47
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem pernapasan. Hipertensi paru adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru dan jantung di cor pulmonal. Penyakit ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap pulmonale cor, tapi pulmonale cor dapat mengembangkan sekunder untuk berbagai proses penyakit cardiopulmonary. Meskipun pulmonale cor umumnya memiliki progresif dan perlahan-lahan saja kronis, onset akut atau pulmonale cor diperburuk dengan komplikasi yang mengancam kehidupan dapat terjadi. Data kematian yang dikumpulkan sejak tahun 1991 dari bagian Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI Unit paru RSU Persahabatan penyebab kematian akibat cor pulmonal sebanyak 7 kasus dari 175 jumlah total kematian pasien penderita penyakit paru atau sebesar 4,10%. Cor pulmonal menduduki ranking kelima setalah TB paru, tumor paru, pneumonia, dan bronkhiektasis. Jika cor pulmonal terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidak memadai pada cor pulmonal dapat menimbulkan gangguan fungsi paru, maka diperlukan asuhan keperawatan

Pembahasan Cor Pulmonale

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembahasan Cor Pulmonale

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur dan

fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem

pernapasan. Hipertensi paru adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru

dan jantung di cor pulmonal. Penyakit ventrikel kanan sisi disebabkan oleh

kelainan primer dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer

dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap pulmonale

cor, tapi pulmonale cor dapat mengembangkan sekunder untuk berbagai proses

penyakit cardiopulmonary. Meskipun pulmonale cor umumnya memiliki progresif

dan perlahan-lahan saja kronis, onset akut atau pulmonale cor diperburuk

dengan komplikasi yang mengancam kehidupan dapat terjadi.

Data kematian yang dikumpulkan sejak tahun 1991 dari bagian Ilmu

Kedokteran Respirasi FK UI Unit paru RSU Persahabatan penyebab kematian

akibat cor pulmonal sebanyak 7 kasus dari 175 jumlah total kematian pasien

penderita penyakit paru atau sebesar 4,10%. Cor pulmonal menduduki ranking

kelima setalah TB paru, tumor paru, pneumonia, dan bronkhiektasis.

Jika cor pulmonal terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidak

memadai pada cor pulmonal dapat menimbulkan gangguan fungsi paru, maka

diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang

mungkin terjadi.

Hipertensi Pulmonar pertama kali ditemukan oleh Romberg pada tahun

1891. Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi Pulmonar dapat menjadi penyakit

berat yang ditandai denga penurunan toleransi dalam melakukan aktivtas dan

gagal jantung kanan. Penderita penyakit cor pulmonale (jantung paru) biasanya

ditandai dengan badan lesu, sudah uzur atau kegemukan perlu mengetahui

metode olahraga apa yang perlu dilakukan dan bagaimana efeknya terhadap

berat badan.

Page 2: Pembahasan Cor Pulmonale

2

Untuk itu, berdasarkan uraian diatas,  kami merasa perlu membahas dan

menelaah lebih dalam mengenai penyakit cor pulmonal untuk dapat mengetahui

asuhan keperawatan  pada pasien cor pulmonal dengan  pendekatan proses

keperawatan yang benar.

B. Rumusan Masalah Adapun rmusan masalah dalam penyusunan makalah asuhan keperawatanini

yaitu :

a. Apa definisi dari Cor Pulmonale ?

b. Apa etiologi dari Cor Pulmonale ?

c. Apa yang menjadi patofisiologi dan pathways dari keperawatan cor

pulmonale ?

d. Apa manifestasi klinis dari cor pulmonale ?

e. Apa yang menjadi pemeriksaan Penunjang dari cor pulmonale ?

f. Apa penatalaksanaan dari Cor Pulmonale ?

g. Apa komplikasi dari cor pulmonale ?

h. Apa prognosis dari cor pulmonale ?

i. Bagaimana Pengkajian dari cor pulmonale ?

j. Apa diagnose dari cor pulmonale ?

k. Apa intervensi dari cor plmonale ?

C. Tujuan Adapun tjuan dari penyusunan makalah / askep ini yaitu :

Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai

pengertian penyakit cor pumonal

Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai

penyebab penyakit cor pumonal

Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai

penyebab penyakit corpumonal

Page 3: Pembahasan Cor Pulmonale

3

Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai cara

pencegahan dan pengobatan penyakit corpumonal

D. Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan makalah/askep ini yaitu untuk menambah

wawasan para pembaca tentang cor pulmonale.

Page 4: Pembahasan Cor Pulmonale

4

I. Tinjauan Teoria. Definisi

Pulmonary heart disease adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi

dan/atau dilatasi) yang terjadi akibat kelainan paru, kelainan dinding dada,

atau kelainan pada kontrol pernafasan. Tidak termasuk di dalamnya

kelainan jantung kanan yang terjadi akibat kelainan jantung kiri atau

penyakit jantung bawaan.

Pulmonary heart disease dapat terjadi akut maupun kronik. Penyebab

pulmonary heart disease akut tersering adalah emboli paru masif,

sedangkan pulmonary heart disease kronik sering disebabkan oleh penyakit

paru obstruktif kronik (PPOK). Pada pulmonary heart disease kronik

umumnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan, sedangkan pada pulmonary

heart disease akut terjadi dilatasi ventrikel kanan.

Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur

dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari

sistem pernapasan. Keadaan patoogis dengan ditemukannya hipertropi

ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktural

paru. (WHO, 1993).Korpulmonal adalah suatu keadaan patologis akibat

hipertropi/dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi

pulmonal, dengan penyebabnya adalah kelaianan penyakit parenkim paru,

kelainan vascular paru dan gangguan fungsi paru. (Braunwahl, 1980).

Cor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi

atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri)

pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru,

didinding toraks maupun vaskuler paru. Cor Pulmonal dapat bersifat akut

akibat adanya emboli paru yang pasif, dan dapat juga bersifat kronis.

(Yogiarto,M dan Baktiyasa,B: 2003). 

Cor Pulmonal adalah penyakit jantung karena tekanan darah dalam

pembuluh-pembuluh nadi paru. Penyakit jantung Pulmonal terkadang timbul

sekunder dengan penyakit paru-paru seperti emfisema, silicosis atau

fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat paru-paru dengan sulit (F.

Knight,Jhon: 1995).

Page 5: Pembahasan Cor Pulmonale

5

b. EtiologiPenyebab penyakit pulmonary heart disease antara lain :

1. Penyakit paru menahun dengan hipoksia :

o Penyakit paru obstrutif kronik,

o Fibrosis paru,

o Penyakit fibrokistik,

o Cryptogenic fibrosing alveolitis,

o Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia

2. Kelainan dinding dada :

o Kifos koliosis, torakoplasti, fibrosis pleura,

o Penyakit neuromuscular,

o Gangguan mekanisme control pernafasan :

Obesitas, hipoventilasi idopatik,

Penyakit serebro vascular.

o Obstruksi saluran nafas atas pada anak :

Hipertrofi tonsil dan adenoid.

3. Kelainan primer pembuluh darah :

Hipertensi pulmonale primer emboli paru berulang dan

vaskulitis pembuluh darah paru.

c. Patofisiologi Dan Pohon Masalaha) Akut

Pada emboli paru yang pasif terjadi obstruksi akut yang luas pada

pembuluh darah paru, akibatnya adalah:

Tahanan vaskuler  paru meningkat, kemudian terjadi hipoksia akibat

pertukaran gas di tengah kapiler alveolar yang terganggu hipoksia 

tersebut akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteri paru.

Tahanan paru yang meningkat dan vasokontriksi menyebabkan

tekanan pembuluh darah arteri paru meningkat (hipertensi pulmonal).

Page 6: Pembahasan Cor Pulmonale

6

b) Kronik

Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler

paru, hipoksia, dan hiperkapnia/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri paru. Disamping itu

hipoksia dapat menyebabkan polisitemia sehingga viskositas darah

akan meningkat dan dapat menyebabkan pembuluh darah arteri terjadi

peningkatan.

Adanya penurunan vaskuler, hipoksia dan hiperkapnia akan

meningkatkan tekanan darah (arteri pulmonal), hal ini disebut hipertensi

pulmonal. Adanya hipertensi pulmonal menyebabkan beban tekanan pada

ventrikel kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertropi dan

dilatasi. Jika kompensasi ini gagal terjadilah gagal jantung kanan.

Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease

berbanding lurus dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload.

Jika resistensi vaskuler paru meningkat dan relative tetap, seperti pada

penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatan curah jantung

sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat

meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload

ventrikel kanan secara kronik meningkat jika volume paru membesar,

seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pemanjangan

pembuluh paru, dan kompresi kapiler alveolar.

Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada

suatu waktu akan mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran

ventrikel kanan. Kondisi ini seringkali menyebabkan terjadinya gagal

jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunanan oksigenasi

paru dapat mengakibatkan hipoksemia ( penurunan PaO2 ) dan

hipercapnea ( peningkatan PaCO2) , yang nantinya akan mengakibatkan

insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan

vasokonstriksi arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya penurunan

vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan

terjadi peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang akan

menjadikannya hipertensi pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru

( arterial mean preassure) adalah 45mmHg, jika tekanan ini meningkat

Page 7: Pembahasan Cor Pulmonale

7

dapat menimbulkan pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan

hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal jantung kanan.

Mekanisme terjadinya hipertensi pulmonale pada cor pulmunale dapat

di bagi menjadi 4 kategori yaitu :

a.     Obstuksi

Terjadi karena adanya emboli paru baik akut maupun kronik.

Chronic Thromboembolic Pulmonary Hypertesion (CTEPH)

merupakan salah satu penyebab hipertensi pulmonale yang penting

dan terjadi pada 0.1 – 0.5 % pasien dengan emboli paru. Pada saat

terjadi emboli paru, system fibrinolisis akan bekerja untuk melarutkan

bekuan darah sehingga hemodinamik paru dapat berjalan dengan

baik. Pada sebagian kecil pasien system fibrinolitik ini tidak berjalan

baik sehingga terbentuk emboli yang terorganisasi disertai

pembentukkan rekanalisasi dan akhirnya menyebabkan penyumbatan

atau penyempitan pembuluh darah paru.

b.     Obliterasi

  Penyakit intertisial paru yang sering menyebabkan hipertensi

pulmonale adalah lupus eritematosus sistemik scleroderma,

sarkoidosis, asbestosis, dan pneumonitis radiasi. Pada penyakit-

penyakit tersebut adanya fibrosis paru dan infiltrasi sel-sel yang

prodgersif selain menyebabkan penebalan atau perubahan jaringan

interstisium, penggantian matriks mukopolisakarida normal dengan

jaringan ikat, juga menyebabkan terjadinya obliterasi pembuluh paru

c.   Vasokontriksi

        Vasokontriksi pembuluh darah paru berperan penting dalam

pathogenesis terjadinya hipertensi pulmonale. Hipoksia sejauh ini

merupakan vasokontrikstor yang paling penting. Penyakit paru

obstruktif kronik merupakan penyebab yang paling di jumpai. Selain

itu tuberkolosis dan sindrom hipoventilasi lainnya misalnya sleep

apnea syndrome, sindrom hipoventilasi pada obesitas, dapat juga

menyebabkan kelainan ini. Asidosis juga dapat berperan sebagai

Page 8: Pembahasan Cor Pulmonale

8

vasokonstriktor pembuluh darah paru tetapi dengan potensi lebih

rendah. Hiperkapnea secara tersendiri tidak mempunyai efek

fasokonstriksi tetepi secara tidak langsung dapat meningkatkan

tekanan arteri pulmunalis melalui efek asidosisnya. Eritrositosis yang

terjadi akibat hipoksia kronik dapat meningkatkan vikositas darah

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan arteri pumonalis.

d.     Idiopatik

Kelainan idiopatik ini di dapatkan pada pasien hipertensi

pulmonale primer yang di tandai dengan adanya lesi pada arteri

pumonale yang kecil tanpa di dapatkan adanya penyakit dasar lainnya

baik pada paru maupun pada jantung. Secara histopatologis di

dapatkan adanya hipertrofitunikamedia, fibrosistunikaintima, lesi

pleksiform serta pembentukan mikro thrombus. Kelainan ini jarang di

dapat dan etiologinya belum di ketahui Waupun sering di kaitkan

dengan adanya penyakit kolagen, hipertensi portal, penyakit autoimun

lainnya serta infeksi HIV

Page 9: Pembahasan Cor Pulmonale

9

Page 10: Pembahasan Cor Pulmonale

10

Page 11: Pembahasan Cor Pulmonale

11

d. Manifestasi Klinik

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antarasatu penderita yang

satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan

pulmonary heart disease.

1. Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat,

kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.

2. Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang

produktif (banyak sputum).

3. Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan

sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).

4. Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak

pada perut dan kaki serta cepat lelah.

Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi

berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea

karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit

paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat.

Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.

Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing,

vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau keduanya),

pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri

tekan, dan edema dependen.

Gejala- gejala tambahan ialah:

1. Sianosis

2. Kurang tanggap/ bingung

3. Mata menonjol

e. Pemeriksaan Penunjang

Page 12: Pembahasan Cor Pulmonale

12

Gambaran radiologis

  Pada tingkat hipertensi pulmonal jantung belum terlihat membesar,

tetapi hilus dan arteri pulmonalis utama amat menonjol dan pembuluh darah

perifer menjadi kecil/tidak nyata.

Pada tingkat pulmonary heart disease jantung terlihat membesar karena

adanya dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan. Hal ini kadang-kadang sulit

dinyatakan pada foto dada karena adanya hiperinflasi paru (misalnya pada

emfisema). Selain itu didapatkan juga diafragma yang rendah dan datar serta

ruang udara retrosternal yang lebih besar, sehingga hipertrofi dan dilatasi

ventrikel kanan tidak membuat jantung menjadi lebih besar dari ukuran

normal.

Gambaran Elektrokardiogram

 Pada tingkat awal (hipoksemia) EKG hanya menunjukkan gambaran

sinus takikardia saja. Pada tingkat hipertensi pulmonal EKG akan

menunjukkan gambaran sebagai berikut, yaitu:

1. Gelombang P mukai tinggi pada lead II

2. Depresi segmen S-T di II, III, Avf

3. Gelombang T terbalik atau mendatar di V1-3

4. Kadang-kadang teadapat RBBB incomplete atau complete

  Pada tingkat pulmonary heart disease dengan hipertrofi ventrikel kanan,

EKG menunjukkan:

1. Aksis bergeser ke kanan(RAD) lebih dari +90

2. Gelombang P yang tinggi (P pulmonal) di II, III,Avf

3. Rotasi kea rah jarum jam (clockwise rotation)

4. Rasio R/S di V1 lebih dari 1

5. Rasio R/S di V6 lebih dari 1

6. Gelombang S ang dalam di V5 dan V6 (S persissten di prekordial kiri)

7. RBBB incomplete atau incomplete

Pada cor-pulmonal akut (emboli paru masif),EKG menunjukkan adanya

Right Ventrikular Strain  yaitu adanya depresai segmen S-T dan gelombang

T yang terbalik pada sandapan perikordial kanan. Kadang-kadang kriteria

Page 13: Pembahasan Cor Pulmonale

13

hipertrofi ventrikel kanan yang klasik sulit didapat. Padmavati dalam

penelitiannya menyatakan criteria yang lain untuk kor-pulmonal dalam

kombinasi EKG sebagai berikut:

S di V5 dan V6

Aksis bergeser ke kanan

qR di AVR

P pulmonal

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya polisitemia (Ht > 50%),

tekanan oksigen (PaO2) darah arteri < 60 mmHg,tekanan karbondioksida

(PaO2) >50 mmHg.

f. PenatalaksanaanTerapi medis untuk pulmonary heart disease kronis di fokuskan pada

penatalaksanaan untuk penyakit paru dan peningkatan oksigenasi serta

peningkatan fungsi ventrikel kanan dengan menaikkan kontraktilitas dari

ventrikel kanan dan menurunkan vasokonstriksi pada pembuluh darah di

paru.  Pada pulmonary heart disease akut akan dilakukan pendekatan yang

berbeda yaitu di fokuskan pada kestabilan klien.

Untuk mendukung system kardiopulmonal pada klien dengan pulmonary

heart disease harus diperhatikan mengenai kegagalan jantung kanan yang

meliputi masalah pengisian cairan di ventrikel dan pemberian vasokonstriktor

(epinephrine) untuk memelihara tekanan darah yang adekuat.  Tetapi pada

dasarnya penatalaksanaan akan lebih baik jika di fokuskan pada masalah

utama, misalnya pada emboli paru harus dipertimbangkan untuk pemberian

antikoagulan, agen trombilisis atau tindakan pembedaham embolektomi.

Khususnya jika sirkulasi terhambat akan dipertimbangkan pula pemberian

broncodilator dan penatalaksanaan infeksi untuk klien dengan PPOK;

pemberian steroid dan imunosupresif pada penyakit fibrosis paru.

Terapi non farmakologis yaitu : perubahan gaya hidup, monitoring , dan

control faktor resiko.

Page 14: Pembahasan Cor Pulmonale

14

Terapi oksigen, pemberian diuretic, vasodilator, digitalis, theophyline,

dan terapi antikoagulan di gunakan untuk terapi jangka panjang pada cor

pulmonal kronis.

a) Terapi Oksigen.

Terapi oksigen sangat penting diberikan pada klien. Klien dengan

pulmonary heart disease memiliki tekanan oksigen (PO2) di bawah 55

mm Hg dan menurun dengan cepat ketika beraktivitas atau tidur. Terapi

oksigen dapat menurunkan vasokonstriksi hipoksemia pulmonar,

kemudian dapat menaikkan cardiac output, mengurangi vasokonstriksi,

meringankan hipoksemia jaringan, dan meningkatkan perfusi ginjal.

Secara umum, terapi oksigen di berikan jika PaO2 kurang dari 55 mm Hg

atau saturasi O2 kurang dari 88%. Manfaat dari terapi oksigen adalah

untuk menurunkan tingkat gejala dan meningkatkan status fungsional.

Oleh karena itu, terapi oksigen penting di berikan untuk managemen

jangka panjang khususnya untuk klien dengan hipoksia atau penyakit

paru obstruktif (PPOK).

b) Diuretik.

Diuretik di gunakan pada klien dengan pulmonary heart disease kronis,

terutama ketika pengisian ventrikel kiri terlihat meninggi  dan pada

edema perifer. Diuretic berperan dalam peningkatan fungsi dari ventrikel

kanan maupun kiri. Diuretik memproduksi efek hemodinamik yang

berlawanan jika tidak di perhatikan penggunaannya. Volume

pengosongan yang berlebihan dapat menimbulkan penuruna cardiac

output. Komplikasi lain dari diuretic adalah produksi hypokalemic

metabolic alkalosis, yang akan mengurangi efektivitas stimulasi

karbondioksida pada pusat pernafasan dan menurunkan ventilasi.

Produksi elektrolit dan asam yang merugikan sebagai akibat dari

penggunaaan diuretic juga dapat menimbulkan aritmia, yang berakibat

menurunnya cardiac output. Oleh karena itu diuretik di rekomendasikan

pada managemen pulmonary heart disease kronis, dengan

memperhatikan pemakaian.

Page 15: Pembahasan Cor Pulmonale

15

g. KomplikasiKomplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:  Sinkope.

Gagal jantung kanan

Edema perifer

Kematian

h. PrognosisBelum ada pemeriksaan prospektif yang dilakukan untuk mengetahui

prognosis  pulmonary heart disease kronik. Pengamatan yang dilakukan

tahun 1950 menunjukkan bahwa bila terjadi gagal jantung kanan yang

menyebabkan kongestinvena sistemik, harapan hidupnya menjadi kurang

dari 4 tahun. Walaupun demikian, kemampuan dalam penanganan pasien

selama episode akut yang berkaitan dengan infeksi dan gagal napas

mangalami banyak kemajuan dalam 5 tahun terakhir.

Prognosis pulmonary heart disease berkaitan dengan penyakit paru yang

mendasarinya. Pasien yang mengalami pulmonary heart disease akibat

obeliterasi pembuluh darh arteri kecil yang terjadi secara perlahan-lahan

akibat penyakit intrinsiknya (misal emboli), atau akibat  fibrosis intertisial

harapan juntuk perbaikannya kecil karena kemungkinan perubahan anatomi

yang terjadi subah menetap. Harapan hidup pasien PPOK jauh lebih baik bila

analisis gas darahnya dapat dipertahankan mendekati normal.

i. Discharge planning1. Berhenti merokok

2. Berikan instruksi spesifik tentang obat dan efek sampingnya

3. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres

4. Batasi konsumsi alkohol

Page 16: Pembahasan Cor Pulmonale

16

5. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan

istrahat

6. Menjalani diet sesuai dengan anjuran dokter

7. Olahraga secara teratur.

Page 17: Pembahasan Cor Pulmonale

17

BAB IIIKONSEP DASAR KEPERAWATAN

a. Pengkajiana. Biodata

1. Identitas pasien

a. Biodata

Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,

pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,

No.register dan dignosa medis .

Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama ayah dan ibu, agama,

alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir .

Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan hubungan dengan klien .

b. Keluhan utama

Pada umumnya klien dengan kor pulmonal mengeluh sesak dan nyeri

pada daerah dada

c. Riwayat kesehatan sekarang, menggunakan pola PQRST

P : klien merasa nyeri

Q : sesak nafas.

R : pada area dada

S : skala o-5

T : saat istirahat ataupun saat beraktifitas yang cukup berat

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti

penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura,

Page 18: Pembahasan Cor Pulmonale

18

dan yang paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi

pulmonal.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

dengan klien.

f. Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)

1. Sistem pernapasan / B1 (Breath)

Inspeksi : terjadi Dispnea

Palpasi : ketidaksimetrisan otot dada

Perkusi : tidak adanya resonan pada seluruh paru-paru

Auskultasi : Pola napas : irama tidak teratur

2. Sister Kardivaskuler / B2 (BLOOD)

inspeksi : tampak meringis

Palpasi : Nyeri dada (+)

Perkusi :

Auskultasi : Bunyi jantung:  murmur

3. Sistem persarafan / B3 (BRAIN)

Nervus optikus / Penglihatan ( mata )

Inspeksi : Pupil tidak terkaji. Seklera/konjungtiva : tidak

terkaji

Nervus auditorius / Pendengaran (telinga) 

Palpasi : Bentuk D/S simetris

Inspeksi : mukosa lubang hidung merah muda, tidak ada cairan

dan serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon

setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat.

Nervus olfaktorius / Penciuman (hidung) :

Inspeksi : Penciuman (hidung) : tidak terkaji

Page 19: Pembahasan Cor Pulmonale

19

4. Sistem perkemihan / B4 (BLADDER)

Inspeksi : Urin, Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam

Warna : kuning pekat , Bau : khas ,Oliguria

5. Sistem pencernaan / B5 (BOWEL)

Inspeksi : Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji

Auskultasi : Peristaltic : tidak terkaji

Palpasi : Abdomen : asites

Perkusi : timpani, double sound (-)

6. Sistem Rangka B6 (BONE)

Inspeksi : Kemampuan pergerakan sendi: terbatas

Palpasi : Kekuatan otot : lemah, Turgor : jelek, Oedema

i. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

Klasifikasi Data

Data subjektif Data obyektif

Klien mengatakan nyeri pada daerah

perut bagian kanan atas

Klien mengatakan sesak saat

bernapas

Klien mengatakan khawatir atas

gejala yang timbul pada dirinya

Klien mengatakan kram pada

Klien tampak memegang lokasi

pada daerah nyeri

Penggunaan otot bantu asesorius

untuk bernapas

Adanya keringat yang berlebihan

Penurunan berat badan pada klien

Page 20: Pembahasan Cor Pulmonale

20

abdomen

Klien mengatakan sakit saat bernafas

Klien mengatakan batuk disertai

adanya dahak

Nadi teraba lambat

Adanya suara nafastambahan

(ronki)

Analisa Data

Tanda dan gejala Etiologi Masalah keperawatan

DS : Klien mengatakan nyeri

pada daerah perut bagian

kanan atas

DO : Klien tampak memegang

lokasi pada daerah nyeri

Hepatomegali Nyeri akut

DS : Klien mengatakan sesak

saat bernapas

DO :Penggunaan otot bantu

asesorius untuk bernapas

Keletihan otot-otot

pernapasan ,

disfungsi

neuromuscular,

sindrom

hipoventilasi

Ketidakefektifan pola

nafas

DS : Klien mengatakan khawatir

atas gejala yang timbul

pada dirinya

DO:Adanya keringat yang

berlebihan

Kesulitan nafas dan

kegelisahan akibat

oksigenasi yang

tidak adekuat

Ansietas

Page 21: Pembahasan Cor Pulmonale

21

DS : Klien mengatakan sering

kram pada daerah

abdomen

DO : Penurunan berat badan

pada klien

.

DS :

Klien mengatakan kencing

sedikit

DO :

Jumlah pengeluaran urin dalam

batas abnormal

Oliguria Penurunan curah jantung

b.d. oliguria.

b. Diagnosa Keperawatan Nyeri akut b/d adanya hepatomegali.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan

nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas,

sehingga metabolisme berlangsung lebih cepat).

Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik dan keletihan.

Penurunan curah jantung b.d. oliguria.

c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional

Gangguan pertukaran gas yang b.d.

Tujuan  :

Mempertahankan tingkat

Observasi Pantau

Page 22: Pembahasan Cor Pulmonale

22

Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru

DS :

Klien mengatakan

sakit saat bernapas

DO :

Nadi teraba berdetak

cepat serta adanya

emboli pada

pembuluh darah

oksigen yang adekuat

untuk  keperluan tubuh.

Kriteria hasil   :

- Klien tidak mengalami

sesak napas.

- Tanda-tanda vital dalam

batas normal.

- Tidak ada tanda-tanda

sianosis.

- Pao2 dan paco2 dalam

batas normal

- Saturasi O2 dalam

rentang normal

frekuensi,

kedalaman

pernapasan.

Catat

penggunaan

otot aksesori,

nafas bibir,

tidakmampuan

bicara/

berbincang.

Mandiri Tinggikan

kepala tempat

tidur

Bantu pasien

untuk memilih

posisi yang

mudah untuk

bernapas.

Dorong nafas

perlahan atau

nafas bibir

o Berguna

dalam

evaluasi

derajat

distress

pernapasan

o Berguna

dalam

mengklasifik

asi kronisnya

proses

penyakit.

o Mempermud

ah

Pengiriman

oksigen

dengan

posisi badan

lebih rendah

dari kepala

o Memberikan

rasa nyaman

bagi pasien

dalam proses

istrahat.

o Memberikan

Page 23: Pembahasan Cor Pulmonale

23

sesuai

kebutuhan atau

toleransi

individu

Penkes Mengajarkan

tehnik relaksasi

napas dalam

Kolaboratif Awasi/

gambarkan seri

GDA dan nadi

oksimetri.

latihan nafas

untuk

menurunkan

kolaps jalan

nafas, dispnea

dan kerja

nafas.

o Mengurangi

rasa sakit

yang di

rasakan oleh

klien

o Mengontrol

Paco2

biasanya

meningkat

(bronchitis,

enfisema) dan

pao2 secara

umum

menurun,

sehingga

hipoksia

terjadi dengan

derajat lebih

kecil atau

lebih besar.

Catatan:

paco2

Page 24: Pembahasan Cor Pulmonale

24

“normal” atau

meningkat

menandakan

kegagalan

pernapasan

yang akan

datang selama

asmatik.

Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia. DS :

Klien mengatakan sesak

saat bernapas

DO :

Penggunaan otot bantu

asesorius ntuk bernapas

Tujuan :

Memperbaiki atau

mempertahankan pola

pernapasan normal   

Pasien mencapai fungsi paru-

paru yang maksimal.

Kriteria hasil:

-Pasien menunjukkan

frekuensi pernapasan yang

efektif.

-Pasien bebas dari

dispnea, sianosis, atau

tanda-tanda lain distress

pernapasan 

Observasi Obserfasi TTV

(RR atau

frekuensi

permenit)

Pantau adanya

pucat dan

sianosis

Pantau

pergerakan otot

dada saat

proses

pernapasan

Mandiri Berikan posisi

o Mengetahui

keadekuatan

frekuensi

pernapasan

dan

keefektifan

jalan napas

o Mengetahui

kesimetrisan

otot dada

o Memaksimalk

an ekspansi

paru,

menurunkan

kerja

pernapasan,

dan

menurunkan

resiko aspirasi

Page 25: Pembahasan Cor Pulmonale

25

fowler atau

semi fowler 

Berikan nutrisi

melalui selang

infuse

Penkes Ajarkan teknik

napas dalam

dan atau

pernapasan

bibir atau

pernapasan

diafragmatik

abdomen bila

diindikasikan 

Informasikan

kepada pasien

dan keluarga

bahwa tidak

boleh merokok

o Membantu

meningkatkan

difusi gas dan

ekspansi jalan

napas kecil,

memberika

pasien

beberapa

control

terhadap

pernapasan,

membantu

menurunkan

ansietas.

o Memenuhi

kebutuhan di

dalam tubuh

o Mengontrol

rasa sesak

saat

melalkukan

pernapasan

o Mengurangi

kadar oksigen

yang berada

Page 26: Pembahasan Cor Pulmonale

26

di dalam

ruangan

Kolaborasi Berikan terapi

nebulizer

ultrasonic dan

udara dan

oksigen yang

dilembabkan

sesuai program

atau protocol

institusi

dalam

ruangan dan

membuat

udara disekitar

pasien bersih

o Mengurangi

sesak yang di

alami oleh

klien

Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).

DS :

Klien mengatakan

adanya peningkatan

selera makan

DO :

Melakukan aktivitas

makan bersamaan

Tujuan  : Nafsu makan

lebih meningkat.

Kriteria hasil :

Gizi untuk kebutuhan

metabolik terpenuhi. 

Massa tubuh dan berat

badan klien berada dalam

batas normal.

Obsevasi Pantau nilai

laboratorium,

khususnya

transferin,

albumin, dan

elektrolit.

Kaji timbang

berat badan

pasien pada

interval yang

tepat.

Mandiri Beri motivasi

pada klien

untuk

o Mengetahui

perkembanga

n asupan gizi

klien melalui

sampel darah.

o mengetahui

perkembanga

n klien dalam

mempertahan

kan berat

badan normal.

o Membantu

pasien

Page 27: Pembahasan Cor Pulmonale

27

dengan aktivitas lain mengubah

kebiasaan

makan.

Bantu untuk

mengembangk

n rencana

manajemen

berat badan

Berikan

penguatan

positif untuk

nutrisi yang

baik dan latihan

fisik yang rutin

Beri makanan

untuk klien

semenarik

mungkin

Penkes Pertahankan

kebersihan

mulut yang baik

memenuhi diet

yang

disarankan

untuk

kebutuhan

nutrisi dalam

metabolisme.

o Memenuhi

kondisi

dimana berat

badan dalam

keadaan

normal

o Menambah

pemahaman

bagi klien

mengenai

nutrisi

o Mengurangi

anorexia pada

pasien

o Menambah

nafsu makan

dan

membersihkan

Page 28: Pembahasan Cor Pulmonale

28

Kolaborasi Diskusikan

dengan ahli gizi

dalam

menentukan

kebutuhan

protein untuk

klien.

kuman-kuman

yang ada

dalam mulut,

sehingga

makanan yang

klien makan

akan terasa

lebih nikmat.

o Untuk bisa

lebih tepat

memberikan

diet kepada

pasien sesuai

zat gizi dan

kalori yang

dibutuhkan.

Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigenDS :

Klien mengatakan

ketidaknyamanan

atau dispnea saat

beraktvitas

DO :

Frekensi jantung ata

tekanan darah tidak

normal sebagai

Tujuan: keseimbanagn

antara suplai dan demand

oksigen.

:

keseimbanagn antara

suplai dan demand

oksigen.

Kriteria hasil :

mentoleransi aktivitas

yang biasa dilakukan dan

di tunjukkan dengan daya

tahan, menunjukkan

Observasi : kaji respon

emosi, social

dan spiritual

terhadap

aktiitas

pantau TTV

sebelum,selam

a,dan setelah

aktivitas

Mandiri : Beri bantuan

o mengidentifika

si konsentrasi

klien dalam

merepon

o mengetahui

perubahan

pada sistem

tubuh klien

Page 29: Pembahasan Cor Pulmonale

29

respon terhadap

aktivitas

penghematan energi.untuk

melaksanakan

aktifitas sehari-

hari

Bantu klien

mengidentifikas

i pilihan

aktivitas

Penkes : Ajarkan klien

bagaimana

menghadapi

aktifitas

menghindari

kelelahan dan

berikan periode

istirahat tanpa

gangguan di

antara aktifitas

Anjurkan

periode untuk

istrahat dan

aktivitas secara

bergantian

o Membantu

klien

bagaimana

meningkatkan

rasa control

dan mandiri

dengan

kondisi yang

ada

o Memenuhi

kebutuhan

klien dalam

memenuhi

kebutuhan

aktivitas

o Istirahat

memungkinka

n tubuh

memperbaiki

energy yang

digunakan

selama

aktifitas

o Memulihkan

kondisi klien

setelah

melakukan

Page 30: Pembahasan Cor Pulmonale

30

Kolaborasi : Kolaborasi

dengan ahli gizi

mengenai

menu makanan

pasien

Kolaborasikan

dengan ahli

terapi okupasi,

fisik (misalnya,

untuk latihan

ketahanan)

atau rekreasi

untuk

merencanakan

dan memantau

program

aktivitas jika

perlu

suatu aktivitas

o Dengan ahli

gizi,perawat

dapat

menentukan

jenis-jenis

makanan yang

harus

dikonsumsi

untuk

memaksimalk

an

pembentukan

energy dalam

tubuh pasien.

o Memberikan

kenyamanan

klien secara

psiko

Penurunan curah jantung b/d oliguria

Tujuan : mengembalikan

pola eliminasi urin normal.

Kriteria hasil : klien

Observasi : Pantau

pengeluaran

o Pengeluaran

urine mungkin

Page 31: Pembahasan Cor Pulmonale

31

DS :

Klien mengatakan

kencing sedikit

DO :

Jumlah pengeluaran urin

dalam batas abnormal

menunjukkan pola

pengeluaran urin yang

normal, klien menunjukkan

pengetahuan yang adekuat

tentang eliminasi urin.

urine, catat

jumlah dan

warna saat

dimana diuresis

terjadi.

Kaji respon

klien saat

melakukan

BAK

Kaji bising

usus. Catat

keluhan

anoreksia,

mual, distensi

abdomen dan

konstipasi.

Mandiri Pertahakan

duduk atau

tirah baring

sedikit dan

pekat karena

penurunan

perfusi ginjal.

Posisi

terlentang

membantu

diuresis

sehingga

pengeluaran

urine dapat

ditingkatkan

selama tirah

baring.

o Mengidentifika

si penyakit lain

yng di alami

oleh klien

o Kongesti

visceral

(terjadi pada

GJK lanjut)

dapat

mengganggu

fungsi

gaster/intestin

al

o Posisi tersebut

meningkatkan

Page 32: Pembahasan Cor Pulmonale

32

dengan posisi

semifowler

selama fase

akut.

Berikan

informasi

tentang tehnik

penurunan

stress, seperti

biofeedback ,

relaksasi otot

progresif,medit

asi dan latihan

fisik

Penkes Ajarkan

penggunaan,

dosis,

frekuensi, dan

fek samping

obat

Ajarkan untuk

melaporkan

dan

menggambarka

n awitan

palpitasi dan

nyeri ,durasi,

filtrasi ginjal

dan

menurunkan

produksi ADH

sehingga

meningkatkan

dieresis.

o Mengurangi

kerja sistem

metabolic

pada tbuh

o Mengajarkan

pasien untuk

mandiri dalam

meminum

obat

o Mengidentifika

si kondisi

pasien pada

saat timbulnya

rasa sakit

Page 33: Pembahasan Cor Pulmonale

33

factor

pencetus,

daerah,

kualitas, dan

intensitas

Kolaborasi : Konsultasi

dengan ahli

diet.

Konsultasikan

dengan dokter

menyangkt

parameter

pmberian atau

pengberhentian

obat tekanan

darah

o Perlu

memberikan

diet yang

dapat diterima

klien yang

memenuhi

kebutuhan

kalori dalam

pembatasan

natrium

o Membantu

dalam proses

penyembuhan

klien

BAB IVPENUTUP

Page 34: Pembahasan Cor Pulmonale

34

a. KesimpulanCor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi

dan atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri)

pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru, dinding

thoraks maupun vaskuler paru.

b. Saran Kami sadar di dalam meringkas resume ini masih jauh dari kata

sempurna kritik dan saran dari rekan semua sangat di harapkan demi

kebaikankedepan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Corwin, J. Elizabeth, 2001, Buku Saku Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

Doenges, Moorhouse & Geissler, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit

EGC, Jakarta.

Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3 , EGC,

Jakarta.

Bruner & sudarth. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta :

EGC.