Upload
doddy-radhi-s
View
144
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
NEOPLASMA SISTEM SARAF PUSAT
Casilda Balmaceda & J. Torres Gluck
Sebagian besar tumor otak di diagnose ketika CT-scan atau MRI menunjukkan pertambahan
massa lesi intracranial dengan gejala neurologi baru yang progresif yang berkembang dalam hitungan
minggu atau bulan. Bagan 24-1 adalah neoplasma primer tumor CNS pada dewasa berdasarkan lokasi.
Kecuali pada pasien dengan kanker sistemik dan kemungkinan metastase, biopsy jaringan diperlukan
untuk membuat diagnose.
Dexamethason 4-10 mg i.v atau p.o setiap 6 jam merupakan glukokortikoid yang potensial
menurunkan edema vasogenik perifer yang diakibatkan oleh neoplasma CNS. Diindikasikan untuk semua
pasien dengan gejala simtomatis dari adanya massa karena tumor otak, namun jika memungkinkan
seharusnya dilakukan biopsy jika curiga limfoma CNS, karena bisa juga didapatkan hasil non-diagnosis.
Diagnostic dan manajemen tumor spesifik dibahas di bawah ini:
PENYAKIT DENGAN METASTASIS INTRAKRANIAL
Metastase ke otak terdapat pada 15-20% pasien dengan kanker didapatkan pada pasien dengan
bentuk neoplasma intracranial. Metastase otak biasanya pada pasien dengan penyebaran penyakit yang
luas dan dapat berupa salah satu dari 3 bentuk: metastase parenkimal, metastase leptomeningeal
(kanker meningeal atau kanker meningitis), dan metastasis basis kranii. Kanker sistemik juga dapat
mempengaruhi system saraf melalui “efek remote”, disebut juga sindroma paraneoplastik (table 24-1)
Metastasis Parenkimal
Epidemiologi. Sekitar 40% pasien memiliki metastasis tunggal. Keganasan gastrointestinal
(kolon) dan ginekologi (ovarian, endometrial, servikal) bersumber dari metastasis tunggal.
Tumor yang paling sering menimbulkan metastasis: tumor paru, tumor mamma, dan melanoma.
Supratentorial
Hemisfer1. astrositoma2. metastasis
3. meningioma4. limfoma
5. oligodendroglioma
Sellar Region1. adenoma hipofise2. kraniofaringioma
3. meningiomaoptic or
hypothalamic glioma
Pineal Region1. pinealocytoma2. pinealoblastoma3. germ cell tumor
4. astrocytoma5. meningioma
InfratentorialCerebellopontin angle
1. neuroma akustik2. meningioma
3. epidermoid tumor4. metastasis
5. arachnoid cyst
Cerebellum1. metastasis
2. hemangioblastoma3. cerebellar astrositoma
4. PNET5. Ependymoma
Foramen magnum
1. meningioma2. chordoma
3. schwannoma4. epidermoid5. chondroma
Bagan 24-1. Diferensial diagnosis radiografi dengan neoplasma CNS tunggal berdasarkan
letaknya pada pasien dewasa. PNET, Primitive Neuroectodermal Tumor.
Patofisiologi. Metastasis ke otak biasanya berbatas tegas dan memungkinkan untuk reseksi
pembedahan. Sering ditemukan adanya edema yang meluas. Metastasis ke otak seringnya
secara hematogen dan berdeposit di “Grey-white junction”.
Presentasi. Gejala biasanya merupakan perkembangan di minggu – bulan. Nyeri kepala (60%),
kelemahan motorik (60%), perubahan status mental (35%) dam kejang (20%) merupakan
keluhan tersering. Deficit fokal mendadak pada stroke dapat disebabkan perdarahan intra tumor
dengan vascular yang mneingkat atau tumor nekrosis (melanoma, choriocarcinoma, renal sel
tumor).
Table 24-1 sindroma paraneoplastik
Sindroma Tumor Keterangan
Neuropati sensorimotor Tumor paru (small cell),
lymphoma, dsb
Sindroma terbanyak; axonal
atau demyelinasi
Neuropati motorik murni Myeloma, lymphoma Paraprotein (IgG, IgM)
Neuropati sensorik murni
(ganglioneuritis)
Tumor paru (small cell) Primarily small fiber, antibody
anti-HU
Limbic encephalitis Tumor paru (small cell),
lymphoma
Agitasi, pusing, amnesia,
dementia
Cerebellar degeneration Tumor ovarium, payudara, Antibodi Anti-Yo dan anti-
Spinal extradural 1. metastasis
Intradural extramedullary
1. meningioma2. schwannoma3. neurofibroma
Intramedullary1. astrocytoma2. ependymoma
atau Tumor paru (small cell),
lymphoma
purkinje
Opsocionus-myoclonus Neuroblastoma, Tumor paru
(small cell)
Antibody anti-Ri
Necrotizing encephalomyelitis Tumor paru (small cell),
lymphoma
antibody anti-HU, prognosis
buruk
Dermatomyositis Tumor ovarium, payudara,
atau Tumor paru
Terapi dengan steroid
Lambert-eaton myasthenic
syndrome
Tumor ovarium, payudara,
atau Tumor paru (small cell),
prostat, abdomen.
Disfungsi autonomic dan
kelemahan anggota gerak
Carcinoma-associated
retinopathy
Tumor paru (small cell) dan
servik
Antibody anti-retinal
Diagnosis. MRI dengan gadolinium lebih peka disbanding CT-scan untuk mendeteksi metastasis
multiple dan merupakan pilihan untuk pencitraan. Penambahan kontras dapat sama atau “ring
pattern” ketika metastasis dengan bagian tengah yang nekrosis.
Terapi. Pembedahan disertai radiasi merupakan pilihan terapi pasien dengan “single, accessible
metastasis”. Pembedahan pada metastasis multiple merupakan kontraindikasi, namun jika salah
satu dari metastase mengancam nyawa karena ukuran atau lokasi. Bedah eksisi atau biopsy
merupakan indikasi pada pasien dengan satu atau lebih lesi di otak yang tidak diketahui sumber
primernya. Terapi “whole-brain radiation” direkomendasikan untuk pasien dengan metastasis
multiple. Dosis total 3000 cGy dibatasi dalam 10 fraksi selama 2 minggu.
Metastasis Leptomeningeal
Epidemiologi. Disebut juga meningitis karsinomatosa, metastase leptomeningeal ini merupakan
hasil dari kanker payudara dan paru, NHL & multiple myeloma.
Patofisiologi. Sel kanker mencapai leptomeningeal secara hematogen dan melalui CSF ke area
neuraxis menyebabkan persebaran diseminata. Infiltrasi neoplastik mengakibatkan deficit
multifocal otak dan saraf spinalis.
Presentasi. Kombinasi nyeri kepala dan somnolen dengan neuropati multiple merupakan tanda
bagi dokter tentang kemungkinan kanker meningeal. Pada kasus lebih lanjut, leptomeningeal
bisa didapatkan pada hidrosefalus dan kejang.
Diagnosis. Lumbal pungsi menentukan diagnosis. Dalam beberapa kasus, CSF menunjukkan
limfosit pleositosis, peningkatan protein, dan penurunan glukosa. Pemeriksaan sitologi CSF
didapatkan sel neoplastik. Kepekaan 3x tes LP sebesar 90%. MRI dapat menunjukkan
pertambahan leptomeningeal dan nodul.
Terapi. prognosa pasien dengan metastase leptomeningeal sangat buruk. Dengan 3-6 bulan
bertahan. Kemoterapi diberikan intratekal melalui LP atau “Ommaya reservoir”. Kemoterapi
menggunakan Methotrexate (12 mg/2 minggu) dan Ara-C (50 mg/2 minggu). Diberikan 2x pada
minggu pertama dan seterusnya dosis bisa diturunkan sampai CSF jernih. Craniospinal radiasi
(4000 cGy ke otak atau 3000 cGy ke tulang belakang) bisa juga untuk menurunkan kepadatan
tumor.
Metastasis Basis Kranii
Epidemiologi. Merupakan tumor primer payudara, paru, dan kanker prostat yang
persebarannya melalui hematogen. Pada pasien dengan metastase basis kranii, sekitar 50% juga
mengalami metastase ke tulang-tulang lain.
Presentasi. Ada 5 tipe sindrom klinis:
1) Sindroma orbita
Nyeri tumpul pada supra orbita, pandangan kabur, dan diplopia. Pada pemeriksaan
ditemukan proptosis, ophtalmoplegia, penurunan sensasi sepanjang n.V1
2) Sindroma parasellar
Nyeri kepala daerah frontal dan ophtalmoparesis namun biasanya tanpa proptosis.
3) Sindroma fossa kranii media
“numb chin syndrome” sepanjang n. V2 – n. V3
4) Sindroma foramen jugularis
Pendesakan tumor ke saraf sevikal 9, 10, 11 saat keluar dari frontal melalui foramen
jugularis disertai nyeri occipital atau glossopharyngeus unilateral, hoarseness, dan disfagia.
5) Sindroma condilus occipitalis
Nyeri orbita yang memburuk saat flexi leher. Pada pemeriksaan me-rigid-kan leher,
didapatkan lunak pada perabaan di sekitar oksiput.
Diagnosis. CT-scan lebih baik dari MRI dalam mengevaluasi destruksi tulang basis kranii.
Terapi. bedah reseksi dapat dilakukan jika memungkinkan, dilanjutkan dengan radiasi. Sindroma
orbital, parasellar dan fossa kranii media berespon baik terhadap radiasi.
GLIOMA
Sekitar 13.000 kasus baru glioma didiagnosa tiap tahunnya di US. Dari data statistic didapatkan
sedikit yang mengalami metastase ke CNS. Namun pada kasus yang sulit ditangani, resisten
terapi meyebabkan morbiditas menjadikan neoplasma ini menakutkan bagi pasien dan dokter.
Glioma diklasifikasikan menjadi astrositoma, oligodendroglioma, dan ependymoma.
Astrositoma
Merupakan tumor primer otak terbanyak (80%). Ditandai dengan infiltrasi dan
heterogenisitas dengan region yang berbeda dari tumor yang sama dari low-grade,
anaplastik, dan ganas. Astrositoma dapat berkembang terus menjadi ganas.
Glioblastoma Multiforme (GBM, astrositoma Grade III)
Merupakan bentuk keganasan terbanyak dari astrositoma.
Epidemiologi. Terdapat pada 60% glioma. Insiden puncak pada usia 50-60 tahun dan
meningkat pada pria disbanding wanita.
Patologi. Gambaran histology berupa hiperselular, nuklus atipik, dan multiple mitosis,
proliferasi endotel neovaskular dan nekrosis. Menunjukkan bentukan jaringan nekrotik
pada daerah yang hiperselularitas, disebut juga “Pseudopalisading”
Presentasi. Nyeri kepala (80%), perubahan status mental (50%), deficit fokal motorik
(40%), kejang (30%).
Diagnosis. Pilihan diagnosanya adalah MRI, dapat menunjukkan daerah “heterogenous
enhancement” dengan gadolinium, garis batas tidak jelas, dan hipersensitifitas pada T2.
Biopsy diperlukan untuk konfirmasi diagnosis.
Terapi. bedah reseksi merupakan cara tercepat dan lebih efektif dengan cara debulking.
Biopsy bisa dilakukan pada tumor yang mudah diakses atau letaknya dekat. Radiasi
eksternal angsung dengan batas luas efektif menahan pertumbuhan tumor untuk
sementara dengan dosis penyinaran 6000 cGy. Kemoterapi perlu menyertai radiasi,
menggunakan BCNU, CCNU, cisplatin, dan procarbazin.
Prognosis. Angka kehidupan < 1thn, 10% < 5 tahun. Usia <40 thn. Status klinis baik,
gambaran histologist, bedah reseksi total. Dengan multimodalitas terapi, angka
kehidupan membaik: kortikosteroid tunggal < 3 bulan, pembedahan 4-5 bulan,
pembedahan + radiasi 10-12 bulan.
Anaplastik astrositoma (astrositoma grade II)
Merupakan glioma dengan derajat keganasan intermedia antara GBM dan astrositoma
low-grade.
Epidemiologi. Sekitar 30% dari glioma. Insiden puncak usia 40-50 tahun.
Patologi. Merupakan tumor hiperselular dengan jumlah nucleus pleomorfisme dan
mitosis yang bervariasi. Sama seperti GBM bisa juga terdapat proliferasi neovaskular,
namun hamper tidak ada nekrosis.
Presentasi. Rata-rata gejala muncul setelah di diagnose dalam 15 bulan, dibandingkan 5
bulan pada GBM. Kejang 50%.
Diagnosis. Dengan MRI. Tumor mungin tidak bertambah jelas dengan kontras dan batas
tumor tidak jelas. Biopsy dibutuhkan untuk diagnosis.
Terapi. pembedahan tidak bermanfaat karena siat tumor yang infiltrative dan adanya
dekompresi massa. Terapi utamanya ialah radiasi fokal (5000 – 6000 cGy), namun efikasi
terapi ini belum dapat dibuktikan.
Prognosis. Angka ketahanan hidup sekitar 2 tahun.
Low Grade astrositoma (astrositoma grade I)
Merupakan astrositoma dengan pertumbuhan lambat, menginfiltrasi. Sebagian besar
tumor terletak di jaringan otak fungsional.
Insiden. Sekitar 20% dari glioma. Primer terdapat pada anak-anak dan dewasa muda.
Patologi. Sel tumor reaktifasi astrosit dengan sitoplasma ditandai dengan selularitas
derajat rendah, tanpa miosis, nucleus atipik atau proloferasi endotel.
Presentasi. Durasi lama. Gejalanya berupa kejang (65%) dapat terjadi bertahun-tahun
tergantung diagnose.
Diagnosis. MRI merupakan pencitraan terbaik. Tumor tidak dapat Nampak dengan
gadolinium. Mass effect lambat ditemukan. Biopsy diperlukan untuk membuat
diagnosis.
Terapi. pada tumor dengan infiltrasi low grade glioma dengan elemen otak fungsional
memerlukan “Gross and total resection”. Keuntungan radioterapi dibanding expectant
follow-up belum bisa dibuktikan. Radiasi dapat…