Author
awendika
View
306
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
good
Akademis Kesuma 2011 1
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi
saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan
malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(HR. Muslim no. 4912)
PEMBAHASAN UB MATA 2011
1. A.
Sudah jelas ya, dari scenario dikatakan bahwa ODS setelah dikoreksi dengan S+1.5 D menjadi
normal (6/6), sehingga pada resep kacamatanya yang bagian atas ditulis ODS S+1.5 D.
mengingat pasien sudah usia lanjut, kita perlu berpikir presbiopi juga, dan perlu sekali dibantu
untuk kacamata bacanya, pada usia 50 tahun, koreksinya adalah S+2.00 D. sehingga ditulis
yang bagian bawah S+2.00.
2. C.
ditanyakan Punctum remotum atau titik terjauh. Rumus untuk mecari kekuatan lensa apabila
diketahui titik terjauhnya yaitu kekuatan lensa = 1/~(setara dengan 0) + 1/titikjauh (PR). Di
scenario sudah diketahui kekuatan lensanya yaitu +1.5 D, sehingga masuk rumus
+1.5 D = 1/PR; sehingga PR: 1/1.5 = 2/3 = 0,66667 m = 66,7 cm. Benda yang diliat ibunya kana
da didepan mata, jadinya jaraknya ya ikutan 66,7 m di depan mata.
3. C.
pemeriksaan Duke elder dilakukan untuk mengetahui apakah ada koreksi berlebihan pada mata,
dengan penambahan lensa S+0,25 D (lensa duke elder) dari koreksi awal. Pada tes duke elder
ini pasien merasa menjadi lebih kabur, sehingga koreksi awal (S+1.5 D) sudah ukuran terbesar
yang dirasakan nyaman (tidak kabur) oleh pasien, sehingga tidak perlu ditambah lagi.
4. C
Pasien ada riwayat katarak, dioperasi (karena lensanya diambil mata kehilangan P 10 D), maka
dari itu untuk membuatnya emetrop perlu dilakukan pemasangan lensa intraokuler dengan P 10
D. karena udah diganti, maka mata pasien kita anggap emetrop ya. Tapi pada momen tertentu
pasien ke dokter mata, dan visusnya menurun trus dikasih kacamata, tapi akhir-akhir ini tidak
nyaman lagi, dan ternyata visusnya 6/18 di kedua mata, akhirnya dilakukan koreksi S+1.5 D, itu
kacamata jauhnya, kalo buat kacamata bacanya, disesuaiin umur (soalnya presbiopi), kalo pada
pasien umur 50 tahun kan koreksinya S+2.00 D, jadi koreksi ini ditambahkan dengan koreksi
awalnya (S+1.5 D), sehingga kacamata yang diperlukan S+3,5 D.
5. C
pada prinsipnya untuk hipermetropi pilihlah koreksi yang paling besar tapi masih nyaman
dipakai (tidak kabur) oleh pasien atau dengan kata lain yang menyebabkan visusnya menjadi
normal. Diantara variasi koreksi yang dilakukan oleh dokter, ada 2 pilihan koreksi yang
menyebabkan visus pasien menjadi normal yaitu S+2.5 D dan S+3.00 D, karena prinsipnya
“pilih yang besar”, jadi koreksi yang tepat adalah S+3.00 D, dengan koreksi segini, pasien tidak
perlu akomodasi dalam melihat objek.
Akademis Kesuma 2011 2
6. A
untuk koreksi S+2.50 D, visus pasien normal, tapi masih membutuhkan daya akomodasi,
sedangkan pada pasien hipermetropi fakultatif, matanya sendiri tidak dapat mengatasinya
dengan akomodasi (bisa dibilang akomodasi nihil), jadi pasti pasien masih mengeluh
pandangannya kabur. So, koreksinya masih perlu ditingkatkan, jadi S+3.00 D, dan visusnya
masih tetep normal, tapi pas ditingkatin lagi malah jadi kabur, jadi koreksi optimumnya S+3.00.
perubahan dari S+2.50 D (butuh akomodasi) menjadi S+3.00 (tanpa akomodasi) membutuhkan
koreksi sebesar S+0.50 D. sehingga koreksi untuk fakultatifnya ya S+0.50 D.
7. C.
karena S+2.5 D masih membutuhkan akomodasi, sehingga jenis hipermetropi dimana mata
masih bisa mengatasinya dengan akomodasi ya hipermetropi absolut. Jelas kan.
8. C. S-2.50 D
Pembahasan:
P = -2.00
P = -100/PR
-2.00 = -100/PR
PR = 50 cm
Nah, PR berkurang 20%, berarti 20% x 50cm = 10 cm. PR’ = 40 cm.
P’ = -100/40 = -2.50 D
9. Maaf bingung
Pembahasan:
Ini kasusnya AAION/NOIA penjelasan tentang penyakitnya ada di no. 10 ya..
Pemeriksaan buta warna>> Ini bisa juga soalnya pada literature dikatakan bahwa tajam
penglihatan warna menurun, biasanya bersamaan dengan penurunan tajam penglihatan.
(SERGOT R.C. et al : Optic nenredecompression may improrre theprogressir,e form of non
arteritic ischemic optic neuropathy. FuchOphthelmol. 107 : L743 'L754,1989.)
Pemeriksaan kacamata>>di soal udah disebutkan bahwa visus tidak dapat dikoreksi
Pemeriksaan gonioskop>>untuk melihat keadan sudut bilik mata yang dapatmenimbulkan
glaucoma
Pemeriksaan hertel>> eksoftalmo meter hertel digunakan untuk mengukur penonjolan bola
mata.
Pemeriksaan slitlamp / lampu celah >> Slit Lamp/Lampu celah adalah peralatan yang terdiri
dari sumber cahaya intensitas tinggi yang dapat difokuskan untuk bersinar lembaran tipis
cahaya ke bola mata. Hal ini digunakan dalam hubungannya dengan biomicroscope. Lampu
memfasilitasi pemeriksaan segmen anterior ,atau struktur frontal dan segmen posterior dari
mata manusia , yang meliputi kelopak mata, sclera, konjubgtiva, iris, lensa Kristal, dan kornea.
Pemeriksaan celah lampu teropong memberikan pandangan diperbesar stereoskopik dari
struktur mata secara rinci, memungkinkan diagnosis anatomi harus dibuat untuk berbagai
kondisi mata.
Seharusnya pemeriksaan funduskopi untuk melihat edema papil.
10. A. Hemianopsia altitudinal inferior
Pembahasan:
Akademis Kesuma 2011 3
AAION (Acute Anterior Ischemic Optic Neuropathy)/ NOIA (Neuritis Optic Ischemic
Anterior) > keadaan iskemia yang akut pada saraf optik bagian depan (darah prelaminar dan
laminar)
11. B. NOIA/AAION
Pembahasan:
Lihat no sebelumnyaya
12. B. Chiasma optikum
Pembahasan:
Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut
hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateral kiasma akan
menimbulkan hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan
hemianopsia homonym kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan
menyebabkan quadroanopsia inferior homonym kontralateral, sedangkan lesi pada serabut
lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia superior homonym kontralateral.
13. B. Hemianopsiabinasal
Pembahasan:
Akademis Kesuma 2011 4
Kedua mata tidak dapat melihat objek di daerah nasal >>Hemianopsiabinasal
14. C. Konjungtivitis viral
Pembahasan:
Konjungtivitis bakteri >> secret kotormukopurulen
Konjungtivitis viral >>gatal, discharge watery,biasanya bilateral, folikel,
Konjungtivitis vernal >> gejala: gatalterutamawaktupanasterik, lapanganterbuka. Tanda:
trantas dot, cobblestone, secret mukoidbisajadimukopurulen
Vernal keratokonjungtivitis >> Frequently associated with atopy: asthma, hay fever and
dermatitis. Recurrent, bilateral, affect children and young adults, more common in males and in
warm climates, itching, mucoid discharge and lacrimation.
Episkleritis >> reaksiradangjaringanikatvaskuler yang terletakantarakonjungtivadanpermukaan
sclera.Tanda: kemeraan local/menyeluruh, bisajugaterdapatnodul. Keluhan:
matamerahhilangtimbul. Agaksakit, silau
Keratitis >> visus turun, kabur
15. B. Vasokonstriksi tetes mata
16. C. Mengurangi kontak dengan debu
17. C. episcleritis
Ini ka nada kambuh2an, khas bgt di episcleritis n scleritis. Gejalanya sama kaya scleritis, tp
scleritis lebih berat n biasanya berhubungan sama penyakit sistemik/autoimun.
18. B.1/
Pembahasan :
Pada soal tertera bahwa mata kanan hanya bisa melihat gelap dan terang, berarti menggunakan
penyinaran. Sehingga visus mata kanan pasien tersebut 1/
19. E. Katarak hipermatur
Pembahasan :
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair.
20. E. Miopi
Pembahasan :
Keadaan dimana seseorang dapat melihat objek yang dekat namun penglihatan jarak jauh
kurang baik.
21. D. Konjungtivitis
Pembahasan :
Kata kuncinya : mata merah, fotofobia, dan penggunaan lensa kontak
22. –
23. B
Pada Uveitis anterior akut terdapat penurunan visus (mata kabur), fotopobia (silau), nyeri.
Penyulit pada uveitis anterior adalah sinekia posterior (sumber mata UI). Pada sumber lain juga
disebutkan bahwa terdapat kreatic presipitat.
24. A
Diperlukan pengobatan segera untuk mencegah kebutaan. Pengobatan pada uveitis anterior
adalah dengan steroid yang diberikan topikal dan sistemik. (mata UI)
Akademis Kesuma 2011 5
25. C
Pada Oklusi vena sentralis retina didapatkan neovaskularisasi yang ditemukan di sekitar papil,
iris, dan di retina (rubeosis iridis). Penurunan visus pada oklusi vena sentralis retina terjadi
secara mendadak, padahal di skenario disebutkan bahwa pandangan kabur sejak 1 tahun yang
lalu. Satu2nya penurunan visus yang perlahan pada opsi jawaban hanya glaukoma, tetapi pada
glaukoma harusnya TIOnya tinggi tetapi di kasus TIOnya normal. Oleh karena itu jawaban
insyaAllah condong ke Oklusi vena sentralis retina. (afwan kalau penjelasannya kurang
meyakinkan)
26. E
Pada Oklusi vena sentralis retina pemeriksaan yang dilakukan adalah funduskopi untuk melihat
edema makula dan retina dan penyumbatan vena.
27. A
Pada Oklusi vena sentralis retina terdapat perdarahan flame shaped dot.
28. E
29. Bingung
30. C
Pada keluhan menunjukkan bahwa kelainan tsb bukan merupakan kelainan refraksi. Gejalanya
pun mengarah pada diagnosis glaucoma akut.
Anamnesa glaukoma :
TAK ADA KELUHAN
KEMENG
KABUR
SAKIT
MERAH
MELIHAT HALO
RIWAYAT TRAUMA
RIWAYAT OPERASI
RIWAYAR DM
RIWAYAT HIPERTENSI, DLL. (slide glaukoma dr.raharjo)
Selengkapnya lihat slidenya ya teman-teman
31. B
Faktor risiko glukoma :
Genetika
Diabetes Melitus
Myopia
Hipertensi
Penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid
Usia > 40 tahun , Resiko menderita glaukoma 1,5 %
Usia > 70 tahun , Resiko menjadi 15-20 % (slide glukoma dr.Raharjo)
32. E
Baru ada gejala dan hasil lab saja. Kalau mau mendeteksi ada tidaknya glukoma, pemeriksaan
yang penting juga adalah pemeriksaan tonometri
Akademis Kesuma 2011 6
33. C
Sudah jelas kan
34. C
sudah sangat jelas yaa
35. D
36. JAWABAN: D
Kuncinya adalah accu meledak yang menjelaskan bahwa soal ini adalah mengenai trauma mata
et causa bahan kimia. Manajemen trauma kimia → mengencerkan zat kimia tersebut dengan
diguyur air secepatnya dan sebanyak mungkin, lalu irigasi dengan larutan fisiologis (NaCl/RL)
lalu salep antibiotic (kuliah trauma mata, cakul avisuma hal 224)
37. JAWABAN:D
Accu merupakan bahan kimia asam. Resiko trauma kimia asam: jaringan yang rusak akan
menimbulkan perlengketan → konjungtiva bulbi tarsal melekat (simblefaron). (kuliah trauma
mata, cakul avisuma hal 223)
38. JAWABAN: C
Cukup jelas ya, karena tumornya ada di dalam bola mata, yg artinya di dalam rongga orbita
juga. Jadi tujuan dari px foto orbita untuk mengetahui adakah massa dan sejauh mana massa itu
Akademis Kesuma 2011 7
mendesak bola mata sehingga akan menyebabkan eksoftalmus (kuliah tumor mata, cakul
avisuma hal 226)
39. JAWABAN:D
Eksenterasi orbita: tindakan pengangkatan seluruh jaringan orbita, termasuk bola mata, jaringan
lunak orbita, serta kelopak mata.
Indikasi: tumor sudah meluas ke jaringan ekstraokuler/berinvasi ke jaringan sekitar
mata/stadium ekstraokuler retinoblastoma
Eviserasi : pengangkatan isi bola mata (spt kornea, lensa, badan kaca, retina & koroid) tetapi
tetap mempertahankan sclera dan perlekatan-perlekatan otot.
Indikasi: panophtalmitis & endoftalmitis berat
Enukleasi bulbi: tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata dengan melepas dan memotong
jaringan yg mengikatnya di dalam rongga orbita. Jaringan yg dipotong: seluruh otot penggerak
mata, saraf optic, dan melepaskan konjungtiva dari bola mata.
Indikasi: keganasan intraocular, mata yg dapat menimbulkan oftalmika simpatika, mata yg tidak
berfungsi & memberikan keluhan sakit, endoftalmitis supuratif & pthisis
Orbitotomi: insisi untuk bola mata, berguna untuk pengangkatan tumor di dalam conus
muscularis (orbitotomi lateral) / retrobulber yang terletak di atas conus muscularis tanpa
mengiris otot (orbitotomi anterior)
Trabekulektomi:tindakan untuk membuat saluran kecil dari bilik mata depan ke konjungtiva
untuk menurunkan TIO
Karena dalam kasus tidak disebutkan bahwa tumor telah berinvasi ke daerah lain, maka pilihan
yang tepat adalah orbitotomi
40. JAWABAN: D
Kortikosteroid tidak digunakan dengan alasan bahwa tumor yang ada bukan pseudotumor
41. JAWABAN: D
Dakriosistitis : peradangan sakus lakrimalis
Gejala:
Akut → epifora, sakit yang hebat di daerah kantung air mata & demam, terlihat
pembengkakan kantung air mata & merah di daerah sakus lakrimalis, nyeri tekan di daerah
sakus disertai secret mukopurulen yg akan memancar bila kantung air mata ditekan
Kronis → tidak ada rasa nyeri, tanda-tanda radang ringan, mata sering berair terutama bila
terkena angina, bila kantung air mata ditekan dapat keluar secret yg mukoid dengan nanah di
daerah pungtum lakrimal, dan kelopak melekat satu dengan lainnya
Hiperlakrimasi: peningkatan sekresi berlebih dr glandula lakrimalis
Tumor glandula lakrimalis
Hordeolum : peradangan supuratif kelenjar kelopak mata berupa abses sehingga
menimbulkan penonjolan di kulit kelopak (hordeolum eksternum)/penonjolan di konjungtiva
tarsal (hordeolum internum)
(sumber: buku Mata FKUI)
42. JAWABAN: B
Dakriosistorinostomi: pembedahan membuat saluran antara kantung lakrimal dengan
rongga hidung tengah
Akademis Kesuma 2011 8
Epilasi: pencabutan bulu/rambut sampai ke akarnya
Jawaban dipilih karena dalam kasus tidak disebutkan keterangan bahwa tumor sudah meluas.
Bila tumor sudah meluas, jawabannya D
Anak 9th mata kabur dan tidak dapat melihat jelas tulisan di papan tulis, minus sejak usia 5 th
tapi tidak mau memakai kacamata koreksi. Visus kedua mata 1/60 > koreksi > visus mencapai
6/9 dengan koreksi 5-4 D dan tidak maju dengan penambahan lensa koresi. Pmx funduskopi
normal.
43. D (Ambliopia)
Amblyopia adalah berkurangnya visus atau tajam penglihatan unilateral (satu mata) bisa juga
bilateral (dua mata) walaupun sudah dengan koreksi terbaik tanpa ditemukannya kelainan
struktur pada mata atau lintasan visual bagian belakang. Hal ini merupakan akibat pengalaman
visual yang abnormal pada masa lalu (masa perkembangan visual) penyebabnya adalah
strabismus atau mata juling, anisometropia atau bilateral ametrop yang tinggi, serta ambliopia
exanopsia. Penurunan tajam penglihatan mungkin sangat ringan sehingga sulit dideteksi atau
sedemikian parah sehingga tidak mampu membedakan bentuk walaupun masih bisa melihat
cahaya (Folk, 1980; Duane, 1987; Rabinowicz, 1987; Wright et al, 1995)
44. Afwan, blum bsa jawab
45. C
46. B (retinoblastoma)
Bayi 5 bln, mata merah, mencorong seperti mata kucing
Leukocoria (white pupillary reflex or cat's eye reflex) is the most common presenting sign,
accounting for about 56.1% of cases. Leukocoria is shown in the image below.
Akademis Kesuma 2011 9
Strabismus, which occurs as a result of visual loss, is the second most common mode of
presentation. Thus, funduscopic examination through a well-dilated pupil must be performed in
all cases of childhood strabismus.
Retinoblastoma can cause secondary changes in the eye, including glaucoma, retinal
detachment, and inflammation secondary to tumor necrosis.
Pseudouveitis, with a red eye and pain and associated hypopyon and hyphema, is a rare
presentation. It is characteristic of an infiltrating type of retinoblastoma in which the tumor cells
invade the retina diffusely without forming a discrete tumor mass.
Orbital inflammation mimicking orbital cellulitis may occur in eyes with necrotic tumors and
does not necessarily imply extraocular extension.
The glaucomatous stage is shown in the image below.
The extraocular stage is shown in the image below
Proptosis is a more common presenting symptom in most underdeveloped countries.
47. A
Pemeriksaan penunjang:
Computed tomography
Cranial and orbital computerized tomography provides a sensitive method for diagnosis and
detecting intraocular calcification and shows intraocular extent of the tumor even in the absence
of calcification (examples shown below). This neuroimaging technique is also invaluable in
assessing the CNS anatomy, including the optic nerve, for possible extension of retinoblastoma.
Ultrasonography
Ultrasonography is useful in distinguishing retinoblastomas from non-neoplastic conditions. It
is also useful in detecting calcifications.
MRI
MRI may be beneficial in estimating the degree of differentiation of retinoblastomas but is not
as specific as computerized tomography because of its lack of sensitivity in detecting calcium.
Studies show that on T1-weighted images, the tumors usually have a low intensity and are
usually difficult to distinguish from surrounding vitreous, but, on T2-weighted images,
Akademis Kesuma 2011 10
retinoblastoma tumors demonstrate very low intensity compared to vitreous. Calcification is
more pronounced on T2 sequences.
MRI also is useful in identifying any associated hemorrhagic or exudative retinal detachment.
This is seen as a localized subretinal area of higher signal intensity compared to vitreous on
both T1- and T2-weighted sequences.
Certain ADC values calculated at T3-weighted imaging are correlated with some of the
accepted parameters of poor prognosis for retinoblastoma, particularly degree of differentiation
of the tumor and tumor size.[12]
X-ray studies
In areas of the world where ultrasonography and computerized tomography are not available, x-
ray studies may be the only means of identifying intraocular calcium in patients with opaque
media.
48. A
Anak 12th, mata juling ke arah dalam yang terjadi secara bergantian, sejak umur 5 th. Terjadi
bila pasien melamun dan kelelahan. Visus OD 6/9 dan visus OS 6/7
49. B
Laki-laki 25th mata juling ke dalam (esotropia). Visus mata kanan 6/40 dan mata kiri
6/6.segment anterior: sikatrik di kornea. Pemeriksaan cover test. Hasil pemeriksaan cover test
tersebut adalah mata yang tidak ditutup terjadi pergerakan ke nasal waktu occlude kita
buka. Pada pemeriksaan cover test yang diamati adalah mata yang terbuka.
50. A
Eksotropi = juling ke luar
Eksotropi komitan ( nonparalitik ) = sudut penyimpangan sama besar ke semua arah pandangan
Eksotropi nonkomitan ( paralitik) = sudut penyimpangan berbeda-beda ke segala arah
51. D
m.rectus medius dipesyarafi oleh n.oculomotor
52. D
53. E
54. B
Otot Innervasi
M.Rec Lateralis N VI ( Abducens )
M.Rec Medialis N III ( Oculomotorius )
Akademis Kesuma 2011 11
M.Rec Superior
M.Rec Inferior
M.Obliq Inf
M.Obliq Sup N IV ( Trochlearis )
55. B
56. C
Lapisan-lapisan :
1. Epitel kornea : skuameus kompleks non kornifikasi
2. Membrana Bowman : tipis, fibril kolagen beranyaman, tdk mempunyai daya regenerasi
3. Substansia Propria : tertebal (90%), lamela kolagen saling //
sel fibroblas korpuskulum kornea
4. Membrana Descmeti :
- membrana basalis endotel kornea
- serabut elastis & filamen kolagen halus
- mempunyai daya regenerasi
5. Endotel Kornea :
- Epitel mesenkimal kornea
- Selapis sel-sel pipih
- berperan dalam sintesis dan pemeliharaan membran.
57. Jawaban: B. Sejajar satu sama lain
Substansia Propria : tertebal (90%), lamela kolagen saling // (sejajar), sel fibroblas
korpuskulum kornea (Cakul Avisuma hal.3-4).
58. Jawaban: C. Kompleks kolumner
PALPEBRA
- Lempeng Tarsal :
jaringan pengikat padat
- Fasies anterior :
kulit tipis
- Fasies posterior :
kolumner kompleks
- Kelenjar :
Akademis Kesuma 2011 12
Zeis, Moll, Meibom
- Muskulus :
orbikularis okuli
levator palpebrae
tarsalis Muller
- Folikel rambut :
Silia (Cakul Avisuma hal.15-16)
59. Jawaban: E.Sel konus
Bagian tengah membentuk lekukan fovea sentralis :
- Retina tipis
- Bagian tepi sel bipoler dan sel ganglion
- Bagian sentral hanya sel-sel konus
- Merupakan titik ketajaman penglihatan (Cakul Avisuma hal.12-13).
60. Jawaban: B. Sel-sel ganglion
Stratum nervosum: keluar dari ganglion ada akson sel ganglion serabut saraf, yaitu
nervus opticus keluar dari bola mata pada bintik buta (macula coeca) keluarnya
membentuk tonjolan disebut papilla optici (Cakul Avisuma hal.12).
61. Jawaban: A. Cornea
Karena komposisi dan kelengkungannya, sebagian besar pembiasan cahaya terjadi di kornea
(Cakul Avisuma hal.49).
62. Jawaban: B. Lapisan pigmen
The choroid is dark-brown coloured due to a high concentration of the pigment melanin in its
cells. These pigmented layers prevent internal reflection of light rays because they absorbs
light rays so that they are not reflected and scattered within the eyeball (Cakul Avisuma hal.40).
63. Jawaban: B. Melihat terang dan dekat
Miosis: pupil kontraksi ><midriasis: pupil dilatasi
When performing a pupillary exam, it sometimes helps to illuminate pupils indirectly from the
side, so you can actually see what is happening.
- Observe the pupil size and shape at rest, looking for anisocoria (one pupil larger than the
other)
- Observe the direct response (constriction of the illuminated pupil)
- Observe the consensual response (constriction of the opposite pupil)
- Repeat with the opposite pupil
- Check for accommodation (constriction of pupil when viewing a close object)
(http://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/pupillary.html)
64. –
65. B (Cakul Mata halaman 48)
66. D (Cakul Mata halaman 191)
67. A (slide asistensian farmako)
68. A (Cakul Mata halaman 191)
69. D
70. - (atropin bikin midriasis kan ya :o)
Akademis Kesuma 2011 13
71. A. Staphylococcus aureus (kuliah dr. Halida)
No 72 - 75 sumber kul dr. Marwoto
72. D. Dapat tumbuh extracelluler
73. B. B-a
74. Karenajawabannyagglengkapjadiggbisadijawab, tapi A B C itu gejala klinis yg ada pada
trachoma yaa..
75. B. Prostatitis
No 76 – 77 sumberkulFisika
76. D. pp = 25 cm ; pr > ∞
77. E. Nyata, terbalik, diperbesar
Ruang
benda
Ruang
bayangan Sifat bayangan
I IV Maya, tegak, diperbesar
II III Nyata, terbalik, diperbesar
III II Nyata, terbalik, diperkecil
Di R di R Nyata, terbalik sama
besar
78. D. Maya, tegak, diperkecil
Sifat bayangan yang dibentuk cermin cembung selalu maya, tegak, dan diperkecil.
79. A. 12 cm
M = s’/s 3 = s’/s s’= 3 s
R= 18 cm f = 1/2R = 9 cm
f = 1/s + 1/s’ 1/9 = 1/s + 1/3s
1/9 = 4/3s
s = 12 cm
80. D. 33,3 cm
PR = 100/P = 100/3 = 33,3 cm
nb : jangan percaya 100% sama jawaban2 ini. Karena kami juga manusia yang penuh dengan
kekhilafan. teman2 tetep harus kritis mencari kebenarannya :) SEMANGAT!