of 14 /14
51 BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG 3.1 Kepailitan 3.1.1 Pengertian Kepailitan Secara etimologi, istilah kepailitan berasal dari kata pailit. Bila ditelusuri lebih mendasar, istilah pailit dijumpai dalam pembendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin, dan Inggris dengan istilah yang berbeda-beda. Dalam bahasa Belanda, pailit berasal dari kata "failliet" yang mempunyai arti ganda, yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Dalam bahasa Perancis, pailit berasal dari kata "faillite" yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran, sedangkan orang yang mogok atau berhenti membayar dalam bahasa Perancis dinamakan "lefaili". Kata kerja "failir" berarti gagal. Dalam bahasa Inggris dikenal kata "to fail" dengan arti yang sama, dalam bahasa Latin disebut "faillure". Di negara-negara berbahasa Inggris, pengertian pailit dan kepailitan diwakili dengan kata-kata "bankrupt" dan "bankruptcy" (Victor M Sitomorang dan Hendri Soekarso, 1994:18-19 dan Zainal Asikin, 2001:26-27). 45 Kepailitan adalah suatu suatu putusan dimana seluruh harta kekayaan debitur disita akibat dari debitur tidak dapat membayar utang-utangnya kepada 45 Rahmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, h.11 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) PUTRI SASKY ANGGRAINI

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN …repository.unair.ac.id/13744/10/10. Bab 4.pdf · lebih mendasar, istilah pailit ... Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, PT. ... Pada

Embed Size (px)

Text of BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN …repository.unair.ac.id/13744/10/10. Bab 4.pdf · lebih...

  • 51

    BAB III

    AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK

    INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

    TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN

    PEMBAYARAN UTANG

    3.1 Kepailitan

    3.1.1 Pengertian Kepailitan

    Secara etimologi, istilah kepailitan berasal dari kata pailit. Bila ditelusuri

    lebih mendasar, istilah pailit dijumpai dalam pembendaharaan bahasa Belanda,

    Perancis, Latin, dan Inggris dengan istilah yang berbeda-beda. Dalam bahasa

    Belanda, pailit berasal dari kata "failliet" yang mempunyai arti ganda, yaitu

    sebagai kata benda dan kata sifat. Dalam bahasa Perancis, pailit berasal dari kata

    "faillite" yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran, sedangkan orang

    yang mogok atau berhenti membayar dalam bahasa Perancis dinamakan "lefaili".

    Kata kerja "failir" berarti gagal. Dalam bahasa Inggris dikenal kata "to fail"

    dengan arti yang sama, dalam bahasa Latin disebut "faillure". Di negara-negara

    berbahasa Inggris, pengertian pailit dan kepailitan diwakili dengan kata-kata

    "bankrupt" dan "bankruptcy" (Victor M Sitomorang dan Hendri Soekarso,

    1994:18-19 dan Zainal Asikin, 2001:26-27).45

    Kepailitan adalah suatu suatu putusan dimana seluruh harta kekayaan

    debitur disita akibat dari debitur tidak dapat membayar utang-utangnya kepada

    45 Rahmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

    2004, h.11

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 52

    kreditur, guna untuk membayar seluruh utangnya kepada kreditur. Sedangkan

    pailit merupakan suatu keadaan debitur tidak mampu untuk melakukan

    pembayaran-pembayaran terhadap utang-utangnya dari para kreditur. Keadaan

    tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan

    dari usaha debitor yang telah mengalami kemunduran.46

    Dalam bukunya M. Hadi Subhan berpendapat bahwa, kepailitan merupakan

    putusan pengadilan yang mengakibatkan sita umum atas seluruh kekayaan

    debitur pailit, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari.

    Pengurusan dan pemberesan kepailitan dilakukan oleh kurator di bawah

    pengawasan dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta kekayaan

    tersebut untuk membayar seluruh utang debitur palit tersebut secara proporsional

    dan sesuai dengan struktur kreditur.47

    Sedangkan menurut UU KPKPU pada pasal 1 angka 1 telah dijelaskan

    mengenai pengertian dari kepailitan yakni:

    "Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang

    pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan

    hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini."

    Munir Fuady menyamakan istilah "kepailitan" dengan "bangkrut" manakala

    perusahaan (atau orang pribadi) tersebut tidak sanggup atau tidak mau membayar

    hutang-hutangnya. Oleh karena itu, dari pada pihak debitur ramai-ramai

    mengeroyok debitor dan saling berebutan harta debitor tersebut, hukum

    memandang perlu mengaturnya sehingga hutang-hutang debitor dapat dibayar

    46 Hadi Subhan, Hukum Kepailitan, Kencana, Jakarta, 2008, h.1 47 Ibid.,

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 53

    secara tertib dan adil. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepailitan adalah

    suatu sitaan umum yang dijatuhkan oleh pengadilan khusus, dengan permohonan

    khusus, atas seluruh aset debitor (badan hukum atau orang pribadi) yang

    mempunyai lebih dari 1(satu) hutang/kreditor dan debitor dalam keadaan berhenti

    membayar hutang-hutangnya, sehingga debitor segera membayar

    hutang-hutangnya tersebut.48

    3.1.2 Syarat Mengajukan Permohonan Pailit

    Di dalam UU KPKPU, persyaratan untuk dapat dipailitkan sangatlah

    sederhana. Pada ketentuan pasal 1 ayat (1) UU KPKPU menentukan bahwa yang

    dapat dipailitkan adalah debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak

    membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagihkan,

    dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 2 UU KPKPU, baik atas permohonan sendiri maupun atas

    permohonan atau permintaan dua atau lebih kreditornya.

    Dari paparan tersebut telah jelas bahwa untuk bisa dinyatakan pailit, debitur

    harus telah memenuhi syarat sebgai berikut:

    1. Memiliki dua kreditor atau lebih;

    UU KPKPU memberikan syarat setidaknya debitur memiliki dua

    kreditor untuk dapat diajukan permohonan pernyataan pailit. Syarat

    tersebut lebih sering dikenal dengan concurus creditorium. Sebagai bentuk

    konsekuensi berlakunya ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata49 mengenai

    rasio kepailitan adalah jatuhnya sita umum atas semua harta benda debitor

    48 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata BIsnis Modern di Era Global, Citra Aditya Bakti,

    Bandung, 2002, h.75 49 KUH Perdata terjemahan: Prof. R. Subekti, S.H.

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 54

    untuk kemudian setelah dilakukan rapat verifikasi utang-piutang tidak

    tercapai perdamaian, dilakukan proses penyitaan atas seluruh harta benda

    debitor untuk kemudian dibagikan hasil perolehannya kepada semua

    kreditor sesuai urutan tingkat kreditor yang telah diatur oleh

    undang-undang.50

    Pada dasarnya Kepailitan merupakan prosedur manajemen

    pembagian harta debitor dalam rangka pelunasan utangnya kepada para

    debitor. Hal tersebut dilakukan agar terhindar dari berebutnya harta debitor

    oleh masing-masing kreditor yang ingin mendapat pemenuhan prestasi

    terlebih dahalu. Misalnya debitor hanya memiliki satu kreditor saja maka,

    kreditor tersebut tidak harus berebut harta debitor sebesar pelunasan

    piutangnya. Sebab, kreditor tungga tersebut tidak memiliki lawan (kreditor

    lainnya).

    Terkait dengan syarat debitor harus memiliki minimal dua kreditor

    maka, beban pembuktian berada pada pihak pemohon pailit (bisa debitor

    sendiri atau para kreditornya) harus dapat membuktikan jika debitor telah

    memenuhi syarat yang telah ditentukan.

    2. Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan

    dapat ditagihkan

    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan ( UU

    Kepailitan lama ) tidak memberikan ketentuan mengenai definisi utang,

    sehingga pada zaman berlakunya Undang-Undang tersebut banyak

    50 Ardhita Pramudya, Skripsi: Kepailitan atas Bank yang Telah Dicabut Izin Usaha Perbankannya,

    Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2014, h.18

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 55

    menimbulkan multitafsir terkait pendefinisian utang.

    Dengan lahirnya UU KPKPU yang baru ( Undang-Undang Nomor

    37 Tahun 2004) akhirnya memberikan jawaban atas multitafsir mengenai

    definisi utang. Dari pengertian utang pada Pasal 1 angka 6 UU KPKPU

    dapat disimpulkan bahwa definisi utang tersebut harus diartikan dalam arti

    yang luas. Maksudnya, dikatakan sebagai utang bukan saja kewajiban

    yang lahir karena suatu perikatan saja melainkan juga lahir karena

    ketentuan undang-undang.

    Utang dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, jenis utang yang lahir

    karena Undang-Undang yakni perbuatan melawan hukum (Pasal

    1365-1366 KUH Perdata), znegotiorum gestio atau zaakwaarneming

    (Pasal 1354-1357 KUH Perdata), dan pembayaran yang tidak diwajibkan

    (Pasal 1359-1364 KUH Perdata). Dan jenis utang yang lahir karena

    perjanjian yang diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata terdiri dari

    perikatan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan untuk

    tidak berbuat sesuatu.51

    M. Hadi Subhan menyatakan terdapat kekurangan dan kelemahan

    UU KPKPU terakit dengan tidak adanya pembagian jumlah nominal utang

    dalam permohonan pernyataan pailit. Dikatakan bahwa dengan tidak

    dibatasi jumlah minimum utang sebagai dasar pengajuan permohonan

    kepailitan, maka akan terjadi penyimpangan hakikat kepailitan dari

    kepalitan sebagai pranata likuidasi yang cepat terhadap kondisi keuangan

    debitor yang tidak mampu melakukan pembayaran utang-utangnya kepada

    51 Ibid., h.22

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 56

    para kreditor sehingga untuk mencegah terjadi unlawful execution dari

    para kreditornya, menjadi kepailitan sebagai alat tagih semata (debt

    collection tool).52

    Menurut Sutan Remy, pengertian utang telah jatuh tempo dan dapat

    ditagih merupakan suatu hal yang berbeda. Suatu utang dikatakan sebagai

    utang yang telah jatuh tempo atau utang yang expired, yaitu utang yang

    dengan sendirinya menjadi utang yang telah dapat ditagihkan. Sedangkan

    utang yang yang telah dapat ditagihkan belum tentu merupakan utang yang

    telah jatuh waktu. Di sisi lain, suatu utang dikatakan jatuh tempo dan dapat

    ditagih yaitu apabila utang itu sudah waktunya untuk dibayarkan.53

    Kreditor yang tidak dibayar tersebut kemudian dapat dan sah secara hukum

    untuk mengajukan permohonan pailit tanpa melihat jumlah piutangnya.54

    Dalam kepailitan terdapat tiga jenis kreditor yang terdiri dari:55

    1. Kreditor Separatis

    Hak eksekusi Kreditor Separatis tetap dapat dilaksanakan seperti tidak ada

    kepailitan atas debitor. Kreditor ini meliputi kreditor pemegang hak tanggungan, gadai,

    dan hipotek. Hak Kreditor Separatis dapat ditangguhkan selama 90 hari terhitung sejak

    tanggal putusan pernyataan pailit dikeluarkan.

    2. Kreditor Preferen

    Kreditor preferen disebut juga dengan Kreditor Istimewa adalah kreditor

    52 Hadi Shubhan, "Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktek di Pengadilan", Kencana,

    Jakarta, 2009, h.23 53 Ardhita Pramudya, Op.Cit., h.23 54 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan

    Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, h.208 55 Ibid., h.212

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 57

    yang memiliki hak istimewa yang diberikan oleh Undang-Undang sehingga

    kedudukan kreditor ini menjadi lebih tinggi dari Kreditor biasa. Kreditor

    Preferen diatur dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUH Perdata.

    3. Kreditor Konkuren

    Kreditor Konkuren adalah seluruh kreditor yang tidak termasuk dalam

    Kreditor Separatis dan Kreditor Preferen. Kreditor Konkuren menerima

    pembayaran dari harta pailit setelah Kreditor Separatis dan Kreditor Preferen

    menerima pembayaran piutangnya. Kreditor Konkuren akan menerima

    pembayaran dari hasil penjualan harta pailit sesuai dengan besarnya piutang

    masing-masing.

    Setiap kreditor tersebut berhak memailitkan debitornya jika telah

    memenuhi persyaratan diatas yang telah diatur dalam UU KPKPU. Kecuali

    jika yang dipailitkan adalah Bank, Perusahaan efek dan

    perusahaan-perusahaan asuransi.

    Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) (3) (4) dan (5) UU KPKPU,

    selain kreditor yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah:

    1. Kejaksaan, apabila permohonan pailit tersebut untuk kepentingan umum.

    Kepentingan umum menurut penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU KPKPU

    adalah kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat

    luas, misal:

    a. Debitor melarikan diri;

    b. Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan;

    c. Debitor mempunyai utang kepada BUMN atau badan usaha lain

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 58

    yang menghimpun dana dari masyarakat;

    d. Debitor mempunyai utang yang berasal dari perhimpunan dana

    dari masyarakat luas;

    e. Debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam

    menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh tempo;

    atau

    f. Dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan

    umum.

    2. Bank Indonesia, apabila yang dimohonkan pailit adalah Bank. Hal

    tersebut berdasarkan penilaian kondisi keuangan dan kondisi perbankan

    Indonesia secara keseluruhan. Peraturan yang mengkhususkan pemohon

    pernyataan pailit terhadap bank adalah Bank Indonesia karena bank adalah

    suatu badan hukum yang bergerak dibidang keuangan yang menyerap

    langsung serta menyalurkan dana masyarakat umum dalam menjalankan

    usahanya. Oleh sebab itu mekanisme perbankan di masyarakat sangat

    melekat dan aspek kepercayaan sangat rentan kalau hak khusus tersebut

    tidak diberikan.56

    Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengajukan permohonan

    pailit pada bank dikarenakan peran dan fungsi Bank Indonesia sebagai

    Bank Sental. Sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran

    utama dalam stabilitas sitem keuangan yang salah satunya adalah memiliki

    peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat,

    khususnya perbankan. Sebab, kegagalan dalam sektor perbankan tersebut

    56 Ardhita Pramudya, Op.Cit., h.23

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 59

    dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu

    perekonomian.57

    Dalam UU Perbankan, tidak ditentukan secara jelas mengenai kepailitan

    bank, dengan demikian suatu bank dapat dinyatakan pailit oleh hakim

    berdasarkan peraturan yang berlaku umum bagi kepailitan yaitu UU

    KPKPU.

    3. Badan Pengawas Pasar Modal, apabila yang dimohonkan pailit adalah

    Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan

    Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.;

    4. Menteri Keuangan, apabila yang dimohonkan pailit adalah Perusahaan

    Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik

    Negara yang bergera dibidang publik. Maksud dari BUMN yang

    bergerang di bidang kepentingan publik adalah BUMN yang berbentuk

    Perum dengan ciri-ciri seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi

    atas saham. Pasal 36 ayat (1) UU BUMN turut mengatakan bahwa maksud

    dan tujuan BUMN Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan

    untuk kemanfaatan umum.

    3.2 Kedudukan Pasal 2 ayat (3) UU KPKPU Pasca Terbentuknya OJK

    Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (3) UU KPKPU, yang memiliki wewenang

    untuk mempailitkan bank hanyalah Bank Indonesia. Jika dilihat dari ketentuan

    tersebut, Bank Indonesianya memiliki wewenang untuk mempailitkan sebuah bank.

    Yang dimaksud dengan Bank berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU

    Perbankan

    57 www.bi.go.id diakses: tgl 20 Januari 2015

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 60

    "Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakkat dalam

    bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

    atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak"

    Namun sejak diundangkannya UU OJK, fungsi, tugas, dan wewenang

    pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK. Hal tersebut

    terlihat pada aturan ketentuan Pasal 55 ayat (2) UU OJK yang berbunyi

    "Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan

    dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank

    Indonesia ke OJK"

    Dari ketentuan tersebut telah menimbulkan sebuah pemikiran apakah

    kewenangan untuk mempailitkan sebuah Bank yang berdasarkan UUKPKU berada

    di Bank Indonesia berpindah ke OJK.

    3.2.1 Kewenangan mengajukan permohonan pailit pada Bank

    Landasan yuridis dalam permohonan pernyataan pailit bagi bank adalah pasal 2

    ayat (3) UU KPKPU yang menyatakan bahwa dalam hal debitor adalah bank,

    permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia.

    Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal tersebut juga dijelaskan bahwa yang

    dimaksud dengan bank adalah bank sebagaimana diatur dalam peraturan

    perundang-undangan. Pengajuan permohonan pernyataan pailit bagi bank

    sepenuhnya merupakan kewenangan dari Bank Indonesia dan semata-mata

    didasarkan atas penilaian kondisi keuangan dan kondisi perbankan secara

    kesuluruhan. Dari ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa dalam hal debitor adalah

    bank, maka yang berwenangan mengajukan permohonan pailit adalah Bank

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 61

    Indonesia.

    Namun setelah diundangkannya UU OJK yang telah mengambil alih tugas

    mengatur dan mengawasi di sektor keuangan, telah menjadikan polemik baru pada

    siapakah yang berwenang untuk mengajukan permohonan pailit tersebut. Apakah

    tetap berada pada Bank Indonesia ataukah telah berpindah menjadi kewenangan dari

    OJK.

    Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia dalam ranah pengaturan dan

    pengawasan bank secara keseluruhan telah berpindah ke OJK. Namun berdasarkan

    ketentuan dalam UU OJK, hanya fungsi, tugas, dan wewenang Bank Indonesia yang

    tercantum di dalam UU OJK tersebutlah yang berpindah ke OJK. Berikut adalah

    alasan-alasan pengajuan permohonan pailit Bank tetap pada Bank Indonesia :

    a. Tidak adanya Pengaturan di UU OJK

    Berdasarkan ketentuan pada Pasal 70 angka 7 UU OJK juga telah disebutkan

    bahwa peraturan perundang-undangan lainnya di sektor jasa keuangan,

    dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti

    berdasarkan UU OJK. Sehingga dapat disimpulkan apabila belum ada

    ketentuan yang berkaitan dengan sektor jasa keuangan belum diganti maka,

    peraturan tersebut masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU

    OJK. Dan ketentuan mengenai kewenangan Bank Indonesia untuk mengajukan

    permohonan Pailit bank masih tetap berlaku dan belum beralih kepada OJK.

    b. Eksistensi Bank Indonesia

    Dengan belum dicabutnya UU BI, maka eksistensi dari Bank Indonesia

    masih diakuin keberadaannya termasuk kewenangannya yang belum dicabut

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 62

    oleh peraturan perundang-undangan yang lainnya. Jadi, kewenangan untuk

    mengajukan permohonan pailit pada bank masih berada di tangan Bank

    Indonesia. Namun apabila Bank Indonesia eksistensinya telah dihapuskan,

    maka kewenangan tersebut secara otomatis akan berpindah kepada OJK

    sebagai lembaga otoritas yang mengatur dan mengawasi secara langsung

    lembaga keuangan yang salah satunya adalah disektor perbankan.

    c. Norma Pembagian Kewenangan

    Selain itu, tugas dan wewenang OJK dalam hal pengawasan perbankan

    hanya berkaitan dengan aspek micro-prudential seperti kelembagaan, kegiatan

    usaha, dan penilaian tingkat kesehatan. Sementara itu, aspek macro-prudential

    berkaitan dengan kebijakan moneter dan sistem pembayaran seperti ketentuan

    tentang Giro Wajib Minimum (GWM), ketentuan devisa, Operasi Pasar

    Terbuka (OPT), dan laporan-laporan serta pemeriksaan yang terkait dengan

    pelaksanaan tugas di bidang moneter dan sistem pembayaran merupakan

    kewenangan dari otoritas moneter Bank Indonesia.58

    Pada penjelasan Pasal 7 UU OJK juga menjelaskan bahwa:

    "Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek

    kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan

    pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun

    lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential, yaksi pengaturan dan

    pengawasan selain hal yang diatur dalam pasal ini, merupakan tugas dan

    wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan

    58 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asas Sukses (Penebar Swadaya

    Grup), Jakarta, 2014, h.301

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 63

    macroprudential, OJK membantu Bank Indonesia untuk melakukan himbauan

    moral (moral suasion) kepada Perbankan". Ketentuan penjelasan tersebut

    sangat jelas merupakan norma pembagian kewenangan antara OJK dan Bank

    Indonesia.

    d. Saling Koordinasi dan Bertukar Informasi

    UU OJK telah mengamanatkan tatacara koordinasi antara OJK dengan Bank

    Indonesia. Hal tersebut terlihat pada Pasal 40 dan Pasal 41 UU OJK. Dalam

    Pasal 40 UU OJK menyatakan bahwa dalam hal Bank Indonesia melaksanakan

    fungsi, tugas, dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan khusus terhadap

    benk tertentu, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap

    bank tersebut dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih

    dahulu kepada OJK. Dan dalam penjelasannya juga dinyatakan bahwa pada

    dasarnya kewenangan pemeriksaan terhadap Bank berada ditangan OJK.

    Namun, dalam hal Bank Indonesia melaksanakan fungsi, tugas, dan

    wewenangnya membutuhkan informasi melalui kegiatan pemeriksaan bank,

    Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap bank

    tertentu yang masuk systemically important bank dan/atau bank lainnya sesuai

    dengan kewenangan Bank Indonesia di bidang macroprudential. Selain itu juga

    dinyatakan bahwa penilaian terhadap tingkat kesehatan bank merupakan

    kewenangan OJK.

    Dan pada Pasal 41 UU OJK menyatakan bahwa dalam hal OJK

    mengindikasi bank tertentu menglami kesulitan likuidasi dan/atau kondisi

    kesehatan semakin memburuk, OJK segera menginformasikan ke Bank

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

  • 64

    Indonesia untuk melakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan Bank

    Indonesia.

    Dengan begitu dalam hal kewenangan untuk megajukan permohonan pailit

    pada bank tetap berada pada Bank Indonesia, namun dalam hal penilaian

    kesehatan bank berada di tangan OJK. Sehingga Bank Indonesia dapat

    melakukan permohonan pailit kepada bank dengan memperoleh informasi dari

    OJK.

    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

    Skripsi KEPAILITAN BANK PASCA LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

    PUTRI SASKY ANGGRAINI

    1. COVER2. PENGESAHAN3. Tim Penguji Skripsi4. KATA PENGANTAR5. DAFTAR ISI6. ABSTRAKSI7. BAB I PENDAHULUAN8. BAB II PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)9. BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG10. BAB IV PENUTUP11. DAFTAR BACAAN