22
PENGEMBANGAN KURIKULUM LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN (Penyiapan Calon Guru PAI) Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Pembimbing: Prof. Dr. H. Muhaimin Sulhan, MA Dr.Hj. Suti’ah, M.Pd Oleh; Ahmad Munir Saifulloh 09770003

pengembangan kurikulum di LPTK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pengembangan kurikulum di LPTK

PENGEMBANGAN KURIKULUM

LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(Penyiapan Calon Guru PAI)

Mata Kuliah:

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

Pembimbing:

Prof. Dr. H. Muhaimin Sulhan, MA

Dr.Hj. Suti’ah, M.Pd

Oleh;Ahmad Munir Saifulloh

09770003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UIN MALIKI MALANG

Page 2: pengembangan kurikulum di LPTK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Menurut Kartini Kartono, manusia tidak dapat melakukan kegiatan

membangun, apabila ia tidak terdidik, berada dalam taraf primitif dan buta huruf.1

Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci pembuka bagi usaha menaikkan taraf

kecerdasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mengingat dalam muatan normatif yang terumus pada tujuan pendidikan

nasional itu menekankan pada aspek pemerhatian terhadap sumber daya manusia

(human resurses), maka Perguruan Tinggi (PT) secara umum dan secara khusus

Perguruan Tinggi Islam (PTI) baik Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) maupun

Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTIS) juga memiliki beban moral sebagai ”lokomotif

pembangunan” untuk ikut menjawab dalam persoalan ”human resurses” itu secara

bersama-sama.

Tujuan pendidikan di suatu negara atau bangsa ditentukan oleh falsafat dan

pandangan hidup bangsa atau negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan

hidup suatu negara atau bangsa menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak

dicapai dalam pendidikan tersebut dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap

negara tersebut. Begitu pula perubahan politik pemerintahan suatu negara

mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya

perubahan kurikulum yang berlaku.

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam

suatu sistem pendidikan, oleh karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai

tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran

pada semua jenis dan tingkat pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

Kurikulum sifatnya adalah dinamis, tidak statis dalam menyahut tuntutan

perkembangan zaman serta tuntutan kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang baik itu

ada relevansi antara kurikulum yang diajarkan dengan kebutuhan masyarakat, istilah

popular yang dipakai adalah link and match. Oleh karena itu diperlukanlah

1 Kartini Kartono, Menemukan Jati Diri Lewat Jalur Pendidikan, (Mandar Maju: Bandung, 1989), Hlm.1

Page 3: pengembangan kurikulum di LPTK

pengembangan kurikulum diperguruan tinggi, khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan

PAI sebagai LPTK dalam rangka penyiapan guru PAI.

Seluruh Fakultas di perguruan tinggi, khususnya PTI baik negeri mapun

swasta, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK , dalam pengembangan

kurikulumnya banyak terpaut dengan kebutuhan daerah dalam bidang ketenagaan

kependidikan agama. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara Fakultas Tarbiyah

Jurusan PAI dengan pemerintah daerah adalah sesuatu yang mesti dilakukan.

Dari statement di atas ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:

B. Rumusan Masalah.

1. Apakah hakikat pengembangan kurikulum ?

2. Bagaimanakah Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK dalam menyiapkan

calon guru PAI ?

Page 4: pengembangan kurikulum di LPTK

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kakekat Pengembangan Kurikulum.

Perkataan kurikulum telah dikenal dalam dunia pendidikan, sebagai sebuah

istilah yang tidak asing lagi. Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa

Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi

istilah, kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman romawi kuno di Yunani,

yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis

start sampai garis finish.2

Dalam bahasa arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang

berarti jalan yang terang yang di lewati oleh manusia pada berbagai bidang

kehidupan. Sedangkan arti “manhaj”/ kurikulum dalam pendidikan islam yang

sebagimana terdapat dalam kamus al- Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan

media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan Islam dalam mewujudkan

tujuan-tujuan pendidikan.

Secara terminologi, definisi-definisi kurikulum juga telah banyak dirumuskan

oleh para ahli pendidikan. Diantaranya definisi yng dikemukakan oleh Knezevic

dalam Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang yang

memandang kurikulum sebagai seluruh pengalaman belajar siswa di bawah

tanggungjawab lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah.3 Definisi lain tentang

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar.4 Prof.H.M. Arifin, M.Ed memandang kurikulum sebagai seluruh

bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem

institusional pendidikan.5

2 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al- Husna, 1986), hlm. 1763 TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang: IKIP Malang,1989), hal. 654 Wahit Iqbal Mubarok dkk, Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2007), hlm. 2855 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 183

Page 5: pengembangan kurikulum di LPTK

Nampaknya pengertian di atas masih terlalu sederhana dan menitikberatkan

pada materi mata pelajaran semata. Sementara itu Zakiah Darajat memandang

kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan

dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu.6 Pandangan ini

mempunyai kesamaan dengan definisi yang dikemukakan oleh Addamardasy Sarhan

dan Munir Kamil dalam al- Syaibany bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman

pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh

sekolah bagi murid-muridnya baik di dalam maupu di luar sekolah dengan maksud

menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah

laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.7

Banyak para ahli pendidikan yang memiliki pandangan atau tafsiran yang

beragam, bahkan ada diantaranya yang sangat kontradiktif, sehingga hal ini

menyebabkan sulitnya mengambil suatu pengertian yang dapat mewakili pandangan-

padangan tersebut.

Selain itu, pengertian kurikulum tersebut senantiasa berkembang terus sejalan

dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan. Sementara ini, untuk mengatasi

masalah tersebut, ada usaha-usaha yang dilakukan dengan jalan mengklasifikasikan

konsep-konsep kurikulum ke dalam bebarapa segi atau dimensi. Misalnya, ada yang

mengklasifikasikan berdasarkan pandangan lama yang menganggap kurikulum itu

sebagai kumpulan dari mata pelajaran atau bahan ajaran yang harus disampaikan

guru atau dipelajari oleh siswa, sedangkan pengertian yang lebih menekankan pada

pengelaman belajar. Kemudian, ada yang mengklasifikasikan konsep-konsep

kurikulum berdasarkan pandangan tradisional dan pandangan modern. Pandangan

tradisional menganggap kurikulum tidak lebih dari sekedar rencana pelajaran di suatu

sekolah. Pelajaran-pelajaran apa yang harus ditempuh oleh siswa di suatu sekolah,

itulah kuikulum. Sedangkan pandangan modern menganggap kurikulum lebih dari

sekedar rencana pengajaran. Kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi

dalam proses pendidikan di sekolah.

Dari beberapa pengertian tentang kurikulum tersebut, maka dapat dipahami

bahwa pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan

sebagai:

6 Zakiah Drajat, dkk, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 1227 Oemar Muhammad al- Taumy al- Syaibany, Falsafat Pendidikan Islam, diterjemahkan Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 485

Page 6: pengembangan kurikulum di LPTK

1. Kegiatan menghasilkan kurikulum PAI;

2. Proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan

kurikulum PAI yang lebih baik; dan/atau

3. Kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan

kurikulum PAI.8

Kurikulum sifatnya dinamis dan terbuka untuk perubahan-perubahan dan

pembaharuan, serta pengembagan. Sebabnya adalah karena masyarakat itu sendiri

dinamis, maka sudah barang tentu akan terbuka perubahan-perubahan. Ada beberapa

hal yang mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan kurikulum. Pertama;

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat kemajuan tersebut banyak hal-hal

baru yang ditemukan di dunia ilmu pengetahuan, maka tidak boleh tidak sekolah

harus merespon hal tersebut. Kedua; perubahan masyarakat (social change), banyak

faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat

ini menuntut pula terhadap perubahan kebutuhan dan orientasi masyarakat, dan ini

berpengaruh pula bagi timbulnya perubahan kurikulum karena kurikulum itu sifatnya

dinamis berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan kemajuan zaman, maka

perubahan dan pengembangan kurikulum bukanlah sesuatu yang tabu.9

Melalui pengembangan kurikulum, dalam hal ini kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) diharapkan agar:

1. Mutu pendidikan lebih terjamin;

2. Lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja; dan

3. Peran PTAI sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi.10

Fakultas tarbiyah sebagai LPTK, tidak menutup adanya perubahan-perubahan

di dalam pengembagan kurikulumnya agar tetap dapat merespon perkembangan

zaman.

Menurut Muhajir,11 ada tiga model dalam penyusunan kurikulum, yaitu:

1. Pendekatan akademik.

8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikn Agama Islam: di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Rajawali Pers: Jakarta, 2005), hlm. 109 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 9410 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum......, hlm. 22211 Muhadjir Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori Pendidikan, (Yoqyakarta: Rake Sarasin, 1987), hlm. 176-181

Page 7: pengembangan kurikulum di LPTK

Yakni bertolak dari sistematisasi disiplin ilmu. Program pendidikan yang

menggunakan pendekatan ini mendasarkan keahliannya pada kebulatan

sibdisipin ilmu itu sendiri, spesialisasi membekali sajek didik, pada kebulatan

subdisiplin tertentu.terpan keahlian atau spesialisasi disiplin atau

sibdisiplin.pemekalan dalam disiplin ilmu tersebut diharapkan mampu

memunculkan ilmuan dengan teori baru, tesis baru, produk teknologi baru dan

penemuan barulainnya.

2. Pendekatan teknologik.

Yakni menyusun program kurikulumnya berdasarkan tugas kerja yang

nanti diembannya. Materi yang diajarkan dipilih sesuai dengan tugasnya nanti,

tugas kerja yag akan dipakai sebagai acuan sebagai acuan menyusun program

tersebut, bias jaditugas kerja dokter, tugas kerja guru, atau tugas-tugas lainnya.

Hakekatnya tugas tersebut mesti dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan standart kerja masing-masing. Penyusunan kurikulum ini didasari atas

kuriulum yang jelas. Tugas seorang dokter jelas, tugas seorang guru jelas, tugas

seorang pilot jelas dan lain-lain.

3. Pendekatan humanistik.

Yakni ingin menjangkau cita-cita ideal tertentu dalam hal ini yang

terpenting adalah perkembangan wawasan dan tampilan perilaku sesuai degan

cita-cita ideal yang hendak dicapai.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum PTAI.

Pengembangan kurikulum PTAI berbasis kompetensi (KBK), setidak-

tidaknya bertolak dari landasan filosofis ontologis, epistemologis, dan aksiologis12

yang penjabarannya berikut ini.

1. Ontologis.

Manusia memiliki potensi jismiyah-nafsiyah yang mengandug dimensi

al-nafsu, al-aqlu, dan al-qalb, serta potensi rohaniyah yang memancar dari

dimensi al-ruh dan al-fitrah, sehingga ia siap mengadakan hubungan vertikal

dengan-Nya (habl min Allah) sebagai manifestasi dari sikap teosentris manusia

yang mengakui Ketuhanan Yang Mah Esa. Manusia yang dicitakan adalah

manusia yang mampu mengemban tugas-tugasnya dimuka bumi, baik sebagai

12 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa, 2003), hlm. 210-212

Page 8: pengembangan kurikulum di LPTK

hamba Allah maupun sebagai khalifahnya. Untuk dapat mewujudkan fungsi

kekhalifahannya, maka seseorang harus:

a. Memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan.

b. Bisa melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan ilmu dan

keterampilan yang dimiliki.

c. Bisa menemukan jati dirinya sebagai apa atau sispa dirinya itu.

d. Bisa bekerjasama dengan orang lain dan berbuat sesuatu yan bermanfaat

bagi pihak lain.

Sebagai khalifah, manusia juga dituntut untuk memiliki pandangan

hidup sebagai muslim yang dikembangkan dalam sikap hidup dan

dimanifestasikan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. Pandangan hidup

seseorang setidak-tidaknya dapat diketahui dari jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan berikut:

a. Apa yang harus diperbuat untuk dirinya.

b. Apa yang harus diperbuat terhadap alam sekitarnya.

c. Apa arti lingkungan sosial bagi dirinya dan apa yang harus diperbuat

terhadap lingkungan sosialnya.

d. Apa yang harus diperbuat terhadap keturunan atau generasi penerusnya.

2. Epistemologis/ ilmu pengetahuan.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki dasar

rasional tertentu, yaitu:

a. Siapa yang akan dijadikan peserta didik?

b. Apa kompetensi hasil didik, sebagai apa?

c. Siapa yang membutuhkan hasil didik, berapa jumlahnya, dan bagaimana

jenjang karier yang tersedia dimasyarakat? dan

d. Bagaimana proses pendidikannya agar tujuan yang diinginkan terwujud?

Adapun cara pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

dilakukan dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:

a. Lulusan yang kompeten dalam hal apa yang akan di bentuk melalui program

pendidikan atau program studi di PTAI?

b. Andai kata lulusan yang kompeten itu harus melaksanakan tugas/

pekerjaannya, kemampuan dasar apa dan bagaimana yang harus ditempuh

oleh mereka?

Page 9: pengembangan kurikulum di LPTK

c. Apa indikator-indikator atau bukti-bukti yang menunjukkan bahwa

mahasiswa telah sukses dalam mencapai kemampuan dasar dan hasil belajar

yang telah ditetapkan?

d. Agar mahasiswa dapat mencapai hasil belajar atau mewujudkan indikator-

indikator hasil belajar tersebut, maka hal-hal, masalah-masalah, latihan-

latihan apa yang harus dibahas dan atau dikerjakan oleh mereka dalam

kegiatan perkuliahan?

e. Untuk mencapai hasil belajar atau mewujudkan indikator-indikator hasil

belajar dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan tersebut, maka

kegiatan-kegiatan apa yang harus dialami mahasiswa dalam kegiatan

perkuliahan dan bagaimana cara menilai keberhasilannya?

f. Apa sarana dan sumber belajar, tenaga kependidikan seperti apa dan

bagaimana, dan berapa biaya yang diperlukan, serta apa peran dan

tanggungjawab pimpinan, unit-unit, dan lain-lain untuk mencapai hasil

belajar atau mewujudkan indikator-indikator hasil belajar tersebut?

g. Berapa jam/sks yang diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar atau

mewujudkan indikator-indikator hasil belajar tersebut?

3. Aksiologis

Pengembangan kurikulum KBK diarahkan pada pengembangan

kemampuan menjalankan tugas-tugas atau pekerja tertentu. Tugas/ pekerjaan itu

bisa berbasis pada:

a. Kebutuhan pemerintah;

b. Kebutuan users atau para pengguna jasa hasil didik;

c. Kebutuhan pengembagan akademik atau keilmuan;

d. Kebutuhan PTAI itu sendiri; dan

e. Kebutuhan individu mahasiswa.

Ditinjau dari akar historis, pengembangan kurikulum di PTAI didorong oleh

beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu agama Islam

pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah;

2. Untuk melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam; dan

Page 10: pengembangan kurikulum di LPTK

3. Untuk melakuknan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris

keagamaan, baik pada kalangan birokrasi negara maupun sektor swasta, serta

lembaga-lembaga sosial, dakwah, pendidikan dan sebagainya.13

Ditinjau dari segi sosiologis, masyarakat Indonesia bersifat pural, serba

ganda, dan beragam, sehingga tidak adil bila segala-galanya harus disamakan. Oleh

karena itu pengembangan kurikulum harus mampu memberi peluang kepada masing-

masing PTAI untuk berimprovisasi dan berkreasi untuk mengembangkan pendidikan

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.

Ditinjau dari segi segi psikologis, mahasiswa mempunyai potensi-potensi

dasar yang perlu diaktualisasikan dan ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan

untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.

Setiap peserta didik memiliki bakat, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda,

sehingga memerlukan treatment yang berbeda-beda pula.

Dilihat dari segi landasan hukumnya, sebagaimana tertuang di dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional adalah

mengembangkan dan melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi.14

BAB III

13 Azyumardi Azra, “Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains (Sebuah Pengantar)”,dalam: Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terj. Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos, 1994) 14Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam…., hlm. 213

Page 11: pengembangan kurikulum di LPTK

PEMBAHASAN

Pengembangan kurikulum merupakan tugas rutin setiap institusi pendidikan,

dalam hal ini khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, karena harus dilakukan secara

regular, berkala, dan konsisten. Oleh sebab itu institusi harus mempunyai tim yang

bertanggung jawab dalam pengembagan kurikulum.

A. Hakikat pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum terlebih dahulu harus meneropong

peradaban manusia yang terus berubah dan berkembang, yang mana perubahan

tersebut juga merupakan implikasi dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab

itu setiap institusi pendidikan harus terus dinamis dan kurikulumnya harus terus

dievaluasi, untuk dilakukan perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan

agar sesuai dengan harapan masyarakat, baik pelanggan maupun pemakai jasa hasil

pendidikan.

Unruh sebagaimana dikutip oleh Prof. Dede Rosyada15 mengemukakan bahwa

ada beberapa aspek yang harus dianalisis dalam kontek pengembangan kurikulum,

yaitu:

1. Kebijakan, yakni kebijakan pokok tentang kurikulum itu sendiri yang meliputi

tujuan, sturktur kurikulumnya sendiri aka diubah atau tidak, dan kemudian

prosedurnya. Untuk itu, kepala sekolah, guru, pegawai serta perwakilan orang

tua siswa harus duduk bersama membicarakan perubahan-perubahan kebijakan

itu.

2. Standar kelulusan yang diharapkan serta pencapaiannya saat itu, keduanya harus

dianalisis untuk mencari disparitas antara keduanya.

3. Mengumpulkan berbagai opsi rumusan tujuan (kopetensi) dengan orang-orang

terkait dengan kepentingan kurkulum tersebut untuk menentukan prioritas yang

akan dijadikan rumusan akhir untuk kurikulum hasil perbaikan dan

pengembangan.

Oleh sebab itu maka unruh mengatakan bahwa pengembangan kurikulum

merupakan proses yang komleks terdiri dari berbagai kegiatan mengakses berbagai

kebutuhan, mengidentifikasi hasil belajar, mempersiapkan proses pembelajaran untuk

15 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007), h.82

Page 12: pengembangan kurikulum di LPTK

mencapau harapan outcome hasil belajar dan menyesuaikan program pembelajaran

dengan budaya, sosial, dan berbagai kebituhan orang-orang yang untuk mereklah

kurikulumtersebut disiapkan.

Jadi pengembangan kurikulum menurut penulis menjadi sangat signifikan

dilihat dari segi sangat cepatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi canggih, agar institusi pendidikan tidak tertinggal oleh berbagai kemajuan

yang terjadi di luar.

B. Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK dalam menyiapkan calon guru PAI.

Pada bab II sudah banyak di singgung mengenai pengembangan kurikulum,

khusunya pada poin landasan pengembangan kurikulum PTAI dari segi ontologis

epistemologis, dan aksiologisnya. Yang mana lebih spesifik lagi lebih terlihat pada

segi epistemologis dan aksiologis. Pertanyaannya kemudian adalah siapa yang

menyeleggarakan pendidikan ini, dan kemudian mau diarahkan ke mana lulusannya

yang memang selama ini dimaksudkan untuk menjadi guru.

Akhir-akhir ini banyak dikeluhkan bahwa Lulusan Fakultas Tarbiyah Jurusan

PAI memiliki banyak kelemahan-kelemahan pada bidang-bidang yang seharusnya

patut untuk tidak dialami, yaitu:

1. Minimnya kemampuan berbahasa arab,

2. Pengetahuan agama yang minim dan tidak mendalam,

3. Kurang mampu menjalani peran-peran sebagai guru agama baik di sekolah

maupun di masyarakat.

Pada poin no.3 lulusan Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI mempunyai dua

peranan, pertama; sebagai guru agama di sekolah harus profesional dan bisa menjadi

fasilitator dan mengarahkan para siswanya dengan baik secara intelektual dan

praktikal, dan kedua; sebagai guru agama di masyarakat mempunyai peranan seperti

memimpin upacara keagamaan yang seharusnya dikuasai dengan baik oleh seorang

guru agama.

Selain yang telah terpapar di atas masih terdapat beberapa kelemahan yang

dialami oleh lulusan Fakultas Tarbiyan Jurusan PAI, seperti lemah di bidang

teknologi. Sebagai contoh kecil dalam mengoperasikan komputer dan menggunakan

alat-alat teknologi lainnya.

Oleh karena itu, sebagai upaya strategis menjadikan Fakultas Tarbiyah

Jurusan PAI sebagai LPTK adalah meningkatkan kualitas pendidikannya dari

Page 13: pengembangan kurikulum di LPTK

berbagai aspek secara bersungguh-sungguh. Secara ideal harus dipahami bahwa

pendirian Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI pada masing-masing PTAI baik UIN, IAIN,

dan STAIN sejakawal dimaksudkan untuk melahirkan guru agama yang berkualitas

tinggi. Sebagai guru agama, mereka harus mampu melakukan peran-peran sebagai

guru agama di tengah-tengah masyarakat yang semakin maju dan selalu berubah ini.

Guru agama, misalnya, harus mampu memahami ajaran Islam dari sumber aslinya,

memiliki keterampilan dan kepemimpinan kependidikan, integritas sebagai guru,

berakhlak mulia, dan lain-lain.

Menurut Prof. Imam Suprayogo16 ada gejala paradoksal yang melanda dunia

pendidikan saat ini. Satu sisi sudah semakin dirasakan merosotnya kualitas

pendidikan, sementara dipihak lain semakin transparan adanya penyelenggaraan

pendidikan yang sulit dipertanggungjawabkan kualitasnya. Ditingkat perguruan

tinggi misalnya, penyelenggaraan pendidikan program-program pendek (Short

Program), ekstention, kelas ekskutif (executive class), kelas akhir pekan (weekend

class) kelas jauh (distance class), dan sebagainya, sekalipun penyelenggaraanna telah

dilarang oleh pemerintah yang berwenang, namun justru semakin bertambah

jumlahnya. Orang tidak lagi sadarbetapa besar resiko penyelenggaraan yang tidak

bermutu itu pada jangka panjang kehidupan bangsa ini. Semestinya lembaga

perguruan tinggi di ligkungan departemen agama tidak boleh ikut-ikutan melakukan

penyelenggaraan pendidikan yang kurang bermutu ini. Tetapi, nyatanya tidak sedikit

PTAI yang tidak mampu mencegah nafsu kapitalis dan materialisnya untuk tidak

menyelenggarakan program pendidikan seperti itu.

BAB IV

KESIMPULAN

1. Pengembangan kurikulum terlebih dahulu harus meneropong peradaban manusia

yang terus berubah dan berkembang, yang mana perubahan tersebut juga merupakan 16 Imam suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, (Malang: UIN Malang Pers, 2004), h. 82-83

Page 14: pengembangan kurikulum di LPTK

implikasi dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu setiap institusi

pendidikan harus terus dinamis dan kurikulumnya harus terus dievaluasi, untuk

dilakukan perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan agar sesuai

dengan harapan masyarakat, baik pelanggan maupun pemakai jasa hasil pendidikan.

2. sebagai upaya strategis menjadikan Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK

adalah meningkatkan kualitas pendidikannya dari berbagai aspek secara bersungguh-

sungguh. Secara ideal harus dipahami bahwa pendirian Fakultas Tarbiyah Jurusan

PAI pada masing-masing PTAI baik UIN, IAIN, dan STAIN sejak awal dimaksudkan

untuk melahirkan guru agama yang berkualitas tinggi. Sebagai guru agama, mereka

harus mampu melakukan peran-peran sebagai guru agama di tengah-tengah

masyarakat yang semakin maju dan selalu berubah ini.

DAFTAR RUJUKAN

Al- Syaibany, Oemar Muhammad al- Taumy, (1979), Falsafat Pendidikan Islam, ter. Hasan Langgulung, Bulan Bintang: Jakarta.

Arifin, M., (1991), Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.

Page 15: pengembangan kurikulum di LPTK

Azra, Azyumardi, (1994), “Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains (Sebuah Pengantar)”, dalam: Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terj. Afandi dan Hasan Asari, Logos: Jakarta.

Daulay, Haidar Putra, (2007), Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, Kencana: Jakarta.

Drajat, Zakiah dkk, (1992), Ilmu Pendidkan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.Kartono, Kartini, Menemukan Jati Diri Lewat Jalur Pendidikan, Bandung: Mandar Maju. Langgulung, Hasan, (1986), Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi

Pendidikan, Pustaka al- Husna: Jakarta.Mubarok, Wahit Iqbal dkk, (2007), Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses

Belajar Mengaja dalam Pendidikan, Graha Ilmu: Yogyakarta.Muhaimin, (2005), Pengembangan Kurikulum Pendidikn Agama Islam: di Sekolah,

Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers.Muhaimin, (2003), Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan,

Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Nuansa: Bandung.

Noeng, Muhadjir, (1987), Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori Pendidikan, Rake Sarasin: Yoqyakarta.

Rosyada, Dede, (2007), Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana: Jakarta.Suprayogo, Imam, (2004), Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, UIN Malang Pers:

Malang.TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, (1989), Administrasi

Pendidikan, IKIP Malang.