Author
meishka
View
3.053
Download
14
Embed Size (px)
KASUS KEPAILITAN PT DIRGANTARA INDONESIAKelompok: 2.Kusno Bari Joyo 3.Luthfi Mahmudania Kahfi 4.Meishkafadiah Alkaff 5.Mohammad Fardani Dzulhikam 6.Permada Wirapranata
PT DIRGANTARA INDONESIAPT Industri Pesawat Terbang Nurtanio 26 April 1976 Direktur : BJ Habibie PT Industri Pesawat Terbang Negara (IPTN) 11 Oktober 1985 PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace) 24 Agustus 2004 Diresmikan oleh : Presiden Abdurrahman Wahid Karyawan : 3.720 orang, dengan 18 bisnis unit
VISI & MISIVisi: Menjadi perusahaan dirgantara berkelas dunia yang memiliki teknologi tinggi dan harga yang kompetitif dengan pasar dunia Misi: Melakukan kegiatan usaha dengan orientasi pada biaya produksi yang kompetitif Menjadi pemain utama pada industri dirgantara khususnya pada engineering, design, manufacturing, production, dan maintanace untuk pesawat komersial maupun militer Menjadi pemain utama dunia yang memiliki strategi alinasi dengan perusahaan dirgantara lainnya
PRODUK PT DIRGANTARA INDONESIA1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pesawat Terbang Information Technology Automotive Maritime Simulation Technolgy Industrial Turbine Engineering Services
Kepailitan Pengertian Kepailitan menurut UU No.37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Pasal 1 ayat (1) : Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Syarat dan Putusan Pailit Sesuai UU No. 37 tahun 2004 Pasal 2 :
(1). Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya. (2). Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum. (3). Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia. (4). Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal. (5). Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Akibat KepailitanBerlakunya sita umum atas seluruh harta debitor Pasal 21 : Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Pasal
24 ayat (1) : Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
PT. DI PailitPemohon Pailit : 6.500 mantan pegawai PT.
DI Dasar Gugatan Pailit :Gagal bayar terhadap Kreditor Neli Ratna Sari
(15 Juta) serta Supriadi Jasa (79 juta), Belum memenuhi kewajiban yang diberikan oleh P4P (Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat)Gugatan pailit untuk PT. DI dikabulkan oleh
PN pada tanggal 4 september 2007
Buntut Putusan Pailit PT. DIPT. DI masih memiliki kewajiban
pembayaran kompensasi dana pensiun dan tunjangan hari tua sesuai perhitungan gaji pokok terakhir senilai Rp 200 miliar kepada 6.500 mantan karyawan PT DI serta utang PT. DI kepada 2 kreditor yang lain telah memenuhi syarat formal sesuai dengan ketentuan dalam UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang untuk diajukan pailit.
Kontradiksi Kepailitan BUMN Pasal 2 Ayat 5 UU Kepailitan No 37 Tahun 2004,
Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik" adalah badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham. Pasal 50 UU Perbendaharaan Negara : kepailitan
merupakan sita umum yang hanya dapat dilakukan jika dimohonkan oleh Menteri Keuangan sebagai bendahara umum negara.
PT. DI Batal PailitMA dalam putusan Kasasi tanggal 22
Oktober 2007 membatalkan putusan pailit PTUN terhadap PT. DI Dasar putusan batalnya pailit :Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Pasal 2
PT. DI adalah BUMN sehingga yang dapat
mengajukan gugatan pailit adalah menteri keuangan
Analisa Keputusan PTUN dan MA Majelis hakim menilai sahan
PT. DI tidak 100 % dikuasai Negara karena saham PT. DI terbagi atas beberapa pihak Keputusan P4P untuk memberikan kompensasi terhadap mantan pegawai diartikan secara luas sebagai hutang. Termasuk terhadap 2 kreditor lainnya. Syarat formal pengajuan piutang telah dipenuhi Klaim PT. DI sebagai industri vital tidak dapat dibuktikan dengan rencana kerja serta fakta terjadi kerugian sebesar 78 M
MA menyatakan mantan
karyawan PT DI sebagai pemohon pailit tidak memiliki kedudukan hukum untuk menggugat pailit PT DI. MA menganggap bahwa saham terbagi untuk memenuhi undang-undang perseroan terbatas. MA menganggap PT. DI sebagai objek vital dan aset negara sehingga tidak dapat disita
Kewajiban Ketenagakerjaan Pilihan Penyelesaian di luar pengadilan ada 3 (tiga)
pilihan, yaitu: Konsiliasi, Arbitrase dan bila kedua lembaga tersebut tidak dipilih, pemerintah menyediakan Lembaga Mediasi untuk menyelesaikan perselisihan yang mereka hadapi.dikatakan sebagai hubungan materi dan UU Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang telah mendapatkan persetujuan dari DPR RI sebagai hukum formalnya, yang kedua-duanya dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada pekerja dengan pengusaha guna menciptakan suasana hubungan industrial yang kondusif, dinamis dan berkeadilan untuk pengembangan usaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Undang-undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 dapat
KesimpulanProses hukum sebagai bagian dari
perkembangan politik adalah sebuah konsekuensi logis di banyak negara. Keluarnya UU No. 4/98 merupakan sebuah akibat dari krisis moneter dan desakan IMF untuk memperbarui hukum yang melindungi investor & perbankan yang sebelumnya hanya diakomodir oleh hukum BW. Namun untuk dapat memberikan cakupan yang lebih luas untuk menampung semua persoalan kepailitan maka lahirlah UU No. 37/2004.
KesimpulanFaktor-faktorpermasalahan : Belum terintegrasinya persoalan hukum yang berkaitan dengan kepailitan Lemahnya SDM manusia yang berkepentingan dengan hukum kepailitan. Struktur hukum di Indonesia yang masih belum terbuka, transparan dan terukur Masih ada perusahaan yang belum menjalankan prinsip keterbukaan dan kepatutan dalam menjalankan bisnis
SaranMengubah ketentuan dengan menghilangkan
kata-kata terbagi atas saham & sinkronisasi terhadap beberapa UU terkait Mengubah ketentuan melalui amandemen UU atau mengeluarkan Perppu Dibutuhkan sebuah organisasi masyarakat untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyelesaikan masalah kepailitan secara terbuka
Terima Kasih