Upload
muhammad-uzair-abdullah
View
17
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Dokumen
Citation preview
PENDEKATAN MASALAH
Pendekatan masalah yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini bersifat
multi aspek (Multy dicipline), terpilih (purposive) dan rinci (detail). Aspek yang dikaji
meliputi aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek ekonomi, dan aspek Lingkungan. Aspek
teknis berkaitan dengan penggunaan input dalam proses produksi tangkap seperti
armada tangkap, alat tangkap, alat bantu penangkapan, perbekalan, bahan bakar
minyak dan sebagainya. Aspek sosial budaya antara lain meliputi pranata, tradisi,
kebiasaan, proses sosial dan kelembagaan. Aspek ekonomi berhubungan dengan
struktur pembiayaan, penerimaan, pendapatan, harga, efisiensi dalam proses produksi
tangkap, pengolahan dan distribusi hasil. Aspek lingkungan antara lain berkaitan dengan
kondisi permukiman, alur melaut, fishing ground, kolam pelabuhan, tempat pendaratan
ikan, tempat pengolahan ikan, dan tempat pemasaran hasil. Sasaran pengkajian
pendapatan nelayan ini fokus pada masyarakat nelayan di masing-masing
kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki wilayah laut menurut jenis armada, alat
tangkap dan musim penangkapan dengan menggunakan teknik purposive sampling pada
masing-masing PPI/PPP/PPN yang ada di wilayah kabupaten/kota.
Secara umum nelayan yang ada di wilayah pesisir pantai utara dan pantai
selatan Jawa Barat dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok masyarakat nelayan,
yaitu nelayan lokal dan nelayan pendatang. Nelayan lokal adalah nelayan setempat yang
tinggal dekat di sekitar lokasi kegiatan penangkapan yang secara administratif sesuai
dengan domisi tinggal. Nelayan pendatang adalah nelayan yang berasal dari luar daerah,
tinggal dan domisili di tempat lain atau wilayah administrasi lain akan tetapi melakukan
kegiatan penangkapan di wilayah perairan di luar domisili adinistrasinya.
Dilihat dari curahan kerjanya.nelayan dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu
nelayan penuh, nelayan sampingan utama dan nelayan sampingan sambilan. Nelayan
penuh adalah nelayan yang curahan waktu kerjanya sepenuhnya dialokasikan untuk
kegiatan nelayan ataumenangkap ikan di laut sementara itu, nelayan sampingan adalah
nelayan yang curahan waktu kerjanya tidak penuh untuk kegiatan menangkap ikan
hanya sekedar mengisi kekosongan waktu manakala aktivitas utamanya sedang tidak
dilakukan.
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan Pantura maupun Pansela
Jawa Barat umumnya dilakukan di sekitar pantai, jalur 1 dan 2 serta di wilayah lepas
pantai bahkan sampai wilayah perairan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Upaya ini
dilakukan nelayan sesuai dengan kapasitas dan aksesibilitas yang dimiliki masing-masing
nelayan. Bagi nelayan yang hanya memiliki skill, armada tangkap, alat tangkap dan biaya
operasional yang terbatas umumnya mereka melakukan kegiatan penangkapan hanya di
sekitar pantai di wilayah administrasi dimana mereka tinggal. Sementara itu, bagi
nelayan yang memiliki armada tangkap, alat tangkap, modal dan skill yang memadai
dapat melakukan kegiatan penangkapan ke lokasi fishing ground yang lebih lauh.
Hasil tangkapan yang diperoleh masing-masing nelayan selain dipengaruhioleh
fishing ground, juga dipengaruhi musim penangkapan, kapasitas armada tangkap dan
jenis alat tangkap yang digunakan. Kegiatan penangkapan pada saat musim timur dan
peralihan musim umumnya hasil tangkapan cukup banyak sedangkan pada saat musim
barat hasil tangkapan umumnya paceklik. Armada tangkap dengan kapasitas GT yang
rendah memiliki akses wilayah penangkapan yang rendah pula sehingga peluang hasil
tangkapannya akan rendah pula dan sebaliknya. Demikian pula dengan alat tangkap
yang digunakan. Alat tangkap berbahan jaring (net) seperti gillnet, trammel net dsb akan
memiliki ruang jebakan tangkap yang lebih luas dan lebih mobile dibanding alat tangkap
jebakan lainnya seperti pancing, bubu dan sebagainya.
Hasil tangkapan nelayan secara umum dapat dikelompokkan mejadi dua jenis,
yaitu ikan baik demersal maupun pelagis dan non ikan seperti udang, jenis molusca,
kepiting dsb. Hasil tangkapan ini sangat dipengaruhi jenis alat tangkap yang digunakan
baik yang sifatnya dinamis maupun statis baik alat tangkap permukaan maupun
kedalaman. Jenis ikan yang tertangkap memiliki nilai jual yang berbeda tergantung
apakah jenis ikan tersebut bernilai ekonomis tinggi atau tidak, Ikan bernilai ekonomis
tinggi akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibanding jenis ikan yang tidak bernilai
ekonomis tinggi yang pada akhirnya juga akan berpengaruh terhadap pendapatan dan
kesejahteraan nelayan itu sendiri.
Secara umum ikan hasil tangkapan nelayan di Pantura dan Pansela didaratkan di
Tempat Pelelangan Ikan dan non TPI. Hasil tangkapan ikan yang didaratkan di TPI
umumnya jenis-jenis ikan sementara yang didaratkan di luar TPI adalah jenis-jenis non
ikan. Disamping itu, pendaratan ikan yang dilakukan nelayan juga dipengaruhi
ketersediaan infrastruktur itu sendiri di sekitar lokasi pendaratan. Dalam beberapa kasus
dimana lokasi TPI yang terlalu jauh dan aksesnya susah untuk mendaratkan ikan,
nelayan umumnya mendaratkan ikan di tempat lain selain TPI. Keterdeiaan dan
kemudahan TPI akan berpengaruh terhadap prosespengumpulan dan distribusi ikan
hasil tangkapan. Hal ini juga berpengaruh terhadap proses pembentukan harga jual,
raman dan pendapatan nelayan.
Sistem bagi hasil yang berlaku di lingkungan nelayan di Pantura dan Pansela
akan mempengaruhi besar dan distribusi pendapatan nelayan khususnya antara pemilik
modal (juragan) dengan ABK (Anak Buah Kapal). Prosentasi bagi hasil yang timpang
tentu akan mempengaruhi kesejahteraan nelayan. Besar kecilnya jumlah ABK yang
terlibat dalam kegiatan penangkapan juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
pendapatan nelayan. Banyak sedikitnya ABK yang terlibat juga dipengaruhi oleh jenis
dan ukuran alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap sederhana dan berukuran kecil
ABK sekitar 3 orang sementara untuk alat tangkap jaring dengan ukuran yang besar dan
jumlah yang banyak ABK nya dapat lebih dari 12 orang. Dalam struktur ABK nakhoda
umumnya memiliki porsi pendapatan yang lebih besar dari kru lainnya. Oleh karena itu,
dalam perhitungan pendapatan nelayan sistem bagi hasil ini sangat penting
diperhatikan.
Secara ekonomis, besar kecilnya pendapatan akan mencerminkan tingkat
kesejahteraan dari masyarakat nelayan itu sendiri.Terdapat banyak indikator yang dapat
digunakan sebagai pembanding kesejahteraan misalnya standar Bank Dunia, Bappenas,
BKKBN, BPS, maupun UMR atau Kebutuhan fisik minimum nelayan. Pendekatan yang
disebutkan terakhir ini umumnya lebih relevan denganpengukuran kesejahteraan
nelayan karena berbasis faktual nelayan bukan masyarakat lain.
Selain itu, besarkecilnya pendapatan akan merupakan fenomena dan
kecenderungan seorang nelayan untuk tetap menggeluti kegiatan penangkapan ikan
atau mencari alternatif matapencaharian lain atau kecenderungan optimalisasi waktu
luang untuk kegiatan ekonomis produktif yang semuanya itu dilakukan dalam rangka
lebih meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan.
Sesuai dengan visi Jawa Barat, yaitu "tercapainya masyarakat yang mandiri
dinamis dan sejahtera” dan mendukung visi Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam
rangka mendorong pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan secara efektif,
efisien dan berkelanjutan, maka sesuai tugas fungsi dan wewenang Pemerintah Provinsi
Jawa Barat telah berupaya melaksanakan berbagai program dan kegiatan pembangunan
yang mengarah pada sasaran tersebut, sekaligus melakukan berbagai terobosan baru
yang diperlukan untuk peningkatan produksi dan produktititas perikanan serta
pendapatan masyarakat nelayan.
Mengingat masyarakat nelayan memiliki tingkat konsumtifitas yang cukup tinggi,
dan dilain pihak juga diisukan sebagai penyumbang rendahnya tingkat IPM Jawa Barat,
maka untuk membuktikan dan menghilangkan kesan tersebut perlu dilakukan
pengkajian tentang pendapatan nelayan yang sebenarnya beserta dukungan faktor
produksi lainnya. Secara diagramatis, pendekatan masalah pendapatan nelayan disajikan
pada Gambar 1.
NELAYAN JAWA BARAT
NELAYAN PENUH
NELAYAN SAMPINGAN
UTAMA
NELAYAN SAMPINGAN SAMBILAN
NELAYAN LOKAL
NELAYAN PENDATA
NG
KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN
OFFSHORE ONSHORE
MUSIM PENANGKAPAN
ARMADA TANGKAP
ALAT TANGKAP
HASIL TANGKAPAN
IKAN PELAGIS DAN DEMERSAL
NON IKAN
MAPPING
Gambar 1. Diagram alir pendekatan masalah
HASIL TANGKAPAN
IKAN PELAGIS DAN DEMERSAL
NON IKAN
PENDARATAN IKAH HASIL
TANGKAPAN
TEMPAT PELELANGAN IKAN
NON TPI
RAMAN
SISTEM BAGI HASIL
BIAYA OPERASIONAL
PENDAPATAN KESEJAHTERAAN
PELUANG ALIH PEKERJAAN
MATA PENCAHARIAN
ALTERNATIF
MAPPING
POLA HIDUP
IPM
METODOLOGI
Ruang lingkup kegiatan
1. Pengumpulan data informasi tentang sosial ekonomi dan pendapatan
masyarakat nelayan menurut trip penangkapan sesuai bobot kapal dan alat
tangkap menurut musim baik musin biasa, musim puncak maupun musim
peceklik/barat..
2. Menganalisis data dan informasi pekerjaan alternatif sebagai bahan acuan
nelayan dalam melakukan alih usaha khususnya dimusim paceklik/musim barat.
3. Membuat peta sebaran nelayan di masing-masing PPI/PPP/PPN di Jawa Barat
baik nelayan penuh, nelayan sampingan utama maupun nelayan
sambilan.
1. Membuat peta sebaran armada perikanan, alat tangkap dan produksi hasil
tangkapan serta tenaga kerja non nelayan di masing-masing kabupaten/kota
4. Data diperoleh dari pengumpulan data primer melalui survey langsung ke
lapangan dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner dan data
sekunder dari dinas perikanan kabupaten/kota.
5. Data hasil survey yang mendapat pengesahan dari Dinas Perikanan dan Kelautan
setempat.
Metode Kajian
Metode kajian yang digunakansecara umum adalah metode survey, yaitu
metode pengkajian yang kritis untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas
terhadap suatu persoalan tertentu, dalam hal ini adalah persoalan pendapatan dan
berbagai faktor yang berkaitan dengannya, di suatu daerah tertentu, dalam hal ini
adalah kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki wilayah laut. Jenis data yang
dikumpulkan untuk mengkaji pendapatan umumnya adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara interview langsung kepada masyarakat
nelayan dari masing-masing PPI/PPP/PPN terpilih di 11 kabupaten/kota sedangkan data
sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan setempat.
Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pengkajian pendapatan nelayan di Jawa Barat ini selama
sekitar 90 hari kalender atau sekitar 3 ( tiga) bulan sejak SPMK dikeluarkan. Jangka
waktu tersebut meliputi semua tahapan kegiatan pengkajian dari mulai persiapan,
pengumpulan data, analisis data, presentasi dan pelaporan kegitan.
Lokasi Kegiatan pengkajian pendapatan nelayan di Jawa Barat ini berlokasi di 11
kabupaten/kota yang memiliki wilayah laut dengan mengambil sampel secara terpilih
(purposive sampling) dari masyarakat nelayan dan PPI/PPP/PPN terpilih dari masing-
masing kabupaten/kota. Berikut data PPI/PPP/PPN yang ada di 11 kabupaten/kota di
Jawa Barat menurut kelas dan lokasinya. Berikut lokasi kegiatan pengkajian yang akan
dipilih.
Tabel 1. Lokasi PPI/PPP/PPN menurut Kelas di Jawa Barat
No Nama PPI/PPP/PPN Kelas/Type Desa/KecamatanI KOTA CIREBON
1. Kejawanan2. Cengkol3. Pesisir4. Keseden
PPNPPIPPIPPI
Pengambiran/Lemah luwukLemah luwuk/Lemah luwukPanjunan/Lemah LuwukKeseden/Kejaksan
II KABUPATEN CIREBON1. Bondet2. 2. Gebang Mekar 3. Ender 4. Bungko 5. Karangreja 6. Ambulu 7. Bungko lor 8. Bandengan 9. Grogol 10. Kalipasung 11. Waruduwur12. Citemu 13. Pangarengan 14. Tawangsari 15. Playangan 16. Condong 17. Mudu Pesisir
PPPPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI
Mastasinga/Gunung JatiGebang Mekar/BabakanEnder/PangarenganBungko/SuronenggalaKarangreja/KepatekanAmbulu/LosariBungko/KepatekanBandengan/MunduGrogol/KepatekanKalipasung/GebangWarudumur/MuduCitem/MuduPangarengan/AstanajapuraTawangsari/LosariPlayangan/GebangCondong/Gunung jatiMudu Pesisir/Mudu
III KABUPATEN INDRAMAYU1. Eretan Wetan 2. Dadap 3. Bendahan4. Eretan Kulom 5. .Juntinyuat6. Karangsong 7. Tegal Agung 8. Lombang 9. Limbangan 10. Singaraja11. Cangkring12. KaIimetir13. Mahakerta14. Sukahaji15. Ujung Gebang
PPPPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI
Eretan Wetan/KandanghaurDadap/JuntinyuatBrondong/IndramayuEretan Kulon/KandanghaurJuntinyuat/glayemKarangsong/indramayuBenda/Karang ampelLombang/JuntinyuatLimbangan/JuntinyuatSingaraja/IndramayuCangkring/CantigiEretan Kulon/Kandang haurMajakerta/BalonganSukahaji/PatrolUjung Gebang/Sukra
IV KABUPATEN SUBANG1. Blanakan 2. Muaraa ciasem 3. Mayangan 4. Genteng 5. Cirewang
PPPPPPPPIPPIPPI
Blanakan/BlanakanMuara Ciaseum/BlanakanMayangan/Legon KulonPatimbang/PusakanagaPangarengan/Legon Kulon
6. Rawameneng 7. Cilamaya Girang8. Patimban
PPIPPIPPI
Rawameneng/BlanakanCilamaya Girang/BlanakanPatimban/Pusakanagara
V KABUPATEN KARAWAN G 1. Ciparage 2. Sungai Buntu3. Pasir Putih4. Mekarjati5. Muara6. Tangkolak7. Camara8. Pakis9. Satar10. Sedari11. Tambaksari
PPPPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI
Ciparage jaya/TempuraSungai Buntu/PedesSukajaya/Cimalaya KulonPusaka Utara/CilebarMuara/Cimalaya WetanSukakerta/Cimalaya WetanCemara Jaya/CibuayaTanjung Pakis/Pakis JayaMuara baru/Cimalaya WetanSedara/CibuayaTambaksari/Tirta Jaya
VI KABUPATEN BEKASI1. Pal Jaya 2. Muara Bandera3. Muara Bungi
PPIPPIPPI
Sagarajaya/TarumajayaPantai Bahagia/Muara GembongPantai bakti/Muara Gembong
VII KABUPATEM SUKABUMI 1. Pelabuhan Ratu2. Cisolok3. Cibangban4. Ciwaru 5. Loji6. Ujung Genteng7. Minanjaya8. Cipatuguran9. Cikeueus10. Cikembang
PPNPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI
Pelabuhanratu/PelabuhanratuCikahuripan/cisolokPasir Baru/CisolokCiwaru/CiemasLoji/SimpenanGunung Batu/CiracapPasir Ipis/SuradePalabuhanratu/PalabuhanratuCikeueus/CiemasPasir Biru/Cisolok
VIII KABUPATEN CIANJUR1. Jayati PPI Cidamar/Cidaun
IX KABUPATEN GARUT2. Cilaunteureun3. Rancabuaya4. Cijeruk5. Cimari Muara
PPPPPIPPIPPI
Pamalayan/CikeletPurbayani/CaringinSugaraya/CibalongKarangsari/Pakenjeng
X KABUPATEN TASIKMALAYA 1. Pamayangsari2. Cimanuk
PPIPPI
Cikawung anding/CipatujahCimanuk/Cikalong
XI KABUPATEN CIAMIS1. Cikidang2. Bojongsalawe3. Batukaras4. Bagolo5. Majingklak6. CiawitaIi7. Nusawiru
PPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI
Babakan/PangandaranKarangjaladri/ParigiBatu Karas/CijulangBalogo/KalipucangPamotan/kalipucangPamotan/KalipucangCijulang/Cijulang
8. Legok Jawa9. Muara Gatah10. Madasari
PPIPPIPPI
Legok Jawa/CimerakKartamukti/CimerakMahasawah/Cimerak
Metode Sampling dan Besaran Sampel
Metode sampling yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode sampling
purposive atau metode sampling secara terpilih menurut kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dalam purposive sampling ini meliputi: 1) Kelompok nelayan menurut
curahan waktu kerja, 2) Kelompok nelayan menurut jenis dan kapasitas armada tangkap,
3) Kelompok nelayan menurut jenis dan ukuran alat tangkap, 4) Kelompok nelayan
menurut lokasi tangkap fishing ground.
Besaran sampel akan ditentukan menggunakan Metode KREJCIE dan Nomogram
Haryy King. Penggunaan metode ini akan mengacu kepada populasi menurut kriteria
yang ditetapkan. Besarannya akan dapat diketahui setelah atau pada saat survey
pendahuluan dilakukan.
Variabel Kajian
Variabel yang dikaji dalam kegiatan ini meliputi:
1. Kajian teknis kegiatan penangkapan
2. Analisis Biaya Manfaat
3. Kajian sistem sosial budaya nelayan
4. Analisis pendapatan dan kesejahteraan nelayan
5. Kajian Mata Pencaharian Alternatif
6. Kebijakan/Arah Pengembangan
Disain Kegiatan
Secara garis besar kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahapan pokok sebagai
berikut. :
1. Tahap pertama : melakukan identifikasi, inventarisasi dan analisis kondisi
umum wilayah yang meliputi aspek administrasi, klimatologi, topografi, luas wilayah,
jumlah penduduk, kepadatan penduduk, struktur penduduk, TPAK, potensi SDA
menurut sektor dan subsektor, kondisi sosio medis, infrastruktur dan PDRB.
2. Tahap kedua : melakukan identifikasi dan inventarisasi kondisi perikanan dan
kelautan dan kondisi eksisting infrastruktur di wilayah kajian.
3. Tahap ketiga, melakukan Kajian teknis kegiatan penangkapan, Analisis Biaya
Manfaat, Kajian sistem sosial budaya nelayan, Analisis pendapatan dan
kesejahteraan nelayan dan Kajian Mata Pencaharian Alternatif.
4. Tahap keempat, formulasi dan prioritas kebijakan pengembangan nelayan
Pantura dan Pansela Jabar di masa yang akan datang menggunakan analisis SWOT
(strengths, weakness, opportunities, treats) dan AHP (analitical hierarchy process).
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan pengkajian pendapatan nelayan
ini secara umum adalah analisis deskripsi kuantitatif, yaitu metode analisis yang
memberikan gambaran secara umum dari objek yang dikaji dalam konteks ini adalah
menggambarakan mengenai teknis kegiatan penangkapan, alokasi biaya dan
penerimaan, sistem sosial budaya yang mempengaruhi aspek pendapatan dan
kesejahteraan nelayan, pemetaan distribusi pendapatan nelayan serta kecenderungan
dan fenomena alih fungsi mata pencaharian sebagai reaksi atas situasi dan kondisi
kesejahteraan yang berkembang sesuai dengan karakteristik spesifik lokasi dimana
nelayan domisili.
Metode analisis teknis kegiatan menggunakan metode analisis deskripsi yang
diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai jenisdan kapasitas armada tangkap,
jenis dan ukuran alat tangkap, pola penyebaran permukiman nelayan, pola alur pergi
dan pulang melaut, penyebaran lokasi fishing ground, pola setting dan hauling alat
tangkap, jenis komoditas dan produksi hasil tangkapan.
Metode untuk menggambarkan keragaan biaya manfaat akan menggunakan
metode deskripsi kuantitatif didalamnya akan dijelaskan mengenai alokasi biaya faktor-
faktor produksi dan perhitungan nilai produksi dari kegiatan penangkapan ikan yang
dinyatakan dalam satuan bobot dan moneter. Beberapa finansial yang digunakan untuk
melihat kelayakan usaha yang dilakukan dalam kegiatan penangkapan adalah:
1) Profitabilitas
2) BCR (Benefit Cost Ratio
3) PBP (Payback Periods)
4) BEP (Break Event Point)
Aktivitas ekonomi masyarakat nelayan tidak terlepas dari nilai-nilai yang
terdapat dalam sistem sosial dimana mereka tinggal termasuk masyarakat nelayan di
Pantura dan Pansela Jawa Barat. Oleh karena itu dalam pengkajian pendapatan nelayan
ini akan dilakukan pengkajian mengenai sistem sosial yang ada khususnya mengenai
stratifikasi sosial masyarakat pesisir, stratifikasi sosial nelayan,sistem komunikasi sosial
nelayan, perubahan sosial yang berkembang, Sistem Bagi Hasil, pola hidup nelayan dan
ekspektasi-ekspektasi nelayan dimasa yang akan datang. Metode yang digunakan adalah
metode analisis deskripsi yang meliputi variabel-variabel yang dijelaskan yang tersebut
diatas.
Analisis pendapatan dan kesejahteraan nelayan akan menggunakan indikator
yang lebih realistis yaitu KFM, kebutuhan fisik minimum masyarakat nelayan di masing-
masing lokasi kajian. Sumber data untuk KFM ini akan diperoleh dari masyarakat nelayan
melalui kegiatan wawancara dengan dibantu menggunakan kuesioner yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Sebagai pembanding status kesejahteraan masyarakat
nelayan juga akan digunakan indikator kesejahteraan dari Bank Dunia, Bappenas,
BKKBN, BPS dan UMR.
Kajian MPA, Mata Pencaharian Alternatif, akan menggunakan metode analisis
deskripsi untuk menggambarkan potensi dan peluang mata pencaharian alternatif yang
ada di masing-masing wilayah, tingkat kesanggupan aksesibilitas nelayan terhadap
peluang pekerjaan yang ada, upaya-upaya konkrit memanfaatkan MPA oleh nelayan,
permasalahan dan kendala yang dihadapi, harapan-harapan dan keinginan masyarakat
nelayan dan program-program pemberdayaan eksisting yang telah dan sedang dilakukan
oleh stakeholder terkait.
Variabel-variabel tersebut di atas selanjutnya akan dikompilasi dalam kajian
mengenai kebijakan, strategi atau arah pengembangan nelayan Pantura dan Pansela
Jawa Barat dimasa yang akan datang. Perangkat yang digunakan untuk formulasi
kebijakan dan strategi pengembangan tersebut adalah SWOT Analisis dan AHP (Analitic
Hierarchy Process).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi institusi ke depan, analisis ini didasarkan kepada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Kekuatan adalah suatu kemampuan atau keunggulan internal yang dimiliki suatu
institusi dalam melakukan kinerjanya. Kelemahan adalah suatu keterbatasan atau
kekurangan atau ketidakmampuan internal institusi dalam melalukan kinerjanya.
Peluang adalah faktor eksternal yang bersifat positif dan mendukung atau
menguntungkan untuk pengembangan kinerja institusi secara lebih baik lagi dimasa
depan. Ancaman adalah tantangan, faktor eksternal yang bersifat negatif dan
melemahkan atau tidak menguntungkan kinerja institusi di masa depan.
Analisis SWOT ini merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk
merumuskan strategi kebijakan pengambilan keputusan (decision making) yang akan
diterapkan dalam suatu institusi. Secara umum, analisis SWOT terdiri atas faktor internal
(IFAS, internal factor analysis strategic) dan faktor eksternal (EFAS, external factors
analysis strategic). Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam institusi
itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar
institusi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai
berikut :
a) Tahap iventarisasi faktor internal (IFAS) dan eksternal (EFAS)
b) Tahap evaluasi faktor internal dan faktor eksternal (IFE DAN EFE)
c) Penentuan posisi strategi pada matriks IFE dan EFE SWOT
d) Tahap pengambilan keputusan : pemaknaan dan penentuan strategi
AHP digunakan sebagai tindak lanjut proses membuat urutan prioritas kebijakan
dalam pengembangan nelayan di masa yang akan datang. AHP dilakukan untuk
mendapatkan pilihan langkah operasional dari pandangan/aspirasi stakeholder.
Pemilihan responden ditentukan keterlibatannya dalam penentuan prioritas kebijakan
dengan pelaksanaan kebijakan dan pencapaian prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Kelompok stakeholder tersebut adalah pemerintah, swasta, LSM, tokoh
masyarakat dan peneliti / perguruan tinggi.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan
tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian
tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti
penting variabel tersebut secara relatif dibanding dengan veriabel lainnya. Dengan
berbagai pertimbangan kemusian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang
memiliki prioritas tinggi and berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut
(Marimin, 2004).
Pendekatan AHP, adalah suatu pendekatan proses yang dititikberatkan pada
pertimbangan terhadap faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan
prioritas kebijakan pengembangan yang didasarkan pada persepsi masing-masing
stakeholder. Analisis dilakukan pada setiap level dari hierarki penentuan kebijakan.
Bobot dan prioritas yang dianalisis adalah hasil dari combined dari judgement seluruh
stakeholder pada setiap matriks perbandingan berpasangan. Pembahasan tentang
strategi implementasi kebijakan dalam pengembangan nelayan dilakukan dengan
melibatkan semua stakeholder utama secara partisipatif. Metode pembahasan yang
digunakan adalah focus group discussion (FGD). Tahapan kerja penelitian untuk
perumusan kebijakan menggunakan AHP adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan hierarki
2) Penilaian kriteria dan alternatif
3) Penentuan prioritas
4) Pengujian konsistensi logis