Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG PERNIKAHAN DINI
DI DESA DADAPAYU, KECAMATAN SEMANU,
KABUPATEN GUNUNGKIDUL, D.I. YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Kesarjanaan Jenjang
Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD SULAIMAN
NIM: 15510003
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA"APMD"
YOGYAKARTA
2019
iv
MOTTO
Teruslah mencoba, tanpa mencoba kita tidak akan mendapatkan apa yang kita
inginkan
(Muhammad Sulaiman)
Jika kau ingin mengatur orang lain, aturlah dirimu sendiri dulu
(Abu Bakar)
Jangan pergi mengikuti ke mana jalan akan berujung. Buat jalanmu sendiri
dan tinggalkanlah jejak
(Ralph Waldo Emerson)
Jika kamu tak bisa memiliki apa yang kamu cintai, belajarlah untuk mencintai
apa yang kamu miliki
(Mario Teguh)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Tuhan semesta alam Allah SWT
berkat rahmat dan hidayah yang diberikan kepada hambanya, tak lupa karunianya
serta petunjuknya dalam menyelsaikan skripsi ini. Karya ini kupersembahkan untuk :
1. Kedua Orangtua saya, Bapak Abdul Azis dan Ibu Fathur Rahmah walau tidak
seberapa dengan semua perjuanganmu yang telah membesarkanku dengan penuh
kasih dan sayang yang Bapak dan Ibu berikan, hanya doa yang kupanjatkan
setiap aku berada dimanapun dan dalam kondisi apapun, Bapak dan Ibu ini karya
kecil dariku untukmu yang selalu ada didalam hati dan jiwaku.
2. Saudara-saudara saya, Muhammad Zainal Ilmi, Nurul Azizah, dan Adhi Qodri
Azizi, terimakasih, telah memberikan semangat maupun materiil dan support
selama saya berrkuliah di Yogyakarta. Dan saudara yang lainnya yang tinggal di
Yogyakarta Kak Lina dan suaminya Mas Gama terimakasih telah mensupport
saya selama saya berkuliah di Yogyakarta.
3. Kakek dan Nenek saya yaitu Kakek Alm. H. Latief dan Nenek Alm. Hj. Hapsah,
dan Kakek Alm. H. Bahraini dan Nenek Hj. Nurhayati terimakasih selalu
memberikan support selama ini.
4. Saudara Bapak dan Ibu saya yaitu Paman Chalie dan istrinya Tante Tatik, Wa
Musliha, Tante Tini, Wa Zizah dan suaminya Wa Hamid, Paman Asnan dan
istrinya Tante Ira, Paman Rudi dan istrinya Tante Dede, Ma Liah, Acil Ina dan
suaminya Om Sunamin, Paman Azis, Acil Atun dan suaminya om Rajidin, Acil
vi
Amah dan suaminya, Paman Gafur dan istrinya Acil Richa, Paman Saleh dan
istrinya terima kasih selalu memberikan motivasi dan terkadang memberikan
tambahan materi.
5. Sepupu- sepupu dari Bapak dan Ibu saya yaitu Kak Lina, Kak Ati, Kak Iin, Kak
Abay, Kak Jahman, Kak Marwan, Kak Rahmah, Kak Arief, Emen, Aden, Irfan,
Faisal, Iril, Andra, Aldi, Atta, Adi, Nabil, Keisha, Aqila, Adiba, Mas hendro, Kak
Helmi, Fiqi, Fina, Fikri, Ainun, Wardah, Rizka, Ilham, Royan, Andri, Ayu,
Wawan, Lutfi terimakasih sudah memberikan support kepada saya.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas berkah dan inayah-Nya dalam memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan merampungkan skripsi ini. Dengan
berbagai rasa yang menjadi satu yaitu lelah, kesal, dan sedih bahkan rasa sedikit
putus asa yang muncul dibeberapa waktu, namun semuanya berakhir dengan
kelegaan dan keharuan sehingga timbul semangat luar biasa. Tidak lupa salam serta
shalawat dihaturkan atas baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
para sahabat dan para umatnya yang senantiasa istiqomah dijalannya.
Berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan
skripsi yang berjudul: “Pandangan Masyarakat Tentang Pernikahan Dini Di
Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul,
D.I.Yogyakarta”. Penulis menyadari bahwasannya manusia tidaklah mungkin hidup
tanpa bantuan orang lain dan tidaklah mungkin terwujud semua usaha tanpa bantuan
orang lain. Kelancaran proses penyusunan skripsi ini berkat bimbingan, arahan, dan
petunjuk serta kerja sama dari berbagai pihak, baik pada tahap persiapan,
penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”Yogyakarta.
2. Dra.Oktarina Albizzia, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Sosiatri/Pembangunan
sosial.
3. Dra. Anastasia Adiwirahayu, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penyusun dalam
penulisan skripsi.
4. Aulia Widya Sakina, S.Sos, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik
selama saya kuliah di STPMD “APMD” Yogyakarta.
viii
5. Drs. AY. Oelin Marliyantoro, M.Si, selaku Dosen Penguji samping I skripsi,
yang telah memberikan masukkan yang sangat berguna untuk memperbaiki
penyusunan skripsi ini.
6. Ratna Sesotya Wedajati, S.Psi., M.Si.Psi selaku Dosen Penguji samping II
skripsi yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat
untuk memperbaiki cara penulisan skripsi yang baik dan benar.
7. Para Dosen Prodi Ilmu Sosiatri STPMD”APMD” Yogyakarta yang telah
sabar membimbing dan mengajar penulis selama masa perkuliahan.
8. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta yang selama ini tidak mengenal pamrih dalam
membimbing dan menuangkan ilmu pengetahuan kepada penyusun selama
duduk di bangku perkuliahan.
9. Seluruh Staf Pegawai Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta, atas segala pelayanan yang telah diberikan selama ini
guna menunjang kegiatan perkuliahan yang kami butuhkan selama ini.
10. Seluruh masyarakat Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta tempat penulis melakukan
penelitian serta mendapatkan data dan informasi serta wawancara.
11. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Biro Administrasi
Pembangunan DIY.
12. Pemerintah Desa Dadapayu dan lembaga masyarakat yang ada di Desa
Dadapayu yang terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini.
13. Seluruh rekan-rekan perjuanganku Ilmu Sosiatri 2015 STPMD “APMD”
Yogyakarta.
14. Teman-teman saya sobat ambyar, Yusfa, Paldi typo, Alfan Lurah, Ryan, Eza,
dan Onel yang mensupport kegiatan saya selama ini.
ix
15. Bapak dan ibu kos, teman- teman kos Bakpao Djoeyen saya Bowo, Bang
Beltah, Mas Kholis, Mas Edwin, Topan, Ijul, Ryan, Dayat, Irpan, Dedi dan
Pakde Bakpao yang menemani saya selama ini.
16. Teman – teman terdekat saya, Lia, Luvi, Shella, Opal, Bojes, Hamas, Rifqi,
Bagus, Ipan, Tejo, Oyon, Bang Rey, Roko, Dika, Bang Ryan, Gebi, Rizky,
Ichad, Irva, Ade, Sule, Nata yang selama ini sudah menemani kehidupan
saya di Yogyakarta.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
penyelesaian skripsi ini, saya mengucapkan terimakasih banyak atas bantuan
semuanya baik yang berupa doa maupun materill yang tidak dapat penulis balas
dengan baik, semoga Allah SWT yang akan membalas kebaikan kalian semua. Amin
Yogyakarta, Oktober 2019
Penulis
Muhammad Sulaiman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua
makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan
pasangan hidup untuk melanjutkan keturunannya. Pernikahan adalah jalan untuk bisa
mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
menyatakan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada Pasal 2
menyatakan bahwa pernikahan dinyatakan sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaannya, serta tiap-tiap pernikahan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di antara banyaknya bentuk
pernikahan yang terjadi, terdapat fenomena pernikahan dini pada kalangan remaja.
Pada hakekatnya pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan atau pernikahan yang
salah satu atau kedua pasangan berusia dibawah 18 tahun atau sedang menempuh
pendidikan sekolah dan masih termasuk dalam kategori usia remaja.
Pernikahan dini sering kali berpotensi pada kasus perceraian, hal ini
disebabkan kurangnya kesiapan mental dan emosional pasangan yang terpaksa
menikah karena kehamilan di luar nikah. Para pasangan tersebut awalnya tidak
menyebutkan bahwa pernikahannya dilatar belakangi adanya kehamilan di luar
nikah, namun seiring berjalannya waktu, fakta-fakta tersebut akhirnya terungkap. Hal
2
ini disebabkan atas ketidakasiapan fisik dan mental para pasangan yang terpaksa
menikah karena desakan tersebut. Akibatnya, selama berumah tangga, kedua
pasangan tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya masing-masing, lantas memicu
berbagai pertengkaran bahkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga baik
kekerasan kepada pasangan maupun kepada anak, dan dalam perkembangannya,
pernikahan dini akan membawa masalah psikologis yang besar dikemudian hari
karena pernikahan tersebut.
Indonesia termasuk masyarakat yang majemuk, terdiri dari ratusan suku-
suku. Oleh karena itu lahirlah banyak pengertian nikah dalam suku-suku tersebut.
Dan karena dalam Islam dijelaskan tatacara dan hukum menikah, maka dalam
masyarakat Indonesia yang terbagi menjadi ratusan suku ada pula tatacaranya, inilah
yang sering disebut dengan adat istiadat, karena lahir dari kebiasaan. Kebiasaan
inilah yang akhirnya menjadi hukum sendiri dikalangan mereka.
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu
muda. Di era modern seperti sekarang ini pernikahan dini masih banyak terjadi di
berbagai daerah. Pengadilan Agama Wonosari Gunungkidul mencatat, dalam tiga
bulan awal tahun 2018 ini jumlah pasangan yang mengajukan dispensasi menikah
sudah mencapai angka 35. Jumlah tersebut tergolong cukup tinggi rata-rata
pengajuan dispensasi menikah di Kabupaten ini mencapai 100-110 pasangan setiap
tahunnya. (Sumber: https://m.kumparan.com)
Dari data 2014 lalu, jumlah pemohon dispensasi nikah dini sebanyak 151,
jumlah tersebut menurun pada 2015 menjadi 109, penurunan terus terjadi pada 2016
sebanyak 85 pemohon dan 2017 lalu sebanyak 67 pemohon. Fenomena yang terjadi
3
di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Dimana di Desa
tersebut banyak terjadi pernikahan di bawah umur. (Sumber:
https://www.tribunnews.com)
Meskipun pada kenyataannya pasangan tersebut belum siap untuk menikah
dan menjalani kehidupan rumah tangga pada umuryang dibilang masih terlalu muda,
pernikahan tetap dilangsungkan. Terjadinya pernikahan dini di Desa Dadapayu ini
mempunyai dampak yang tidak baik bagi mereka yang telah melangsungkan
pernikahan dini. Dampak dari pernikahan dini ini akan menimbulkan persoalan
dalam rumah tangga, seperti peretengkaran, percekcokkan, dan bentrokan antara
suami dan istri. Emosi yang belum stabil memungkinkan banyaknya pertengkaran
dalam berumah tangga, meskipun di dalam rumah tangga pertengkaran atau
bentrokan itu hal biasa, namun apabila berkelanjutan bisa mengakibatkan perceraian.
Masalah perceraian umumnya disebabkan masing-masing sudah tidak lagi
memegang amanah sebagai suami atau istri, suami yang tidak melaksanakan
kewajibannya sebagai kepala rumah tangga atau istri sudah tidak menghargai suami
sebagai kepala rumah tangga. Apabila mereka memepertahankan ego masing-masing
akibatnya adalah perceraian. Namun tidak mungkin dipungkiri bahwa tidak sedikit
dari mereka yang telah melangsungkan pernikahan di usia muda dapat
mempertahankan dan memelihara keututhan keluarga sesuai dengan tujuan dari
pernikahan itu sendiri.
Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan pernikahan. Kebehasilan rumah tangga sangat banyak ditentukan oleh
kematangan emosi, baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkan pernikahan
4
maka status sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat diakui sebagai pasangan
suami istri dan sah secara hukum. Batas usia dalam melangsungkan pernikahan
adalah sangat penting. Hal ini karena pernikahan menghendaki kematangan
psikologis. Usia pernikahan yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya
kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam
kehidupan berumah tangga.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kedewasaan ibu baik secara
fisik maupun mental sangat penting, karena hal itu akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak kelak dikemudian hari. Oleh sebab itulah maka sangat penting
untuk memperhatikan umur pada anak yang akan menikah. Meskipun batas umur
pernikahan yang telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974, yaitu
pernikahan hanya di izinkan jika pihak pria sudah berumur 19 tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 tahun, namun dalam praktiknya masih banyak di
jumpai pernikahan pada usia muda atau dibawah umur. Padahal pernikahan yang
sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental,
untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga.
Dari latar belakang tersebut penulis berkeinginan meneliti tentang pernikahan
dini di Desa Dadapayu, yang penulis beri judul ” PANDANGAN MASYARAKAT
TENTANG PERNIKAHAN DINI DI DESA DADAPAYU, KECAMATAN
SEMANU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL”.
5
B. Rumusan Masalah
Pada dasarnya batas umur pernikahan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1)
UU No 1tahun 1974, Yaitu pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
mencapai umur 16 tahun. Namun dalam praktiknya masih banyak di jumpai
pernikahan usia dini atau dibawah umur.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dirumuskan permasalahan terhadap
objek penelitian ini, permasalahan tersebut adalah:
1. Apa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini di Desa Dadapayu
Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?
2. Bagaimana pandangan masyarakat tentang pernikahan dini di Desa Dadapayu
Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian :
Berdasarkan pemasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui hal-hal yang mendorong terjadinya pernikahan dini di Desa
Dadapayu Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul.
b. Untuk mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap pernikahan dini di Desa
Dadapayu Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul.
6
2. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian adalah deskripsi tentang pentingnya penelitian terutama
bagi pengembangan ilmu atau pembangunan dalam arti luas, dengan arti lain, uraian
dalam sub-bab kegunaan penelitian berisi tentang kelayakan atas masalah yang
diteliti. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara Teoritis :
1. Menjadi bahan teoritis guna kepentingan penulisan karya ilmiah yang
berbentuk skripsi.
2. Dapat dijadikan bahan atau pertimbangan bagi peneliti dan penyusunan karya
ilmiah selanjutnya yang ada hubungannya dengan masalah pernikahan dini.
b. Secara Praktis
Bagi masyarakat umum, untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat
tentang UU perkawinan, sehingga perkawinan yang akan dilangsungkan sesuai
dengan tujuan dari UU No. 1 Tahun 1974 yaitu untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
D. Kerangka Teori
1. Pandangan Masyarakat
Pengertian dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan dorongan-
dorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal mengetahui, melalui (indera) dan daya
memahami. Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk membedakan
7
mengelompokkan dan memfokuskan yang ada dilingkungan mereka disebut sebagai
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi. Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh suatu penginderaan yaitu merupakan
proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.
Untuk lebih memahami persepsi berikut adalah beberapa definisi persepsi menurut
pakar psikologi antara lain sebagai berikut:
Menurut pendapat Kartini Kartono (1984:77), persepsi adalah pengamatan
secara global, belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya belum
terbedakan satu dari lainnya (baru ada proses yang memeliki tanggapan). Sedangkan
menurut Bimo Walgito (1994:53), persepsi adalah pengorganisasian,
penginterpretasian, terhadap stimulus yang diterima oleh organism atau individu
sehingga merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri.
Persepsi adalah sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls
sensorik menjadi suatu pola yang bermakna. (Carol Wade dan Carol Travis,
2002:193). Kemampuan persepsi adalah sesuatu yang sifatnya bawaan dan
berkembang pada masa yang sangat dini. Meskipun kebanyakan kemampuan
persepsi bersifat bawaan, pengalaman juga memainkan peranan penting.
Kemampuan bawaan tidak akan bertahan lama karena sel-sel dalam syaraf
menagalami kemunduran, berubah, atau gagal membentuk jalur syaraf yang layak.
Secara keseluruhan, kemampuan persepsi kita ditanamkan dan tergantung pada
pengalaman.(Carol Wade dan Carol Travis, 2002:226-228).
8
Proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses fisiologis
dan proses psikologis. Proses fisik berupa obyek menimbulkan stimulus, lalu
stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologi berupa stimulus yang
diterima oleh indera yang diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Sedangkan proses
psikologis berupa proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang
diterima. (Sunaryo, 2004:94)
a. Faktor yang mempengaruhi persepsi: (P. Siagian Sondang, 1995:101-105).
1) Diri yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat dan berusaha memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihat. Karakteristik individu yang turut
berpengaruh anatara lain : sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan harapan.
2) Sasaran persepsi yang mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sasaran ini
berpengaruh antara persepsi.
3) Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang artinya bahwa
dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan perhatian. Situasi
merupakan faktor yang turut berperan dalam menumbuhkan persepsi.
Dengan demikian dari beberapa konsep persepsi diatas dapat disimpulkan
bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian dan proses penafsiran seorang
terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh berbagai pengetahuan, keinginan dan
pengalaman yang relevan terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh perilaku manusia
dalam menentukan pilihan hidupnya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, masyarakat merupakan sekelompok
manusia yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas
9
yang jelas dan menjadi faktor utamanya ialah adanya hubungan yang kuat diantara
anggota kelompok dibandingkan hubungan dengan orang-orang diluar kelompoknya.
Sedangkan menurut Hasan Sadhily (1984:47), masyarakat adalah golongan
besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya
bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan
pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya menjadi unsur yang ada bagi
masyarakat. Masyarakat bukannya ada hanya dengan hanya menjumlahkan adanya
orang-orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.
Masyarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah karena proses
masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang
teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari
anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini
dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang-wenang untuk mengutamakan
kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa berarti tunduk kepada hukum-
hukum yang telah ditetapkan (negara, perkumpulan dan sebagainya) dengan sukarela
berarti menurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan
bersama itu (desa berdasarkan adat dan sebagainya).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup dan tinggal bersama
dalam wilayah tertentu dan memberikan pemahaman atau tanggapan terhadap hal-hal
atau peristiwa yang terjadi dilingkungannya.
10
Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu : (Stephen P.
Robbins, 2001:89)
1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.
2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat
mempengaruhinya apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam
keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya
mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan
benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.
3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab
uunsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.
2. Pernikahan Dini
Pernikahan adalah kerja sama antara 2 orang yang telah sepakat untuk hidup
bersama sampai selamanya. Kehidupan rumah tangga itu dapat langgeng diperlukan
ikatan yang kuat berupa rasa cinta dan saling memahami. Menurut Subekti
(1984:231), pernikahan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan untuk waktu yang lama. Pernikahan adalah salah satu perintah
peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita, sebab pernikahan
itu tidak hanya menyangkut pria dan wanita calon mempelai saja, tetapi juga orang
tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga-keluarga mereka
masing-masing. Undang-Undang Perkawinan, dalam pasal 1 merumuskan pengertian
11
perkawinan sebagai berikut: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pernikahan usia dini adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan yang masing-masing pihak masih remaja atau belia. Seperti
yang kita ketahui remaja adalah merupakan masa dimana masih mencari identitas
diri, labil dan masih gejolak, belum matang jiwa dan raganya serta belum
mempunyai kecakapan yang sempurna. Melakukan pernikahan diusia dini sangat
tipis kemungkinan untuk membentuk suatu rumah tangga yang bahagia sejahtera
(Soentoro, 2000: 20-22). Jadi dapat dipahami bahwa penikahan dini adalah
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan calon pengantin yang masih dibawah
umur. Dimana usia keduanya masih dibawah batas minimal yang ditentukan oleh
undang-undang ataupun batas ideal sehingga kedua calon tersebut belum siap secara
lahir dan batin, serta kedua calon tersebut belum mempunyai mental yang matang
dan juga ada kemungkinan belum siap dalam hal materi.
Berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan No. 1
Tahun 1974 pernikahan dianggap sah apabila dilaksanakan menurut hukum
agamanya dan kepercayaannya masing-masing. Bahwa yang dimaksud dengan
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan
perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu
asal tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam Undang-Undang.
12
Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 ada beberapa syarat
pernikahan, yaitu :
a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 ( dua
puluh satu ) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
c. Batas umur pernikahan.
d. Tidak terdapat larangan pernikahan.
e. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam
keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2)
pasal ini cukup di peroleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua
yang mampu menyatakan kehendaknya.
f. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin di peroleh dari wali, orang
yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis
keturunan, lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat
menyatakan kehendaknya.
g. Dalam hal perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2),
(3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak
menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal
orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut
dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut
dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.
13
Syarat materiil yang mutlak (umum) yaitu syarat yang berlaku untuk semua
pernikahan. Apabila syarat ini tidak dipenuhi maka merupakan suatu halangan untuk
melangsungkan suatu pernikahan. Adapun syarat materiil yang mutlak (umum)
terdiri dari: ( Simanjuntak, 2007: 44-45 )
a. Kata sepakat, ini diatur dalam Pasal 28 KUHPerdata. Kata sepakat merupakan
unsur terpenting dalam suatu perkawinan. Calon suami dan calon isteri dengan
menyatakan kata sepakatnya berarti mereka telah menyadari apa akibatnya dari
perkawinan yang mereka langsungkan. Kata sepakat harus dikemukakan secara
bebas tanpa adanya tekanan atau paksaan dari siapapun juga.
b. Batas usia, ini diatur dalam Pasal 29 KUHPerdata yang menentukan batas umur
buat seseorang yang akan melangsungkan suatu perkawinan yaitu 18 tahun untuk
laki-laki dan 15 tahun untuk calon isteri kecuali bila diberikan dispensasi oleh
pemerintah berdasarkan alasan-alasan yang sangat penting dan mendesak.
c. Masing-masing pihak belum kawin, ini diatur dalam Pasal 27 KUHPerdata yang
menentukan bahwa dalam jangka waktu yang sama seorang laki-laki hanya boleh
mempunyai seorang wanita sebagai isteri dan seorang wanita hanya boleh
mempunyai seorang laki-laki sebagai suami.
d. Tenggang waktu, ini diatur dalam Pasal 34 KUHPerdata yang menjelaskan
perempuan tidak diperbolehkan kawin lagi, melainkan setelah lewat 300 hari
semenjak perkawinan terakhir dibubarkan. Hal ini untuk menghindari terjadinya
pencampuran benih atau confusius sanguinis (keragu-raguan keturunan).
Menurut Hilman Hadikusuma (1990:23), tujuan pernikahan menurut hukum
adat bagi masyarakat yang bersifat kekerabatan adalah “untuk mempertahankan dan
14
meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan, untuk kebahagiaan
rumah tangga, untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya dan kedamaian dan untuk
mempertahankan warisan”. Karena sistem keturunan dan kekerabatan di Indonesia
antara suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain berbeda termasuk lingkungan
hidupnya serta agama yang dianut berbeda-beda maka tujuan pernikahan adat antara
suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain berbeda-beda.
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 bahwa tujuan dari perkawinan
adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari beberapa uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk membentuk suatu keluarga
(rumahtangga) yang bahagia dan kekal, sakinah, mawaddah dan warrahmah
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa serta menghalalkan hubungan kelamin
antara seorang laki-laki dan seorang wanita.
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini, yang sering
kita jumpai dilingkungan masyarakat, yaitu:
a. Faktor Ekonomi
Beban ekonomi pada keluarga sering kali mendorong orang tua untuk cepat-
cepat menikahkan anaknya dengan harapan beban ekonomi keluarga akan
berkurang, karena anak perempuan yang sudah nikah menjadi tanggung jawab
suami (BKKBN, 1993:9). Hal ini banyak kita jumpai dipedesaan, tanpa peduli
umur anaknya masih muda, apalagi kalau yang melamar dari pihak kaya, dengan
harapan dapat meningkatkan derajatnya.
15
b. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan untuk menikahkan anaknya
yang masih dibawah umur dan tidak dibarengi dengan pemikiran yang panjang
tentang akibat dan dampak permasalahan yang dihadapi.
c. Faktor Orang tua
Kebiasaan orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya menikah
secepatnya padahal usia mereka belum matang untuk melangsungkan
pernikahan, karena orang tua/ keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan norma sosial sehingga segera menikahkan anaknya.
Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-menurun.
d. Faktor Kemauan sendiri
Hal ini disebabkan karena keduanya merasa saling mencintai dan adanya
pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media lain, yang
diperoleh dari film atau media-media lainnya sehingga bagi mereka yang telah
mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan
usia dini.
Setiap keputusan pasti mempunyai akibat baik itu positif maupun
negatif, adapun dampak dari pernikahan dini adalah :
16
a. Dampak positif
Pernikahan dini tidak selalu dipandang jelek, pernikahan dini juga
mempunyai sisi positifnya. Adapun dampak positif dari pernikahan dini adalah
sebagai berikut :
1) Mengurangi beban ekonomi orang tua, karena dengan menikahkan
anaknya maka semua kebutuhan anak akan dipenuhi oleh suaminya,
bahkan orang tua berharap beban ekonominya juga akan dibantu.
2) Mencegah terjadinya perzinaan di kalangan remaja, karena dengan
menikahkan anak maka perbuatan yang tidak baik seperti melakukan
hubungan suami isteri sebelum menikah dapat di cegah, secara tidak
langsung juga mencegah terjadinya hamil diluar nikah dikalangan remaja.
b. Dampak negatif
Adapun dampak negatif dari pernikahan dini adalah sebagai berikut :
1) Dampak terhadap pasangan suami isteri
Adakalanya pasangan suami isteri yang melangsungkan pernikahan di
usia dini tidak bisa memenuhi atau tidak tahu hak dan kewajibannya
sebagai suami isteri. Kenyataan ini akan menimbulkan dampak atau akibat
yang tidak baik bagi pasangan suami isteri itu sendiri. Ketidaktahuan hak
dan kewajibannya disebabkan karena pasangan usia dini secara fisik
maupun mental belum matang, dimana masing-masing pihak ingin
menang sendiri dan akibatnya pertengkaran tidak dapat dihindari.
17
2) Dampak terhadap masing-masing keluarganya
Adat atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain inilah yang biasanya akan menimbulkan
perbedaan-perbedaan pendapat, sehingga hal ini akan mengakibatkan
pertengkaran.
E. Metode Penelitan
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif ini adalah gambaran suatu kelompok masyarakat, suatu objek, suatu
kondisi, suatu pemikiran ataupun peristiwa dari masa sekarang. Penelitian
deskriptif pada hakikatnya merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan
realistis apa yang telah terjadi pada suatu saat di tengah masyarakat. Dengan
mengadakan penelitian mengenai bebrapa masalah aktual yang kini tengah
berkecamuk dan mengekspresikan diri dalam bentuk gejala atau proses sosial.
(Lexy J. Moleong, 1989:44)
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Objek penelitian adalah topik permasalahan yang dikaji dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian ini adalah Persepsi
Masyarakat terhadap Pernikahan Dini di Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunungkidul, D.I Yogyakarta.
18
b. Definisi konseptual
1) Pandangan masyarakat
Pandangan masyarakat adalah tanggapan (penerima) langsung dari suatu
serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya.
2) Pernikahan dini
Pernikahan dini adalah pernikahan dibawah usia 21 tahun yang seharusnya
belum siap untuk melaksanakan pernikahan.
c. Definisi operasional
Pandangan masyarakat terhadap pernikahan dini adalah penilaian dan
tanggapan masyarakat yang masih tinggal di Desa Dadapayu Kecamatan
Semanu Kabupaten Gunungkidul terhadap pernikahan dini.
Pandangan masyarakat terhadap pernikahan dini:
a. Pemahaman masyarakat tentang pernikahan dini.
b. Tanggapan masyarakat terhadap pernikahan dini.
c. Harapan masyarakat terkait dengan pernikahan dini.
3. Lokasi penelitian
Peneliti memilih lokasi di Desa Dadapayu Kabupaten Gunungkidul,
karena di Desa Dadapayu itu sendiri banyak terjadi pernikahan dini, yang mana
lokasi yang peneliti teliti adalah tempat di mana peneliti pernah Kuliah Kerja
19
Nyata di sana. Jadi lebih memudahkan peneliti untuk mencari informasi. Maka
dari itu peneliti memilih lokasi tersebut dengan harapan bisa bermanfaat bagi
mahasiswa dan masyarakat setempat. Sehingga lebih memiliki kesadaran hukum
yang berlaku.
4. Subyek penelitian
Subyek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang memberikan suatu
informasi yang diperlukan dalam penelitian, baik berupa data, kata-kata, tindakan
yang diperoleh dari informan dan memiliki pandangan tertentu tentang
permasalahan tersebut.
Menurut Sugiyono (2009:215) penelitian kualitatif tidak menggunakan
istilah populasi, seperti yang dijelaskan bahwa: dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan istilah populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus
tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajian tidak akan
diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial
yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajarinya.
Dalam penelitian ini peneliti memerlukan subjek untuk bisa melengkapi
data dalam penelitian. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah :
a. Orangtua anak yang menikah pada usia dini berjumlah 3 orang
b. Anak yang melakukan pernikahan usia dini berjumlah 8 orang
c. Masyarakat umum berjumlah 3 orang
20
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti, meliputi:
a. Observasi
Observasi sering diartikan dengan pengamatan, pengamatan adalah alat
pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Metode observasi dilakukan dalam
suasana alamiah yang wajar. Pada tahap awal, peneliti lebih bersifat tersamar.
Ketersamaan dalam pengamatan ini dikurangi sedikit demi sedikit seirama
dengan semakin akrabnya hubungan antara peneliti dan informan. Ketika
suasana akrab dan terbuka sudah tercipta, peneliti bisa menginformasikan hasil
pengamatan melalui wawancara dengan informan.
b. Wawancara
Dalam pelaksanaan penelitian, wawancara bukan berupa alat yang
terpisah atau khusus, melainkan merupakan suplemen bagi metode dan teknik
lainnya. Wawancara adalah percakapan dengan cara bertatap muka yang
tujuannya memperoleh innformasi faktual, untuk menaksir dan menilai
kepribadian individu, atau untuk tujuan-tujuan konseling, penyuluhan,
terapeutis. Dari pengertian wawancara di atas, wawancara merupakan cara yang
digunakan seseorang untuk tujuan satu tugas tertentu, mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-
cakap berhadapan muka dengan orang itu untuk meminta suatu keterangan.
21
c. Dokumentasi
Dalam sebuah penelitian dokumen adalah salah satu metode yang sudah
lama digunakan sebagai salah satu sumber data yang dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan data. Metode dokumentasi ini
dipilih, sebab tanpa metode dokumentasi maka analisis penelitian tidak akan
berjalan meskipun dokumentasi bukanlah hal yang pokok dalam berjalannya
penelitian. Akan tetapi dokumentasi merupakan penunjang yang penting dalam
berjalnnya penelitian.
6. Teknik analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
model interaktif yang memiliki tiga komponen, yaitu pemilihan data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. (Yulius Slamet, 2002:140-143). Untuk lebih
jelasnya masing-masing tahap (termasuk proses pengumpulan data) dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Data yang muncul berwujud kata-kata yang dikumpulkan dalam aneka
cara yaitu observasi, wawancara serta data dokumentasi, kemudian data yang
diperoleh melalui pencatatan di lapangan dianalisa melalui tiga jalur kegiatan
yaitu pemilihan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
22
b. Pemilihan data
Diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstraksakan dan transformasi data kasar yang muncul
catatan-catatan tertulis di lapangan. Pemilihan data dimulai sejak peneliti
mengambil keputusan dan menyatakan bahwa tentang kerangka kerja
konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang
cara pengumpulan data yang dipakai pada saat pengumpulan data berlangsung.
c. Penyajian data
Penyajian data meliputi berbagai jenis gambar atau skema, jaringan
kerja, keberkaitan kegiatan dan tabel yang dapat membantu satu rakitan
informasi yang memungkinkan kesimpulan dapat dilakukan. Hal ini
merupakan kegiatan yang dirancang untuk merakit secara teratur agar mudah
dilihat dan dimengerti sebagai informasi yang lengkap dan saling mendukung.
d. Penarikan kesimpulan
Merupakan proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari
awal sampai proses pengumpulan data berakhir.
23
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH DESA DADAPAYU
A. DESKRIPSI DESA
1. Sejarah Desa
Desa Dadapayu terbagi menjadi dua desa yaitu Desa Ngenep dan Desa Dayakan.
Desa Ngenep terdiri dari sebelas padukuhan, yaitu Padukuhan Pokdadap, Padukuhan
Ploso, Padukuhan Pomahan, Padukuhan Karangtengah, Padukuhan Sendang,
Padukuhan Nogosari, Padukuhan Sembuku, Padukuhan Kauman, Padukuhan Mojo,
Padukuhan Nongkosingit, dan Padukuhan Ngalangombo. Kepala Desa dari Desa
Ngenep itu sendiri bernama Pak Senen. Desa Dayakan terdiri dari sembilan
padukuhan, yaitu Padukuhan Dayakan Kulon, Padukuhan Dayakan Tengah,
Padukuhan Kepuh, Padukuhan Kerdon, Padukuhan Pelem, Padukuhan Sempon
wetan, Padukuhan Sempon Kulon, Padukuhan Dedel Wetan, dan Padukuhan Dedel
Kulon. Kepala Desa dari Desa Dayakan itu sendiri bernama bapak Sapto Supardio.
Pada awal proses penyatuan dua desa ini ada ketidaksetujuan dari salah seorang
warga yang bernama Suntoloyo. Padahal semua warga masyarakat menyetujui
adanya pernyataan dua desa tersebut. Walaupun pada akhirnya Desa Ngenep dan
Desa Dayakan dijadikan satu karena Lurah dari Desa Dayakan diberhentikan, karena
kepala desa mempunyai masalah yaitu diduga pernah menjadi pengikut PKI pada
tahun 1946- 1948. Pada saat itu jabatan kepala Desa Ngenep kosong dan Desa
Dayakan kepala desanya diberhentikan. Maka untuk mengisi kekosongan jabatan
sebagai kepala desa, maka warga menyelenggarakan Pilkades untuk memilih kepala
24
desa yang akan memimpin Desa Ngenep dan Desa Dayakan. Balai desa itu sendiri
terletak di Padukuhan Pokdadap, dengan seiring berjalannya waktu nama Kelurahan
Dadapayu itu muncul setelah terpilihnya kepala desa. Kelurahan Dadapayu ini
menggantikan gabungan dari dua desa yaitu Desa Ngenep dan Desa Dayakan.
2. Kondisi Geografis
Desa Dadapayu merupakan salah satu dari 5 desa di wilayah Kecamatan
Semanu, yang terletak ± 10 Km ke ibukota kecamatan atau ± 17 Km ke ibukota
kabupaten, dan 60 km ke Ibukota Provinsi. Desa Dadapayu juga berbatasan dengan
desa atau kecamatan lain. Batas desa sebelah selatan berbatasan dengan Desa Giri
Panggung Kecamatan Tepus, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Candirejo
Kecamatan Semanu, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngeposari Kecamatan
Semanu dan Desa Gombang Kecamatan Ponjong, dan di sebelah timur berbatasan
dengan Desa Pucanganom dan Petir Kecamatan Rongkop.
3. Visi dan Misi
a. Visi Desa Dadapayu adalah “Seko ndeso neng Malioboro, bali neng ndeso
nyejahterakke uripe wargo mulyo lan sentoso, adil makmur berdasar
Pancasila”.
25
b. Misi Desa Dadapayu adalah melanjutkan program yang telah dilaksanakan
oleh Pemerintah Desa Dadapayu, yang terdiri dari:
1) Pemberdayaan Sumber Daya Alam
2) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
3) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
26
Maksud dari peta ini adalah untuk memuat informasi-informasi daerah Desa
Dadapayu seperti sarana dan prasarana, jalan, dusun, dan lain-lain.
Gambar. II.1
Peta Desa Dadapayu
Sumber data: Monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
27
Maksud dari peta ini adalah untuk memuat informasi Desa-desa yang ada
di Kecamatan Semanu.
Gambar II.2
Peta Kecamatan Semanu
Sumber data : Monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
28
Maksud dari peta ini adalah untuk memuat informasi Desa-desa dan
Kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul
Gambar II.3
Peta Kabupaten Gunungkidul
Sumber data : Monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
29
b. Luas Wilayah Desa Dadapayu
Desa Dadapayu mempunyai total luas wilayah seluas 2224.4404 hektar.
Berikut adalah luas wilayah Desa Dadapayu menurut per padukuhan dan menurut
penggunaan lahan.
Tabel. II.1
Luas Wilayah Per Padukuhan
No Padukuhan Luas (Ha) Persentasi(%)
1. Dayakan Kulon 121.6632 5,46
2. Dayakan Tengah 122.0668 5,48
3. Kepuh 94.6760 4,25
4. Kerdon 92.8000 4,17
5. Pelem 102.6378 4,61
6. Sempon Wetan 109.4953 4,92
7. Sempon Kulon 104.6100 4,70
8 Dedel Wetan 100.3867 4,51
9. Dedel Kulon 91.6730 4,12
10. Pokdadap 112.8425 5,07
11 Ploso 107.7057 4,84
12. Pomahan 84.6320 3,80
13. Karangtengah 125.0285 5,62
14. Sendang 170.0141 7,64
15. Nogosari 117.8935 5,29
16. Sembuku 110.3160 4,95
17. Kauman 124.5597 5,59
18. Mojo 176.3255 7,92
19. Nongkosingit 78.2980 3,51
20. Ngalangombo 76.8161 3,45
Hasil 2224.4404 100%
Sumber data : Monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
30
Berdasarkan tabel II.1 mengenai luas wilayah berdasarkan per padukuhan,
maka dapat dikatakan bahwa padukuhan yang memiliki wilayah paling luas adalah
Padukuhan Mojo, yakni seluas 176.3255 Ha atau dengan presentase sebesar 7,92%.
Padukuhan dengan luas terkecil adalah Padukuhan Ngalangombo dengan luas
wilayah 76.8161 Ha atau dengan presentase hanya 3,45% dari total luas wilayah.
Tabel. II.2
Luas Wilayah Menurut Penggunaan
No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentasi (%)
1. Lahan Persawahan 0.600 0,02
2. Pemukiman Penduduk 340.000 15,28
3. Tegal / Lahan Kering 1831.865 82,31
4. Taman Hutan 1.600 0,07
5. Pemakaman (TPU) 26.900 1,20
6. Perkantoran 3.700 0,16
7. Sekolahan 6.845 0,30
8. Pasar 1.250 0,05
9. Lain-lain 5.590 0,25
Hasil 2224.440 100%
Sumber data: RPJMDes Tahun 2016-2021
Dari Tabel II.2 dapat disimpulkan bahwa wilayah Desa Dadapayu sebagian
besar digunakan untuk tegal atau ladang, yakni seluas 1831.0865 Ha atau dengan
31
presentase sebesar 82,31 %, sedangkan pasar merupakan penggunaan lahan paling
kecil yakni hanya 1,250 Ha atau dengan presentase 0,05%.
a. Iklim
Iklim Desa Dadapayu, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia
mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh
langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu.
4. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data mengenai kependudukan di Desa Dadapayu mempunyai
jumlah penduduk 8.035 jiwa terdiri dari 2.534 KK, yang tersebar dalam dua puluh
padukuhan, dua puluh RW, delapan puluh enam RT dengan rincian seperti pada
tabel:
32
Tabel. II.3
Jumlah Penduduk
No Padukuhan Kepala
Keluarga
Jiwa Jumlah Persentasi(
%) P L
1. Ngalangombo 109 117 151 268 3,33
2. Nongkosingit 91 134 159 293 3,64
3. Mojo 174 193 327 614 7,65
4. Sembuku 105 203 198 401 4,99
5. Karang
Tengah
128 181 183 364 4,53
6. Nogosari 123 184 174 358 4,45
7. Pomahan 75 245 117 362 4,50
8. Kauman 182 250 297 547 6,8
9. Sendang 228 439 379 818 10,18
10. Pokdadap 178 247 240 487 6,06
11. Dedel Wetan 131 163 185 348 4,33
12. Dedel Kulon 107 168 159 327 4,06
13 Ploso 166 178 257 435 5,41
14. Sempon Wetan 120 181 215 396 4,92
15. Sempon Kulon 100 162 147 309 3,84
16. Dayakan
Tengah
110 168 192 360 4,48
17. Dayakan
Kulon
147 285 249 534 6,64
18. Kepuh 75 144 128 272 3,38
19. Kerdon 94 133 123 256 3,18
20. Pelem 91 169 117 286 3,55
Hasil 2.534 4091 3944 8035 100%
Sumber: data monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
33
Berdasarkan pada tabel II.3 mengenai rincian jumlah penduduk Desa
Dadapayu tiap padukuhan, maka dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Dadapayu
terbanyak berada di Padukuhan Sendang dengan jumlah KK sebanyak 228 dengan
jumlah penduduk sebesar 818 atau memiliki presentase sebesar 10,18 %. Padukuhan
yang memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu Padukuhan Kerdon dengan jumlah
256 penduduk atau dengan presentase hanya 3,18 % saja.
b. Jumlah Penduduk Menurut tingkat Pendidikan
Penduduk Desa Dadapayu juga digolongkan menurut tingkat Pendidikannya
mulai dari yang tidak sekolah sampai yang lulus perguruan tinggi. Berikut
merupakan rincian jumlah penduduk Desa Dadapayu menurut tingkat Pendidikan.
Tabel. II.4
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasi (%)
1. Taman Kanak-Kanak 628 7,92
2. SD/sederajat 2.333 29,53
3. SMP/sederajat 3409 43.03
4. SMA/sederajat 887 11,19
5. Akademi/D1-D3 113 1,42
6. Sarjana 58 0,73
7. S2 3 0,03
8. Pondok Pesantren 42 0,52
9. Pendidikan Keagamaan 25 0,31
10. Tidak Lulus 270 3,40
11. Tidak bersekolah 154 1,94
Hasil 8035 100%
Sumber data: monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
34
Dilihat dari tabel II.4 di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk
Desa Dadapayu mayoritas hanya menyelesaikan 9 tahun wajib belajar atau hanya
pada tingkat SMP/sederajat dengan jumlah sebanyak 3.409 orang atau dengan
presentase mencapai 43,03 %. Minimnya penduduk Desa Dadapayu yang
melanjutkan pendidikannya sampai S2, menyebabkan tingkat pendidikan S2 ini
berada di paling bawah yaitu hanya sebanyak 3 orang saja dan dengan presentase
yang sangat rendah yakni sebesar 0,03%.
c. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Desa Dadapayu juga digolongkan berdasarkan mata
pencaharian atau beberapa jenis pekerjaan, masing-masing seperti yang dirincikan di
dalam tabel berikut ini:
35
Tabel. II.5
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentasi (%)
1. Pegawai Negeri Sipil 30 0,37
2. Swasta 388 4,82
3. Wiraswasta/pedagang 200 2,48
4. Petani 6070 75,54
5. Tukang 499 6,21
6. Buruh Tani 53 0,65
7. Pensiunan 14 0,17
8. Peternak 8 0,09
9. Jasa 52 0,64
10. Pengrajin 46 0,57
11. Lainnya 65 0,80
12. Tidak Bekerja 7 0,08
13. Pelajar 603 7,50
Hasil 8035 100%
Sumber data: monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
Berdasarkan tabel II.5 di atas, dapat dikatakan bahwa penduduk Desa
Dadapayu memiliki mata pencaharian atau pekerjaan yang bermacam-macam dan
menyebar ke seluruh wilayah Desa Dadapayu. Mayoritas Penduduk Desa Dadapayu
bermata pencaharian sebagai petani, yakni sebanyak 6070 orang atau memiliki
presentase mencapai 75,54% mengingat wilayah Desa Dadapayu sebagian besar
adalah lahan tegal.
36
d. Jumlah Penduduk Menurut Usia
Jumlah penduduk Desa Dadapayu juga digolongkan berdasarkan usia, masing-
masing seperti yang dirincikan di dalam tabel berikut ini:
Tabel II.6
Jumlah Penduduk Menurut Usia
No Kelompok usia (Tahun) Jumlah (Orang)
1 0-10 772
2 11-20 890
3 21-30 1.535
4 31-40 1.693
5 41-50 1.415
6 51-60 882
7 61-70 477
8 71-78 371
Hasil 8.035
Sumber data: monografi Desa Dadapayu Tahun 2018
Berdasarkan tabel II.6 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan usia terbanyak adalah berada pada usia 31- 40 tahun dengan jumlah
1.693 orang dengan penggabungan antara laki-laki dan perempuan.
5. Sarana dan Prasarana Desa
Guna memenuhi dan menunjang kebutuhan penduduk Desa Dadapayu yang
mencapai 8035 jiwa, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang dapat digunakan
baik untuk penduduk Desa Dadapayu itu sendiri maupun masyarakat umum. Secara
garis besar sarana dan prasarana Desa Dadapayu adalah sebagai berikut:
37
Tabel. II.7
Prasarana Desa
No Prasarana Volume Keterangan
Kondisi
1. Jalan Kabupaten 13 Km
2. Jalan Kecamatan 17 Km
3. Jalan Desa 28 Km
4. Jalan Dusun 60 Km
5. Balaidesa 1 Gedung
6. Sekolahan 21 Gedung
7. Pasar Desa 1 Gedung
8. Masjid 14 Gedung
9. Mushola 10 Gedung
10. SMP 1 Gedung
11. SD 6 Gedung
12. Taman Kanak-Kanak 5 Gedung
13. PAUD 6 Gedung
Sumber data: RPJMDes Tahun 2016-2021
Berdasarkan tabel II.7 diatas, bahwa dapat di simpulkan bahwa prasarana
perhubungan yang ada di Desa Dadapayu memiliki akses jalan yang cukup besar, di
Desa Dadapayu ini juga tersedianya gedung atau bangunan sarana pendidikan, selain
itu Desa Dadapayu juga memiliki tempat peribadatan Masjid dan Mushola, dan Desa
Dadapayu memiliki satu Balai Desa.
38
Berdasarkan data kependudukan di Desa Dadapayu, yang mempunyai jumlah
penduduk 8.035 jiwa terdiri dari 2.534 KK, masyarakat Desa Dadapayu
membutuhkan pasangan hidup untuk melanjutkan keturunannya. Pernikahan adalah
jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga. Berikut merupakan
tabel jumlah pernikahan penduduk Desa Dadapayu:
Tabel II.8
Data Pernikahan
No. Tahun Jumlah pernikahan Jumlah pernikahan usia dini
1. 2016 97 31
2. 2017 95 26
3. 2018 102 23
4. 2019 59 12
Sumber data : Buku daftar pernikahan 2016-2019
Berdasarkan tabel II.8 diatas, bahwa dapat di simpulkan bahwa jumlah
pernikahan tertinggi adalah pada tahun 2018 dengan jumlah 102 pelaku pernikahan
dan jumlah pernikahan usia dini tertinggi adalah pada tahun 2016 dengan jumlah 31
pelaku pernikahan usia dini.
39
6. Kondisi Pemerintahan Desa
Desa Dadapayu terdiri dari 20 dusun/ padukuhan, 20 RW (rukun warga) dan RT
86 (rukun tangga).
Adapun struktur organisasi Pemerintah Desa Dadapayu adalah sebagai berikut:
Adapun keterangan untuk nama dari setiap kepala dusun antara lain sebagai berikut:
1. Kadus Pomahan : Sunasir Primantoro
2. Kadus Ngalangombo : Wita Yulianto
3. Kadus Nagkosingit : Mochamad Akbar Miyano
4. Kadus Mojo : Suharini
5. Kadus Sembuku : Astuti
6. Kadus Karang Tengah : Sarwanto
40
7. Kadus Nogosari : Roni Irawan
8. Kadus Kauman : Tolu Riyanto
9. Kadus Sendang : Sunasir Prihantoro
10. Kadus Pokdadap : Tukirin
11. Kadus Dedel Wetan : Ngatemin
12. Kadus Dedel Kulon : Yatna
13. Kadus Ploso : Karsino
14. Kadus Sampen Wetan : Sugito
15. Kadus Sampen Kulon : Tri Hastono
16. Kadus Dayakan Tengah : Taryono
17. Kadus Dayakan Kulon : Sumadi
18. Kadus Kepuh : Barno
19. Kadus Kerdon : Yulianto
20. Kadus Pelem : Tri Yuono
A. Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Desa
Susunan Organisasi dan Struktur Pemerintah Desa Dadapayu terdiri dari
pimpinan pemerintah desa, yaitu kepala desa, sekretaris desa, pelaksana bagian-
bagian yang terdiri dari kepala urusan keuangan, kepala urusan umum dan tata usaha
dan kepala urusan perencanaan. Di dalam struktur organisasi juga ada beberapa
kepala seksi yang terdiri dari kepala seksi pemerintahan, kepala seksi kesejahteraan
dan kepala seksi pelayanan yang masing-masing bagian dan seksi di kepalai oleh
seorang pamong desa. Untuk membantu tugas-tugas dari pamong desa di Dadapayu
41
ada 10 orang staf pamong desa yang melaksanakan tugas pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu ada kepala pedukuhan yang sering disebut dengan bapak
dukuh yang bertugas ditingkat pedukuhan dan bisa melakukan koordinasi langsung
dengan kepala desa.
Di bawah ini adalah penjelasan mengenai tugas pokok masing-masing jabatan:
1. Kepala Desa
Kepala Desa berkedudukan sebagai kepala pemerintah di desa, yang berada
langsung di bawah Bupati dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat.
Kepala Desa mempunyai fungsi memimpin penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan. Kepala Desa mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta
tugas-tugas lain yang dilimpahkan kepada desa.
Wewenang Kepala Desa adalah Pertama memimpin penyelenggaraan
pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. Kedua,
mengajukan rancangan peraturan desa. Ketiga, menetapkan peraturan desa yang telah
mendapat persetujuan bersama BPD. Keempat, menyusun dan mengajukan
rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BPD. Kelima, membina kehidupan masyarakat desa. Keenam, membina
perekonomian desa. Ketujuh, mengkoordinasikan pembangunan desa secara
partisipatif. Kedelapan, mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
42
undangan. Kesembilan, melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Kewajiban Kepala Desa yaitu Pertama, memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila. Kedua, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945. Ketiga, mempertahankan dan memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kelima, memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat. Keenam,
melaksanakan kehidupan demokrasi. Ketujuh, melaksanakan prinsip tata
pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kedelapan, menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.
Kesembilan, menaati dan menegakan seluruh peraturan perundang-undangan.
Kesepuluh, menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik. Kesebelas,
melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa. Kedua
belas, melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa. Ketiga belas,
mendamaikan perselisihan masyarakat di desa. Keempat belas, mengembangkan
pendapatan masyarakat dan desa. Kelima belas, membina, mengayomi dan
melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat. Keenam belas,
memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa. Ketujuh belas,
mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.
Kewajiban lain yang harus dilakukan oleh Kepala Desa adalah Pertama, memberikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati. Kedua, memberikan
laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD. Ketiga, menginformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.
43
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat yaitu Pertama,
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa disampaikan kepada Bupati melalui
camat (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Kedua, laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
dalam musyawarah BPD. Ketiga, laporan akhir masa jabatan kepala desa
disampaikan kepada Bupati melalui camat dan kepada BPD.
2. Sekretaris Desa
Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur staf pembantu Kepala Desa dan
memimpin Sekretariat Desa. Sekretaris Desa mempunyai tugas mengkoordinir dan
menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan
keuangan desa serta memberikan pelayanan administrasi bagi pemerintah desa dan
masyarakat. Sekretaris Desa mempunyai fungsi, Pertama, pelaksana urusan surat-
menyurat, kearsipan dan laporan. Kedua, pelaksana urusan administrasi keuangan.
Ketiga, pelaksana administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Keempat, pelaksana tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala desa berhalangan.
3. Kepala Urusan Umum dan Tata Usaha
Kepala Urusan Umum berkedudukan sebagai unsur sekretariat yang
bertanggungjawab kepada kepala desa melalui sekretaris desa. Tugas kepala urusan
umum adalah Pertama, membantu kepala desa di bidang teknis dan administratif
pembinaan kehidupan masyarakat desa. Kedua, melaksanakan urusan surat menyurat
serta pelayanan umum. Ketiga, memelihara dan melestarikan asset-aset pemerintah.
44
Keempat, melaksanakan urusan keuangan dan pelaporan. Kelima, membina dan
melayani administrasi kependudukan. Keenam, membina dan melayani perizinan.
Fungsi kepala urusan umum adalah Pertama, sebagai pelaksana kegiatan bidang
pembinaan kehidupan masyarakat desa. Kedua, pelaksana inventarisasi, pembinaan
dan pelestarian kebudayaan yang berlaku di desa dan yang ketiga, adalah pelaksana
kegiatan perencanaan bidang kemasyarakatan dan sosial budaya desa.
4. Kepala Urusan Keuangan
Melakukan pembukuan terhadap seluruh arus keluar masuk uang yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja desa.
5. Kepala Urusan Perencanaan
Menyusun rancangan perdes dan RAPBDES. Setelah berkoordinasi dengan
kepala desa, sekretaris desa, BPD dan pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Kepala Seksi Pemerintahan
Tugas kepala seksi pemerintahan adalah Pertama, Melakukan pengawasan dan
monitoring terhadap situasi keamanan dan ketertiban di desa bekerja sama dengan
babinsa dan bhabimkamtibmas. Kedua, melakukan mediasi apabila ada perselisihan
antar warga. Ketiga, membuat laporan secara berkala tentang keadaan keamanan di
desa. Keempat, melakukan hal-hal lain yang ditugaskan oleh kepala desa
45
7. Kepala Seksi Kesejahteraan
Tugas kepala seksi kesejahteraan adalah Pertama, Melakukan pengawasan dan
monitoring terhadap program kerja pemerintah desa khususnya dibidang
kesejahteraan. Kedua, melakukan koordinasi dengan kaur perencanaan dan sekretaris
desa sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya.
8. Kepala Seksi Pelayanan
Tugas kepala seksi pelayanan adalah Pertama, Menyusun standar operasional
prosedur pelayanan di desa dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelayanan.
Kedua, melakukan sosialisasi standar operasional prosedur kepada warga desa dan
tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
9. Kepala Dusun
Kepala teknis kewilayahan pedukuhan atau yang lebih dikenal dengan pak
dukuh memiliki tugas Pertama, memimpin musyawarah dusun setiap tahun. Kedua,
menjadi mediator saat ada perselisihan warga. Ketiga, menggerakkan masyarakat
untuk melaksanakan program kegiatan yang telah direncanakan oleh pemerintah
desa. Keempat, tugas-tugas lain yang diberikan oleh pemerintah desa.
65
Daftar Pustaka
Hadikusuma, Hilman. 1990. Hukum Perkawinan Di Indonesia. Mandar Maju. Bandung.
Kartono, Kartini. 1984. Psikologi Umum. Bandung.
Moleong, Lexy J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
P., Robbins Stephen. 2001. Perilaku Organisasi. PT. Prehalindo. Jakarta.
Romulya, Moh. Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-
Undang no.1 tahun 1974 dan KHI. Bumi Aksara. Jakarta.
Shadily, Hassan. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Bina Aksara. Jakarta.
Siagian, P. Sondang. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Simanjuntak, P.N.H. 2007. Pokok-pokok Hukum Perdata. Djambatan. Jakarta.
Slamet, Yulius. 2002. Metode Penelitian Sosial. UNS Press. Surakarta.
Soentoro, Isye. 2000. Majalah Perkawinan. PT. Dian Digital Media. Jakarta.
Subekti. 1984. Pokok-Pokok Hukum Perdata. PT. Intermasa. Jakarta.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Wade, Carol dan Carol Travis. 2002. Psikologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Walgito, Bimo. 1994. Pengantar Psikologi Umum. Andy Offsed. Yogyakarta.
66
Referensi Tambahan:
BKKBN. 1983. Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta.
https://m.kumparan.com/tugujogja/pernikahan-dini-di-gunungkidul-masih-tinggidi
akses pada kamis,19 april 2018 10:10
https://www.google.com/amp/jogja.tribunnews.com/amp/2018/04/16/gunungkidul-
berupa-menekan -angka-pernikahan-usia-dini di akses pada senin,16 April 2018 20:21
Partanto, Pitus A dan M. Dahlan Al Barry. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Arkola.
Surabaya.