Author
haanh
View
336
Download
0
Embed Size (px)
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa
DARI RAKYAT AMERIKA
PERKULIAHAN DAN INTEGRASI LPTK-SEKOLAH
Praktik yang Baik dalam
Pengalaman Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Menyiapkan Calon Guru Berkualitas
Guru merupakan salah satu faktor kunci dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sejak tahun 2015 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memulai program Revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dengan revitalisasi itu diharapkan proses pembelajaran di LPTK berjalan dengan baik, sehingga dihasilkan calon guru yang bermutu dan berdedikasi tinggi.
Atas nama Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, saya mengucapkan terima kasih kepada USAID PRIORITAS yang sejak tahun 2013 bekerja sama dengan 17 LPTK mitra dan 32 LPTK konsorsium melaksanakan program peningkatan kapasitas para dosen LPTK dalam melaksanakan pembelajaran dan sekaligus memperkuat jalinan kerjasama antara LPTK dengan sekolah mitra tempat mahasiswa calon guru melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Program ini perlu disinergikan dengan revitalisasi LPTK, sehingga hasilnya dapat optimal.
Saya juga menyambut baik penerbitan buku praktik yang baik dalam perkuliahan, yang ditulis oleh para dosen LPTK. Buku ini dapat menjadi wahana berbagi pengalaman antar dosen, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon guru. Buku ini juga membuktikan bahwa proses pembelajaran aktif (active learning) juga dapat diterapkan di perguruan tinggi, jika dosen menyiapkannya dengan baik.
Interaksi antara LPTK dengan sekolah mitra dan antara dosen LPTK dengan para guru harus dikembangkan dengan optimal. Sebagai produsen calon guru, LPTK harus memahami kebutuhan penggunanya yaitu sekolah. Sebaliknya, sekolah sebagai pengguna juga harus aktif memberikan masukan apa yang dibutuhkan kepada produsen. Dosen LPTK tentu kaya teori tetapi biasanya kurang punya pengalaman praktik. Sebaliknya, guru pasti kaya dengan pengalaman praktik tetapi biasanya kurang dalam teori. Melalui interaksi tersebut, kedua pihak dapat bekerja sama yang saling menguntungkan dan bersinergi untuk menghasilkan pendidikan yang terbaik bagi anak bangsa.
Selamat kepada para dosen yang telah menuliskan pengalaman inovasinya dalam buku ini, selamat kepada USAID PRIORITAS dan LPTK yang telah sukses memfasilitasi pelaksanaan inovasi perkuliahan dan penulisan hasilnya.
Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Prof. Intan Ahmad, Ph.D
Sambutan Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.
Guru merupakan salah satu faktor kunci dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sejak tahun 2015 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memulai program Revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dengan revitalisasi itu diharapkan proses pembelajaran di LPTK berjalan dengan baik, sehingga dihasilkan calon guru yang bermutu dan berdedikasi tinggi.
Atas nama Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, saya mengucapkan terima kasih kepada USAID PRIORITAS yang sejak tahun 2013 bekerja sama dengan 17 LPTK mitra dan 32 LPTK konsorsium melaksanakan program peningkatan kapasitas para dosen LPTK dalam melaksanakan pembelajaran dan sekaligus memperkuat jalinan kerjasama antara LPTK dengan sekolah mitra tempat mahasiswa calon guru melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Program ini perlu disinergikan dengan revitalisasi LPTK, sehingga hasilnya dapat optimal.
Saya juga menyambut baik penerbitan buku praktik yang baik dalam perkuliahan, yang ditulis oleh para dosen LPTK. Buku ini dapat menjadi wahana berbagi pengalaman antar dosen, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon guru. Buku ini juga membuktikan bahwa proses pembelajaran aktif (active learning) juga dapat diterapkan di perguruan tinggi, jika dosen menyiapkannya dengan baik.
Interaksi antara LPTK dengan sekolah mitra dan antara dosen LPTK dengan para guru harus dikembangkan dengan optimal. Sebagai produsen calon guru, LPTK harus memahami kebutuhan penggunanya yaitu sekolah. Sebaliknya, sekolah sebagai pengguna juga harus aktif memberikan masukan apa yang dibutuhkan kepada produsen. Dosen LPTK tentu kaya teori tetapi biasanya kurang punya pengalaman praktik. Sebaliknya, guru pasti kaya dengan pengalaman praktik tetapi biasanya kurang dalam teori. Melalui interaksi tersebut, kedua pihak dapat bekerja sama yang saling menguntungkan dan bersinergi untuk menghasilkan pendidikan yang terbaik bagi anak bangsa.
Selamat kepada para dosen yang telah menuliskan pengalaman inovasinya dalam buku ini, selamat kepada USAID PRIORITAS dan LPTK yang telah sukses memfasilitasi pelaksanaan inovasi perkuliahan dan penulisan hasilnya.
Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Prof. Intan Ahmad, Ph.D
Sambutan Direktur Jenderal Pembelajaran dan KemahasiswaanKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.
Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tengah melaksanakan reformasi proses penyiapan calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (LPTK PTKIN). Lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan sekolah.
Sementara ini ada anggapan di masyarakat, jika kualitas guru menurun, maka yang disalahkan adalah LPTK. Hal ini wajar menjadi keluhan karena kampus sebagai penyelenggara LPTK seringkali tidak senafas dengan inovasi di lapangan yang menekankan praktik. Untuk itu program USAID PRIORITAS bekerja sama dengan LPTK PTKIN berupaya menghilangkan kesenjangan antara teori yang sering mendominasi pembelajaran di kampus dengan praktik di madrasah sehingga proses perkuliahan di kampus menjadi selaras dengan kebutuhan di madrasah.
Pengalaman para dosen LPTK PTKIN yang bermitra dengan USAID PRIORITAS dalam menerapkan perkuliahan dan pendampingan kepada madrasah telah memberi contoh yang baik dalam mempersiapkan calon guru madrasah yang profesional. Mahasiswa mendapat perkuliahan dengan pendekatan 'belajar aktif' yang relevan dengan pendidikan abad 21. Mereka terbiasa berpraktik memecahkan masalah, bekerja sama, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif dalam perkuliahan. Hal itu menjadi modal baik bagi mahasiswa untuk menjadi guru profesional.
Saya menyambut baik dan mengucapkan terima kasih untuk penerbitan Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini dapat memperkaya referensi untuk para dosen LPTK PTKIN dalam menciptakan perkuliahan berkualitas bagi bagi calon-calon guru profesional di madrasah.
Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama
Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin
Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama
Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tengah melaksanakan reformasi proses penyiapan calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (LPTK PTKIN). Lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan sekolah.
Sementara ini ada anggapan di masyarakat, jika kualitas guru menurun, maka yang disalahkan adalah LPTK. Hal ini wajar menjadi keluhan karena kampus sebagai penyelenggara LPTK seringkali tidak senafas dengan inovasi di lapangan yang menekankan praktik. Untuk itu program USAID PRIORITAS bekerja sama dengan LPTK PTKIN berupaya menghilangkan kesenjangan antara teori yang sering mendominasi pembelajaran di kampus dengan praktik di madrasah sehingga proses perkuliahan di kampus menjadi selaras dengan kebutuhan di madrasah.
Pengalaman para dosen LPTK PTKIN yang bermitra dengan USAID PRIORITAS dalam menerapkan perkuliahan dan pendampingan kepada madrasah telah memberi contoh yang baik dalam mempersiapkan calon guru madrasah yang profesional. Mahasiswa mendapat perkuliahan dengan pendekatan 'belajar aktif' yang relevan dengan pendidikan abad 21. Mereka terbiasa berpraktik memecahkan masalah, bekerja sama, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif dalam perkuliahan. Hal itu menjadi modal baik bagi mahasiswa untuk menjadi guru profesional.
Saya menyambut baik dan mengucapkan terima kasih untuk penerbitan Buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini dapat memperkaya referensi untuk para dosen LPTK PTKIN dalam menciptakan perkuliahan berkualitas bagi bagi calon-calon guru profesional di madrasah.
Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama
Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin
Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai USAID (2012-2017), bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS bekerja sama dengan 17 LPTK dan 32 LPTK konsorsium di delapan provinsi mitra untuk meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra (mahasiswa calon guru) dan dalam jabatan.
Kegiatan utama yang dilaksanakan di antaranya: Memfasilitasi dosen dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah Melibatkan dosen dalam pelatihan dan pendampingan sekolah di tingkat kabupaten/kota dan sekolah Melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bersama guru Membantu LPTK dalam mengembangkan kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan Mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan.
Selain itu, USAID PRIORITAS juga menyelenggarakan program kursus singkat selama dua bulan bagi para dosen LPTK ke Michigan State University (MSU) untuk belajar tentang penyiapan calon guru. Kemudian untuk mempersiapkan para mahasiswa calon guru mampu menumbuhkan minat dan kemampuan membaca siswa, USAID PRIORITAS juga melatih dan memberi hibah lebih dari 600 buku bacaan berjenjang untuk setiap LPTK dan sekolah mitra LPTK. Buku itu digunakan sebagai media dalam perkuliahan membaca terbimbing dan membaca bersama untuk siswa SD kelas awal.
Berbagai kemajuan yang dapat dilihat dalam perkuliahan di antaranya dosen telah menjadi model dan contoh yang baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang bervariasi yang menantang mereka untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah. Sekolah lab mitra LPTK menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki pengalaman mengajar dengan pendekatan belajar aktif, menerapkan manajemen berbasis sekolah, dan mengembangkan budaya baca.
Untuk mencapai hal itu semua, USAID PRIORITAS bersama para dosen LPTK mengembangkan bahan-bahan referensi pelatihan. Berikut adalah daftar bahan-bahan referensi pelatihan tersebut: Buku Sumber untuk LPTK: (1) Pembelajaran Literasi Kelas Awal SD/MI di LPTK; (2) Pembelajaran Literasi SD/MI
di LPTK; (3) Pembelajaran Matematika SD/MI di LPTK; (4) Pembelajaran IPA SD/MI di LPTK; (5) Pembelajaran Matematika SMP/MTs di LPTK; (6) Pembelajaran IPA SMP/MTs di LPTK; (7) Pembelajaran Literasi SMP/MTs di LPTK
Gambaran Program USAID PRIORITAS
Bahan Rujukan untuk LPTK: Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs - Modul I (PAKEM/Pembelajaran Kontekstual), Modul II (Pendekatan Saintifik dan Kurikulum 2013), dan Modul III (Keterampilan Informasi), serta Modul Manajemen Berbasis Sekolah I, II, dan III di SD/MI dan SMP/MTs
Modul Workshop Pendidikan Profesi Guru (PPG) Modul Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dan Materi Pengayaan: Materi pengayaan ini dibuat untuk Sekolah Praktik yang Baik di SD/MI dan SMP/MTs.
Bahan-bahan tersebut telah dimanfaatkan para dosen LPTK baik dalam perkuliahan maupun diseminasi pelatihan kepada para dosen dan guru lainnya. Bahan-bahan ini terbuka untuk didiseminasikan sehingga memberi lebih banyak manfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia.
Pengalaman para dosen dan guru dalam menerapkan apa yang diperoleh dari program USAID PRIORITAS, didokumentasikan menjadi buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para dosen lainnya dalam meningkatkan kualitas perkuliahan sebagai penyiapan calon-calon guru profesional.
viv Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai USAID (2012-2017), bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS bekerja sama dengan 17 LPTK dan 32 LPTK konsorsium di delapan provinsi mitra untuk meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra (mahasiswa calon guru) dan dalam jabatan.
Kegiatan utama yang dilaksanakan di antaranya: Memfasilitasi dosen dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah Melibatkan dosen dalam pelatihan dan pendampingan sekolah di tingkat kabupaten/kota dan sekolah Melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bersama guru Membantu LPTK dalam mengembangkan kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan Mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan.
Selain itu, USAID PRIORITAS juga menyelenggarakan program kursus singkat selama dua bulan bagi para dosen LPTK ke Michigan State University (MSU) untuk belajar tentang penyiapan calon guru. Kemudian untuk mempersiapkan para mahasiswa calon guru mampu menumbuhkan minat dan kemampuan membaca siswa, USAID PRIORITAS juga melatih dan memberi hibah lebih dari 600 buku bacaan berjenjang untuk setiap LPTK dan sekolah mitra LPTK. Buku itu digunakan sebagai media dalam perkuliahan membaca terbimbing dan membaca bersama untuk siswa SD kelas awal.
Berbagai kemajuan yang dapat dilihat dalam perkuliahan di antaranya dosen telah menjadi model dan contoh yang baik bagi mahasiswa calon guru, dosen lebih banyak memfasilitasi kegiatan praktik dengan memberi mahasiswa tugas yang bervariasi yang menantang mereka untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah. Sekolah lab mitra LPTK menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki pengalaman mengajar dengan pendekatan belajar aktif, menerapkan manajemen berbasis sekolah, dan mengembangkan budaya baca.
Untuk mencapai hal itu semua, USAID PRIORITAS bersama para dosen LPTK mengembangkan bahan-bahan referensi pelatihan. Berikut adalah daftar bahan-bahan referensi pelatihan tersebut: Buku Sumber untuk LPTK: (1) Pembelajaran Literasi Kelas Awal SD/MI di LPTK; (2) Pembelajaran Literasi SD/MI
di LPTK; (3) Pembelajaran Matematika SD/MI di LPTK; (4) Pembelajaran IPA SD/MI di LPTK; (5) Pembelajaran Matematika SMP/MTs di LPTK; (6) Pembelajaran IPA SMP/MTs di LPTK; (7) Pembelajaran Literasi SMP/MTs di LPTK
Gambaran Program USAID PRIORITAS
Bahan Rujukan untuk LPTK: Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs - Modul I (PAKEM/Pembelajaran Kontekstual), Modul II (Pendekatan Saintifik dan Kurikulum 2013), dan Modul III (Keterampilan Informasi), serta Modul Manajemen Berbasis Sekolah I, II, dan III di SD/MI dan SMP/MTs
Modul Workshop Pendidikan Profesi Guru (PPG) Modul Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dan Materi Pengayaan: Materi pengayaan ini dibuat untuk Sekolah Praktik yang Baik di SD/MI dan SMP/MTs.
Bahan-bahan tersebut telah dimanfaatkan para dosen LPTK baik dalam perkuliahan maupun diseminasi pelatihan kepada para dosen dan guru lainnya. Bahan-bahan ini terbuka untuk didiseminasikan sehingga memberi lebih banyak manfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia.
Pengalaman para dosen dan guru dalam menerapkan apa yang diperoleh dari program USAID PRIORITAS, didokumentasikan menjadi buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para dosen lainnya dalam meningkatkan kualitas perkuliahan sebagai penyiapan calon-calon guru profesional.
viv Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)
vii
DAFTAR ISI
PERKULIAHANILMU PENGETAHUAN ALAM
2 Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri
4 Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh
7 Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup
10 Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif
12 Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD
14 Praktik Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal
16 Ukur Kesehatan Pakai Meteran dan Timbangan
18 Two Stay Two Stray Jadikan Perkuliahan Materi Tumbuhan Efektif dan Menyenangkan
20 Pameran Produk Mikrobiologi: Mikroorganisme Jadi Produk Makanan
22 Asyiknya Belajar dari Kelompok Ahli
24 Berlatih Menganalisis Kurikulum Pada Mata Kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program S-2
vi
26 Menemukan Cara Kerja Mata dan Sifat Cahaya Melalui Simulasi
29 Buat Lembar Kerja dari Proses Kegiatan Percobaan
MATEMATIKA
32 Perkuliahan Aktif Kapita Selekta Matematika
34 Mengembangkan LKE dengan Pertanyaan Tingkat Tinggi
37 Mengukur Tinggi Menara Masjid Tanpa Harus Memanjatnya
40 Mana yang Lebih Kuat? Balok atau Tabung...
42 Pakai Kertas Lingkaran Hitam Putih, Operasi Bilangan Bulat Jadi Gampang
44 Literasi Statistika Lewat Pengukuran Tinggi Badan
46 Pemanfaatan Alat Peraga Sederhana dalam Pembelajaran Matematika di SD/MI
48 Modeling Pembelajaran Discovery dalam Materi Garis dan Sudut untuk Kelas VII SMP
LITERASI
50 Tingkatkan Literasi Mahasiswa melalui Jurnal Baca Harian
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)
52 Kalender Cerita: Dorong Siswa Kelas Awal Tingkatkan Kemampuan Menulis dan Membaca
55 Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca
56 Membedakan Bunyi Kata, Suku Kata, dan Fonem dengan Kotak Elkonin Buatan Mahasiswa
59 Membawa Buku Koleksi Pribadi untuk Tingkatkan Minat Membaca Mahasiswa
60 Jadi Kreatif dalam Mata Kuliah Menulis Kreatif
62 Membuat Big Book untuk Siswa Kelas Awal
66 Merasakan Langsung Jadi Reporter di Kuliah Jurnalistik
68 Reading Log Membuat Membaca Lebih Bermakna
71 Awali DEAR, Akhiri dengan Minibook
74 Gabungkan Observasi dan Gambar untuk Menulis Ragam Paragraf
BAHASA INGGRIS
76 Jurnal Refleksi Tingkatkan Kemampuan Menyimak Mahasiswa
78 Exstensive Reading, Gunakan Koran Bekas
untuk Belajar Bahasa Inggris
80 Collaborative Learning dalam Penggunaan Penekanan Kata (Word Stress) Pada Mata Kuliah Pronunciation II
82 Ajari Calon Guru Terapkan Teori Figurative Language dan Libatkan Sekolah dalam Implementasinya
84 Metode Role Play Tingkatkan Keaktifan Mahasiswa Belajar Bahasa Inggris
86 Pembuatah Media pada Mata Kuliah Methodology of TEFL II
88 Belajar Klausa melalui Media Big Book
90 My Trip My Translation
PERKULIAHAN LAINNYA
92 Perkuliahan Kontekstual Belajar dan Pembelajaran
94 Peta Konsep Skripsi: Cara Motivasi Mahasiswa Pahami Penelitian Kualitatif
96 Liga Inovator, Ciptakan Pembaharu di SD
98 Tingkatkan Keterampilan Informasi dalam Perkuliahan IPS
101 Ujian Praktik Rancangan Pembelajaran Terpadu Menggunakan Bahan Bekas
vii
DAFTAR ISI
PERKULIAHANILMU PENGETAHUAN ALAM
2 Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri
4 Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh
7 Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup
10 Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif
12 Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD
14 Praktik Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal
16 Ukur Kesehatan Pakai Meteran dan Timbangan
18 Two Stay Two Stray Jadikan Perkuliahan Materi Tumbuhan Efektif dan Menyenangkan
20 Pameran Produk Mikrobiologi: Mikroorganisme Jadi Produk Makanan
22 Asyiknya Belajar dari Kelompok Ahli
24 Berlatih Menganalisis Kurikulum Pada Mata Kuliah Problematika Pendidikan Biologi Program S-2
vi
26 Menemukan Cara Kerja Mata dan Sifat Cahaya Melalui Simulasi
29 Buat Lembar Kerja dari Proses Kegiatan Percobaan
MATEMATIKA
32 Perkuliahan Aktif Kapita Selekta Matematika
34 Mengembangkan LKE dengan Pertanyaan Tingkat Tinggi
37 Mengukur Tinggi Menara Masjid Tanpa Harus Memanjatnya
40 Mana yang Lebih Kuat? Balok atau Tabung...
42 Pakai Kertas Lingkaran Hitam Putih, Operasi Bilangan Bulat Jadi Gampang
44 Literasi Statistika Lewat Pengukuran Tinggi Badan
46 Pemanfaatan Alat Peraga Sederhana dalam Pembelajaran Matematika di SD/MI
48 Modeling Pembelajaran Discovery dalam Materi Garis dan Sudut untuk Kelas VII SMP
LITERASI
50 Tingkatkan Literasi Mahasiswa melalui Jurnal Baca Harian
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)
52 Kalender Cerita: Dorong Siswa Kelas Awal Tingkatkan Kemampuan Menulis dan Membaca
55 Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca
56 Membedakan Bunyi Kata, Suku Kata, dan Fonem dengan Kotak Elkonin Buatan Mahasiswa
59 Membawa Buku Koleksi Pribadi untuk Tingkatkan Minat Membaca Mahasiswa
60 Jadi Kreatif dalam Mata Kuliah Menulis Kreatif
62 Membuat Big Book untuk Siswa Kelas Awal
66 Merasakan Langsung Jadi Reporter di Kuliah Jurnalistik
68 Reading Log Membuat Membaca Lebih Bermakna
71 Awali DEAR, Akhiri dengan Minibook
74 Gabungkan Observasi dan Gambar untuk Menulis Ragam Paragraf
BAHASA INGGRIS
76 Jurnal Refleksi Tingkatkan Kemampuan Menyimak Mahasiswa
78 Exstensive Reading, Gunakan Koran Bekas
untuk Belajar Bahasa Inggris
80 Collaborative Learning dalam Penggunaan Penekanan Kata (Word Stress) Pada Mata Kuliah Pronunciation II
82 Ajari Calon Guru Terapkan Teori Figurative Language dan Libatkan Sekolah dalam Implementasinya
84 Metode Role Play Tingkatkan Keaktifan Mahasiswa Belajar Bahasa Inggris
86 Pembuatah Media pada Mata Kuliah Methodology of TEFL II
88 Belajar Klausa melalui Media Big Book
90 My Trip My Translation
PERKULIAHAN LAINNYA
92 Perkuliahan Kontekstual Belajar dan Pembelajaran
94 Peta Konsep Skripsi: Cara Motivasi Mahasiswa Pahami Penelitian Kualitatif
96 Liga Inovator, Ciptakan Pembaharu di SD
98 Tingkatkan Keterampilan Informasi dalam Perkuliahan IPS
101 Ujian Praktik Rancangan Pembelajaran Terpadu Menggunakan Bahan Bekas
ixPraktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)viii
102 Pembelajaran Penyelenggaraan Jenazah dengan Metode Pembelajaran Aktif
104 Peta Konsep dalam Pengembangan Kurikulum
106 PAKEM Tingkatkan Keterampilan Berpikir Mahasiswa
INTEGRASI LPTK - SEKOLAHPENDAMPINGAN LPTK KEPADA SEKOLAH MITRA
110 Problem-Based Learning Tingkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
112 Writing Aloud, Ajarkan Siswa Menulis Karangan Narasi dengan Mudah ke Tahap Terampil
114 Read, Think, Take a Note Tingkatkan Pemahaman Siswa Atas Teks Matematika
116 Penilaian Kinerja dengan Pendampingan Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa
118 UPI dan SD 3.4 Sukarasa Kembangkan Kelas Literat
120 Buat Program Literasi Sebagai Bagian Pengabdian Masyarakat
122 Kemitraan LPTK dan Madrasah, Lejitkan Budaya Baca di Madrasah
125 Latih Pembelajaran Literasi melalui Bengkel Membaca dan Menulis
128 Matematika di Luar Kelas, Menyenangkan ...
130 Benang Kasur Bantu Siswa Temukan Luas Permukaan Bola
132 Daun Pisang Sebagai Media Pembelajaran Konsep Penjumlahan Pecahan di Sekolah Dasar
134 Menyulap Kelas Menjadi Pasar Buah
136 Ditetes-Dibakar, Ketahuan Karbohidratnya
138 Bila Kuburan Bagai Pasar Malam
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) MAHASISWA DI SEKOLAH MITRA LPTK
140 Mengecek Kandungan Gizi dalam Makanan
142 Kertas Berputar Membuktikan Perubahan Energi Panas ke Gerak
144 Gunakan Torso dan Lipatan Kertas untuk Lebih Mudah Belajar Jenis Tulang
146 Mengenal Perkembangbiakan pada Tumbuhan
148 Mengenal Konsep Getaran melalui Bahan Bekas
150 Ajari Bangun Datar Lewat Pengubinan
151 Media Kancing dalam Pembelajaran Matematika
152 Konferensi Guru Pamong dan Dosen untuk Tingkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa Praktikan
INISIATIF PRAKTIK YANG BAIK DARI LPTK
156 Jadikan Literasi dan MBS Mata Kuliah Baru
158 Adaptasi Modul Pembelajaran dan MBS dalam Perkuliahan Budaya Sekolah
160 Buat Pojok USAID PRIORITAS
161 Latih 598 Mahasiswa PPL Sebelum Praktik di Sekolah
162 Unimed Inisiasi Service Provider Bermitra dengan Pemda Wujudkan Pendidikan Bermutu
164 Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah Sejak Semester Awal
166 Kembangkan Buku Bacaan Berjenjang dan KKN Literasi untuk Madrasah
ixPraktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)viii
102 Pembelajaran Penyelenggaraan Jenazah dengan Metode Pembelajaran Aktif
104 Peta Konsep dalam Pengembangan Kurikulum
106 PAKEM Tingkatkan Keterampilan Berpikir Mahasiswa
INTEGRASI LPTK - SEKOLAHPENDAMPINGAN LPTK KEPADA SEKOLAH MITRA
110 Problem-Based Learning Tingkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
112 Writing Aloud, Ajarkan Siswa Menulis Karangan Narasi dengan Mudah ke Tahap Terampil
114 Read, Think, Take a Note Tingkatkan Pemahaman Siswa Atas Teks Matematika
116 Penilaian Kinerja dengan Pendampingan Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa
118 UPI dan SD 3.4 Sukarasa Kembangkan Kelas Literat
120 Buat Program Literasi Sebagai Bagian Pengabdian Masyarakat
122 Kemitraan LPTK dan Madrasah, Lejitkan Budaya Baca di Madrasah
125 Latih Pembelajaran Literasi melalui Bengkel Membaca dan Menulis
128 Matematika di Luar Kelas, Menyenangkan ...
130 Benang Kasur Bantu Siswa Temukan Luas Permukaan Bola
132 Daun Pisang Sebagai Media Pembelajaran Konsep Penjumlahan Pecahan di Sekolah Dasar
134 Menyulap Kelas Menjadi Pasar Buah
136 Ditetes-Dibakar, Ketahuan Karbohidratnya
138 Bila Kuburan Bagai Pasar Malam
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) MAHASISWA DI SEKOLAH MITRA LPTK
140 Mengecek Kandungan Gizi dalam Makanan
142 Kertas Berputar Membuktikan Perubahan Energi Panas ke Gerak
144 Gunakan Torso dan Lipatan Kertas untuk Lebih Mudah Belajar Jenis Tulang
146 Mengenal Perkembangbiakan pada Tumbuhan
148 Mengenal Konsep Getaran melalui Bahan Bekas
150 Ajari Bangun Datar Lewat Pengubinan
151 Media Kancing dalam Pembelajaran Matematika
152 Konferensi Guru Pamong dan Dosen untuk Tingkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa Praktikan
INISIATIF PRAKTIK YANG BAIK DARI LPTK
156 Jadikan Literasi dan MBS Mata Kuliah Baru
158 Adaptasi Modul Pembelajaran dan MBS dalam Perkuliahan Budaya Sekolah
160 Buat Pojok USAID PRIORITAS
161 Latih 598 Mahasiswa PPL Sebelum Praktik di Sekolah
162 Unimed Inisiasi Service Provider Bermitra dengan Pemda Wujudkan Pendidikan Bermutu
164 Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah Sejak Semester Awal
166 Kembangkan Buku Bacaan Berjenjang dan KKN Literasi untuk Madrasah
PERKULIAHANPRAKTIK YANG BAIK DALAM
Pelatihan USAID PRIORITAS yang menekankan kegiatan praktik, menginspirasi para dosen LPTK menerapkan
perkuliahan aktif yang berfokus pada mahasiswa. Perkuliahan aktif ini menjadi contoh dan model yang baik
bagi mahasiswa calon guru.
Petikan
Untuk keberlanjutan dan perluasan program USAID PRIORITAS, LPTK perlu melakukan diseminasi program USAID PRIORITAS di LPTK sendiri, mengintegrasikan ke dalam program studi dan kurikulum LPTK, dan perlu ada dukungan pemerintah untuk revitalisasi LPTK dan penguatan LPTK sebagai Service Provider agar metode, materi, jaringan, dan sumber daya yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS dapat ditindaklanjuti oleh LPTK.
Rektor Universitas Negeri Medan, Prof Dr Syawal Gultom (Program USAID PRIORITAS akan Diperluas - Harian Andalas, 13 Januari 2016)
Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS karena sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK
sehingga nanti benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Dr Rochmat Wahab(USAID Latih Dosen Tingkatkan Kualitas Praktik Lapangan - ANTARA, 20 Juli 2016)
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan insan-insan yang cerdas dan akhlak yang karim, oleh karenanya bersama USAID PRIORITAS, LPTK UIN Ar Raniry
berkomitmen mengawal tujuan pendidikan bersama dengan sekolah mitranya.
Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim (Rektor UIN Ar Raniry Bermain Koordinat Kartesius dengan Siswa -
www.aceh.tribunnews.com, 17 April 2015)
Kerja sama dalam program USAID PRIORITAS mengembangkan metode pembelajaran dan pengajaran yang lebih enjoy (menyenangkan), sehingga siswa menjadi aktif, bukan hanya mendengar dan menghafal seperti selama ini. Program USAID PRIORITAS juga disesuaikan dengan konteks lokal. Misal, pembelajaran literasi itu tidak menggunakan buku bacaan dari Amerika, namun kami sesuaikan dengan kekhasan lokal, seperti Sejarah Surabaya.
Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr Abd Ala (Direktur USAID: Uinsa Cetak Guru Berkualitas Dunia - ANTARA, 7 Oktober 2016)
PERKULIAHANPRAKTIK YANG BAIK DALAM
Pelatihan USAID PRIORITAS yang menekankan kegiatan praktik, menginspirasi para dosen LPTK menerapkan
perkuliahan aktif yang berfokus pada mahasiswa. Perkuliahan aktif ini menjadi contoh dan model yang baik
bagi mahasiswa calon guru.
Petikan
Untuk keberlanjutan dan perluasan program USAID PRIORITAS, LPTK perlu melakukan diseminasi program USAID PRIORITAS di LPTK sendiri, mengintegrasikan ke dalam program studi dan kurikulum LPTK, dan perlu ada dukungan pemerintah untuk revitalisasi LPTK dan penguatan LPTK sebagai Service Provider agar metode, materi, jaringan, dan sumber daya yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS dapat ditindaklanjuti oleh LPTK.
Rektor Universitas Negeri Medan, Prof Dr Syawal Gultom (Program USAID PRIORITAS akan Diperluas - Harian Andalas, 13 Januari 2016)
Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS karena sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK
sehingga nanti benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Dr Rochmat Wahab(USAID Latih Dosen Tingkatkan Kualitas Praktik Lapangan - ANTARA, 20 Juli 2016)
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan insan-insan yang cerdas dan akhlak yang karim, oleh karenanya bersama USAID PRIORITAS, LPTK UIN Ar Raniry
berkomitmen mengawal tujuan pendidikan bersama dengan sekolah mitranya.
Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim (Rektor UIN Ar Raniry Bermain Koordinat Kartesius dengan Siswa -
www.aceh.tribunnews.com, 17 April 2015)
Kerja sama dalam program USAID PRIORITAS mengembangkan metode pembelajaran dan pengajaran yang lebih enjoy (menyenangkan), sehingga siswa menjadi aktif, bukan hanya mendengar dan menghafal seperti selama ini. Program USAID PRIORITAS juga disesuaikan dengan konteks lokal. Misal, pembelajaran literasi itu tidak menggunakan buku bacaan dari Amerika, namun kami sesuaikan dengan kekhasan lokal, seperti Sejarah Surabaya.
Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr Abd Ala (Direktur USAID: Uinsa Cetak Guru Berkualitas Dunia - ANTARA, 7 Oktober 2016)
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)2
Universitas Negeri Surabaya - Pada pelajaran IPA di sekolah dasar (SD), siswa diharapkan mampu menje-laskan perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil. Tidak hanya dari tampilan fisik tumbuhannya saja, namun siswa juga diharapkan dapat menjelas-kan struktur sel monokotil dan dikotil.
Namun, karena keterbatasan alat dan kit IPA yang dimiliki oleh sekolah, pada umumnya siswa biasanya hanya membaca dan melihat saja bentuk dan struktur sel monokotil dan dikotil yang ada di buku. Akibatnya siswa kurang memahami tentang monokotil dan
dikotil secara detail. Mereka juga me-ngalami kesulitan untuk menggambar-kan struktur sel monokotil dan dikotil.
Berkaitan dengan hal di atas, seorang calon guru di SD diharapkan mampu berbuat sesuatu untuk membantu siswa-siswa SD memahami struktur sel monokotil dan dikotil lebih mudah. Untuk itu pada perkuliahan IPA di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UNESA, yang diampu oleh Ibu Farida Istianah MPd, ia memandirikan mahasiswa Semester II dalam membuat preparat dan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel
tumbuhan monokotil dan dikotil.
Dengan mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan bisa mandiri dengan membuat preparat sendiri berbahan tumbuhan monokotil dan dikotil. Sehingga nantinya saat mereka menjadi guru dan harus mengajar tentang materi perbedaan monokotil dan dikotil, mereka bisa membuat preparat sendiri dan bisa menjadi bahan pengamatan yang menarik untuk siswanya, ungkapnya.
Kegiatan ini menurut Ibu Farida, terinspirasi dari Modul II Pelatihan
Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri
Mahasiswa sedang mengamati preparat hasil buatannya dengan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil.
Perkuliahan Ilmu Pengetahuan Alam
Perkuliahan IPA 3
Ilmu Pengetahuan Alam
USAID PRIORITAS tentang Literasi Lintas Kurikulum IPA, dimana salah satu tujuan literasi lintas kurikulum IPA adalah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran IPA yang mem-butuhkan kemampuan literasi sains mahasiswa/siswa (mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mencatat dan menganalisis data, merumuskan kesim-pulan berdasarkan data, mengomuni-kasikan hasil percobaan).
Kegiatan awal, mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang. Mahasiswa kemudian diminta mengidentifikasi masalah yang selama ini timbul di mana banyak sekolah yang sudah memiliki mikroskop namun tidak memiliki kit IPA atau preparat yang menunjukkan tentang struktur sel monokotil dan dikotil.
Selanjutnya Ibu Farida meminta setiap kelompok merumuskan hipotesis perbedaan struktur sel monokotil dan dikotil berdasarkan bahan bacaan yang sudah disiapkan, dilanjutkan dengan melakukan persiapan percobaan. Setiap kelompok membawa tumbuhan monokotil dan dikotil seperti rumput teki, daun jagung, bawang merah, daun tanaman padi, tanaman vernonia, dan akar tanaman jagung. Tumbuhan tersebut kemudian diiris dengan irisan paling tipis dan paling kecil dengan irisan melintang, diletakkan di kaca preparat, dan ditetesi dengan air. Lalu hasil irisan tadi diamati di mikroskop apakah sudah sesuai dengan struktur sel monokotil atau dikotil.
Menurut Ibu Farida, di sinilah tingkat kesulitan yang dialami oleh mahasiswa. Tebal tipisnya tumbuhan yang diiris dan bentuk irisannya menentukan hasilnya. Apabila irisan tumbuhan terlalu tebal tidak akan terlihat struk-tur selnya. Apalagi apabila tumbuhan yang diletakkan di preparat tadi bercampur dengan gelembung udara dari air yang diteteskan, terangnya. Beberapa kelompok harus mengulangi kegiatan karena belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Ike, salah seorang mahasiswa harus mengulang dua kali saat mengiris daun. Paling susah mengiris daun melintang karena bagian daun tipis sekali sehingga saat diiris sering sobek, ungkapnya.
Usai melakukan pengamatan dan berhasil menemukan perbedaan struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil, setiap kelompok mendokumentasikan dalam bentuk foto di kamera HP mereka masing-masing dan mulai menggambar di kertas. Selanjutnya, setiap kelompok melakukan presentasi hasil temuannya. Karena tumbuhan monokotil dan dikotil yang diamati oleh
mahasiswa beraneka ragam, maka penampakannya bisa bermacam-macam dan berwarna-warni. Inilah yang membuat hasil penelitian ini menjadi menarik. Yang penting menurut Ibu Farida, struktur selnya menggambarkan struktur sel monokotil atau dikotil.
Di akhir kegiatan, mahasiswa meru-muskan kesimpulan perbedaan struk-tur sel tumbuhan monokotil dan dikotil secara langsung melalui temuan mereka. Preparat buatan mahasiswa ini, tidak kalah dengan preparat kering buatan pabrik, meskipun preparat ini tidak bisa bertahan lama karena tumbuhan yang berada di preparat bisa membusuk. Melalui perkuliahan ini, mahasiswa akan bisa mengatasi kesulitan sekolah yang belum memiliki preparat kering saat mereka nanti jadi guru.
Mahasiswa memfoto hasil pengamatan melalui mikroskop dengan HP pintar dan juga menggambarnya.
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)2
Universitas Negeri Surabaya - Pada pelajaran IPA di sekolah dasar (SD), siswa diharapkan mampu menje-laskan perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil. Tidak hanya dari tampilan fisik tumbuhannya saja, namun siswa juga diharapkan dapat menjelas-kan struktur sel monokotil dan dikotil.
Namun, karena keterbatasan alat dan kit IPA yang dimiliki oleh sekolah, pada umumnya siswa biasanya hanya membaca dan melihat saja bentuk dan struktur sel monokotil dan dikotil yang ada di buku. Akibatnya siswa kurang memahami tentang monokotil dan
dikotil secara detail. Mereka juga me-ngalami kesulitan untuk menggambar-kan struktur sel monokotil dan dikotil.
Berkaitan dengan hal di atas, seorang calon guru di SD diharapkan mampu berbuat sesuatu untuk membantu siswa-siswa SD memahami struktur sel monokotil dan dikotil lebih mudah. Untuk itu pada perkuliahan IPA di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UNESA, yang diampu oleh Ibu Farida Istianah MPd, ia memandirikan mahasiswa Semester II dalam membuat preparat dan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel
tumbuhan monokotil dan dikotil.
Dengan mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan bisa mandiri dengan membuat preparat sendiri berbahan tumbuhan monokotil dan dikotil. Sehingga nantinya saat mereka menjadi guru dan harus mengajar tentang materi perbedaan monokotil dan dikotil, mereka bisa membuat preparat sendiri dan bisa menjadi bahan pengamatan yang menarik untuk siswanya, ungkapnya.
Kegiatan ini menurut Ibu Farida, terinspirasi dari Modul II Pelatihan
Mengajarkan Kemandirian Mahasiswa dengan Membuat Preparat Sendiri
Mahasiswa sedang mengamati preparat hasil buatannya dengan menggunakan mikroskop dalam materi struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil.
Perkuliahan Ilmu Pengetahuan Alam
Perkuliahan IPA 3
Ilmu Pengetahuan Alam
USAID PRIORITAS tentang Literasi Lintas Kurikulum IPA, dimana salah satu tujuan literasi lintas kurikulum IPA adalah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran IPA yang mem-butuhkan kemampuan literasi sains mahasiswa/siswa (mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mencatat dan menganalisis data, merumuskan kesim-pulan berdasarkan data, mengomuni-kasikan hasil percobaan).
Kegiatan awal, mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang. Mahasiswa kemudian diminta mengidentifikasi masalah yang selama ini timbul di mana banyak sekolah yang sudah memiliki mikroskop namun tidak memiliki kit IPA atau preparat yang menunjukkan tentang struktur sel monokotil dan dikotil.
Selanjutnya Ibu Farida meminta setiap kelompok merumuskan hipotesis perbedaan struktur sel monokotil dan dikotil berdasarkan bahan bacaan yang sudah disiapkan, dilanjutkan dengan melakukan persiapan percobaan. Setiap kelompok membawa tumbuhan monokotil dan dikotil seperti rumput teki, daun jagung, bawang merah, daun tanaman padi, tanaman vernonia, dan akar tanaman jagung. Tumbuhan tersebut kemudian diiris dengan irisan paling tipis dan paling kecil dengan irisan melintang, diletakkan di kaca preparat, dan ditetesi dengan air. Lalu hasil irisan tadi diamati di mikroskop apakah sudah sesuai dengan struktur sel monokotil atau dikotil.
Menurut Ibu Farida, di sinilah tingkat kesulitan yang dialami oleh mahasiswa. Tebal tipisnya tumbuhan yang diiris dan bentuk irisannya menentukan hasilnya. Apabila irisan tumbuhan terlalu tebal tidak akan terlihat struk-tur selnya. Apalagi apabila tumbuhan yang diletakkan di preparat tadi bercampur dengan gelembung udara dari air yang diteteskan, terangnya. Beberapa kelompok harus mengulangi kegiatan karena belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Ike, salah seorang mahasiswa harus mengulang dua kali saat mengiris daun. Paling susah mengiris daun melintang karena bagian daun tipis sekali sehingga saat diiris sering sobek, ungkapnya.
Usai melakukan pengamatan dan berhasil menemukan perbedaan struktur sel tumbuhan monokotil dan dikotil, setiap kelompok mendokumentasikan dalam bentuk foto di kamera HP mereka masing-masing dan mulai menggambar di kertas. Selanjutnya, setiap kelompok melakukan presentasi hasil temuannya. Karena tumbuhan monokotil dan dikotil yang diamati oleh
mahasiswa beraneka ragam, maka penampakannya bisa bermacam-macam dan berwarna-warni. Inilah yang membuat hasil penelitian ini menjadi menarik. Yang penting menurut Ibu Farida, struktur selnya menggambarkan struktur sel monokotil atau dikotil.
Di akhir kegiatan, mahasiswa meru-muskan kesimpulan perbedaan struk-tur sel tumbuhan monokotil dan dikotil secara langsung melalui temuan mereka. Preparat buatan mahasiswa ini, tidak kalah dengan preparat kering buatan pabrik, meskipun preparat ini tidak bisa bertahan lama karena tumbuhan yang berada di preparat bisa membusuk. Melalui perkuliahan ini, mahasiswa akan bisa mengatasi kesulitan sekolah yang belum memiliki preparat kering saat mereka nanti jadi guru.
Mahasiswa memfoto hasil pengamatan melalui mikroskop dengan HP pintar dan juga menggambarnya.
UIN Walisongo Semarang - Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat siswa menjadi mudah ingat dan memahami bentuk dan jenis-jenis daun dalam pembelajaran. Salah satunya dilakukan oleh Bapak Listyono MPd, Dosen IPA (Biologi) UIN Walisongo. Dalam sebuah perkuliahan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) materi IPA untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Pak Lis menggunakan analogi-analogi bagian tubuh manusia dan hewan untuk memahami bentuk tulang daun.
Kegiatan diawali dengan mengingatkan mahasiswa tentang tugas untuk
membawa berbagai jenis daun yang ada di lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Usai memastikan bahwa semua mahasiswa telah melakukan pesannya, Pak Lis lalu memulai kegiatan pemodelan dalam perkuliahan pagi itu.
Baik, saya akan memulai perkuliahan dengan pemodelan pembelajaran di madrasah ibtidaiyah kelas V. Saya jadi guru, kalian semua jadi muridnya. Kalian setuju? kata Pak Lis yang baru saja mendapatkan materi pelatihan modul III USAID PRIORITAS tentang pendekatan pemodelan dalam perkuliahan. Mahasiswa mengiyakan
perkataan dosennya itu.
Setelah mendapatkan persetujuan dari mahasiswa, Pak Lis kemudian memberikan arahan, Dalam dua menit bentuk kelompok beranggota-kan lima orang!, sontak mahasiswa berpindah tempat untuk membentuk kelompok. Terbentuklah sebanyak enam kelompok.
Selanjutnya, dosen memandu siswa bersama-sama menyanyikan lagu 'naik naik ke puncak gunung' yang telah diubah syairnya.
Jalan-jalan di taman bunga 2xIndah indah sekali
Kiri kanan kulihat daun macam-macam warnanya
Kiri kanan kulihat daun macam-macam bentuknya
Setelah menyanyikan lagu, kemudian siswa diberikan pertanyaan tentang bagaimana bentuk daun. Semua jawa-ban ditampung sebagai pengetahuan awal. Baik sekarang kalian identifikasi, diskusikan, dan kelompokkan jenis daun yang memiliki persamaan bentuk/wujud, warna maupun ciri yang lain, pinta Pak Lis.
Tidak menunggu lama, setelah dua menit berlalu, Pak Lis memberikan pertanyaan tentang nama-nama dan bentuk daun. Suasana jadi ramai dan menyenangkan karena semua siswa ingin menjawab pertanyaan dengan menunjukkan daun untuk menjawab.
Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh
Pada kegiatan kerja kelompok, dosen lebih banyak mendampingi mahasiswa yang sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)4
Daun nangka ini mirip bentuknya dengan daun jambu, kemudian bambu mirip dengan tebu, kata Rahma. Guru mengiyakan semua jawaban siswa karena mereka mengelompokkan sesuai dengan bentuknya. Setelah semua jawaban terwa-dahi, dosen kemudian memberikan arahan langkah berikutnya dalam pembelajaran.
Berikutnya, siapkan kertas dan pensil, lalu kalian blat masing-masing daun yang mirip tersebut. Setiap siswa harus mengerjakan satu daun, instruksi Pak Lis. Kegiatan nge-blat (mengarsir kertas dengan pensil yang dibawahnya telah diletakkan/ditempelkan daun) dilakukan oleh mahasiswa dalam waktu 5 menit. Mereka membagi diri dan masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Ada yang nge-blat daun nangka, sirih, bambu, singkong, dan ada pula yang daun tebu.
Lima menit berlalu, Pak Lis meminta dan menanyakan Coba sekarang kalian cermati hasil arsiran kalian. Yang pertama dicermati daun nangka. Ada-kah bagian yang nampak dan menonjol pada gambar daun nangka? tanya Pak Lis. Semua siswa mengangkat tangan dan menjawab, Ada Pak!.
Selanjutnya coba kalian raba tangan kalian yang dekat pergelangan tangan. Rasakan apakah ada yang menonjol? Kalau ada, namanya apa bagian yang menonjol tersebut? tanya dosen. Ada Pak, namanya tulang, kata Aulia Maharani mewakili teman-temannya.
Setelah menjawab, kemudian dosen
meminta siswa untuk mengamati bagian yang menonjol pada daun, sampai muncul jawaban bahwa yang menonjol bernama tulang daun. Setelah itu, dosen meminta untuk mengamati letak dari tulang daun tersebut. Beberapa jawaban telah disampaikan, namun Pak Lis menguat-kan jawaban yang mengatakan bahwa tulang daun terletak bersusun di kanan dan kiri.
Langkah selanjutnya adalah dosen membantu siswa untuk menemukan jembatan pemahaman antara nama tulang daun dan bentuk pada bagian tubuh manusia serta hewan. Pertama, dosen memandu siswa dengan gambar ikan yang memiliki sirip. Siswa dipandu untuk menemukan kesamaan antara sirip ikan dengan bentuk tulang daun nangka. Setelah mengamati daun nangka siswa menemukan bahwa ada semacam bentuk tulang daun yang menyirip seperti ikan.
Baik karena bentuk daunnya mirip dengan sirip ikan, maka tulang daun tersebut bentuknya menyirip, kata Pak Lis memberikan simpulan dan apresiasi kepada siswa yang menjawab.
Selanjutnya secara bertahap dosen memberikan pertanyaan yang merangsang mahasiswa berpikir. Pak Lis sengaja membuat pertanyaan yang langsung harus diberikan jawaban dengan cara berdiskusi singkat dengan teman kelompok. Berikut daftar pertanyaan dan jawaban yang didapatkan.
Setiap daun diarsir di kertas putih untuk dilihat bentuk tulangnya.
Perkuliahan IPA 5
Ilmu Pengetahuan Alam
1. Daun ketela
Bagaimana tulang daun ketela, apakah sama dengan tulang daun nangka, ilalang, dan sirih? Coba letakkan lima jarimu di atas gambar daun ketela.
Apakah mirip jari kita. Karena mirip dengan jari maka jawaban bentuk tulang daun adalah? (jawaban harapan : menjari)
2. Daun ilalang
Bagaimana tulang daun ilalang? Apakah sama dengan tulang daun
nangka
Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus
apa di kanan kiri? Garisnya berpotongan atau sejajar?
(jawaban harapan tulang daunnya sejajar)
UIN Walisongo Semarang - Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat siswa menjadi mudah ingat dan memahami bentuk dan jenis-jenis daun dalam pembelajaran. Salah satunya dilakukan oleh Bapak Listyono MPd, Dosen IPA (Biologi) UIN Walisongo. Dalam sebuah perkuliahan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) materi IPA untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Pak Lis menggunakan analogi-analogi bagian tubuh manusia dan hewan untuk memahami bentuk tulang daun.
Kegiatan diawali dengan mengingatkan mahasiswa tentang tugas untuk
membawa berbagai jenis daun yang ada di lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Usai memastikan bahwa semua mahasiswa telah melakukan pesannya, Pak Lis lalu memulai kegiatan pemodelan dalam perkuliahan pagi itu.
Baik, saya akan memulai perkuliahan dengan pemodelan pembelajaran di madrasah ibtidaiyah kelas V. Saya jadi guru, kalian semua jadi muridnya. Kalian setuju? kata Pak Lis yang baru saja mendapatkan materi pelatihan modul III USAID PRIORITAS tentang pendekatan pemodelan dalam perkuliahan. Mahasiswa mengiyakan
perkataan dosennya itu.
Setelah mendapatkan persetujuan dari mahasiswa, Pak Lis kemudian memberikan arahan, Dalam dua menit bentuk kelompok beranggota-kan lima orang!, sontak mahasiswa berpindah tempat untuk membentuk kelompok. Terbentuklah sebanyak enam kelompok.
Selanjutnya, dosen memandu siswa bersama-sama menyanyikan lagu 'naik naik ke puncak gunung' yang telah diubah syairnya.
Jalan-jalan di taman bunga 2xIndah indah sekali
Kiri kanan kulihat daun macam-macam warnanya
Kiri kanan kulihat daun macam-macam bentuknya
Setelah menyanyikan lagu, kemudian siswa diberikan pertanyaan tentang bagaimana bentuk daun. Semua jawa-ban ditampung sebagai pengetahuan awal. Baik sekarang kalian identifikasi, diskusikan, dan kelompokkan jenis daun yang memiliki persamaan bentuk/wujud, warna maupun ciri yang lain, pinta Pak Lis.
Tidak menunggu lama, setelah dua menit berlalu, Pak Lis memberikan pertanyaan tentang nama-nama dan bentuk daun. Suasana jadi ramai dan menyenangkan karena semua siswa ingin menjawab pertanyaan dengan menunjukkan daun untuk menjawab.
Belajar Bentuk Tulang Daun dengan Pemodelan Bagian Tubuh
Pada kegiatan kerja kelompok, dosen lebih banyak mendampingi mahasiswa yang sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)4
Daun nangka ini mirip bentuknya dengan daun jambu, kemudian bambu mirip dengan tebu, kata Rahma. Guru mengiyakan semua jawaban siswa karena mereka mengelompokkan sesuai dengan bentuknya. Setelah semua jawaban terwa-dahi, dosen kemudian memberikan arahan langkah berikutnya dalam pembelajaran.
Berikutnya, siapkan kertas dan pensil, lalu kalian blat masing-masing daun yang mirip tersebut. Setiap siswa harus mengerjakan satu daun, instruksi Pak Lis. Kegiatan nge-blat (mengarsir kertas dengan pensil yang dibawahnya telah diletakkan/ditempelkan daun) dilakukan oleh mahasiswa dalam waktu 5 menit. Mereka membagi diri dan masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Ada yang nge-blat daun nangka, sirih, bambu, singkong, dan ada pula yang daun tebu.
Lima menit berlalu, Pak Lis meminta dan menanyakan Coba sekarang kalian cermati hasil arsiran kalian. Yang pertama dicermati daun nangka. Ada-kah bagian yang nampak dan menonjol pada gambar daun nangka? tanya Pak Lis. Semua siswa mengangkat tangan dan menjawab, Ada Pak!.
Selanjutnya coba kalian raba tangan kalian yang dekat pergelangan tangan. Rasakan apakah ada yang menonjol? Kalau ada, namanya apa bagian yang menonjol tersebut? tanya dosen. Ada Pak, namanya tulang, kata Aulia Maharani mewakili teman-temannya.
Setelah menjawab, kemudian dosen
meminta siswa untuk mengamati bagian yang menonjol pada daun, sampai muncul jawaban bahwa yang menonjol bernama tulang daun. Setelah itu, dosen meminta untuk mengamati letak dari tulang daun tersebut. Beberapa jawaban telah disampaikan, namun Pak Lis menguat-kan jawaban yang mengatakan bahwa tulang daun terletak bersusun di kanan dan kiri.
Langkah selanjutnya adalah dosen membantu siswa untuk menemukan jembatan pemahaman antara nama tulang daun dan bentuk pada bagian tubuh manusia serta hewan. Pertama, dosen memandu siswa dengan gambar ikan yang memiliki sirip. Siswa dipandu untuk menemukan kesamaan antara sirip ikan dengan bentuk tulang daun nangka. Setelah mengamati daun nangka siswa menemukan bahwa ada semacam bentuk tulang daun yang menyirip seperti ikan.
Baik karena bentuk daunnya mirip dengan sirip ikan, maka tulang daun tersebut bentuknya menyirip, kata Pak Lis memberikan simpulan dan apresiasi kepada siswa yang menjawab.
Selanjutnya secara bertahap dosen memberikan pertanyaan yang merangsang mahasiswa berpikir. Pak Lis sengaja membuat pertanyaan yang langsung harus diberikan jawaban dengan cara berdiskusi singkat dengan teman kelompok. Berikut daftar pertanyaan dan jawaban yang didapatkan.
Setiap daun diarsir di kertas putih untuk dilihat bentuk tulangnya.
Perkuliahan IPA 5
Ilmu Pengetahuan Alam
1. Daun ketela
Bagaimana tulang daun ketela, apakah sama dengan tulang daun nangka, ilalang, dan sirih? Coba letakkan lima jarimu di atas gambar daun ketela.
Apakah mirip jari kita. Karena mirip dengan jari maka jawaban bentuk tulang daun adalah? (jawaban harapan : menjari)
2. Daun ilalang
Bagaimana tulang daun ilalang? Apakah sama dengan tulang daun
nangka
Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus
apa di kanan kiri? Garisnya berpotongan atau sejajar?
(jawaban harapan tulang daunnya sejajar)
3. Daun sirih
Bagaimana tulang daun sirih apakah sama dengan tulang daun nangka dan ilalang?
Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus
ataukah melengkung?(jawaban harapan: tulang daunnya melengkung)
Penjelasan dan simpulan yang telah didapat dari identifikasi bentuk tulang daun kemudian digunakan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan lain yang ada di lingkungan sekitar. Secara mandiri, mahasiswa tampak aktif mencari jenis-jenis tumbuhan dengan melihat keluar lapangan dan menuliskan jawabannya pada kertas.
Pak Lis kemudian memberikan aba-aba bahwa waktu kerja individu selesai dan selanjutnya adalah tugas kelompok. Tugas mereka adalah berdiskusi dalam kelompok dan memasukkan nama-nama daun yang memiliki ciri-ciri sejenis dengan bentuk tulang daun ke dalam lembar kerja dan kertas plano bekas yang telah mereka bawa. Identifikasi tersebut dikelompokkan dalam bentuk daun menjari, menyirip, sejajar, maupun melengkung. Siswa juga memotong-motong hasil arsiran tulang daun untuk ditempelkan pada kertas plano yang telah dibuat.
Selang 10 menit berlalu, akhirnya dosen meminta siswa untuk melaku-kan presentasi. Secara bergantian
empat dari enam kelompok tersebut presentasi. Masing-masing kelompok secara bergantian menanggapi dan memberikan masukan pada kelompok yang telah presentasi. Akhirnya presentasi kelompok ditutup dengan permintaan dari dosen untuk memasukkan nama-nama daun dari kelompok lain dalam daftar yang telah mereka buat.
Kegiatan modeling tersebut ditutup dengan simpulan tentang kelompok-kelompok daun dan macam-macam daun. Setelah itu mahasiswa diminta menuliskan refleksi dengan dua pertanyaan, (1) sudah belajar apa kalian hari ini? dan (2) dengan bentuk tulang daun yang berbeda, tuliskan manfaatnya untuk kehidupan kita sehari-hari.
Selesai modeling, mahasiswa diberi tugas untuk mencermati langkah-langkah dalam pembelajaran tersebut. Baik itu pembuka, kegiatan inti, penu-tup, maupun refleksi. Usai berdiskusi, mereka kemudian merancang sebuah skenario pembelajaran dengan meng-gunakan contoh pemodelan yang telah dilakukan untuk kemudian disimulasikan dalam pertemuan selanjutnya.
Mahasiswa menyimulasikan pembelajaran bentuk tulang daun.
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)6 Perkuliahan IPA 7
Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh Prof Dr Patta Bundu Dosen Universitas Negeri Makassar
Materi klasifikasi makhluk hidup adalah bagian dari topik keaneragaman makhluk hidup pada mata kuliah Konsep Dasar IPA. Kita semua sudah faham bahwa klasifikasi makhluk hidup bertujuan menyederhanakan cara pengenalan makhluk hidup yang beraneka ragam didasarkan pada persamaan serta perbedaan ciri-ciri yang dimiliki.
Makhluk hidup yang mempunyai persamaan ciri dikelompokkan dalam satu kelompok yang ditata menurut tingkatan tertentu berdasarkan banyak sedikitnya persamaan yang dimiliki. Mungkin sudah tidak ada masalah bagi dosen dalam mengajarkan materi ini, tetapi dari pengalaman dari tahun ke tahun, apalagi setelah terlibat sebagai fasilitator USAID PRIORITAS, ada
Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup
beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan bahan berbagi untuk teman dosen dalam mengajarkan materi klasifikasi makhluk hidup. Skenario pembelajaran yang saya lakukan sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan pembela-jaran dengan cara dikotom atau klasifikasi biner. Diharapkan mahasiswa dapa mengklasifikasi makhluk hidup secara dikotom
Kelompok: ............ Kelompok: ............
Prof Patta Bundu dan mahasiswanya menunjukkan laporan hasil klasifikasi dikotonom mahkluk hidup.
dan membuat Kunci Diterminasi.
2. Sebelum melakukan kegiatan, saya antar mahasiswa untuk memasuki pembelajaran dengan kegiatan sederhana yakni mengelompokkan berbagai bentuk bidang datar menjadi dua kelompok, sebagai berikut:
Ternyata hampir semua mahasiswa mengalami kegagalan untuk
3. Daun sirih
Bagaimana tulang daun sirih apakah sama dengan tulang daun nangka dan ilalang?
Pertanyaan rangsangan : Tulang daunnya berupa garis lurus
ataukah melengkung?(jawaban harapan: tulang daunnya melengkung)
Penjelasan dan simpulan yang telah didapat dari identifikasi bentuk tulang daun kemudian digunakan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan lain yang ada di lingkungan sekitar. Secara mandiri, mahasiswa tampak aktif mencari jenis-jenis tumbuhan dengan melihat keluar lapangan dan menuliskan jawabannya pada kertas.
Pak Lis kemudian memberikan aba-aba bahwa waktu kerja individu selesai dan selanjutnya adalah tugas kelompok. Tugas mereka adalah berdiskusi dalam kelompok dan memasukkan nama-nama daun yang memiliki ciri-ciri sejenis dengan bentuk tulang daun ke dalam lembar kerja dan kertas plano bekas yang telah mereka bawa. Identifikasi tersebut dikelompokkan dalam bentuk daun menjari, menyirip, sejajar, maupun melengkung. Siswa juga memotong-motong hasil arsiran tulang daun untuk ditempelkan pada kertas plano yang telah dibuat.
Selang 10 menit berlalu, akhirnya dosen meminta siswa untuk melaku-kan presentasi. Secara bergantian
empat dari enam kelompok tersebut presentasi. Masing-masing kelompok secara bergantian menanggapi dan memberikan masukan pada kelompok yang telah presentasi. Akhirnya presentasi kelompok ditutup dengan permintaan dari dosen untuk memasukkan nama-nama daun dari kelompok lain dalam daftar yang telah mereka buat.
Kegiatan modeling tersebut ditutup dengan simpulan tentang kelompok-kelompok daun dan macam-macam daun. Setelah itu mahasiswa diminta menuliskan refleksi dengan dua pertanyaan, (1) sudah belajar apa kalian hari ini? dan (2) dengan bentuk tulang daun yang berbeda, tuliskan manfaatnya untuk kehidupan kita sehari-hari.
Selesai modeling, mahasiswa diberi tugas untuk mencermati langkah-langkah dalam pembelajaran tersebut. Baik itu pembuka, kegiatan inti, penu-tup, maupun refleksi. Usai berdiskusi, mereka kemudian merancang sebuah skenario pembelajaran dengan meng-gunakan contoh pemodelan yang telah dilakukan untuk kemudian disimulasikan dalam pertemuan selanjutnya.
Mahasiswa menyimulasikan pembelajaran bentuk tulang daun.
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)6 Perkuliahan IPA 7
Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh Prof Dr Patta Bundu Dosen Universitas Negeri Makassar
Materi klasifikasi makhluk hidup adalah bagian dari topik keaneragaman makhluk hidup pada mata kuliah Konsep Dasar IPA. Kita semua sudah faham bahwa klasifikasi makhluk hidup bertujuan menyederhanakan cara pengenalan makhluk hidup yang beraneka ragam didasarkan pada persamaan serta perbedaan ciri-ciri yang dimiliki.
Makhluk hidup yang mempunyai persamaan ciri dikelompokkan dalam satu kelompok yang ditata menurut tingkatan tertentu berdasarkan banyak sedikitnya persamaan yang dimiliki. Mungkin sudah tidak ada masalah bagi dosen dalam mengajarkan materi ini, tetapi dari pengalaman dari tahun ke tahun, apalagi setelah terlibat sebagai fasilitator USAID PRIORITAS, ada
Pengalaman Mengajarkan Klasifikasi Makhluk Hidup
beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan bahan berbagi untuk teman dosen dalam mengajarkan materi klasifikasi makhluk hidup. Skenario pembelajaran yang saya lakukan sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan pembela-jaran dengan cara dikotom atau klasifikasi biner. Diharapkan mahasiswa dapa mengklasifikasi makhluk hidup secara dikotom
Kelompok: ............ Kelompok: ............
Prof Patta Bundu dan mahasiswanya menunjukkan laporan hasil klasifikasi dikotonom mahkluk hidup.
dan membuat Kunci Diterminasi.
2. Sebelum melakukan kegiatan, saya antar mahasiswa untuk memasuki pembelajaran dengan kegiatan sederhana yakni mengelompokkan berbagai bentuk bidang datar menjadi dua kelompok, sebagai berikut:
Ternyata hampir semua mahasiswa mengalami kegagalan untuk
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)8
mengelompokkan bentuk-bentuk gambar bangun ruang tersebut, karena jika hanya dibagi dua kelompok seperti biasa pasti ada bentuk yang tidak terakomodasi. Yang paling mendekati mereka membagi antara kelompok persegi dengan lingkaran (tapi bagaimana dengan yang bulat panjang). Padahal, kuncinya adalah dengan menggunakan kata TIDAK atau BUKAN, karena dengan cara ini pasti kelompok terbagi dua. Hasilnya pun bisa beraneka ragam tetapi semuanya bisa diterima sebagai kebenaran. Misalnya, dikelompokkan menjadi segi empat dan bukan segi empat, hasilnya pasti terbagi dua kelompok.
Mahasiswa juga mendapatkan konsep baru dalam pembagian yang mungkin tidak disadari selama ini bahwa dibagi dua tidak selamanya sama banyak. Pada contoh tadi, enam dibagi dua kelompok, bisa saja: 3 dengan 3, 4 dengan 2, dan 5 dengan 1.
3. Setelah semua kelompok memahami betul maksud klasifikasi dikotom, maka setiap kelompok saya tugaskan mengambil sendiri 10 jenis tumbuhan (sebaiknya utuh akar, batang, daun, bunga jika ada) di halaman sekolah. Salah satu contoh tumbuhan yang diambil oleh satu kelompok dapat dilihat pada gambar 1.
4. Masuk kembali ke dalam kelas lalu mulai membuat klasifikasi tumbu-han yang diambil secara dikotom dengan memperhatikan ciri-ciri
yang dimiliki setiap tumbuhan, menggunakan LK yang tersedia. Pola klasifikasi sangat bervariasi bahkan jenis tumbuhan yang sama bisa mempunyai posisi yang berbeda pada setiap kelompok. Contoh klasifikasi dikotom yang dihasilkan dari salah satu kelom-pok (lanjutan dari data di atas) dapat dilihat pada gambar 2.
Selanjutnya, berdasarkan pola klasifikasi yang dibuat dapat diformulasi Kunci Determinasi setiap tumbuhan yang sudah diklasifikasi. Seperti pada contoh tadi:
1. Jambu Air: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras;
tidak bergetah; daun tidak bertangkai
2. Keladi hias: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun tidak berduri
3. Lidah Buaya: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun berduri
4. Katuk: berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang keras; tidak bergetah; daun bertangkai
5. Bayam merah: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun tidak bergerigi
6. Semangka: Tidak berakar tunggang; daun menjari
Gambar 1. Beberapa Tumbuhan yang Diambil Salah Satu Kelompok
Perkuliahan IPA 9
7. Asam: Berakar tunggang; daun majemuk; batang tidak berduri
8. Miana: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun bergerigi.
9. Gendong Anak: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras; batang bergetah.
10. Putri Malu: Berakar tunggang; daun majemuk; batang berduri
Ada beberapa keunggulan aktivitas ini antara lain: Pertama, siswa sangat leluasa untuk menentukan pola
klasifikasinya, bergantung pada kecermatan mengamati perbedaan dan persamaan yang dimiliki oleh tumbuhan yang diklasifikasi. Kedua, siswa dapat menghargai hasil kerja temannya karena meskipun berbeda ada kemungkinan keduanya benar. Ketiga, siswa akan terbiasa melaporkan apa yang diamati bukan apa yang dipikirkan meskipun sebenarnya yang diketahui itu benar.
Contoh: meskipun siswa tahu tomat berbuah tapi karena yang diamati tidak ada buahnya, maka pola
klasifikasinya tidak boleh berbuah versus tidak berbuah.
Kelemahannya adalah kunci determinasi ada yang terlalu panjang (banyak ciri yang diungkap) dan ada yang terlalu pendek (sangat sedikit ciri tumbuhan yang diungkapkan). Berlatihlah dengan praktik-praktik yang baik di sekolah sehingga mengajar (guru) bukan sekadar pekerjaan anda, tetapi sebagai profesi anda.
Gambar 2. Klasifikasi Dikotom yang Dibuat oleh Salah Satu Kelompok
Kode Tumbuhan1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Daun Tidak Majemuk1,4,5,8,9
Daun Majemuk7,10
Batang Berduri 10
Tidak Berduri 7
Akar Tunggang1,4,5,7,8,9,10
Tidak Akar Tunggang2,3,6
Tulang Daun Menjari6
Tidak Menjari2,3
Batang Keras1,4,9
Batang Tidak Keras5,8
Batang Tidak Bergetah1,4
Batang Bergetah9
Daun Bertangkai4
Tidak Bertangkai1
Tepi Daun Bergerigi8
Tidak Bergerigi5
Tepi Daun Berduri3
Tidak Berduri2
Ilmu Pengetahuan Alam
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)8
mengelompokkan bentuk-bentuk gambar bangun ruang tersebut, karena jika hanya dibagi dua kelompok seperti biasa pasti ada bentuk yang tidak terakomodasi. Yang paling mendekati mereka membagi antara kelompok persegi dengan lingkaran (tapi bagaimana dengan yang bulat panjang). Padahal, kuncinya adalah dengan menggunakan kata TIDAK atau BUKAN, karena dengan cara ini pasti kelompok terbagi dua. Hasilnya pun bisa beraneka ragam tetapi semuanya bisa diterima sebagai kebenaran. Misalnya, dikelompokkan menjadi segi empat dan bukan segi empat, hasilnya pasti terbagi dua kelompok.
Mahasiswa juga mendapatkan konsep baru dalam pembagian yang mungkin tidak disadari selama ini bahwa dibagi dua tidak selamanya sama banyak. Pada contoh tadi, enam dibagi dua kelompok, bisa saja: 3 dengan 3, 4 dengan 2, dan 5 dengan 1.
3. Setelah semua kelompok memahami betul maksud klasifikasi dikotom, maka setiap kelompok saya tugaskan mengambil sendiri 10 jenis tumbuhan (sebaiknya utuh akar, batang, daun, bunga jika ada) di halaman sekolah. Salah satu contoh tumbuhan yang diambil oleh satu kelompok dapat dilihat pada gambar 1.
4. Masuk kembali ke dalam kelas lalu mulai membuat klasifikasi tumbu-han yang diambil secara dikotom dengan memperhatikan ciri-ciri
yang dimiliki setiap tumbuhan, menggunakan LK yang tersedia. Pola klasifikasi sangat bervariasi bahkan jenis tumbuhan yang sama bisa mempunyai posisi yang berbeda pada setiap kelompok. Contoh klasifikasi dikotom yang dihasilkan dari salah satu kelom-pok (lanjutan dari data di atas) dapat dilihat pada gambar 2.
Selanjutnya, berdasarkan pola klasifikasi yang dibuat dapat diformulasi Kunci Determinasi setiap tumbuhan yang sudah diklasifikasi. Seperti pada contoh tadi:
1. Jambu Air: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras;
tidak bergetah; daun tidak bertangkai
2. Keladi hias: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun tidak berduri
3. Lidah Buaya: Tidak berakar tunggang; daun tidak menjari; tepi daun berduri
4. Katuk: berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang keras; tidak bergetah; daun bertangkai
5. Bayam merah: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun tidak bergerigi
6. Semangka: Tidak berakar tunggang; daun menjari
Gambar 1. Beberapa Tumbuhan yang Diambil Salah Satu Kelompok
Perkuliahan IPA 9
7. Asam: Berakar tunggang; daun majemuk; batang tidak berduri
8. Miana: Berakar tunggang; tidak daun majemuk; batang tidak keras; tepi daun bergerigi.
9. Gendong Anak: berakar tunggang; tidak berdaun majemuk; batang keras; batang bergetah.
10. Putri Malu: Berakar tunggang; daun majemuk; batang berduri
Ada beberapa keunggulan aktivitas ini antara lain: Pertama, siswa sangat leluasa untuk menentukan pola
klasifikasinya, bergantung pada kecermatan mengamati perbedaan dan persamaan yang dimiliki oleh tumbuhan yang diklasifikasi. Kedua, siswa dapat menghargai hasil kerja temannya karena meskipun berbeda ada kemungkinan keduanya benar. Ketiga, siswa akan terbiasa melaporkan apa yang diamati bukan apa yang dipikirkan meskipun sebenarnya yang diketahui itu benar.
Contoh: meskipun siswa tahu tomat berbuah tapi karena yang diamati tidak ada buahnya, maka pola
klasifikasinya tidak boleh berbuah versus tidak berbuah.
Kelemahannya adalah kunci determinasi ada yang terlalu panjang (banyak ciri yang diungkap) dan ada yang terlalu pendek (sangat sedikit ciri tumbuhan yang diungkapkan). Berlatihlah dengan praktik-praktik yang baik di sekolah sehingga mengajar (guru) bukan sekadar pekerjaan anda, tetapi sebagai profesi anda.
Gambar 2. Klasifikasi Dikotom yang Dibuat oleh Salah Satu Kelompok
Kode Tumbuhan1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Daun Tidak Majemuk1,4,5,8,9
Daun Majemuk7,10
Batang Berduri 10
Tidak Berduri 7
Akar Tunggang1,4,5,7,8,9,10
Tidak Akar Tunggang2,3,6
Tulang Daun Menjari6
Tidak Menjari2,3
Batang Keras1,4,9
Batang Tidak Keras5,8
Batang Tidak Bergetah1,4
Batang Bergetah9
Daun Bertangkai4
Tidak Bertangkai1
Tepi Daun Bergerigi8
Tidak Bergerigi5
Tepi Daun Berduri3
Tidak Berduri2
Ilmu Pengetahuan Alam
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)10
Oleh Pipit Marianingsih MSi Dosen FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Morfologi tumbuhan adalah salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa semester II di Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP-UNTIRTA. Pada mata kuliah tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan struktur organ-organ tumbuhan, seperti daun, batang, dan akar, sebagai dasar pengklasifikasian
tumbuhan. Selasa, 1 Maret 2016, dilakukan perkuliahan untuk mengi-dentifikasi dan mendeskripsikan ciri-ciri daun tumbuhan berbiji terbuka, atau lebih dikenal dengan sebutan Gymnospermae, khususnya tanaman pinus dan cemara.
Pembelajaran di mata kuliah morfologi tumbuhan dilakukan dengan cara diskusi dan praktik di dalam kelas. Praktikum di dalam kelas menjadi pilihan yang efisien pada saat praktik
di habitat asli tanaman tidak dapat dilakukan, serta adanya kendala keter-batasan ruang laboratorium. Dengan praktikum di dalam kelas, pembela-jaran lebih efisien dari segi waktu dan tetap memberikan pengalaman langsung pada mahasiswa dengan cara membawa sampel tumbuhan yang diperlukan ke dalam kelas.
Hari itu, mahasiswa telah siap dengan membawa beberapa sampel daun yang mereka angggap dari tanaman pinus
Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif
Mahasiswa sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.
Perkuliahan IPA 11
dan cemara. Hal menarik terjadi di dalam kelas, karena hampir seluruh mahasiswa tidak tepat membawa daun pinus, padahal mereka yakin bahwa yang mereka bawa adalah daun pinus. Mereka mengatakan sebelumnya pernah belajar mengenal pinus dan cemara, hanya saja pembelajaran yang dilakukan hanya dengan membaca dan melihat gambar-gambar yang ada di buku, dan belum berpengalaman langsung melihat daun pinus dan cemara.
Dengan cara demikian, mahasiswa mengenal pinus dan cemara berdasar asumsi yang didapatkan dari gambar, belum sampai membuktikan dengan melihat sampel tanaman secara langsung, sehingga pemahaman mereka pun belum utuh.
Saat perkuliahan berlangsung, mahasis-wa mengamati bentuk dan ciri-ciri yang ada di sampel daun, menyajikan data dalam bentuk tabel deskripsi ciri, serta menggambar daun yang diamati. Selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk saling meyakinkan atau menambah informasi deskripsi ciri yang sudah dibuat oleh masing-masing mahasiswa dalam kelompok.
Kemudian, mereka diarahkan untuk menarik kesimpulan jenis sampel daun yang dibawa (pinus atau cemara) melalui perbandingan ciri yang sudah dibuat dengan ciri-ciri tanaman pinus atau cemara yang ada di literatur. Berdasarkan pengalaman perkuliahan
hari itu, mahasiswa merasa lebih yakin dalam mengenali dan membedakan daun bentuk jarum yang merupakan ciri khas daun pinus, serta daun berbentuk sisik yang merupakan ciri khas daun cemara. Mereka menyatakan dengan melihat objek yang dipelajari secara langsung lebih mudah untuk mengingat dan memahami materi yang dipelajarinya.
Perkuliahan dengan pengalaman langsung seperti di atas dapat memudahkan mahasiswa memahami materi atau topik yang dipelajarinya. Berdasarkan curah pendapat mahasiswa, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas dalam mempelajari keanekaragaman dan morfologi tanaman adalah selain tidak dihadirkannya objek juga contoh tanaman yang dipaparkan hanya berpatokan pada contoh-contoh di buku yang seringkali tidak mereka dapatkan di sekitar lingkungan mereka.
Jadi, untuk masa yang akan datang, akan lebih banyak dihadirkan objek-objek tanaman yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mahasiswa atau kampus dalam perkuliahan morfologi tumbuhan.
Setiap mahasiswa mengamati daun cemara dan pinus.
Ilmu Pengetahuan Alam
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)10
Oleh Pipit Marianingsih MSi Dosen FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Morfologi tumbuhan adalah salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa semester II di Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP-UNTIRTA. Pada mata kuliah tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan struktur organ-organ tumbuhan, seperti daun, batang, dan akar, sebagai dasar pengklasifikasian
tumbuhan. Selasa, 1 Maret 2016, dilakukan perkuliahan untuk mengi-dentifikasi dan mendeskripsikan ciri-ciri daun tumbuhan berbiji terbuka, atau lebih dikenal dengan sebutan Gymnospermae, khususnya tanaman pinus dan cemara.
Pembelajaran di mata kuliah morfologi tumbuhan dilakukan dengan cara diskusi dan praktik di dalam kelas. Praktikum di dalam kelas menjadi pilihan yang efisien pada saat praktik
di habitat asli tanaman tidak dapat dilakukan, serta adanya kendala keter-batasan ruang laboratorium. Dengan praktikum di dalam kelas, pembela-jaran lebih efisien dari segi waktu dan tetap memberikan pengalaman langsung pada mahasiswa dengan cara membawa sampel tumbuhan yang diperlukan ke dalam kelas.
Hari itu, mahasiswa telah siap dengan membawa beberapa sampel daun yang mereka angggap dari tanaman pinus
Mengenal Pinus dan Cemara: Pengamatan Langsung Belajar Lebih Efektif
Mahasiswa sedang berdiskusi tentang deskripsi ciri-ciri daun pinus dan cemara.
Perkuliahan IPA 11
dan cemara. Hal menarik terjadi di dalam kelas, karena hampir seluruh mahasiswa tidak tepat membawa daun pinus, padahal mereka yakin bahwa yang mereka bawa adalah daun pinus. Mereka mengatakan sebelumnya pernah belajar mengenal pinus dan cemara, hanya saja pembelajaran yang dilakukan hanya dengan membaca dan melihat gambar-gambar yang ada di buku, dan belum berpengalaman langsung melihat daun pinus dan cemara.
Dengan cara demikian, mahasiswa mengenal pinus dan cemara berdasar asumsi yang didapatkan dari gambar, belum sampai membuktikan dengan melihat sampel tanaman secara langsung, sehingga pemahaman mereka pun belum utuh.
Saat perkuliahan berlangsung, mahasis-wa mengamati bentuk dan ciri-ciri yang ada di sampel daun, menyajikan data dalam bentuk tabel deskripsi ciri, serta menggambar daun yang diamati. Selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk saling meyakinkan atau menambah informasi deskripsi ciri yang sudah dibuat oleh masing-masing mahasiswa dalam kelompok.
Kemudian, mereka diarahkan untuk menarik kesimpulan jenis sampel daun yang dibawa (pinus atau cemara) melalui perbandingan ciri yang sudah dibuat dengan ciri-ciri tanaman pinus atau cemara yang ada di literatur. Berdasarkan pengalaman perkuliahan
hari itu, mahasiswa merasa lebih yakin dalam mengenali dan membedakan daun bentuk jarum yang merupakan ciri khas daun pinus, serta daun berbentuk sisik yang merupakan ciri khas daun cemara. Mereka menyatakan dengan melihat objek yang dipelajari secara langsung lebih mudah untuk mengingat dan memahami materi yang dipelajarinya.
Perkuliahan dengan pengalaman langsung seperti di atas dapat memudahkan mahasiswa memahami materi atau topik yang dipelajarinya. Berdasarkan curah pendapat mahasiswa, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas dalam mempelajari keanekaragaman dan morfologi tanaman adalah selain tidak dihadirkannya objek juga contoh tanaman yang dipaparkan hanya berpatokan pada contoh-contoh di buku yang seringkali tidak mereka dapatkan di sekitar lingkungan mereka.
Jadi, untuk masa yang akan datang, akan lebih banyak dihadirkan objek-objek tanaman yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mahasiswa atau kampus dalam perkuliahan morfologi tumbuhan.
Setiap mahasiswa mengamati daun cemara dan pinus.
Ilmu Pengetahuan Alam
Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD
adalah mahasiswa mampu merancang media pembelajaran IPA untuk siswa SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, selama setengah semester akhir perkuliahan didesain dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL). PBL adalah pembelajaran dengan
proyek sebagai aktivitas belajar. Mahasiswa melakukan proyek untuk mengatasi persoalan nyata sehingga menghasilkan produk realistik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual.
Proyek yang dilakukan mahasiswa
Oleh Woro Sri Hastuti MPd Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta
Dalam mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPA, salah satu tujuannya
Mahasiswa PGSD UNY memamerkan hasil karya media kontekstual IPA SD yang dibuatnya dalam perkuliahan pengembangan pendidikan IPA. Mereka juga mengundang guru-guru SD di sekitar kampus untuk berbagi ide dalam pembuatan media pembelajaran IPA SD.
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)12
dalam hal ini didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut memerlukan waktu beberapa minggu.
Berikut adalah kegiatan perkuliahan yang saya lakukan dengan mengacu pada langkah-langkah: perencanaan, implementasi proyek, dan pengolahan proyek.
Tahap perencanaan, mahasiswa merancang proyek yang diawali dengan mengenai permasalahan aktual brainstorming yang kontekstual terjadi di masyarakat maupun di SD terkait dengan IPA.
Setelah itu mahasiswa diberi penjelasan tujuan perkuliahan dan tugas-tugas apa yang akan dilakukan serta kompetensi yang dicapai melalui kegiatan ini. Produk yang diharapkan untuk dihasilkan mahasiswa adalah berupa produk kreatif yang berguna bagi masyarakat, atau dapat pula media pembelajaran IPA SD, maupun inovasi lainnya.
Berikutnya secara berkelompok, mahasiswa merumuskan permasalahan baik yang berhubungan dengan fenomena di masyarakat maupun seputar pembelajaran di sekolah dasar. Kemudian mahasiswa membuat prediksi jawaban atas pertanyaan tersebut, membuat daftar pekerjaan yang diperkirakan akan dilakukan,
membuat pembagian pekerjaan, lalu menyusun desain investigasi dengan mengacu berbagai sumber.
Tahap implementasi proyek, mahasiswa melakukan investigasi berdasarkan desain yang telah disusun dan mendokumentasikannya. Hasil akhir dari tahap ini adalah produk yang relevan dengan kebutuhan di lapangan.
Produk-produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa di antaranya media sederhana IPA seperti gerhana matahari dan gerhana bulan, sistem tata surya dengan anggota planet yang dapat berputar sendiri, aquarium tanpa kuras, rumah hemat lampu, dan lain-lain. Produk tersebut merupakan jawaban atas permasalahan yang ditemukan mahasiswa di lapangan.
Tahap akhir, pengolahan proyek. Setiap kelompok mahasiswa berbagi informasi mengenai produk yang telah dikembangkan, sekaligus refleksi, dan tindak lanjutnya. Dalam perkuliahan ini, tahapan ini dilakukan dalam bentuk pameran yang dikemas dengan nama festival sains.
Pamerkan Hasil Karya
Dalam kegiatan ini, selain pameran produk hasil karya kelompok, mahasiswa juga mengundang guru-guru SD untuk dilatih dan berbagi ide dalam membuat produk media pembelajaran. Mahasiswa juga memberikan brosur kepada
Perkuliahan IPA 13
Ilmu Pengetahuan Alam
masyarakat baik di sekolah maupun masyarakat umum untuk dapat melihat pamerannya.
Hasilnya, para guru antusias untuk belajar membuat media pembelajaran IPA. Melalui pembelajaran seperti ini, ternyata dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, pemahaman terhadap konsep juga meningkat, dan menyalurkan bakat-bakat mahasiswa.
Hal ini juga menjadi ajang sosialisasi media kreatif IPA SD kepada guru-guru SD atau masyarakat sehingga tidak hanya berguna bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat.
Media respirasi tumbuhan buatan mahasiswa banyak menarik perhatian guru-guru SD.
Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual dalam Perkuliahan PGSD
adalah mahasiswa mampu merancang media pembelajaran IPA untuk siswa SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, selama setengah semester akhir perkuliahan didesain dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL). PBL adalah pembelajaran dengan
proyek sebagai aktivitas belajar. Mahasiswa melakukan proyek untuk mengatasi persoalan nyata sehingga menghasilkan produk realistik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual.
Proyek yang dilakukan mahasiswa
Oleh Woro Sri Hastuti MPd Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta
Dalam mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPA, salah satu tujuannya
Mahasiswa PGSD UNY memamerkan hasil karya media kontekstual IPA SD yang dibuatnya dalam perkuliahan pengembangan pendidikan IPA. Mereka juga mengundang guru-guru SD di sekitar kampus untuk berbagi ide dalam pembuatan media pembelajaran IPA SD.
Praktik yang Baik: Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)12
dalam hal ini didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut memerlukan waktu beberapa minggu.
Berikut adalah kegiatan perkuliahan yang saya lakukan dengan mengacu pada langkah-langkah: perencanaan, implementasi proyek, dan pengolahan proyek.
Tahap perencanaan, mahasiswa merancang proyek yang diawali dengan mengenai permasalahan aktual brainstorming yang kontekstual terjadi di masyarakat maupun di SD terkait dengan IPA.
Setelah itu mahasiswa diberi penjelasan tujuan perkuliahan dan tugas-tugas apa yang akan dilakukan serta kompetensi yang dicapai melalui kegiatan ini. Produk yang diharapkan untuk dihasilkan mahasiswa adalah berupa produk kreatif yang berguna bagi masyarakat, atau dapat pula media pembelajaran IPA SD, maupun inovasi lainnya.
Berikutnya secara berkelompok, mahasiswa merumuskan permasalahan baik yang berhubungan dengan fenomena di masyarakat maupun seputar pembelajaran di sekolah dasar. Kemudian mahasiswa membuat prediksi jawaban atas pertanyaan tersebut, membuat daftar pekerjaan yang diperkirakan akan dilakukan,
membuat pembagian pekerjaan, lalu menyusun desain investigasi dengan mengacu berbagai sumber.
Tahap implementasi proyek, mahasiswa melakukan investigasi berdasarkan desain yang telah disusun dan mendokumentasikannya. Hasil akhir dari tahap ini adalah produk yang relevan dengan kebutuhan di lapangan.
Produk-produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa di antaranya media sederhana IPA seperti gerhana matahari dan gerhana bulan, sistem tata surya dengan anggota planet yang dapat berputar sendiri, aquarium tanpa kuras, rumah hemat lampu, dan lain-lain. Produk tersebut merupakan jawaban atas permasalahan yang ditemukan mahasiswa di lapangan.
Tahap akhir, pengolahan proyek. Setiap kelompok mahasiswa berbagi informasi mengenai produk yang telah dikembangkan, sekaligus refleksi, dan tindak lanjutnya. Dalam perkuliahan ini, tahapan ini dilakukan dalam bentuk pameran yang dikemas dengan nama festival sains.
Pamerkan Hasil Karya
Dalam kegiatan ini, selain pameran produk hasil karya kelompok, mahasiswa juga mengundang guru-guru SD untuk dilatih dan berbagi ide dalam membuat produk media pembelajaran. Mahasiswa juga memberikan brosur kepada
Perkuliahan IPA 13
Ilmu Pengetahuan Alam
masyarakat baik di sekolah maupun masyarakat umum untuk dapat melihat pamerannya.
Hasilnya, para guru antusias untuk belajar membuat media pembelajaran IPA. Melalui pembelajaran seperti ini, ternyata dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, pemahaman terhadap konsep juga meningkat, dan menyalurkan bakat-bakat mahasiswa.
Hal ini juga menjadi ajang sosialisasi media kreatif IPA SD kepada guru-guru SD atau masyarakat sehingga tidak hanya berguna bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat.
Media respirasi tumbuhan buatan mahasiswa banyak menarik perhatian guru-guru SD.
atau disingkat lCARE.
Kegiatan introduction dimulai dengan dosen menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar langkah kegiatan. Pada kegiatan connection mahasiwa mengkaji kompetensi dasar (KD) SMP kelas VIII, mata pelajaran IPA tentang KD 3.10 memahami konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari, serta KD 4.10 tentang melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran,
Universitas Negeri Yogyakarta - Sekarang kita akan melakukan pemodelan tentang getaran, gelombang, dan bunyi. Kalian sebagai siswa, dan saya sebagai gurunya, kata Bapak Sabar Nurohman MSi, dosen FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengawali perkuliahan pada mahasiswa semester V.
Kegiatan perkuliahan menggunakan alur introduction (pendahuluan), connection (menghubungkan), application (menerapkan), reflection (merefleksi), dan extention (penguatan)
Pembelajaran SMP dalam Perkuliahan IPA
Praktik Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal
gelombang, dan bunyi.
Mahasiswa diminta menganalisis cara menyajikan materi KD tersebut di dalam kelas. Dalam materi getaran kemampuan yang diharapkan adalah memahami dan mencoba, dan u