Upload
qonnita
View
58
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Uraian Singkat tentang Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pinggul dalam bidang Orthopedi
Citation preview
PEMERIKSAAN PADA SENDI PINGGUL
Disusun oleh :
Merry Safitry A G1A211075
Qonita Wachidah G1A211076
Pembimbing :
dr. Bambang Agus T K, Sp. OT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANSMF BEDAH RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disahkan presentasi kasus dengan judul :
Pemeriksaan Pada Sendi Pinggul
Disusun oleh :
Merry Safitry A G1A211075
Qonita Wachidah G1A211076
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mengikuti Ujian Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman PurwokertoDi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto, 10 Januari 2013
Pembimbing :
dr. Bambang Agus T K, Sp. OT
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan pada pinggul merupakan salah satu masalah kesehatan yang
cukup signifikan. Fraktur dan osteoarthritis pinggul merupakan hal yang biasa
ditemui pada orang lanjut usia, sedangkan dislokasi kongenital pinggul, penyakit
Perthes, dan pergeseran epifisis banyak ditemui pada bayi, anak, dan remaja.
Osteoarthritis mengenai sekitar 10% populasi berusia lebih dari 60 tahun,
dan biaya kesehatan yang dihabiskan untuk osteoarthritis sebesar 1,5-2% dari
gross national product negara-negara Barat. Insidensi dislokasi kongenital
pinggul sebesar 5-20 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2009
terdapat 3.718 kasus dilokasi kongenital panggul
Berkaitan dengan angka kejadian gangguan pinggul yang amat tinggi di
masyarakat, penting bagi para dokter untuk mengetahui pemeriksaan yang
membantu dalam mendiagnosis permasalahan pada sendi pinggul agar setiap
kejadian gangguan pada sendi pinggul dapat ditangani dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Sendi Pinggul
Sendi pinggul merupakan sendi yang paling besar dan sangat stabil
dari keseluruhan sendi pada tubuh. Jika ada gangguan pada sendi pinggul
umumnya dapat tergambar saat penderita berjalan. Nyeri pada pinggul dapat
dijalarkan ke SIJ dan atau lumbal. Pinggul termasuk multi axial/sendi peluru,
mampu bergerak ke segala arah dan sangat stabil karena sebagian dari collum
femoris tertanam baik dalam acetabulum kemudian dibungkus dengan labrum
serta kapsul yang besar.
Kapsul sendi pinggul terdiri dari serat longitudinal yang tebal di
samping banyak kondensasi ligamentous yang lebih kuat (iliofemoral,
ischiofemoral dan fubofemoral). Selain itu substansinya juga dikelilingi oleh
massa otot. Hal tersebut menyebabkan dislokasi pinggul yang terjadi kecuali
dengan gaya yang benar-benar besar. 40% kepala femur ditutupi oleh tulang
acetabulum dan labrum meningkatkan penutupan dan kestabilan sendi. Nervus
sciaticus melewati secara langsung bagian posterior sendi pinggul sehingga
rentan pada cedera dislokasi posterior (Torbert, 2010).
B. Fisiologi Sendi Pinggul
Pemeriksaan sendi pinggul merupakan pemeriksaan yang penting
dalam ortopedi oleh karena trauma/penyakit pada pinggul akan menyebabkan
gangguan yang berkepanjangan dan mungkin memberikan kecacatan yang
serius atau lebih parah lagi menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja
sehingga memberikan dampak ekonomis dalam kehidupan. Daerah pinggul ini
merupakan suatu daerah yang penting oleh karena sendi pinggul merupakan
sendi yang sangat kompleks, sulit diperiksa secara akurat.
C. Anamnesis Sendi Pinggul
Ditanyakan persoalan : mengapa pasien datang, mulai kapan keluhan
dirasakan dan biarkan pasien bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa
yang dirasakan sebagai ketidakberesan. Untuk dapat melakukan anamnesis
diperlukan pengetahuan tentang penyakit. Ada beberapa hal yang
menyebabkan penderita datang untuk meminta pertolongan :
1. Rasa nyeri
Karakteristik nyeri daerah pinggul adalah nyeri tidak selamanya dari
pinggul itu sendiri tapi mungkin berasal dari tulang belakang yang sama
sekali tidak ada hubungannya dengan pinggul, sehingga harus diperiksa
kemungkinan adanya faktor-faktor ekstrinsik. Nyeri pada sendi pinggul
biasanya dikeluhkan pada daerah lipat paha bagian depan. Sering nyeri ini
dirasakan pada daerah lutut dan kadangkala merupakan nyeri yang
dominan pada kelainan sendi pinggul. Nyeri pada pinggul sendiri biasanya
akan bertambah berat apabila penderita berjalan atau menggerakkan sendi
pinggul.
2. Kekakuan gangguan ketika duduk dikursi yang rendah, memakai kaus kaki
3. Pincang terjadi disertai nyeri dan kelemahan
4. Deformitas pasien merasa salah satu kakinya lebih pendek dan kadang
lebih panjang
5. Jarak berjalan terbatas, memakai tongkat saat berjalan
D. Pemeriksaan Fisik Sendi Pinggul
1. Pemeriksaan rutin gangguan pada pinggul
Pemeriksaan fisik sendi pinggul dibagi menjadi dua pemeriksaan yaitu
pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran
umum dan pemeriksaan setempat (status lokalis). Hal ini perlu untuk dapat
melaksanakan total care.
Status generalisata
Pemeriksaan terhadap bagian tubuh lainnya penting untuk mencari
kemungkinan gangguan merupakan manifestasi dari suatu penyakit
sistemik pada tubuh, terdiri dari:
- Keadaan umum : baik atau buruk kemudian dicatat tanda-tanda vital
seperti kesadaran, tekanan darah, nadi dan suhu
- Dilanjutkan pemeriksaan secara sistematik dari kepala, leher, dada,
perut, kelenjar getah bening serta genitalia
- Kemudian ekstrimitas atas dan bawah serta tulang belakang
Status lokalis
Pemeriksaan umumnya terdiri dari 3 aspek, yaitu look (inspeksi), feel
(palpasi), dan move (pergerakan terutama lingkup gerak), dilakukan dalam
2 posisi:
a. Pasien tidur terlentang
1) Look
a) Kulit
Mulailah pemeriksaan fisik dengan melihat warna dan tekstur
kulit, adanya jaringan parut atau sinus
b) Bentuk
Periksa keseluruhan postur dan keselarasan pinggul, kontur
tulang dan jaringan lunak, lihatlah apakah ada pembengkakan
atau memar. Perhatikan bidang atrofi otot yang mungkin
dikarenakan disfungsi saraf.
2) Feel
Pada saat akan meraba posisi pasien perlu diperbaiki dulu agar
dimulai dari posisi netral atau anatomis. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan dua arah karena perlu diperhatikan wajah,
mimik kesakitan atau menanyakan rasa sakit. Yang perlu
diperhatikan :
a) Suhu kulit
b) Kontur tulang
Kontur tulang dirasakan ketika meraba pelvis dan
memperkirakan ketinggian trochanter mayor
c) Kontur jaringan lunak
Bila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya
edema didaerah persendian pinggul
d) Nyeri tekan dan krepitasi
Nyeri tekan bisa timbul pada sekitar sendi
3) Move (pergerakan baik aktif maupun pasif)
Pemeriksaan ini dengan menggerakan anggota gerak dan dicatat
apakah ada keluhan nyeri pada pergerakan. Apabila terdapat
fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal diderah
fraktur. Gerakan sendi dicatat untuk melihat apakah ada gangguan
gerak atau tidak. Gerakan yg dinilai meliputi fleksi, abduksi saat
fleksi, rotasi medial (interna) dan rotasi lateral (eksterna)
4) Pemeriksaan adanya deformitas
Dilakukan uji Thomas untuk mendeteksi dan mengukur deformitas
pada posisi fleksi
5) Kekuatan (dilakukan uji yang berlawanan dengan tahanan
pemeriksa). Perkirakan kekuatan pada kelompok otot fleksor,
ekstensor, abduktor, adduktor, dan rotator
6) Pengukuran panjang anggota gerak
Secara ideal pengukuran dilakukan pada aksis gerakan pinggul,
yaitu pada titik tengah kaput femur. Tetapi secara klinik hal ini
sulit dilakukan, sehingga titik ukur diambil dari titik yang paling
mendekati yaitu spina iliaka anterior superior.
a. Pengukuran panjang klinik (panjang sebenarnya/true leg
length)
Panjang klinik diukur dari spina iliaka anterior superior sampai
pinggir bawah maleolus lateralis atau pinggir maaleolus
medialis. Dengan pengukuran ini dibandingkan antara kiri dan
kanan. Apabila ditemukan adanya pemendekan maka harus
ditentukan apakah ditemukan:
1) Di atas trochanter, melalui pengukuran segitiga dari Bryant,
garis dari Nelaton, garis dari Schoemaker.
2) Di bawah trokanter.
b. Pengukuran panjang tampak (palsu/apparent leg length)
Kadang-kadang ditemukan tungkai bawah tampak panjang
sebelah tapi sebenarnya ukurannya sama. Pada keadaan ini
pemeriksaan diukur dari titik di garis tengah tubuh yaitu
xiphisternum, dari pusat atau dari pubis ke maleolus medialis.
Pemendekan yang palsu dari panjang tungkai biasanya
disebabkan oleh karena pinggul miring dimana koreksi
sepenuhnya tidak dapat dilakukan. Pinggul miring umumnya
disebabkan oleh deformitas adduksi yang menetap yang
membuat sisi tersebut seakan lebih pendek atau oleh deformitas
abduksi yang menetap sehingga tungkai bawah tersebut terlihat
lebih panjang.
b. Posisi Pasien tengkurap
1) Look
Lihat parut, sinus atau pengecilan otot
2) Feel
Ketegangan otot mudah dinilai saat pasien tengkurap
3) Move
Ekstesi kedua pinggul paling tepat diperbandingkan bila pasien
tengkurap, rotasi juga dapat dinilai dengan memfleksikan kedua
lutut dan kemudian menggerakan kedua kaki (seperti dua handle),
diawali dengan saling berjauhan dan kemudian saling menyilang
satu sama lain.
2. Pemeriksaan faktor ekstrinsik yang mungkin memberikan gejala pada
pinggul
Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan
pada pemeriksaan lokal, meliputi :
a) Pemeriksaan sendi sakroiliaka
b) Pemeriksaan abdomen dan pelvis
c) Pemeriksaan pembuluh darah besar (sirkulasi arteri)
E. Jenis-Jenis Pemeriksaan Sendi Pinggul
Beberapa uji yang dilakukan untuk memeriksa sendi pinggul adalah :
1. Gaya cara berjalan (gait)
Gait perlu diperhatikan pada waktu penderita berdiri dan berjalan. Apabila
penderita mengalami nyeri pada pinggul atau pinggul tidak stabil, biasanya
penderita menggunakan tongkat pada sisi yang sebaliknya. Ada beberapa
jenis karakteristik cara berjalan:
a) Cara berjalan antalgik, yaitu cara berjalan dengan berupaya
mengurangi berat untuk mengurangi nyeri
b) Cara berjalan kaki pendek
c) Cara berjalanTrendelenburg
2. Pemeriksaan deformitas rotasi yang menetap
Adanya deformitas rotasi dapat dinilai dari posisi patela yang dalam
keadaan normal merupakan satu garis lurs dari spina iliaka anterior
superior, pertengahan patela dan jari kedua. Apabila terdapat rotasi baik ke
dalam maupun keluar maka konfigurasi garis ini berubah.
Pemeriksaan adanya deformitas menetap
a) Deformitas adduksi yang menetap. Deformitas ini dapat diketahui
dengan menilai hubungan antara pelvis dan pinggul. Apabila terdapat
kelainan maka aksis tranversal pinggul yaitu garis yang
menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior tidak dapat
diletakkan dalam garis tegak lurus terhadap anggota gerak yang
terkena.
b) Deformitas abduksi yang menetap. Sama dengan diatas, tetapi sudut
antara pelvis dan tungkai melebihi 90°
c) Deformitas fleksi yang menetap. Deformitas ini dapat diketahui
melalui uji Thomas.
Prinsip pelaksanaan uji Thomas :
Jika penderita mengalami deformitas fleksi menetap pada pinggul,
maka penderita berusaha mengkompensasikannya sehingga terjadi
lordosis pada tulang belakang. Untuk mengukur derajat deformitas ini,
penderita dalam keadaan berbaring dan lordosis dihilangkan dengan
melakukan fleksi pada tungkai. Sudut antara tungkai atas dan garis
horisontal yang terbentuk merupakan derajat besarnya deformitas
fleksi.
3. Pergerakan pada sendi pinggul
a) Fleksi, pergerakan fleksi pada sendi pinggul sebaiknya dilakukan
bersama-sama dengan fleksi pada lutut. Nilai normal gerakan ini
besarnya 120°
b) Ekstensi, dengan meluruskan kaki. Dalam keadaan ini didapat nilai 0°.
c) Abduksi dilakukan dengan cara satu tangan berada di antara spina
iliaka anterior superior kiri dan kanan dari tangan yang satu melakukan
abduksi. Normal dilakukan abduksi 30-40° aksial.
d) Adduksi, dilakukan dengan menyilangkan kedua kaki. Dalam keadaan
normal didapatkan besarnya adduksi 30°.
e) Rotasi lateral dan medial masing-masing diperkirakan melalui garis
imajiner pada patela, yang normalnya sebesar 40°.
4. Pemeriksaan stabilitas postural
Pemeriksaan ini untuk menentukan stabilitas pinggul terutama
kemampuan otot abduktor pinggul (otot gluteus medius dan minimus)
dalam menstabilisasi pinggul terhadap femur. Pemeriksaan ini dilakukan
menurut uji Duschene-Trendelenburg.
Cara pemeriksaannya:
Satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90° sambil berdiri di atas kaki
yang lain. Pinggul akan ditahan oleh otot pinggul yaitu muskulus gluteus
medius dan minimus. Jika otot-otot ini tidak berfungsi maka pada inspeksi
pinggul miring/jatuh ke sisi kaki yang diangkat, dengan kata lain otot-otot
pinggul tidak mampu menstabilisasi pinggul dan disebut uji
Trendelenburg positif. Sebaliknya disebut uji Trendelenburg negative
apabila otot-otot abduktor dapat bekerja secara normal mengankat pelvis
ke atas apabilat tungkai yang lain diangakat
Ada tiga kelainan yang dapat menyebabkan uji Trendelenburg positi,
yaitu:
1. Paralisis otot abduktor misalnya pada poliomielitis.
2. Origo dan insersi otot-otot abduktor terlalu berdekatan sehingga daya
kontraksinya hilang. Keadaan ini dapat terjadi pada semua kelainan
yang menyebabkan trokanter letak tinggi.
3. Hilangnya stabilitas pada komponen sendi pinggul, misalnya fraktur
leher femur yang tidak menyambung.
F. Klasifikasi dislokasi sendi pinggul
Dislokasi pinggul diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala femur
dan acetabulum dan dengan adanya fraktur yang berhubungan, Dislokasi
pinggul posterior dideskripsikan oleh Thompson dan Epstein (Stannard,
2007):
Tipe I Dislokasi simple dengan atau tanpa fragmen dinding
posterior yang tidak signifikan
Tipe II Dislokasi dengan fraktur tunggal yang besar dari rima
posterior acetabulum
Tipe III Dislokasi dengan fraktur comminuted rim dengan atau
tanpa fragmen mayor yang besar
Tipe IV Dislokasi dengan fraktur acetabular floor
Dislokasi dengan fraktur caput femoris
Dislokasi pinggul anterior diklasifikasikan oleh Epstein(Stannard, 2007) :
Tipe I-dislokasi superior (lokasi pubis dan subspinous)
- Tidak ada fraktur yang terkait
- Fraktur terkait atau impact caput femoris
- Fraktur terkait acetabulum
Tipe II- dislokasi inferior (lokasi obturator dan perineal)
- Tidak ada fraktur terkait
- Fraktur terkait atau impact caput femoris
- Farktur terkait acetabulum
Dislokasi kalsik pada dislokasi pinggul posterior adalah fleksi pinggul,
rotasi internal dan aduksi. Pasien mengalami sakit yang parah dan
tidak bisa menggerakan ekstrimitas bawah yang terlibat(Stannard,
2007).
BAB III
KESIMPULAN
1. Berkaitan dengan angka kejadiang gangguan pinggul yang tinggi di
masyarakat, penting bagi para dokter untuk mengetahui pemeriksaan yang
membantu dalam mendiagnosis permasalahan pada sendi pinggul.
2. Pemeriksaan sendi pinggul terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
3. Sendi pinggul dibentuk oleh kepala tulang femur dan acetabulum. Sendi ini
menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari.
4. Pemeriksaan sendi pinggul meliputi pemeriksaan gaya berjalan (gait),
pemeriksaan deformitas rotasi menetap, pemeriksaan stabilitas postural, dan
pergerakan sendi pinggul.
DAFTAR PUSTAKA
Booher JM, Thibodean GA. Athletic Injury Assesment : Athletic Related Trauma.
1 st Ed. Missouri College Publishing. 1985 P.147-50
Torbert JT. Pinggul dislocation. Orthopedia main. In : Ortophedia Collaborative
Orthopedic Knowlagebase. Created Jan 05, 2013 18.00, Last modified jan 05,
2013 18.00 ver . 1. Retrieved 2010-12-06
Stannard JP, Schmidt AH, Kregor PJ, Surgical Treatment of Orthopaedic
Trauma : Classification. Jerman : Thieme, 2007. P.523