149
PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM PENDIDIKAN KELUARGA ISLAM (Studi Kasus di Kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh UMI HANI NIM 11140110000075 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM

PENDIDIKAN KELUARGA ISLAM

(Studi Kasus di Kampung Pasirputih, Sukajaya,

Cilamaya Kulon, Karawang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

UMI HANI

NIM 11140110000075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …
Page 3: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …
Page 4: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …
Page 5: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

i

ABSTRAK

Umi Hani, (NIM: 11140110000075). “Problematika Pernikahan Usia Dini

dalam Pendidikan Keluarga Islam (Studi Kasus di Kampung Pasirputih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)”. Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Drs. Aminuddin Yakub, M.Ag

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah masih ditemukannya

fenomena pernikahan usia dini khususnya dikampung Pasirputih, Sukajaya,

Cilamaya kulon, Karawang. Pendidikan Agama Islam bagi keluarga adalah upaya

orang tua sebagai orang yang memiliki tanggung jawab memberikan pendidikan

Islam bagi anak dalam keluarga untuk membiming jasmani dan rohani anak agar

dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan syariat Islam. Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pernikahan dini

problematika pernikahan usai dini dalam pendidikan keluarga Islam. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang

digunakan ialah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik

analisisnya adalah dengan cara mendeskripsikan data-data secara sistematik dan

diinformasikan sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan yang

komprehensif.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya pernikahan usia dini di kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya

Kulon, Karawang adalah faktor perjodohan, ekonomi, keinginan sendiri dan

pergaulan bebas. Sedangkan mengenai problematika pernikahan usia dini dalam

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga adalah praktik pernikahan usia dini

memiliki dampak positif dan negatif bagi pelakuknya. Dampak positif dari

pernikahan usia dini ini adalah timbulnya kesadaran bahwa menjadi orang tua

tidaklah mudah perlu kesiapan fisik dan mental, menjalankan salah satu sunnah

Rosulullah dengan melakukan pernikahan, dan menghindari zina. Selain positif

ada sisi negative bagi pelaku pernikahan usia dini yaitu terjadinya perceraian,

terjadi pertengkaran dan ketidakharmonisan dalam keluarga. Selain itu

problematika atau masalah pernikahan usia dini dalam keluarga adalah

ketidakmampuan orang tua dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan agama

kepada anak karena pendidikan orang tua yang rendah terhadap agama Islam dan

kondisi jiwa yang belum matang, maka keluarga pasangan usia dini ini

membutuhkan bimbingan dan pendidikan agama dari orang lain yaitu ustadz, guru

yang dapat memberikan pengetahuan-pengetahuan agama yang lebih kepada

pasangan pernikahan usia dini.

Kata Kunci: Problematika, Pernikahan Dini, Keluarga

Page 6: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

ii

ABSTRACT

Umi Hani, (NIM: 11140110000075). "Early Marriage Problems in Islamic

Family Education (Case Study in Pasirputih Village, Sukajaya, Cilamaya

Kulon, Karawang)". Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah

and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Supervisor: Drs. Aminuddin Yakub, M.Ag

The background of the problem in this study is that the phenomenon of

early marriage is still found, especially in the village of Pasirputih, Sukajaya,

Cilamaya kulon, Karawang. Islamic Education for families is an effort of parents

as people who have the responsibility to provide Islamic education for children in

the family to guide the body and spirit of the child so that they can develop

optimally in accordance with the objectives of Islamic law. This study was

conducted to determine the factors that cause early marriage marriage problems

after early in Islamic family education. This study uses descriptive qualitative

methods. Data collection techniques used are observation, interview and

documentation techniques. The analysis technique is to describe the data

systematically and be informed in such a way that a comprehensive conclusion is

obtained.

The results of this study explain that the factors that led to early marriage

in the village of Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang are factors of

matchmaking, economics, self-interest and promiscuity. While regarding the

problem of early marriage in Islamic Education in the family is the practice of

early marriage has a positive and negative impact on the performer. The positive

impact of this early marriage is the emergence of awareness that being a parent is

not easy to need physical and mental readiness, carrying out one of the Sunnah of

the Prophet by conducting a marriage, and avoiding adultery. Besides being

positive there is a negative side for early marriage actors, namely divorce, family

disputes and disharmony. In addition, the problem or the problem of early

marriage in the family is the inability of parents to provide religious knowledge to

children because of the low education of parents to the religion of Islam and

immature mental conditions, the families of these early couples need guidance

and religious education from others, namely ustadz, teachers who can provide

more religious knowledge to early marriage partners.

Keywords: Problems, Early Marriage, Family

Page 7: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Problematika

Pernikahan Usia Dini dalam Pendidikan Keluarga Islam (Studi Kasus di Kampung

Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada

jenjang Strata Satu (S1) di Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mendapatkan bantuan, dukungan, dan dorongan dari berbagai

pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih kepada:

1. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

FITK UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

3. Marhamah Saleh, Lc., M.A., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Aminudin Yakub, M.Ag., Dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis, sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Dr. Asril DT Paduko Sindo, M.A., Dosen Pembimbing Akademik yang

selama empat tahun ini menemani perjalanan studi penulis dengan arahan

dan motivasinya.

6. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Agama Islam yang telah mengajar dan

memberikan ilmunya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

7. Abdul Ghofur Astra, S.Pd., Kepala Desa Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang beserta seluruh Staf desa Sukajaya.

8. Seluruh warga kampung Pasirputih yang terlibat dalam penulisan Skripsi

ini, penulis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya yang telah

Page 8: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

iv

meluangkan waktu, memberikan informasi dan data kepada penulis untuk

membantu menyelesaikan Skripsi ini.

9. Kedua orang tua penulis, Mimi Barkah dan Bapak Kartomo tersayang.

Terima kasih telah membesarkan, mendidik, dan menjaga Hani dengan

penuh kasih sayang. Semua bantuan, dukungan, dan nasihat dari Mimi dan

Bapak tidak ternilai harganya. Segala yang telah Bapak dan Mimi berikan

semoga Allah balas dengan balasan yang terindah. Terimkasih atas segala

pengorbanan yang tiada hentinya, Pak, Mi. Hani sayang kalian, ini untuk

Mimi dan Bapak.

10. Adiku tercinta, Fahri Dwi Ramadhan, yang mewarnai hidup penulis

dengan candaan dan kenakalannya.

11. Keluarga besar Bani Tarab Indramayu, dan Keluarga besar Bani Hasbulah

Karawang. Terimakasih atas segala dukungan dan kasih sayangnya.

12. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa-mahasiswi PAI angkatan 2014,

khususnya APACHE, penulis sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari

kalian.

13. Warga-wargi KMIK (Keluarga Mahasiswa Islam Karawang) Jakarta yang

menjadi keluarga kedua penulis mba Fikri, Incess Ila, Indini.

14. Teman-teman kosan pak Zahwan Raspiani, Liyani, Milda, Samroh, Nazma

Alumni Penghuni Asrama Purti KMIK Jakarta, Feni, Irma, Teh Nadya,

Rahma, dan Ainun, Teh Aisyah, Teh Hanan, Teh Fida, Teh Fitri.

15. Semua pihak yang telah mendoakan dan menyemangati penulis.

Semoga seluruh pihak yang mendoakan dan memberikan bantuan kepada

penulis senantiasa diberikan keberkahan oleh Allah SWT. Penulis menerima kritik

dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan kegunaan bagi seluruh pihak.

Jakarta, 10 Desember 2018

Penulis

UMI HANI

Page 9: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7

D. Perumusan Masalah ..................................................................... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pernikahan Usia Dini ................................................................. 9

1. Pengertian Pernikahan ............................................................ 9

2. Rukun dan Syarat Nikah ...................................................... 11

3. Hukum Pernikahan ............................................................... 13

4. Tujuan Pernikahan ............................................................... 17

5. Hikmah Pernikahan dalam Islam ......................................... 18

6. Hakikat Pernikahan Usia Dini .............................................. 18

B. Pendidikan Keluarga Islam ..................................................... 23

1. Pengertian Pendidikan Islam ................................................ 23

2. Jenis dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................... 26

3. Kedudukan keluarga dalam Pendidikan ............................... 29

4. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak .......................... 31

Page 10: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

vi

5. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Islam .......... 34

6. Fungsi keluarga dalam pendidikan Agama Islam ................ 37

C. Hasil Penelitian Relevan .......................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 41

B. Metode dan Jenis Penelitian ...................................................... 41

C. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 41

D. Sumber Data ............................................................................... 43

E. Teknik Pengumpulan data .......................................................... 43

F. Teknik Analisis Data .................................................................. 45

G. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 45

H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 48

B. Deskripsi Data ............................................................................ 53

C. Pembahasan ................................................................................ 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 82

B. Saran .......................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 84

LAMPIRAN

RIWAYAT PENULIS

Page 11: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Data penyebaran penduduk Desa Sukajaya

Tabel 4.2 :Faktor-faktor Pernikahan usia dini dari dua belas kasus yang

terjadi di Kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang.

Page 12: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pedoman Wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia

Dini

Lampiran 2 : Lembar Wawancara dengan Guru Ngaji

Lampiran 3 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu Tati

Lampiran 4 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Darilah

Lampiran 5 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Erina

Lampiran 6 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Dayanti

Lampiran 7 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Pujiyanti

Lampiran 8 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Rasminah

Lampiran 9 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Ratini

Lampiran 10 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Wiwin

Lampiran 11 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Waridah

Lampiran 12 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Sutiah

Lampiran 13 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu

Dahlia

Lampiran 14 : Lembar wawancara dengan Pelaku Pernikahan Usia Dini Ibu Meli

Lampiran 15 : Dokumentasi

Page 13: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan jalinan suci antara dua insan antara laki-laki

dengan perempuan yang berjanji sehidup semati saling mengasihi baik

suka maupun duka, yang mana hubungan keduanya didasarkan atas niat

ibadah kepada Allah. Sebagaimana tertulis dalam buku fiqh munakahat

karya Abdul Rahman Ghazali mendefinisikan pernikahan adalah “akad

yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan

keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong

menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan

kewajiban bagi masing-masing”.1

Hukum melakukan pernikahan jumhur ulama sepakat bahwa

hukum pernikahan adalah boleh. namun menurut sebagian ulama yang lain

hukum nikah itu adakalanya sunnah, makruh, wajib bahkan haram

tergantung situasi dan kondisi orang yang hendak melakukan pernikahan

tersebut.

Tujuan pernikahan sendiri pada umumnya adalah tergantung pada

orang yang hendak melakukan pernikahan tersebut karena lebih bersifat

subjektif. namun ada tujuan yang memang diinginkan oleh semua orang

yang melakukan pernikahan yaitu untuk memperoleh kebahagian baik

lahir maupun batin untuk mencapai kesejahteraan baik di dunia maupun di

akhirat, pernikahan juga merupakan sarana proses melanjutkan keturunan.

Adapun menurut Abdul Rahman Ghazali Tujuan pernikahan ada 5 yaitu:

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan

menumpahkan kasih sayangnya.

1 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h.9

Page 14: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

2

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak

serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta

kekayaan yang halal

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang

tentram atas dasar cinta dan kasih sayang.2

Keluarga sendiri merupakan suatu kesatuan masyarakat yang

paling kecil yang didalamnya terdiri antara bapak, ibu, dan anak. yang

saling bertanggung jawab masing-masing dengan rasa kasih sayang.

Keluarga merupakan tempat Pendidikan pertama dan utama bagi seorang

anak, sedangkan orangtuanya adalah pendidik utama bagi anak.

Pendidikan dalam keluarga berperan dalam pengembangan watak,

kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai moral

anak. Dasar pembentukan sebuah keluarga lahir dari terjadinya sebuah

perkawinan yang mengikat antara laki-laki dan perempuan dengan ikatan

yang kokoh dan kuat yang dilandasi dengan ketaqwaan kepada Allah dan

keridhaan-Nya. Al-Qur’an memandang perkawinan sebagai salah satu

tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Sebagaimana Allah

berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 21

إلي هاوجعلبي نكمۦ ءايتهومن كنو ا وجال تس ز أ نفسكم

أ ن لكمم خلق ن

أ

رون ميتفك لكلأيتل قو فيذ إن مة ةورح ود ١٢م Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Kehadiran anak dalam sebuah keluarga merupakan sebuah

anugerah dan titipan Allah kepada orang tua untuk dijaga dan dididik

sebaik mungkin oleh orangtua. Kehadiran anak dianggap sebuah masalah

baru jika anak tersebut lahir dalam keluarga yang belum siap dalam

menerima hadirnya anak. Namun sebaliknya jika dalam keluaga tersebut

2Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h.24

Page 15: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

3

keluarga yang matang yang siap dan tahu fungsi dan cara mendidik anak

dengan baik, maka kehadiran anak menjadi sebuah anugerah dan sarana

meraih kebahagiaan di dunia maupun akhirat

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003 tentang system Pendidikan Nasional bagian kedua pasal 7 Hak dan

Kewajiban orang tua, menegaskan bahwa “Orang tua berhak berperan

serta dalam memilih satuan Pendidikan dan memperoleh informasi tentang

perkembangan Pendidikan anaknya. Orang tua dari anak usia wajib

belajar, berkewajiban memberikan Pendidikan dasar kepada anaknya”.3

Dari Undang-Undang tersebut jelas dikatakan bahwa tanggung

jawab orang tua sangat besar dalam memberikan Pendidikan yang layak

bagi anaknya. seperti yang ditulis oleh Abdul Qadir Djaelani “Kewajiban

ayah dan ibu dalam mendidik anak-anaknya, baik dari segi pembawaan

maupun dari segi lingkungan”.4 karena itu dalam hukum Islam ada istilah

hadanah. Para ahli hukum Islam mendefinisikan hadanah ialah melakukan

pemelihaaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun

perempuan, atau yang telah besar tetapi belum baligh dengan menyediakan

sesuatu yang menjadikan ia baik, mendidik jasmani, rohani dan akalnya

agar mampu berdiri sendiri dalam menghadapi hidup dan memikul

tanggung jawabnya.

Selama anak belum menginjak usia dewasa, maka orang tua

mempunyai peranan penting bagi anak-anaknya, untuk membawa kepada

kedewasaan, maka orang tua harus memberikan contoh yang baik bagi

anaknya, anak-anak cenderung bersifat peniru terhadap apa yang

dilakukan oleh orang tuanya. dengan contoh yang baik tersebut anak

dengan otomatis meniru tanpa ada paksaan. Orang tua juga dalam

memberikan sugesti kepada anak-anaknya tidak boleh dengan cara otoriter

melainkan dengan cara mendekatkan diri dengan pergaulan anak, sehingga

3 Undang-Undang Dasar RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 4 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1995), h. 212

Page 16: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

4

anak dengan senang hati melaksanakannya tanpa pakasaan. dan hubungan

antara orang tua dengan anak terjalin dengan rasa simpati.

Pernikahan itu merupakan sesuatu yang agung dan mulia yang

harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. orang yang

melaksanakan pernikahan hendaklah terdiri atas orang-orang yang dapat

mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya itu terhadap istri atau

suaminya, terhadap keluarganya dan tentunya terhadap Allah SWT. di

dalam Al-Qur’an surah an-Nur ayat 32 Allah menganjurkan hambanya

untuk segera melakukan pernikahan.

الحينمنعبادكموإمائكمإن نكحواالأياميمنكموالص يكونوافقراءيغنهموأ

واسععليم منفضلهوالل الل Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara

kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba

sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan

memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah

Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S An-Nur ayat 32)

Kedudukan nikah yang agung dan mulia itu juga berfungsi sebagai

forum pendidikan dan pembinaan generasi yang akan datang, maka

hendaknya pernikahan itu dilaksanakan setelah masing-masing kedua

belah pihak sudah betul-betul mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk

melaksanakan tugas sebagaimana suami dan istri yang baik bahkan siap

untuk menjadi bapak dan ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak. Nabi

Muhammad menganjurkan menikah bagi para pemuda dan pemudi yang

sudah sanggup atau mampu sebagaimana sebuah hadist yang ditulis oleh

imam Bukhori dan imam Muslim:

باب،مناستطاعمنكم للبصرويامعشرالش غض ج،فإن هأ حصنالباءةفليتزو

أ

وم،فإن هلهو جاءللفرج،ومنلميستطعفعليهبالص

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu

menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan

pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak

Page 17: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

5

mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan

syahwatnya (sebagai tameng).”

Masa remaja merupakan fase terpenting bagi seseorang dalam

rentang kehidupannya. yang mana masa ini dikenal sebagai masa

peralihan, masa perubahan yang sangat pesat, bahkan dikatakan usia yang

sangat menakutkan saat dimana seseorang indvidu mencari identitas, masa

yang tidak realistic dan masa diambang dewasa. oleh karena itu dalam

peraturan perundangan dijelaskan bahwa ada batas umur untuk

melangsungkan perkawinan. Ketentuan tersebut dalam pasal 7 ayat 1 UU

No 1 Tahun 1974 yang berbunyi bahwa perkawinan diijinkan jika pihak

pria sudah mencapai umur 19 tahun, pihak wanita mencapai umur 16

tahun. hal ini juga ditunjang dengan ketentuan yang terdapat dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 15 yang isinya bahwa “untuk

kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh

dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan

pasal 7 ayat 1 UU No 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-

kurangnya berusia 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya 16

tahun”.5 dari pembatasan umur tersebut dapat diartikan bahwa UU No 1

Tahun 1974 tidak menghendaki perkawinan yang dilakukan oleh mereka

yang berusia dibawah ketentuan tersebut atau melakukan pernikahan

diusia dini atau dibawah umur.

Meski kini modernisasi telah menyentuh kedaerah pedesaan, tetapi

ternyata belum bisa mengubah kebiasan-kebiasaan yang telah ada sejak

lama, seperti yang ada di desa Sukajaya kampung Pasirputih. Masyarakat

kampung pasirputih masih sering sekali menikahkan putra putrinya

dibawah umur 16 tahun, bahkan terkadang anak yang masih sekolah

dengan beragam alasan. tanpa memperhatikan dampak yang akan

ditimbulkan dari pernikahan usia dini tersebut.

5 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 289

Page 18: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

6

uraian diatas jelas sekali bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang

main-main yang bisa diputusakan jika tidak saling menyukai lagi,

pernikahan merupakan ikatan suci yang dibangun atas dua orang manusia

laki-laki perempuan yang telah dewasa yang saling bertanggung jawab

masing-masing sebagai suami-isteri untuk menggapai ridha Allah dan

memenuhi Sunnah Nabi, dan tanggung jawab orang tua amat besar dalam

mendidik anaknya sehingga pernikahan tidak bisa dilakukan oleh

sembarang orang apalagi anak-anak yang noatbenenya masih dibawah

umur yang belum mampu mengemban amanat sebagai orang tua.

Dengan melihat pentingnya permasalahan pernikahan usia dini

serta dampaknya terhadap pendidkan anak dalam keluarga serta

keharmonisan perkawinan itu sendiri inilah yang menjadikan peneliti

tertarik untuk meneliti dan mengkaji dalam bentuk skripsi. Berangkat dari

permasalahan yang telah diuraikan diatas penyusun tertarik untuk

mengangkat kasus pernikahan usia dini khususnya yang terjadi di

kampung Pasirputih menjadi sebuah skripsi yang berjudul: “Problematika

Pernikahan Usia Dini dalam Pendidikan Keluarga Islam (Studi Kasus di

Kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya pemahaman orangtua terhadap pengetahuan Agama

yang akan diberi kepada anak

2. Kurangnya pemahaman masyarakat kampung Pasirputih tentang

pernikahan

3. Rendahnya Pendidikan pasangan pernikahan dini yang berdampak

pada pola asuh anak dalam keluarga

4. Pasangan pernikahan usia dini kurang menyadari bahwa mereka adalah

salah satu pusat Pendidikan yang sangat penting bagi anak-anaknya

Page 19: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

7

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, maka penulis membatsai masalah yang

akan diteliti pada hal-hal sebagai berikut:

1. Orang tua yang dimaksud disini adalah orang tua yang melakukan

pernikahan usia dini, ayah dan ibu yang mendidik anaknya, penelitian

ini difokuskan kepada ibu cerminan yang pertama bagi anak dan

tempat utama dan pertama anak memperoleh pendidikan.

2. Anak yang dimaksud disini adalah anak yang lahir dari orangtua yang

melakukan pernikahan usia dini yang berusia 4-17 tahun.

3. Pemahaman mengenai pengetahuan-pengetahuan keagamaan yang

akan diberikan kepada anak hasil pernikahan usai dini di lingkungan

kampung Pasirputih wetan, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang.

D. Perumusan Masalah

Setelah menguraikan mengidentifikasi dan membatasi masalah,

selanjutnya penulis membuat perumusuan masalah. Adapun perumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini

di kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang?

2. Bagaimana problematika pernikahan usia dini dalam Pendidikan

Agama Islam keluarga di kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya

Kulon, Karawang?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 20: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

8

a. Untuk menggambarkan faktor-faktor apa yang menyebabkan

terjadinya pernikahan usia dini di kampung Pasirputih, Sukajaya,

Cilamaya Kulon, Karawang.

b. Untuk mengetahui problematika pernikahan usia dini dalam

Pendidikan Agama Islam keluarga di kampung Pasirputih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Untuk mengaplikasikan disiplin ilmu sesuai dengan jurusan

penulis, tambahan referensi guna penelitian lanjutan serta

kontribusi untuk data perpustakaan

b. Praktis

Memberikan sumbangan kepada warga kampung Pasirputih

desa Sukajaya, kecamatan Cilamaya Kulon dalam memahami

pernikahan dan tidak melakukan praktek pernikahan usia dini.

Page 21: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pernikahan Usia Dini

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan merupakan salah satu jalan bahkan mungkin tujuan

hidup yang dialami oleh hampir seluruh manusia dimuka bumi ini.

Walaupun ada sebagian orang yang tidak berhasil mempertahankan

hubungan pernikahnnya sampai ajal menjemput, tapi tidak sedikit juga

yang hubungan pernikahannya langgeng sampai maut memisahkan.

Semua agama resmi di Indonesia memandang pernikahan sebagai

sesuatu yang sakral dan suci. Oleh karena itu setiap orang mengidam-

idamkan sebuah pernikahan bahkan setiap orang tua menghendaki agar

anak anaknya segera melangsungkan sebuah pernikahan. Karena

dengan pernikahan tersebut tanggung jawab orang tua menjadi selesai

apabila anaknya telah memasuki jenjang pernikahan.

Pengertian pernikahan dapat ditinjau dari segi istilah dan

bahasa, menurut bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata

“kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan

lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.6

Perkawinan atau pernikahan dalam literature fiqh berbahasa

Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj.7 Dalam kalimat

lain perkawinan diartikan juga dengan al-dammu wa al jam’u atau

6 Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1994), cet. Ke-3. h.

456 7 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 35

Page 22: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

10

ibarat’an al wath’ wa al ‘aqd yang diartikan dengan makna berkumpul

dan akad.8

Adapun dalam segi istilah Abdul Rahman Ghazali dalam

bukunya Fiqh Munakahat menyebutkan bahwa perkawinan

mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan pernikahan ialah

saling mendapat hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan

hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Karena

perkawinan termasuk pelaksanaan agama, maka didalamnya

terkandung adanya tujuan/maksud mengharapkan keridhaan Allah

SWT.9

Menurut sebagian ulama Hanafiyah nikah adalah akad yang

memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-

senang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang

wanita, terutama guna mendapatkan biologis. Sedangkan menurut

sebagian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan (sebutan) titel

bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih

kenikmatan (seksual) semata-mata. Oleh mazhab Syafi’Iah nikah

dirumuskan dengan akad yang menjamin kepemilikan (untuk)

bersetubuh.10

Pernikahan menurut peraturan perundang-undangan, Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,

dan instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi

Hukum Islam merumuskan bahwa “pernikahan ialah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

8 Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), h. 2 9 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h. 10 10 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 45

Page 23: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

11

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.11

Adapun menurut Paul Scholten ahli hukum perdata,

perkawinan adalah “suatu hubungan hukum antara seorang pria dan

seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui oleh

Negara”.12 Sejalan dengan definisi perkawinan dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI) perkawinan menurut hukum Islam adalah

“pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan suatu

ibadah”.13

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pernikahan adalah suatu ikatan yang terjalin antara laki-laki dengan

perempuan yang didalamnya terkandung hukum kebolehan

mengadakan hubungan suami istri yang harus dilakukan oleh orang

dewasa bukan anak-anak yang masih di bawah umur. Karena tanggung

jawabnya lahir dan batin bahkan dunia dan akhirat.

2. Rukun dan Syarat Nikah

Sebelum terjadinya suatu pernikahan ada rukun dan syarat

tertentu yang harus dipenuhi sebelum terlaksananya sebuah pernikahan

tersebut.

Adapun rukun menurut Abdul Rahman Ghazali adalah “sesuatu

yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan

(ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu”.14

11 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 46 12 Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), h. 4 13 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 46 14 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h. 45

Page 24: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

12

yang artinya adalah rukun itu sesuatu yang harus ada dan termasuk

kedalam rangkaian pekerjaan itu.

Sedangkan syarat yaitu “sesuatu yang mesti ada yang

menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu

itu tidak termasuk ke dalam rangkaian pekerjaan itu”.15

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas,

sebagai berikut:

a. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan

pernikahan.

b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

c. Adanya dua orang saksi

d. Sighat akad yaitu ijab dan Kabul yang diucapkan oleh wali

atau wakilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh calon

pengantin laki-laki.16

Adapun mengenai syarat-syarat pernikahan menurut Undang

Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan sebagai berikut:

1) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga,

perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang

telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yakni calon suami

sekurang kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri

sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.

2) Bagi calon mempelai yang belum mencapai 21 tahun harus

mendapat izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat

(2), (3), (4), dan (5) UU No. 1 Tahun 1974.17

Namun secara garis besar syarat-syarat sahnya sebuah

perkawinan menurut Abdul Rahman Ghazali itu ada dua:

Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki

yang menjadikannya istri. Jadi perempuannya itu bukan merupakan

orang yang haram dinikahi, baik karena haram dinikah untuk

15 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h. 46 16 Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), h. 5 17 Undang Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Page 25: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

13

sementara maupun untuk selama-lamanya. Dan Akad nikahnya

dihadiri oleh para saksi.18

3. Hukum Pernikahan

Pada dasarnya hukum pernikahan itu adalah mubah, atau boleh.

Tetapi hukum nikah ini dapat berubah menjadi wajib, sunnah, makruh

bahkan haram bagi seseorang, sesuai dengan keadaan seseorang yang

akan nikah tersebut.

Perkawinan adalah suatu perbuatan yang diperintah oleh Allah

dan juga dianjurkan oleh Nabi, banyak perintah-perintah Allah dalam

Al-Qur’an untuk melaksanakan perkawinan.19 Diantaranya firman-Nya

dalam surat an-Nur ayat 32

نكحوايميوأ

وٱل أ لحينمنكم إنيكونوافقرا ءٱلص وإما ئكم عبادكم من

نهم يغ لهٱلل منفض و ۦ ٢١وسععليمٱلل Yang artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian

diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-

hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang

perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka

dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui

Tentang hukum perkawinan menurut Ibnu Rusyd yang dikutip

oleh Abdul Rahman Ghazali dalam bukunya Fiqh Munakahat,

menjelaskan sebagai berikut:

Segolongan fuqaha yakni jumhur mayoritas ulama berpendapat

bahwa “nikah itu hukumnya sunnah”.20 Golongan Zahiriyah

berpendapat bahwa “nikah itu wajib, tanpa terikat kondisi pribadi

18 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h. 49 19 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan

Undng-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 43 20 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h. 16

Page 26: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

14

pelaku”.21 Para ulama Malikiyah mutaakhirin berpendapat “bahwa

nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunnah untuk sebagian lainnya,

dan mubah untuk segolongan yang lain. Ini berati hukum nikah

menurut ulama Malikiyah adalah sesuai kondisi pelaku nikah”.22

Al-Jaziry mengatakan bahwa sesuai dengan keadaan orang

yang melakukan perkawinan, hukum nikah berlaku untuk hukum syara

yang lima, adakalanya wajib, haram, makruh, sunnah dan adakalanya

mubah.

Ulama Syafiiyah mengatakan bahwa hukum asal nikah adalah

mubah, disamping ada yang sunnah, wajib, haram dan yang makruh.

Di Indonesia umumnya masyarakat memandang bahwa hukum

asal melakukan perkawinan ialah mubah. Hal ini banyak dipengaruhi

pendapat ulama Syafi’iyah.23

Terlepas dari pendapat imam-imam madzhab berdasarkan

nash-nash, baik Al-Qur’an maupun As-sunnah, Islam sangat

menganjurkan kaum muslimin yang mampu untuk melangsungkan

perkawinan. namun demikian, jika dilihat dari segi kondisi orang yang

melaksanakan serta tujuan melaksanakannya, maka melakukan

pernikahan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunnah, haram, makruh

ataupun mubah.

a. Melakukan perkawinan yang hukumnya wajib

Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk menikah dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina

seandainya tidak menikah maka hukum melakukan perkawinan bagi

orang tersebut adalah wajib. Hal ini didasarkan pada pemikiran hukum

21 Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), h.

27 22 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2014), Cet ke-6 h. 16 23 Ibid., h. 18

Page 27: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

15

bahwa setiap muslim wajib menjaga diri untuk tidak berbuat yang

terlarang. Jika penjagaan diri itu harus dengan melakukan pernikahan,

sedang menjaga diri itu wajib, maka melakukan perkawinan itu pun

wajib.

b. Melakukan perkawinan yang hukumnya sunnah

Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

melangsungkan pernikahan, tetapi kalau tidak menikah tidak akan

dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan pernikahan

bagi orang tersebut adalah sunnah.

c. Melakukan perkawinan yang hukumnya haram

Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak

mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan

kewajiban-kewajiban dalam rumah tangga sehingga apabila

melangsungkan pernikahan akan terlantarlah dirinya dan istrinya,

maka hukum melakukan pernikahan bagi orang tersebut adalah haram.

Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 195 melarang orang melakukan hal

yang akan mendatangkan kerusakan:

نفقواوأ سبيل في ٱلل إلي ي ديكم

بأ تل قوا لكةولا ٱلت ه إن سنو ا ح

وأ ٱلل يحب

سنين ٢٩١ٱل مح Yang artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan

Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berbuat baik

Termasuk juga hukumnya haram perkawinan bila seseorang

menikah dengan maksud untuk menelantarkan orang lain, masalah

wanita yang dikawini itu tidak diurus hanya agar wanita itu tidak dapat

menikah dengan orang lain.24

24 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2014), Cet ke-6 h. 21

Page 28: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

16

d. Melakukan perkawinan yang hukumnya makruh

Melakukan pernikahan yang hukumnya makruh kurang/tidak

disukai yaitu jenis perikahan yang dilakukan oleh orang yang tidak

memiliki kemampuan biaya hidup meskipun memiliki kemampuan

biologis, atau tidak memiliki nafsu biologis meskipun memiliki

kemampuan ekonomi. Tetapi ketidakmampuan biologis dan ekonomi

itu tidak sampai membahayakan salah satu pihak khususnya istri. Jka

kondisi seseorang seperti itu, tetapi dia tetap melakukan pernikahan,

maka pernikahannya adalah makruh karea pernikahan yang

dilakukannya besar kemungkinan menimbulkan hal-hal yang kurang

disukai oleh salah satu pihak.25

e. Melakukan perkawinan yang hukumnya mubah

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk

melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan

berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan melantarkan

istri. Pernikahan orang tersebut hanya didasarkan untuk memenuhi

kesenangan bukan dengan tujuan menjaga kehormatan agamanya dan

membina keluarga sejahtera. Hukum mubah ini juga ditujukan bagi

orang yang yang antara pendorong dan penghambatnya untuk menikah

itu sama, sehingga menimbulkan keraguan orang yang akan yang akan

melakukan pernikahan, seperti mempunyai keinginan tetapi belum

mempunyai kemampuan, mempunyai kemampuan untuk melakukan

tetapi belum mempunyai kemauan yang kuat.26

25 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 92

26 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2014), Cet ke-6 h. 22

Page 29: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

17

4. Tujuan Pernikahan

Ada beberapa tujuan dari disyariatkannya perkawinan atas

umat Islam. Diantaranya sebagai berikut:

Menurut Amir Syarifuddin dalam bukunya hukum perkawinan

Islam di Indonesia menyebutkan bahwa ada beberapa tujuan

pernikahan yakni sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah bagi melanjutkan

generasi yang akan datang.

b. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan

hidup dan rasa kasih sayang.27

Zakiyah Darajat dkk. Mengemukakan lima tujuan dalam

pernikahan, yaitu:

a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

b. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan

menumpahkan kasih sayangnya.

c. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan

d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima

hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh

harta kekayaan yang halal, serta

e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang

tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang.28

Perkawinan juga bertujuan untuk menata keluarga sebagai

subjek untuk membiasakan pengalaman-pengalaman ajaran agama.

Fungsi keluarga adalah menjadi pelaksana pendidikan yang paling

menentukan. Sebab keluarga salah satu diantara lembaga informal, ibu

bapak yang dikenal mula pertama oleh putra-putrinya dengan segala

perlakuan yang diterima dan dirasakannya, dapat menjadi dasar

pertumbuhan pribadi atau kepribadian sang putra putri itu sendiri.

27 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan

Undng-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 43 28 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2009),h. 15

Page 30: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

18

5. Hikmah Pernikahan dalam Islam

Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan

berpengaruh baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh

umat manusia. Adapun hikmah pernikahan adalah

a. Nikah adalah jalan alami yang paling baik sesuai untuk

menyalurkan dan memuaskan naluri seks.

b. Nikah jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta

memelihara nasib yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.

c. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi

dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula

perasaan-perasaan ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-

sifat baik yang menyempurnakan kemanusaiaan seseorang.

d. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak

menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat

bakat dan pembawaan seseorang.

e. Pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi rumah tangga,

sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas

tanggung jawab antara suami-istri dalam menangani tugas-

tugasnya

f. Perkawinan, dapat membuahkan diantranya, tali kekeluargaan,

memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan

memperkuat hubungan masyarakat.29

6. Hakikat Pernikahan Usia Dini

a. Pengertian dan batasan usia dini

Sebelum penulis membahas tentang pernikahan Dini,

terlebih dahulu harus diketahui batasan usia muda atau remaja.

29 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2009),h. 20

Page 31: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

19

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa

anak dan masa ke dewasa, di mulai dari pubertas, yang ditandai

dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek

perkembangan, baik fisik maupun psikis.

Ada beberapa pengertian remaja yang ditinjau dari

beberapa segi diantaranya:

Masa remaja disebut juga adolescene, yang dalam bahasa

latin berasal dari kata adolescere. Yang berarti “to grow into

adulthood”. Adolesen merupakan periode transisi dari masa anak

ke masa dewasa.30

Zakiah Dradjat mengemukakan bahwa: “usia muda

(remaja) adalah anak yang pada masa dewasa, dimana anak-anak

mengalami perubahan-perubahan cepat di segala bidang. Mereka

bukan lagi anak-anak baik untuk badan, sikap dan cara berfikir atau

bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang,

Masa ini dimulai kira-kira umur 13 tahun dan berakhir kira-kira 21

tahun”.31

Secara psikologis masa remaja adalah “usia dimana

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak

tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

dalam masalah hak”.32

dalam agama Islam tidak dijelaskan batasan umur remaja,

tetapi hal ini dapat dilihat ketika seseorang telah mencapai akil

baligh, itu ditandai haid (menstruasi) yang pertama bagi perempuan

30 Syamsu Yusuf dan Nani M.Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT

RajaGrafindo, 2011), h. 77 31 Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, tt), Cet ke-3, h. 106 32 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Cet ke-5, h.

206

Page 32: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

20

sehingga sudah boleh dinikahkan. Dan wanita di Indonesia rata-

rata haid pada usia kurang lebih 13 tahun. Sedangkan yang laki-

laki ditandai dengan mimpi basah.33

Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa

kedewasaan seseorang itu tidak ditinjau hanya dari umur,

seseorang yang masih remaja pun bisa dikatakan dewasa jika ia

mampu memenuhi tanggung jawabnya dengan baik.

Kedewasaan itu dinilai dari dua sudut pandang. Pertama,

berdasarkan pendekatan umur kronologis (chronologis age), yaitu

perhitungan menurut usia kelahiran. Kedua, berdasarkan

pendekatan umur mental (mental age), yaitu tingkat usia yang

didasarkan atas kemampuan mental.34 Berdasarkan sudut pandang

pertama, para ahli didik sependapat bahwa, pada anak normal

tingkat kedewasaan tercapai pada usia antara 22 tahun untuk

wanita dan 24 tahun untuk laki-laki. Pada usai tersebut

pertumbuhan jasmani seseorang sudah mencapai puncaknya.

Sedangkan kedewasaan menurut pendekatan umur mental

(mental age) ditandai oleh kemampuan untuk mandiri dan

tanggung jawab.35 Maksudnya apabila seseorang telah dapat

melakukan suatu perbuatan atas inisiatif sendiri dan buruk baiknya

sudah dipertimbangkan secara matang. Kemudian segala resiko

yang diakibatkan oleh perbuatan tersebut, sepenuhnya dapat

dipertanggungjawabkannya sebagai perbuatan sendiri. Ia tidak

mengadalkan orang lain. Bila sukses ia merasakan hal itu sebagai

hasil usaha sendiri, dan menyebabkan rasa bangga pada dirinya.

Sebaliknya bila gagal, juga ia tidak menumpahkan kesalahan

dengan mengkambinghitamkan yang lain. Ia sudah mampu

33 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2016), h. 96 34 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 105 35 Ibid,. h. 105

Page 33: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

21

menanggung segala bentuk resiko yang bakal terjadi dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawab.

Dari beberapa pengertian usia muda atau remaja, penulis

mencoba menyimpulkan bahwa usia muda itu adalah mulai dari 10

tahun sampai 21 tahun. Yang tercakup didalamnya antara lain,

masa pra remaja, remaja awal dan remaja akhir. Jadi pernikahan

usia dini yang dimaksud oleh penulis disini adalah interaksi atau

hubungan antara dua insan yang berlainan jenis kelamin yang

didasari atas rasa suka sama suka sebagai landasan menjalankan

sunah rasul dengan sebuah pernikahan dengan tujuan mengharap

rumah tangganya menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah

dan warahmah yang dilakukan oleh pasangan tersebut pada usia

antara 10-21 tahun.

b. Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja

dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka

masa remaja menduduki tahap progresif atau arah yang paling

menentukan, Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya

terdapat beberapa factor perkembangan agama pada remaja

menurut W. Starbuck yang dikutip oleh Jalaluddin adalah sebagai

berikut:

1) Pertumbuhan pikiran dan mental

Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja

dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik lagi bagi

mereka karena mereka merasa ide dan dasar keyakinan itu

sudah sering ia terima pada masa kanak-kanaknya. Sifat kritis

terhadap ajaran agama mulai timbul yang dulunya tidak

mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan agama, tapi

ketika beranjak dewasa ia mulai berfikir kritis. Selain masalah

agama juga remaja sudah mulai tertarik pada masalah

Page 34: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

22

kebudayaan, social, ekonomi dan norma-norma kehidupan

lainnya.

Jalaludin mengungkapkan dalam bukunya bahwa agama

yang ajarannya bersifat lebih konservatif lebih banyak

berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran

agamanya. Sebaliknya agama yang ajarannya kurang

konservatif-dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang

pengembangan pikiran dan mental para remaja, sehingga

mereka meninggalkan ajaran agamanya.36

2) Perkembangan perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.

Perasaan social, etis, dan estetis mendorong remaja untuk

menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya.

Kehidupan religious akan cenderung mendorong dirinya lebih

dekat ke arah hidup yang religious pula. Sebaliknya, bagi

remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran

agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. Masa

remaja merupakan masa kematangan seksual. Didorong oleh

perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah

terperosok kea rah tindakan seksual yang negative.

3) Perkembangan social

Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh

adanya pertimbangan social. Dalam kehidupan keagamaan

mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material.

Remaja cenderung sedang kebingungan menetukan pilihan itu.

Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan

materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk

bersikap matrealistis.

36 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 75

Page 35: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

23

4) Perkembangan moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa

berdosa dan usaha untuk mencari proteksi atau perlindungan.

5) Sikap dan minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan

boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari

kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang

mempengaruhi mereka.

6) Ibadah

Pandangan remaja mengenai masalah ajaran agama,

ibadah dan masalah doa beragam sebagian besar menganggap

bahwa ibadah yang ia lakukan hanya semata-mata untuk

menggugurkan kewaiban semata.37

Dari beberapa faktor perkembangan jiwa keagamaan

remaja yang diuraikan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

pada remaja mengalami beberapa faktor perkembangan jiwa

keagamaan yang mana dari bebarapa faktor tesebut saling

memengaruhi dalam jiwa keagaaman pada seorang remaja. Dari

pertumbuhan pikiran dan mental, perasaan, social, moral, sikap dan

minat bahkan ibadah para remaja semuanya mengalami

perkembangan.

B. Pendidikan Keluarga Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Kata pendidikan, dalam bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan

kata kerja Rabba, sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arab

adalah tarbiyatul Islamiyah.38

37 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 77 38 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2016), h. 195

Page 36: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

24

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

hidup dan kehidupan manusia. John Dewey menyatakan, bahwa

“pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi social, sebagai

bimbingan, sarana pertumbuhan yang memersiapkan dan membukakan

serta membentuk disiplin hidup”.39

Hasan Langgulung berpendapat bahwa, pendidikan dapat

dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang individu dan sudut

pandang masyarakat. Dari sudut pandang pertama, pendidikan

merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu. Sedangkan

menurut pandangan kedua, pendidikan adalah usaha untuk mewariskan

nilai-nilai budaya oleh generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-

nilai budaya tersebut terus hidup dan berlanjut di masyarakat.40 Karena

itu pendidikan merupakan aktivitas yang sudah terprogram dalam

suatu system.

Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam

yaitu at-tarbiyat, al-Ta’lim dan al-Ta’dib. Tarbiyat mengandung arti

memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamnya sudah

termasuk makna mengajar atau allama.41 Berangkat dari pengertian ini

maka tarbiyat didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi

manusia (jasmani, ruh dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi

bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa depan.

Selanjutnya, Syed Naguib al-Attas merujuk makna pendidikan

dari konsep ta’dib yang mengacu kepada adab dan variatifnya,

berangkat dari pemikiran tersebut ia merumuskan definisi mendidik

adalah membentuk manusia dalam menempatkan posisinya yang

sesuai dengan susunan masyarakat, bertingkah laku secara

proporsional dan cocok dengan ilmu serta teknologi yang dikuasainya.

39 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 67 40 Ibid, h. 69 41 Ibid, h. 72

Page 37: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

25

Menurut Naguib Al-attas selanjutnya bahwa pendidikan Islam lebih

tepat berorientasi ta’dib. Sedangkan tarbiyat dalam pandangan nya

mencakup obyek yang lebih luas, bukan saja terbatas pada pendidikan

manusia tetapi juga meliputi dunia hewan. Sedangkan ta’dib hanya

mencakup pengertian pendidikan untuk manusia.

Baik al-Tarbiyat, al-Ta’lim maupun al-Ta’dib, merujuk

kepada Allah. Tarbiyat yang ditengarai sebagai kata bentukan dari kata

Rabb atau Rabba mengacu keoada Allah sebagai Rabb al-alamin.

Sedangkan Ta’lim yang berasal dari kata ‘allama, juga merujuk kepada

Allah sebagai Dzat Yang Maha ‘alim. Selanjutnya ta’dib seperti

termuat pada pernyataan Rasul Allah SAW. “Addabany Rabby

faahsana ta’dibyí” memperjelas bahwa sumber utama pendidikan

adalah Allah. Rasul sendiri menegaskan bahwa beliau dididik oleh

Allah SWT. sehingga pendidikan yang beliau peroleh adalah sebaik-

baik pendidikan.42

Pendidikan agama dalam kaitannya dengan pembangunan

bangsa merupakan masalah penting dan fundamental serta memerlukan

peninjauan dari berbagai aspek. Pada hakikatnya pendidikan agama

merupakan pembinaan terhadap bangunan bawah dari moral bangsa.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa dari moral tata

tertib dan ketentraman hidup sehari-hari dalam masyarakat tidak hanya

semata-mata ditentukan oleh ketentuan hukum saja, tetapi juga

didasarkan atas ikatan moral, nilai-nilai kesusilaan dan sopan santun

yang didukung dan dihayai bersama oleh masyarakat.

Mengingat sangat pentingnya arti dan peranan agama bagi tata

kehidupan perseorangan maupun masyarakat Abdul Rahman Saleh

dalam bukunya menyatakan bahwa “untuk dapat mengembangkan

watak bangsa yang kokoh haruslah bertumpu pada landasan

keagamaan, dengan cara menempatkan pendidikan agama sebagai

42 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 73

Page 38: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

26

faktor dasar yang paling penting dalam membina watak suatu

bangsa”.43

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam

secara menyeluruh yang tujuan akhirnya adalah dapat mengamalkan

serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup sebagai suatu

bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia dapat

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam, dan dapat

berguna bagi dirinya, lingkungan sekitar, dan dapat menciptakan

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa. Maka dari itu orangtua yang merupakan pendidik

utama dalam keluarga berperan penting dalam memberikan pendidikan

agama kepada anak secara maksimal guna menjadikan anak yang

sesuai dengan cita cita atau tujuan pendidikan Islam.

2. Jenis dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi:

a. Pendidikan Informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang

dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar

sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga,

dalam pergaulan sehari-hari, maupun dalam pekerjaan masyarakat,

keluarga dan organisasi.

b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara

teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.

Pendidikan ini berlangsung disekolah

c. Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara

tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan ketat.44

43 Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT Gemawindu

PancaPerkasa,tt), h. 18

Page 39: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

27

Secara etimologis istilah tujuan sering distilahkan dengan aim,

goal, objective, dan purpose. Dan dalam bahasa Arab disebut dengan

ghayah, hadaf, jamaknya ahdaf, dan maqashid.45

Tujuan pendidikan agama Islam pada hakikatnya sama dan

sesuai dengan tujuan diturunkan agama Islam, yaitu untuk membentuk

manusia yang beriman, bertaqwa sesuai dengan perintah

diturunkannya manusia ke muka bumi yaitu menjadi pengabdi Allah

yang patuh dan setia.

Tujuan pendidikan Islam menurut Muhammad Omar al-Touny

al-Syaibany adalah untuk mempertinggi nial-nilai akhlak hingga

mencapai tingkat akhlak al-karimah.46 Tujuan ini sama dan sejalan

dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi kerasulan, yaitu

membimbing manusia agar berakhlak mulia. Akhlak mulia yang

dimaksud adalah tercermin dari sikap dan tingkah laku individu dalam

hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia dan sesama

makhluk Allah, serta lingkungannya.

Ada beberapa tujuan pendidikan Islam yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah

Mahdah

b. Membentuk manusai muslim yang di samping dapat melaksanakan

ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam

kedudukannya sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan

tertentu.

44 Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2011), h.

97 45 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga,

(Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 154. 46 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 92

Page 40: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

28

c. Membentuk warga Negara yang bertanggung jawab kepada

masyarakat dan bangsanya dan bertanggung jawab kepada Allah,

penciptanya.

d. Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang saip

dan terampil untuk memungkinkan memasuki lingkungan

masyarakat.

e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu baik ilmu agama

maupun ilmu-ilmu lainnya.47

Secara umum menurut Dina Mulyati tujuan pendidikan Islam

dalam keluarga adalah “mendidik dan membina anak menjadi manusia

dewasa yang memiliki mentalitas dan moralitas yang luhur

bertanggung jawab baik secara moral, agama, maupun social

kemasyarakatan”.48 Secara sederhana orang tua menghendaki anak-

anaknya menjadi manusia mandiri yang memiliki keimanan yang

teguh taat beribadah serta berakhlak mulia dalam pergaulan sehari-hari

di tengah masyarakat dan lingkungannya.

Jika kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam akan

terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang

mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian

seseorang yang dapat membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola

takwa insan kamil yang artinya adalah menjadi manusia yang utuh

baik jasmani maupun rohaninya, dapat hidup dan berkembang secara

wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. ini

mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan

menghasilkan manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri maupun

orang lain, serta senang dan gemar menagmalkan dan mengembangkan

ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah, dan dengan manusia

sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari

47 Baharuddin, Pendidikan & Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),

h. 196 48 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga,

(Jakarta: Akademia Permata, 2013), h 155

Page 41: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

29

alam semesta ini untuk kepentingan hidup didunia kini dan dunia yang

akan datang (akhirat).49

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama

Islam dalam keluarga merupakan pendidikan informal yang merupakan

suatu usaha secara sadar yang dilakukan untuk membina dan

mengasuh seseorang (anak) agar senantiasa memahami ajaran Islam

secara menyeluruh. Menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup,

supaya ia dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran

Islam.

3. Kedudukan keluarga dalam Pendidikan

Pada hakikatnya keluarga atau rumah tangga merupakan tempat

pertama dan yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan

mental dan pembentukan kepribadian yang kemudian di tambah dan

disempurnakan oleh sekolah.

Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan

pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tuanya.

Bapak dan ibunya adalah pendidik kodrati yang sudah menjadi

kewajiban mereka sebagai orang tua. Mereka pendidik bagi anak-

anaknya karena secara kodrati seorang ibu dan bapak diberikan

anugerah oleh Allah SWT. berupa naluri orang tua. Karena naluri ini,

timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka,

hingga secara moral keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk

memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing keturunan

mereka. Menginat besarnya tanggung jawab sebagai orang tua, maka

menjadi orang tua perlu kesaiapan, mental dan umur yang cukup, tidak

bisa dilakukan oleh sembarang orang apalagi anak dibawah umur.

49 Zakiah Darajat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h 29-30

Page 42: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

30

Hadis Nabi mengatakan, yang artinya: “carilah ilmu sejak dari

ayunan/buayan sampai ke liang lahat.”50 Hal ini menunjukkan bahwa

merupakan kewajiban orang tua untuk mendidik anaknya sejak si anak

masih dalam buayan ibunya.

Menurut Rasulullah SAW. fungsi dan peran orang tua bahkan

mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak. Seperti teori

tabularasa bahwa anak itu dilahirkan dalam kondisi seperti kertas putih

bersih, orang tuanya lah yang memberikan warna bagi kehidupannya.

Menurut Rasulullah SAW. setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki

potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan

dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan

pengaruh kedua orang tua mereka.51

Bila pendidikan agama tidak diberikan kepada anak-anak sejak

kecil, maka akan mengakibatkan hal-hal seperti mudah melakukan

segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa

memperhatikan norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku, selain

itu tidak terdapat unsur-unsur agama dalam kepribadiannya, sehingga

sulit baginya untuk menerima ajaran tersebut bila ia sudah dewasa.52

Keluarga merupakan basis segala segi yang berhubungan

dengan pendidikan, baik pendidikan rohani, social, fisik dan mental.

Keluarga itu bisa menentukan hari depan kehidupan anak. Disanalah ia

memperoleh dasar-dasar hidup yang akan dikembangkan di sekolah

dan di lingkungan pergaulan dnegna orang lain.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Zakiah Darajat, bahwa

“agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak akan

merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan bertindak

menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan

50 Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 22 51 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 294 52 Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 22

Page 43: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

31

dorongan-dorongan yang timbul”.53 Karena keyakinan agama yang

menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah

laku seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak akan mau

menyelewengkan sesuatu, bukan karena ia takut akan kemungkinan

buruk seperti ketahuan akan tetapi ia takut akan kemarahan dan

kehilangan ridha Allah SWT.

Dari beberapa uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa

kedudukan Keluarga dalam Pendidikan adalah sangat besar keluarga

menjadi basis utama bagi seorang anak dalam mendapatkan

pendidikan. Anak memperoleh pendidikan pertama dan utama dari

keluarga, keluarga yang menjadikan anak baik atau buruk, laksana

sehelai kertas putih bersih, apa yang orang tuanya goreskan maka

itulah hasilnya. Maka penting sekali kedudukan keluarga yang dalam

hal ini adalah kedua orang tua dalam memberikan pendidikan bagi

anaknya agar anaknya dapat berkembang secara maksimal sesuai

dengan norma-norma yang berlaku dengan ajaran Islam.

4. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam

mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anak mereka untuk

mencapai tahapan tertentu. Peran orang tua adalah sebagai penyelamat

anak dunia dan akhirat, khususnya dalam menumbuhkan akhlak mulia

bukanlah tugas yang ringan. Pertumbuhan fisik, intelektual, emosi dan

sikap sosial anak harus diukur dengan kesesuaian nilai-nilai agama

melalui jalan yang diridhai Allah swt.54

Ada empat peranan orang tua dalam mendidik anak, yaitu:

a. Peran orang tua sebagai suri tauladan

Seringkali anak cenderung memandang orang tua sebagai

model dalam melakukan peran sebagai orang tua, sebagai suami

53 Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 25 54 Aziz Mushaffa, Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal!, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h.

37.

Page 44: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

32

atau istri, atau model hidup sebagai anggota masyarakat.55 Oleh

sebab itu untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua

harus memberi teladan yang baik, karena anak suka mengimitasi

kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya.56

Orang tua yang shaleh merupakan contoh suri tauladan

yang baik bagi perkembangan anak, jiwa, pribadi maupun

pembentukan perilaku anak. Apabila orang tua membiasakan diri

untuk berperilaku dan berakhlak baik, taat kepada Allah

menjalankan syariat agama, serta memiliki jiwa sosial, maka dalam

diri anak akan timbul dan berbentuk sifat yang ada pada orang

tuanya, karena ia akan meniru dan mencontoh apa yang ia lihat

dalam kehidupan sehari-hari dari tingkah laku orang tuanya.57

b. Peran orang tua sebagai pendidik

Orang tua juga berperan dalam mendidik anak dan

mengembangkan kepribadiannya, karena pada dasarnya pendidikan

anak adalah tanggung jawab orang tua. pendidikan anak secara

umum di dalam keluarga terjadi secara alamiah, tanpa disadari oleh

orang tua namun pengaruh dan akibatnya amat besar terhadap

kehidupan anak.

Orang tua sebagai keluarga menjadi lembaga pendidikan

pertama dan utama bagi anak dalam memperoleh pendidikan, anak

pertama kali diberikan pendidikan oleh orang tua sebagai

penunjang untuk kehidupan selanjutnya.

c. Peran orang tua sebagai motivator

Motivasi merupakan dasar tanggung jawab orang tua

terhadap anaknya. Sidney D Craig dalam bukunya mendidik

dengan kasih menjelaskan bahwa “orang tua dapat memotivasi

55 Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali, 1992), Cet ke-

2, h. 28 56 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.

155 57 Muhammad Nur Abdullah Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-

Bayan, 1995), Cet ke-2, h. 49

Page 45: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

33

anak dengan berbicara atau bertindak terhadap anak dengan jalan

sedemikian rupa agar didalam diri anak tercipta hasrat untuk

berbuat sesuai dengan yang diharapkan orang tua”.58 karena

dengan dorongan itulah dapat memacu semangat kreativitas anak

di dalam mengembangkan sesuatu, terutama dalam menuntut ilmu

pengetahuan, sehingga dengan demikian semangat anak

bertambah, di samping itu pula ia merasakan bahwa dirinya ada

perhatian dan bimbingan dari orang tua.

d. Peran orang tua sebagai pemberi rasa cinta dan kasih saying

Allah swt. telah menitipkan dalam jiwa manusia rasa cita

yang dalam kepada anak, dan tak tertandingi dengan cinta yang

lain. Sebab, anak merupakan jantung hati, cahaya kalbu di dalam

rumah tangga. Hal tersebut bisa dilihat dari perhatian besar yang

diberikan orang tua kepada anak-anaknya, disertai dengan rasa

kasih saying yang abadi.59

Didalam al-Qur’an telah ditegaskan realita tersebut dalam

sejumlah ayat, diantaranya adalah QS. Al-Kahfi ayat 46 dan QS.

Al-Furqon ayat 74

الحاتخيرعندرب كثواب اوخيرأ والباقياتالص نيا مل االمالوالبنونزينةالحياةالد

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia

tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik

pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

(QS. Al-Kahfi ayat 46)

وٱجعلنا عينأ ة قر تنا ي وذر زوجنا

أ من هبلنا رب نا يقولون وٱل ذين قينللمت

ا إمام

Artinya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,

anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami

58 Sidney D Craig, Mendidik dengan Kasih, (Jogjakarta: Kanisius, 1990), h. 89 59 Ibid, h. 89

Page 46: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

34

sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-

orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqon ayat 74)

5. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Islam

Anak adalah makhluk ciptaan Allah swt. yang hadir ditengah

keluarga atas dasar fitrah. Mereka menjadi sumber kebahagiaan

keluarga yang harus dijaga dan dipertahankan kesuciannya oleh kedua

orang tuanya demi pertumbuhan kepribadiannya, Allah berfirman

dalam QS. At-Tahrim ayat 6

علي ها وٱل حجارة ٱلن اس وقودها نارا ليكم ه وأ نفسكم

أ قو ا ءامنوا ٱل ذين ها ي

أ ي

مرون علونمايؤ ويف مرهم أ ما صونٱلل ئكةغلاظشدادل ايع ٦مل

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-

Tahrim: 6)

Dalam firmannya tersebut, Allah swt memerintahkan segenap

orang beriman agar memilihara diri dan keluarganya dengan penuh

tanggung jawab agar terhindar dari bahaya dunia dan akhirat, untuk

menindaklanjuti tugas dan kewajibannya, orang tua dituntut menjadi

pendidik pertama dan utama bagi putra dan putrinya.

Anak adalah amanah Allah swt. maka orang tua wajib menjaga

mengupayakan biaya yang cukup untuk keperluan jasmani anak-

anaknya, tetapi lebih penting berusaha mencerdasakan anak dan

memperbaiki budi pekertinya. Dengan kata lain, pola pendidikan orang

tua terhadap anak-anak adalah keserasian antara pemenuhan

kepentingan dan kebutuhan jasmani dengan pendidikan keagamaan

dan keluhuran budi pekertinya.60

Tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mengasuh dan

mendidik anak sejak masa bayi bukanlah suatu usaha yang mudah.

60 Aziz Mushaffa, Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal!, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h.

33-34

Page 47: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

35

Orang tualah yang bertanggung jawab membentuk masa depan anak

mereka. Hal tersebut bukanlah persoalan yang kecil, karena berhasil

atau gagal dalam tanggung jawab ini berarti membawa pengaruh yang

luas, baik dalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun kepada

masyarakat dan bangsa.61

Adapun tugas dan tanggung jawab orang tua yang harus dilakukan

kepada anak pada usai dua tahun hingga baligh adalah sebagai berikut:

a. Menanamkan tauhid dan aqidah

Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh orang tua

terhadap anaknya, yaitu menanamkan keyakinan bahwa Allah itu

maha Esa dan memiliki sifat-sifat yang mulia (asmaul husna).

Adapun langkah –langkah menanamkan tauhid dan aqidah

terhadap anak adalah sebagi berikut

1) Menanamkan tauhid ini bisa dimulai sejak masih dlaam

kandungan, yaitu dengan membiasakan anak

mendengarkan alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an,

ceramah-ceramah agama, kalimat-kalimat thayibah dan

ucapan-ucapan yang sopan, santun serta lemah lembut

2) Setelah anak bisa berbicara ajarkanlah anak agar dapat

mengucapkan kata-kata Allah, Bismillah,

Alhamdulillah, Astaghfrullah, dan sebagainya

3) Tegurlah dan berilah peringatan apabila anak

mengucapkan kata-kata yang tidak baik

4) Memberi penjelasan kepada anak bahwa diri kita,

tumbuhan, hewan dan semua yang ada di alam ini

adalah ciptaan Allah srta kepunyaan Allah yang maha

kuasa

5) Menyampaikan kisah-kisah para Nabi, Rasul dan orang-

orang yang shalih, baik secara lisan maupun berupa

buku-buku kisah, dan jelaskan hikmah atau pelajaran

yang bisa diambil dari kisah tersebut.

6) Membawa anak kepada tempat-tempat yang bisa

memperkuat aqidah dan tauhid, misalnya ke masjid,

madrasah atau tempat rekreasi seperti pegunungan,

pantai dan lain-lain. dan berilah penjelasan kepadanya

61 Wauran, Pendidikan Anak Sebelum Sekolah, (Bandung: Indonesia Publishing House,

1977), Cet ke-6, h. 20

Page 48: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

36

betapa kuasanya Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan,

gunung, lautan, hewan, matahari dan sebagainya.62

b. Mengajarkan Al-Qur’an

Setiap orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan

anak-anaknya Al-Qur’an sejak kecil. Karena pengajaran Al-Qur’an

memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menanamkan aqidah

yang kuat pada jiwa anak. Pendidikan Al-Qur’an merupakan sarana

paling ideal dalam membentuk anak menjadi sosok manusia yang

sempurna yang hidupnya berlandasakan Al-Qur’an.

Adapun cara mengajarkan Al-Qur’an kepada anak adalah

sebagi berikut:

1) Mengenalkan huruf-huruf dan tata cara membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar

2) Mengajarkan tata cara menulis huruf dan bacaan Al-

Qur’an

3) Memerintahkan kepada anak untuk membaca dan

menghafalkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an

4) Mengecek mengenai benar tidaknya anak dalam

membaca dan menulis ayat Al-Qur’an

5) Membiasakan anak serta seluruh keluarga untuk

membaca Al-Qur’an

6) Melatih dan membiaskan untuk mengamalkan isi Al-

Qur’an secara bertahap dan sesuai kemampuan anak.63

c. Melatih mengajarkan sholat dan ibadah-ibadah lain

Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagi

penyempurna dari pembinaan akhlak. Karena semakin tinggi nilai

ibadah yang ia miliki, akan semakin tinggi pula keimanannya.

Teknis mengajarkan sholat kepada anak bisa dilakukan

dengan cara:

1) Mengajak anak sholat bersama-sama ketika mereka

masih kecil (sekitar umur dua sampai empat tahun)

2) Mengajarkan bacaan dan tata cara shlat yang benar

ketika mereka berumur sekitar lima tahun sampai tujuh

tahun

62 Heri Juhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet

ke-1, h. 88 63 Heri Juhari Muchtar, Op. cit., h. 89

Page 49: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

37

3) Mengecek dan memantau bacaan serta tata cara shalat

yang dilakukan anak

4) Mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan sholat

kapan pun, dimanapun dan bagaimanapun keadaanya.

5) Membiasakan mereka untuk melaksanakan shalat

berjamaah baik dirumah maupu di masjid

6) Selain sholat orang tua juga harus mengajarkan, melatih

dan membasakan melaksanakan ibadah-ibadah lain

dalam Islam seperti puasa, zakat, zikir, doa dan lain-

lain.64

6. Fungsi keluarga dalam pendidikan Agama Islam

Keluarga merupakan satu kesatuan unit masyarakat kecil yang

terdiri dari ibu dan bapak, adik dan kakak. Setelah sebuah keluarga

terbentuk, maka masing-masing orang yang ada di dalamnya, memiliki

fungsi masing-masing. Menurut Melly Sri, Fungsi keluarga dilihat dari

segi sosiologis ada sembilan, yakni sebagai berikut:

a. Fungsi biologis, yaitu keluarga tempat lahirnya anak-anak , yang

secara biologis anak berasal dari orang tua.

b. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga merupakan tempat pemenuhan

hasrat ekonomi yaitu kebutuhan makan, minum, dan tempat

berteduh.

c. Fungsi kasih sayang, yaitu fungsi keluarga merupakan tempat

terjadinya perasaan saling sayang menyayangi, kasih mengasihi,

yang terbentuk karena ikatan batin yang erat antar keluarga.

d. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga merupakan pendidikan yang

pertama dan utama bagi anak. Keluarga bertanggung jawab untuk

mengembangkan anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga

tersebut untuk berkembang menjadi orang yang diharapkan oleh

bangsa, Negara dan agamanya.

e. Fungsi perlindungan, yaitu untuk menjaga dan memelihara anak

serta anggota keluarga lainnya dari tindakan negative yang

mungkin timbul, baik dari dalam maupun luar kehidupan keluarga.

64 Ibid, h. 90

Page 50: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

38

f. Fungsi sosialisasi anak, yaitu keluarga mempunyai tugas untuk

mengantarkan anak mengenal dunia luar dalam kehidupan social

yang lebih luas. Untuk membentuk kepribadian anak-anaknya.

g. Fungsi rekrasi, yaitu keluarga harus menjadi lingkungan yang

nyaman, menyenangkan, cerah dan ceria, hangat dan penuh

smenagat untuk anak maupun anggota keluarga lainnya. Keluarga

merupakan tempat rekreasi bagi anggotanya, untuk memperoleh

afeksi, ketenangan dan kebahagiaan.

h. Fungsi status keluarga, fungsi status keluarga ini mengarah kepada

kadar kedudukan atau status keluarga dibandingkan dengan

keluarga lainnya. Dengan kata lain, status keluarga ditentukan oleh

orang-orang yang membina keluarga itu.

i. Fungsi agama, keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat

pendidikan agama dan tempat beribadah bagi para anggotanya,

yang secara serempak berusaha mengembangkan amal saleh dan

mencipatkan anak-anak yang saleh.65

Dari penjelasan tersebut diatas dapat penulis simpulkan, bahwa

keluarga memiliki fungsi dan peran yang strategis dalam proses

pembinaan dan pendidikan anak. Karena keluarga merupakan institusi

pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Tugas dan

tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak meliputi segala hal,

baik yang berkaitan dengan anak di dalam rumah maupun di luar

rumah. Yang mana peran dan tanggung jawab itu meliputi pendidikan

jasmani, rohani, pembinaan moral dan intelektual, memperkuat

spiritualitas anak.

C. Hasil Penelitian Relevan

Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan yang masih ada

kaitannya dengan penelitian penulis, di antaranya:

65 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga,

(Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 139-146

Page 51: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

39

1. Barkah, Pernikahan Usia Dini dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan

Agama Islam dalam Keluarga, Skripsi UIN Jakarta tahun 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

pernikahan usia dini terhadap Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga. Perbedaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang

peneliti lakukan adalah penelitian tersebut bertujuan untuk menguji

hipotesa apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak, tetapi

penelitian yang peneliti lakukan adalah tidak menguji hipotesa atau

penelitian kualitatif deskriptif hanya ingin mengetahui keadaan

sebenarnya bagaimana dampak pernikahan usia dini terhadap

pendidikan agama Islam anak dalam keluarga. Persamaannya adalah

sama-sama membahas mengenai pernikahan usia dini terhadap

Pendidikan Agama Islam.

2. Siti Malehah, Dampak Psikologis Pernikahan Dini dan Solusinya

Dalam Persfektif Bimbingan Konseling Islam (Studi kasus di desa

Depok Kecamatan Kalibawang kabupaten Wonosobo), Skripsi UIN

Walisongo Semarang tahun 2010. Dari hasil penelitian ini diketahui

bahwa pernikahan dini di desa Depok adalah berawal dari latar

belakang yang merupakan kebiasaan atau budaya masyarakat yang

tidak dapat dirubah sehingga turun temurun kegenerasi berikutnya.

Perbedaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti

lakukan adalah penelitian tersebut bertujuan mengetahui dampak

pernikahan usia dini secara psikologis dan solusinya dalam persfektif

Bimbingan Konseling Islam. Persamaannya adalah sama-sama

membahas menegnai pernikahan usia dini dan penelitian kualitatif

deskriptif.

3. Rusmini, Dampak Menikah Dini Dikalangan Perempuan di Desa

Batulampa Kecamatan Batulampa kabupaten Pinrang (studi kasus

khususnya perempuan yang menikah dini di dusun Tarokko), Skripsi

Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2015. Penelitian ini bertujuan

hanya ingin mengetahui dampak dan factor-faktor apa saja yang

Page 52: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

40

mempengaruhui pernikahan usia dini dari penelitian tersebut diketahui

bahwa pada umumnya penduduk melakukan pernikahan usia dini

karena factor perjodohan dan kekhawatiran orang tua terhadap

pergaulan anak gadisnya. Perbedaan dalam penelitian tersebut dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tersebut hanya

membahas tentang dampak menikah usia dini dikalangan perempuan

dan tidak membahas tentang pendidikan agama Islam dalam keluarga.

Persamaannya adalah sama-sama menggunakan penelitan kualitatif

deskriptif dan sama-sama membahas pernikahan usia dini

Page 53: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 bulan Juli 2018 sampai

dengan tanggal 21 bulan September 2018, dimana penelitian ini dilakukan

di kampung Pasirputih Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya kulon,

Kabupaten Karawang

B. Metode dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analisis kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini

tidak dimaksudkan menguji hipotesis tertentu tetapi hanya

menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel atau keadaan.

Untuk memperoleh data yang objektif dan lengkap dalam

menyusun skripsi ini digunakan metode deskriptif analisis kualitatif

dengan pendekatan penelitian lapangan (field research) yaitu

mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa adanya sehingga

memberi gambaran yang jelas tentang informasi yang diteliti sesuai tujuan

penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba menjelaskan dan

menguraikan tentang problematika pernikahan usia dini dalam pendidikan

keluarga Islam yang ada di kampung Pasirputih, Desa Sukajaya,

Kecamatan Cilamaya kulon, Kabupaten Karawang.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam sebuah penelitian, pencantuman sumber data sebagai subjek

penelitian merupakan hal yang penting. Sumber data tersebut berupa

populasi dan sampel. Namun, penelitian kualitatif tidak menggunakan

istilah populasi sebagai sumber data, melainkan istilah situasi sosial seperti

Page 54: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

42

yang digunakan Spradley. Situasi sosial dalam penelitian kualitatif dapat

berupa orang, tempat, atau aktivitas.66

Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat kampung

Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya kulon, Karawang yang melakukan

pernikahan dibawah umur. Penelitian akan difokuskan kepada masyarakat

kampung Pasir-putih pada pasangan suami istri yang melakukan

pernikahan dibawah umur dan telah memiliki anak dengan usia 4-17

tahun. Jumlah seluruh jiwa yang ada dikampung pasirputih wetan adalah

1,153 jiwa dengan total KK 361. Dari jumlah total tersebut tidak

semuanya melakukan pernikahan dibawah umur dan yang menikah

dibawah umur jumlahnya adalah 187 KK, dan dari jumlah yang menikah

dini hanya diambil yang sudah memiliki anak umur 4-17 tahun, yang

jumlahnya adalah 119.67 Mengingat luasnya populasi tersebut maka

peneliti mengambil sampel yang representative.

Penentuan informan ini ditetapkan dengan cara purposive samples,

yakni menentukan sampel atau dasar tujuan tertentu dan pertimbangan

tertentu sehingga memenuhi keinginan dan kepentingan peneliti yang

dapat memberikan data secara maksimal.68 Pertimbangan tertentu ini

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi

sosial yang diteliti.

Adapun kriteria yang diambil yaitu penduduk yang berada di

kampung Pasir-putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, kab. Karawang yang

telah menikah di bawah umur dan sudah memiliki anak karena banyaknya

populasi maka diambil sampel. menurut Suharsimi Arikunto “besar

kecilnya sampel yang baik adalah sekedar ancer-ancer, maka apabila

subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga

66 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar

Maju, 2011), Cet. II, h. 33 67 Sumber data: KUA Cilamaya Kulon, Karawang. 68 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineke

Cipta, 2013), h. 33

Page 55: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

43

penelitian merupakan penelitian populasi, jika subyeknya besar maka

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.69 Karena seluruh populasinya

lebih dari 100 yaitu 119 maka sampel yang penulis ambil dalam penelitian

ini adalah 10% yaitu sebanyak 12 orang.

D. Sumber Data

Penelitian yang dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi ini

adalah penelitian yang berdasarkan pada deskriptif kualitatif, untuk itu

sumber-sumber data diperoleh dari bahan-bahan pustaka dan studi

lapangan sebagai sumber pokok yang ada relevansinya dengan

permasalahan di atas antara lain sebagai berikut:

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukur

atau pengambilan data langsung kepada subjek sebagai sumber

informasi yang dicari meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan

lain-lain. Sumber data ini berupa sumber data dan informasi yang

secara langsung.

2. Data Sekunder

Sumber data Sekunder merupakan sumber data pendukung atau

pelengkap dari data primer. Dalam penelitian ini kepustakaan

merupakan sumber data sekunder. Data ini berupa tentang

problematika pernikahan usia dini dalam pendidikan keluarga Islam

yang berasal dari buku-buku, catatan, internet. Bahan bahan dari

kepustakaan tersebut dikelompokkan, lalu dipahani dan ditafsirkan

serta mengambil kesimpulan.

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang

telah di dapatkan untuk menyelesaikan pertanyaan dalam rumusan

masalah. Adapun instrument yang penulis gunakan dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

69 Ibid, h. 146

Page 56: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

44

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan

langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau

lokasi penelitian. Observasi sering disebut juga dengan pengamatan yang

meliputi segala bentuk kegiatan yang dipusatkan perhatiannya terhadap

sesuatu objek pengamatan dan pencatatan tentang sebuah realita yang

terjadi. observasi ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung ketempat

tinggal pelaku pernikahan usia dini di kampung Pasirputih.

2. Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara atau interview adalah metode

pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab antara dua orang atau lebih

secara langsung. Wawancara merupakan alat yang paling ampuh untuk

mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan dan dirasakan

orang tentang berbagai aspek kehidupan melalui Tanya jawab, peneliti

dapat memasuki alam pikiran orang lain, sehingga peneliti dapat

memperoleh gambaran apa yang mereka maksudkan.

Adapun dalam wawancara ini Penulis melakukan wawancara dengan

ibu yang memiliki anak usia 4-17 tahun yang menikah di usia dini, guru

ngaji, dan staff desa Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data yang telah ada baik dari buku-buku induk, sejarah, catatan dan lain-

lain.70

Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan

data dengan meneliti dokumen-dokumen, disbanding metode lain, metode

ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber data

masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati

bukan benda hidup melainkan benda mati.

70 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), h. 224-240

Page 57: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

45

Metode ini peneliti gunakan sebagai suatu pendukung dari wawancara

dan untuk mengetahui dan mencatat data-data tentang latarbelakang objek

penelitian dan untuk memperoleh data mengenai:

a. Profil Desa Sukajaya

b. Jumlah seluruh penduduk desa sukajaya yang melakukan pernikahan

usia dini

F. Teknik Analisis Data

Mengetahui penelitian ini difokuskan kepada observasi, wawancara

dan dokumentasi sebagai data primer, maka data yang telah dikumpulkan

dalam kegiatan penelitian ini selanjutnya dianalisis supaya bisa diambil

kesimpulan/pengertian.

Adapun metode analisis yang penulis gunakan adalah dengan cara

mendeskripsikan data-data secara sistematik dan diinformasikan

sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan yang komprehensif.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Selain menganalisi data, peneliti juga harus menguji keabsahan

data agar memperoleh data yang valid, agar data yang telah diperoleh

dalam penelitian ini dijamin tingkat validitasnya maka perlu dilakukan

pengecekan atau pemeriksaan keabsahan data.

Adapun peneliti dalam melakukan pemeriksaan keabsahan data

menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan

usnur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan yang diteliti

kemudian memusatkan diri pada persoalan tersebut secara rinci.

Dengan kata lain memperdalam pengamatan terhadap hal-hal yang

diteliti yaitu tentang problematika pernikahan usia dini dalam

pendidikan keluarga Islam di kampung Pasir putih, Sukajaya,

Cilamaya Kulon, Karawang.

2. Observasi yang diperdalam

Page 58: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

46

Dalam penelitian ini, peneliti harus memperdalam observasi

dilapangan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan usnur-unsur

dalam situasi yang relevan dengan persoalan yang diteliti kemudian

memusatkan diri pada persoalan tersebut secara rinci. Hal ini berarti

bahwa peneliti mengadakan pengamatan secara teliti dan rinci secara

berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol kemudian

menelaah kembali secara rinci sampai pada suatu titik sehingga dapat

dipahami secara baik keadaan dilapangan yang sesungguhnya.

3. Triangulasi data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil

wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Untuk memperoleh

data mengenai problematika pernikahan usia dini dalam pendidikan

keluarga Islam di kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang, maka peneliti tidak menggali informasi dari salah satu

pihak saja, mislanya pelaku pernikahn usia dini akan tetapi, dalam hal

ini tidak menutup kemungkinan peneliti bisa mendapatkan keterangan-

keterangan tambahan dari pihak lain yang dianggap penting dalam

memberikan informasi yang berguna dalam penelitian ini.

H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan, dalam tahap ini, penulis melakukan studi

pendahuluan untuk melakukan Observasi kepada salah satu ibu yang

memiliki anak usia 4-17 tahun yang melakukan praktik pernikahan

usai dini, dan pihak pihak terkait lainnya. Penelitian pendahuluan ini

dilakukan dalam rangka pengumpulan data.

2. Tahap Pelaksanaan, dalam tahap ini, penulis melakukan pengumpulan

data dari studi pendahuluan tersebut dan buku-buku sumber yang

diperoleh dari perpustakaan dan internet untuk penelitian dengan topic

yang berkaitan dengan penelitian tersebut, peneliti melakukan

Page 59: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

47

wawancara dan observasi lanjutan dengan secara mendalam kepada

informan pelaku pernikahan usia dini untuk megumpulkan data yang

jelas dan rinci, selain itu peneliti juga mencatat keterangan dari

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, peneliti berusaha

memperoleh data sebanyak-banyaknya mengenai dampak apa saja

yang ditimbulkan dari terjadinya pernikahan usia dini terhadap

pendidikan agama islam anak dalam keluarga. Sebelum melakukan

wawancara peneliti juga menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan

yang akan diajukan kepada informan, akan tetapi kemudian peneliti

juga dapat mengembangkan pertanyaan yang sesuai dengan bahasan

penelitian.

3. Tahap Penyelesaian, dalam tahap ini selanjutnya penulis berusaha

menyimpulkan dan menyusun data dalam bentuk laporan/hasil

penelitian.

Page 60: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Sukajaya

Asal usul desa Sukajaya adalah desa hasil pemekaran dari desa

Induk nya yaitu desa Sukakerta pada tahun 1978. Asalnya desa

Sukajaya membawahi tiga dusun yaitu dusun Lobang Buaya, dusun

Sambirata dan dusun Pasirputih, seiring perkembangan dan Jumlah

penduduk yang semakin meningkat di mekarkan lagi menjadi lima

dusun yaitu dusun Lobang Kulon, dusun Lobang Wetan, dusun

Sambirata, dusun Pasirputih Wetan dan dusun Pasirputih Kulon.

Dari kelima pembagian dusun yang ada di desa Sukajaya yang

menjadi pusat penelitian yaitu di dusun Pasirputih wetan, dengan

alasan karena di dusun Pasirputih Wetan banyak ditemukan kasus

pernikahan diusia yang masih sangat dini.

Sejarah dan asal usul nenek moyang penduduk di desa

Sukajaya kebanyakan berasal dari daerah Indramayu tepatnya daerah

Loh bener yang asalnya membuka lahan dan bertani di desa Sukajaya

dan kemudian menetap dan menghasilkan keturunan yang sekarang

menjadi penduduk Sukajaya.

Pada jaman perang revolusi atau agresi Belanda kedua dulu

konon katanya penduduk desa Sukajaya aktif mengadakan perlawanan

terhadap penjajah Belanda sehingga banyak pejuang yang gugur dan

wilayah desa Sukajaya mengalami gempuran hebat dari darat dan laut,

sehingga pada saat itu banyak penduduk desa Sukajaya mengungsi ke

daerah Nambo Sukaratu Kabupaten Subang dan bahkan banyak yang

menetap dan tinggal di daerah tersebut sampai sekarang.

Page 61: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

49

Setelah kemerdekaan dan jaman pembangunan atau sekitar

tahun 1985 banyak tanah pertanian atau pesawahan yang menjadi mata

pencaharian sebagian besar masyarakat yang di ambil alih oleh

pengusaha-pengusaha keturunan yang di fasilitasi pemerintah pusat

bahkan banyak di beri kemudahan untuk mebebaskan lahan pesawahan

untuk menjadi lahan tambak udang. dan sampai sekarang penguasaan

lahan pesawahan di desa Sukajaya masih banyak yang di kuasai orang

asing tersebut.

Keadaan ekonomi masyarakat desa khususnya masyarakat

Dusun Pasirputih Mengalami perubahan drastis setelah ada proyek

inpres dari pemerintah pusat sekitar tahun 1980 yaitu bantuan mesin

perahu sehingga nelayan bisa mencari ikan dengan jangkauan yang

jauh bahkan sekarang telah mencapai pulau Sumatra dan Kalimantan.

2. Demografi Desa Sukajaya

a. Letak Geografis Desa Sukajaya

Desa Sukajaya terletak antara 6,47684’S Lintang Selatan

dan 108,46135’E Bujur Timur, dengan luas wilayah 2,223 Km2,

terdiri dari 5 Dusun, 6 RW dan 21 RT dengan rincian sebagai

berikut: Dusun Lobang Kulon terdiri dari RT 01, 02,03,04, Dusun

Lobang Wetan terdiri dari RT. 05,06,07,08, Dusun Sambirata

terdiri dari RT.09,10,11,12,13, Dusun Pasirputih Wetan terdiri dari

RT 14,15,18,19, Dusun Pasirputih Kulon terdiri dari Rt

16,17,20,21.

Dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :

sebelah utara : laut jawa

sebelah selatan : Desa Pasirjaya-Desa Pasirukem

sebelah barat : Desa Pasirjaya

sebelah timur : Desa Sukakerta

Jarak dari Desa Sukajaya ke ibu kota Kecamatan Cilamaya

Kulon 6 Km, jarak ke ibu kota Kabupaten Karawang 40 Km, jarak

Page 62: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

50

ke Provinsi di Bandung 188,6 Km dan jarak ke ibu kota Negara di

Jakarta 120 Km.

b. Keadaan Topografi

Desa Sukajaya merupakan desa yang berada di daerah

dataran rendah pantai utara Pulau Jawa, dengan ketinggian 1,5 M

diatas permukaan air laut. Sebagian besar wilayah desa adalah

lahan pertanian/sawah.

c. Hidrologi dan Klimatologi

Sumber air yang ada di Desa Sukajaya meliputi air

permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan air

tanah berupa genangan, yang merupakan Daerah Aliran Sungai

(DAS). Sesuai dengan kebijakan penyediaan air baku untuk irigasi,

maka di Desa Sukajaya mendapat pasokan pelayanan irigasi

berasal dari Bendungan Walahar. sedangkan untuk kebutuhan

rumah tangga menggunakan sumur gali dan sumur pompa.

3. Keadaan Sosial Penduduk

a. Jumlah Penduduk desa Sukajaya

Penduduk Desa Sukajaya berdasarkan data terakhir hasil Sensus

Penduduk Tahun 2018 tercatat sebanyak 5.945 jiwa, dengan KK

terdiri dari 1.947. dengan data penyebaran penduduk sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Data penyebaran penduduk

Desa Sukajaya71

No Dusun/RW Jumlah Kepadatan

per Km2 Jiwa KK

1. Lobang Kulon 870 312 139

2. Lobang Wetan 880 220 117,5

3. Sambirata 1.436 586 132,16

4. Pasirputih Wetan 1.153 361 45,56

71 Sumber Data: Kantor Kelurahan Desa Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang

Page 63: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

51

5. Pasirputih Kulon 1.606 468 160

J um l a h 5.945 1.947 -

Karena fokus penelitian dalam Skripsi ini hanya pada

kampung Pasirputih wetan maka seluruh populasi nya adalah 1.153

jiwa dengan total 361 (KK).

b. Potensi yang ada di desa Sukajaya

Dalam menanggulangi kemiskinan di desa Sukajaya ada beberapa

potensi wilayah yang dapat dimanfaatkan selain sumber daya

manusia. Potensi-potensi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Potensi sumber daya alam

Potensi desa Sukajaya yang memiliki lahan persawahan

yang luas dan lokasi desa sukajaya dekat dengan laut. Sangat

baik dari segi pertanian dan kelautan. Jika dikelola dengan baik

akan membantu perekonomian warga desa Sukajaya dan bisa

dinikmati dengan jangka panjang

Sawah, laut dan hutan yang ada di desa Sukajaya adalah

potensi tersbesar sebagai penyangga hidup masyarakat, sebagai

penampung air, dan sebagai mata pencarian.

2) Potensi sumber daya manusia

Dengan adanya sumber daya alam yang memadai di desa

Sukajaya, maka peluang untuk mengurangi kemiskinan di desa

Sukajaya sangatlah terbuka lebar, dan tentu hal ini harus

didukung juga oleh sumber daya manusia yang memadai. oleh

karena itu kami memandang bahwa segala sesuatu itu terletak

pada manusianya sendiri, maka pengembangan kemampuan

kapasitas SDM merupakan prioritas, dan juga merupakan salah

satu strategi dalam penanggulangan kemiskinan di wilayah

desa Sukajaya

c. Permasalahan yang ada di desa Sukajaya

Page 64: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

52

Masalah adalah hambatan atau kendala yang menyebabkan

terjadinya perbedaan antara harapan dengan kenyataan atau antara

yang seharusnya dengan yang sesunguhnya.

Berdasarkan hasil Pengkajian Keadaan Desa (PKD) melalui

Sketsa Desa, Kalender Musim dan Bagan Kelembagaan, telah

dijumpai beberapa permasalahan yang telah dikelompokan dalam

Bidang Pendidikan, Bidang Sosial Budaya, Bidang Pemerintahan

Desa, dan Bidang Sarana Infrastruktur.

1) Bidang Pendidikan

Kelemahan mendasar yang membuat posisi pembangunan

manusia di Desa Sukajaya terletak pada bidang pendidikan.

Tingkat Pendidikan masyarakat pada umumnya tergolong

rendah, data hasil sensus penduduk tahun 2017 memperlihatkan

bahwa penduduk usia 10 tahun keatas yang tidak/belum tamat

SD/Sederajat prosentasinya cukup tinggi, sementara yang telah

tamat SD, SLP, SLA sampai dengan Perguruan Tinggi

prosentasenya sangat rendah.

Hal ini disebabkan antara lain ; kondisi ekonomi masyarakat

yang mayoritas rendah, sarana prasarana pendidikan yang ada

untuk semua jenjang pendidikan masih relatif terbatas bahkan

ada yang sudah rusak dan tenaga pengajar belum memadai.

2) Bidang Sosial dan Budaya

Perkembangan Sosial Budaya masyarakat dipengaruhi oleh

perpaduan antara kepercayaan, adat istiadat dan pengaruh

budaya luar juga karena sistem pemerintahan yang dijalankan

dan kondisi pendidikan serta ekonomi masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka permasalahan Sosial

Budaya yang berkembang dan terjadi sampai saat ini

diantaranya: masih terbatasnya SDM yang berkualitas dibidang

kebudayan, kurangnya sarana dan fasilitas pembinaan generasi

muda baik dalam bidang olah raga, seni maupun budaya daerah

Page 65: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

53

setempat, masih belum terkelolanya aset seni dan budaya

daerah sebagai aset yang memiliki nilai jual, rendahnya tingkat

pendidikan sebagian besar masyarakat serta tingginya angka

pengangguran dan rumah tangga miskin.

3) Bidang Pemerintahan Desa

Pemerintah Desa masih belum maksimal menjalankan tugas

pokoknya sebagai penyelenggara pemerintahan desa dan

pelaksana pembangunan, disebabkan antara lain : sarana dan

prasarana penunjang mobilitas operasional relatif terbatas,

kelembagaan masyarakat sebagai mitra kerja pemerintah desa

belum sepenuhnya melaksanakan tugas dan fungsinya,

rendahnya kualitas SDM masyarakat yang sebagian besar

berketerampilan rendah, termasuk yang terlibat dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, Lemahnya

kemampuan penyusunan rencana pembangunan desa.

4) Bidang Sarana Infrastruktur

Desa Sukajaya adalah desa yang kategori inrfastruktur dasarnya

masih tergolong kurang, utamanya fasilitas jalan yang masih

banyak yang rusak dan berbatu sehingga menghambat

mobilisasi warga.

B. Deskripsi Data

1. Identitas Responden

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dimana peneliti

mengambil 12 sampel dari pelaku pernikahan usia dini yang ada di

dusun Pasirputih desa Sukajaya untuk dijadikan informan, dan peneliti

menggunakan metode wawancara yang mendalam kepada informan

agar lebih mudah mengetahui awal mula terjadinya pernikahan usia

dini dan pendidikan Islam keluarga tersebut yang ada pada setiap

responden. di desa Sukajaya terdiri dari lima (5) dusun yaitu dusun

Lobang Kulon, dusun Lobang Wetan, dusun Sambirata, dusun

Pasirputih Wetan dan dusun Pasirputih Kulon. Yang menjadi objek

Page 66: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

54

penelitian adalah di dusun pasir putih wetan dengan alasan peneliti

lebih memilih memusatkan penelitiannya di dusun pasir putih wetan

karena dari hasil observasi dan wawancara kepada salah satu staf desa

yang dilakukan, di desa Pasirputih wetan lah yang banyak terjadi kasus

pernikahan di bawah umur, di banding dengan dusun-dusun yang lain.

“Masyarakat yang masih sering melakukan pernikahan

dibawah umur di desa Sukajaya ini lebih banyak dilakukan oleh warga

dusun Pasirputih Wetan dibandingkan dengan dusun-dusun lain yang

ada di desa Sukajaya”72

Untuk mendapatkan informasi, peneliti menggunakan cara

dengan mendatangi langsung informan ke rumahnya atau dirumah

orangtuanya. di dalam proses penelitian ada beberapa hambatan yang

dirasakan oleh peneliti, seperti masih ada informan yang malu-malu

menceritakan kisahnya dan ada juga yang tidak sungkan menceritakan

kisahnya, adapun masalah yang ditemukan, hampir semua informan

yang diwawancarai tentang bagaimana memberikan pendidikan pada

anaknya semua informan merasa kesulitan dalam mendidik anaknya

karena pengetahuan pendidikannya yang minim.

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan,

kebaisaan yang sering dilakukan oleh ibu-ibu pelaku pernikahan usia

dini selain mengurus rumah tangga dan anaknya adalah mengupas

rajungan atau yang biasa disebut dengan ‘meka’. Sedangkan untuk

para suaminya hampir semuanya berprofesi sebagai nelayan, yang

pergi berlayar dengan satu bulan lamanya dan jarang sekali berada

dirumah bersama anak-anaknya.

2. Identitas Informan dan Historis Perkawinan

a. Kasus 1. Tati dan Saroni. Tati berkerja sebagai ibu rumah tangga

dan pengupas rajungan, pendidikan terakhir adalah SD, menikah

pada usia 14 tahun. Saroni bekerja sebagai nelayan. Pasangan ini

dikaruniai 3 anak, dua laki-laki dan satu perempuan, anak yang

72 Wawancara dengan Bapak Sehu Staf desa Sukajaya tanggal 9 Agustus 2018

Page 67: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

55

pertama berusia 17 tahun laki-laki, anak yang kedua berusia 14

tahun perempuan dan anak yang ketiga berusia 5 tahun laki-laki.

Ini merupakan pernikahan kedua dari Tati, karena

sebelumnya tati pernah menikah dan gagal. Pernikahan pertama

Tati terjadi karena dijodohkan oleh orang tuanya, ia terpaksa

menuruti keinginan orang tuanya walaupun harus dengan

mengorbankan sekolahnya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti

dengan resonden dapat diketahui bahwa akibat dari pernikahan dini

yang dilakukan berdampak pada keharmonisan rumah tangga dan

kesulitan memberikan pendidikan bagi anak. Tati mengalami

kegagalan pada rumah tangganya yang pertama karena faktor

dirinya yang masih belum dewasa dan keterlibatan mertua dalam

urusan rumah tangganya, sehingga yang menjadi korban dalam hal

tersebut adalah anak. Pada pernikahan yang pertama Tati dan

suami pertamanya dikaruniai satu orang anak laki-laki yang saat ini

berusia 17 tahun.

Tati tidak dapat memberikan kasih sayang dan pendidikan

yang paling dibutuhkan oleh anak pada saat itu karena tati sendiri

sebagai ibunya dilarang oleh mertuanya untuk mengasuh anaknya

karena dianggap tidak mampu, setelah itu tati memutuskan untuk

bercerai dan meninggalkan suami pertamanya dan anaknya karena

merasa ia tidak dihargai dan tidak dibutuhkan lagi. Selain itu dapat

diketahui juga bawa dalam kelaurganya yang melakukan

pernikahan usia dini bukan hanya Tati, ibunya juga dulu

melakukan pernikahan usia dini sepertinya. Pasangan ini juga

diketahui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam memberikan

pendidikan agama Islam bagi anaknya, yang pada akhirnya

pendidikan Islam anaknya ditangani oleh orang lain yaitu guru

ngaji yang dekat dengan rumah. Karena tati sendiri mengaku

Page 68: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

56

bahwa ia tidak mampu menberikan pendidikan secara maksimal

kepada anaknya karena pengetahuannya yang minim.

b. Kasus 2. Darilah dan Kasman, pasangan ini menikah pada tahun

2008, dan telah dikaruniai dua anak, anak pertama perempuan

berusia 10 tahun anak kedua laki-laki berumur 5 tahun. Darilah

ketika menikah dengan Kasman berumur 15 tahun, sedangkan

Kasman berumur 16 tahun. Pendidikan terakhir Darilah hanya

sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) begitu juga dengan Kasman.

Pasangan ini menikah karena faktor ekonomi, kesulitan

ekonomi mendorong orangtua Darilah untuk menikahkannya,

padahal keinginan untuk bersekolah pada saat itu masih ada. Tetapi

keadaan memaksanya untuk meninggalkan sekolah demi menuruti

keinginan orang tua. yang dilakukan oleh Darilah setelah menikah

selain mengurus keluarga ia juga mengupas rajungan ‘meka’ untuk

menambah pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan

Kasman berprofesi sebagai nelayan.

Dari percakapan antara responden dan peneliti dapat

diketahui bahwa pernikahan dini yang dilakukan oleh Darilah dan

Kasman yang pada awalnya disebabkan karena faktor ekonomi

yang menganggap bahwa dengan menikah bisa mengurangi beban

ekonomi keluarga, tapi nyatanya setelah menikah beban

ekonominya sama sekali tidak berkurang, bahkan bertambah sulit

apalagi dengan kehadiran anak, yang kebutuhan juga semakin

banyak.

selain itu Darilah juga merasa kesulitan dalam memberikan

pendidikan khususnya pendidikan agama Islam bagi anaknya.

apalagi anak laki-lakinya, sangat sulit diatur dan masih suka

melawan dengan orang tua, bahkan anaknya tidak segan untuk

berkata kasar kepadanya, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa ia

tidak bisa menangani anaknya dengan baik, sehingga yang ia

Page 69: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

57

lakukan adalah menitipkan untuk diajarkan agama kepada guru

ngaji yang dekat dengan rumah.

Darilah juga mengaku bahwa dalam kelurganya tidak hanya

dia yang melakukan pernikahan usia dini, anggota keluarganya

yang lain juga ada yang melakukan pernikahan dibawah umur

bahkan dengan usia jauh dibawah Darilah.

c. Kasus 3. Erina dan Ratim. Pasangan ini menikah pada tahun 2011,

pada saat itu Erina masih berusia 15 tahun dan pendidikan

terakhirnya adalah hanya sampai sekolah dasar. dan Ratim pada

saat itu berusia 18 tahun pendidikan terakhir adalah sekolah dasar.

Erina bekerja sebagai ibu rumah tangga dan pengupas rajungan.

Ratim bekerja sebagai nelayan. Selama menikah pasangan ini baru

dikaruniai satu anak perempuan yang berusia empat tahun. Selama

menikah mereka sudah tinggal dirumahnya sendiri dan sudah tidak

membebani orangtua mereka lagi. Pekerjaan Ratim sebagai

nelayan membuatnya jarang sekali berada dirumah dan interaksi

antara anak dan ayah pun kurang maksimal.

Dari hasil wawancara antara peneliti dan informan dapat

diketahui bahwa pernikahan dini yang dilakukan oleh Erina dan

Ratim terjadi karena dorongan orang tua, yang beralasan daripada

nganggur tidak sekolah, tidak kerja lebih baik menikah, supaya ada

yang membiayai hidup. Erina mengaku kesulitan dalam membagi

waktu untuk mengurus dirinya, dan keluarganya. yang dilakukan

Erina selain mengurus rumah tangga ia juga pengupas rajungan

untuk menambah pemasukan harian keluarganya. jika ia bekerja

mengupas rajungan ia terpaksa menitipkan anaknya kepada

orangtuanya. bekerja sebagai pengupas rajungan terkadang sangat

menyita waktu, mulai dari pagi hari sampai larut malam tergantung

pemasok rajungan pada waktu itu. hal ini yang menyebabkan ia

tidak bisa maksimal membagi waktu antara mengurus dirinya dan

keluarganya. untuk memberikan pendidikan agama kepada

Page 70: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

58

anaknya Erina sendiri yang mengajarkan pendidikan agama kepada

anak, walupun ia hanya lulusan sekolah dasar ia masih mampu

untuk memberikan pendidikan pada anaknya, karena usia anaknya

masih kecil dan yang dibutuhkan anak saat ini masih terbatas pada

hal-hal kecil.

Erina sebenarnya merasa kesulitan dalam memberikan

pendidikan agama pada anaknya takut salah dalam memberikan

pemahaman agama kepada anak tetapi karena anaknya sulit dan

tidak mau untuk di didik atau dititipkan ke guru ngaji yang dekat

dengan rumah ia terpaksa memberikan pendidikan semampu yang

ia bisa.

d. Kasus 4. Dayanti dan Amri. Pasangan ini menikah pada tahun 2007

dan telah dikaruniai 3 orang anak. Anak pertama perempuan

berusia 9 tahun, anak kedua perempuan 8 tahun dan anak ketiga

baru berusia 4 bulan laki-laki. Dayanti ketika menikah berusia 14

tahun dan suaminya berusia 17 tahun. pendidikan terakhir

keduanya adalah hanya sampai sekolah dasar. alasan pernikahan ini

terjadi karena atas keinginan Dayanti sendiri yang pada saat itu ia

iri melihat semua teman-teman seumurannya hampir sudah

menikah, dan tidak ada yang bisa ia ajak main bersama.

Pada awal pernikahannya Dayanti dengan suaminya masih

menumpang dirumah orangtua Dayanti. Sehingga hal ini rentan

sekali menimbulkan konflik, karena hal itu Dayanti meminta

suaminya untuk segera membuatkan rumah untuknya dengan anak-

anaknya agar bisa mengurangi beban orangtua Dayanti dan

menghindari konflik. hingga akhirnya setelah sekian lama 2 bulan

yang lalu dayanti dan suami bisa membangun rumahnya sendiri.

Dayanti selain menjadi ibu rumah tangga yang mengurus ketiga

anaknya ia juga bekerja sebagi pengupas rajungan, seperti yang

dilakukan perempuan-permpuan lain yang ada di kampung

Page 71: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

59

Pasirputih. Suamninya juga bekerja sebagai nelayan yang jarang

sekali berada dirumah.

Dari hasil percakapan antara peneliti dan informan dapat

diketahui bahwa informan memiliki permasalahan dalam mendidik

anaknya. Informan mengalami kesulitan dalam memberikan

pendidikan yang baik bagi anaknya khususnya anak pertama dan

anak keduanya. Ketika peneliti menanyakan apakah informan

memperhatikan pendidikan anak jawaban informan sangat

mengejutkan peneliti yaitu ia tidak memperhatikan pendidikan

anaknya yang terpenting baginya anak sehat. Ini menunjukkan

keputusasaan informan dalam mendidik anak. Padahal yang paling

dibutuhkan oleh anak saat ini adalah perhatian dan bimbingan

orangtuanya. Karena ketidakmampuan ia memberi pendidikan

yang maksimal bagi anaknya ia terpaksa menitipkan anaknya ke

guru ngaji yang dekat dengan rumahnya untuk mengajarkan

pendidikan agama yang seharusnya Dayanti dan suaminya lah yang

bertugas untuk itu.

Dalam keluarganya yang melakukan praktek nikah dini

bukan hanya Dayanti sendiri tetapi kakanya dan kedua adik

perempuannya melakukan pernikahan usia dini juga. Tetapi ia

sama sekali tidak mengharapkan anak-anaknya kelak ketika

dewasa melakukan pernikahan usia dini seperti ia dan anggota

keluarganya yang lain lakukan. Dayanti menuturkan bahwa ia

menyesal dulu mengapa memilih melakukan pernikahan dini yang

mengakibatkan ia kesusahan dalam membina rumah tanga apalagi

dalam memberikan pendidikan yang maskimal bagi anaknya,

sehingga ia tidak mau anak-anaknya merasakan apa yang ia

rasakan akibat dari pernikahan usia dini tersebut. Selain sisi

negative tersebut ada sisi postitif dari pernikahan usia dini yang

dilakukan oleh Dayanti dan suami yaitu Dayanti mengalami

perubahan pola pikir setelah menikah ia sadar bahwa ternyata

Page 72: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

60

tanggung jawab menjadi orang tua tidak lah mudah, ia menyesal

dulu sering tidak menuruti kemauan orang tua dan cenderung

melawan dan membantah orangtua.

e. Kasus 5. Pujiyanti dan Rohman. Puji bekerja sebagai ibu rumah

tangga ia juga membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya

untuk menambah penghasilan nya sehari-hari. Suaminya berprofesi

sebagai nelayan. Pendidikan terakhir puji hanya sampai pada

jenjang sekolah dasar begitupun dengan suaminya. Ia menikah

pertama kali pada usia 15 tahun karena hamil diluar nikah.

Sedangkan suaminya pada saat itu sudah berumur 27 tahun. ia dan

suami dikaruniai satu anak perempuan yang saat ini sudah berumur

7 tahun.

Dari hasil wawancara antara peneliti dan informan dapat

diketahui bahwa Pernikahan pertamanya terjadi disebabkan karena

pergaulan bebas ia hamil diluar nikah. Kurangnya pengawasan

orang tua membuat puji pada saat itu berani melakukan hal yang

diharamkan oleh agama. Akibat dari hal itu pula ia tidak dapat

melanjutkan pendidikannya karena langsung dinikahkan oleh

kedua orangtuanya.

Pujiyanti mengalami kegagalan dalam pernikahan

pertamanya. Kegagalan pernikahan pertamanya disebabkan karena

sudah tidak ada lagi kecocokan antara dirinya dan suami

pertamanya. Ia mengaku selama pernikahan sering terjadi

pertengkaran cekcok mulut antara ia dan suami yang berujung

pada perceraian. Jarak usia yang terlalu jauh juga menjadi salah

satu alasan perceraian itu terjadi. usia ia dan suami pertamanya

terpaut cukup jauh, puji yang saat itu masih berusia 15 tahun

sedangkan suaminya berumur 27 tahun, suaminya telah dewasa

dan matang. yang menginginkan istrinya selalu berdiam diri

dirumah untuk mengurus rumah layaknya isteri-isteri pada

umumnya, sedangkan puji yang masih belum dewasa ia tidak mau

Page 73: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

61

dikekang dan masih mengingikan dunianya yaitu main-main,

keluyuran, nongkrong bersama teman-temannya.

Selama pernikahan pun ia dan suami masih menumpang

dirumah orang tua Puji, pernikahan pertamanya berjalan selama

kurang lebih 5 tahun kemudian memutuskan bercerai. setelah

terjadi perceraian pada pernikahan pertamanya puji kemudian

menikah lagi dengan laki-laki pilihannya yang usianya jauh lebih

muda daripada ia. Pernikahanya baru berjalan selama 4 bulan dan

masih tinggal bersama dengan orangtua puji.

dalam memberikan pendidikan pada anaknya Puji mengaku

mengalami kesulitan. Karena pengetahuannya yang minim ia

terpaksa menitipkan anaknya untuk diajarkan kepada orang lain,

yaitu kepada guru ngaji yang lokasinya dekat dengan rumah agar

anaknya dapat memperoleh ilmu pendidikan Islam dengan baik.

f. Kasus 6. Rasminah dan Abbas. Pasangan ini menikah pada tahun

2003 dan telah dikaruniai 3 orang anak. Anak pertama berusia 16

tahun laki-laki, anak kedua 10 tahun laki-laki, anak ketiga

perempuan 8 tahun. pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, suaminya

bekerja sebagai nelayan. Pendidikan terakhir keduanya hanya

sampai pada tingkat sekolah dasar. Pada saat menikah Rasminah

masih berusia 15 tahun. sedangkan Abbas berusia 18 tahun.

pernikahan ini terjadi karena atas dasar kemauan Rasminah sendiri.

Dari penuturan informan dapat diketahui bahwa pernikahan

yang terjadi antara Rasminah dan Abbas terjadi karena atas dasar

kemauan mereka sendiri, rastimah sudah tidak menginginkan untuk

melanjutkan sekolah padahal orangtuanya masih mengharapkan ia

terus melanjutkan sekolah, tapi ia lebih memilih melakukan

pernikahan.

Selama pernikahan Rasminah dan suami masih tinggal

bersama dengan orangtua Rasminah, baru 1 tahun terakhir mereka

tinggal dirumah sendiri dan jarak rumah nya dengan rumah

Page 74: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

62

orangtuanya berdampingan. Rasminah menuturkan permasalahan

yang terjadi selama pernikahan adalah memberikan pendidikan

kepada anaknya, karena pengetahuanya yang minim ia tidak

mampu memberikan pendidikan secara maksimal untuk anaknya,

anaknya yang paling besar sulit sekali ia tangani, rasminah

menginginkan anaknya untuk terus melanjutkan pendidikannya

dengan baik, sedangkan anaknya sudah tidak menginginkan

sekolah dan lebih memilih pergi melaut, sikap anak tertuanya ini

juga sudah terpengaruh oleh pergaulan bebas, sering keluyuran,

pulang malam, dan merokok. untuk anak kedua dan ketiganya ia

titipkan kepada guru ngaji, untuk diajarkan pengetahuan agama

dengan baik, karena Rasminah sendiri tidak bisa memberikan

pengetahuan itu kepada anaknya, ia sendiri tidak bisa mengaji dan

pengetahuan agamanya sangat minim. Sedangkan suaminya tidak

ada waktu untuk memberikan pendidikan bagi anaknya karena

melaut, jarang sekali pulang. dan waktu bersama anak-anaknya

terbatas.

g. Kasus 7. Ratini dan Heri. pasangan ini menikah pada tahun 2014

dan telah dikarunai 1 anak perempuan yang usianya 5 tahun. ratini

bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai

nelayan. Pendidikan terakhir keduanya hanya sampai tingkat

sekolah dasar. pada saat menikah ratini masih berusia 15 tahun dan

heri 16 tahun. jika melihat dari umur pernikahan ini jelas sekali

dilarang oleh Undang-undang karena usianya belum mencukupi

dibolehkannya melakukan pernikahan, untuk itu Ratini dan suami

menempuh jalan dengan cara menambah umur aslinya yang mana

hal ini di kampung Pasirputih seperti sudah menjadi hal yang biasa

dan lumrah untuk dilakukan.

Dari penuturan antara peneliti dan informan dapat diketahui

bahwa pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ini disebabkan

karena dijodohkan oleh orangtua dan atas dasar rasa suka sama

Page 75: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

63

suka antara keduanya. Ratini lebih memilih menikah dibandingkan

melanjutkan sekolahnya karena ia sudah merasa tidak kuat dan

tidak ingin lagi belajar disekolah. selama pernikahan mereka masih

tinggal bersama dengan kedua orangtua Ratini, tapi kemudian baru

dua bulan ini mereka tinggal dirumahnya sendiri yang jaraknya

juga tidak terlalu jauh dengan mertuanya yaitu orangtua dari Heri.

sehari-hari yang dilakukan Ratini adalah bercengkrama dengan

teman-teman sebayanya, sedangkan anaknya selalu ia titipkan

kepada mertua dan orangtuanya, hal ini menunjukkan

ketidaksiapan Ratini menjadi orangtua. Jangankan mengurus anak

memasak untuk suaminyapun ia belum bisa, ia masih

mengandalkan orangtua dan mertuanya.

Suaminya yang berprofesi sebagai nelayan jarang sekali

berada didalam rumah, interaksi antara ayah dan anakpun tidak

terjalin dengan baik. Itulah mengapa di kampung Pasirputih ini

lebih banyak anak-anak yang dekat sekali dengan ibunya daripada

dengan ayahnya karena intensitas pertemuan antara ayah dan anak

sangat terbatas.

h. Kasus 8. Wiwin dan Tata. Pasangan ini menikah pada tahun 2006

dan telah dikaruniai satu orang putri berusia 8 tahun. pada saat

menikah usia Wiwin saat itu berusia 16 tahun dan Tata 17 tahun.

pendidikan terakhir Wiwin hanya pada tingkat SMP sedangkan

Tata hanya sampai tingkat SD. Wiwin bekerja sebagai Ibu Rumah

tangga yang bertugas mengurus rumah, anak dan suaminya.

terkadang disela-sela waktunya ia bekerja sebagai pengupas

rajungan untuk menambah penghasilan haraian rumah tangganya.

Tata bekerja sebagai nelayan yang terkadang penghasilannya tidak

menentu, bergantung pada cuaca dan keadaan laut.

Dari penuturan antara peneliti dan informan diketahui

bahwa pasangan ini melakukan pernikahan usia dini dikarenakan

adanya dorongan orang tua dan lemahnya ekonomi orang tua yang

Page 76: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

64

berharap dengan menikah bisa mengurangi beban hidup keluarga.

Padahal saat itu wiwin masih meginginkan untuk melanjutkan

sekolahnya ke jenjang SMA tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa

tuntutan orang tua dan ekonomi terpaksa membuat ia memilih

melakukan pernikahan dini tersebut.

Selama pernikahan yang alasan awalnya berharap dapat

mengurangi beban hidup keluarga justru sebaliknya, dengan

menikah dalam keadaan yang belum mapan seperti ini membuat

keadaan semakin sulit, apalagi dengan hadirnya anak kebutuhan

semakin banyak. selama pernikahan wiwin dan suami juga masih

tinggal dengan orang tua Wiwin. Selama pernikahan juga wiwin

dan suami sering terlibat pertengkaran. Karena beragam alasan

emosi yang belum stabil antara ia dan suami membuat hal-hal kecil

yang seharusnya tidak perlu diperdebatkan berubah menjadi

sesuatu yang besar yang menimbulkan pertengkaran, dari

penuturan wiwin pernah suatu kali ia dan suami ribut besar yang

hampir saja berujung pada perceraian. tapi untungnya hubungan

keduanya masih bisa diselamatkan dan dan masih bertahan sampai

saati ini.

wiwin menuturkan bahwa ia tidak begitu kesulitan dalam

memberikan pendidikan agama Islam pada anakanya, selama ini ia

masih bisa menangani pendidikan agama kepada anaknya dengan

baik tanpa bantuan guru ngaji disekitar rumahnya.

i. Kasus 9. Waridah dan Lambri. Pasangan ini menikah pada tahun

2001 dan telah dikaruniai 2 orang anak. 1 putra dan 1 putri. Putra

pertamanya berumur 16 tahun dan anak keduanya seorang putri

berumur 6 tahun. waridah menikah ketika masih berusia 14 tahun

sedangkan lambri berusia 18 tahun. pendidikan terakhir waridah

hanya sampai tamat sekolah dasar sedangkan Lambri tidak tamat

sekolah dasar. Pekerjaan sehari-hari yang dilakukan oleh suaminya

Page 77: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

65

adalah sebagai tukang urut dan petani, yag penghsilannya kadang

tidak menentu. Waridah berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Dari percakapan antara peneliti dan responden diketahui

bahwa pasangan ini menikah karena faktor ekonomi.

Ketidakmampuan orang tua waridah membiayai sekolah

mendorong orang tuanya untuk menikahkan anak perempuannya

dengan tujuan agar dapat mengurangi beban hidup orang tua,

pemikiran seperti ini masih sering terjadi di kampung Pasirputih.

Padahal setelah diajalani ternyata tidak benar-benar mengurangi

beban hidup keluarga, beban semakin banyak apalagi ketika

hadirnya anak ditengah-tengah keluarga yang belum mapan, baik

fisik, mental dan ekonominya.

Permasalahan yang sering hadir dalam keluarga pasangan

ini adalah masalah ekonomi dan sulitnya mengatur anak-anaknya.

waridah mengaku ia kesulitan membimbing anaknya. anak

pertamanya hanya sampai pada tingkat sekolah menengah pertama,

tidak bisa melanjutkan pendidikan dikarenakan faktor ekonomi

yang sulit tidak ada biaya. Selain itu anaknya sendiri juga sudah

tidak ingin lagi melanjutkan sekolah dan lebih memilih pergi

melaut. Pergaulan anak pertamanya ini juga menghawatirkan

karena terpengaruh oleh teman-temannya ia sudah berani mencoba

minum-minuman keras dan mulai merokok, sering keluyuran

malam, dan kadang tidak segan berkata kasar kepada orang tua.

Waridah tidak bisa melakukan apa-apa ia tidak bisa mendekati,

mengarahkan dan memberikan pengetahuan-pengetahuan agama

yang maksimal. Anak keduanya masih bisa ia atur dan ia titipkan

ke guru ngaji untuk diajarkan ngaji dan pengetahuan-pengetahuan

agama.

j. Kasus 10. Sutiah dan Turmudi. Pasangan ini menikah pada tahun

2004 dan telah dikaruniai 2 orang anak. Anak pertama berusia 12

tahun anak kedua masih didalam kandungan usia 7 bulan. Sutiah

Page 78: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

66

menikah pada usai 15 tahun sedangkan Turmudi berusia 27 tahun.

pekerjaan sutiah sebagai ibu rumah tangga dan turmudi bekerja

sebagai nelayan.

Dari percakapan antara peneliti dan informan dapat

diketahui bahwa pasangan ini menikah karena keinginan sendiri

tidak ada paksaan dari orang tua keduanya. Keduanya melakukan

pernikahan atas dasar rasa suka sama suka. Selain itu perbedaan

jarak umur yang terlalu jauh antara Sutiah dan suami tidak

menghalangi niat mereka untuk menikah.

Dari percakapan antara peneliti dan informan juga diketahui

bahwa seiring berjalannya waktu ternyata usia juga menjadi

pemicu masalah dalam keluarga ini. Sutiah masih memiliki sifat

egois dan kekanak-kanakan yang menyebabkan sering terjadinya

pertengkaran, yang pada akhirnya pernah suatu hari sutiah

memutuskan pergi meninggalkan suaminya dan memilih pulang ke

rumah orang tuanya, yang saat itu suaminya tidak tau karena

sedang bekerja dilaut. hingga suaminya kemudian menjemputnya

untuk kembali kerumah, awalnya sutiah menolak yang kemudian ia

terpaksa kembali kepada suaminya karena mengetahui bahwa ia

sedang hamil.

Selain masalah tersebut diatas dari percakapan antara

peneliti dan responden diketahui juga bahwa ia dan suami

mengalami kesulitan dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan

agama kepada anaknya yang akhirnya ia menitipkan anaknya ke

guru ngaji, dengan harapan dapat diberikan pendidikan agama

Islam yang maksimal untuk anaknya.

k. Kasus 11. Dahlia dan Arifin. Pasangan ini menikah pada tahun

2007 dan sudah dikarunai satu orang putri berusia 10 tahun. dahlia

berprofesi sebagai ibu rmah tangga dan pengupas rajungan disela-

sela kesibukannya mengurus rumah tangga. Suaminya bekerja

sebagai nelayan bubu yang berlayar hampir satu bulan penuh.

Page 79: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

67

Pendidikan terakhir Dahlia dan suami hanya sampai pada tingkat

Sekolah Dasar. Dahlia ketika menikah masih berusia 16 tahun

sedangkan suami berusia 17 tahun.

Dari percakapan antara peneliti dan responden diketahui

bahwa alasan keduanya melakukan pernikahan di usia dini adalah

karena keinginan sendiri, melihat lingkungan sekitarnya dan

teman-temannya yang hampir semuanya telah melaksanakan

pernikahan mendorong Dahlia melakukan pernikahan juga. Selain

itu yang melakukan pernikahan dibawah umur didalam

keluarganya bukan hanya Dahlia sendiri anggota keluarganya yang

lain juga melakukan pernikahan dibawah umur seperti ibunya, dan

kedua adik perempuannya yang semuanya menikah rata-rata

diumur 15 tahun.

Masalah yang sering terjadi didalam rumah tangga Dahlia

dan Arifin adalah masalah ekonomi dan kurangnya perhatian

Dahlia dan suami terhadap pendidikan agama Islam untuk anaknya.

dahlia dan suami jarang sekali memberikan pengetahuan-

pengetahuan agama kepada anaknya, bahkan mungkin tidak

pernah, tugas dan peran mendidik ilmu ia serahkan kepada guru

sekolah dan guru ngaji. ia dan suami tidak pernah menanyakan

apapun terkait mata pelajaran dan pengetahuan-pengetahuan agama

kepada anak, selain karena anaknya tidak pernah menanyakan

apapun kepadanya ia dan suami juga merasa tidak bisa

mengajarkan dan mendidik anak dengan baik sehingga peran dan

tanggung jawab mendidik ia titipkan kepada guru ngaji.

l. Kasus 12. Meli dan Syapei. Pasangan ini menikah pada tahun 2014

dan telah dikaruniai seorang putri yang berusai 5 tahun. pada saat

menikah meli saat itu masih berusia 16 tahun. dan Syapei berusia

18 tahun. pendidikan terakhir meli hanya pada sampai sekolah

dasar dan syapei lulus SMP. Syapei bekerja sebagai nelayan dan

meli sebagai ibu rumah tangga.

Page 80: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

68

Dari wawancara antara peneliti dan responden diketahui

bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini

pada pasangan ini adalah karena pergaulan bebas ia hamil diluar

nikah. Pergaulan bebas membuat pasangan ini hamil diluar nikah

dan melakukan pernikahan usia dini untuk menjaga nasab anak

yang akan lahir dalam kandungan ibunya.

Masalah yang sering terjadi pada pasangan ini adalah

masalah ekonomi dan sering terjadi pertengkaran adu mulut yang

disebabkan hanya karena hal-hal kecil, hal itu terjadi karena Meli

masih berpikir belum dewasa dan masih menginginkan kebebasan

tanpa kekangan suami. Selain itu Meli dan suami merasa kesulitan

dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada

anaknya, karena ia dan suami sendiri tidak bisa mendidik dan

mengajarkan pengetahuan-pengetahuan agama kepada anak yang

akhirnya peran mendidik agama ia titipkan kepada guru ngaji.

dengan harapan guru ngaji dapat memberikan pengetahuan-

pengetahuan agama yang maksimal.

3. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Pernikahan Usia

Dini

Dari dua belas kasus pernikahan usia dini dapat

menggambarkan bahwa faktor-faktor terjadinya pernikahan usia dini di

sebabkan karena berbagai macam permasalahan, ada yang menikah

karena dijodohkan dan dorongan orang tua, ada yang menikah atas

dasar kemauan sendiri, lingkungan, ekonomi bahkan sampai pergaulan

bebas.

Dapat diberikan penjelasan seperti berikut ini:

a. Kasus 1. Faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini pada

pasangan yang pertama disebabkan karena perjodohan, hubungan

keluarga yang dekat, ibu dari suami Tati menyukai Tati dan

menginginkan ia segera menajdi menantunya. Dari pihak Tati

sendiri tidak bisa menolak karena Tati sendiri setuju untuk

Page 81: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

69

melakukan pernikahan tersebut, selain itu alasan lain orang tua tati

mengijinkan pernikahan itu adalah kedua orang tua Tati merasa

tenang jika anaknya dinikahkan dengan keluarga sendiri, karena

kalau keluarga snediri sudah tahu baik buruknya, bibit dan

bobotnya, tidak akan mudah menyakitinyi dan lainnya. Alasan Tati

menerma perjodohan ini adalah karena Tati juga sebenanrnya

memiliki perasaan kepada laki-laki yang akan dijodohkan

dengannya pada saat itu. akan tetapi pada kenyataannya pernikahan

tersebut gagal dan terjadi perceraian. kemudian Tati menikah lagi

dengan laki-laki pilihannya, sampai sekarang.

b. Kasus 2. Faktor yang menyebabkan pasangan yang kedua ini

melakukan pernikahan usia dini adalah karena ekonomi, keluarga

Darilah sudah tidak sanggup untuk menyekolahkan anaknya,

sehingga lebih memilih menikahkan anaknya dengan tujuan agar

beban ekonomi berkurang, akan tetapi pada kenyataannya setelah

melakukan pernikahan beban ekonomi justru tidak berkurang

malah semakin banyak kareana hadirnya anak, kebutuhan juga

semakin meningkat dengan bertambahnya anggota keluarga baru.

c. Kasus 3. Pasangan yang ketiga ini menikah karena faktor dorongan

orang tua, melihat anaknya nganggur dirumah, tidak sekolah tidak

kerja, mendorong orang tua Erina untuk segera menikahkan

anaknya. dengan tujuan agar bisa mandiri dan ada kerjaan

mengurus rumah.

d. Kasus 4. Pada kasus yang keempat ini yang menyebabkan

pasangan ini melakukan pernikahan usia dini adalah karena atas

dasar keinginan dari responden sendiri, mengingat semua teman-

temannya telah mendahului menikah dan tidak ada teman yang bisa

diajak bermain oleh responden, dan responden sudah tidak sanggup

melanjutkan pendidikannya dan kebetulan lingkungan sekitarnya

yang mempengaruhi ia untuk menikah, sehingga Dayanti memilih

mengikuti jejak temannya yang lain untuk melakukan pernikahan

Page 82: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

70

dibawah umur, tanpa memikirkan beratnya tanggung jawab sebagai

orang tua kelak ketika dikaruniai buah hati.

e. Kasus 5. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini

pada pasangan kelima ini adalah karena pergaulan bebas,

responden hamil di luar nikah sehingga orang tua responden

terpaksa harus menikahkan anaknya meski masih di bawah umur,

selain itu kurannya pengawasan dari orang tua responden dan

kurangnya iman responden yang mengakibatkan hal seperti itu bisa

terjadi. pernikahan responden dengan suami pertamanya

mengalami kegagalan yang berujung pada perceraian, rumah

tangganya hanya mampu bertahan sleama 6 tahun. yang kemudian

baru-baru ini responden memilih menikah lagi dengan laki-laki

pilihannya yang usainya jauh lebih muda dari responden.

f. Kasus 6. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini

pada pasangan yang keenam ini karena keinginan responden

sendiri. responden sudah tidak ingin dan tidak sanggup

melanjutkan pendidikannya ke tingkat menengah pertama (SMP)

dan lebih memilih melakukan pernikahan dengan laki-laki

pilihannya, padahal orang tua responden masih mengharapkan

responden melanjutkan pendidikannya.

g. Kasus 7. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini

pada pasangan yang ketujuh ini yaitu karena di jodohkan, dengan

alasan keduanya memiliki perasaan sama-sama suka. Oleh karena

itu kedua orangtua responden memilih untuk menikahkannya, tak

lain dengan alasan agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Apalagi dengan melihat gaya model berpacaran remaja zaman

sekarang sudah pada taraf yang mengkhawatirkan apalagi bagi

orang tua yang memiliki anak perempuan.

h. Kasus 8. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini

pada pasangan ke delapan ini adalah karena faktor ekonomi.

Sulitnya ekonomi membuat orang tua wiwin memilih menikahkan

Page 83: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

71

anaknnya. Padahal wiwin sendiri masih menginginkan untuk

melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. tapi karena sudah

tidak ada biaya dan dorongan orang tua untuk melakukan

pernikahan ia terpakasa menurutu keinginan orang tua.

i. Kasus 9. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini

pada pasangan kesembilan ini sama dengan pada kasus sebelumnya

yaitu kaena faktor ekonomi. Sulitnya ekonomi orang tua waridah

membuat orang tuanya mendorong ia untuk melakukan pernikahan

dengan tujuan agar dapat mengurangi beban ekonomi keluarga.

Pemikiran seperti ini masih berkembang di masyarakat Pasirputih

padahal sebenarnya pernikahan usai dini bukanlan satu-satunya

jawaban atau solusi untuk mengatasi rendahnya ekonomi justru

semakin memnabah beban ekonomi dalam keluarga.

j. Kasus 10. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia

dini pada pasangan Sutiah dan Turmudi adalah karena keinginan

sendiri. sutiah sudah ingin menikah dan keduanya sudah saling

menyukai dan sudah berniat untuk menikah sejak memulai

pacaran.

k. Kasus 11. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia

dini pada pasangan Dahlia dan Arifin dikarenakan faktor

lingkungan sekitar. Dahlia melihat semua teman-teman sebayanya

hampir telah melakukan pernikahan sehinga ia terdorong ingin

melakukan pernikahan juga.

l. Kasus 12. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia

dini pada pasangan ke 12 ini adalah dikarenakan pergaulan bebas.

Pergaulan bebas menyebabkan pasangan ini hamil diluar nikah,

sehingga mereka memilih melakukan pernikahan usia dini dengan

tujuan agar anak lahir mempunyai seorang bapak dan tidak malu

kepada tetangga dan lingkungan sekitar.

Page 84: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

72

4. Problematika Pernikahan Usia Dini dalam Pendidikan Agama

Islam Anak di Keluarga

Pernikahan yang dilakukan di usia muda atau yang biasa

disebut dengan pernikahan usia dini merupakan salah satu keputusan

yang secara tidak langsung memiliki dampak bagi pelakunya, baik itu

yang bersifat positif maupun negative. Pernikahan usia dini bukanlah

solusi yang tepat jika dilakukan untuk keluar dari sebuah masalah.

Seperti yang dituturkan oleh informan ke-2, ke-8 dan ke-9. mereka

menikah karena faktor ekonomi, yang berharap dengan melakukan

pernikahan mereka bisa mengurangi beban hidup keluarganya, tapi

pada kenyataannya justru pernikahan usia dini tidak mengurangi beban

ekonomi keluarga, bahkan beban tersebut bertambah apalagi dengan

kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluarga yang belum mapan,

baik mentalnya maupun ekonominya.

Selain itu dampak yang akan ditimbulkan ialah permasalahan

keluarga seperti pertikaian dan juga selisih paham antara suami istri

pasangan usia dini yang diakibatkan karena permasalahan kecil yang

dapat berujung pada permasalahan yang besar, seperti yang dialami 2

informan yaitu informan ke-1 dan ke-5 mereka tidak dapat

mempertahankan rumah tangganya yang akhirnya berujung pada

perceraian. penuturan informan ke-1

Banyak, apalagi pada pernikahan pertama, karena saya sudah

dua kali menikah. Pernikahan pertama saya gagal karena,

saya mungkin dulu masih belum dewasadan ibu mertua selalu

ikut campur dalam urusan rumah tangga, selain itu saya juga

tidak bisa mengurus anak dengan baik, pada puncaknya saya

tidak boleh tidur bersama satu kamar dengan anak saya yang

masih bayi oleh ibu mertua saya hingga saya tidak kuat dan

memilih bercerai, kendala nya juga anak hasil pernikahan saya

yang pertama sama sekali tidak diperbolehkan oleh ibu mertua

saya untuk bertemu dengan saya.73

Adapun penuturan informan ke-5

73 Wawancara dengan informan ke-1 pelaku pernikahan usai dini ibu Tati 19 Juli 2018

Page 85: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

73

Rumah tangga yang pertama banyak cekcok saya nya masih

kecil masih mau pergi-pergi sama temen-temen, sedangkan

suami saya waktu nikah sama saya udah dewasa dia umurnya

27 an. Awal-awal nikah sih baik-baik aja, udah kesini-kesini

ngga cocok berantem mulu yaudah cerai.74

Lebih daripada itu dampak pernikahan usia dini terhadap

pendidikan agama Islam anak dalam keluarga adalah ketidak mampuan

orang tua dalam memberikan pengetahuan yang maksimal bagi anak.

Hampir semua responden menitipkan anaknya ke guru ngaji untuk

diajarkan mengaji yang padahal itu adalah tugas dan tanggung jawab

orang tua dalam mendidik anak. Selain mengajarkan al-Qur’an tugas

dan kewajiban orang tua dalam mendidik anak adalah menanamkan

tauhid, aqidah dan melatih mengajarkan sholat dan ibadah-ibadah lain,

hal itu tidak bisa dilakukan oleh orang tua yang melakukan pernikahan

usia dini karena keterbatasan ilmu dan waktu yang dimiliki, hal ini

berdampak pada sikap dan perilaku anak, banyak responden yang

menuturkan bahwa anaknya suka melawan, tidak segan berkata kasar

kepada orang tua, susah diatur dan tidak mau sekolah bahkan ada yang

putus sekolah. Hal ini juga dituturkan oleh guru ngaji.

Kesulitannya paling susah diatur namanya juga anak-anak,

mereka juga tidak segan berkata kasar, padahal terus saya

bilangin kalo tidak boleh berkata kasar apalagi kepada orang

tua. terus suka lama buat nangkep pelajaran karena satu-

satunya sumber belajar hanya saya tidak dibantu orang

tuanya, padahal orangtuanya sebenarnya juga harus bisa

mengajarkan kepada anak agar anak setelah mengaji disini

bisa diajarin lagi dirumah atau istilah katanya mah ngulang

agar ingatan anak tuh kuat.75

Dari penuturan responden diatas tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa sikap anak yang tidak baik tersebut bukan hanya

karena orang tuanya yang melakukan pernikahan usia dini akan tetapi

ada hal lain yang mempengaruhi sifat dan perilaku anak tersebut yaitu

lingkungan dan masyrakat setempat.

74 Wawancara dengan informan ke-5 pelaku pernikahan usia dini ibu Pujiyanti 16

Agustus 2018 75 Wawancara dengan guru ngaji ibu Barkah pada tanggal 20 Agustus 2018

Page 86: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

74

Selain dampak negative tersebut diatas ada dampak positif.

seperti yang dituturkan oleh responden ke-4 yang menyatakan setelah

menikah ia menjadi sadar dan lebih dewasa karena sudah berkeluarga

dan memiliki anak, ia menyesal karena dulu tidak menurut kepada

orang tua karena ia sekarang sadar susahnya mengurus anak.

Iya ada, udah eling (sadar) saya jadi lebih dewasa, karena

mungkin sudah banyak anak sih, dulu mah masih suka

seenaknya sama orang tua juga, suka ngelawan soalnya

sekarang udah punya anak sendiri jadi sadar susahnya jadi

orang tua, saya suka nyesel dulu ngelawan sama orang tua.76

dari penuturan responden diatas dapat diketahui bahwa

pernikahan usia dini tidak hanya memiliki dampak negatif terdapat

dampak positif yaitu timbulnya kesadaran bagi setiap orang tua bahwa

tanggung jawab orang tua sangatlah besar dalam mendidik anaknya

dan menjadi orang tua tidaklah mudah perlu kesiapan fisik dan mental

yang baik untuk dapat menjadi orang tua yang baik.

C. Pembahasan

keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal

yang pertama dan utama bagi anak, dalam memperoleh pengetahuan.

Orang tua berperan penting dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan

yang diperlukan anak bukan hanya setelah lahir tapi sejak di dalam

kandungan untuk bisa berkembang sesuai dengan ajaran Islam dan norma-

norma yang berlaku dalam masyarakat. Mengingat pentingnya peran orang

tua, maka menjadi orang tua tidaklah mudah ia harus sudah matang dan

dewasa baik dalam mental maupun ekonominya, tidak bisa dilakukan oleh

anak yang masih di bawah umur yang belum matang fisik, mental maupun

ekonominya, hal ini justru terjadi di kampung Pasirputih, Sukajaya,

Cilamaya Kulon, Karawang pernikahan usia dini masih marak terjadi yang

disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan dibawah ini, dan

berdampak kepada pemberian pengetahuan agama kepada anak.

76 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Dayanti pada 07 Agustus 2018

Page 87: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

75

1. Faktor-faktor terjadinya pernikahan usia dini di kampung Pasirputih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang

Tabel 4.2

Faktor-faktor Pernikahan usia dini dari dua belas kasus yang terjadi di

Kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang.

Pelaku

Pernikahan

Usia Dini

Faktor-faktor Pernikahan Usia Dini

Perjodohan Ekonomi Pergaulan

Bebas

Keinginan

sendiri

(Kasus 1)

Tati dan

Saroni

Ya - - -

(Kasus 2)

Darilah dan

Kasman

Ya Ya - -

(Kasus 3)

Erina dan

Ratim

Ya - - Ya

(Kasus 4)

Dayanti dan

Amri

- - - Ya

(Kasus 5)

Pujiyanti

dan Rohman

- - Ya Ya

(Kasus 6)

Rasminah

dan Abbas

- - - Ya

(Kasus 7)

Ratini dan

Heri

Ya - - Ya

(Kasus 8)

Wiwin dan

Tata

- Ya - -

(Kasus 9)

Waridah dan

Lambri

Ya Ya - -

(Kasus 10) - - - Ya

Page 88: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

76

Sutiah dan

Turmudi

(Kasus 11)

Dahlia dan

Arifin

- - - Ya

(Kasus 12)

Meli dan

Syapei

- - Ya Ya

Dari Tabel diatas diketahui bahwa ada beberapa faktor yang

menyebabakna terjadinya pernikahan usia dini di kampung Pasirputih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Kararwang. Diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor Ekonomi

Lemahnya ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari membuat masyarakat menjatuhkan pilihan untuk

menikahkan anaknya di usia yang masih sangat muda, dengan

anggapan bisa mengurangi beban hidup keluarganya, padahal

realitanya pernikahan usia dini justru tidak mengurangi beban

ekonomi keluarga karena kebutuhan semakin meningkat apalagi

dengan hadirnya anak ditengah-tengah keluarga yang belum mapan

baik mental maupun fisiknya. Hal ini memicu problem dalam

rumah tangga yaitu sering terjadinya keributan dalam rumah

tangga karena ekonomi, yang berujung pada perceraian. Berikut

penuturan salah satu informan ketika ditanyakan apakah dengan

menikah dapat mengurangi beban ekonomi keluarga.

Agak berkurang saat belum punya anak, tapi setelah punya

anak ya bebannya tambah lagi.77

Dari penuturan informan tersebut diketahui bahwa

pernikahan usia dini bukanlah jawaban atau solusi terbaik dalam

mengatasi kesulitan ekonomi keluarga, dengan melakukan

pernikahan dini ekonomi keluarga akan semakin terpuruk dan

77 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Darilah 07 Agustus 2018

Page 89: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

77

kebutuhan semakin meningkat apalagi ketika hadirnya anak

ditengah-tengah keluarga yang belum mapan.

Setelah dijalani justru tidak bisa dikatakan bekurang,

memang berkurang tapi ketika ada anak kebutuhan tambah

banyak juga tambah susah juga.78

Dari uraian wawancara antara peneliti dan responden

menunjukkan bahwa persoalan banyaknya pernikahan di usia dini

dikarenakan faktor ekonomi ini menjadi salah satu faktor yang

sangat mempengaruhi terjadinya pernikahan di usia dini.

b. Faktor Kemauan Sendiri

Pernikahan usia dini disebabkan adanya kemauan sendiri dari

pasangan. Karena keduanya sudah saling mencintai sehingga

mereka ingin menikah tanpa memikirkan umur dan tanggung

jawab menjadi orang tua terlebih dahulu. Selain itu lingkungan

juga mempengaruhi terjadinya pernikahan usai dini, melihat

teman-teman dilingkungannya sudah menikah membuat ia juga

ingin menikah. Seperti yang dituturkan oleh infroman ke 4 sebagai

berikut:

Mengikuti temen, temennya pada nikah semua saya mau

main juga ngga ada temen yaudah nikah aja, ngga sekolah

juga.79

Dari penuturan informan tersebut diketahui bahwa lingkungan

sangat berpengaruh terhadap keinginan responden untuk menikah

di usia dini. Yang mereka lakukan hanya mengikuti teman tanpa

ada pertimbangan apa-apa. Yang mengakibatkan ketidakmampuan

orang tua dalam menangani dan mendidik anaknya. berikut

penuturan responden ketika ditanyakan apakah ia mengalami

kesulitan dalam mendidik dan mengarahkan anaknya

Iya sangat (kesulitan), apalagi anak saya tidak mau

sekolah, dia maunya pergi ke laut padahal saya maunya

78 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Waridah 12 September 2018 79 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Dayanti 07 Agustus 2018

Page 90: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

78

dia sekolah dulu, ke laut mah gampang nanti kalo udah

selese sekolahnya. anaknya susah jadi saya biarin maunya

anak apalagi yang besar udah susah banget diatur.80

c. Faktor Perjodohan

Terjadinya pernikahan usia dini disebabkan karena perjodohan ini

adalah adanya dorongan dari orang tua untuk segera melakukan

pernikahan tanpa memikirkan usia anak yang masih di bawah umur

dengan alasan kekhawatiran orang tua terhadap pergaulan anaknya

yang bebas, dan sudah tidak ada keinginan anak untuk melanjutkan

pendidikan bukan karena ekonomi tapi ketidakmampuan anak

untuk melanjutkan sekolah. Mendorong orang tua untuk

menikahkan anaknya walupun masih di usia dini. Berikut

penuturan beberapa responden yang diwawancarai oleh peneliti

Iya, (dorongan orang tua) daripada nganggur tidak ngapa-

ngapain disuruh menikah.81

Uraian wawancara tersebut menunjukkan bahwa peran

orang tua di kampung Pasir putih masih menjadi faktor yang

menyebabkan pernikahan di usia muda, hal ini terlihat dari apa

yang sudah dipaparkan oleh informan diatas. Selain itu hal ini juga

relevan dengan apa yang dilakukan oleh informan 1 saat peneliti

melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan alasan

kenapa ia memilih melakukan pernikahan usai dini?

Ya karena menuruti keingininan orang tua, dijodohkan.

Saya bahkan tidak tahu menahu mengenai calon suami

saya. Calon suami saya pilihan orang tua, tapi saya senang

ya senang karena terpaksa, mau bagaimana lagi.82

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa peran

orang tua sangat berperan dalam tingkat pernikahan diusia muda

yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang ada di kampung

Pasirputih.

80 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Rasminah 04 September 2018 81 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Erina 07 Agustus 2018 82 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Tati 19 Juli 2018

Page 91: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

79

d. Faktor Pergaulan Bebas

Hal ini terjadi karena pergaulan bebas dari anak dan kurangnya

pengawasan dan perhatian dari orang tuanya sehingga

menyebabkan hamil diluar nikah, yang akibatnya terjadi

pernikahan usia dini untuk menutupi aib keluarga. Berikut

penuturan informan ke 12.

Kecelakaan hamil diluar nikah, jadi ya mau ngga mau kudu

nikah, kasian sama anak nanti kalo lahir ngga ada

bapaknya, sama malu juga sama tetangga sama masarakat

sekitar kalo nanti lahiran ngga ada bapaknya.83

Dari uraian wawancara tersebut diketahui bahwa faktor

yang menyebabkan terjadinya pernikahan usai dini selain karena

faktor ekonomi, perjodohan, dan keinginan sendiri adalah karena

hamil diluar nikah atau pergaulan bebas yang mengakibatkan orang

tua terpaksa menikahkan anaknya walaupun dengan usai yang

masih muda. Selain itu kurangnya perhatian dan pengawasan orang

tua membuat hal itu bisa terjad speerti yang dituturkan oleh

informan ke-5 sebagai berikut.

Pergaulan bebas kurang diawasi sama orangtua, terus

temen-temennya pada ngajak ngga bener, minum-minum,

pulang malem, kalo ngga ikut disangkanya sombong

yaudah terjadi weh ahirnya begitu.84

Dari penuturan wawancara tersebut diketahui bahwa

pengawasan dan perhatian orang tua terhadap anak nya sangat

penting untuk mecegah hal-hal seperti tersebut diatas terjadi dan

agar pernikahan usia dini tidak terus menerus terjadi khususnya di

kampung Pasirputih, Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang.

2. Problematika Pernikahan Usia Dini dalam Pendidikan Agama Islam

Anak di Keluarga

Permasalahan pernikahan usia dini yang dilakukan oleh

pasangan suami istri di lingkungan kampung Pasirputih, Sukajaya,

83 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Meli 15 September 2018 84 Wawancara dengan pelaku pernikahan usia dini ibu Pujiyanti 16 Agustus 2018

Page 92: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

80

Cilamaya Kulon, Karawang. bagi pendidikan agama Islam anak adalah

ketidakmampuan orang tua dalam memberikan pengetahuan-

pengetahuan agama yang maksimal untuk anak, sehingga anak di didik

oleh orang lain yaitu guru ngaji. yang sebenarnya mengajarkan Al-

Qur’an, menanamkan Aqidah, tauhid dan melatih mengajarkan sholat

dan ibadah-ibadah lain. adalah peran dan tanggung jawab mereka

sebagai orang tua. Akan tetapi dampak ketidakmampuan tersebut

bukan sepenuhnya karena orang tuanya yang melakukan pernikahan

usia dini itu juga disebabkan karena lingkungan sekolah dan

masyarakat sekitar yang tidak kondusif, maka dari itu orang tua yang

dalam hal ini adalah keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat

masing-masing sangat mempengaruhi pengetahuan anak tentang

agama dan perilaku anak.

Selain itu orang tua juga kurang memberikan keteladanan bagi

anak, banyak orang tua yang cuek terhadap pendidikan agama

anaknya, semua beban pengajaran ditanggungjawabkan kepada guru

ngaji. Selain itu orang tua juga jarang sekali mengajak anak-anaknya

beribadah bersama, bahkan ada orang tua yang tidak bisa mengaji dan

sering berkata kurang baik yang kemudian ditiru oleh anak-anaknya,

hal ini ditujukkan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan

penulis.

Dampak dari ketidakmampuan orang tua dalam memberikan

keteladanan dan pengetahuan agama yang baik inilah yang

mengakibatkan sikap dan perilaku anak kurang baik, banyak

diantaranya anak-anak yang tidak segan berkata kasar bahkan kepada

orang tuanya, melawan dan sulit diatur ada beberapa anak responden

yang diwawancara oleh penulis juga yang anaknya putus sekolah

ditengah jalan karena sulit diatur dan sudah tidak menginginkan

melanjutkan sekolah dan lebih memilih pergi melaut. Namun hal ini

bukanlah satu-satunya penyebab yaitu pernikahan usia dini yang

dilakukan oleh orang tua anak, akan tetapi ada hal lain yang

Page 93: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

81

mempengaruhi sikap dan perilaku tidak baik anak tersebut yaitu

lingkungan sekolah dan masyarakat. Maka dari itu untuk dapat

menjadikan anak baik harus selalu diperhatikan pendidikan dalam

keluarga, lingkungan sekolah yang kondusif dan ligkungan

masyarakat. yang masing-masing saling berkaitan dan saling

mempengaruhi.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, dapat diambil

kesimpulan pernikahan usia dini yang dilakukan oleh pasangan suami

istri mempunyai dampak positif dan negative. Dampak positif dari

pernikahan usia dini ini adalah timbulnya kesadaran orang tua bahwa

menjadi orang tua tidaklah mudah perlu kesiapan fisik dan mental,

menjalankan salah satu sunnah Rosulullah dengan melakukan

pernikahan, dan menghindari zina. Selain positif ada sisi negative bagi

pelaku pernikahan usia dini yaitu terjadinya perceraian tidak bisa

mempertahankan rumah tangga karena sering terjadi pertengkaran dan

ketidakharmonisan dalam keluarga. Selain itu problematika atau

masalah pernikahan usia dini dalam keluarga adalah ketidamapuan

orang tua dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada

anak karena pendidikan orang tua yang rendah terhadap agama Islam

dan kondisi jiwa yang belum matang.

Page 94: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa fenomena praktik

pernikahan usia dini masih sering terjadi di daerah Pasirputih, Sukajaya,

Cilamaya Kulon, Karawang. Faktor-faktor yang melatarbelakangi

terjadinya pernikahan usia dini dintaranya adalah faktor perjodohan, faktor

ekonomi, faktor pergaulan bebas dan faktor keinginan sendiri. dan yang

paling banyak dilakukan pasangan usia dini di kampung Pasirputih adalah

faktor keinginan sendiri.

Mengenai problematika pernikahan usia dini dalam Pendidikan

Agama Islam dalam keluarga adalah praktik pernikahan usia dini memiliki

dampak positif dan negatif bagi pelakuknya. Dampak positif dari

pernikahan usia dini ini adalah timbulnya kesadaran orang tua bahwa

menjadi orang tua tidaklah mudah perlu kesiapan fisik dan mental,

menjalankan salah satu sunnah Rosulullah dengan melakukan pernikahan,

dan menghindari zina. Selain positif ada sisi negative bagi pelaku

pernikahan usia dini yaitu terjadinya perceraian, terjadi pertengkaran dan

ketidakharmonisan dalam keluarga. Selain itu problematika atau masalah

pernikahan usia dini dalam keluarga adalah ketidkamapuan orang tua

dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada anak karena

pendidikan orang tua yang rendah terhadap agama Islam dan kondisi jiwa

yang belum matang, maka keluarga pasangan usia dini ini membutuhkan

bimbingan dan pendidikan agama dari orang lain yaitu ustadz, guru yang

dapat meberikan pengetahuan-pengetahuan agama yang lebih kepada

pasangan pernikahan usia dini.

B. Saran

1. Upaya pencegahan kasus pernikahan usia dini akan lebih baik bila

anggota masyarakat ikut terlibat secara langsung dalam pencegahan

Page 95: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

83

pernikahan usia dini yang ada si sekitar lingkungan mereka. Adanya

kerjasama antara pemerintah setempat dengan masyarakat menjadi

modal utama untuk dapat mencegah terjadinya pernikahan usia dini.

2. Penulis berharap ketika seseorang memutuskan untuk menikah pada

usai dini hendaknya terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatunya

secara matang. baik itu dari segi fisik, mental, emosi, tanggung jawab

dan kesiapan mempunyai anak sehingga pernikahannya menjadi

pernikahan yang sakinah mawaddah warrahmah.

3. Kepada masyarakat yang telah melakukan pernikahan usia dini

hendaknya tidak berhenti untuk menimba ilmu pengetahuan dan harus

memperhatikan pendidikan terutama pendidikan agama bagi anak.

Page 96: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

84

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Dan Nur Uhbiyati.. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineke

Cipta. 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT

Rineke Cipta, 2013.

Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media. 2016.

Barkah, “Pernikahan Usia Dini dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Agama

Islam dalam Keluarga”, Skripsi UIN Jakarta tahun 2008. tidak

dipublikasikan.

Craig, Sidney D. Mendidik dengan Kasih, Jogjakarta: Kanisius. 1990.

Dep Dikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1994.

Djaelani, Abdul Qadir. Keluarga Sakinah. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset. 1995.

Drajat, Zakiah. tt. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

-----------------. Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 2004.

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana PrenadaMedia

Group. 2014.

Hafizh, Muhammad Nur Abdullah Mendidik Anak Bersama Rasulullah,

Bandung: Al-Bayan. 1995.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2006.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. 1980.

Page 97: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

85

Jalaluddin. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2002.

-------------. Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2012.

Kartono, Kartini, Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta: Rajawali, 1992.

Kuzari, Ahmad. 1995. Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga,

Jakarta: Akademia Permata. 2013.

Muchtar, Heri Juhari Fikih Pendidikan, .Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2005.

Mushaffa, Aziz. Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal!, Jogjakarta: Diva Press.

2009.

Rusdiana, Kama dan Jaenal Aripin. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: UIN

Jakarta Press. 2007.

Rusmini, “Dampak Menikah Dini Dikalangan Perempuan di Desa Batulampa

Kecamatan Batulampa kabupaten Pinrang (studi kasus khususnya

perempuan yang menikah dini di dusun Tarokko)”, Skripsi Universitas

Hasanuddin Makassar tahun 2015. tidak dipublikasikan.

Saleh, Abdul Rachman, tt. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: PT

Gemawindu PancaPerkasa.

Siti Malehah, “Dampak Psikologis Pernikahan Dini dan Solusinya Dalam

Persfektif Bimbingan Konseling Islam (Studi kasus di desa Depok

Kecamatan Kalibawang kabupaten Wonosobo)”, Skripsi UIN Walisongo

Semarang tahun 2010. tidak dipublikasikan

Sobur, Alex. Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa. 1986.

Page 98: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

86

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

2011.

Suma, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. 2005.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana. 2007.

Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

2009.

Undang-Undang Dasar RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Wauran, Pendidikan Anak Sebelum Sekolah, Bandung: Indonesia Publishing

House. 1977.

Yusuf, Syamsu dan Nani M.Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT

RajaGrafindo. 2011.

Page 99: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

v

Page 100: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

v

Page 101: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

v

Page 102: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Umi Hani

NIM : 11140110000075

Jurusan / Fakultas : Pendidikan Agama Islam / Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama

Islam Anak dalam Keluarga (Studi Kasus di Kampung PasirPutih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)

Dosen Pembimbing : Drs. Aminuddin Ya’kub, M.Ag

No Identitas Buku Nomor

Footnote

Halaman

Skripsi

BAB Paraf

1. Abdul Rahman Ghozali, Fiqh

Munakahat, (Jakarta: Kencana

PrenadaMedia Group, 2014),

Cet ke-6

1, 2, 4, 9,

10, 13, 15,

17, 19, 21

1, 2, 9, 10,

11, 12, 13,

15, 16

I, II

2. Undang-Undang Dasar RI

Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

3 3 I

3. Abdul Qadir Djaelani,

Keluarga Sakinah, (Surabaya:

PT Bina Ilmu Offset, 1995)

4 3 1

4. Muhammad Amin Suma,

Hukum Keluarga Islam di

Dunia Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005)

5, 5, 6, 8,

12, 20

4, 9, 10, 11,

15

I, II

5. Dep Dikbud, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka. 1994), cet. Ke-

3.

1 8 II

6. Amir Syarifuddin, Hukum

Perkawinan Islam di Indonesia

antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan,

(Jakarta: Kencana, 2007)

2, 14, 22 8, 12, 16 II

7. Kama Rusdiana dan Jaenal

Aripin, Perbandingan Hukum

Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007)

3, 7, 11 9, 10, 11 II

8. Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai 16 13 II

Page 103: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Perikatan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1995)

9. Tihami dan Sohari Sahrani,

Fikih Munakahat, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2009)

23, 24 16, 17 II

10. Syamsu Yusuf dan Nani

M.Sugandhi, Perkembangan

Peserta Didik, (Jakarta: PT

RajaGrafindo, 2011)

25 18 II

11. Zakiah Drajat, Kesehatan

Mental, (Jakarta: Gunung

Agung, tt), Cet ke-3

26 18 II

12. Elizabeth B. Hurlock,

Psikologi Perkembangan

(Jakarta: Erlangga, 1980), Cet

ke-5

27 18 II

13. Baharuddin, Pendidikan dan

Psikologi Perkembangan,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2016)

28, 33, 42 19, 23, 27 II

14. Jalaluddin, Teologi

Pendidikan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002)

29, 30, 34,

35,36, 37,

41

19, 23, 24,

26

II

15. Abdul Rachman Saleh,

Pendidikan Agama dan

Keagamaan, (Jakarta: PT

Gemawindu PancaPerkasa,tt)

38 25 II

16. Jalaluddin, Psikologi Agama,

(Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2012)

31, 32, 46 21, 22, 29 II

17. Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati,

Ilmu Pendidikan Islam,

(Jakarta: PT Rineke Cipta,

2011)

39 26 II

18. Mahmud, Heri Gunawan dan

Yuyun, Pendidikan Agama

Islam dalam Keluarga,

(Jakarta: Akademia Permata,

2013)

40, 43,

48,60

26, 27,

31,37

II

19. Zakiah Darajat, Dkk, Ilmu

Pendidikan Islam, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2004)

44 28 II

20. Alex Sobur, Anak Masa

Depan, (Bandung: Angkasa,

1986)

44, 46,

47,48

29, 29, 30 II

21. Aziz Mushaffa, Aku Anak

Hebat Bukan Anak Nakal!,

(Jogjakarta: Diva Press, 2009)

49, 55 31, 34 II

22. Kartini Kartono, Peranan 50 31 II

Page 104: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Keluarga Memandu Anak,

(Jakarta: Rajawali, 1992), Cet

ke- 2

23. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu

Pendidikan, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2006)

51 31 II

24. Muhammad Nur Abdullah

Hafizh, Mendidik Anak

Bersama Rasulullah,

(Bandung: Al-Bayan, 1995)

52 31 II

25. Sidney D Craig, Mendidik

dengan Kasih, (Jogjakarta:

Kanisius, 1990)

53 32 II

26. Wauran, Pendidikan Anak

Sebelum Sekolah, (Bandung:

Indonesia Publishing House,

1977)

56 34 II

27. Heri Juhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005)

57,58,59 35,36 II

28. Sedarmayanti dan Syarifudin

Hidayat, Metodologi

Penelitian, (Bandung: CV.

Mandar Maju, 2011), Cet. II

1 41 III

29. Suharsimi Arikunto, Prosedur

Penelitian suatu Pendekatan

Praktik, (Jakarta: PT Rineke

Cipta, 2013)

3, 4 41, 42 III

30. Sugiyono, Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011)

5 43 III

Page 105: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam

Anak dalam Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa

yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga

pasangan usia dini tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena

dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam wawancara bisa berubah sesuai

dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Tati

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Umur : 30

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 3 (2 laki-laki, 1 perempuan)

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Ya karena menuruti keingininan orang tua, dijodohkan. Saya

bahkan tidak tahu menahu mengenai calon suami saya. Calon

suami saya pilihan orang tua, tapi saya senang ya senang karena

terpaksa, mau bagaimana lagi

2. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah

usia dini?

Belum kepikiran dan belum pernah baca

3. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan

orang tua/dijodohkan?

4. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain

anda? Jika ada siapa?

Page 106: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Banyak, ibu saya. Yang melakukan pernikahan usai dini bukan

hanya saya sendiri

5. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Iya mungkin, karena ibu mertua saya suka sama saya jadinya ya

udah nikahkan saja

6. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Tidak ada perubahan yang saya rasakan hanya begitu-begitu saja,

hanya saja langsung hamil dan dapat anak

7. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah saja mengurus anak

8. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua

anda?

Iya masih ikut dengan mertua

9. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban

perekonomian keluarga anda?

Menurut saya sih sama saja, tidak ada perubahan

10. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Rumah tangga yang pertama lamanya 3 tahun dan rumah tangga

yang kedua sudah 15 tahun jalan.

11. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda

dan keluarga?

Banyak, apalagi pada pernikahan pertama, karena saya sudah dua

kali menikah. Pernikahan pertama saya gagal karena, saya

mungkin dulu masih belum dewasadan ibu mertua selalu ikut

campur dalam urusan rumah tangga, selain itu saya juga tidak bisa

mengurus anak dengan baik, pada puncaknya saya tidak boleh tidur

bersama satu kamar dengan anak saya yang masih bayi oleh ibu

mertua saya hingga saya tidak kuat dan memilih bercerai, kendala

nya juga anak hasil pernikahan saya yang pertama sama sekali

tidak diperbolehkan oleh ibu mertua saya untuk bertemu dengan

saya.

Page 107: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

12. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia

seperti apa?

Iya, walaupun saya begini anak saya mah tidak boleh kaya saya dia

harus pintar

13. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak

anda?

Menitipkan anak ke guru ngaji yang dekat dengan rumah

14. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak

anda, khususnya pendidikan agama islam?

Susah susah gampang, karena pengetahuan saya yang minim maka

saya suruh anak saya ngaji ke orang yang dekat dengan rumah

15. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

Lumayan tidak bodoh bodoh amatkan dia ngaji

16. Bagiamana perkembangan keberagamaan anak anda?

Baik walaupun belum seratus persen ketika disuruh solat ya solat

kadang males malesan

17. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda

sendiri atau orang lain?

Orang lain

18. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda

mampu/memangani pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang

menangani?

19. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar

melakukan pernikahan usia dini seperti anda?

Pengennnya mah tidak tapi yang tergantung anak, apalagi jaman

sekarang segalanya serba rumit, tapi say amah maunya yang pinter

jangan kaya saya

20. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi

dalam rumah tangga selama pernikahan?

Saya ngalamin dua kali nikah, pernikahan pertama bermasalah dari

saya melahirkan anak, dan sering cekcok dengan mertua

Page 108: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

alhamdulillah pernikahan yang kedua masalahnya ya begitu begitu

saja masalah yang wajar yang masih bisa saya dan suami hadapi

bersama. Sama ini Belum bisa memberikan pendidikan buat anak

yang baik sayanya kan ngga sekola jadi ya gitu

21. Apakah anda mencatatkan pernikahan di KUA?

*Jika tidak

a. kenapa anda melakukan pernikahan uisa dini?

dijodohkan

b. apakah umur anda tidak cukup untuk mendaftarkan di kua

sehingga memilih melakukan pernikahan secara sirri?

Iya saya keluar SD langsung dinikahkan

Karawang, 19 Juli 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Tati

Page 109: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam

Anak dalam Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa

yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga

pasangan usia dini tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena

dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam wawancara bisa berubah sesuai

dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Darilah

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga & mengupas rajungan

3. Umur : 25

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 2

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Saya melakukan pernikahan dini karena faktor ekonomi tidak ada

biaya, keadaan pada saat itu sangat sulit sehingga memaksa saya

untuk menikah. Tidak ada alasan lain selain ekonomi

2. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

3. Apa alasan anda menikah di usia dini?

4. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah

usia dini?

Ya pernah dengar sih, tapi ya gimana karena ekonomi, mau gamau

harus

5. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan

orang tua/dijodohkan?

Page 110: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Pilihan sendiri ya tapi dijodohna

6. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain

anda? Jika ada siapa?

Banyak, saya malah keitungnya yang paling tua menikah, banyak

keluarga saya yang menikah dibawah umur saya menikah

7. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua

anda?

8. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan

dini?

9. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Iya karena ekonomi

10. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Ya senengnya kalo pegang duit sedih kalo ngga pegang duit ya gitu

aja perubahannya

11. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Mengurus anak dan kalo senggang suka meka (ngupas rajungan)

buat nambah nambahin pemasukan

12. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua

anda?

Masih, tapi sekarang sudah berpisah saya ngontrak disini sama

suami saya

13. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban

perekonomian keluarga anda?

Agak berkurang saat belum punya anak, tapi setelah punya anyak

ya bebannya tambah lagi

14. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Sekitar 10 tahun

15. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda

dan keluarga?

Page 111: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

ekonomi dan mengurus anak, anak pertama yang perempuan kalo

diatur masih nurut tapi kalo yang kecil laki-laki susah apalagi

disuruh sekolah suka melawan juga

16. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia

seperti apa?

Iya disuruh sekolah, ngaji

17. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak

anda?

Menitipkan ke guru ngaji yang dkeat rumah, soalnya kalo ngaji

sama saya suka ngga mau, suka nglawan

18. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak

anda, khususnya pendidikan agama islam?

Gampang gampang susah, namanya juga anak-anak masih susah

buat diatur

19. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

Bagus sih kan mereka ngaji

20. Bagiamana perkembangan keberagamaan anak anda?

Kalo disuruh solat masih susah, kalo anak yang kecil masih suka

ngomong kasar ke orang tua, ngelawan ke orang tua

21. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda

sendiri atau orang lain?

Guru ngaji dekat rumah, saya juga kalo malem suka ngajarin kalo

sempat

22. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda

mampu/memangani pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang

menangani?

23. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar

melakukan pernikahan usia dini seperti anda?

Tidak maunya sih

24. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi

dalam rumah tangga selama pernikahan?

Page 112: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

25. Apakah anda mencatatkan pernikahan di KUA?

*Jika tidak

a. kenapa anda melakukan pernikahan uisa dini?

b. apakah umur anda tidak cukup untuk mendaftarkan di kua

sehingga memilih melakukan pernikahan secara sirri?

*Jika Ia

a. kenapa diperbolehkan mendaftarkan pernikahan anda di KUA

padahal umur anda belum mencukupi?

Karawang, 07 Agustus 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Darilah

Page 113: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam

Anak dalam Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa

yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga

pasangan usia dini tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena

dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam wawancara bisa berubah sesuai

dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Erina

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (Mengupas Rajungan)

3. Umur : 21 tahun

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 1 (5 Tahun)

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Sudah tradisi, mengikuti teman-teman yang sudah mendahului

menikah

2. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

3. Apa alasan anda menikah di usia dini?

4. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah

usia dini?

pernah

5. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan

orang tua/dijodohkan?

6. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain

anda? Jika ada siapa?

Page 114: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

7. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua

anda?

8. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan

dini?

Iya, daripada nganggur tidak ngapa-ngapain disuruh menikah

9. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Kalo faktor ekonomi mungkin engga, tapi mungkin adat ia

10. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Perubahannya lebih enak, ada yang ngurusin, ada yang biayain

hidup, langsung punya rumah sendiri, enak sedikitlah, daripada

dulu sebelum menikah ada yang biayain

11. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah saja, dan ngupas rajungan

12. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua

anda?

Tidak sudah dirumah sendiri, setelah menikah suami langsung

buatin rumah walauoun sederhana tapi nggapapa yang penting

misah sama orang tua sama mertua

13. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban

perekonomian keluarga anda?

Tidak, biasa saja.

14. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Sudah 6 tahun jalan

15. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda

dan keluarga?

Repot membagi waktu, untuk diri sendiri, anak dan pekerjaan

rumah. Kadang anak saya, saya titipkan ke orang tua kalo saya cari

uang ngupas rajungan

16. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia

seperti apa?

Page 115: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Iya sekarang sekolah PAUD, tapi kalo disuruh ngaji masih ngga

mau, kalo disuruh sekolah mah mau, kalo malem suka ngajarin

ngaji kalo anaknya mau

17. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak

anda?

18. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak

anda, khususnya pendidikan agama islam?

Sebenernya iya tapi gimana lagi anaknya susah diajarin

19. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

Ya lumayan, untuk umur segini dia nurut kalo disuruh belajar

20. Bagiamana perkembangan keberagamaan anak anda?

21. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda

sendiri atau orang lain?

Saya sendiri, kalo sama orang lain masih malu

22. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda

mampu/memangani pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang

menangani?

Mampu biasa aja

23. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar

melakukan pernikahan usia dini seperti anda?

Tidak,

24. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi

dalam rumah tangga selama pernikahan?

25. Apakah anda mencatatkan pernikahan di KUA?

*Jika tidak

a. kenapa anda melakukan pernikahan uisa dini?

b. apakah umur anda tidak cukup untuk mendaftarkan di kua

sehingga memilih melakukan pernikahan secara sirri?

*Jika Ia

Page 116: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

a. kenapa diperbolehkan mendaftarkan pernikahan anda di KUA

padahal umur anda belum mencukupi? Tidak tahu, langsung

dikasih surat sama KUAnya

Karawang. 07 Agustus 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Erina

Page 117: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam

Anak dalam Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa

yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga

pasangan usia dini tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena

dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam wawancara bisa berubah sesuai

dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Dayanti

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga/Ngupas rajungan

(meka)

3. Umur : 25

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 3

A. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

2. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

3. Apa alasan anda menikah di usia dini?

Mengikuti temen, temennya pada nikah semua saya mau main juga

ngga ada temen yaudah nikah aja, ngga sekolah juga

4. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah

usia dini?

Tidak

5. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan

orang tua/dijodohkan?

Dengan pilihan sendiri

Page 118: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

6. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain

anda? Jika ada siapa?

Banyak, ibu saya, kakak saya dan kedua adik saya

7. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua

anda?

Iya

8. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan

dini?

Tidak, kemauan saya sendiri

9. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Mungkin sih, ikut ikutan soalnya udah adatnya begitu

10. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Iya ada, udah eling (sadar) saya jadi lebih dewasa, karena mungkin

sudah banyak anak sih, dulu mah masih suka seenaknya sama

orang tua juga, suka ngelawan soalnya sekarang udah punya anak

sendiri jadi sadar susahnya jadi orang tua, saya suka nyesel dulu

ngelawan sama orang tua

11. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Ngurus anak dan ngupas rajungan

12. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua

anda?

Masih sama orang tua, tapi sekarang sudah dirumah sendiri udah

punya rumah

13. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban

perekonomian keluarga anda?

Iya mengurangi, sudah ada yang memberi makan, tanggunannya

bukan ke orang tua lagi tapi ke suamiku

14. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Menikah sekitar tahun 2007 berati ya 12 tahunan lah kurang lebih

15. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda

dan keluarga?

Page 119: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Ekonomi, mendidik anak juga suka kewalahan

16. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia

seperti apa?

Tidak begitu sih, yang penting anak sehat saya mahlah

17. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak

anda?

Mentipkan ngaji ke guru ngaji

18. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak

anda, khususnya pendidikan agama islam?

Iya susah sekali, anaknya tidak bisa diatur, makanya yang penting

mah sehat cukup buat saya

19. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

20. Bagiamana perkembangan keberagamaan anak anda?

21. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda

sendiri atau orang lain?

Kalo agama ya guru ngaji yang deket rumah, kalo pendidikan

umum ya disekolah SD nya

22. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda

mampu/memangani pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang

menangani?

Tidak, guru ngaji yang dekat dengan rumah

23. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar

melakukan pernikahan usia dini seperti anda?

Jangan, cukup saya yang ngalamin.

24. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi

dalam rumah tangga selama pernikahan?

Namanya rumah tangga masalah mah banyak kadang ekonomi

kadang anak, anak saya 3 masih pada kecil-kecil, anak saya yang

bungsu baru lahir 4 bulan kemaren repot ngurus anak, tapi saya

juga harus cari duit meka buat beli susu anak, repot ngurus anak

sendirian suami pergi ke laut, yang penting anak saya sehat

Page 120: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

25. Apakah anda mencatatkan pernikahan di KUA?

*Jika tidak

a. kenapa anda melakukan pernikahan uisa dini?

b. apakah umur anda tidak cukup untuk mendaftarkan di kua

sehingga memilih melakukan pernikahan secara sirri?

*Jika Ia

a. kenapa diperbolehkan mendaftarkan pernikahan anda di KUA

padahal umur anda belum mencukupi?

Saya ngga ngerti tapi saya dapat surat nikah lengkap beserta

fotonya padahal saya juga belum punya KTP, Suami saya juga

belum punya KTP, bayar 20 ribu langsung dapet surat nikah.

Karawang, 07 Agustus 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Dayanti

Page 121: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam

Anak dalam Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih,

Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa

yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga

pasangan usia dini tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena

dalam pelaksanaannya pertanyaan dalam wawancara bisa berubah sesuai

dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Pujiyanti

2. Pekerjaan : ibu rumah tangga

3. Umur : 25

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 1 satu

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Aduh gimana ya ngomongnya, hamil duluan han

2. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Pergaulan bebas kurang diawasi sama orangtua, terus temen-

temennya pada ngajak ngga bener, minum-minum, pulang malem,

kalo ngga ikut disangkanya sombong yaudah terjadi weh ahirnya

begutu

3. Apa alasan anda menikah di usia dini?

4. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah

usia dini?

Page 122: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Pernah, tapi udah terjadi mau gimana. Kalo ngga nikah kasian anak

nanti Tanya bapaknya siapa saya nga bisa jawab, yaudah dinikahin

sam orangtua saya

5. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan

orang tua/dijodohkan?

Iya pilihan sendiri, sama orang yang sama

6. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain

anda? Jika ada siapa?

7. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua

anda?

Iya orang tua mau ngga mau yang ngijinin orang liat anaknya udah

hamil kasian katanya

8. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan

dini?

9. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Tidak sama sekali bukan ekonomi, pergaulan kayanya sih

10. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Ada langsung punya anak, dituntut buat dewasa padahal saya

masih mau main sama temen-temen kaya dulu, karena punya anak

waktunya jadi ngga bebas

11. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Ya dirumah aja sambil ngurus anak, saya sambil dagang juga.

Dagang sosis bakar ya kaya gitulah daripada nganggur ngupas

rajungan engga, mending dagang begini lumayan ada pemasukan

buat dede

12. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua

anda?

Iya masih sama orangtua saya

13. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban

perekonomian keluarga anda?

Tidak sama saja

Page 123: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

14. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Rumah tangga yang pertama sih sekitar 6 tahunan sekarang baru

nikah lagi yang kedua baru 4 bulan

15. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda

dan keluarga?

Rumah tangga yang pertama banyak cekcok saya nya masih kecil

masih mau pergi-pergi sama temen-temen, sedangkan suami saya

waktu nikah sama saya udah dewasa dia umurnya 27 an. Awal-

awal nikah sih baik-baik aja, udah kesini-kesini ngga cocok

berantem mulu yaudah cere

16. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia

seperti apa?

Ia saya sekolahin sama ngaji

17. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak

anda?

18. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak

anda, khususnya pendidikan agama islam?

Sejujurnya ia, saya kan ngga sekolah pengetahuan saya juga minim

19. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

20. Bagiamana perkembangan keberagamaan anak anda?

21. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda

sendiri atau orang lain?

Orang lain, anak saya kalo dirumah udah krjaannya main aja, saya

juga ngga bisa larang, kalo saya larang kasian

22. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda

mampu/memangani pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang

menangani?

Guru ngaji yang deket rumah

23. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar

melakukan pernikahan usia dini seperti anda?

Sama sekali tidak

Page 124: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

24. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi

dalam rumah tangga selama pernikahan?

Sering cekcok yang ahirnya ujungnya cere, untung anak saya ikut

sama saya. Suami saya yang kedua usianya jauh lebih muda dari

saya, umur saya sekarang 25 sedangkan suami saya 17 tahun.

Sejauh ini sih baik-baik aja semoga tidak kaya pernikahan pertama.

Akhir-akhir ini anak saya susah disuruh ngaji padahal udah saya

teriakin suruh ngaji ngga mau ngaji juga, dirumah main aja, saya

juga kalo dia nga ngaji ya ngga bisa ngajarin selian karena ngga

bisa sibuk juga ngelayanin pembeli

Karawang, 16 Agustus 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Pujiyanti

Page 125: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Rasminah

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Umur : 29 tahun

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 2

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Ngga tau ngga ada alasan mau nikah aja

2. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

Iya liat temen-temen nikah udah punya laki-laki yang disukain yaudah nikah

3. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah usia dini?

tidak

4. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan orang

tua/dijodohkan?

Iya pilihan sendiri

5. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain anda? Jika ada

siapa?

Ada ibu saya dan adik saya juga nikah masih kecil

6. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua anda?

Page 126: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Iya

7. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan dini?

Tidak ada, saya mau nikah sendiri ngga ada orangtua yang nyuruh, orangtua

maunya saya sekolah, tapi saya udah ngga mau sekolah

8. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Tidak ada begitu saja

9. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah saja

10. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua anda?

Iya dulu, sekarang udah punya rumah sendiri

11. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban perekonomian

keluarga anda?

Iya, saya ada yang nanggung, orangtua saya tinggal ngurusin adik-adik saya saja

12. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Udah mau 16 tahun jalan

13. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda dan keluarga?

Paling masalah ekonomi kadang sulit, anak saya yang pertama udah besar susah

sekali diatur disuruh sekolah tidak mau sekolah sampe jadinya berenti sekolah

14. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia seperti apa?

Sebenernya ia, tapi anaknya susah jadi saya biarin maunya anak apalagi yang

besar udah susah banget diatur, yang kecil masih ngaji

15. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak anda,

khususnya pendidikan agama islam?

Iya sangat, apalagi anak saya tidak mau sekolah, dia maunya pergi ke laut padahal

saya maunya dia sekolah dulu, ke laut mah gampang nanti kalo udah selese

sekolahnya

16. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

Harusnya sih bagus kalo anak yang paling kecil soalnya ngaji diajarin sama guru

ngajinya

17. Bagaimana perkembangan keberagamaan anak anda?

Page 127: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Iya kalo yang paling besar ngga hormat sama orangtua, sering ngelawan maunya

diturutin tapi disuruh sekolah ngga mau maunya kelaut, kalo yang kecil nurut

sama orangtua

18. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda sendiri atau orang

lain?

Orang lain

19. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda mampu/memangani

pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang menangani?

Tidak, guru ngaji

20. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar melakukan

pernikahan usia dini seperti anda?

Tidak. Biarin saya saja anak saya jangan

21. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi dalam rumah

tangga selama pernikahan?

Yang pasti ekonomi kadang seret kadang lancar nelayan kan ngga tentu

tergantung keadaan laut kalo angin lautnya lagi kenceng susah dapet rajungan,

kalo cuacanya lagi bagus ya banyak rajungan banyak duit juga. sama cara didik

anak ngga bisa nganganin anak dengan baik.

Karawang, 04 September 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Rasminah

Page 128: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Ratini

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Umur : 20 tahun

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 1

B. Pertanyaan

1. Pernikahan kalian dilakukan ini apakarena dijodohkan atau memang pacaran?

Bisa dibilang dijodohin dari orang tua, karena awalnya saya dan suami saya saling

suka sama suka. Jadi orangtua kita berdua rembukan untuk nikah saja, soalnya

takut kalo kelamaan bisa terjadi apa-apa.

2. Jadi kamu terima dijodohkan sama orang tuamu?

Iya, kebetulan suami saya tetangga rumah, sering ketemu sering liat, saya juga

sebenernya suka sama dia

3. Bagiamana dengan sekolahmu?

Saya memang sudah tidak mau sekolah, udah ngga kuat sekolah pusing

4. Waktu memutuskan untuk menerima pernikahan itu apakah kamu sudah tau

pekerjaan ibu rumah tangga? Karena umur kamu kan masih kecil

Apalagi masak, panasin air saja tidak tau

5. Jadi bagaimana kamu mengurus rumah tanggamu ?

Page 129: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Kan masih tinggal sama orang tua jadi masih dibantuin orangtua

6. Setelah menikah langsung diakruniai anak apa kosong dulu?

Langsung hamil dan punya anak

7. Lalu bagiaman cara kamu mengurus anakmu? Padahal pengetahuan kamu dalam

mengurus anak juga masih sedikit

Orangtua ku yang ngurus sama dibantuin mertua

8. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia seperti apa?

Iya, saya suka suruh dia buat ngaji

9. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak anda,

khususnya pendidikan agama islam?

Saya suruh dia buat ngaji sama guru ngaji yang deket sama rumah saya

10. Kenapa orang lain yang ngajarin?

Saya ngga mampu

11. Nanti anak kamu kalo sudah besar mau jadi apa?

Jadi orang pinter jangan kaya saya

12. Kenapa anak kamu tidak boleh seperti kamu, anakkan cenderung mengikuti

orangtuanya?

Jangan kaya saya, saya sekolah saja ngga selesei malah milih nikah, padahal

nikah lebih susah

13. Permasalahan-permasalahan apa saja yang terjadi selama pernikahan?

Saya sering ditinggal suami ke laut buat cari duit, kadang mikir buat apa nikah

tapi dtinggal-tinggal mulu, saya ngga bisa ngajarin anak saya, ilmu saya sedikit

14. Umurmu kan belum cukup untuk menikah, pada saat itu langsung tercatat di KUA

apa hanya menikah di ustad?

Langsung tercatat di KUA saya dan suami menambah umur biar dapet nikah.

, Karawang. 11 September 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Ratini

Page 130: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Wiwin

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Umur : 27

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SMP

6. Jumlah Anak : 1

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Terpaksa nurutin kemauan orang tua saya mah maunya lanjut sekolah. Tapi orang

tua ngga punya biaya, jadi disuruh nikah aja

2. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

Tidak disuruh orang tua

3. Apa alasan anda menikah di usia dini?

Kemauan orang tua karena ngga ada biaya buat sekolah

4. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah usia dini?

pernah

5. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan orang

tua/dijodohkan?

Plihan sendiri tapi pilihan orang tua juga

6. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan dini?

Page 131: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Iya, ngga ada biaya buat lanjut sekolah, serba kekurangan

7. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Faktor ekonomi iya

8. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Ada ya paling langsung punya anak

9. Setelah menikah apakah benar beban kedua orang tua anda berkurang?

Sebenernya tidak juga, malah kebutuhan semakin banyak

10. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah saja

11. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua anda?

Iya, kadang sama orang tua saya kadang sama mertua saya

12. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

10 tahun jalan

13. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda dan keluarga?

Kendalanya paling masih suka berantem sama suami masih sering cekcok, dulu

bahkan hampir pisah tapi untung masih bisa dipertahanin, sayanya belum dewasa

suami sayanya emosian, kadang suka kasian juga sama anak jadi korban. Karena

ekonomi juga, mendidik anak juga

14. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia seperti apa?

Iya saya suruh ngaji saya suruh belajar, suruh sekolah

15. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak anda?

Saya ajarin ngaji juga kalo dirumah, kasih tau mana yang benar mana yang tidak

dalam agama

16. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak anda,

khususnya pendidikan agama islam?

Tidak begitu sih, selama ini sih masih bisa saya ajarin

17. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda sendiri atau orang

lain?

Saya sama guru ngaji

18. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda mampu/memangani

pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang menangani?

Page 132: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Mampu

19. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar melakukan

pernikahan usia dini seperti anda?

Tidak

20. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi dalam rumah

tangga selama pernikahan?

Permasalahannya ya itu masih suak berantem sama suami belum bisa ngontrol

emosi masih belum dewasa ekonomi juga kadang jadi penyebab utama

pertengkaran

Karawang, 12 September 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Wiwin

Page 133: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Waridah

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Umur : 31

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SD

6. Jumlah Anak : 2

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Tuntutan orang tua, ngga punya biaya

2. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

Iya

3. Apa alasan anda menikah di usia dini?

Tuntutan orang tua udah ngga ada biaya supaya bisa bantu-bantu orang tua, kalo

nikah kan udah ada yang biayain

4. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah usia dini?

tidak

5. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan orang

tua/dijodohkan?

Pilihan sendiri

6. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan dini?

Page 134: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Iya

7. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Iya ekonomi, keluarga saya serba kekurangan kalo apa-apa juga masih suka

ngutang ke tetangga

8. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Sama saja

9. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah saja ngurus rumah

10. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua anda?

Awalnya iya tapi sekarang udah punya rumah sendiri, rumahnya deket sama

mertua tetanggaan

11. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban perekonomian

keluarga anda?

Setelah dijalani justru tidak bisa dikatakan bekurang, memang berkurang tapi

ketika ada anak kebutuhan tambah banyak juga tambah susah juga

12. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Sudah 18 tahun jalan

13. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda dan keluarga?

Yang paling dirasa sih ya ekonomi

14. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia seperti apa?

Saya suruh sekolah sama ngaji anak yang pertama udah gede udah 16 tahun

disuruh sekolah ngga mau saya juga ngga bisa maksa karena ngga punya uang

juga buat nyekolahin jadi dia pergi melaut, anak yang gede ya udah ngga ngaji

udah ngga mau ngaji, yang kecl mah saya suruh ngaji mau dia

15. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak anda?

Nitipin ke guru ngaji saya ngga ngajarin ngga bisa sih

16. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak anda,

khususnya pendidikan agama islam?

Iya susah

17. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda sendiri atau orang

lain?

Page 135: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Orang lain saya ngga bisa ngajarin

18. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda mampu/memangani

pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang menangani?

Tidak guru ngaji

19. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar melakukan

pernikahan usia dini seperti anda?

tidak

Karawang, 12 September 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Waridah

Page 136: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Sutiah

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Umur : 29

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : tidak tamat SD

6. Jumlah Anak : 2

B. Pertanyaan

1. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Sudah pengen nikah, dirumah tidak ada kerjaan nganggur tidak melanjutkan

sekolah juga jadi ya menikah saja

2. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

Iya

3. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah usia dini?

tidak

4. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan orang

tua/dijodohkan?

Iya dengan pilihan sendiri

5. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua anda?

Awalnya orang tua ngga ngijinin karena saya masih belum dewasa pada saat itu,

tapi karena saya memaksa akhirnya merestui

Page 137: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

6. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan dini?

Tidak ada

7. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Ngga tau ya, yang jelas sih mau sendiri gitu

8. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Lebih ada kerjaan, ngurus rumah, ngurus anak sama suami

9. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah saja

10. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua anda?

Iya masih sama mertua

11. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban perekonomian

keluarga anda?

Iya sih sedikit

12. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Kurang lebih 15 tahun jalan lah

13. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda dan keluarga?

Kendala yang sering dialami karena tinggalnya masih bareng sama mertua sering

salah paham. Ekonomi juga kadang memicu pertengkaran, pernah saya dan suami

ribut besar yang ujungnya saya lebih memilih pergi balik ke rumah orang tua

saya, suami saya saat itu ngga tau karena dia pergi ke laut. Pas suami saya pulang

saya dijemput suruh balik lagi awalnya saya ngga mau udah kepengen pisah ngga

kuat, mungkin karena saya juga masih belum dewasa masih egois jadi belum bisa

mikir panjang. Terus pas saya tau saya hamil akhirnya mau ngga mau saya balik

lagi sama suami saya.

14. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia seperti apa?

Iya saya suka suruh ngaji sama sekolah

15. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak anda?

Kalo anak saya minta ajarin kalo ada pr ya saya bantuin kalo ngga ya biasa aja

gitu

16. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak anda,

khususnya pendidikan agama islam?

Page 138: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Gampang gampang susah sih

17. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

Ya dia tau sih kan diajarin sama guru ngajinya

18. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda sendiri atau orang

lain?

Orang lain

19. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda mampu/memangani

pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang menangani?

Sebenernya tidak, guru ngaji

20. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar melakukan

pernikahan usia dini seperti anda?

Tidak sama sekali

Karawang, 12 September 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Sutiah

Page 139: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

C. Identitas Responden

7. Nama : Dahlia

8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga/ Ngupas Rajungan

9. Umur : 28 Tahun

10. Agama : Islam

11. Pendidikan Terakhir : SD

12. Jumlah Anak : 1 Usia 8

D. Pertanyaan

26. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Ngeliat temen-temen udah pada nikah jadi pengen nikah juga

27. Apakah anda menikah karena keinginan sendiri?

iya

28. Apa alasan anda menikah di usia dini?

Kalo disini rata-rata pada nikah sih jadi saya ya ikutan yang lain, temen-temen

saya juga pada bilang udah nikah aja enak ada yang bantuin katanya, jadi saya

tertarik ya nikah juga

29. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah usia dini?

tidak

30. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan orang

tua/dijodohkan?

Page 140: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

31. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain anda? Jika ada

siapa?

Iya ada banyak, ibu saya, adik-adik saya juga nikah masih muda

32. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua anda?

33. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan dini?

34. Apakah anda di nikahkan karena factor ekonomi, budaya, dll?

Iya faktor lingkungan mungkin

35. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Tidak ada biasa aja paling bedanya sekarang kemana-mana ada yang nemenin

apalagi pas udah ada anak

36. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah sama anak kadang kalo ada rajungan ya suka ngupas rajungan buat

nambahin penghasilan

37. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua anda?

Iya pas awal-awal pernikahan. Sekarang udah ada rumah sendiri ya walaupun

begitu yang penting ngga keujanan kalo ujan, ngga kepanasan kalo panas

38. Apakah menurut anda setelah menikah bisa mengurangi beban perekonomian

keluarga anda?

Tidak tambah beban kebutuhan tambah banyak bukan untuk kita berdua untuk

anak juga

39. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

Kurang lebih 13 tahun

40. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda dan keluarga?

Ekonomi sulit, kebutuhan banyak pemasukan sedikit. Jarang ngajarin anak ngaji

biasanya sama guru ngaji aja, saya ngga bisa ngaji

41. Apakah anda memperhatikan pendidikan agama anak anda? Jika ia seperti apa?

Iya disuruh ngaji ke guru ngaji

42. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak anda?

Kalo anak saya nanya yasaya jawab yang saya bisa kalo ngga nanya ya saya tidak

memberikan pendidikan apa-apa, saya bingung mau kasih pendidikannya gimana

orang saya aja ngga bisa.

Page 141: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

43. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak anda,

khususnya pendidikan agama islam?

Sebenernya iya tapi saya terus berusaha buat memberikan yang terbaik buat anak

saya

44. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda mampu/memangani

pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang menangani?

Tidak guru ngaji

45. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar melakukan

pernikahan usia dini seperti anda?

Tidak jangan sampe, cukup saya

46. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi dalam rumah

tangga selama pernikahan?

Ya rumah tangga kadang seneng kadang sedih, seneng kalo punya duit anak

nurut, sedih kalo ngga punya duit terus anak rewel minta sesuatu terus saya ngga

bisa nurutin.

47. Apakah anda mencatatkan pernikahan di KUA?

*Jika tidak

a. kenapa anda melakukan pernikahan uisa dini?

b. apakah umur anda tidak cukup untuk mendaftarkan di kua sehingga memilih

melakukan pernikahan secara sirri?

*Jika Ia

a. kenapa diperbolehkan mendaftarkan pernikahan anda di KUA padahal umur

anda belum mencukupi?

Karawang 14 September 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Dahlia

Page 142: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PELAKU

PERNIKAHAN USIA DINI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usia dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

E. Identitas Responden

13. Nama : Meli

14. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

15. Umur : 20

16. Agama : Islam

17. Pendidikan Terakhir : SD

18. Jumlah Anak : 1

F. Pertanyaan

48. Kenapa anda melakukan pernikahan usia dini?

Kecelakaan hamil diluar nikah, jadi ya mau ngga mau kudu nikah, kasian sama

anak nanti kalo lahir ngga ada bapaknya, sama malu juga sama tetangga sama

masarakat sekitar kalo nanti lahiran ngga ada bapaknya.

49. Pernahkah anda mendengar atau membaca dampak dari menikah usia dini?

tidak

50. Apakah anda menikah dengan orang pilihan anda atau pilihan orang

tua/dijodohkan?

Iya dengan pilihan sendiri

51. Adakah di dalam keluarga anda ada yang menikah dini selain anda? Jika ada

siapa?

Iya ada, ibu saya dan kakak-kakak saya

52. Apakah pernikahan anda mendapatkan persetujuan oleh orang tua anda?

Page 143: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Iya mau ngga mau disetujuin anaknya udah mau lahiran

53. Adakah dorongan dari orang tua anda untuk melakukan pernikahan dini?

Tidak sama sekali

54. Adakah perubahan yang anda alami setelah menikah?

Langsung ada anak dan sudah ngga bisa main-main lagi

55. Setelah anda menikah apa yang anda kerjakan?

Dirumah saja ngurus anak

56. Apakah setelah menikah anda masih tinggal dengan orang tua anda?

Iya masih

57. Kenapa bisa terjadi hal seperti itu (hamil diluar nikah)?

Pacarannya kebablasan kayanya sih, saya aja ngga sadar pergaulannya udah gini

saya juga bingung kenapa bisa terjadi. Pas udah terjadi saya nyesel

58. Sudah berapa lama anda berumah tangga?

5 tahun jalan berati karena pas ada anak, anak kan sekarang udah 5 tahun jalan

juga

59. Selama berumah tangga kendala apa saja yang dialami oleh anda dan keluarga?

Apa ya…paling ekonomi, terus saya kadang suka risih masih pengen main tapi

sekarang kan ada anak ngga sebebas dulu

60. Bagaimana anda memberikan pendidikan agama islam untuk anak anda?

Iya gimana ya saya titipin aja ke guru ngaji biar guru ngaji yang ajarin agama

61. Apakah anda kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk anak anda,

khususnya pendidikan agama islam?

Sebenernya ia, saya kan kadang ngga ada waktu juga

62. Bagaimana pengetahuan agama anak anda?

lumayan

63. Siapakah yang mengajarkan agama kepada anak anda? Anda sendiri atau orang

lain?

Orang lain

64. Dengan pendidikan anda yang minim apakah anda mampu/memangani

pendidikan agama anak? Jika tidak siapa yang menangani?

Tidak, orang lain guru ngaji

Page 144: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

65. Apakah anda mengingikan anak anda nanti kelak ketika besar melakukan

pernikahan usia dini seperti anda?

tidak

66. Permasalahan-permasalahan apa saja yang biasanya sering terjadi dalam rumah

tangga selama pernikahan?

Selama ini sih paling masalah ekonomi, sama kudu bisa ngontrol emosi sama

keinginan seneng-seneng tuh masih suka ada. Kadang masih suka berantem sama

suami cuma karena hal-hal kecil, sama iya kadang suka bingung mau ngajarin

anak agama gimana ya ahirnya suruh ngaji ke orang lain.

Karawang, 15 September 2018

Pelaku Pernikahan Usia Dini

Meli

Page 145: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU NGAJI

Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak dalam

Keluarga (Studi Kasus di Kampung Pasir Putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon,

Karawang)

Wawancara ini bertujuan untuk mencari data tentang dampak apa yang

ditimbulkan dari pernikahan usai dini bagi anak dalam keluarga pasangan usia dini

tersebut. Wawancara ini bersifat tentative, karena dalam pelaksanaannya pertanyaan

dalam wawancara bisa berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

A. Identitas Responden

1. Nama : Barkah

2. Pekerjaan : ibu rumah tangga dan guru ngaji

3. Umur : 40 tahun

4. Agama : Islam

5. Pendidikan Terakhir : SMP Pesantren

B. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama mengajar ngaji dilingkungan ini?

Sudah hamipr 22 tahun sejak anak pertama saya masih kecil hingga sekarang

sudah berumur 22 tahun masih ngajar. Awalnya saya cuma ngajarin anak saya,

tapi lama kelamaan banyak anak yang ikut ngaji, karena disini banyak

orangtuanya yang tidak bisa ngaji dan memberi pendidikan agama kepada anak

makanya ia titipin ke saya buat ngajarin anak mereka.

2. Apa saja kesulitan dalam mengajarkan agama kepada anak?

Kesulitannya paling susah diatur namanya juga anak-anak, mereka juga tidak

segan berkata kasar, padahal terus saya bilangin kalo tidak boleh berkata kasar

apalagi ekpada orang tua. terus suka lama buat nangkep pelajaran karena satu-

satunya sumber belajar hanya saya tidak dibantu orang tuanya, padahal

orangtuanya sebenarnya juga harus bisa mengajarkan kepada anak agar anak

setelah mengaji disini bisa diajarin lagi dirumah atau istilah katanya mah ngulang

agar ingatan anak tuh kuat.

Page 146: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

3. Apa saja yang anda ajarkan kepada anak didik anda?

Ngaji iqro sama juzamma, saya juga ngajarin doa-doa sehari hari seperti doa

keluar rumah, doa untuk kedua orang tua, menghapal nama-nama nabi, malaikat

dan tugasnya, ngajarin akhlak juga bagaimana bersikap sama orang tua

4. Apakah ada batasan umur untuk ngaji dengan ibu?

Sama sekali tidak siapapun boleh ngaji, tapi kebanyakan anak-anak kecil dari

umur 4 tahun sampai yang paling besar umur 10 tahun. Anak anak sekitar sini

kalo udah masuk sekolah SMP udah ngga mau ngaji, alasannya malu katanya

udah gede.

5. Lalu yang anak yang tidak mau ngaji ini apa yang mereka lakukan?

Kerjaannya ya nongkrong bareng-bareng temen seusianya

6. Untuk ngaji waktunya kapan saja bu?

Karena banyaknya anak dan tempat saya terbatas saya bagi menjadi 2 sesi. Sesi

yang pertama yaitu setelah ashar untuk anak anak kecil yang usia 4-7 tahun dan

sesi kedua setelah magrib untuk anak yang sudah agak besar.

7. Untuk mencapai tujuan pembelajaran apakah ibu punya kurikulum atau cara

mengajar tertentu?

Tidak ada sama sekali, ngaji ya ngaji saja, saya paling harus mengingat kemarin

saya ngajar apa terus hari ini lanjutkan pelajaran yang kemaren itu-itu saja tidak

ada kurikulum dan yang lainnya.

Karawang, 20 Agustus 2018

Guru Ngaji

Barkah

Page 147: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan Ibu-ibu kampung Pasirputih

mengupas Rajungan

Wawancara dengan Guru Ngaji

Wawancara dengan informan ke-1 Wawancara dengan informan ke-2

Wawancara dengan informan ke-3 Wawancara dengan informan ke-4

Page 148: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

Wawancara dengan informan ke-5 wawancara dengan informan ke-6

Wawancara dengan informan ke-7 Wawancara dengan informan ke-8

Wawancara dengan informan ke-9 Wawancara dengan informan ke-10

Wawancara dengan informan ke-11 Wawancara dengan informan ke-12

Page 149: PROBLEMATIKA PERNIKAHAN USIA DINI DALAM …

PROFIL PENULIS

Umi Hani lahir di Karawang pada Rabu, 5 Februari 1997.

Penulis yang akrab dipanggil Hani ini merupakan anak pertama dari

dua bersaudara, dari pasangan Bapak Kartomo dan Ibu Barkah. Saat ini

penulis tinggal di Kosan Sahal, Jl. Semanggi II No.26 RT.002/RW.03,

Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

Penulis pernah menjadi pelajar di TK/TPA Al Khoeriyah, Karawang

(2001-2002), MI Al Khoeriyah, Karawang (2002-2008), MTsN.

Babakan Ciwaringin, Cirebon (2008-2011), MAN. Buntet Pesantren,

Cirebon (2011-2014). Gadis berusia 21 tahun ini memiliki hobi

membaca novel, menonton drama korea, dan berekreasi.

Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, penulis melanjutkan studi

ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada tahun 2014. Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman mengajar privat dan

bimbel bidang studi PAI di beberapa lembaga. Ia juga aktif di organisasi kedaerahan, KMIK

(Keluarga Mahasiswa Islam Karawang) Jakarta, dan pernah menjabat sebagai Anggota Bidang

Departemen Kependidikan di HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) PAI pada periode

kepengurusan 2014/2015.