime scene [online]. [cited 2008 May 23];

Available from: URL:www.feinc.net/csx.htm

5. Baldwin HB. Basic equipment for crime scene investigators [online]. [cited 2008 May 23];

Available from: URL:www.feinc.net/equipmt.htm

6. Idries AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Ed.Revisi

Sagung Seto; 2008. p, 19,20,21

7. Layton J. How crime scene investigation works [online]. [cited 2008 May 23]; Available

from: URL:www.science.howstuffworks.com/csi1.htm

8. Crime scene investigation: a guide for law enforcement [online]. [cited 2008 May 23];

Available from: URL:www.ncjrs.gov/ pdf files1/nij/178280. pdf

9. Baldwin HB. Crime scene processing protocol [online]. [cited 2008 May 23]; Available

from: URL:www.feinc.net/cs-proc.htm

10. Layton J. How crime scene investigation works [online]. [cited 2008 May 23]; Available

from: URL:www.science.howstuffworks.com/csi2.htm

11. Ruslander HW. Searching and examining a major crime scene [online]. [cited 2008 May 23];

Available from: URL:www.feinc.net/searchingandexamining.htm

12. Layton J. How crime scene investigation works [online]. [cited 2008 May 23]; Available

from: URL:www.science.howstuffworks.com/csi3.htm

Halaman 15