27
www.money-and-i.com Vol. 14 Feb - Mar 2011 ISSN: 2087-5975 Growth Strategies BOSS KU CEREWET... IDEAS FOR BALI Part 2 Rp. 25.000,- Gusti Ngurah Anom Paradok Pendidikan Formal

Money&I ed 14

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Money&I ed 14

Citation preview

Page 1: Money&I ed 14

w w w. m o n e y - a n d - i . c o m

Vol. 14 Feb - Mar 2011

ISSN: 2087-5975

Growth StrategiesBOSS KU CEREWET...

IDEAS FOR BALIPart 2

Rp. 25.000,-

Gusti Ngurah AnomParadok Pendidikan Formal

Page 2: Money&I ed 14

Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 3

Page 3: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 14 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 5

Saya percaya entrepreneurship adalah tulang punggung perekonomian suatu bangsa. Suatu Negara akan maju jika minimal 2% dari penduduknya menjadi entrepreneur.

Entrepreneur fokusnya kepada penciptaan nilai tambah. Kelangsungan hidupnya tergantung dari bagaimana efektifnya dia menyediakan solusi. Seorang entrepreneur mempunyai kebiasaan menyederhanakan masalah yang rumit. Seorang entrepreneur yang membuat kompleks masalah sederhana tidak akan bisa bertahan lama.

Entrepreneurial, menurut saya bukanlah semata seorang businessman. Entrepreneurial adalah semangat, value dan disiplin. Way of life.

Entrepreneurial identik dengan kemampuan visioning. To see what others can not see.

Entrepreneurial adalah creativity. To think outside the box.

Entrepreneurial adalah courage, keberanian untuk tidak goyah walaupun dikritik dan dicemooh.

Entrepeneurial mempunyai kemampuan untuk menunda kesenangan. Delay the gratification.

Bayangkan suatu Negara yang penduduknya kebanyakan berfokus kepada penciptaan nilai tambah, memberikan solusi, menyederhanakan masalah, visioner, kreatif, berani, menghargai proses, mau menunda kesenangan. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

DI BPR Lestari saya mencoba menularkan semangat-semangat ini. Saya mengenalkan konsep intrapreneur. Entrepreneurship di-dalam perusahaan. Apa itu ? Yaitu karyawan perusahaan yang menganut value dan disiplin seorang entrepreneur. Saya percaya, organisasi yang entrepreneurial akan berjaya, mengalahkan organisasi yang birokratik.

Saya menyayangkan begitu tidak imbangnya minat menjadi entrepreneur dibandingkan dengan menjadi pegawai negeri. Saya menyatangkan begitu banyaknya orang tua yang bercita-cita agar anaknya setelah lulus kuliah menjadi PNS saja. Bukannya tidak baik menjadi PNS. Yang saya sayangkan adalah timpangnya minat menjadi PNS vs Entrepreneur.

Majalah ini mencoba mempromosikan entrepreneurship. Bulan lalu, kita menampilkan pak Joger sebagai Entrepreneur of January. Untuk selanjutnya, setiap bulannya, majalah ini akan terus menampilkan profil-profil pengusaha di Bali yang mewakili value-value yang saya sebutkan di atas.

Pak Cok, Entrepreneur of Febuari, dipilih oleh Majalah ini karena keberaniannya. Karena visinya. Gebrakannya dengan Pusat Oleh-Oleh KRHISNA, mengubah gaya hidup pelancong-pelancong di Bali. Saya menilai Pusat Oleh-Oleh KRHISNA-nya sebagai ide yang orisinal, berani, dan visioner.

Ketika berbicara dengannya, terasa kerendahan-hatinya namun optimisme-nya nampak meluap-luap. Kita boleh menantikan gebrakan-gebrakan selanjutnya dari pengusaha muda yang dinamis ini. Kita membutuhkan lebih banyak lagi orang-orang seperti ini, Bali membutuhkannya, Indonesia membutuhkannya.

Semoga Majalah ini memberikan inspirasi yang bermanfaat.

Salam Dahsyat,

Alex P Chandra

07 Special Feature Ideas for BALI part 2 11 Road to Wealth Leverage, The Power To Do More

with Less

12 Economic Focus The Island of Traffic Jam?

16 Growth Strategies Boss Ku Cerewet...

18 Interview with The Millionaire Gusti Ngurah Anom

20 Entrepreneur Profile Krisna, Oleh-oleh Khas Bali

22 Financial Planning Proses Perencanaan Keuangan bagian 2

28 Innovative Business Marketbizz Media 30 Smart Family Efek Bola Salju Perekonomian

kuat… Hati-hati Tergelincir lho!

33 Polling Libur Tlah Tiba..Libur Tlah Tiba..

34 Whats New Carter Mobil Angkutan Ter-segalanya

36 Note from the Guru Meraih Mind Share Lewat Anak Muda

38 Front of Mind Michael Duke 40 Literature Cracking Zone 42 Small Business Nasi Jinggo

44 Community Enterprise Pasar Ikan Kedonganan 47 High-Tech Index

48 After Hour

50 Sneak Peek

c o nte nt s

Special FeatureIdeas for BALI part 2

Economic FocusThe Island of Traffic Jam?

Road to WealthLeverage, The Power To

Do More with Less

interview with the millionaire

Gusti Ngurah Anom

11

1812

Pimpinan Perusahaan

Alex P. Chandra

Tim Redaksi M&I Magazine

Pimpinan Redaksi

danielGABE

Redaksi:

I Pt Agus Ariawan

Reporter

Mudda

Public Relation

Annisa Era Putri

Desain & Fotografi

Kopi Panas Productions

Supported by:

Alamat Redaksi:PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 744 884www.money-and-i.com

Ilustrasi: Yana

notefromaf ri e n d

N o t e :Kritik dan saran dapat dikirimkan ke: [email protected]

07

Page 4: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 16 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 7

specia lf e at u re scontr ibutorp ro f i l e

Alex P. ChandraDirektur Utama BPR Lestari

Hermawan KartajayaAsia’s Leading Marketing StrategiestCEO Of Mark Plus. Inc & Founder of MIM

Suzana ChandraManaging Director- Lestari Living

Alex P. ChandraDirektur Utama BPR Lestari

I Made Wenten B.Kabid Support& OperationBPR Lestari

Antony JapariMarketing Director & Chief Marketing OfficerPT. AJ Central Asia Raya

Dicky LopulalanPenulis dan fasilitator kewirausahaan sosial

Pribadi BudionoDirektur BPR Lestari

Pembaca sekalian, di edisi M&I bulan Desember 2010, saya menulis betapa Bali mempunyai potensi yang luar biasa. Potensi yang jika digunakan dengan bijaksana akan membawa kesejahteraan kepada seluruh rakyat Bali. Prosperity.

Waktu itu saya mengilustrasikan Singapore sebagai contoh Negara yang secara smart, berhasil mengelola negaranya, yang sebenarnya miskin

tanpa modal apapun, menjadi sebuah Negara yang pendapatan per-kapita rakyatnya salah satu yang tertinggi di dunia.

Namun, selain potensinya yang luar biasa, kalau kita melihat kenyataannya kini, Bali mendapatkan tantangan yang luar biasa. Walaupun sebagian kecil rakyatnya tambah makmur, sepintas saya melihat terjadi pemiskinan yang sistematis. Yang kalau tidak segera diatasi, sebagian terbesar rakyat Bali akan semakin miskin ditengah pulau yang semakin gemerlap.

KonsumerismeDi tahun 1998 saya membeli sebidang tanah di Canggu. Luasnya 1500 m2 atau 15 are. Harganya ketika itu adalah 10 juta per are. Jadi saya membayarnya 150 juta. Pemilik tanah mendapatkan tanahnya secara waris dari orang tuanya. Oleh karenanya, ada tiga orang anaknya yang berhak menerima pembayaran atas tanah tersebut.

Ketika pembayaran saya lakukan, si sulung sudah tidak sabar untuk segera mengambil bagiannya.

“Untuk dibelikan mobil”, katanya waktu itu.

Perilaku seperti inilah yang menurut saya berbahaya. Menjual tanah kemudian uangnya untuk membeli mobil.

Kisah ini pernah saya tulis bertahun yang lalu di kolom Money&You BaliPost. Waktu itu saya beri judul, “Jual Bakso Beli Tanah, bukan Jual Tanah Beli Bakso”.

Bayangkan, ketika tanahnya habis, uangnya juga habis dibelikan mobil. Lima tahun mendatang, mobilnya sudah menyusut nilainya, atau bahkan sudah rusak, uang tidak ada, sawahpun sudah tidak ada.

IDEAS FOR BALI

Part 2Jadi bagaimana? Jangan jual tanah?Jadi bagaimana ? Apakah tanah-tanah pertanian di Bali tidak boleh dijual saja ?

Saya pikir, pikiran tersebut juga tidak realistis.

Saya punya sawah di Seseh. Luasnya 3,500m2 atau 35 are. Sawah itu digarap oleh seorang petani. Setiap 3-4 bulan, setelah panen, si bapak petani akan memberikan bagian saya. Setiap kali saya mendapat bagian antara 750 rb sampai 1 juta rupiah.

Saya tidak pernah berhitung, kalaupun si bapak tidak menyetor hasilnya, sayapun tidak pernah menagihnya. Namun katanya hak saya adalah sepertiga dari hasil pak tani tadi.

Bayangkan, bapak/ibu sekalian, kalau demikian saya perhitungkan bahwa sekali panen (3 bulan) seorang petani dengan luas lahan 35 are akan mendapatkan income kurang lebih 3 juta saja. Atau satu juta sebulannya. Bekerja setiap hari. Ini hasil gross, belum dipotong biaya pupuk dan bibit.

Kalau tanah tadi dijual, sekarang harganya, katakanlah 100 juta per are. Maka si petani tadi akan mendapatkan hasil penjualan tanahnya tadi 3,5M.

Jika uang 3,5 Milyar tadi di-depositokan saja, dengan asumsi bunga 7%. Maka setelah dipotong pajak, si pak tani akan mendapatkan 16,3 juta.

Page 5: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 18 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 9

specia lf e at u re s specia lf e at u re s

Bandingkan dengan hasil bertaninya yang cuma satu juta per bulannya.

Jadi anjuran untuk tidak menjual tanah bukan Cuma tidak akan efektif, melainkan juga tidak adil bagi si pemilik tanah.

Ini yang mengakibatkan banyak petani yang marah jika tanahnya dijadikan jalur hijau. Itu yang mengakibatkan penentangan dari warga jika daerahnya ternyata dinyatakan kawasan yang tidak bisa dibangun.

Jadi… disewakan saja?Kini banyak pemilik tanah yang tidak menjual tanahnya. Melainkan menyewakannya saja. Long term lease 20-30 tahun.

Memang, dengan demikian tanahnya tidak hilang. Anak dan cucunya mungkin masih bisa mendapatkan hak atas tanah tersebut.

Namun system ini memiliki kelemahan. Pertama adalah jumlah uang yang diterima tidak signifikan besarnya. Nilai sewa pertahunnya yang berlaku adalah 1% dari harga jual. Jadi jika tanahnya disewa 30 tahun, maka uang sewanya Cuma 30% saja dari nilai jualnya. Kalau kita ambil contoh tanah sawah saya yang di Seseh di-atas, maka sewa selama 30 tahun nilainya 1,05Milyar saja.

Jumlah yang tidak signifikan ini kadang kala habis hanya untuk konsumsi sehari-hari. Dan ada ‘anggapan’ uang sewa ini boleh dihabiskan karena nanti kan akan dapat uang sewa lagi.

Dengan hanya menyewakan tanah, si pemilik tanah tidak mempunyai capital yang cukup untuk berinvestasi di tempat lain. Uang hasil sewa akan lebih banyak dihabiskan untuk konsumsi sehari-hari.

Jadi anjuran menyewakan lahan, menurut saya juga bukan solusi yang tepat.

Belum lagi jika dipikirkan komplikasi legal-nya di masa yang akan datang, bahwa tanah tersebut kemudian jatuh kepada beberapa keluarga yang merupakan anak dan cucunya.

Pendidikan financial sederhana, mengajak Bali menabungMenurut saya, konversi sawah pertanian menjadi villa, hotel dan bangunan merupakan konsekuensi logis dari industri pariwisata yang merupakan back bone pulau Bali. Dan hal ini sah-sah saja, tidak perlu ditakutkan.

Value sebuah property adalah tergantung dari apa yang didirikan di-atasnya.

Tanah sawah di pinggir pantai value-nya adalah sebesar hasil panennya. Tanah yang sama akan berbeda value-nya jika diatasnya didirikan perumahan. Akan berbeda pula value-nya jika di atas tanah yang sama didirikan hotel. Value-nya pun akan bervariasi atas hotel kelas apa yang didirikan diatasnya.

Tanah tandus di pinggir tebing di Jimbaran hampir tidak ada harganya. Dipakai bertanipun tidak cocok. Value-nya meningkat ketika ternyata tanah tersebut cocok untuk villa-

villa peristirahatan karena view-nya yang spektakuler.

Jadi konversi tanah untuk dijadikan sesuatu yang bernilai lebih, tidak perlu dikuatirkan. Sebenarnya terjadi peningkatan nilai, atau istilahnya value creation.

Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar uang hasil penjualan tanah-tanah tadi tidak habis dipakai buat konsumerisme. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar uang hasil penjualan tanah tadi, di-re-investasikan kembali. Sehingga sepuluh tahun kedepan, uangnya tidak habis, melainkan berkembang sepuluh kali lipat.

Diperlukan kampanye besar-besaran “meng-edukasi masyarakat” tentang pendidikan keuangan. Financial Literacy !

Kampanyenya harus sederhana supaya dapat mudah dimengerti dan melibatkan pemuka-pemuka desa, pemuka adat dan pemimpin agama. Konsep-konsep pengelolaan keuangan dibicarakan di rapat-rapat banjar, di desa-desa dan di kampung-kampung. Diajarkan di sekolah-sekolah, mulai dari pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Pengelolaan keuangan yang pada tingkatan yang paling dasar adalah menabung dijadikan sampai pada tahapan lifestyle.

Orang-orang harus diajarkan bahwa kalau mau sejahtera maka harus mengumpulkan asset. Bahwa asset adalah sesuatu yang menghasilkan uang masuk ke dalam kantong. Bahwa barang-barang kemewahan nanti kita beli dari hasil asset-asset kita itu.

Orang-orang harus mengerti prinsip menunda kesenangan. Delayed gratification. Bukankah sudah ada kata pepatah yang diajarkan kepada kita sejak kita masih SD “bersakit-sakit ke hulu, berenang-renang ketepian”. Ajaran-ajaran itu yang harus disegarkan kembali.

Orang-orang harus mengerti bahwa yang kita inginkan adalah menjadi kaya, bukan gaya. Dan kekayaan atau kesejahteraan dicapai dari apa-apa yang kita kumpulkan (akumulasikan) bukan dari apa-apa yang kita belanjakan.

Dan seterusnya… dan seterusnya…

Pertanian vs PariwisataBapak/Ibu sekalian, konversi lahan pertanian menjadi sesuatu yang nilainya ‘lebih tinggi’ tidak perlu dikuatirkan. Sudahlah, jangan berdebat mengenai mana yang lebih penting, pembangunan pertanian atau pembangunan pariwisata. Keduanya tidak dapat dipertentangkan. Keduanya harus dijalankan. Tentunya di lokasi yang berbeda-beda.

Tanah di Sumatra sana tentu tidak bisa kita bangun industri pariwisata. Pertanian dan perkebunanlah yang cocok disana. Tanahnya flat dan luas-luas.

Saya ingat pengalaman saya beberapa tahun yang lalu, ketika itu saya masih menjadi pejabat Bank di BCA, berkeliling Kerobokan dengan Ishak Thayeb. Pak Thayeb ketika itu bercerita tentang lahan-lahan miliknya yang akan dibangunkan hotel dan villa. Saya bertanya kepadanya, “pak

kalau semua lahan anda beli dan anda bangun Villa, nanti kita makan apa ?”

Pak Thayeb berkata sambil tertawa, “Bikin sawahnya di Sumatra sana atau Kalimantan. Tanahnya luas-luas”.

Mungkin jawaban itu merupakan guyonan, but…doesn’t he make sense ?

Bapak/Ibu yang saya cintai, konversi lahan adalah sebuah keniscayaan. Jika konversinya menjadi sebuah properti yang bernilai lebih tinggi, terjadi penciptaan nilai. Terjadi akselerasi pertumbuhan.

Dan kita tidak perlu kuatir bahwa tanahnya akan habis. Yang akan habis adalah lahan-lahan yang bisa dikonversi untuk industri yang memberikan nilai lebih dibandingkan dengan pertanian. Di Bali, yang bisa dan akan terkonversi adalah lahan-lahan di pesisir pantai. Sementara itu lahan-lahan di daerah tengah dan pengunungan sampai kapanpun akan terkonservasi dengan sendirinya.

Nah makanya, yang bisa dijadikan industry pariwisata, kita optimalkan. Yang lahannya buat pertanian juga kita optimalkan. Keduanya berjalan bersama-sama, namun di lokasi yang berbeda.

Jual tanah beli tanahSalah satu kampanye yang saya sarankan untuk dilaksanakan secara massif, adalah kampanye “JUAL TANAH BELI TANAH.”

Kalau kita kembali ke contoh di atas. Kepada kisah pak tani yang mempunyai lahan 35 are di Seseh. Kalau digarap sendiri, hasilnya adalah gross 1 juta sebulan. Sedangkan kalau dijual, maka si pak tani akan mendapatkan uang 3,5 Miliar.

Uang 3,5 Miliar tadi kalau dibelikan tanah perkebunan di daerah Singaraja, Tabanan atau Bali Tengah, misalnya saja harga tanah kebu n 5 juta per are. Maka si Pak Tani tadi bisa mempunyai tanah 7 hektar. Kalau efektivitas hasil lahannya kita asumsikan sama, maka Pak Tani yang mengelola lahan 20 kali lebih luas dari tanahnya semula, akan mendapatkan hasil 20 juta sebulannya.

Bandingkan dengan hasil 1 juta sebulan, jika ia hanya menggarap tanah 35 are !

daerah pesisir akan menjadi 20 kali lipat lebih sejahtera.

Terjadi proses pensejahteraan yang dipercepat. Dan industri pertanian di Bali-pun bergairah. Lahan-lahan kosong akan diolah untuk memberikan hasil.

Jangan anti investorAda salah kaprah dalam masyarakat kita, bahwa investor kerap kali dianggap sebagai ‘perusak’. Setiap pembangunan besar pasti di-‘ganggu’.

Kemarin, pak Joger cerita kepada saya, bahwa ketika hendak membangun Teman JOGER di Luwus sana, sempat

dipersyaratkan bahwa harus menggunakan tenaga kerja lokal, minimal 40%-nya. Pak Joger menolak di-persyaratkan seperti itu. Dan berkata, “kalau begitu, tidak jadi saya membangun di Luwus”.

Investor tentu membutuhkan tenaga kerja, dan tenaga kerja lokal tentunya adalah pilihan yang paling logis. Namun jangan sampai kita ‘memeras’ para investor tadi. Pak Joger menolak untuk diintimidasi dengan pemerasan tadi.

Lihat apa yang terjadi dengan Luwus. Harga tanahnya naik, dan kemudian bermunculan toko oleh-oleh serupa. Investor mulai berdatangan. Lapangan kerja dimana-mana. Terjadi pertumbuhan. Tercipta pensejahteraan. Kalau saja pak Joger tidak jadi membangun di Luwus, ceritanya akan berbeda.

Saya pernah diajak jalan oleh kawan-kawan ke Sumba. Diajak melihat pantai yang indah-indah.

Pantainya indah-indah. Lautnya biru. Langitnya biru. Namun penduduknya miskin, sangat miskin.

Tanpa investor yang ber-investasi di pantai itu, tanpa adanya kegiatan ekonomi, selamanya penduduknya akan miskin.

Tentunya investor yang kita inginkan adalah investor yang bertanggung jawab. Yang memelihara lingkungannya. Jangan yang asal-asal-an. Oleh karenanya, pemerintah sebagai ‘pemberi lisensi’ harus disiplin, supaya investasi menjadi tepat guna. Yaitu menciptakan kegiatan ekonomi yang seimbang. Jangan setiap investasi di-‘peras’, namun kemudian semua prilaku investor di-iya-kan kalau sudah disogok.

Masyarakat jangan anti investor. Janganlah memeras-nya. Para investor itu sudah mengambil resiko yang tidak sedikit untuk berinvestasi. Mereka menciptakan kegiatan ekonomi. Memberikan kesempatan dan lapangan kerja. Mari kita dukung mereka.

Cina tahu persis bagaimana mengundang investor. Kawan-kawan saya di Bali yang diundang ke Cina, diperlakukan bagaikan raja disana. Karena dianggap akan berinvestasi di Cina.

Cina memberikan karpet merah bagi para investor yang siap membangun di negerinya. Dan setelah pengusaha tadi berhasil, selain menciptakan pertumbuhan, tentunya pemerintahnya akan mendapatkan penghasilan pajak.

Jangan lakukan sebaliknya. Setiap investor di-ganggu, diperas. Belum untung sudah di-pajak-in.

Ambil pajaknya dan marilah membangun BaliJadi, konversi lahan sudah menjadi keniscayaan. Dan saya bilang, tidak apa-apa. Toh diatasnya dibangun sesuatu yang

Page 6: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 110 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 11

road tow e a l t h

Alex P. ChandraDirektur utama

BPR Lestari

LEVERAGE, THE POWER TO DO MORE WITH LESS

specia lf e at u re s

nilainya lebih. Terjadi nilai tambah. Dan pemerintah bisa mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Pendapatan pajak atas hotel dan villa tentunya lebih besar daripada pajak yang didapat dari pak tani tadi.

Pemerintah kemudian bisa mengalokasikan tambahan pendapatan dari sektor pariwisata tadi untuk memajukan agro industri-nya. Membuat pusat-pusat studi pertanian. Membangun infrastruktur jalan-jalan, agar transportasi lancar, sehingga arus barang menjadi lancar. Memberikan pelatihan-pelatihan agar para petani maju, menyediakan benih dan pupuk, dan sebagainya. Untuk membangun industri agro ini mungkin kita perlu belajar ke Thailand sana.

Bagaimana dengan perumahan?Semua orang menginginkan punya rumah tempat tinggal. Namun yang terjadi sekarang ini, dengan kenaikan harga tanah, harga rumah di Bali merupakan salah satu yang termahal di Indonesia. Banyak penduduk Bali yang semakin lama, semakin tidak mampu untuk memiliki tempat tinggal. Banyak keluarga yang harus kost di kamar sempit. Harga kamar kost-pun semakin mahal seiring naiknya harga tanah. Kalau porsi terbesar pendapatannya habis digunakan untuk sewa kamar, bagaimana bisa menabung? Kalau tidak menabung, bagaimana keluarganya bisa sejahtera kelak? Bagaimana di kemudian hari bisa memiliki tempat tinggal buat keluarganya ?

Tidak ada pilihan lain buat kita di Bali untuk segera membuat rumah susun. Apartemen-apartemen.

Kebijakan bahwa bangunan tidak boleh melebihi 15 meter akan banyak memakan lahan. Lahan-nya akan semakin cepat habis. Dan ingat, tanah tidak diciptakan lagi. Supply-nya memang terbatas.

Sebaiknya melihat Singapore. Di lahan yang terbatas tadi, mereka membangun rumah-rumah yang naik ke-atas. Setinggi langit. KDB-nya diperkecil. Jumlah lahan yang boleh dibangun diperkecil. Mungkin hanya 30% saja yang boleh dibangun. Yang 70% tidak boleh dibangun. Dijadikan taman-taman. Jadilah Singapore kota yang padat penduduknya, namun indah dan hijau serasa berada di dalam taman

Dan agar penduduk tidak terkonsentrasi di daerah urban, perlu dibangun daerah-daerah penyangga (sub-urb). Karena di kota sudah terlalu mahal, maka orang beli saja perumahan di daerah sub-urb-nya. Terciptalah kota-kota kecil yang dengan sendirinya menciptakan pertumbuhan.

Orang akan mau tinggal di sub-urb kalau aktivitasnya di kota tidak terganggu. Maka harus dibangun prasarana transportasi yang murah dan massal. Hubungkan kota-kota penyangga tadi dengan jalur kereta api. Hal ini kan bukan sesuatu yang baru. 30-50 tahun yang lalu sudah pernah dilakukan oleh Negara-negara lain. Datang saja kesana, studi banding, dan contek disini.

Duitnya buat membangun segala hal tadi dari mana ?

Dari pajak yang di-collect atas industri pariwisata yang booming. Asalkan pajak tadi tidak dikorupsi. Kalau dikorupsi gimana? Yaa… capek deh.

“Give me a lever long enough and a place to stand, and I will move the entire earth” (Archimedes, 287-212 BC)

Leverage adalah salah satu kata terpenting yang perlu kita pahami, jika kita serius ingin membangun kekayaan. Dengan pengungkit

(lever) kita bisa memindahkan benda yang berat, yang tidak mungkin kita bisa melakukannya tanpa alat bantu. Dengan menggunakan dongkrak kita bisa mengangkat mobil untuk mengganti ban-nya. Tanpa dongkrak, mustahil bisa kita lakukan. Kecuali kita Superman .

The Power of Leverage is the power to do more with less.

Seorang bintang film, hanya membuat film sekali. Leverage terjadi ketika ribuan kopi filmnya dibuat dan filmnya diputar di seluruh dunia. Income seorang bintang film menjadi besar sekali karena factor leverage ini. Bahkan beberapa top movie star membuat kontrak bahwa penghasilannya terkait sekian persen dari hasil penjualan filmnya.

Seorang penyanyi, merekam lagunya sekali. Leverage terjadi ketika televisi dan radio memutar lagunya, dan rekamannya dikopi ribuan bahkan ratusan ribu.

Faktor leverage inilah yang membuat seseorang bisa mendapatkan income yang sepuluh kali lipat, seratus kali lipat bahkan ribuan kali lipat dibandingkan dengan orang lain yang tidak menggunakan leverage.

Ketika saya menulis artikel ini, dan kemudian artikel ini dicetak di majalah M&I, maka seketika ribuan orang yang membacanya mengenal nama saya, mengetahui ide-ide saya. Menyiapkan artikelnya mungkin hanya membutuhkan waktu sejam atau dua jam saja. Namun dengan bantuan majalah, saya bisa reach out seribuan orang. Sesuatu yang tidak mungkin saya lakukan atau akan memakan waktu yang lama sekali buat saya jika saya harus menyampaikannya satu

per satu. Demikian pula dengan artikel saya di BaliPost. Dengan menyiapkan satu artikel, dengan bantuan BaliPost, hanya bisa reach-out ratusan ribu pembaca BaliPost. Majalah M&I dan BaliPost adalah leverage saya. Alat bantu saya.

Ketika saya membeli properti, saya meminjam uang bank. Tanpa bank memberikan saya pinjaman, uang saya tidak cukup untuk membeli properti tersebut. Bank adalah leverage saya.

Seorang agent yang menawarkan properti untuk saya beli, adalah leverage saya. Demikian pula agent yang menjualkannya atau yang akan menyewakannya. Mereka adalah leverage saya. Tanpa mereka kerja saya akan payah sekali. Sekarang dengan hanya berdiam di kantor, mereka yang datang membawakan prospek-prospek investasi.

Buat saya the ultimate leverage yang sekarang ini saya miliki adalah anggota tim saya. Seluruh staff dan manajemen di BPR Lestari. Partner-partner bisnis saya, bank, media semuanya adalah leverage saya. Dengan mereka saya punya kekuatan to do more with less. Dengan mereka, kecepatan saya bekerja berlipat puluhan bahkan ratusan kali lipat dibandingkan jika semuanya saya kerjakan seorang diri.

Ada satu prinsip yang harus diaplikasikan berbareng dengan prinsip Leverage ini, yaitu prinsip sharing. Prinsip berbagi. Ketika kita meminjam uang ke bank, maka sebagian keuntungan harus kita serahkan ke bank sebagai pembayaran bunga. Agent-agent harus dihormati dan dibayar haknya. Partner bisnis kita harus dijamin hak-haknya. Tim yang bekerja bersama kita juga perlu dipelihara, dijamin hak-haknya, diperhatikan kesejahteraannya, dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Semakin banyak kita menggunakan leverage, maka semakin cepat kita membangun wealth. Namun ingat, harus berbagi. Jika kita ingin menang sendiri, maka the power of leverage akan meninggalkan kita.

Page 7: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 112 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 13

economicf o c u seconomicf o c u s

Ada virus menular menjangkiti “Pulau Surga” Bali. Namanya, kemacetan lalu lintas. Penyakit kota yang selama ini lebih dominan terjadi di Jakarta, akhirnya menjalar juga ke Bali. Ada banyak gagasan solutif yang muncul dari pemerintah, para ahli dan masyarakat umum, tapi belum ada satupun yang diimplementasikan. Padahal, kerugian sudah tak terbilang. Aneh juga rasanya, Paradise Island kok macet?

Nggak Bangetlah Yaw!!!The Island of Traffic Jam?

Oleh Dicky Lopulalan

Seorang wisatawan domestik asal Jakarta, Dominique (32) mengeluh karena mengalami kemacetan di bypass Nusa Dua. “Saya berlibur

ke Bali karena bosan macet di Jakarta. Eh, sampai sini malah kena macet. Kesal betul rasanya,”ujar pengusaha perempuan asal Jakarta ini pada M&I.

Bukan cuma Dominique yang mengeluh. Banyak wisatawan, domestik maupun manca negara, dan masyarakat Bali yang mengemukakan persoalan yang hampir setiap hari menghiasi koran-koran lokal di Bali ini. Untuk provinsi yang terkenal dengan julukan Pulau Surga ini, jelas kemacetan sangat merugikan. Bukan saja dari sisi pencitraan tapi juga dari sisi pendapatan. Banyak waktu dan biaya yang terbuang percuma serta menurunkan penghasilan sektor pariwisata.

Dosa Lama yang TerabaikanPermasalahan lalu lintas di Bali sebenarnya sudah dapat diprediksi sejak jauh-jauh hari. Sudah sejak lama transportasi publik tidak mendapatkan perhatian serius. Angkutan kota sangatlah terbatas dan hanya

Pajak progresif yang dimaksud adalah kenaikan persentase pajak sesuai dengan kepemilikan kendaraan bermotor. Besaran persentase sangat ditentukan berapa jumlah kendaraan yang dimiliki setiap orang ataupun keluarga. Artinya begini, bila sebuah keluarga hanya memiliki satu kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat, maka pajak progresif yang akan dikenakan sebesar 1,5%. Tapi, jika mereka mempunyai kendaraan kedua maka kendaraan yang kedua tersebut bakal dikenai pajak sebesar 2 persen. Selanjutnya kendaraan ketiga sebesar 2,5 persen, kendaraan keempat 3 persen. Sementara kendaraan kelima dan seterusnya akan dikenakan pajak progresif sebesar 3,5 persen. Perda tersebut direncanakan sudah efektif berlaku paling lambat akhir tahun 2010 atau awal 2011.

Komentar: Banyak pihak yang melihat penerapan pajak progresif akan membebani masyarakat karena jumlah kendaraan yang ada di keluarga terkait dengan kebutuhan warga dalam beraktifitas.

Selain dua gagasan pembatasan jumlah kendaraan tersebut, sebenarnya masih ada gagasan-gagasan lain yang muncul. Seperti, pembatasaan kendaraan yang masuk ke Bali, pemberlakuan jam-jam khusus dan pembatasan pemberian ijin nomor kendaraan. Dari ketiganya, ide terakhir berhasil diterapkan di China dan Vietnam. Pemerintah tidak membatasan penjualan kendaraan, tapi membatasi kuota pemberian ijin nomor kendaraan baru. Dengan begitu, penambahan kendaraan baru dapat lebih terkontrol dan terencana.

2. Bangun Jalan BaruSelain membatasi jumlah kendaraan, pembangunan jalan baru dipandang sebgai solusi kemacetan, khususnya di kawasan bypass Nusa Dua. Di awal tahun 2011 ini, gagasan pembangunan jalan tol Pedungan menuju Nusa Dua dianggap paling fisible dilaksanakan. Sebelumnya, sempat muncul wacana pembangunan

Provinsi, Pemerintah Pusat, bahkan komunitas investor nasional dan internasional. Ada banyak gagasan yang muncul, tidak semuanya mendapatkan sambutan positif, antara lain seperti:

1. Pembatasan Jumlah KendaraanKetika jumlah kendaraan sudah semakin tak tertanggungkan, sebagian orang dengan cepat meneriakan gagasan pembatasan kendaraan. Bentuknya macam-macam, misalnya:

Mobil Tua Dilarang MasukRencananya, larangan masuknya mobil-mobil tua dari luar daerah Bali perlu dipertegas, agar Bali tidak menjadi penampungan mobil tua dan memperparah kemacetan arus lalu lintas. Caranya dengan menegakkan dan melengkapi kembali Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembatasan Memasukkan Kendaraan Bermotor Bekas. Perda itu mengatur kendaraan bekas yang bisa masuk Bali maksimal berusia sepuluh tahun. Bahkan, untuk truk dibatasi maksimal berusia lima tahun dan bus sampai tujuh tahun. Peraturan ini akan dipadukan dengan rancangan perda tentang usaha jasa perjalanan wisata yang mengatur mengenai usia kendaraan pengangkut wisatawan.

Komentar: sebagian orang pesimis peraturan pembatasan kendaraan tua dapat efektif dijalankan di lapangan karena membutuhkan kedisiplinan pengguna dan aparat dalam menegakkan aturan. Bahkan, ada yang melihat ini menjadi celah baru dalam penyelewengan aturan.

Pajak Progresif Kendaraan“Pajak progresif ini akan diberlakukan untuk kendaraan roda empat dan dua, baik itu milik pribadi maupun pemerintahan dan institusi TNI/Polri,” ujar Kepala Biro Hukum dan Pemerintahan Provinsi Bali Dewa Eka.

melayani jalur-jalur tertentu saja. Perkembangan sektor pariwisata yang kencang tidak dibarengi dengan penyediaan sarana angkutan umum. Para pengusaha wisata pun memilih untuk menyediakan armada transportasi sendiri. Ini jelas mendorong peningkatan jumlah kendaraan dengan pesat.

Untuk masyarakat Bali yang tidak terlayani angkutan umum, solusi praktisnya adalah dengan membeli motor atau mobil. Bayangkan saja, dalam satu bulan ada penambahan sekitar 2.000 mobil dan 10.000 motor setiap bulannya. Padahal, ruas jalan tidak dapat ditambah lagi karena lahan yang mahal dan memang terbatas. Sesuatu yang sebenarnya bisa diprediksi jauh-jauh hari. Ini seperti sebuah “dosa lama” yang terbaikan selama ini dan sekarang menyeruak, menuntut perhatian pengambil kebijakan.

Berbagai Gagasan MengemukaKemacetan di Bali menjadi perhatian banyak pihak. Bukan cuma wisatawan domestik seperti Dominique saja, melainkan juga masyarakat Bali, Pemerintah

Page 8: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 114 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 15

economicf o c u s

Bali dan PT Kereta Api Indonesia menandatangi Memorandum of Understanding (MoU) untuk pembangunan jalur kereta api di Bali. Selain sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan di Bali. Kereta api juga menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun asing. Kereta api yang akan menghubungkan Bali bagian selatan dengan bagian utara diharapkan juga menjadi alat pemerataan persebaran wisatawan. Setelah MoU ditandatangani, akan dibentuk tim kerja untuk membahas tindak lanjut dan rencana aksi penyelenggaraan kereta api mulai Januari 2011. Jalur kereta api tersebut rencananya akan sepanjang 565 km mengelilingi Pulau Bali. Proyek ini diharapkan rampung di tahun 2015.

Komentar: Dibandingkan gagasan-gagasan lain di atas, gagasan ini sangatlah menarik dan tepat. Kereta api akan menjadi angkutan massal yang mengurangi beban jalan raya yang disebabkan oleh mobilitas warga dari luar daerah. Geografi Pulau Bali yang didominasi dataran rendah juga dipandang aspek yang sangat menguntungkan.

jalan tol Serangan-Tanjung Benoa, jalan layang di kawasan Dewa Ruci, jalan layang menyisiri hutan bakau, dan terowongan bawah laut, untuk mengurai kemacetan di jalur bypass Nusa Dua ini.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali Made Santa, pemerintah pusat telah menyatakan komitmen mendukung rencana ini. Ia mengatakan, proyek pembangunan ini akan dikerjakan lewat konsorsium yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, PT Jasa Marga, PT Angkasa Pura I dan Bali Tourism Development Corporate (BTDC). Ia mengatakan, jalan tol panjangnya mencapai 11,5 kilometer dengan perkiraan biaya mencapai Rp 1,4 trliun. “Jalan tol tersebut juga akan menghubungkan Bandara Ngurah Rai,” kata lelaki asal Batubulan, Gianyar itu. Rencana ini akan dilaksanakan secepatnya untuk menyongsong pelaksanaan pertemuan APEC 2013

Komentar: Pembangunan jalan baru bukan perkara gampang dan tidak menyelesaikan persoalan kemacetan di Bali dalam jangka panjang. Selain urusan pembebasan lahan dan kerumitan pembangunan (banyak yang pesimis dapat diselesaikan pada 2013), peningkatan jumlah kendaraan tetap akan membebani jalan baru ini.

3. Transportasi Publik“Busway” Transarbagita

Sejak awal 2010, di Bali beredar wacana rencana beroperasinya angkutan umum Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) pada pertengahan tahun. Ide ini merujuk pada keberhasilan transjakarta dan transyogyakarta. Banyak pejabat dan elite pemerintahan Bali melihat, rencana ini akan mengurai persoalan kemacetan lalu lintas, khususnya jalur keempat kabupaten/kota tersebut di atas. Masyarakat akan diuntungkan karena akan bepergian dengan nyaman dan tarif terjangkau. Pemerintah pusat akan memberikan subsidi dan membantu pengadaan 60 unit bus mini.

Komentar: Sampai awal 2011, rencana ini belum terwujud. Bantuan 20 bus tahap pertama (2010) belum datang. Di media massa, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, baru pada Februari 2011 ini rencana tersebut dapat terelisasi. Di luar kendala teknis, sebagian pihak pesimis rencana ini dapat mengatasi persoalan kemacetan karena transarbagita masih membebani ruas jalan yang terbatas. Boleh jadi, kemacetan akan semakin parah karena mempersempit ruas jalan kendaraan lainnya.

Kereta Api Bali

Baru-baru ini, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Perhubungan, Pemerintah Provinsi

Libatkan Semua PihakApapun gagasan yang dipilih, sudah waktunya memang pemerintah dan pengambil kebijakan untuk melibatkan partisipasi pemangku kepentingan, termasuk masyarakat. Sudah begitu, diharapkan solusi yang diambil berpihak pada kepentingan publik, memenuhi aspek keadilan dan mendorong kedaulatan ekonomi rakyat. Kalau tidak, maka persoalan kemacetan tidak akan teratasi dan menjadi bom waktu di masa mendatang yang jelas akan sangat merugikan posisi tawar Bali sebagai destinasi wisata terbaik di dunia saat ini. Bukan tidak mungkin para wisatawan mengalihkan tujuannya ke tempat-tempat lain hanya gara-gara tidak tahan dengan kemacetan lalu lintasnya. Kalau sudah begini, jelas akan sangat banyak yang dirugikan. Lagi pula, sangatlah tidak pantas jika Paradise Island dan Island of Gods ini ditinggalkan hanya gara-gara kemacetan lalu lintas. Masa julukan Bali jadi Island of Traffic Jam? Nggak banget lah yaw!! (Dari berbagai sumber).

Page 9: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 116 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 17

bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla... bla bla bla...

I Made Wenten B.Kabid Support

& OperationBPR Lestari

BOSS KU CERE WE T. . .Pekerjaan bernilai 7, tidak akan diterima oleh Boss yang bernilai 9...

Alasan pertama yang paling banyak disampaikan oleh mereka

adalah “pekerjaannya tidak menyenangkan”.

Alasan berikutnya yang cukup sering disampaikan mereka adalah…

Bossku cerewet.

growths t rate g i e sgrowths t rate g i e s

Bulan lalu saya bercerita tentang hasil “ngobrol” dengan para pelamar pada waktu wawancara pekerjaan. Dari sekian pelamar yang diwawancara,

sebagian dari mereka ternyata sudah pernah bekerja di tempat yang lain.

Dari ngobrol santai dengan para pelamar tersebut, para pelamar yang sudah pernah bekerja di tempat lain itu banyak bercerita. Ceritanya tentang “alasan kenapa mereka memilih berhenti bekerja di tempat sebelumnya”.

Alasan pertama yang paling banyak disampaikan oleh mereka adalah “pekerjaannya tidak menyenangkan”.

Pastilaaa…ah, mana ada pekerjaan yang menyenangkan. Karena bekerja memang di-takdirkan untuk tidak menyenangkan. Liburan, baru menyenangkan. Yang membuat pekerjaan itu menyenangkan adalah hasil yang akan diterima, apabila pekerjaan itu terselesaikan dengan baik.

Jadi daripada terus-menerus mencari pekerjaan yang menyenangkan, saya pikir lebih baik lakukan dan nikmati menu pekerjaan yang ada dihadapan kita. Lakukan sambil membayangkan, berapa upah, gaji, insentif, hadiah serta manfaat yang akan kita dapatkan dari pekerjaan ini.

Penasaran saya bertanya “Pekerjaan sebelumnya anda sebagai apa?”. “Sebagai SPG, Pak!” jawabnya singkat.

Ya…iya lah. Dari jaman Majapahit sampai nanti jaman kuda pakai HandPhone, SPG itu kerjanya lebih banyak berdiri… Dan masih untung anda melamar sebagai SPG. Coba anda melamar sebagai atlet, bisa-bisa anda diminta lari dari pagi sampai sore. (Ingat anda berjanji tidak tertawa, cukup tersenyum saja!!!).

Steve Jobs tidak ingin, keruwetan para pembeli PC (personal computer) pada saat merangkai komponen dialami juga oleh pembeli Apple. Seperti kita tahu bahwa PC itu terdiri dari beberapa komponen terpisah. Seperti monitor, kabel monitor, cpu, kabel cpu, keybord, mouse, stavolt, kabel power. Dan tidak semua orang bisa merangkai komponen ini dengan benar.

Dia ingin komputer Apple, itu sederhana. Gampang untuk digunakan. Dan tidak membingungkan orang awam yang gaptek. Dia ingin semua pembeli komputer Apple, bisa langsung menghidupkan dan menggunakan komputer Apple pada saat mereka selesai mengeluarkan komputer Apple dari dus.

Steve Jobs cerewet karena dia ingin memberikan kesan luar biasa kepada para pembeli komputer Apple.

Jadi, salah satu alasan seorang boss itu cerewet adalah karena dia selalu ingin memberikan hasil yang bagus. Oleh karena itu dia selalu menuntut hasil yang bagus juga kepada kita. Hanya dengan dikelilingi oleh tim bagus, yang memberikan hasil bagus yang menjamin dia bisa memberikan hasil yang bagus pula.

Pekerjaan Bernilai 7, Tidak Akan Diterima Oleh Boss yang Bernilai 9...

Cobalah memberikan hasil dari sebuah pekerjaan dengan kualitas bernilai 7 kepada boss yang selalu berkomitmen untuk menghasilkan sesuatu dengan nilai 9!

Maka yang terjadi adalah, kita akan dicerewetin. Ini kenapa begini? Itu kenapa disitu? Ininya kurang halus! Warnanya jangan begini! Ininya sebaiknya dibeginiin! Nah lho…

Yang terjadi pada saat itu adalah boss kita sedang melakukan penyempurnaan terhadap pekerjaan kita. Agar pekerjaan kita yang bernilai 7 bisa disempurnakan di beberapa hal agar kualitasnya meningkat menjadi bernilai 9.

Yang terjadi pada saat itu adalah boss kita sedang menanamkan nilai-nilai 9 kepada kita yang menganut nilai-nilai 7. Apabila kita berhasil melewati proses ini, maka kualitas kita akan meningkat dari 7 ke 9. Dan pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan akan memiliki standar kualitas 9.

Jadi, selamat men-cerewet-i dan di-cerewet-i!!!!!!

Sebentar dulu, ada cerita lucu. Tapi tolong jangan tertawa, cukup tersenyum saja. Karena ini cerita tentang teman saya, nanti dia tersinggung. Akibatnya bisa parah, bisa-bisa saya tidak disapa 1 bulan. Dan untuk menenangkannya, saya harus mentraktir 1 bulan tanpa putus. Berabe… berbahaya … Tidak kuat…

Pada waktu wawancara pekerjaan, teman saya bercerita alasan kenapa dia berhenti bekerja di tempat sebelumnya. Alasannya adalah “dia tidak senang dan capek terus berdiri”. “Bayangkan Pak! Saya harus berdiri dari mulai kerja, sampai jam kerja selesai”, begitu curhatnya dia dengan semangat.

Alasan berikutnya yang cukup sering disampaikan mereka adalah …

Seratus!!! Anda benar. Jawaban dari titik-titik diatas adalah Bossku cerewet.

Ada sebuah cerita tentang Donald Trump. Kita tahu, bahwa Donald Trump itu seorang pengusaha properti. Dan kita tahu juga bahwa dia selalu membangun sesuatu yang luar biasa, yang biasanya menjadi icon di daerah tersebut.

Sewaktu memantau pengerjaan salah satu hotelnya, salah satu mandor yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan interior memberikan laporan. “Pak, tampilan ini sudah cukup bagus”.

Mendengar laporan tersebut, Donald Trump langsung memecat mandor tersebut. Alasannya ternyata, Donald Trump tidak mau menerima hasil pekerjaan dan memiliki karyawan yang hanya memberikan nilai CUKUP.

Dia hanya mau memiliki karyawan yang luar biasa yang memberikan hasil yang luarbiasa pula. Hanya dengan dikelilingi oleh tim yang luar biasa dia mampu membuat karya yang luar biasa pula.

Ada sebuah kisah lagi tentang Boss yang cerewet, kali ini tentang Steve Jobs. Boss Apple. Steve Jobs, sangat detail dan cerewet menyusun pengemasan dan desain komputer desktop yang akan dijual.

Page 10: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 118 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 19

interviewwiththemillionaireinterviewwiththemillionaire

Oleh Mudda Bima

Krisna Oleh-Oleh Khas Bali saat ini menjadi terbersar di Bali. Memiliki empat gerai, paling besar di Sunset Road. Siapa aktor di balik itu? Yuk, kita temui biangnya,

Gusti Ngurah Anom (39), pengusaha sukses yang sangat inspiratif. Ia biasa di sapa Pak Cok, tampil bersahaja, bicara lugas dan ramah. Pak Cok menjadi paradok pendidikan formal di negeri ini, sebab meski hanya tamatan SMP, insting kewirausahaannya jauh melampaui sekat-sekat pendidikan formal. Fenomena Pak Cok seakan mengatakan, “tak perlu sekolah tinggi, tak perlu jadi konseptor handal dan tak perlu berteori bila ingin menjadi entrepreneur sukses. Kejujuran, kerja keras dan kecepatan bertindak adalah kunci sukses.”

M&I: Kali ini kami ingin menggali lebih dalam, bagaimana cerita masa kecil, pengalaman hidup, hingga jalan yang mengantarkan Anda pada kesuksesan. Semoga pengalaman tersebut dapat menjadi pelajaran berharga yang akan menginspirasi pembaca M&I. Apakah sejak kecil sudah punya cita-cita menjadi pengusaha?

Pak Cok: Enggak, kog. Saya berasal dari keluarga miskin. Bahkan saya tidak tahu, pengusaha itu apa.

M&I: Di mana Anda melewati masa kecil?

Pak Cok: Di Singaraja. Saya asli Gianyar, lahir di Seririt, Singaraja. Bapak saya petani. Ibu pedagang kue di pasar. Saya anak bungsu dari 7 bersaudara. Saudara yang lain kebanyakan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Di sini saya merasa salut dengan orangtua saya. Bekerja keras sehingga anak-

Gusti Ngurah AnomParadok Pendidikan Formal

anaknya berhasil. Nah, apesnya saya, sebagai anak terakhir, seiring berjalannya waktu, kemampuan kerja ayah semakin menurun. Saya tak punya biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Saudara-saudara pun tak mampu berbuat banyak, sebab meski PNS, kondisi ekonomi mereka waktu itu pas-pasan.

M&I: Kalau boleh tahu, kapan pertama kali mendapatkan target omzet 1 milyar?

Pak Cok: Setelah Krisna 1 dibuka sejak 16 Mei 2006, saya mencapi target tersebut.

M&I: Kalau sekarang, berapa lama untuk mencapai target tersebut?

Pak Cok: Tak lama, hanya dalam hitungan hari saja. Kalau dibandingkan bank, yah masih menang Krisna lah. Ha ha ha… Walaupun Krisna dianggap sebagai usaha kecil, tetapi perputarannya cepat. Saya pikir, bisnis yang paling bagus itu bank, properti dan oleh-oleh. Yang paling enak, yah oleh-oleh. Cuma, tidak gampang. Kadang orang langsung melihat hasilnya, tidak tahu bagaimana perjalanannya.

M&I: Kalau ditelusuri kembali perjalanan usaha Anda, dari nol hingga sebesar seperti sekarang ini, apa ada sistem yang dirancang sebelumnya? Atau berjalan begitu saja?

Pak Cok: Terus terang, saya tidak punya perencanaan di atas kertas. Karena spontanitas yang saya pakai. Begitu ada kesempatan, saya ambil. Karena tidak ada kesempatan kedua kali. Contohnya, saya mendapatkan lahan yang berlokasi di daerah Tuban itu, tidak gampang mendapatkan lahan di situ. Orang berlomba-lomba mendapatkan lahan di daerah itu. Tempat makan yang paling strategis di sana. Nah, begitu ada kesempatan, saya ambil

M&I: Apakah itu berarti keputusan diambil berdasarkan insting?

Pak Cok: Iya. Setelah keputusan diambil baru kemudian saya melaporkan pada isteri. Kalau saya ijin dulu, nanti malah kebanyakan terjadi salah-paham, akhirnya menimbulkan keragu-raguan dalam mengambil keputusan. Di saat-saat tertentu, kita tak boleh ragu-ragu mengambil keputusan.

M&I: Bila dibingkai kembali pengalaman-pengalaman yang diceritakan oleh Anda, biasanya yang lain merancang sistem dulu, lalu mengikuti rambu-rambu sistem yang dibuat. Seluruh pengalaman tersebut kalau dirangkaikan maka akan menjadi sistem itu sendiri.

Pak Cok: Makanya sering saya bilang dalam beberapa kesempatan, saat diundang sebagai pembicara oleh mahasiswa, ”adik-adik mahasiswa harus bisa lebih dari saya. Kalau menjadi karyawan saya, rugi. Dan saya nggak mau terima. Saya yang tamatan SMP saja bisa. Mulailah berpikir. Bolehlah berteori. Kalau bisa, praktek dulu, baru berteori. Karena kalau kita berteori, menurut saya, tindakan kadang-kadang menjadi lambat. Berbulan-bulan membuat perencanaan. Kalau terus berteori, yah nggak jadi-jadi. Kalau sudah punya gagasan, udah, langsung dikerjakan. Laksanakan dengan segala kemampuan yang dimiliki. Saya sarankan pada adik-adik mahasiswa ini, sambil sekolah bisa sambil praktek,” begitu saran saya.

M&I: Apakah, seluruh pengalaman tadi, yang kalau dirunut menjadi sistem, bisa diajarkan pada orang lain?

Pak Cok: Tergantung orangnya. Karakter orang juga beda-beda. Begini, yang namanya usaha itu pasti ada naik-turun. Kalaupun suatu saat nanti Krisna turun, yah paling nggak, pernahlah saya berada di atas. Dulu saya orang miskin, sekarang berhasil, kalaupun suatu saat saya turun kembali, saya sudah terbiasa. Tapi, sesusah-susahnya, masih ada aset. Saya sering bilang pada anak-anak saya, “jangan terlalu sombong, jangan terlalu PeDe sekali. Karena kalau bapakmu bisa, kalian belum tentu bisa. Mohon jaga nama baik orangtua.

M&I: Bagaimana Anda mempersiapkan generasi berikutnya, sebagai penerus Anda?

Pak Cok: Mudah-mudahan anak-anak saya nanti dapat meneruskan.

M&I: Apakah ada pelajaran penting yang pernah dipelajari, baik dari pengalaman atau hal-hal khusus, sehingga punya prinsip.

Pak Cok: Kebetulan dulu, saya mendapat kesempatan bekerja di Sidarta Konveksi. Dan Pak Sidarta, orangnya sangat spiritual. Beliau sangat bijak. Dari beliaulah saya mendapatkan pelajaran penting yang bermakna dalam hidup saya. Selama 3 tahun saya pernah ikut kegiatan spritual dengan beliau. Mengikuti TM (Transcendental Meditation). Di sana diajarkan bagaimana kita mengenal diri kita sendiri. Kita mengetahui makna hukum karma, kita harus sabar menerima apapun permasalahan yang kita hadapi selama kita hidup. Dengan belajar seperti itu, paling tidak emosi bisa kita kontrol. Kita mesti ikhlas menerima dan menjalankan apapun yang diamanatkan pada kita. Untung, rugi, susah, senang, itu semua pasti ada maknanya. Kita hadapi saja dengan ekspresi biasa-biasa saya, alias tak berlebihan. Ajaran TM itu saya gunakan untuk diri saya sendiri.

M&I: Bagaimana Anda mengakselerasi sisi spritualitas dengan dunia bisnis yang Anda jalankan?

Pak Cok: Bahwa hidup itu memang tidak gampang. Selama hidup kita tentu dihadapkan pada masalah. Dalam ajaran spiritual mengajarkan kita bagaimana berbicara yang santun, bersikap ramah, bertutur yang lembut dan sebagainya. Saya merasakan betul manfaatnya ketika kita mengaplikasikan dalam dunia bisnis. Kita menjadi pribadi yang dusukai. Dengan mengintegrasikan ajaran spiritual, kita dapat mengambil keputusan-keputusan yang bijaksana. Jiwa saya, jiwa ngayah (berbakti). Saya mencintai Bali dan ingin berbuat yang terbaik untuk Bali. Saya ingin Bali selalu damai. Saya ingin meninggalkan nama baik. Kekakayaan tak berarti apa-apa, bila tidak bermanfaat bagi diri, lingkungan dan masyarakat sekitar.

M&I: Apa saran Anda kepada saya dan pembaca M&I agar meraih kesuksesan sebagai entrepreneur?

Pak Cok: Kunci keberhasilan itu kejujuran. Kedua, kerja keras. Ketiga, kontrol emosi alias bijak dalam mengambil keputusan. Jangan cepat menyerah ketika gagal. Dari gestur tubuh, cara makan dan cara jalan saja itu harus gesit dan cepat. Kalau saya makan, biasanya tak lebih dari sepuluh

menit. Hal-hal semacam ini perlu dibiasakan, sebab kalau kita kalah cepat mengambil keputusan dan bertindak, tak ada lagi kesempatan kedua.

M&I: Kebiasaan apa lagi yang perlu dibiasakan untuk menjadi seorang entrepreneur?

Pak Cok: Jangan ragu mengambil keputusan.

M&I: Apa warisan yang ingin ditinggalkan?

Pak Cok: Kebetulan saya aktif di masyarakat. Di desa saya, di Gianyar ada 8 Banjar. Saya berusaha untuk memberikan dukungan dengan kemampuan yang diamanatkan kepada saya. Karena Desa tempat tinggal saya, saya anggap sebagai rumah saya, maka saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Saya konsen dalam penataan lingkungan. Selain di Gianyar, saya juga berusaha melakukan yang terbaik untuk Desa tempat saya melewatkan masa kecil di Singaraja. Di sana saya sedang membangun alun-alun, tempat rekreasi masyarakat. Konsepnya natural dan memperhatikan lingkungan. Tidak terlalu banyak menggunakan listrik, semuanya manual. Saya sudah siapkan lahan seluas 3 Ha. Permainan anak-anak yang sifatnya bernilai pendidikan. Misi saya di sana, misi sosial.

M&I: Apa lagi kegiatan sosial Krisna?

Pak Cok: Saya bukannya ngecap, yah. Dalam merekrut karyawan, saya mengutamakan mereka yang berasal dari panti asuhan, mantan pemandu wisata, dan mantan sopir. Kalau tidak ada lagi, baru merekrut yang di luar itu. Kenapa saya mengutamakan mereka yang berasal dari Panti Asuhan? Sebab mereka perlu diberikan kesempatan dalam memajukan taraf hidup. Pemandu wisata dan sopir taxi adalah mereka yang sangat berjasa kepada usaha saya.

M&I: Selain Krisna Oleh-oleh saat ini, apakah ada peluang lain yang Anda lihat, namun belum sempat dikerjakan?

Pak Cok: Seperti yang saya sampaikan tadi, yah taman rekreasi. Menurut saya, taman rekreasi itu adalah sebuah bidang bisnis yang bisa memberikan dua nilai, yakni nilai ekonomis dan nilai sosial. Di sana kita bisa menawarkan konsep bermain sekaligus mengandung edukasi pada anak-anak dan masyarakat umum. Taman rekreasi yang akan saya bangun nanti, akan menjadi tempat yang memberikan inspirasi pada anak-anak agar menjadi anak-anak yang kreatif. Makanya, segala bentuk permainan di sana nanti tak sekedar mengandung unsur hiburan. Unsur edukasi dan kreatifitas menjadi prioritas.

Page 11: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 120 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 21

entrepreneurprofileentrepreneurprofile

Di Jalan Danau Buyan, Sanur ia numpang tinggal di pos satpam sebuah hotel. Dengan menyanggupi membersihkan halaman hotel dan mencuci mobil

pemilik hotel, ia juga mendapat imbalan makan gratis setiap hari. Penghasilan tambahan ia peroleh dengan mencuci mobil tamu hotel. Selain di hotel tempat menumpang, ia juga mencuci mobil tamu hotel sekitar, atas inisiatif sendiri. Esok paginya, ia memberitahu pemilik mobil. Pemilik mobil pun memberi imbalan berdasarkan kerelaan. Ada pula yang tak memberi imbalan, malah menggerutu, karena mencuci tanpa diminta. Dua tahun ia bekerja sebagai pencuci mobil malam hari untuk menyambung hidup.

Cuplikan cerita di atas adalah kisah sekitar 24 tahun yang silam. Anak lelaki itu tak lain, ialah Gusti Ngurah Anom alias Pak Cok. Pemilik Krisna Oleh-oleh Khas Bali, terbesar di Pulau Dewata, bahkan terbesar di Indonesia. Semua orang tahu Krisna berhasil “merajai” pusat oleh-oleh khas Bali, sedikit yang tahu bagaimana perjuangan Pak Cok dalam merintis usaha menuju gerbang kesuksesan.

Cikal BakalPak Cok remaja sempat terkena gejala reumatik, sebab setiap malam bergelut dengan air. Akhirnya, ia mulai bekerja di Sidarta Konveksi. Tugasnya di sana all round, karena ia hanya tamatan SMP dan belum memiliki keterampilan. Pak Cok membantu di semua bagian. Pak Cok mendapat banyak pelajaran dari senior yang bekerja lebih dulu di sana. Setelah

KrisnaOleh-oleh Khas BaliMerangkak dari “Nol”, Melaju Bagai KilatSiang itu matahari bersinar cerah. Di Terminal Ubung, seorang anak lelaki berusia sekitar 15 tahun tengah berjalan kaki. Ia menuju kawasan Sanur. Ia menempuh jarak sekitar 17 kilometer, menyusuri sungai, melewati sawah. Sengaja ia menyusuri sungai, sebab bila menyusuri jalan raya, ia akan haus, sedangkan tak sepeserpun uang di saku untuk sekedar beli minuman. Sesekali ia turun ke sungai untuk menghalau rasa haus dengan air sungai. Saat rasa lapar menyerang, ia bertahan dengan semangka atau pepaya dari kebun sekitar. Ayahnya yang semakin renta tak mampu lagi membiayai sekolah ke jenjang SMA. Setelah menumpangi truk dari Singaraja, ia putuskan merantau ke Denpasar tanpa bekal.

pekerja lain pulang, Pak Cok memanfaatkan waktu belajar memotong, menjahit dan sablon. Malam hari ia tidur di sana, di tumpukan rak-rak kain.

Pak Cok belajar otodidak selama 6 bulan. Senior-seniornya kaget melihat begitu cepat Pak Cok menguasai semua bidang. Mereka tak tahu, aktivitas apa yang dilakukan Pak Cok malam hari. Dalam waktu setahun, keadaan berubah. Kalau dulu Pak Cok menjadi junior, sekarang ia menjadi senior bagi pendahulunya. “Keadaan ini berubah karena saya punya inisiatif sendiri, antusias dan melakukan segalanya dengan sepenuh hati. Dalam waktu setahun saya diberi kepercayaan oleh Pak Sidarta, bos saya. Saya tidak tahu kenapa, mungkin atas penilaian cara kerja dan hasil kerja saya. Saya sering diajak kemana pun oleh Pak Sidarta. Saya diajak sharing, diajak curhat. ‘Bapak yakin, suatu saat kamu pasti berhasil,’ ungkap Pak Sidarta pada saya waktu itu. Sebuah ungkapan dukungan moril kepada saya,” tutur Pak Cok gamblang.

cicil per bulan.’ Awalnya diminta sekaligus. Tapi, karena saya terus merendah, memohon, akhirnya dikabulkan,” kata Pak Cok dengan nada semangat.

Bendera Krisna Mulai BerkibarPak Cok mengaku, proses promosi dari tahun 1994-2000 itu cukup lama untuk mencapai target. Tahun 2001 baru bisa membeli lahan, Krisna 1 sekarang. Luas lahan 6,5 are seharga Rp 1,3 milyar. Pak Cok meminjam uang di BDB (Bank Dagang Bali) waktu itu sebagai tambahan investasi. Sertifikat tanah digunakan sebagai agunan. Tahun 2001 beban semakin bertambah. Beban perusahaan maupun beban keluarga. Seiring berjalannya waktu, tahun 2006 Cok Konveksi semakin menanjak. Bahkan antara Cok Konveksi dan Sidarta Konveksi mulai seimbang. Meskipun sebagai mantan anak buahnya yang harus bersaing, Pak Cok tetap menganggap Pak Sidarta sebagai gurunya yang selalu beri dukungan.

otomatis akan sepi. Selain itu, bulan Juni akan masuk liburan anak sekolah. Bulan Juni – Juli, di Art Center juga ada PKB (Pesta Kesenian Bali) yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Saya cukup percaya diri membaca kesempatan-kesempatan itu. begitu saya buka di sini, target saya ternyata tercapai,” tutur Pak Cok.

Kunjungan semakin ramai. Pak Cok mulai berpikir lagi untuk mencari lahan yang lebih luas. Kebetulan dapat lahan di Jalan Nusa Kambangan. Akhirnya, tanggal tanggal 16 Mei 2008, Krisna 2 di Jalan Nusa Kambangan resmi dibuka. Ternyata, Jalan Nusa Kambangan itu tak boleh dilalui oleh bis. Setelah Krisna Oleh-oleh buka di sana, akhirnya diijinkan, khusus untuk bis yang ke pusat oleh-oleh, Krisna dan Airlangga. Semakin lama jalan jadi macet. Pak Cok merasa tidak enak dengan masyarakat setempat dan Dinas Perhubungan. Pak Cok berinisiatif untuk ekspansi lagi, dengan lahan yang lebih luas.

Akhirnya, tanggal 16 Mei 2009, membuka lagi gerai di Sunset Road, dengan luas 5000 meter per segi, awalnya. Awalnya tempat itu sepi. Tak lama berselang ternyata, di Sunset Road lebih ramai. Kawasan Sunset Road cukup strategis. Dekat dengan Pantai Kuta dan tak ada kemacetan. Pengunjung merasa nyaman datang ke sana. Semakin hari semakin membludak. Parkirannya semakin sesak. Pak Cok ekspansi lagi dengan menambah lahan di situ 8000 meter per segi. Tanggal 29 November, diresmikan oleh Gubernur Bali.

Setiap hari ada sekitar 70 bis dan sekitar 150 mobil kecil. “Saya berani katakan, itu adalah pusat oleh-oleh terbesar di Bali. Bahkan, Krisna 2 saja saya berani katakan oleh-oleh terbesar di Bali. Saya ingin membuat konsep pusat oleh-oleh itu dengan parkiran yang luas. Kemudian memperhatikan kebersihan lingkungan dan kenyamanan, agar tak mengganggu lingkungan setempat. Kita pun mesti mengajak kerjasama

masyarakat setempat,” ujar Pak Cok.

Pak Cok memperhatikan banyak pengunjung masih berdatangan di atas jam 10 malam. Keramaian kehidupan malam di kawasan Kuta cukup menarik perhatian Pak Cok. Akhirnya, 16 Mei 2010, Pak Cok meluncurkan Krisna 4, pusat oleh-oleh 24 jam, berlokasi di Jalan Raya Tuban, tak jauh dari Bandara Ngurah Rai. Krisna 24 jam pertama di Indonesia, dan mungkin pertama di Dunia. Awalnya, orang mulai khawatir, kok berani buka 24 jam. Tamu dari mana? Tak lebih dari sebulan, Krisna 4 semakin ramai. Bahkan puncak keramaian terjadi di atas jam 10 malam hingga jam 4 pagi.

“Dulu saya orang yang paling miskin di desa. Tak punya biaya untuk melanjutkan sekolah. Hanya sampai SMP. Sekarang saya diberi kelebihan rejeki. Bagi saya, semua ini tak akan ada artinya bila tak bermanfaat bagi diri, keluarga, dan orang lain. Jiwa saya, jiwa ngayah (berbakti). Saya ingin berbuat yang terbaik sebagai ngayah saya untuk kedamaian dan kemajuan Bali sebagai tanah kelahiran saya,” tutur Pak Cok mengakhiri pembicaraan dengan Mudda Bima, reporter M&I.

Oleh Mudda Bima

Berawal dari Cok KonveksiPak Sidarta selalu mendukung Pak Cok. Akhirnya, Pak Cok mulai membuka usaha kecil-kecilan, namanya Cok Konveksi. Lokasinya di depan Art Center, Jalan Buluh Indah, Denpasar. Tempatnya sangat kecil, sekitar 7x6 meter. Tahun 1990 – 1994 Cok Konveksi bekerja sama dengan Sidarta Konveksi. Cok Konveksi sebagi toko penjualan, Sidarta Konveksi penyuplai barang.

Setelah tahun 1994, Pak Cok benar-benar ingin mandiri. “Saya sampaikan pada Pak Sidarta dengan tulus dan rendah hati, ‘saya benar-benar ingin mandiri. Saya ingin merubah hidup saya. Saya capek menjadi orang miskin,’ ungkap saya memohon. Terus terang saya memang orang paling miskin di kampung saya waktu itu. Akhirnya, dikabulkan oleh Pak Sidarta. Namun, aset yang terkumpul sebelumnya harus dibagi. Setelah dihitung semua, ketemu nilai total Rp 60 juta. Nilai sekian itu kan, nilai di atas kertas, uangnya nggak ada. Itu nilai aset. Mau tidak mau, karena saya ingin mandiri, saya setuju. Saya katakan pada Pak Sidarta, ‘untuk bagian Bapak yang Rp 30 juta, saya pinjam dulu. Akan saya kembalikan

Pak Cok mulai memikirkan untuk membuka usaha lain. Ia mulai melirik kira-kira usaha apa yang baik. Pak Cok berpikir untuk melakukan ekspansi. Bermodalkan keterampilam memotong dan mejahit, Pak Cok dan isteri memutuskan untuk membuka butik. “Saya kursuskan istri saya kursuskan di Susan Budiarjo, Jl.Pulau Kawe. Selama kursus 6 bulan, ternyata isteri saya terpilih sebagai peserta terbaik. Istri saya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan tingkat lanjut di Jakarta dengan biaya gratis. Karena saya dengan isteri baru merintis usaha, tawaran itu ditolak. Akhirnya saya ubah. Tak lagi meneruskan butik,” kata Pak Cok menjelaskan.

Selama sebulan, Pak Cok bersama isteri keliling Denpasar dan Gianyar untuk melakukan survei. Pak Cok melihat Pasar Sukawati sangat ramai. Pusat oleh-oleh di Denpasar juga demikian. Dari hasil survei itu, ternyata kaos khas Bali yang paling diminati. Pak Cok melihat ini sebagai peluang emas. Ia berpikir untuk produksi sendiri. Akhirnya, tanggal 16 Mei 2006, Pak Cok membuka Krisna oleh-oleh yang pertama dengan luas 2000 meter per segi. Kenapa dibuka bulan sekian? “Karena kalau saya buka di bulan puasa sebelum itu,

Page 12: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 122 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 23

f inancia lp lanning f inancia lp lanning

Empat alasan perlunya orang tua mempersiapkan dana pendidikan:

1. Tingginya biaya pendidikan saat ini.

Tingginya biaya pendidikan lebih dirasakan pada sekolah swasta daripada sekolah negeri baik tingkat TK, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi. Biaya pendidikan yang tinggi ini tidak hanya uang pangkal tapi juga uang sekolah atau uang semester. Tingginya biaya pendidikan ini menjadi salah satu alasan perlunya mempersiapkan dana pendidikan untuk anak Anda.

2. Biaya pendidikan selalu naik dari tahun ke tahun.

Seperti halnya biaya hidup yang meningkat dari tahun ke tahun, demikian pulalah biaya pendidikan. Kekhawatiran para orang tua mengenai dana pendidikan ini sungguh tidak rasional jika Anda tidak memahami kenaikan biaya pendidikan ini. Solusi yang tepat untuk kekhawatiran Anda adalah menetapkan dana pendidikan anak sebagai tujuan keuangan dan berkonsentrasi pada aktivitas yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.

Di dunia ini tidak ada sesuatu pun yang pasti. Kepastian bagi manusia adalah semua orang pasti mati. Kesuksesan Anda dalam karier maupun bisnis bisa saja tidak berlangsung

dengan usia anak Anda. Katakanlah usia anak Anda sekarang dua tahun, maka dua tahun lagi sang buah hati akan masuk TK. Tentukan TK mana yang Anda pilih dan perkirakan biayanya. Jangan lupa memperhitungkan tingkat inflasi sebagai faktor kenaikan biaya pendidikan.

2. Persiapkan dananya.

Ada dua cara yang dapat dipilih untuk mempersiapkan dana pendidikan anak Anda. Menabung atau mengambil asuransi pendidikan. Bila Anda menabung sendiri, hitunglah berapa yang akan Anda tabung setiap bulannya, berapa lama Anda akan menabung dan berapa bunga yang berlaku saat ini. Bila Anda mengambil asuransi pendidikan, Anda harus mengetahui dengan jelas apa dan berapa manfaat (uang) yang akan Anda terima jika anak Anda mencapai jenjang pendidikan tertentu.

3. Dana Pensiun

Keterbatasan fisik dan usia yang semakin bertambah m e n y a d a r k a n kita bahwa tidak selamanya kita mampu bekerja dan menghasilkan uang. Suatu saat Anda harus berhenti bekerja karena keadaan ini. Akan tetapi selama manusia hidup, entah tua maupun muda, manusia selalu membutuhkan uang. Banyak orang yang tidak mau menggantungkan hidupnya pada anak bila mereka sudah tua. Apalagi, gaya hidup masyarakat Timur menunjukkan orang-orang yang Anda kasihi seperti anak-anak Anda tetap menggantungkan diri pada Anda bahkan apabila Anda sudah memasuki usia pensiun.

Beberapa alasan pentingnya melakukan persiapan pensiun:

a. Tingginya biaya hidup saat ini.

Tingginya biaya hidup membuat kekhawatiran pada setiap orang apakah mereka masih mampu membiayai kehidupan mereka sendiri. Bagaimana jika Anda sudah tidak lagi memiliki pendapatan ?

b. Kenaikan biaya hidup dari tahun ke tahun.

Jumlah biaya hidup akan meningkat dari tahun ke tahun karena inflasi. Bagaimana bila Anda sudah tidak bekerja

lagi? Bagaimana Anda membiayainya?

c. Ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.

Tidak ada yang dapat menjamin bahwa keadaan keuangan Anda akan tetap baik seperti sekarang. Banyak faktor di luar Anda yang mungkin tidak terduga yang tiba-tiba membuat Anda terancam PHK atau kebangkrutan dalam usaha Anda. Bagaimana jika Anda tidak lagi mempunyai penghasilan dan Anda belum melakukan persiapan apapun?

Bagaimana cara membuat program pensiun?

1. Tentukan kapan Anda ingin pensiun.

Tidak ada salah atau benar dalam menentukan umur mulai pensiun. Yang penting, kapanpun Anda ingin pensiun, Anda harus melakukan persiapannya dari sekarang.

2. Tentukan standar biaya hidup pensiun Anda.

Ada beberapa k e b u t u h a n yang mungkin berkurang pada saat Anda sudah pensiun, misalnya, transportasi, biaya sekolah anak dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa k e b u t u h a n yang mungkin meningkat justru setelah Anda

pensiun, seperti, biaya kesehatan, biaya rekreasi dan lain-lain. Jangan lupa memperhitungkan faktor inflasi sebagai faktor kenaikan biaya hidup, untuk menentukan secara pasti, berapa biaya hidup Anda kelak.

3. Tentukan jumlah dana pensiun yang Anda butuhkan.

Anda bebas memilih untuk menentukan berapa lama Anda ingin menerima penghasilan pensiun. Semakin pendek waktunya, semakin kecil jumlah dana pensiun yang dibutuhkan sehingga semakin ringan jumlah yang harus ditabung setiap bulan.

4. Perhitungkan berapa yang harus ditabung.

Selain menentukan berapa jumlah yang harus ditabung, harus ditentukan berapa lama Anda akan menabung dan perlu diketahui pula suku bunga investasi agar total jumlah yang ditabung dapat diketahui.

(Financial Planning Process)bagian 2

Proses Perencanaan

Keuangan

Antony Japari.Marketing Director &

Chief Marketing OfficerPT. AJ Central Asia Raya

selamanya karena ada faktor-faktor di luar Anda yang dapat membuat Anda kehilangan kesuksesan itu dalam waktu yang singkat. Ketidakpastian ini akan sangat mengancam keuangan Anda dan harta yang sudah Anda kumpulkan. Itulah sebabnya Anda perlu mempersiapkan dana pendidikan untuk anak sejak sekarang, walaupun Anda saat ini merasa mampu.

d. Ketidapastian fisik orang tua di masa mendatang.

Tidak selamanya manusia itu sehat. Tanpa diduga manusia tiba-tiba jatuh sakit, mengalami kelumpuhan bahkan sampai meninggal dunia. Bagaimana jika hal ini terjadi pada Anda sementara anak-anak yang menjadi tanggungan masih kecil? Ketidakpastian ini menjadi salah satu alasan mengapa Anda harus mempersiapkan dana pendidikan bagi anak Anda selagi Anda masih sehat dan kuat bekerja.

Bagaimana cara mempersiapkan dana pendidikan anak?

1. Perkirakan biaya pendidikannya kelak.

Mulailah menghitung dari jenjang pendidikan yang terdekat

Perencanaan Keuangan Pribadi

KEBEBASAN FINANSIAL• Bebas Utang • Pendapatan Tetap • Lunas KPR • Anak Lulus Sekolah dan • Terproteksi Secara Finansial

Perencanaan Investasi

Akumulasi

Kekayaan

Alokasi Aset

PenggantianPendapatan

Nilai EkonomiHidup

Analisa Kebutuhan Dana

PerhitunganKekayaan

PergunaanStrategi Pajak

Perencanaan Asuransi

Perencanaan Warisan

Perencanaan Pajak

Perencanaan Pensiun/ Pendidikan Anak

Pendapatan Pensiun/ Biaya Sekolah

• Reksa Dana• Saham

• Properti• Asuransi Jiwa

• Kas

• Asuransi Jiwa• Asuransi Kesehatan

• Asuransi CacatTetap Total

• Dll

• Pajak Penghasilan• Pajak Properti

• Membuat Surat

Warisan

• Aset Yang Dimiliki• Anuitas

• Asuransi Pendidikan• Tabungan• Deposito

• Reksa Dana

MeminjamkanKeajiban Properti

Memaksimalkan Deduksipajak

Page 13: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 124 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 25

Page 14: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 126 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 27

Page 15: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 128 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 29

Marketbizz MediaMenawarkan Sukses Pemasaran di Dunia MayaOleh: Mudda Bima

innovat iveb u s i n e s s innovat iveb u s i n e s s

Marketbizz Media adalah sebuah perusahaan jasa search engine optimization (SEO) yang berkantor pusat di Legian, Bali, memiliki cabang di Jakarta. SEO adalah teknik agar situs web mudah ditemukan diantara ribuan bahkan jutaan hasil pencarian suatu kata kunci. Marketbizz juga sedang mengembangkan social media consultant, yakni melakukan pemasaran melalui social media, misalnnya melalui facebook, twitter dan blog.

Di Bali, Marketbizz Media menyasar Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai segmen utama. Sedangkan cabang Jakarta khusus

untuk koorporat. Mas Keke, panggilan akrab Riyeke Ustadiyanto, pendiri dan CEO PT Marketbizz Media, melihat hampir 90% pengusaha di Indonesia terdiri dari UKM. Sasaran Marketbizz bukan hanya UKM di Bali saja, tapi UKM seluruh Indonesia. Kenapa namanya UKM Goes Online? Karena Marketbizz Media punya visi dan misi bahwa perekonomian akan menjadi kuat bila ditopang oleh UKM. Saat krisis ekonomi, UKM tak masalah. Yang bermasalah adalah usaha-usaha besar. Pembayaran online memberikan kemudahan bagi pelaku usaha UKM untuk melakukan transaksi keuangan. Ini terobosan yang dilakukan di Indonesia.

Rendahnya kesadaran pemanfaatan teknologi informasi oleh pelaku UKM, tak meyurutkan Marketbizz dalam menggugah keasadaran mereka. Marketbizz Media menggelar pelatihan bertajuk internet marketing setiap dua bulan sekali. Pelatihan diselenggarakan di ruang pelatihan gedung kantor Marketbizz Media. Kapasistas ruangan dapat menampung hingga 70 orang peserta.

Bagi yang awam teknologi, pelatih akan menjelaskan keuntungan menggunakan teknologi internet sebagai jalur pasar. Pelaku UKM juga diajarkan bagaimana kiat eksport melalui pemasaran online. “Kita mendorong para pengrajin dan pengusaha untuk eksport. Kenapa? Sebab kalau hanya bermain di lokal, sama saja dengan memindahkan rupiah dari kantong baju ke kantong celana. Jadi, sama saja. Tidak ada perubahan nilai. Harusnya ada Yen, ada Euro, ada US Dollar. Nah, bila demikian ceritanya akan beda,” tutur Mas Keke.

Mas Keke gemar bersahabat dengan siapa saja, kegemaran ini memainkan peran penting dalam memperkenalkan manfaat SEO kepada calon pelanggan. Ayah dua anak ini memiliki blog pribadi. Dan kunjungannya cukup tinggi. Melalui blog, pelanggan belajar dari pribadi Mas Keke sebelum memutuskan menjadi pengguna jasa Marketbizz Media. Tingginya rangking Marketbizz Media dalam search engine menjadi bukti bahwa perusahaan jasa ini memang memiliki kemampuan. Dengan demikian, calon pelanggan tak perlu ragu. Mas Keke juga kerap mengirim email pada calon pelanggan, dan biasanya langsung direspon.

Saat ini, Marketbizz Media mempekerjakan 12 orang tenaga terlatih di kantor pusat dan 17 orang di kantor cabang Jakarta. Mereka yang direkrut kebanyakan lulusan SMA, khususnya SMK. “Mereka adalah orang-orang yang cukup tangguh. Fresh graduate, sebab mereka masih mudah untuk dididik. Setelah setahun bergabung, kemudian kita sekolahkan lagi. Tentu bagi mereka yang ulet dan loyal terhadap perusahaan. Sebab apa? Pekerjaan seperti ini tak boleh gampang menyerah. Setiap pekerjaan harus dianggap sebagai tantangan. Mereka yang bekerja dengan saya, rata-rata telah lima tahun. Mereka kadang sering ditawari perusahaan besar, tetapi mereka memilih bertahan. Bukan masalah gaji, tapi masalah hati,” kata Mas Keke menjelaskan.

Keterbatasan Menjadi Daya Kreatif

“Orang tua saya pegawai negeri di Dinas Kehutanan. Sering pindah-pindah. Masa kecil saya sih, biasa-biasa saja. Masa-masa kuliah yang sangat memprihatinkan. Bapak sudah pension, sering sakit-sakitan pula. Dulu sekitar tahun 1994, awal saya kuliah ekonomi kita masih bagus. Kemudian tahun 1997/1998 kita dihadapkan pada krisis ekonomi. Di tahun-tahun itu, teman-teman saya masih banyak yang mampu. Sementara saya kalau ke kampus, masih jalan kaki. Pilihannya, mau naik bis atau nggak makan. Saya lebih memilih makan, lalu jalan kaki. Tiga tahun saya tinggal di kampus karena tidak punya kos-kosan. Makan juga sembarangan. Belum lama ini saya sempat periksa ke dokter, saya kena asam lambung. Setelah ditelusuri ternyata saya punya riwayat jarang makan” tutur Mas Keke mengenang masa-masa sulit saat kuliah.

Kondisi sulit tak membuat Mas Keke menyerah begitu saja. Tekanan ekonomi justru membuatnya termotivasi untuk keluar dari garis kemiskinan. “Ibu saya nggak ngerti saya sekolah apa. Kalau ada yang nanya, ‘pokoknya anak saya sekolah!’ begitu aja jawab ibu saya. Dulu kan ada komputer di sekeretariat BEM, itu saya pakai belajar. Terus, teman-teman saya yang kaya-kaya itu, kalau pulang saat liburan, sering nitip kamar kos ke saya. Karena saya memang nggak punya kos, yah saya senang aja. Ada motornya, ada komputernya. Di situ saya manfaatkan untuk belajar. Kalau perkara makan, saya sering “menjajakan” perut. Saya datangin rumah teman saya, ‘ada nasi nggak?’ Besoknya, saya keliling lagi ke rumah teman-teman yang lain. saya nggak malu. Lagi pula, mereka tahu, saya memang orang yang nggak punya. Karena saya apa adanya, teman-teman juga memaklumi apa adanya,” kata Mas Keke.

Berkat kesabaran dan ketekunannya, Mas Keke kini telah menuai hasil yang sepadan. Berawal dari belajar dengan fasilias yang terbatas, merangkak dari nol, kini telah menjadikan perusahaan jasa SEO, PT. Maketbizz Media yang diburu oleh calon konsumen. Selamat, Mas Keke! (Foto: Dedeth)

Page 16: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 130 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 31

smar tf a m i l ysmar tf a m i l y

Oleh Suzana ChandraManaging Director- Lestari Living

“Yeah… Happy New Year 2011”… gelegar petasan dan kembang api berkumandang dimana-mana, anak-anak kecil berteriak-teriak, ada yang menangis, ada yg tertawa, anjing-anjing melolong dan masuk kolong kursi (karena ketakutan). Ada orang-orang yang berlarian karena kembang apinya ada yang nyasar sasaran , ada yang harus ke rumah sakit karena kembang api meledak ditangan. Begitu banyak hiruk-pikuk yang terjadi”

Efek Bola Salju Perekonomian kuat… Hati-hati Tergelincir lho!

Hilang sudah permainan kembang api kecil ditangan, digantikan dengan kembang api yang dilontarkan 20 sampai 40 meter di udara… gemerlap, menggelegar,

indah. Menyuarakan optimisme kita dalam menyambut tahun yang baru.

Saya sendiri pada malam itu, bersama dengan keluarga berkumpul, main kembang api sekaligus menikmati kembang api yang dilontarkan dari tetangga-tetangga sekitar. Gak perlu pergi ke Harbour Bridge di Sydney, atau ke London Eye di London, di Umalas - Kerobokan saja sudah lumayan spektakuler pertunjukan kembang apinya.

Luar biasa optimisme yang kita rasakan di awal tahun 2011 ini. Indonesia setelah terpuruk di tahun 1998, terus bangkit menuju golden era. Krisis di tahun 2008 yang menjatuhkan Negara Adikuasa Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa, ‘gak efek; bagi Indonesia bersama beberapa Negara Asia lainnya yang malahan bertambah kuat perekonomiannya.

Hiruk pikuk yang ada di pemerintahan dengan segala kericuhannya, seakan tidak mampu meredam keoptimisme-

an laju perekonomian kita. Seperti yang kita sering dengar…”Politik? … emang gue pikirin… gak efek lagee”.

Bank Pembangunan Asia (ADB) mengkonfirmasikan tingkat optimisme ini dengan data yang menunjukkan bahwa 40% penduduk Indonesia berada di kelas perekonomian menengah.

Bayangkan Ibu Bapak sekalian, 40% dari penduduk Indonesia yang hampir mencapai 250juta, berarti sejumlah 100juta orang Indonesia berada pada kategori kelas menengah. Jumlah ini adalah 5 kali lipat dari seluruh penduduk Australia atau 20 kali lipat jumlah penduduk Singapore. Suatu angka yang luar biasa sekali! Besar sekalee!!

Hal tersebut diatas, dikombinasikan dengan menguatnya kurs rupiah terhadap dolar, tingkat inflasi rendah dibawah 6%, dan tingkat suku bunga BI yang dibawah 2 digit. Semua indikasi positif ini menunjukkan bahwa Indonesia akan menjadi lebih baik lagi ditahun-tahun kedepan. Untuk pertama kalinya, baik para pebisnis dan ekonom, setuju bahwa Indonesia is in the right track for Golden Era.

Everything is good… even excellent! …

Bali dengan segala keunikan dan daya tariknya adalah sebuah phenomena yang hampir sempurna menggambarkan ke-optimisme-an ini. Walau sempat sedikit tertunda di tahun 2009, pembangunan terjadi dimana-mana, semua International Brand Resort memasuki Bali, pengusaha-pengusaha lokal Indonesia juga tidak ketinggalan berinvestasi di pulau Dewata ini, business pariwisata booming. Akomodasi di musim liburan domestik dan International, susah sekali didapat. Tempat oleh-oleh Bali, Spa dan semua bisnis yang berhubungan dengan pariwisata meraup bisnis miliaran rupiah.

All the right reasons to be optimistic… absolutely! Saya setuju 100% akan hal tersebut. Hanya saya ada sedikit ‘kekuatiran’ dengan dimulainya efek bola salju ini… (snow ball-ing effect) dari perekonomian kuat ini. Pesan saya, Jangan sampai tergelincir!!

Ada apa sih?... kok jangan sampai tergelincir?

Golongan ekonomi menengah adalah mereka dengan pengeluaran antara 2 – 20 dolar per hari /kapita; Yaitu individu dengan pengeluaran antara Rp. 540ribu sampai dengan Rp. 5,4juta per orang/perbulan (Bank Pembangunan Asia – ADB)

deket banget ama garis ambang kemiskinan. Istilahnya mefeeett

Kemudian dengan mengamati phenomena yang terjadi di Indonesia, golongan menengah ini memiliki penggunaan dan saldo credit card yang sangat tinggi. Artinya adalah, banyak sekali konsumsi atau gaya hidup yang dibiayai oleh Credit Card dan hutang.

Bayangkan Bapak Ibu sekalian, dengan uang Rp. 500 ribu, kita bisa pulang membawa motor baru. Dengan uang 10juta, kita bisa pulang membawa mobil CRV baru. Mereka yang biasanya naik motor, karena adanya kenaikan income, merasa mampu membeli mobil. Kemudian, terjadi peningkatan luarbiasa atas kredit KPR dan KPA. Mereka yang sudah punya rumah, merasa mampu untuk membeli rumah kedua atau apartemen di kota. Juga terjadi peningkatan yang luarbiasa atas biaya pendidikan anak-anak, mereka bahkan menyekolahkan anaknya keluar negeri. Liburan ke luar negeri. Bali dibanjiri oleh turis-turis domestik.

Nah… apakah yang akan terjadi kalau 45 juta orang yang cuma berada diambang batas ini berperilaku sebagaimana karakteristik golongan menengah diatas? Apa yang akan terjadi?

Yes… golongan ini akan sangat mudah tergelincir balik ke golongan miskin. Proporsi terbesar dari pendapatannya masih digunakan untuk pangan dan transportasi (konsumsi), belum masuk ke saving dan Investasi.

Jadi saya boleh katakan bahwa naiknya 45juta orang ini ke golongan menengah adalah SEMU. Kenaikan pendapatan mereka hanya sedikit diatas ambang batas menengah, plus tidak diimbangi dengan kemapanan intelektual Finansial.

Bapak/Ibu sekalian, saya mengajak untuk melakukan analisa sederhana ini. Hitunglah proporsi pendapatan yang digunakan untuk membiayai konsumsi, ‘gaya hidup’, transportasi dan pangan, tabungan dan investasi. Yaitu besarnya pengeluaran untuk konsumsi,transportasi dan pangan dibagi jumlah pendapatan. Kemudian besarnya saving plus investasi dibagi pendapatan

Kalau proporsi terbesar pemakaian pendapatan adalah masih di konsumsi, transportasi dan pangan. Berarti anda berada di golongan yang Konsumtif. Ini agakberbahaya; Analisa lebih lanjut, adalah apakah anda memiliki saldo credit card yang setiap bulannya berkontribusi pengeluaran bunga? Berapa banyak pengeluaran anda setiap bulannya untuk biaya kredit handphone, ipad, iphone, motor,mobil?

Hati-hati… Ayo… analisa lebih lanjut, apakah Bapak/Ibu bergaya hidup lebih dari kemampuan yang seharusnya? Jangan sampai tergelincir karena adanya efek bola salju ini.

Selamat beranalisa!

Jadi untuk keluarga dengan 4 anggota, kalau pengeluaran anda sejumlah rata-rata Rp. 2.2 juta sampai dengan 21.6 juta per bulan, maka anda masuk digolongan ekonomi menengah. Ayo… hitung pengeluaran anda, dan tentukan dimana posisi anda.

Sedangkan golongan miskin adalah mereka yang pengeluarannya dibawah USD2 perorang/hari. Atau kurang dari Rp. 540ribu perbulan per orang.

Dari sisi psychographis (gaya hidup), golongan ekonomi menengah akan mulai memiliki aspirasi terhadap hak milik. Ini saya terjemahkan dengan peningkatan pengeluaran atas ‘lifestyle’ atau gaya hidup ; professional (memiliki keahlian atau pekerjaan professional), aspirasi terhadap kemandirian (terjemahan; tingkat Percaya Diri tinggi) dan aspirasi terhadap demokrasi.

Bapak Ibu sekalian , yang agak menguatirkan saya adalah data dari ADB menunjukkan bahwa sejumlah 45juta orang dari mereka yang termasuk kategori golongan menengah, ternyata pengeluarannya berada antara USD 2 – 4. Ini sih

Page 17: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 132 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 33

p olling

Oleh Team Kopi Panas

GED telah berkembang menjadi penyedia jasa layanan pengiriman udara yang mandiri. Sejak berdirinya GED telah memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan standar layanan yang sesuai dengan standar internasional untuk sebuah perusahaan courier dan cargo.

Selain memiliki jaringan yang tersebar diseluruh Indonesia, kecepatan dan ketepatan waktu penghantaran, keleluasaan waktu pengambilan, informasi tracing dan tracking pengiriman yang akurat dan cepat, GED senantiasa mengedepankan tingkat layanan yang bersumber dari keunggulan sumber daya manusia dalam upaya memenuhi kepuasaan pelanggan.

PT. GANESHA EMAS DWIPAJl. Pulau Kawe No. 53 Denpasar, Bali 80222

Phone : (0361) 264320, 234461 Fax : (0361) 247985 Email : [email protected] Website : www.ged.co.id

SERVICES: Same Day Service Layanan pengiriman dengan waktu tiba di kota tujuan pada hari yang sama Overnight Service Layanan pengiriman untuk tiba pada keesokan harinya Regular Service Layanan pengiriman dengan masa tiba 1-2 hari International Courier Service Layanan pengiriman international door to door

73,7%Orang Menabung Untuk Mempersiapkan Hari Raya

Hari raya memang adalah sesuatu yang istimewa terlebih ketika itu berhubungan dengan hari besar

agama. Sudah pasti tu menjadi bagian dari tradisi keluarga untuk melakukan aktifitas yang beda dari hari biasanya, yang sudah pasti akan menghabiskan uang yang cukup banyak.

Pooling kali ini sungguh sangat signifikan memperlihatkan bahwa kesadaran masyarakat untuk menabung guna mempersiapkan hari raya sudah sangat tinggi lebih dari 70%, responden tegas mengatakan bahwa mereka menabung jauh-jauh hari untuk mempersiapkan hari raya mereka.

Sisanya mereka yang sama sekali tidak mempersiakan hanya 15,8% dan sisanya mereka mempersiapkan dengan men-stock barang-barang kebutuhan sedikit demi sedikit.

Page 18: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 134 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 35

w h at sNeww h at sNew

Carter

Mobil Angkutan Ter-segalanyaOleh: Mudda Bima

Sore itu, matahari mulai condong ke arah barat. Mega merah kekuning-kuningan menyelimuti Kota. Bias cahaya memantul di antara kaca dan dinding gedung. Di kantor Motor Taxi Indonesia, Jalan Batanghari 63, Panjer, Denpasar, empat orang pria duduk santai di teras belakang. Mereka sopir armada milik perusahaan terebut. Mereka saling berbagi cerita usai mengoperasikan armada seharian.

Kadek Astawa (37), pemilik sekaligus desainer usaha Motor Taxi Indonesia (MTI) menerima M&I di ruang kerjanya. Ini kali keduanya M&I

mewawancarai Kadek Astawa. Selalu ada yang baru. Selalu ada terobosan. Setelah berhasil mendulang sukses lewat produk Motor Taxi dan Pick Up Taxi, akhir Desember 2010 yang lalu, MTI baru saja meluncurkan Carter. Yah, Car-ter. Mobil angkutan ter-segala-galanya.

Carter memang tiada tara dibandingkan armada angkutan penumpang sejenis. Angkutan tercepat, tercanggih, termodis, terbaru dan tarif termurah tentunya. Cuma bayar Rp 20 ribu per orang untuk semua tujuan dalam wilayah Denpasar, Kuta dan Nusa Dua.

Ide nyentrik Kadek Astawa betul-betul mengguncangkan dunia usaha jasa angkutan. Bagaimana enggak?

Berdasarkan tinjauan M&I, dalam wilayah Denpasar saja, tarif angkutan sejenis paling tidak Rp 40 ribu. Sedangkan tujuan Kuta dan Nusa Dua, paling tidak angka Rp 100 ribu tertera di argometer yang harus Anda bayar. Carter tidak pakai argometer. Tidak pakai embel-embel. Harga pasti, jauh dekat tetap Rp 20 ribu per orang. Tarif murah, benar-benar di luar nalar.

Sejak seminggu beroperasi, MTI baru meluncurkan 17 armada. Sedangkan 8 armada sedang didandani. Sebelum beroperasi, setiap kendaraan terlebih dahulu dipasang berbagai aksesoris dan perlengkapan tambahan, seperti stiker dan alat pemberi sinyal pantau. Stiker warna kuning bertuliskan Carter di bagian depan, tepat pada penutup mesin. Stiker warna perak bertuliskan Carter juga dipasang di sisi kiri-kanan badan mobil.

Dengan stiker, penampilan jadi keren. Alat pemberi sinyal pantau dipasang di bagian tersembunyi,

hitung-hitungannya. Menurut Kadek Astawa, bisnis transportasi angkutan seperti ini butuh modal besar. Untuk 17 unit saja, butuh sekitar Rp 2,2 milyar. Tak heran, bila sebagian besar usaha jasa angkutan taxi menggunakan badan usaha perkoperasian untuk menghimpun modal.

MTI yang mengoperasikan merk Carter, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut ambil bagian dalam konsorsium permodalan. “Ayo! Jika Anda ingin berbisnis taxi, dan ingin punya taxi, maka bergabunglah dengan kami. Nggak perlu nyopirin, nggak perlu rawat mobil, nggak perlu macam-macam, tinggal terima hasil. Ada developmen bisnis yang kelola,” ungkap Kadek Astawa, mengajak Anda berinvestasi.

Upaya merealisasikan target Carter memenuhi 100 unit kendaraan misalnya, Kadek Astawa membangun partnership. Membangun hubungan permodalan

berfungsi sebagai pemberi isyarat keberadaan mobil. Semua armada terpantau melalui monitor di kantor MTI. Alat canggih ini memberi kemudahan dalam melayani konsumen. Saat konsumen menghubungi pusat layanan, petugas akan menghubungi armada paling dekat dengan alamat yang bersangkutan. Dengan begitu, konsumen tak perlu menunggu lama.

Kunci Keberanian Kadek Astawa

Di balik keberanian Kadek Astawa menerobos pasar dengan tarif murah, tentu bukan sekedar tindakan sensasional sesaat. Setiap terobosan bisnis, tentu ada

dengan masyarakat. Cara ini menciptakan nilai tambah agar bisnis berjalan baik. “Kita mau ngandalin tangan sendiri? Mana kuat! Anda berminat? Ayo! Sistemnya gimana? Partnership permodalan. Investasikan dana Anda. Seolah-olah Anda membeli mobil, kami yang merealisasikan. Setiap bulan, hasil mobil kita bagi. Begitu mobil dilelang dalam waktu 5 tahun, hasil lelang itu kita gunakan untuk pengembalian dana yang Anda investasikan pada saat Anda memulai. Investasi yang masuk akal bukan? Setiap bulan dapat keuntungan bagi hasil. Lima tahun, dana kembali utuh,” kata Kadek Astawa menjelaskan. (Foto: Dedeth)

Page 19: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 136 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 37

notef ro m theg u ru

Hermawan KartajayaAsia’s Leading Marketing StrategiestCEO Of Mark Plus. Inc & Founder of MIM

notef ro m theg u ru

Saya pernah menulis bahwa ada tiga sub-kultur yang akan menjadi sangat penting di era New Wave ini. Penelitian MarkPlus menunjukkan

bahwa komunitas penting itu adalah Youth, Women, dan Netizen atau komunitas anak muda, komunitas perempuan, dan komunitas mereka yang “hidup” di Internet. Begitu pentingnya tiga komunitas ini membuat MarkPlus percaya bahwa setiap marketer yang ingin unggul di era new wave ini tidak memiliki pilihan, kecuali benar-benar menyesuaikan bisnisnya untuk memenuhi kegelisahan dan hasrat terdalam dari tiga komunitas ini.

Sebelumnya saya sudah membahas bagaimana komunitas Women atau perempuan itu adalah kunci dari market-share, yaitu bagaimana seorang wanita itu adalah kunci keuangan keluarga. Selanjutnya saya juga membahas bagaimana komunitas Netizen adalah kunci dari heart-share, yaitu bagaimana netizen

yang sangat horizontal bisa membuat pasar menjadi “jatuh-hati” dengan produk atau jasa kita, asal kita jujur dan “demokratis”. Nah, kali ini saya akan membahas mengenai komunitas Youth.

Penelitian kami menunjukkan bahwa Youth ternyata adalah kunci dari mind-share, yaitu apa yang selalu ada di benak konsumen. Apabila Youth bisa menerima apa yang kita tawarkan, mereka akan dengan cepat menyebarkan informasi tersebut dan menjadikannya trend yang ada di benak semua orang. Kita bisa lihat sendiri bagaimana kultur modern saat ini selalu dibentuk oleh anak muda, bukan oleh orang yang tua.

Beberapa waktu yang lalu, pemerintah mengeluarkan Undang Undang Kepemudaan Nomor 40 tahun 2009. Dalam undang-undang itu disebutkan bahwa pemuda Indonesia diharapkan menjadi Moral Force, Social Control, dan Agent of Change.

Sejalan dengan itu, saya sendiri melihat bahwa Youth di masa depan justru akan menuntun Senior. Bukan sebaliknya, terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan idealisme. Lihat saja bagaimana Senior-senior negeri ini banyak terlibat perkara korupsi, politik-uang, dan kekerasan. Justru para Youth yang berani berdiri dan menyatakan tidak setuju pada semua itu.

Oleh sebab itu Youth akan menjadi garda depan dalam melakukan kontrol sosial. Tentunya ini juga karena para anak muda belum “terbebani” oleh kewajiban-kewajiban keluarga, masyarakat, dan bangsa. Para Youth tidak akan takut untuk menjadi whistle blower.

Tanpa banyak tanggungan, Youth akan lebih mudah mengambil resiko. Menentang status-quo dan mencoba hal baru. Hal ini membuat Youth tidak akan wait and see, tapi menjadi Agent of Change. Inilah yang saya sebut sebelumnya sebagai kunci dari mind-share. Hal-hal baru yang banyak ada di pikiran masyarakat,

datangnya pasti dari anak muda. Senior lebih senang mengingat-ingat “kejayaan” masa lalu atau sering disebut glorifying the past.

Dalam Undang Undang

Kepemudaan itu, dibahas juga tiga peranan yang harus dijalankan oleh Pemuda Indonesia. Yaitu Kepemimpinan, Kewirausahaan, dan Kepeloporan.

Saya memang melihat bahwa saatnya kepemimpinan muncul dari anak muda. Apa yang dilakukan Senior selama ini tidak lagi bisa dipertahankan untuk mencapai tujuan masa depan. Harus Youth yang memegang kendali. Senior memang harus diakui lebih jago dalam hal manajemen hal-hal dan yang rutin, yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Tapi hanya Youth yang bisa menjadi pemimpin yang dinamis dan selalu mengikuti

perkembangan jaman. Jadi saya selalu mengatakan “Senior is always the Power of Management and Youth is always the Energy of Leadership”.

Sedangkan Kewirausahaan atau Entrepreneurship membutuhkan kejelian melihat peluang dan mengambilnya dengan resiko. Karena Senior cenderung menghindari resiko, kembali anak muda yang bisa menjadi pendorong entrepreneurship. Dan wirausaha inilah yang akan mendorong ekonomi negara dan membuka lapangan kerja baru.

Namun bukan hanya dalam mendirikan bisnis baru. Entrepreneurship juga bisa dilakukan dalam suatu perusahaan, dan dalam segala bidang. Hal ini memunculkan berbagai istilah seperti Professional Entrepreneurship (atau Intrapreneurship), Socialpreneurship, Technopreneurship dan lain-lain. Saya melihat bahwa Youth akan menjadi pendorong utama dalam semua bidang itu.

Selanjutnya mengenai Kepeloporaan. Sekali lagi, dibutuhkan keberanian yang besar untuk memasuki hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan atau sering disebut “memanah sasaran selagi masih ada kabut”. Yang justru harus dilakukan sebelum kabut

hilang, saat belum banyak pemanah lain.

Saya melihat kepeloporan inilah yang menjadi peranan paling puncak. Karena seorang pelopor biasanya punya jiwa kewirausahaan

dan pastinya bisa menjadi pemimpin. The Ultimate Role.

Secara ringkas, Youth, terutama Pemuda Indonesia, akan berfungsi sebagai Moral Force, Social Control, dan Agent of Change dengan kekuatan peranannya dalam hal Kewirausahaan, Kepemimpinan, dan Kepeloporan. Inilah yang harus disadari oleh semua marketer. Apakah perusahaan anda bisa mendukung Youth dalam merealisasikan tiga peranan ini? Siapkah anda untuk merebut mind-share dengan merangkul anak muda?

MeraihMindShareLewat AnakMuda

Page 20: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 138 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 39

frontofm i n d frontofm i n d

Siapa yang tak doyan belanja di Walmart. Tempat yang nyaman, produk yang cukup bagus dan tentunya harga yang miring. Tak heran Walmart berkembang

cepat dan tak gentar dengan lahirnya beragam perusahaan ritel lainnya. Apalagi setelah perusahaan yang didirikan oleh Sam Walton di tahun 1962 ini berada di tangan CEO Michael Duke.

Michael Terry Duke atau yang selalu dipanggil Mr. Duke oleh para karyawannya adalah seorang pengusaha tangguh. Seperti itulah komentar para karyawan, para jajaran direksi di Walmart, serta media di Amerika. Kariernya sejak awal di Walmart terus meningkat sampai akhirnya memegang tampuk pimpinan CEO sejak Februari 2009.

Setelah lulus sarjana Teknik Industri dari Georgia Institute of Technology dengan nilai memuaskan di tahun 1971, Duke tak perlu lama menganggur. Beberapa perusahaan yang dia kirimkan CV-nya memanggil untuk bergabung bersama mereka. Salah satunya sebuah departemen store di tahun 1972. Tapi bagi Duke, karir kerjanya yang paling berkesan sampai sekarang dan tetap ditekuninya adalah berkarir di Wal-Mart Stores Inc..

Bukan hanya pengalaman kerja yang didapat atau ilmu sebagai karyawan dan pimpinan tapi juga pengalaman hidup dalam menangani perusahaan besar di negara orang. Selain berkembang di Amerika, Walmart membuka cabang di limabelas negara dari Korea Selatan sampai Britania Raya. Dengan total 8.500 toko dengan nama-nama yang berbeda. Duke pernah menjadi pimpinan Walmart di Cina. “Tanggung jawabnya sama besar tapi yang penting diperhatikan adalah kami membawa nama Walmart di negara orang dan itu berarti membawa juga nama negara karena berhubungan secara bisnis internasional,” katanya.

Pria yang dilahirkan 7 Desember 1949 ini bergabung dengan Walmart sejak tahun 1995. Dia merupakan generasi penerus Lee Scott, CEO sebelumnya. Generasi penerus dalam artian

sifat dan sikap kepemimpinan yang hampir sama. Mereka berdua sama-sama pekerja keras, pengusaha yang tangguh, dan memiliki perhatian yang lebih manusiawi terhadap para karyawannya. Scott sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan dan mendukung hari libur atau cuti untuk karyawannya, begitu pula Duke. Menurut para karyawannya, Scott dan terutama Duke mengubah perusahaan menjadi makin menyenangkan. “Mr. Duke bukan tipikal pimpinan yang hanya duduk di meja tapi justru merangkul dan membuka tangan pada saat kami membutuhkan,” aku salah satu karyawannya. Dengan sedikit berbeda adalah Duke memiliki sifat lebih dalam hal mengambil risiko kehidupan perusaahaan.

Setelah tampuk kepemimpinan diserahkan Duke, Scott masih tetap berada dalam jajaran direksi dan menjabat sebagai penasihat Duke sampai tahun 2011 ini. Scott percaya bahwa Walmart akan tetap menjadi satu perusahaan ritel raksasa. Meski dalam kenyataannya kehidupan Walmart dalam keadaan tidak begitu sehat saat tampuk berpindah tangan. Perbedaan pendapat dalam tubuh Walmart menjadi satu pe-er tersendiri untuk Duke. “Namanya juga pe-er, semua orang pasti punya, jadi memang harus dikerjakan dan semoga hasilnya memuaskan segala pihak,” katanya bijak.

Masalah mempertahankan karyawan yang berjumlah lebih dari dua juta orang di saat resesi ekonomi di Amerika sungguh tidaklah mudah. Kemudian menangani masalah seteru antara salah satu direksi, Couligh dan Scott dalam hal keuangan. Selain membuat keputusan baru yaitu memperluas penyebaran Walmart di luar Amerika terutama di Cina dan Rusia, serta menarik Walmart keluar dari Jerman dan Korea. Dan satu lagi yang kontroversial, mengambil kendali dari Seiyu, anak perusahaan Jepang, dengan menaikkan saham Walmart dari 50,9% menjadi 95,1%.

Selain sifatnya yang pantang menyerah, sisi lain dari pribadi Duke adalah tekun beribadah dan beramal. Bersama dua anak laki-lakinya dan Susan, sang istri, mereka cukup rajin mengikuti kegiatan gereja di kala akhir pekan dan di sebuah panti asuhan di lingkungan rumah mereka di Bentonvile, Arizona. Sekarang ini mereka tak segan menampung anak panti asuhan di rumah sampai dia diadopsi oleh keluarga lain. Kegiatan lainnya saat senggang, golf. Duke penganut paham di dalam badan yang sehat terdapat jiwa dan pikiran yag sehat. Karena itulah untuk ukuran usianya, Duke cukup sehat dan tetap penuh enerji.

Michael Duke

Mengerjakan Banyak Pe-eR

Page 21: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 140 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 41

l iteraturel iterature

Pribadi BudionoDirektur

BPR Lestari

C R A C K I N G ZONERevolusi Gaya Hidup Ketika Income Per Kapita Menembus $3,000 dan Bagaimana Menangkap Peluang Ini.Rhenald KasaliSADARKAH ANDA, bangsa Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat besar? Perubahan ini membuat sebagian besar dari kita tidak siap. Diramalkan 90% dari perusahaan-perusahaan yang sekarang eksis akan meng-alami berbagai kesulitan bahkan hilang dalam 10 tahun ke depan. Medan yang dilewati tidak rata namun penuh jebakan: Cracking terputus-putus membentuk jurang-jurang yang dalam. Apa yang harus Anda lakukan...? Rhenald Kasali melalui buku Cracking Zone memberikan peta baru perubahan itu dan juga memberikan panduan agar Anda bisa menjadi Cracking yang handal yang siap menghalau kompetitor Anda.

Apa yang berubah di Indonesia...?

Indonesia : Ledakan Orang Kaya Baru... WOW ada 30 juta orang

Pendapatan perkapita penduduk Indonesia semakin meningkat, bahkan tahun 2010 sudah menembus US$3,000 atau Rp. 27 juta. Ironisnya, pemerintah tidak siap mengantisipasi lonjakan kelas menengah baru Indonesia. “Bayangkan, produk domestik bruto Indonesia saat ini sudah Rp. 6.400 triliun atau sekitar US$700 miliar”. Dengan PDB sebesar itu, pendapatan per kapita Indonesia sekitar US$3000 per tahun. Masyarakat Indonesia bukan sekedar mengalami peningkatan pendapatan. Jumlah orang kelas menengah dengan kekayaan bertambah juga meningkat. Menurut studi Bank Pembangunan Asia (ADB), jumlah orang mampu atau masuk kelas menengah Indonesia meningkat menjadi 30 juta orang, bahkan tak lama lagi akan mencapai 60 juta orang.

Mereka inilah yang sekarang mengisi kafe-kafe Starbuck, Coffee Bean, penumpang pesawat, konsumen utama mobil, barang-barang elektronik mewah seperti AC, laptop dan lainnya. Ironisnya, pemerintah tidak siap menghadapi lonjakan orang kelas menengah baru Indonesia tersebut. “Pemerintah tampak kedodoran dan tidak menduga perkembangannya akan seperti ini.”

Buktinya, pertama, Bandara Ngurah Rai sekarang penuh sesak karena mereka yang memiliki kemampuan untuk membeli tiket pesawat meningkat luar biasa. “Sekarang parkir di bandara saja sudah susah”. Ironisnya, Angkasa Pura yang memiliki duit berlebih juga tidak bisa melihat tanda-tanda jaman. “Mereka lebih suka menyimpan duit di

deposito ketimbang berinvestasi untuk memperluas bandara.” Maskapai penerbangan seperti Garuda juga harus menambah pesawat untuk menampung lonjakan orang-orang berkemampuan baru Indonesia tersebut.

Kedua, jalan-jalan di Denpasar sudah semakin macet gara-gara orang yang memiliki kemampuan untuk membeli mobil semakin banyak. Tahun ini saja diperkirakan 710-740 ribu unit mobil akan terjual. “Bayangkan macetnya Denpasar apalagi Megapolitan Jakarta, apa yang terjadi pada 2012 saat penjualan mobil mencapai 1 juta unit.” Ironisnya, i n f r a s t r u k t u r t r a n s p o r t a s i lainnya juga tidak memadai sehingga tidak

bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kemacetan di

Denpasar, Surabaya, Jakarta.

Ketiga, penjualan barang-barang elektronik, seperti televisi, AC, laptop, ponsel dan lainnya juga dipastikan meningkat pesat. Jika kapasitas produksi tidak ditambah, maka impor barang elektronik akan semakin melonjak sehingga menguras devisa Indonesia. Karena itu, pemerintah bisa segera mengantisipasinya. Contoh di negara lain, seperti China dan Korea Selatan saat pendapatan per kapita US$3,000, maka peningkatan permintaan barang mewah meningkat pesat. “Bahkan, laju pertumbuhan ekonomi juga akan semakin kencang.”

Apa Dampaknya Terhadap BALI... dan Bagaimana Menangkap Peluang ini ...!

Menurut Rhenald Kasali dalam Cracking Zone, Gaya hidup masyarakat indonesia akan mengalami perubahan yang sangat drastis atau dikenal dengan revolusi gaya hidup ketika income per kapita kita telah menembus $3,000. Masyarakat akan semakin kaya dan makmur, dan kegiatan orang kaya terutama orang kaya baru yaitu belanja, mall-mall sangat ramai, traveling. Nah, tujuan utama traveling di Indonesia... ya... Bali... tempatnya. Bali akan semakin sesak oleh kunjungan wisatawan terutama wisatawan domestik maupun manca negara. Kalau demikian siapa yang diuntungkan: Hotel rame, penjualan oleh-oleh Bali meningkat, Biro travel panen, pendapatan daerah meningkat, penjualan properti naik, hampir semua bidang akan merasakan dampaknya. Kebiasaan orang kaya adalah semakin sering untuk makan di luar rumah, mereka akan melakukan wisata kuliner.

Dampak luar biasa seperti diatas akan bisa dirasakan dalam jangka panjang apabila kita bisa memetakan perubahan ini. Bayangkan dengan banjirnya orang ke Bali namun kemacetan ada di mana-mana, bandara seperti pasar dan sudah tidak nyaman lagi... Bisa dibayangkan mereka bisa bergeser ke daerah lain. Ini masih lumayan kalau bergeser ke daerah Indonesia lainnya, namun kalau bergeser di negara tetangga Singapore, Malaysia, Thailand atau lainnya. Ini sama dengan mereka pesta dengan memakai uang kita. Sayang bukan...? Dengan membanjirnya kunjungan wisatawan ke Bali dan meningkatnya pendapatan berpengaruh terhadap harga-harga terutama harga properti naik yang luar biasa, harga pagi dan sore sudah beda. Akibat yang ditimbulkan adalah semakin tidak terjangkau harga properti oleh sebagian besar masyarakat terutama karyawan. Ini akan menjadi problem bersama di masa kini sampai akan datang. Namun jangan khawatir itu semua bisa diatas... kalau kita mau.

Bagaimana Caranya...?

Bali... dan Indonesia diperlukan CRACKER bukan LEADER

Anda pasti sudah tidak asing dan sering mendengar kata manager dan leader. Jika Anda ingin perusahaan berjalan tertib, angkatlah seorang manager. Namun ketika Anda mengangkat seorang manager, perusahaan Anda akan berjalan di tempat, tertinggal, lalu terjerembab. Manager bekerja dengan menganut wait and see, mengambil keputusan dengan justifikasi lengkap, menghindari resiko, lihat kanan dan kiri.

Tetapi jika Anda menghendaki haluan berubah, carilah seorang pemimpin. Seorang pemimpin pantang menunggu. Dalam pikirannya tidak ada kata ”wait and see” tetapi ”see and do”. Ia menantang bawahannya dengan gagasan-gagasan baru.

Apa itu Cracker...? Bagaimana dengan Cracker...? Siapa Cracker...?

Bahwa seorang Cracker adalah bintang di abad ke-21. Jurus-jurus yang dikuasainya berada dua atau tiga tingkat diatas Leader. Dialah orang yang dibutuhkan untuk melakukan CRACKING ZONE dan membentuk landscape baru. Ia BUKAN sekedar memperbaharui dan mengubah haluan perusahaan. IA MENGUBAH WAJAH INDUSTRI. Tengoklah apa yang terjadi di GE setelah Jack Welch berhasil melakukan turn around, atau setelah Agus Martowardojo berhasil membongkar tradisi di Bank Mandiri. Emirsyah Satar mengubah wajah Garuda menjadi korporasi yang disegani di Dunia, Dahlan Iskan mengubah wajah PLN dan tidak mau menjadi ban belakang saja namun akan menjadi ban depan bagi pertumbuhan ekonomi, Husnul Suhaimin (mengubah XL) yang dijadikan studi kasus oleh Rhenald Kasali dalam menyusun buku Cracking Zone, Sri Mulyani mengubah Institusi Keuangan terutama Pajak... sayang dia pergi... Mark Zukerberg dengan facebooknya, Steve Job dengan Applenya, Larry Page dan Sergy Brain dengan Googlenya dan masih banyak lagi. Mereka telah menjadi masyarakat. Mereka tidak berpikir sempit tentang perusahaannya saja, melainkan ”The Whole World, The Ecology, The Nation”. Ia berada di atas seorang pemimpin. Orang itulah yang disebut sebagai CRACKER. Ia tidak sekedar mengubah haluan organisasi atau perusahaan. Ia membongkar Industri.

Bagaimana dengan Bali yang semakin semrawut, macet dimana-mana, dan harga rumah hunian di wilayah perkotaan harganya sudah berkisar antara Rp.500 juta sampai Rp.1 milyar? Bagaimana seorang karyawan untuk bisa memilikinya? Ini semua dibutuhkan seorang Cracker yang bisa mengubah wajah Bali. Bersih, nyaman, aman. Hijau, lancar...

Lowongan !!!

BALI: Dicari Crackers untuk mengubah BALI

Selamat membaca dan semoga terinspirasi.

Page 22: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 142 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 43

smal lb i z smal lb i z

Sekepal nasi putih, sedikit mie goreng, beberapa helai daging ayam suwir, tempe goreng kering dan sambal pedas dalam bungkusan daun pisang, Nasi Jinggo, begitu warga Denpasar mengenalnya.

Sekepal Hidup dalam Bungkusan Daun Pisang

NASIJINGGO

Oleh Mudda Bima

Mengenai asal-usul nama Jinggo sendiri beragam. Ada yang bilang berasal dari bahasa Cina yang artinya 1.500. Ada pula yang bilang,

dulu nasi ini incaran para Jenggo, pengendara sepeda motor malam hari yang mencari makan, sepulang menikmati kehidupan malam di kawasan Kuta. Apa pun itu, M&I mencoba menelusuri lebih dari sekedar sejarah. Ada strategi bertahan di sana. Ada kemampuan baca peluang di sana. Dan, ada kehidupan tengah dipertaruhkan pada malam-malam nan sunyi.

Senin, 18 Januari 2011. Jam tangan menunjuk angka 10.30. Malam mulai lenggang. Jalan Kota Denpasar seakan sedang menikmati istirahat, sebab sepanjang hari ribuan kendaraan memadati ruas jalan. Perlahan-lahan, M&I menyusuri beberapa jalan utama. Di Jalan Hayam Wuruk ada 6 pedagang Nasi Jinggo, di PB. Sudirman ada 10, di Diponegoro ada 7, di Thamrin ada 4, dan di Gatot Subroto paling banyak, yakni 21 pedagang. Tentu masih banyak di sepanjang jalan kota yang belum ditelusuri.

Sebagai usaha kuliner, Nasi Jinggo dituntut lincah, sebab dalam waktu bersamaan ia berlomba dengan para “jagoan” usaha kuliner lainnya. Lihat saja, sepanjang jalan semakin banyak warung makan yang buka 24 jam. Mulai dari warung Padang sampai waralaba kuliner kelas dunia semacam McD juga ada. Nasi Jinggo tak mau takluk begitu saja.

Dari pengamatan M&I malam itu, penjual Nasi Jinggo cukup jeli memilih tempat. Posisi Nasi Jinggo mengisi kekosongan yang belum terjamah oleh usaha kuliner lain. “Dulu saya pernah jualan di dekat pertigaan Hayam Wuruk-Akasia, tapi kerena di dekat situ sudah ada mini market dan warung makanan yang jualan sampai malam, jualan saya kurang laku. Jadi lebih baik saya pindah di sini aja. Sekarang lumayan bisa terjual sampai 90 bungkus semalam,” ungkap Wayan Partha yang kini kerap berjualan di dekat pertigaan Jalan Hayam Wuruk-Merdeka.

Rezeki kecil-kecilan

M&I bertemu dengan Made Separba (41), salah satu penjual Nasi Jinggo yang kerap mangkal di Jalan PB. Sudirman, tepat di depan Kampus Universitas Udayana. Setiap hari, saat nasib lagi mujur, ia dapat menjual hingga 200 bungkus Nasi Jinggo untuk dua sesi penjualan. Jam 8 malam – jam 2 dini hari Made Suparba berjualan di depan kampus, pada pagi hari ia titipkan di warung-warung. Harga per bungkus Rp 2.500. Ditanya prosentase keuntungan per bungkus, “Wah, saya nggak pernah hitung berapa keuntungan per bungkusnya, Mas. Kalau hitungan kasarnya, untuk membuat 100 bungkus nasi setidaknya habis Rp 100 ribu untuk beli bahan, termasuk daun pisang,” kata Made menjelaskan.

Sehari-hari, Made Suparba bekerja sebagai tukang kebun. Gaji ratusan ribu yang ia peroleh tak cukup penuhi kebutuhan keluarga. Ia dan isterinya berusaha sekuat tenaga mencari penghasilan tambahan. Anak pertama duduk di bangku SMA dan anak kedua masih SD. Biaya sekolah anak-anaknya cukup mahal untuk ukuran Made. “Saya hanya tidur sebentar saja. Jam 8 malam sampai jam 3 pagi saya jualan nasi. Setelah jualan saya langsung ke pasar untuk belanja bahan. Jam 9 pagi sampai jam 5 sore saya bekerja sebagai tukang kebun. Kalau nggak gitu, Mas, kasihan anak-anak dan isteri saya,” tutur Made pada M&I.

Beruntung, istri made pandai memasak. Hal tersebut meringankan bebannya. Dalam hal rasa, isteri Made tak mau menggunakan penyedap rasa pabrikan. Racikan gula merah dan garam dalam porsi yang tepat lebih gurih dari penyedap kemasan. Daun pisang sebagai pembungkus juga tetap dipertahankan. Bukan sekedar untuk menciptakan kesan tradisional, namun aroma khas daun pisang menciptakan sensasi tersendiri dalam makanan. “Saya kadang suka nanya pada pelanggan, ‘apa yah kira-kira yang masih kurang dari Nasi Jinggo masakan isteri saya?’ dari situ saya bisa tahu keinginan pelanggan kayak apa. Lalu saya akan sampaikan pada isteri,” ucap Pria asal Kerambitan, Tabanan ini dengan polos.

“Saya nggak tahu, Mas. Berapa lama saya bisa bertahan jualan Nasi Jinggo. Harga cabe sekarang mahal, bahan-bahan lain juga mahal, jadinya keuntungan agak turun. Belum lagi sekarang sudah banyak warung yang buka 24 jam. Yang nyari Nasi Jinggo mulai kurang. Tapi, saya yakin rezeki sudah ada yang ngatur,” tutur Made mengakhiri obrolan malam dengan M&I. (Foto: Dedeth)

Selalu Ada Celah

Nasi Jinggo bukan aksesoris kota, Nasi Jinggo adalah kegiatan dagang. Oleh karena itu, tentu memiliki strategi merebut peluang. Memilih tempat berjualan, menentukan waktu jualan dan memilih daun pisang sebagai pembungkus, tentu sebuah keputusan yang sarat bacaan dalam melihat celah peluang. Tidak asal-asalan.

Page 23: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 144 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 45

communit ye nte rp ri s e communit ye nte rp ri s e

Pasar Ikan KedongananAda Kehangatan di Balik Keberagaman

Siang itu, sinar matahari menyengat kulit. Angin pantai berhembus kencang, seakan berusaha menghalau hawa panas. Di Pasar Kedonganan, orang-orang sudah terbiasa dengan kondisi ini. Beratapkan peneduh seadanya, tampak ibu-ibu penjual ikan sibuk mengatur barang dagangan, kadang dipercikan dengan air laut agar ikan tetap segar, meski diterjang sinar matahari. Pembeli asyik memilih dan menawar. Sementara para nelayan sibuk menyiapkan perahu, menunggu sore hari untuk berburu rezeki dari laut lepas. Pasar Ikan Kedongan terletak di perkampungan nelayan Kedonganan, Jimbaran, Bali, sekitar 3 kilometer dari bandara Ngurah Rai, ke arah selatan.

Oleh Mudda Bima

Di teras sebuah mini mareket, M&I mengamati hiruk-pikuk aktivitas masyarakat pasar. Tak lama berselang, Amino (42), buruh perusahaan

pengepul ikan di areal Pasar datang menghampiri. Pria asal Paiton, Probolinggo, Jawa Timur ini sedang menikmati jam istirahat siang. Sekedar menikmati kopi dan gurihnya tembakau rokok lintingan sendiri. Untuk menambah penghasilan, malam hari Amino berjualan tembakau di pasar, masih satu kawasan dengan pasar ikan. Ia telah menetap di Kedonganan sejak tahun 1992. Namun, ia mengaku, pada tahun 1987 sempat datang ke Kedengonan. Waktu itu pasar belum ramai. Hanya beberapa pedagang yang datang membeli ikan untuk dijual lagi ke pasar. Sepanjang pantai penuh pepohonan waktu itu.

Berkat kerja kerasnya, Animo dapat menyekolahkan dua anaknya sampai perguruan tinggi. Satu menempuh

Jurusan Sastra Indonesia, satu lagi Fakultas Ekonomi. Baginya, Kedonganan sudah seperti kampung sendiri. Selain warga Bali asli, Amino juga hidup bertetangga dengan warga lain yang berasal dari berbagai daerah. Ada yang berasal dari Lombok, Bugis, Madura, Jember, Banyuwangi, Pekalongan, Padang, Flores, Sumba, dll.

Saat sore tiba, beberapa perahu nelayan tampak merapat ke bibir pantai. Rupanya mereka yang mencoba mengais rezeki di laut sejak pagi. Memang tak biasanya, sebab nelayan bisa melaut pada malam hari dan kembali pagi hari. Satu perahu biasanya terdiri dari dua sampai tiga orang nelayan. Saat menyandar, mereka harus bekerja keras menarik perahu ke pinggir pantai. Namun, tak usah khawatir, sebab nelayan sekitar pantai spontan turut membantu, walau tak diminta.

Kehidupan warga sekitar Pasar Kedonganan tampak rukun, meski mereka berasal dari berbagai suku dan

daerah. “Warga di sini terikat oleh kepentingan untuk saling menjaga sumber kehidupan mereka, yakni pasar. Masing-masing sudah tahu apa yang harus dilakukan. Misalnya, nelayan yang baru pulang melaut tak boleh menjual langsung tangkapannya ke pengunjung pasar, melainkan dijual pada ibu-ibu pedagang di pasar. Kalau dijual langsung, itu sama artinya memangkas rezeki pedagang. Jadi, biarkan pengunjung pasar membeli ikan pada pedagang saja,” tutur Briptu. I Made Sumantra, petugas kepolisian setempat yang ditemui M&I saat makan siang di warung Bu Marbu’ah.

Warung Bu Marbu’ah, terletak di tengah-tengah pasar sembako, biasa disinggahi nelayan dan pedagang sekitar. Sembari menunggu sajian makan siang, pengunjung warung saling berbagi cerita. Pedagang membicarakan harga sembako yang semakin melonjak. Sedangkan nelayan saling membagi peta wilayah tangkapan, tempat yang masih banyak terdapat ikan. Selain itu, tak jarang pula mereka saling menceritakan keadaan keluarga. Tentang anak-anak mereka yang sekolah, tentang kebutuhan hidup yang semakin

meningkat, atau tentang keluarga di kampung asal yang sedang sakit. Semuanya menjadi cerita yang mengiringi dinamika kehidupan pasar.

Dalam kawasan Pasar Kedonganan, kini telah berdiri pasar sembako. Di sekeliling berjejer warung yang menjual berbagai macam kebutuhan warga dan pengunjung. Sore menjelang malam, tenda bongkar-pasang berdiri sebagai pasar pakaian. Dan, tak jauh dari pasar ikan, masih berada di garis Pantai Jimbaran, berdiri puluhan restoran seefood yang sangat terkenal di Bali. Terkenal karena menu ikan segarnya, kontribusi para nelayan. Lebih terkenal lagi, karena tempat yang ramai dikunjungi wisatawan manca negara tersebut menjadi sasaran aksi biadab teroris tahun 2005.

Pasar Kedonganan dulu hanyalah pantai biasa tempat nelayan menyandarkan perahu sehabis melaut. Lambat laun berubah menjadi pasar ikan. Tak sampai di situ saja, kawasan sekitar pun menjadi kawasan strategis sebagai pusat bisnis. Lahan gersang dulu yang sepi penghuni, kini menjadi kawasan yang bernilai tinggi, jadi incaran pebisnis. (Foto: Dedeth, Mudda)

Page 24: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 146 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 47

high-t ech indexcommunit ye nte rp ri s e

Much More than POCKET

Panasonic beberapa bulan lalu meluncurkan produk terbarunya untuk memenuhi keinginan para pecinta

kualitas fotografi. Panasonic DMC LX5 varian terbaru menggantikan versi LX3 yang memang sudah sukses dan teruji di pasaran. Sengaja didesign untuk mengatasi persoalan yang biasa terjadi pada kamera pocket. Yang sangat bermasalah dengan kualitas ketajaman, warna dan hasil akhir file foto seperti dalam RAW. Kamera ini boleh dibilang sudah masuk kelas prosumer. Kelas antara kamera pro dan kamera pocket. Misalnya klebihan dalam kemampuan menangkap objek dari sudut sempit dengan lensa super dengan lebar 24 mm dan tambahan konverter lensa DMW-LW46 yang dapat memperluas sudut pemotretan dari 24mm menjadi 18 mm. Keunggulan lain lensa Leica DC Vario-Summicron dengan jangkauan focal 24-60 mm adalah bukaan diafragmanya

Selain merekam ke format JPEG, LX5 dapat merekam dalam format RAW dengan ukuran maksimal 3968 x 2232 pixel dan full resolution image 2.5 frame per second. Kamera ini juga dilengkapi teknologi iA (intelligent Auto), Mega O.I.S (optical image stabilizer), Intelligent Scene Selector, Intelligent ISO Control, Face Detection, Intelligent Exposure dan AF Tracking.

Fitur singkatnya adalah sebagai berikut: 10.1 MP•Mega O.I.S•JPEG and RAW Output•Leica DC Vario Summicron•3.8x Optical, F2.0-F2.8•Venus Engine IV•ISO up to 6400•3.0inch LCD 460K dots•HD movie 1.280 x 720 pixels•

sebesar f/2.0 sehingga sangat membantu apabila dalam kondisi pencahayaan yang sangat minim. Komponen sensor CCD yang dibuat sengaja dibuat lebih peka terhadap cahaya, kamera saku ini dapat merekam gambar dengan baik walaupun dalam kondisi cahaya redup sekalipun dan meminimalkan effect grainy (noise) pada gambar.

Page 25: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 148 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 49

af terh our af terh our

Al m . Ad j i e M a s s a i dJakob OetamaWartawan Sekaligus Pengusaha Senior

“selamat jalan pemuda bangsa…”Mengawal perusahaan media hingga puluhan tahun bukanlah pekerjaan gampang. Jakob Oetama (79), Presdir Kelompok Kompas

Gramedia, sosok wartawan sekaligus pengusaha senior menjadi bagian penting perjalanan sejarah pers Indonesia. Lihat saja, koran Kompas yang didirikan bersama sahabat karibnya P.K. Ojong (1920-1980) sejak tahun 1965 tetap eksis dan merajai media cetak di tanah air hingga kini.

Berkat ketajaman naluri jurnalistik dan kelihaian mengelola perusahaan media, perusahaan yang dipimpinnya kini mengelola berbagai bidang usaha. Kompas Gramedia memiliki penerbitan, di antaranya Elex Media Komputindo, Gramedia Majalah, Gramedia Pustaka Utama, Grasindo, dan Kepustakaan Populer Gramedia. Grup ini juga mengelola sekitar 26 hotel dan villa, antara lain Amaris Hotel, Santika Indonesia, The Kanaya, serta The Samaya.

Di sektor lainnya ada Bentara Budaya, Dyandra Promosindo, PT Gramedia Printing Group, PT Graha Kerindo Utama, dan di bidang pendidikan kini Grup Kompas Gramedia memiliki Universitas Media Nusantara. Pada 2012, kelompok usaha itu menargetkan penambahan hotel hingga 62, toko buku 120 dan koran menjadi 26.

Di balik kesuksesan Jakob Oetama, ada kesederhanaan sikap yang terpancar. Gayanya yang lembut, rendah hati, dan santun itu selalu dikaitkan ia sebagai seorang mantan guru. “Saya ini hanya seorang guru yang belajar sejarah dan belajar jurnalistik sehingga akhirnya, karena berkat, dapat membawa dan mengorganisasi rekan-rekan untuk bekerja dalam sebuah media massa sampai sekarang ini.” ungkap Jakob Oetama, sebegaimana dikutip Kompas.com Juni lalu. (Dari berbagai sumber)

Kematian sesuatu yang pasti, kehidupan sesuatu yang nyata. Memuliakan hidup sebelum mati, niscaya akan hidup selamanya. Adjie Massaid, salah satu putra

terbaik bangsa, meninggal pukul 02.00 WIB (5/2/2011). Adjie sempat dibawa ke RS Fatmawati, namun nyawanya tidak tertolong lagi. Adjie meninggal dunia karena serangan jantung.

Sebelum terjun ke panggung politik sebagai anggota DPR dari Partai Demokrat, ia populer sebagai model dan aktor. Berikut adalah profil singkat Raden Pandji Chandra Pratomo Samiadji Massaid atau lebih dikenal dengan nama Adjie Massaid.Kiprah Adjie Massaid dalam dunia perpolitikan boleh dikatakan baru. Namun, sebagai politisi muda, almarhum Adjie dinilai koleganya di Partai Demokrat sebagai politisi yang memiliki masa depan cerah. Adjie memiliki totalitas pengabdian untuk masyarakat. Dia sosok yang baik, humble, dan pekerja keras.

berasal dari keluarga politisi (bupati) Pasuruan. Ia menjadi anggota DPR-RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 dari Partai Demokrat. Selain aktif sebagai politisi, Adjie juga Manajer Timnas U-23.

Adjie menikah dengan penyanyi Reza Artamevia pada tahun 1999. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai dua anak bernama Zahwa dan Aaliya. Pasangan tersebut bercerai pada 2005. Ia untuk beberapa lama membujang, sebelum akhirnya menikah dengan Angelina Sondakh, mantan Puteri Indonesia yang juga anggota DPR-RI untuk Partai Golkar (dan pada periode 2009-2014 untuk Partai Demokrat). Keduanya menikah pada April 2009 dan kini memiliki anak. (Berbagai Sumber)

Ia lahir di Jakarta, 7 Agustus 1967, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara keluarga Raden Pandji Sujono Tjondro Adiningrat. Adjie yang keturunan Jawa-Madura-Belanda itu menghabiskan masa kanak-kanak dan bersekolah tingkat dasar di Rawamangun, Jakarta Timur. Tahun 1975, ia mengikuti keluarganya pindah ke Belanda.

Adjie memulai kariernya sebagai model di panggung catwalk, lalu sebagai foto model sejak 1980-an. Ia juga menjajal dunia peran, antara lain bermain dalam film karya Garin Nugroho, Cinta Dalam Sepotong Roti, pada tahun 1990.

Popularitasnya sebagai model dan aktor menjadi modal ketika ia kemudian beralih ke panggung politik. Namun, karier sebagai politisi bukan barang baru baginya karena ia

Page 26: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 150 Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 1 - 51

s neakpeek

Oleh Elly Ten

Film yang diambil dari kisah nyata seorang pemuda Amerika yang bernama Harvey Milk, yang diperankan oleh Sean Pean, dimana dia

berjuang untuk menuntut haknya sebagai kaum gay. Cerita ini di ambil dari kehidupan Amerika, di San Fransisco, daerah Castro, tepatnya pada tahun 1970-an mengenai kehidupan Harvey Milk di usianya yang ke-40, memperjuangkan penghapusan Proposition 6, yaitu peraturan yang melarang guru gay atau lesbian mengajar di sekolah, karena dianggap dapat memberikan citra yang buruk bagi masyarakat. Pada jaman tersebut kaum gay masih dianggap tabu, kaum minoritas, dan sangat dibenci oleh polisi, dapat dilihat di awal cerita film ini.

Cerita ini mengambil alur mundur, dimana Milk membuat jurnal kisah perjalanan hidupnya. Dia bukanlah seorang pahlawan, hanya seorang rakyat jelata, yang bangkit ketika ada kaumnya yang tertindas. Itupun bukan dengan cara kekerasan, tapi dia memiliki cara sendiri untuk membela kaumnya yang minoritas. Film ini menceritakan mengenai perjuangan seorang pria dalam menegakkan keadilan, sedikit mengandung unsur politik, dimana Milk berusaha untuk memenangkan kampanye sebagai supervisor/dewan pengawas kota.

Memang patut diberikan acungan jempol akting Sean Penn sebagai Milk. Totalitasnya dalam memerankan tokoh ini. Dari bahasa tubuh, perkataan yang diucapkan, cahaya matanya terutama gerakan tangan yang selalu bergerak dipadu dengan suara dan aksen yang memberikan kesan Penn sangatlah memjiwai peran yang dibawakannya. Sebelumnya sempat saya menonton fim lainnya, yang diperankan oleh Sean Pean, yang berjudul “I am Sam”, dalam film itu dia mendapatkan peran yang berbeda. Memang kepiawaiannya dalam menghayati suatu peran benar-benar hebat.

Adegan akhir yang cukup mengharukan, meskipun mungkin banyak terdapat adegan sejenis ini di film-film lain tapi masih bisa membuat kita tersentuh (ditambah sedikit cuplikan dari rekaman asli). Juga pada saat keheningan tersendiri, adegan dimana Milk sering merekam kata-katanya sendiri, sebelum terjadinya adengan penembakan yang cukup dramatis yang ditampilkan dengan gerakan slow motion. Film ini membawa Sean Pean memenangkan Piala Oscar dan beberapa penghargaan lainnya sebagai Pemain Pria terbaik. Film ini bukanlah film yang luar biasa tapi menonton kehidupan Harvey Milk mungkin bisa memberikan kita sesuatu hal yang positif. Milk adalah harapan bagi para kaum gay di jaman itu. Dia boleh saja tewas terbunuh, tapi perjuangan mereka tetap ada yang meneruskan, sampai akhirnya mereka mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.

Pada akhir cerita, sekilas ditayangkan wajah-wajah asli daripada orang-orang yang terlibat di dalam film ini. Dalam film ini banyak di dapati adegan berciuman antara sesama jenis, tapi masih dalam tahap wajar, hanya bagi anda yang sedikit risih, boleh saja tutup mata.

Page 27: Money&I ed 14

- Vo l . 1 4 F e b - M a r 2 0 1 152