23
I S B N 97 g-979-L5500-2-4 s SMK EMINAR NASIONAL MEMBANGUN BANGSA UNIVERSITA.S PENDIDIKAN I NDONESIA BEKERJASAMA DENGAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMK DAN APTEKINDO BANDUNG 2012

"Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

I S B N 97 g-979-L5500-2-4

sSMK

EMINAR NASIONALMEMBANGUN BANGSA

UNIVERSITA.S PENDIDIKAN I NDONESIABEKERJASAMA DENGAN

DIREKTORAT PEMBINAAN SMK DAN APTEKINDO

BANDUNG2012

Page 2: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional SItlf, Memban0unBan0saUniversilasPendiflilian Inflonesia - Bandun0 l8 - 20 Juni2012

PROSTDING SEMINAR NASIONAL

SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA

KerjasamaUniversitasPendidikan Indonesia, APTEKINDO, dan Direktorat Pembinaan SMK

PenanggungJawab :

Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd

(Rektor Universitas Pendidikan Indonesia)

KetuaUmunr:

Dr. H. Dadang Hidayat M., M.Pd

Ketua I :

Dr. H. Asep Setiadi, M.Pd

Ketua Ii :

Dr. Eng. Agus Setiarvan, M.Si

Tim Penyusun :

Dr. Ana, M.Pd

Herwan Dermarvan, M.T

Siti Mudzalipah, M.Si

Penerbit :

FakultasPendidikanTekno logidanKej uruan

UniversitasPend id ikan Indonesia

Page 3: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

seminar Nasional slIK llembangunBangsauniversilasPenflidikan Indonesia, Banf,unE l8 - 20 Juni2412

SAMBUTAN DEKAN FPTK UPI

Assalamua' laikumWr. Wb.B ismi llahirohmanirohim

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dankarunia-Nya buku prosiding ini dapat diselesaikan dengan baik. SEMINAR NASIONAL SMKMEMBANGLfN BANGSA merupakan kegiatan yang ada di Prodi: Pendidikan Teknik Elektro -Sl, Teknik Elektro D-3, Teknik Elektro, Pendidikan Teknik Mesin, Teknik Mesin D-3, TeknikSipil, Pendidikan Teknik Bangunan, Teknik Sipil, Pendidikan Teknik Arsitektur, TeknikArsitektur, Teknik Arsitektur Perumahan D-3, Pendidikan Tata Boga, Pendidikan Tata Busana,Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, PendidikanTeknologi Agroindustri di lingkungan FPTK.

FPTK dalamusianya yang ke-53, maka dirasa perlu menampilkan hasil produk dan kegiatanlaboratorium yang telah berjalan setengah abad. Kegiatan ini melibatkan prodi, jurusan, fakultas,universitas dan SMK seluruh Jabar, Dinas Pendidikan, DU/DI. Sehingga kegiatan ini cukup akbar,yang diharapkan terjadi sinergi antara universitas disatu piliak sebagai penghasil lulusan, SMKsebagai pengguna lulusan, dan DUDI sebagai pemakai lulusan dari kedua institusi tersebut.

Selain kegiatan SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA, para dosen, guru-gurudan industri menyajikan buah pemikirannya dalam mengembangkan pendidikan kejuruan dalambentuk kurikulum, strategi pernbelajaran dan masalah-masalah yang ada pada TVET. KegiatanSEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA dan seminar bertujuan untukrner-rghimpun semua urlsur terkait dalam menampilkan hasil karya ilmiah, produk daripembelajaran, instrurnent dan peralatan praktek serta hasil-hasil lainnya.

Pada kesempatan iui, saya atas nama pimpinan FPTK menyampaikan dan memberikanpenghargaan kepada:

1. Bapak Rektor yang telali rnengijinkan kegiatan ini;

2. Para Kepala Dinas Pendidikan di lingkungan Provinsi Jaw'a Barat yang telah memberikandorongan moril pada acara kegiatan ini;

3. Para Ketua Jurusan/Ketua Program Studi di tirlgkat Fakultas, Ketua Pantia yang telahbersusah payali menyelenggarakan kegiatan rr-u;

4. Para Kepala Sekolah SMK yang telah berpartisipasi mengirimkan timnya untuk kegiatanpameran;

5. Para dosen dan guru-guru yang telah berpartisipasi sebagai peserta seminar;

6. Para mahasiswa FPTK dan parasisrva SMK yang terlibat dalam kegiatan ini dan akhirnyakepada DU/DI yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikanbantuan nara sumber dan materilnya demi kemajuan pendidikan kejuruan.

Kegiatan ini merupakan raugkaiall acara Dies Natalis UPI yang ke-57 pada tanggal 20 Oktober201l.Dirgaliayu UPI semoga menjadiuniversitas yang Leading and outstanding.

Akhirnya pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tir-rggilry'a kepada panitia dan sernua pilrak yang telah rnernberikan sumbangan baik moril, maupullspiritLtal. Kami moltou t.naaf bilanrana dalarn penyelenggaraan kegiatan ini terdapat kekurangan dankelemahan, semoga kegiatan ini akan memberikan manfaat bagi kita semua.

Wassalamua' laikumWr. Wb.Dekan FPTK-UPI

Prof. Dr. H. Mukhidin, M.Pd.

Page 4: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar i{asi0nal SITII( MemDangunBangsauniversitasPendiflikan Inf,onesia, Banilung 18 - 20 Juni2An

KATA PENGANTAR

lndonesia denganjumlahpendudukterbesar di Asia Tenggara dilihat dari sisi ekonomidapat merupakan potensi yang besarterutama apabila kita mampu mendayagunakan pendudukyang besar tersebut menjadi manusia-manusia yang produktif. Pendidikan Kejuruan merupakansarana yang efektif dalam menghasilkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini sejalandengan prioritas Presiden Republik lndonesia dalam bidang Pendidikan sebagaimana tertuangpada Renstra Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)tahun 2010 s.d. 2014 mengamanatkan agardilakukan peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan dan efisien menujuterangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan karakterbangsa yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhanekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1)menciptakan lapangatt kerja atau kewirausahaan dan 2) menjawab tantangan kebutuhante naga ke rja.

Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas harus memiliki keunggulankomparatif dan keunggulan kompetitif agar siap bersaing dalam memasuki pasar tenaga kerja.oleh karena itu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan perannya mempersiapkan siswamenjadi calon tenaga kerja yang berkualitas (produktif) harus didukung oleh semua pihak, baikdari Departemen-departemen terkait, lndustri, maupun dari perguruan Tinggi.

Dukungan dari Perguruan Tinggi dapat berupa aplikasi hasil-hasil riset untuk pembuatanproduk-produk tertentu disatu sisi dan penyiapan calon-calon guru profesional yang siapmelakukan profesinya dalam pelaksanaan program pendidikan di SMK.Universitas pendidikanlndonesia yang didalamnya memungkinkan melakukan kedua peran strategis tersebut dapatmelakukan langkah-langkah nyata dalam mendukung industri kreatif berbasis SMK. Hal inidilakukan melalui: Senrinar Nasional SMK Membangun Bangsa.

Seminar Nasional SI/1K Membangun Bangsa bertujuan untuk mendukung program lndustriKreatif Berbasis SMK dengan menghasilkan pemikiran-pemikiran baik berupa konsep,kesepakatan atau konvensiyang berkaitan dengan: 1) Membangun industri kreatif berbasis SMK;2) Pemikiran mengenai landasan-landasan hokum dan legalitas produk-produk yang dihasilkansMK; dan 3) Pemikiran tentang penyiapan calon-calon guru profesional SMK.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini. Semogakerjasama yang sudah terjalin selama ini menjadi lebih bermakna dan membawa kemajuankepada semua pihak.

Bandung, 1-8 Juni 2012

Panitia SEMINAR NASTONALSMK MEMBANGUN BANGSA

Page 5: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasi0nal SIiIf, l[emhangunBangsauniversitaspenliililmn lndonesia . Bandung

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

JADWAI- ACARA

MAKALAH :

1 PENGEMBANGAN MATA KULIAH PRAKTEK KEIURUANUNTUK PENYIAPAN CALON GURU PROFESIONAL SMK BIDANG TEKNIK MESIN

2 SINERGITAS INDUSTRI KREATIF BERBASIS SMK DENGANSTRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL MENUJU GLOBALISASI

3 STRATEGI LPTK-PTK DALAM PENYIAPAN CALON-CALONGURU PROFESIONAL SMK

4 TERA ULANG REGULASI PENDIDIKAN GURU VOKASI; PROGRAM 51 KEPENDIDIKANDENGAN KEWENANGAN TAMBAHAN (KKT)

5 MENYIAPKAN GURU SMK SEKOLAH BERTARAF INTERNASIoNAL (SBI) :SEBUAH. PEMIKIRAN TENTANG SII4K

6 PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SMK MELALUI INOVASI PEMBELAJARAN

7 PERAN LPTK DALAM MENYIAPKAI'J GURU.GURU YANG MAMPU MENDIDIK SiKAPKEJUJURAN, DISIPLIN, DAN CINTA KASIHPADA SISWA TINGKAT SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN

8 PERAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PADA SMK DALAM PENGEMBANGANINDUSTRI KREATIF

9 OPTIMALISASI IMBALAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU

1'1,

PENUMBUHAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PENGEMBANGAN KEMAMPUANBERPIKIR KREATIF PADA PEMBELAJARAN FISIKA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN(sMK)

MEMBANGUN PROFESIONALITAS CALON GURU SMK MELALUI PEMBELA.JARANBERBASIS MULTIMEDIA

SMK PROGRAM STUDI TATA BUSANA SEBAGAI WAHANAPENGEMBANGANINDUSTR! KREATIF BIDANG FASHION

PENDIDIKAN GURU KEJURUAN YANG BERKELANJUTAN

MODEL PENDIDIKAN CALON GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)PRODUKTIF

18 - 20 Juni2012

10

Halaman

iii

iv

vi

1

72

18

23

32

43

57

97

tul

116

725

68

77

88

12

13

t4

Page 6: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Semlna; Nasional Slil( ilembanEunBanEsa[niyersilaspendidikan Inilonesia - Bandung

MENYIAPKAN KOMPETENSI CALON GURU TEKNIK MESIN DI PTM UNS DENGANMODEL PEMBELA.JARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM S1 SARJANA PENDIDIKAN TEKNIKELEKTRO

KOMPETENSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PROGRAM KEAHLIAN TATABUSANA MENDUKUNG SUMBERDAYA MANUSIA YANG PROFESIONAL

MODEL PENYIAPAN GURU PROFESIONAL UNTUK SEKOLAH KEJURUAI,I DI ABAD 2

EFEKTIFITAS WORK BASED LEARN!NG (WBL) UNTUK PENDIDIKAN KEJURUAN DI

INDONESIA

20 EVALUASI KEGIATAN PENDAMPINGAN SMK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

21 TANTANGAN LPTK DALAM PENYEDIAAN GURU SMK

22 PENGARUH PRESTASI PRAK'TIK KER'A INDUSTRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA

SISWA 5MK

23 PENYELARASAN PENYEDIAAN GURU PRODUKTIF SMK MELALUI KOLABORASIANTARA LPTK-PTK DENGAN NON LPTK

24 MEMBANGUN SEMANGAT BELPJAR BERORIENTASI INDUSTRI KREATIF BAGI CALONGURU TEKNIK PROFESIONAL MELALUI INTEGRASI PEMBELAJARAN

BERBASISINKUBATOR INDUSTRI

25 TINJAUAN HUKUM ATAS PRODUK.PRODUK KREATIF SISWA SMK YANG

DIKEMBANGKAN OLEH THEACHING INDUSTRI MANUFAKTUR BERBASIS SMK

26 MODEL PENDIDIKAN LPTK PROFESIONAL

27 MODEL PENDIDIKAN LPTK P RO FEgIONALIM PLEIVlENTASI BELAJAR MANDIRi (SELF _RELIANT) PADA TECHNICAL EDUCATION AND VOCATIONAL TRAINING (TVET)

28 PEMBANGUNAN INDUSTRI KREATIF DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKANVOKASiONAL

29 TINJAUAN KEBUAKAN DAN PERUNDANGAN PADA USB SMK DALAM KAITANNYADENGAN MP3EI

'i8 - 20 Juni2412

l5

1,6

133

140

156

t67

181

191

2t3

2r8

226

238

247

256

268

278

288

17

Page 7: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

UEKEtCTA)^MA [,rEl\\Jnl\ Lrlt('cNl uK^ r rLrYrolrr^^,\ Jrvrr\ u^rtKampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia

Jl. Dr. Setiabudhi 2O7 Bandung 40154. Telp,/Fax: 022-20L7576Home lrage: http://www,upi.edu E-mail: [email protected][, ntrryanto-adhi@yahoo'co.id

HariPertarna: Senin, 18 Juni 2AL22 REMBUG NAsroNAt sMK MEMBANGUN BANGSA

Catatan: SemuakegiatanRembugNasdiliputolehSie .Dokumentasi / Humas UPI:Dr.DediRochendiDr.HasbullahSuwatno

Sie. Acara:Dr.Hj. Budil""1 ulyanti,MSiSie. KonsumsiPenerima Tamu

Pembukaan RembugNasionalSlvl K membangunBangsa&Pameran KaryaSiswaSMK.1. LaporanKetuaPelaksana

2, Sambu[anDekan FPTKUniversitasPendidikanIndonesia

Sambutan Ketua APTEKINDO

SambutanRt:ktorUniversitasPendidikan Indonesia

Dr. DadangHidayat, M.Pd.

Prof. Dr. H. Mukhidin,MPd

Prof. Dr. HuseinSyam

Prof.H. Furqon, M.A.,Ph.D.

Persiapan :

Regiskasi Peserta

Coffee Morning

07.00 09.00

Auditorium lt.2JICA-FPMIPAUPI

09.00 09.45

09.45 -- 10.30 Setelah keynote, rombonganKemendikbud didampingi Rektor UPI,

Dekan dan Ketua Pelaksana menuju

GdGymnastiumtemPat

Ir. Anang Tjah;ono, M,T.( M ewa ki I i tvlend i kbu d )

Keynote Speaker "Rembug Nasional SMKmembangunBangsa&PameranKaryaSiswaSMK" olehMenteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Sie. AcaraMC

Moderator:Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc.,M.Pd.

Notulis:Nitihlndra K.D.,S.Pd.

Auditorium lt.2JICA.FPMIPAUPI

1. RudiFarzal,S.H.,M.M(KementerianKoperasi& UKM)

2. Nuryaii Lagoda(Kementerian Perdagangan )

3. Nono Chairano Chalil, S.Teks., M.Si.( Kementerian Perindustrian)

,t.Dr, Ir. Agung Budi Santoso,M.M.

Diskusi Panel I:Kebtlakan dan dukungan l,lerttei'menteriterhadap:

1. Membangunlndustri Kreatifberbasrs SMK2. Legal HukumProduk-produk yang

dilnsilkanSiswa SMK;3. Peran LPTK dalamMenyiapkanCalon Guru

Profesional SMK.

10.30- 12.30

SebelumnyaRombongantamudariKementerian-Kementeriandisambuttim penerima :

Rektor UPI,Dekan FPTK, PD 1, PD 2,

Ketua dan Wakil -wakilKetua Panitia,Humas UPI.

Page 8: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Ery uEKElt A)AMA UEI\UI\I\ Ult".El\ I \JK/\ I rErylDll\.\/ar\ )lvlN L/nl\ nr I trNll\vvKampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia

JI. Dr. Setiabudli 2O7 Bandung 40154. Telp/Fax: 022-2011576Horne page: http://ruutw.upi.eclu E-mail: ana syarief@)yahoo.co.id, [email protected]

l.Gubernur Jawa Barat:H.AhmadHeryawan ,Lc2.Surya Dharma, M.P.A., Ph.D.

(Direktur P2TK Dikmen)3.Drs. H. Hapy Gustin, S.H.,M.M.(Mewakili Gubernur DKI)4. Drs.AdeKaryana, M. Ed.

(MewakiliGubernurSumsel)

Auditorium lt.2 ]ICA-FPMIPA UPI

Sie. Acara:

l\,1c

Moderator:Drs. Wahyu Wibowo,M.T.

Notulls:Sitituludzalipah, S.T., M.Si.

13.30 -15.30 I Diskusi Panel I1:Kebrjakan dan dukungan Penterintah Dae,ahdan Pimpinan Lembdga terhadap:1. MembangunlndustriKreatifl,terbasis

SMK;2. Legal HukuntProduk-produk yang

dihasi/kan9iswa 5MK,-

3. Peran LPTKdalamMenyiapkanCalonGuru Profesional

'MK;

1. Prof. Dr Supriadi Rustad(Direktur Direktorat Pendidikan dan

Tenaga Keperrdidikan Dikti)2. H. Budi AntoniAljufri

(Bupati Empat Lawang SumSel)3. Prof. Furqon,Ph.D.

(Rektor Universitas PendidikanIndonesia)

Sie. AcaraMC

Moderator:Prof. Dr.H.Mukhidin, MPd.Notulis:Indah Susanti, S.Pd,

Auditorium lt.2 JICA.FPMIPA UPI

16.00-17.30 Diskusi Panel III:Kebljakan Direktorat - direktoratKemendikbuddan dukungan PemerintahDa era h/Wa liko ta/Bupa ti terh a da p :1. lvlembangunlndustnKreatlfberbasis

SMK;2. Legal HukumProduk-produk yang

dihasi/kanSiswa 5MK;3. Peran LPTK dalamlvlenylapkanCalon

Dikoordinasikan dgn sie. konsumsiSie.acara memfasilitasi-mengkoordi nasikan pertemuanTIM Perumus SEMNAS & RembugUntuk merumuskan hasil(kesimpulan & Rekomendasi

Seluruh Pembicara, Pesefta, &Panitia

18.30-20.00 I Gala Dinner

'l llli:.,i l" r., :

B

10 Sie AcarazSie. Konsumsi

Lt. 4 FPTK

Page 9: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

=sBEKERJASAMA DENCAN DIRTKIURAI PEMUINAAN )MI\ UAN NTIENII\L'TJ

Kampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia

Jl. Dr. Setiabudl'ti 2O7 Bandung 40154. Telp/Fax: 022-201L576

Home page: http://www.upi.eclu F.-mail: [email protected], nuryanto-adhi@yahoo'co.id

A.

Hari Kedua: Selasa, 19 Juni 2OL2z Focus Group Discussion (Parallel Sessions)

Topik: Membangun Frogram IndustriKreatifBerbasis SMK

1 08.00-08.30 Presentasr l"lakalah Prof.Dr.H. Mukhidin, MPd. Moderator:Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd.

t4 FPTK-UPI

Tim Perumus Topik A:

Dr. Ir. Agung Budi Susanto, M.M.

(Ketua)

Drs. H. Wahyu Wibowo, M.T.

(Sekretaris)

Prof. Dr. H.Mukhidin,MPd

Dr. Ai Nurhayati, M.Si.

Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd.

Dr.Hj.BudiMulyanti,MSi

2 08.30-09.00 Presentasi Makalah Dr. Ir. Agung Budi Susanto, M.M. Moderator:Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd.

Auditorium lt.

4 FPTK-UPI

Seluruh Peserta dalarn KelomPok

mendiskusikan sesuai toPik &

memberikan masukan untuk

rumusan KesimPulan &

Rekomendasi Rembug SMK

4 10.00-1 1.30 Diskusi & Perumusan Hasil Diskusi Moderator:

Drs. H. Wahyu Wibowo, M.T.

Drs, H. Wahyu Wibowo, M.T. Auditorium lt.

4 FPTK-UPI

Peserta berkumPul di Auditorium

Lt.4 FPTK-UPI5 11.30- 12.00 Sidang Pleno; Pembacaan

Kesimpulan & RekomendasiRembug lrlasional SMK MembangunBangsa,

Sie.Acara Auditorium lt

4 FPTK-UPI

Peserta berkumPul di Auditorium

Lt.4 FPTK.UPI6 12.00-12.30 Penutupan

Page 10: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

uEl\EKJn)ArVll\ LrEl\unl\ ulNLNlvMr rLrrru

Kampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia

JL Dr. Setiabudhi 2O7 Bandung 40154. Telp,/Fax: 022-2011576

Home page: http://u,ww.u1:i.edu E-mail: ana-syarief(dyahoo.co.id, nuryar.rto-adhi@yahoo'co'id

A. fopit, TinjauanAspekHukumTerhadapProduk yang Dihasilkan SMK

'llm perumustopik B:

Prof. Dr. Astim RiYanto, S.H.,M H.

(Ketua)

Dra. Nanis Setiawati, M Si.

(Sekretaris)

Muhammad Ilham Hermawan,

s,.H., M.H.

Luki Raspah, S.H.,M.H.

Bayu Dwi Anggono, S.H.,M.H.

Endang, 5H.,M.H.

Moderator: I Ruang Rapat 1

Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si. I tt. + reff-uelProf, Dr . Astim Riyanto, S.H.,M.H.08.00-08.30 Presentasi Makalah

Ruang Rapat 1

It. 4 FPTK.UPIDiskusi & Tanya Jawab

Seluruh Peserta dalam KelomPok

mendiskusikan sesuai toPik &

memberikan masukan untuk

rumusn KesimPulan &

Rekomendasi Rembug SMK

Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si. Ruang Rapat 1

It.4 FPTK-UPIProf. Dr. Astim RiyantoDiskusi & Perumusan Hasil Diskusi10.00-11.30

Peserta berkumPul di AuditoritlmDr. Eng. Agus Setiawan, M.Si.Prof. Dr. Astim Riyanto

Prof. Dr. Astim Riyanto

tt:UtZSO i Siaang Pleno: Pembacaan Kesimpulan &Rekomendasi Rembug Nasional SMK

Membangun Bangsa.Peserta berkumPul di Auditorium

Lt.4 FPTK-UPI12.00-12.30 Penutupan

Page 11: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

uEKEIUA)I\MI\ L,rEl\tJAl\ L',lt('ENl vKr' I rLrvtDlrr^^rr Jvrr\ s^rr

Kaml>trs FPTK Universitas Perrdidikan lndonesia

Jl. Dr. Setiabu dli 2O7 Bandung 40154' Telp/Fax: 022-2011575

Home page: http://wutw.upi.erlrr E-ffrail: ana-syarief@ry;rlroo.co.id, nuryanto-adhi@yahoo'co'id

c. Topik: Peran 1-p111- p111 da la m Menyia pka nCa lon G u ru Profesiona I SMK

Dr. H. Dadang Hidal'at M., MPd. Moderator:

Prof. Dr.H.As'ari Johar,Mpd

Ruang Rapat 2It,4 FTTK-UPI

Tim perumustoPik C:

Prof. As'ari Johar (Ketua)

Drs. Dadang HidaYat, M.Pd.

(Sekretaris)

Dr. H. Dani Meirawan, M.Pd.

Dra. Herni Kusanti, M.Pd.

Dr. Iwa Kuntadi

Drs. Sujani, M.Pd.

1 08.00-08.30 Presentasi Makalah

Moderator:

Prof. Dr. ll.As'ari Johar,MPd2 08.30-09.30 Diskusi & TanYa Jalvab

10.00-1 1.30 -Oist<usi A Perumusan Hasil Diskusi Dr. H. Dadang HidaYat M., MPd. Moderator:

Prof. Dr.H.As'ari Johar,MPd

Ruang Rapat 2

It. 4 FPTK-UPI

Seluruh Peserta dalam KelomPol(

mendiskusikan sesuai toPik &

memberikan rtasukan untuk

rumusan KesimPulan &

Rekomendasi Rembug SMK

4

Auditorium lt.4FPTK-UPI

Peserta berkumpul di Auditorium

Lt.4 FPTK-UPI5 11.30-12.00 @simpulan&Rekontendasi Rembug Nasional SMK

Membangun Bangsa.

Dr. H. Dadang HidaYat M., MPd. Prot. Dr.H.AS arl Jonar/lvlpu

Di. H. oaaang Hidayat M., MPd' Sie.Acara Auditorium lt.4FPTK-UPI

Peserta berkumPul di Auditorium

Lt.4 FPTK-UPI6 12-.00-12.30 PenutuPan

li

I

Page 12: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional Silf, ilemDanEun [angsaUniversilas Penf,idiHan Inf,onesia, Banf,unE

18 - 19 Jur:i2012

MODEL PENDIDIKAN LPTK PROF'ESIONAL

C. Rudy Prihantoro

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

Abstrak: Lembaga pendidikan termasuk di dalamnya adalah Lembaga Pendidikan TenagaKependidikan (LPTK) yang menjadi tumpuan dalam hal ini, tentu harus mengantisipasi segalakemungkinan dan perkembangan yang menjadi permasalahan-permasalahan yang akan terusberkembang.Bahwa tujuan pendidikan profesional adalah menghasilkan seseorang yang berprofesidengan kemampuan standar dan seseorang yang menerima atau mempraktekkan apa yang merekahormati sebagai yang baik cian sebagai kemampuan yang layak. Tujuan pendidikan profesionalharus dirinci secara jelas, isi yang spesifik dalam kurikulum untuk mendasari rasional menentukanpengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama proses pendidikan profesional. LPTKperlu dilakukan rekonstruksi dan revitalisasi untuk lebih meningkatkan fungsi utama yang diembanLPTK melalui kajian-kajian strategis untuk menjawab perkembangan akan kebutuhan tenagapendidikan. Model pendidikan guru selama ini berupa model kongkuren dianggap usang dan akandiganti dengan rnodel konsekuiif (berurutan). Model konsekutif dianggap lebih mampu menjawabtantangan pendidikan bagi calon guru di masa depan. Model pendidikan konsekutif (berurutan)berarti rnendidik mahasiswa calon guru dengan ilmu non kependidikan sejak awal masukperguruan tinggi, setelah pada level tertentu baru diajarkan didaktik metodik. Dalam versi lain,model pendidikan konsekutif,pendidikan didaktik metodik diberikan kepada mahasiswa setelahmenyelesaikan seluruh mata kuliah di jenjang pendidikan Sl melalui program yang dikembangkanpada prograrn sertifikasi guru atau pola yang setara dengan program sertifikasi guru. Dalampengembangan LPTK agar lenrbaga ini mampu menghasilkan tenaga guru yang handal, efektif danprofesioual. Fakta di lapangan telah rnembuktikan bahwa perubahan IKIP menjadi universitasmengaburkan cita-cita arval sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik. Kini diperlukanrneningkatkan mutu LPTK dengan fasilitas modern kependidikan. Melalui IT mahasiswa akanmelihat kemajuan teknologi pengajaran sekaligus berinteraksi dan memperdalam ilmukependidikan yang ditekuni sehingga semakin banyak keterampilan yang mereka peroleh dariberbagai sumber. LPTK harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik itu masyarakat penggunajasa pendidikan LPTK, hingga pemerintah.

Kata Kunci: Profesional, model pendidikan, mutu LPTK.

LATAR BELAKANG

Saat ini orientasi pendidikan di Indonesia, cenderung mengikuti visi dari aspek ekonorni global

yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterbukaan yang

mengakibatkan adanya tuntutan kompetisi untuk mampu merebut keunggulan-keunggulan yang

dapat dintanfaatkan uutuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tuntutan kompetisi ini

membarva konsekuensi pada kesiapan masyarakat dalam berbagai aspek kompetisi. Salah satu yang

diperlukan adalah kompetensi individu dari suatu komunitas masyarakat yang metninati bidangnya.

Pernilikan kornpetensi oleh individu-individu untuk bidang-bidang yang diminati, merupakan

tantangan terser-rdiri bagi individu-individu untuk meraihnya. Lembaga pendidikan akhirnya

Page 13: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional SHI llemDandun Ban0saUniversilas Penilidikan Indonesia , Bandung

18 - 19 Juni2012

menjadi tumpuan harapannya. Dengan bertumpu pada pendidikan, individu-individu yang menjadi

mahasiswa disuatu lembaga pendidikan, r-nengharapkan bahwa program yang dikembangkan akan

membawa mereka untuk memiliki kompetensi dan keprofesionalan yang dapat digunakan untuk

mengantarkan pada kompetisi di lapangan kerja yang akan dijadikan wahana meningkatkan

kesejahteraannya dimasa yang akan datang.

Lembaga pendidikan termasuk di dalamnya adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK) yang menjadi tumpuan dalam hal ini, tentu harus mengantisipasi segala kemungkinan dan

perkembangan yang menjadi permasalahan-permasalahan yang akan terus berkembang. Sistem

pendidikan perlu disesuaikan dengan tuntutan masyarakat, tu.yuan pendidikan harus diubah untuk

memenuhi harapan lulusan, kurikulum dikembangkan untuk mengantisipasi keresahan-keresahan

yang berkembang, strategi pendidikan dan pengajaran harus dikembangkan sesuai dengan kondisi

dan situasinya. Tentu hal itu tidak semudah yang dikehendaki, permasalahan-permasalahan lain

tentu akan rnuncul berkaitan dengan pendidikan yang mempunyai misi tersebut.

Berbagai fakta dan permasalahan tersebut di atas akan membawa dampak terhadap hari depan para

mahasiswa saat ini. Satu hal yang selalu harus diantisipasi oleh dunia pendidikan adalah kejutan

masa depan (future shock) yang sulit diprediksi secara linier. Menghadapi hal ini apa yang harus

dilakukan dunia pendidikan? Khususnya bagaimana LPTK mengantisipasi kejutan masa depan

dalam menyiapkan tenaga-tenaga pendidik disemua lini pendidikan? Bagaimana model LPTK yang

mampu melahirkan tenaga-tenaga pendidik profesional?

Menanggapi pertanyaan tersebut di atas, maka LPTK sebagai salah satu institusi pendidikan

profesional harus menyadari bahwa proses industrialisasi seperti yang terjadi dalam tuntutan era

globalisasi saat ini dan struktur masyarakat akan sama sekali bertolak belakang deitgan masyarakat

yang mengutamakan status (diplorua disease). Dalam masyarakat yang lebih mengutamakan status

peranan seseorallg ditetapkan oleh jenis kelamin, umur, keturunan, kekayaan serta lainnya yang

sama sekali tidak berliubungan dengan kecakapan dan kepandaian seseorang. Suatu masyarakat

masa depan yaitu masyarakat industri, berusaha untuk menyaring dan melatih orang-orang sesuai

dengan kepandaian dan bakat masing-masing, dan setelah yang bersangkutan memperoleh

pekerjaan, berusaha untuk memanfaatkan kecakapan yang dimiliki orang itu untuk meningkatkan

kemajuan masyarakat dengan jalan menggairahkan persaingan yang sehat berdasarkan kompetensi

masing-rnasing. Jadi, dapat dikatakan, bahwa pendidikan profesional seharusnya bertujuan

membina kompetensi seseorang menjadi seorang yang profesional sesuai dengan kebutuhan

masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan bila orientasi pendidikan lebih menekankan pada dasar

kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang lulusannya.

Page 14: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional SItlf, Hemtrangun Bangsa

Universilas Penf,idilian Indonesia , Banilun018 - 19

2012

PENDIDIKAN PROFESIONAL

1. Hakikat Pendidikan Nasional

Davies (1976), menyatakan bahwa tujuan pendidikan profesional adalah kenyataan yangada(self-

evidence), di sini artinya bahwa tujuan akhir dari pelatihan untuk profesional adalah kemampuan

praktisi di lapangan pekerjaannya. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam tujuan pendidikan

profesional berdasarkan kenyataan yang ada adalah hakikat proseS pendidikan itu sendiri,

persyaratan sosial yang luas, perlunya suatu profesi dan permintaan, setta adanya orang yang mau

betajar. Faktor-faktor ini berkaitan antara kebutuhan, kemauan dan permintaan di dalam pendidikan

dan pelatihan profesional.

2. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan profesional adalah untuk menghasilkan praktisi yang kompeten, seperti yang

dikemukakan dalam penilaian self-evidence. Penilaian ini muncul berdasarkan dua pertanyaan

yaitu: Mengapa praktisi harus kompeten? dan, apa kompetensi itu?

Hal pertama yang perlu dikaji adalah anggapan sementara orang bahwa seseorang yang sudah

masuk ke dalanr lingkup profesional menganggap bahwa dirinya sud.ah berkemampuan sesuai

dengan profesinya, walaupun hat ini perlu dikaji lebih jauh apakah seseorang tersebut telah melalui

suatu perrgujian-pengujian pengetahuan dan kemampuan profesinya serta telah sesuai dengan kode

etik profesi yalg berlaku dalam memberi pelayanan kepada klien (Hughes, 1958). Apabila yang

terjadi adalah tidak adanya kemampuan (incorttpetent) seorang praktisi dalain mentpraktekkan

profesinya, rnengapa ia harus mencari kompetensi dan mengapa kompetensi di klaim sebagai

produk akhir dari pendidikan dan pelatihan? Untuk menjawab pertanyaan ini, Schumacher (i977)

menyatakan bahwa: "Pendidikan merupakan dasar untuk bekerja dengan baik adalah sungguh tidak

mungkin (impossible). Bagaimana membedakan bekerja dengan baik dan bekerja secara buruk jika

manusia yang hidup di dunia ini tidak berarti (no meaning), tidak mempunyai tujuan (no purpose)".

Goode (1973) menyatakan bahwa pelayanan adalah satu dasar profesi dan karenanya etik

pelayanap rlelekat dalarn sifat profesiona[. Tetapi seorang praktisi dalam pekerjaan profesiorral

tidak selalu melakukan etik tersebut, hal ini disebabkan disiplin prosedur yang digunakan dalam

pekerjaan tanpa dilandasi kemampuan profesi. Karena itu diperlukan jaminan dengan standar yang

tinggi bagi praktisi untuk memiliki ideologi etik profesional. Meskipun demikian etik pelayanan

bisa tidak ketihatan rasional tanpa keberartian dan tujuan hidup manusia. Apakah mereka

diultungkal ataupun tidak dari pelayanan tersebut? Namun, yang terpenting dalam hal ini adalah

mengapa profesional harus berkemampuan? Salah satu sebab diterimarlya hal ini adalah bahwa

permintaan profesi atau permintaan profesionalisme merupakan suatu akibat metafisik mereka atau

Page 15: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasi0nal Sllf, llemDanEun Bangsauniversilas Pendidikan Inf,onesia, Banilun0

18 - 19 Juni2012

keyakinan mereka, sebagai contoh yaitu implikasi bahwa profesional adalah seseorang yang

memiliki watak teliti, berkeyakinan atau berideologi. Watak dan keyakinan adalah individualistis

dan mungkin saja salah atau tidak bermoral untuk profesi-profesi tertentu tetapi yang lain

merupakan watak dan keyakinan yang dipercayainya.

Pada pendidikan profesi, staf pengajar harus melakukan analisis terhadap perkembangan

kemampuan dan sikap yang dimiliki mahasiswanya, tugas pendidik di sini adalah mempersiapkan

mahasiswa untuk masuk ke dalam profesinya dan lebih lanjut memperlihatkan kemampuan utama

profesi dengan kualifikasinya, serta kernampuan-kemampuan yang digunakan dalam menjalankan

tugas-tugas profesinya. Schumacher (1977) menyarankan: "Bagaimana kami menyiapkan orang

muda bekerja untuk masa depan dunia? Saya pikir kami harus mengajarkan mereka membedakan

antara bekerja yang baik dan bekerja yang buruk serta mendorong mereka menolak yang bekerja

buruk".

Isu-isu yang timbul berkaitan dengan pendidikan profesional adalah tentang isi kurikulum

pendidikan profesional dan tentang metode mengajar (teaching student). Argumentasi Schumacher

yang diimplikasikan bahwa salah satu tujuan pendidikan profesional adalah menghasilkan

seseorang yang berprofesi dengan kemampuan standar dan seseorang yang menerima atau

rnempraktekkan apa yang mereka hormati sebagai yang baik dan sebagai kemampuan yang layak.

Selain itu isu moral sebagai jiwa profesionalisme itu sendiri merupakan sentral dari pendidikan

profesional.

3. Kompetensi

Kompetensi diasurnsikan hanya merupakan keberhasilan ketika pekerjaan dikerjakan dengan

seluruh aspek kecakapan, misalnya keberhasilan ilalam praktek yang didasarkan atas teori. Yang

tersirat di sini bahwa praktisi harus memiliki pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill)

untuk menjalankan pekerjaan. Keahlian yang satu tidak lebih dari kemampuan yang lain.

Pengetahuan atau keterampilan tidak merupakan konsep nyata masing-masing dalam praktek

profesional.

Pengetahuan profesional menunjukkan penguasaan disiplin akademik atau disiplin-disiplin ilmu

yang mendasari praktek profesional. Pemeliharaan pengetahuan profesional di sini bahwa

peuguasaall peugetahuan ini adalah pentiirg untuk ttremaharni konsep profesionalisme. Pengetahuan

akadernik esensial bagi praktisi untuk memahami dasar teoretikal ke keterampilan dalam kinerja

praktek profesional. .Selanjutnya, perlunya peugetahuan untuk profesional adalah bahwa perlu

pemaharnan terhadap nilai-nilai moral dalam menjalankan praktek profesional. Berlawanan dengan

pengetahuan keterampilan yang menekankan kinerja dalam bekerja dari pada teori. Kinerja

Page 16: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional Strlf, ilem[angun BangsaUniversitas Pendidilran Indonesia - Banf,ung

'18 - 19 Juni2012

keterampilan di sini bisa jadi tergantung pada pengetahuan. Karena itu keterampilan

mempertunjukkan kemampuan yang terbatas untuk melakukan teknik atau prosedur yang dapat

diterirna secara profesional atau ditentukan oleh organisasi profesional pekerja.

Ditarnbah lagi, keterampilan sosial melalui hubungan baik individu praktisi-praktisi dengan

serangkaian yang mereka perankan adalah kinerja kerja yang penting. Kompetensi, oleh karenanya

merupakan konsep yang lebih luas dari pada yang dibayangkan. Hal itu berhubungan dengan

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sikap termasuk di dalam analisis ini berkaitan dengan

ideologi profesional, yaitu memiliki dimensi kognitif dan afektif yang kaitannya cenderung dengan

perilaku.

Jadi tampak bahwa dasar praktek profesional tebih kompleks dan praktek kompetensi lebih luas

dari yarrg diasurrsikan dan jika Schumacher benar, dimensi slkap (attitudinat) lebih penting dari

pada yang sering terlihat diberikan pada pelatihan profesional.

4. Proses Pendidikan

Peters (1967) mengemukakan bahwa proses perididikan akan dilihat sebagai suatu rangkaian tugas-

tugas yang dicapai melalui pendidikan. Di sini diartikan bahwa salah satu tugas dalam pendidikan

adalah indoktrinasi. Imptikasi indoktrinasi hadir dalam tujuan kedua yang dikemukakan dalam

referensi Schumacher.

Hare (1964) berpendapat bahwa untuk rnemahami konsep indoktrinasi yang utama perlu dilihat

adalah dari perspektif tujuan-tujuannya. Ia menegaskan bahwa indoktrinasi bertujuan menghasilkan

diterimanya pandangan yang diharapkan indoktrinator. Pendidik akan memberi perhatian dalam

rnerrbantu rnahasisu,a mendapatkan nilai-nilai yang menggambarkan pertimbangan dan alasan

argumentasinya. tndoktrinasi juga terjadi dalam pelatihan profesional, meskipun hal itu bukan

i-'rerupakan tujuannya.

Pada intinya, ideologi profesional terletak pada diterimanya nilai-nilai selama proses pendidikan

berlangsung yang menjadikan mahasiswa memiliki dorongan kritis menilai etik profesional.

Selarna proses ini mahasiswa mendapatkan kesempatan membandingkan dari pelatihan. Oleh

karenanya, implikasinya adalah bahrva pada kurikulurn pelatihan profesional perlu memasukkan

studi profesionalisme, etik profesional dan hubungan interpersonal.

Konsepsi Peters (1967) ter[adap keberhasilan pendidikan profesional identik dengan penguasaan

sejumlah keterarnpilan, pengetahuan dan pemahamatr terhadap prinsip-prinsip serta pemahaman

dan pelerirlaan terhadap trilai-nilai 1,ang rnendasari praktek keterampilan dan pengetahuan suatu

profesi. Dari kajian diatas tujuan pendiCikan profesional dapat dibagi menjadi duatingkatan, yaitu:

Page 17: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar liauional $lrlf, llemlan0un Ban0saUniversilas ltenf,idikan Inf,onesia - BandunE

18 - 19 Juni2012

(l) Sekolah profesional dengan tujuan menghasilkan masukan-masukan baru bagi mereka yang

menyelesaikan pelatihan profesinya, dengan dimilikinya pengetahuan dan keterampilan yang cukup

untuk dipraktekkan dan tetap menjaga standar mutu profesinya. (2) Sekolah profesional dengan

tujuan menghasilkan masukan-masukan baru bagi seseorang yang berprofesi dengan memiliki

ideologi profesional yang diperoleh untuk menjamin praktek yang baik, sama baiknya dengan

pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk dipraktekkan.

Namun, pendidikan profesional tidak terjadi "in vacuo" (dalam kevakuman) bahkan sekarang

diperlukan pengujian-pengujian tujuan aspek-aspek pendidikan ini yang berkaitan dengan

masyarakat dan keprofes ian.

5. Kriteria Isi Kurikulum Pendidikan Profesional

Tujuan pendidikan profesional harus dirinci secara jelas, hal ini diperlukan untuk menyusun isi apa

yang akan diajarkan atau dicatat dan apa yang akan dipelajari mereka. Tujuan ini tidak hanya

merupakan alasan mengapa isi yang spesifik tersebut dimasukkan dalam kurikulum. Lebih luas lagi

adalah uutuk mendasari rasional menentukan pengetahuan, keteranlpilan dan sikap yang diperoleh

selama proses pendidikan profesional atau selama berlangsungnya pendidikan profesional.

Diperlukan suatu gambaran yang jelas antara desain kurikulum atau silabus, yang dimaksudkan

untuk hasil belajar dan oleh karena itu dimasukkan dalam kurikula tertulis, silabus atau program

termasuk di dalamnya apa yang diajarkan secara aktual dan dipelajari dalam proses pendidikan itu

seldiri. Aiasan untuk pencanturnan isi di dalam kurikulum atau silabus merupakan sesuatu yang

faktual yang ditetapkan atau disetujui antara badan profesional dan institusi pendidikan, kemudian

penetapan atau persetujuan itu sendiri merupakan rangkaian kriteria mengapa isi spesifik

dimasukkan dalam proses pendidikan.

Isi spesifik yang menjadi perhatiar, dalam kurikulum pendidikan profesional dikonstruksi oleh

lernbaga profesional (the professional bodl) atau oleh staf pengajar pada institusi tersebut, paling

tidak telah tersusun dalam bentuk silabus dan telah teruji, Kurikulum yang mereka rancang

umumnya diajukan untuk mendapatkan persetujuan pada komite yang berwenang dalam

pendidikan, dan sebagai validasinya disetujui oleh badan profesional, meliputi: (l) tujuan

pendidikan profesional, tujuan umum (aints) yang berupa pemyataan filosofi yang menjadi

kepentingannya, tujuan khusus (objective) yang berupa maksud dari tujuan pengajaran atau sasaran

hasil belajar yang secara khusus terbagi dalam bagian-bagian dan diberikan selama proses

peldidikan; (2) tuntutan praktek profesional, tuntutan dalarn hal ini merupakan suatu konsep yang

sangat luas dan kelihatannya banyak konsep yang relevan dari pada kebutultan profesional itu

sendiri. Walau demikian kebutuhan (needs) itu bukan bentuk suatu ciri sentral dalam ntemahami

Page 18: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional SiIf, llemDan0un Ban0saUniversilas Pendif,ikan Inf,onesia . Bandung

l8 - tP Juni2012

kriteria untuk menyeleksi isi, seperti teori pendidikan yang rnengharuskan memahami akan

kebutulran; tuntutan (demands) digunakan di sini berkaitan secara spesifik dengan isi dari kedua

tujuan pendidikan profesional yang telah diformulasikan, agar supaya tercapai tujuannya, tentu saja

apa yang diharapkan harus sesuai dengan kerangka dari yang dipersyaratkan dalam praktek

profesional. Agar perekrutan suatu profesi berhasil dengan baik maka perekrutan tersebut harus

memasukkan praktek profesional, dengan demikian isi - dasar pendidikan profesional harus

dilengkapi dengan respous tuntutan profesional tersebut.

Oleh karenanya, kriteria untuk menyeleksi isi kurikulum perlu dilakukan dan masing-masing harus

mengenal hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan tersebut. Termasuk dalam kriteria ini adalah (a)

kebenaran (validity); (b) keterkaitan (relevance); (c) kebermanfaatan (worthwhileness); (d)

kebutuhan (needs); (e) keseimbangan (balance); serta (f) keluasan dan kedalaman (breadth and

depth).

SISTEM PENDIDIKAN GI'RU DAI\ IMPLEMENTASI MODEL

Mencerrnati pendidikan profesional di atas, maka sistem pendidikan LPTK perlu dilakukan

rekonstruksi dan revitalisasi untuk lebih meningkatkan fungsi utama yang ciiemban LPTK melaiui

kajian-kajian strategis untuk menjawab perkembangan akan kebutuhan tenaga pendidikan. Pola

pendidikan guru yang selama ini dianut di LPTK saat ini adaiah mendidik calon-calon guru dalatn

model pendidikan konkaren, daiam artian bahwa mahasiswa calon-calon guru di LPTK

mempelajttri materi ajar bidangnya masing-masing sesuai jurusan yang bersamaan dengan

diajarnya mata kuliah-mata kuliah metodik dan didaktik.

Pola pendidikan keguruan konsekutif adalah bahwa didaktik metodik seorang calon guru diberikan

di penghujung pendidikan keguruan. Artinya bahwa mahasiswa Strata satu non kependidikan bila

ingin menjadi guru maka akan mengikuti perkuliahan didaktik/metodik sesudah rampungnya

perkuliahan sarjana strata 1. Pola pendidikan konsekutif ini dilaksanakan pada LPTK dalam

memberi pelayanan sertifikasi guru.

Tuntutan yang ada pada masyarakat terhadap guru bukan hanya pada kemampuan bidang studinya

masing-nrasing, nalnul.l juga mencakup penguasaan kornpetensi pedagogik, profesional,

kepribadian, dan sosial. Hal ini tertuang di dalam UU no.1412005 tentang guru dan dosen. Dalam

hal ini agaknya perlu dipahami bahwa dari ernpat kompetensi tersebut, dua diantaranya kompetensi

yang membentuk karakter. Kompetensi kepribadian meliputi kepribadian yang mantap, berakhlak

mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial meliputi

kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta

didik, sesarna guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Page 19: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional SItt[ Membangun Bangsa

Universitas Pendif,ilian In0onesia, Banf,un018 - 19 Juni2012

Pengajaran di perguruan tinggi hendaknya mampu menjawab kebutuhan akan pembentukan empat

kompetensi sebagaimana dimaksud di atas. Selama ini pengajaran di kelas sangat ditekankan pada

kompetensi profesional sebagai dasar keilmuannya, kemudian diikuti dengan pengajaran akan

penguasaan kompetensi paedagogik. Sementara itu, kompetensi kepribadian belum mendapat porsi

yang cukup untuk membentuk kepribadian yang matang sebagai seorang calon pendidik kelak.

Dernikia-n pula kompetensi sosial masih belum terasah dengan baik pada struktur kurikulum.

Model pendidikan guru selama ini berupa model kongkuren dianggap usang dan akan diganti

dengan model konsekutif (berurutan). Model konsekutif dianggap lebih mampu menjawab

tantangan pendidikan bagi calon guru di masa depan. Model pendidikan konsekutif (berurutan)

berarti rnendidik mahasiswa calon guru dengan ilmu non kependidikan sejak awal masuk

perguruan tinggi, setelah pada level tertentu baru diajarkan didaktik rnetodik. Dalam versi lain,

model pendidikan konsekutif, pendidikan didaktik metodik diberikan kepada mahasiswa setelah

menyelesaikan seluruh mata kuliah di jenjang pendidikan Sl melalui program yang dikembangkan

pada prograrn sertifikasi guru atau pola yang setara dengan program sertifikasi guru.

Meningkatkau kualitas calon guru dengan peningkatan kompetensi profesional berupa penekanan

pada penguasaan materijurusan, bisa jadi yang muncul adalah discrientasi mahasiswa calon guru.

Mahasisrva yang kelak diharapkan akan menjadi guru, memiliki setting mind sebagai mahasiswa

umum lainnya sesuai pada jurusannya masing-masing. Padahal yang diharapkan adalah setting

mind seorang rnahasisu,a calon guru dengan penanaman etika profesi seorang guru sejak awal

bangku kLrliahnya. Kenvataan yang ada pada model pendidikan konsekutif hanya medan kompetisi

di antara para ntahasisu,a ulrtnk menjadi yang terbaik di antara rekan-rekan sejawatnya. Model

pendidikan konsekutif pada mal-rasiswa calon guru tentunya tidak akan memberikan sentuhan

'keguruan' sama sekali sejak awal perkuliahan. Pembiasaan pada karakter calon pendidik untuk

sementara di awal perkuliahan tidak dikenalkan, karena model ini hanya memberi penguatan pada

kemampuan profesional.

Pada akhirnya nanti setelah mahasiswa LPTK yang dididik dengan model konsekutif saat

merampulgkan pendidikannya, mereka diberi pilihan apakah akan melanjutkan 'tugas'nya sebagai

seorapg grrru atau bebas terbang di antara profesi non keguruan? Jawabannya harnpir pasti bahwa

predikat guru akan diarnbilnya pada pilihan kedua, ketiga dan seterusnya. Pilihan pertama masih

dijatuhkan pada profesi non keguruan yang dianggap lebih menjanjikan masa depan. Penanaman

karakter keguruau belurn tertaucap mendalam di sanubari para mahasiswa yang kelak diharapkan

nrepjadi guru di nrasa depan. Tanggung jawab pendidikan di masa depan belum menjadi bagian

tugas yapg hargs diernbantlya. Melihat kondisi den-rikian, tentu terbayang seperti apa guru yang

akan datang itu?

Page 20: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional S[If, llemtran0un Ban0sa

Universitas Pendiflilran Inilonesia , Banf,mg18 - l9 Juni2012

SOLUSI PENGEMBANGAN LPTK MELALUI MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU

Apa yang harus kita lakukan dalam pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

agar lembaga ini mampu menghasilkan tenaga guru yang handal, efektif dan bermutu sesuai

dengan tuntutan perkembangan di masyarakat? Untuk menjawab hal ini dapat diuraikan beberapa

upaya sebagai berikut:

1. Konsisten pada Lembaga Pendidikan Keguruan

Lembaga pendidikan keguruan yang selama ini konsisten pada pendidikan calon guru harus tetap

dipertahankan, karena melalui misi utama sebagai penghasil tenaga pendidik akan terus

berkelanjutan. Fakta di lapangan telah membuktikan bahwa perubahan IIilP menjadi universitas

hanya akan mengaburkan cita-cita awal sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik. Sistem

pendidikan yang ada di LPTK hanya perlu ditambah dengan sentuhan teknologi dan modernisasi.

Dengan konsisten pada sistem yang ada pada LPTK ini maka pembentukan mental keguruan akan

teftauaul dalarn sanubari mahasiswa sejak arval masa perkuliahan. Dengan demikian pula bahwa

pembentukan LPTK sebagai lembaga yang dipercaya menjadi penghasil tenaga pendidik tidak

dianggap sebagai 'kecelakaan' sejarah yang kemudian harus dikonversi seluruhnya menjadi

universitas.

Kini yang diperlukan jusrru rneningkatkan mutu LPTK dengan pengaCaan fasilitas modern

kependidikan. Pengeinbangan teknologi informasi kependidikan diendors secara besar-besaran

untu[: inahasisw'a agar mereka berlambah wawasall dan keterampilan di dalam kemampuan transfer'

keilmuan. Melalui IT mahasisrva akan melihat kemajuan teknologi pengajaran yang ada pada

lingkungan jauirnya sekaiigus berinteraksi dan metnperdalam ilmu kependidikan yang diperoleh

dari bangku kuliah. Melalui IT puta penyerapan ilmu yang ditekuni akan semakin meningkat

sehingga semakin banyak keterarnpilan yang mereka peroleh dari berbagai sumber.

2. Program Pendidikan Keguruan yang Terintegrasi

Lembaga pendidikan keguruan tidak ciapat berdiri sendiri dalam mencetak calon-calon guru, tapi

LPTK harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik itu masyarakat pengguna jasa pendidikan

LPTK, hingga pemerintah. Kolaborasi yang dibangun selama ini terbatas hanya pada kelompok-

kelompok supporting dana utamanya dari pemerintah. Namun sebenarnya bila digali lebih dalam

lagi, supporting dana dapat diambil dari berbagai sumber, sebagaimana yang terjadi di negeri

tetangga bahrva regulasi di sana memungkinkan perusahaan srvasta membangun fasilitas gedung

perkuliahan dl sebuah kanrpus dari dana pajaknya. Berarti pula bahw'a perusahaan sr.vasta tersebut

dapat mengalihkan dana pajak yang seharusnya dibayar langsung ke pemerintah sekaligus puia

Page 21: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

$eminar Nasional Sllf, tlemtrangun Bangsa

Universilas Pendidikan Indonesia, Bandun0

18 - 19 Juni2012

merebut pasar potensial di kalangan generasi muda. Kini sudah wakhrnya regulasi di negeri kita

memungkinkan hal itu dapat terjadi.

Bentuk kerjasama lain yang urgent untuk dilaksanakan adalah tnempererat LPTK dengan sekolah-

sekolah pengguna lulusannya. Selama ini terjadi jarak yang cukup menganga antara LPTK dengan

sekolah-sekolah. Sebagai bukti baliwa lulusan LPTK 1,ang rnasuk ke dunia kerja para guru di

sekolah, ternyata perlu banyak waktu lagi untuk menguasai teknik-teknik pengajaran di kelas, perlu

banyak waktu untuk menguasai pengembangan kurikulum persekolahan. Idealnya adalah LPTK

yang ada terintegrasi dengan sekolah-sekolah di bawahnya sebagai laboratorium praktik dan

pengembangan riset persekolahan.

3. Program Pendidikan Keguruan Sebagai Prioritas Nasional

Fakta menyebutkan bahwa negara yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas nasional selalu

lebih baik dalam pembangunan nasionalnya. Malaysia, Korea sebagai bukti negeri yang kini patut

diperhitungkan dalam kancah pergaulan dunia karena kesuksesan pembangunan nasionalnya.

Mereka menjadikan pendidikan sebagai prioritas nasional dengan porsi anggaran pembangunan

cukup signifikan. Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik, kedua negeri itu dapat melepaskan

diri dari krisis 1,ang melanda di taliun l99T-1998. Dapat dilihat bahwa prioritas pembangunan

nasional kedua negara tersebut dapat memperkuat ketahanan ekonomi bangsa, sehingga dalam

beberapa tahun setelah krisis ekonomi mereka bangkit kembali dan setara dengan bangsa-bangsa

lain.

Negara kita telah menuliskan dalam Undang-Undang Dasar-nya anggaran 20 o% untuk porsi

Pendidikan sebagai prioritas nasional, namun implementasi di lapangan belum direalisasikan

dengan berbagai alasan.

4. Tata Kelola LPTK melalui Manajemen Peningkatan Mutu

Berkaitan dengan porsi anggaran pendidikan di atas, maka tata kelola pendidikan LPTK dapat

dimodernisasi. Pengajaran di kelas yang konvensional sebagaimana nampak pada Pendidikan

Tinggi Kegurualr kita sekarang ini harus diubal'. sedernikian rupa menjadi lebih modern.

Pegdidikan Tinggi non Keguruan seperti UI, iTB, IPB, UGM, dan Brawijaya sudah berbenah sejak

lama sehingga pamornya jauh berada di papan atas perguruan tinggi negeri kita. Tidak ada

salahnya beberapa hal yang baik dari mereka diambil untuk peningkatan kualitas LPTK, walaupuu

tetap pada koridor LPTK (ex Institut Keguruan dan llmu Pendidikan) sebagai pencetak para guru.

Page 22: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional SMf, llemDan0un Ban0sa

Universilas penf,idikan Indonesia , Banf,unE

18 - '19 Juni2012

KESIMPULAN

Konsistensi mempertahankan LPTK (ex IKIP) dengan memberikan bantuan finansial yang lebih

baik cenderung lebih meningkatkan harga diri perguruan tinggi pencetak guru ini dan berimbas

pada peningkatan kualitas lembaga, output dan outcomenya.

Mungkin suatu saat nanti bila sudah terbangun kesadaran bersama untuk menjadikan Pendidikan

sebagai prioritas pembangunan yang salah satu sasarannya adalah peningkatan mutu LPTK sebagai

pencetak guru-guru di masa depan, maka bangsa ini akan menjadi lebih cerdas dan dihormati

bangsa lain.

Pengalaman pengelolaan Perguruan Tinggi papan atas itu diadopsi sesuai dengan misi perguruan

tinggi pencetak guru dengan mengembangkan kultur kualitas dan competitiveness civitas

academica. Kultur kualitas yang dikembangkan akan menjadi salah satu potensi daya dorong warga

perguruan tinggi keguruan untuk mengikuti kompetisi di dalam pasar pendidikan. Guru-guru yang

akan dihasilkan kelak terbiasa dengan iklim kompetisi dan bersaing untuk menjadi yang terbaik di

satu sisi. Sedang di sisi lain guru-guru tersebut memiliki komitmen yang kuat sebagai guru-gum

bangsa pencetak generasi berikutnya yang lebih berkualitas.

Page 23: "Model Pendidikan LPTK Profesional"(3MB.pdf)

Seminar Nasional Sllf, Hemban0un Ban0sa

Universilas pendif,ilian Inflonesia - Bandung

l8 - 19 Juni2012

DAFTAR PUSTAKA

Jarvis, Peter. Professional education. London: Croom Helm Ltd. 1983'

M. Usman, Menjadi Guru Profesional,Batdung : Remaja Persada Karya, 1995

Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,1997 .

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Pratek Profesional. Bandung:

Angkasa 1991

lru RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.