20
Loading… Please Wait….

Pernikahan dini

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pernikahan dini

Loading…

Please Wait….

Page 2: Pernikahan dini

PERNIKAHAN DINI

Page 3: Pernikahan dini

PERKENALAN NAMA KELOMPOK

Page 4: Pernikahan dini

Arini Dwi Lestari

Page 5: Pernikahan dini

Hayuning Tyas Aneswari P.

Page 6: Pernikahan dini

Zaitun Nakhira

Page 7: Pernikahan dini
Page 8: Pernikahan dini

MENU

PENGERTIAN HUKUMFAKTOR

PENYEBABDAMPAK

Page 9: Pernikahan dini

PENGERTIAN

pernikahan dini adalah sebuah bentukikatan/pernikahan yang salah satu atau keduapasangan berusia di bawah 18 tahun atausedang mengikuti pendidikan di sekolahmenengah atas. Jadi sebuah pernikahan disebut pernikahan dini, jika kedua atau salahsatu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun (masih berusia remaja).

BACK

Page 10: Pernikahan dini

HUKUM PERNIKAHAN DINI

MENURUT NEGARA

MENURUT AGAMA ISLAM

BACK

Page 11: Pernikahan dini

HUKUM PERNIKAHAN DINIMENURUT ISLAM

Sebenarnya, dalam fikih atau hukum Islam tidak ada batasan minimal usia pernikahan. Jumhur atau mayoritas ulama mengatakan bahwa wali atau orang tua boleh menikahkan anak perempuannya dalam usia berapapun. Jadi pernikahan Syeh Puji syah secara fikih.Namun karena pertimbangan maslahat, beberapa ulama memakruhkan praktik pernikahan usia dini. Makruh artinya boleh dilakukan namun lebih baik ditinggalkan. Anak perempuan yang masih kecil belum siap secara fisik maupun psikologis untuk memikul tugas sebagai istri dan ibu rumah tangga, meskipun dia sudah aqil baligh atau sudah melalui masa haid. Karena itu menikahkan anak perempuan yang masih kecil dinilai tidak maslahat bahkan bisa menimbilkan mafsadah (kerusakan). Pertimbangan maslahat-mafsadah ini juga diterima dalam madzab Syafii. Dasar dari itu semua adalah pernikahan Nabi Muhammad SAW dan Siti Aisyah. Beberapa riwayat menyebutkan, Aisyah dinikahkan dengan Nabi pada usia 6 tahun, dan tinggal bersama Nabi pada usia 9 tahun. Sementara waktu itu Nabi sudah berusia senja, sudah 50-an tahun.

{ }

“Dari Aisyah ra (menceritakan) bahwasannya Nabi SAW menikahinya pada saat beliau masih anak berumur 6 tahun dan Nabi SAW menggaulinya sebagai istri pada umur 9 tahun dan beliau tinggal bersama pada umur 9 tahun pula” (Hadis Shohih Muttafaq ‘alaihi)Al-Qur’an yaitu QS At-Thalaq : 4 dan QS. An-Nisa : ayat 3 dan 127

Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.Namun hukum asal sunnah dapat berubah menjadi hukum lain, misalnya wajib atau haram, tergantung keadaan orang yang melaksanakan hukum nikah. Jika seseorang tidak dapat menjaga kesucian (‘iffah) dan akhlaknya kecuali dengan menikah, maka menikah menjadi wajib baginya. Sebab, menjaga kesucian (‘iffah) dan akhlak adalah wajib atas setiap muslim, dan jika ini tak dapat terwujud kecuali dengan menikah, maka menikah menjadi wajib baginya. Bisa menjadi haram juga menikah jika ia menikah dengan alasan untuk menyakiti istri atau karna harta atau yg membahayakan agama BACK

Page 12: Pernikahan dini

Hukum Pernikahan Dini MenurutNegara:

1. UU No. 1 tahun 1974 tentang PerkawinanPasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak

wanitasudah mencapai umur 16 tahun.

Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harusmendapat izin kedua orang tua.

2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan AnakPasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anakb. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan;c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

3. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPOPatut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang tua anak yang

mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.

BACK

Page 13: Pernikahan dini

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN DINI

1. Faktor Pendidikan.Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika seorang anak putus sekolahpada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudahmerasa cukup mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.

Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktutanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunyaadalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luarnikah.

Disini, terasa betul makna dari wajib belajar 9 tahun. Jika asumsi kita anak masuk sekolah pada usia6 tahun, maka saat wajib belajar 9 tahun terlewati, anak tersebut sudah berusia 15 tahun. Di harapkan dengan wajib belajar 9 tahun (syukur jika di kemudian hari bertambah menjadi 12 tahun), maka akan punya dampak yang cukup signifikan terhadap laju angka pernikahan dini.

2. Faktor Pemahaman Agama.Ini kami sebut sebagai pemahaman agama, karena ini bukanlah sebagai doktrin. Ada sebagian darimasyarakat kita yang memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis, telahterjadi pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengansegera menikahkan anak-anak tersebut.

Lanjut..

Page 14: Pernikahan dini

LANJUTAN…Saat mejelishakim menanyakan anak wanita yang belum berusia 16 tahun tersebut, anak tersebut pada dasarnyatidak keberatan jika menunggu dampai usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang tetapbersikukuh bahwa pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan anak yang saling sms dengan anak laki-laki adalah merupakan “zina”. Dan sebagai orang tua sangat takut dengan azab membiarkan anak tetap berzina.

3. Faktor telah melakukan hubungan biologis.

Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan biologis layaknyasuami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karenamenurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.

Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya menganggap ini sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan menyesatkan anak-anak. Ibarat anak kita sudah melakukan suatu kesalahanyang besar, bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru membawa anak pada suatu kondisiyang rentan terhadap masalah. Karena sangat besar di kemudian hari perkawinan anak-anak tersebut akandipenuhi konflik.

4. Hamil sebelum menikah

Dalam beberapa kasus, walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon menantunya, tapikarena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa orang tua menikahkan anak gadis tersebut.Bahkan ada juga, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjurhamil, maka dengan sangat terpaksa mengajukan permohonan dispensasi kawin.Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak gadis, orang tua bahkan hakim yang menyidangkan. Karena dengan kondisi seperti ini, jelas-jelas perkawinan yang akan dilaksanakan bukan lagisebagaimana perkawinan sebagaimana yang diamanatkan UU bahkan agama. Karena sudah terbayang di hadapanmata, kelak rona perkawinan anak gadis ini kelak. Perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan rasa cinta sajakemungkinan di kemudian hari bias goyah,apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan keterpaksaan

MENU

Page 15: Pernikahan dini

DAMPAK

Dampak terhadap hukum

Dampak biologis

Dampak psikologis

Dampak sosial

Page 16: Pernikahan dini

DAMPAK TERHADAP HUKUM

Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:

1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahundan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anakb. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan;c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

3. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPOPatut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang tua anakyang mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.

Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak tetapmemperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta terlindungi dari perbuatankekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undang-undangtersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan untuk melindungianak dari perbuatan salah oleh orang dewasa dan orang tua. Sesuai dengan 12 area kritisdari Beijing Platform of Action, tentang perlindungan terhadap anak perempuan.

BACK

Page 17: Pernikahan dini

DAMPAK BIOLOGIS

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangansehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jikasampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekanyang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakanjiwa anak. Patut dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraandalam hak reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan(penggagahan) terhadap seorang anak.

Dokter spesialis obseteri dan ginekologi dr Deradjat Mucharram Sastraikarta Sp OG yang berpraktek di klinik spesialis Tribrata Polri mengatakan pernikahan pada anak perempuanberusia 9-12 tahun sangat tak lazim dan tidak pada tempatnya. ”Apa alasan ia menikah? Sebaiknya jangan dulu berhubungan seks hingga anak itu matang fisik maupun psikologis”. Kematangan fisik seorang anak tidak sama dengan kematangan psikologisnya sehinggameskipun anak tersebut memiliki badan bongsor dan sudah menstruasi, secara mental iabelum siap untuk berhubungan seks.

Kehamilan juga bisa saja terjadi pada anak usia 12 tahun. Namun psikologisnya belum siapuntuk mengandung dan melahirkan. Jika dilihat dari tinggi badan, wanita yang memiliki tinggidibawah 150 cm kemungkinan akan berpengaruh pada bayi yang dikandungnya. Posisi bayitidak akan lurus di dalam perut ibunya. Sel telur yang dimiliki anak juga diperkirakan belummatang dan belum berkualitas sehingga bisa terjadi kelainan kromosom pada bayi.

BACK

Page 18: Pernikahan dini

DAMPAK PSIKOLOGISSecara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akanmenimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anakakan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidakmengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anakuntuk memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnyaserta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.

Menurut psikolog dibidang psikologi anak Rudangta Ariani Sembiring Psi, mengatakan”sebenarnya banyak efek negatif dari pernikahan dini. Pada saat itu pengantinnya belum siapuntuk menghadapi tanggungjawab yang harus diemban seperti orang dewasa. Padahal kalaumenikah itu kedua belah pihak harus sudah cukup dewasa dan siap untuk menghadapipermasalahan-permasalan baik ekonami, pasangan, maupun anak. Sementara itu merekayang menikah dini umumnya belum cukup mampu menyelesaikan permasalan secara matangdan sebenarnya kalau kematangan psikologis tidak ditentukan batasan usia, karena ada jugayang sudah berumur tapi masih seperti anak kecil. Atau ada juga yang masih muda tapipikirannya sudah dewasa”.

Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat berpengaruh terhadappola asuh anak di kemudian hari. ” yang namanya mendidik anak itu perlu pendewasaan diriuntuk dapat memahami anak. Karena kalau masik kenak-kanakan, maka mana bisa sang ibumengayomi anaknya. Yang ada hanya akan merasa terbebani karena satu sisi masih inginmenikmati masa muda dan di sisi lain dia harus mengurusi keluarganya”.

BACK

Page 19: Pernikahan dini

DAMPAK SOSIAL

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktorsosial budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuanpada posisi yang rendah dan hanya dianggappelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangatbertentangan dengan ajaran agama apapuntermasuk agama Islam yang sangat menghormatiperempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi inihanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasanterhadap perempuan.

EXIT

Page 20: Pernikahan dini

SEKIAN DAN TERIMAKASIH