23
PENDEKATAN MASALAH Pendekatan masalah yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini bersifat multi aspek (Multy dicipline), terpilih (purposive) dan rinci (detail). Aspek yang dikaji meliputi aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek ekonomi, dan aspek Lingkungan. Aspek teknis berkaitan dengan penggunaan input dalam proses produksi tangkap seperti armada tangkap, alat tangkap, alat bantu penangkapan, perbekalan, bahan bakar minyak dan sebagainya. Aspek sosial budaya antara lain meliputi pranata, tradisi, kebiasaan, proses sosial dan kelembagaan. Aspek ekonomi berhubungan dengan struktur pembiayaan, penerimaan, pendapatan, harga, efisiensi dalam proses produksi tangkap, pengolahan dan distribusi hasil. Aspek lingkungan antara lain berkaitan dengan kondisi permukiman, alur melaut, fishing ground, kolam pelabuhan, tempat pendaratan ikan, tempat pengolahan ikan, dan tempat pemasaran hasil. Sasaran pengkajian pendapatan nelayan ini fokus pada masyarakat nelayan di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki wilayah laut menurut jenis armada, alat tangkap dan musim penangkapan

Metodologi pendapatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dokumen

Citation preview

Page 1: Metodologi pendapatan

PENDEKATAN MASALAH

Pendekatan masalah yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini bersifat

multi aspek (Multy dicipline), terpilih (purposive) dan rinci (detail). Aspek yang dikaji

meliputi aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek ekonomi, dan aspek Lingkungan. Aspek

teknis berkaitan dengan penggunaan input dalam proses produksi tangkap seperti

armada tangkap, alat tangkap, alat bantu penangkapan, perbekalan, bahan bakar

minyak dan sebagainya. Aspek sosial budaya antara lain meliputi pranata, tradisi,

kebiasaan, proses sosial dan kelembagaan. Aspek ekonomi berhubungan dengan

struktur pembiayaan, penerimaan, pendapatan, harga, efisiensi dalam proses produksi

tangkap, pengolahan dan distribusi hasil. Aspek lingkungan antara lain berkaitan dengan

kondisi permukiman, alur melaut, fishing ground, kolam pelabuhan, tempat pendaratan

ikan, tempat pengolahan ikan, dan tempat pemasaran hasil. Sasaran pengkajian

pendapatan nelayan ini fokus pada masyarakat nelayan di masing-masing

kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki wilayah laut menurut jenis armada, alat

tangkap dan musim penangkapan dengan menggunakan teknik purposive sampling pada

masing-masing PPI/PPP/PPN yang ada di wilayah kabupaten/kota.

Secara umum nelayan yang ada di wilayah pesisir pantai utara dan pantai

selatan Jawa Barat dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok masyarakat nelayan,

yaitu nelayan lokal dan nelayan pendatang. Nelayan lokal adalah nelayan setempat yang

tinggal dekat di sekitar lokasi kegiatan penangkapan yang secara administratif sesuai

dengan domisi tinggal. Nelayan pendatang adalah nelayan yang berasal dari luar daerah,

tinggal dan domisili di tempat lain atau wilayah administrasi lain akan tetapi melakukan

kegiatan penangkapan di wilayah perairan di luar domisili adinistrasinya.

Page 2: Metodologi pendapatan

Dilihat dari curahan kerjanya.nelayan dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu

nelayan penuh, nelayan sampingan utama dan nelayan sampingan sambilan. Nelayan

penuh adalah nelayan yang curahan waktu kerjanya sepenuhnya dialokasikan untuk

kegiatan nelayan ataumenangkap ikan di laut sementara itu, nelayan sampingan adalah

nelayan yang curahan waktu kerjanya tidak penuh untuk kegiatan menangkap ikan

hanya sekedar mengisi kekosongan waktu manakala aktivitas utamanya sedang tidak

dilakukan.

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan Pantura maupun Pansela

Jawa Barat umumnya dilakukan di sekitar pantai, jalur 1 dan 2 serta di wilayah lepas

pantai bahkan sampai wilayah perairan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Upaya ini

dilakukan nelayan sesuai dengan kapasitas dan aksesibilitas yang dimiliki masing-masing

nelayan. Bagi nelayan yang hanya memiliki skill, armada tangkap, alat tangkap dan biaya

operasional yang terbatas umumnya mereka melakukan kegiatan penangkapan hanya di

sekitar pantai di wilayah administrasi dimana mereka tinggal. Sementara itu, bagi

nelayan yang memiliki armada tangkap, alat tangkap, modal dan skill yang memadai

dapat melakukan kegiatan penangkapan ke lokasi fishing ground yang lebih lauh.

Hasil tangkapan yang diperoleh masing-masing nelayan selain dipengaruhioleh

fishing ground, juga dipengaruhi musim penangkapan, kapasitas armada tangkap dan

jenis alat tangkap yang digunakan. Kegiatan penangkapan pada saat musim timur dan

peralihan musim umumnya hasil tangkapan cukup banyak sedangkan pada saat musim

barat hasil tangkapan umumnya paceklik. Armada tangkap dengan kapasitas GT yang

rendah memiliki akses wilayah penangkapan yang rendah pula sehingga peluang hasil

tangkapannya akan rendah pula dan sebaliknya. Demikian pula dengan alat tangkap

yang digunakan. Alat tangkap berbahan jaring (net) seperti gillnet, trammel net dsb akan

Page 3: Metodologi pendapatan

memiliki ruang jebakan tangkap yang lebih luas dan lebih mobile dibanding alat tangkap

jebakan lainnya seperti pancing, bubu dan sebagainya.

Hasil tangkapan nelayan secara umum dapat dikelompokkan mejadi dua jenis,

yaitu ikan baik demersal maupun pelagis dan non ikan seperti udang, jenis molusca,

kepiting dsb. Hasil tangkapan ini sangat dipengaruhi jenis alat tangkap yang digunakan

baik yang sifatnya dinamis maupun statis baik alat tangkap permukaan maupun

kedalaman. Jenis ikan yang tertangkap memiliki nilai jual yang berbeda tergantung

apakah jenis ikan tersebut bernilai ekonomis tinggi atau tidak, Ikan bernilai ekonomis

tinggi akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibanding jenis ikan yang tidak bernilai

ekonomis tinggi yang pada akhirnya juga akan berpengaruh terhadap pendapatan dan

kesejahteraan nelayan itu sendiri.

Secara umum ikan hasil tangkapan nelayan di Pantura dan Pansela didaratkan di

Tempat Pelelangan Ikan dan non TPI. Hasil tangkapan ikan yang didaratkan di TPI

umumnya jenis-jenis ikan sementara yang didaratkan di luar TPI adalah jenis-jenis non

ikan. Disamping itu, pendaratan ikan yang dilakukan nelayan juga dipengaruhi

ketersediaan infrastruktur itu sendiri di sekitar lokasi pendaratan. Dalam beberapa kasus

dimana lokasi TPI yang terlalu jauh dan aksesnya susah untuk mendaratkan ikan,

nelayan umumnya mendaratkan ikan di tempat lain selain TPI. Keterdeiaan dan

kemudahan TPI akan berpengaruh terhadap prosespengumpulan dan distribusi ikan

hasil tangkapan. Hal ini juga berpengaruh terhadap proses pembentukan harga jual,

raman dan pendapatan nelayan.

Sistem bagi hasil yang berlaku di lingkungan nelayan di Pantura dan Pansela

akan mempengaruhi besar dan distribusi pendapatan nelayan khususnya antara pemilik

modal (juragan) dengan ABK (Anak Buah Kapal). Prosentasi bagi hasil yang timpang

Page 4: Metodologi pendapatan

tentu akan mempengaruhi kesejahteraan nelayan. Besar kecilnya jumlah ABK yang

terlibat dalam kegiatan penangkapan juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya

pendapatan nelayan. Banyak sedikitnya ABK yang terlibat juga dipengaruhi oleh jenis

dan ukuran alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap sederhana dan berukuran kecil

ABK sekitar 3 orang sementara untuk alat tangkap jaring dengan ukuran yang besar dan

jumlah yang banyak ABK nya dapat lebih dari 12 orang. Dalam struktur ABK nakhoda

umumnya memiliki porsi pendapatan yang lebih besar dari kru lainnya. Oleh karena itu,

dalam perhitungan pendapatan nelayan sistem bagi hasil ini sangat penting

diperhatikan.

Secara ekonomis, besar kecilnya pendapatan akan mencerminkan tingkat

kesejahteraan dari masyarakat nelayan itu sendiri.Terdapat banyak indikator yang dapat

digunakan sebagai pembanding kesejahteraan misalnya standar Bank Dunia, Bappenas,

BKKBN, BPS, maupun UMR atau Kebutuhan fisik minimum nelayan. Pendekatan yang

disebutkan terakhir ini umumnya lebih relevan denganpengukuran kesejahteraan

nelayan karena berbasis faktual nelayan bukan masyarakat lain.

Selain itu, besarkecilnya pendapatan akan merupakan fenomena dan

kecenderungan seorang nelayan untuk tetap menggeluti kegiatan penangkapan ikan

atau mencari alternatif matapencaharian lain atau kecenderungan optimalisasi waktu

luang untuk kegiatan ekonomis produktif yang semuanya itu dilakukan dalam rangka

lebih meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan.

Sesuai dengan visi Jawa Barat, yaitu "tercapainya masyarakat yang mandiri

dinamis dan sejahtera” dan mendukung visi Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam

rangka mendorong pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan secara efektif,

efisien dan berkelanjutan, maka sesuai tugas fungsi dan wewenang Pemerintah Provinsi

Page 5: Metodologi pendapatan

Jawa Barat telah berupaya melaksanakan berbagai program dan kegiatan pembangunan

yang mengarah pada sasaran tersebut, sekaligus melakukan berbagai terobosan baru

yang diperlukan untuk peningkatan produksi dan produktititas perikanan serta

pendapatan masyarakat nelayan.

Mengingat masyarakat nelayan memiliki tingkat konsumtifitas yang cukup tinggi,

dan dilain pihak juga diisukan sebagai penyumbang rendahnya tingkat IPM Jawa Barat,

maka untuk membuktikan dan menghilangkan kesan tersebut perlu dilakukan

pengkajian tentang pendapatan nelayan yang sebenarnya beserta dukungan faktor

produksi lainnya. Secara diagramatis, pendekatan masalah pendapatan nelayan disajikan

pada Gambar 1.

Page 6: Metodologi pendapatan

NELAYAN JAWA BARAT

NELAYAN PENUH

NELAYAN SAMPINGAN

UTAMA

NELAYAN SAMPINGAN SAMBILAN

NELAYAN LOKAL

NELAYAN PENDATA

NG

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN

OFFSHORE ONSHORE

MUSIM PENANGKAPAN

ARMADA TANGKAP

ALAT TANGKAP

HASIL TANGKAPAN

IKAN PELAGIS DAN DEMERSAL

NON IKAN

MAPPING

Page 7: Metodologi pendapatan

Gambar 1. Diagram alir pendekatan masalah

HASIL TANGKAPAN

IKAN PELAGIS DAN DEMERSAL

NON IKAN

PENDARATAN IKAH HASIL

TANGKAPAN

TEMPAT PELELANGAN IKAN

NON TPI

RAMAN

SISTEM BAGI HASIL

BIAYA OPERASIONAL

PENDAPATAN KESEJAHTERAAN

PELUANG ALIH PEKERJAAN

MATA PENCAHARIAN

ALTERNATIF

MAPPING

POLA HIDUP

IPM

Page 8: Metodologi pendapatan

METODOLOGI

Ruang lingkup kegiatan

1. Pengumpulan data informasi tentang sosial ekonomi dan pendapatan

masyarakat nelayan menurut trip penangkapan sesuai bobot kapal dan alat

tangkap menurut musim baik musin biasa, musim puncak maupun musim

peceklik/barat..

2. Menganalisis data dan informasi pekerjaan alternatif sebagai bahan acuan

nelayan dalam melakukan alih usaha khususnya dimusim paceklik/musim barat.

3. Membuat peta sebaran nelayan di masing-masing PPI/PPP/PPN di Jawa Barat

baik nelayan penuh, nelayan sampingan utama maupun nelayan

sambilan.

1. Membuat peta sebaran armada perikanan, alat tangkap dan produksi hasil

tangkapan serta tenaga kerja non nelayan di masing-masing kabupaten/kota

4. Data diperoleh dari pengumpulan data primer melalui survey langsung ke

lapangan dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner dan data

sekunder dari dinas perikanan kabupaten/kota.

5. Data hasil survey yang mendapat pengesahan dari Dinas Perikanan dan Kelautan

setempat.

Metode Kajian

Metode kajian yang digunakansecara umum adalah metode survey, yaitu

metode pengkajian yang kritis untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas

terhadap suatu persoalan tertentu, dalam hal ini adalah persoalan pendapatan dan

berbagai faktor yang berkaitan dengannya, di suatu daerah tertentu, dalam hal ini

Page 9: Metodologi pendapatan

adalah kabupaten/kota di Jawa Barat yang memiliki wilayah laut. Jenis data yang

dikumpulkan untuk mengkaji pendapatan umumnya adalah data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara interview langsung kepada masyarakat

nelayan dari masing-masing PPI/PPP/PPN terpilih di 11 kabupaten/kota sedangkan data

sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan setempat.

Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan pengkajian pendapatan nelayan di Jawa Barat ini selama

sekitar 90 hari kalender atau sekitar 3 ( tiga) bulan sejak SPMK dikeluarkan. Jangka

waktu tersebut meliputi semua tahapan kegiatan pengkajian dari mulai persiapan,

pengumpulan data, analisis data, presentasi dan pelaporan kegitan.

Lokasi Kegiatan pengkajian pendapatan nelayan di Jawa Barat ini berlokasi di 11

kabupaten/kota yang memiliki wilayah laut dengan mengambil sampel secara terpilih

(purposive sampling) dari masyarakat nelayan dan PPI/PPP/PPN terpilih dari masing-

masing kabupaten/kota. Berikut data PPI/PPP/PPN yang ada di 11 kabupaten/kota di

Jawa Barat menurut kelas dan lokasinya. Berikut lokasi kegiatan pengkajian yang akan

dipilih.

Page 10: Metodologi pendapatan

Tabel 1. Lokasi PPI/PPP/PPN menurut Kelas di Jawa Barat

No Nama PPI/PPP/PPN Kelas/Type Desa/KecamatanI KOTA CIREBON

1. Kejawanan2. Cengkol3. Pesisir4. Keseden

PPNPPIPPIPPI

Pengambiran/Lemah luwukLemah luwuk/Lemah luwukPanjunan/Lemah LuwukKeseden/Kejaksan

II KABUPATEN CIREBON1. Bondet2. 2. Gebang Mekar 3. Ender 4. Bungko 5. Karangreja 6. Ambulu 7. Bungko lor 8. Bandengan 9. Grogol 10. Kalipasung 11. Waruduwur12. Citemu 13. Pangarengan 14. Tawangsari 15. Playangan 16. Condong 17. Mudu Pesisir

PPPPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI

Mastasinga/Gunung JatiGebang Mekar/BabakanEnder/PangarenganBungko/SuronenggalaKarangreja/KepatekanAmbulu/LosariBungko/KepatekanBandengan/MunduGrogol/KepatekanKalipasung/GebangWarudumur/MuduCitem/MuduPangarengan/AstanajapuraTawangsari/LosariPlayangan/GebangCondong/Gunung jatiMudu Pesisir/Mudu

III KABUPATEN INDRAMAYU1. Eretan Wetan 2. Dadap 3. Bendahan4. Eretan Kulom 5. .Juntinyuat6. Karangsong 7. Tegal Agung 8. Lombang 9. Limbangan 10. Singaraja11. Cangkring12. KaIimetir13. Mahakerta14. Sukahaji15. Ujung Gebang

PPPPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI

Eretan Wetan/KandanghaurDadap/JuntinyuatBrondong/IndramayuEretan Kulon/KandanghaurJuntinyuat/glayemKarangsong/indramayuBenda/Karang ampelLombang/JuntinyuatLimbangan/JuntinyuatSingaraja/IndramayuCangkring/CantigiEretan Kulon/Kandang haurMajakerta/BalonganSukahaji/PatrolUjung Gebang/Sukra

IV KABUPATEN SUBANG1. Blanakan 2. Muaraa ciasem 3. Mayangan 4. Genteng 5. Cirewang

PPPPPPPPIPPIPPI

Blanakan/BlanakanMuara Ciaseum/BlanakanMayangan/Legon KulonPatimbang/PusakanagaPangarengan/Legon Kulon

Page 11: Metodologi pendapatan

6. Rawameneng 7. Cilamaya Girang8. Patimban

PPIPPIPPI

Rawameneng/BlanakanCilamaya Girang/BlanakanPatimban/Pusakanagara

V KABUPATEN KARAWAN G 1. Ciparage 2. Sungai Buntu3. Pasir Putih4. Mekarjati5. Muara6. Tangkolak7. Camara8. Pakis9. Satar10. Sedari11. Tambaksari

PPPPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI

Ciparage jaya/TempuraSungai Buntu/PedesSukajaya/Cimalaya KulonPusaka Utara/CilebarMuara/Cimalaya WetanSukakerta/Cimalaya WetanCemara Jaya/CibuayaTanjung Pakis/Pakis JayaMuara baru/Cimalaya WetanSedara/CibuayaTambaksari/Tirta Jaya

VI KABUPATEN BEKASI1. Pal Jaya 2. Muara Bandera3. Muara Bungi

PPIPPIPPI

Sagarajaya/TarumajayaPantai Bahagia/Muara GembongPantai bakti/Muara Gembong

VII KABUPATEM SUKABUMI 1. Pelabuhan Ratu2. Cisolok3. Cibangban4. Ciwaru 5. Loji6. Ujung Genteng7. Minanjaya8. Cipatuguran9. Cikeueus10. Cikembang

PPNPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI

Pelabuhanratu/PelabuhanratuCikahuripan/cisolokPasir Baru/CisolokCiwaru/CiemasLoji/SimpenanGunung Batu/CiracapPasir Ipis/SuradePalabuhanratu/PalabuhanratuCikeueus/CiemasPasir Biru/Cisolok

VIII KABUPATEN CIANJUR1. Jayati PPI Cidamar/Cidaun

IX KABUPATEN GARUT2. Cilaunteureun3. Rancabuaya4. Cijeruk5. Cimari Muara

PPPPPIPPIPPI

Pamalayan/CikeletPurbayani/CaringinSugaraya/CibalongKarangsari/Pakenjeng

X KABUPATEN TASIKMALAYA 1. Pamayangsari2. Cimanuk

PPIPPI

Cikawung anding/CipatujahCimanuk/Cikalong

XI KABUPATEN CIAMIS1. Cikidang2. Bojongsalawe3. Batukaras4. Bagolo5. Majingklak6. CiawitaIi7. Nusawiru

PPIPPIPPIPPIPPIPPIPPI

Babakan/PangandaranKarangjaladri/ParigiBatu Karas/CijulangBalogo/KalipucangPamotan/kalipucangPamotan/KalipucangCijulang/Cijulang

Page 12: Metodologi pendapatan

8. Legok Jawa9. Muara Gatah10. Madasari

PPIPPIPPI

Legok Jawa/CimerakKartamukti/CimerakMahasawah/Cimerak

Metode Sampling dan Besaran Sampel

Metode sampling yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode sampling

purposive atau metode sampling secara terpilih menurut kriteria tertentu. Kriteria yang

digunakan dalam purposive sampling ini meliputi: 1) Kelompok nelayan menurut

curahan waktu kerja, 2) Kelompok nelayan menurut jenis dan kapasitas armada tangkap,

3) Kelompok nelayan menurut jenis dan ukuran alat tangkap, 4) Kelompok nelayan

menurut lokasi tangkap fishing ground.

Besaran sampel akan ditentukan menggunakan Metode KREJCIE dan Nomogram

Haryy King. Penggunaan metode ini akan mengacu kepada populasi menurut kriteria

yang ditetapkan. Besarannya akan dapat diketahui setelah atau pada saat survey

pendahuluan dilakukan.

Variabel Kajian

Variabel yang dikaji dalam kegiatan ini meliputi:

1. Kajian teknis kegiatan penangkapan

2. Analisis Biaya Manfaat

3. Kajian sistem sosial budaya nelayan

4. Analisis pendapatan dan kesejahteraan nelayan

5. Kajian Mata Pencaharian Alternatif

6. Kebijakan/Arah Pengembangan

Disain Kegiatan

Page 13: Metodologi pendapatan

Secara garis besar kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahapan pokok sebagai

berikut. :

1. Tahap pertama : melakukan identifikasi, inventarisasi dan analisis kondisi

umum wilayah yang meliputi aspek administrasi, klimatologi, topografi, luas wilayah,

jumlah penduduk, kepadatan penduduk, struktur penduduk, TPAK, potensi SDA

menurut sektor dan subsektor, kondisi sosio medis, infrastruktur dan PDRB.

2. Tahap kedua : melakukan identifikasi dan inventarisasi kondisi perikanan dan

kelautan dan kondisi eksisting infrastruktur di wilayah kajian.

3. Tahap ketiga, melakukan Kajian teknis kegiatan penangkapan, Analisis Biaya

Manfaat, Kajian sistem sosial budaya nelayan, Analisis pendapatan dan

kesejahteraan nelayan dan Kajian Mata Pencaharian Alternatif.

4. Tahap keempat, formulasi dan prioritas kebijakan pengembangan nelayan

Pantura dan Pansela Jabar di masa yang akan datang menggunakan analisis SWOT

(strengths, weakness, opportunities, treats) dan AHP (analitical hierarchy process).

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan pengkajian pendapatan nelayan

ini secara umum adalah analisis deskripsi kuantitatif, yaitu metode analisis yang

memberikan gambaran secara umum dari objek yang dikaji dalam konteks ini adalah

menggambarakan mengenai teknis kegiatan penangkapan, alokasi biaya dan

penerimaan, sistem sosial budaya yang mempengaruhi aspek pendapatan dan

kesejahteraan nelayan, pemetaan distribusi pendapatan nelayan serta kecenderungan

dan fenomena alih fungsi mata pencaharian sebagai reaksi atas situasi dan kondisi

Page 14: Metodologi pendapatan

kesejahteraan yang berkembang sesuai dengan karakteristik spesifik lokasi dimana

nelayan domisili.

Metode analisis teknis kegiatan menggunakan metode analisis deskripsi yang

diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai jenisdan kapasitas armada tangkap,

jenis dan ukuran alat tangkap, pola penyebaran permukiman nelayan, pola alur pergi

dan pulang melaut, penyebaran lokasi fishing ground, pola setting dan hauling alat

tangkap, jenis komoditas dan produksi hasil tangkapan.

Metode untuk menggambarkan keragaan biaya manfaat akan menggunakan

metode deskripsi kuantitatif didalamnya akan dijelaskan mengenai alokasi biaya faktor-

faktor produksi dan perhitungan nilai produksi dari kegiatan penangkapan ikan yang

dinyatakan dalam satuan bobot dan moneter. Beberapa finansial yang digunakan untuk

melihat kelayakan usaha yang dilakukan dalam kegiatan penangkapan adalah:

1) Profitabilitas

2) BCR (Benefit Cost Ratio

3) PBP (Payback Periods)

4) BEP (Break Event Point)

Aktivitas ekonomi masyarakat nelayan tidak terlepas dari nilai-nilai yang

terdapat dalam sistem sosial dimana mereka tinggal termasuk masyarakat nelayan di

Pantura dan Pansela Jawa Barat. Oleh karena itu dalam pengkajian pendapatan nelayan

ini akan dilakukan pengkajian mengenai sistem sosial yang ada khususnya mengenai

stratifikasi sosial masyarakat pesisir, stratifikasi sosial nelayan,sistem komunikasi sosial

nelayan, perubahan sosial yang berkembang, Sistem Bagi Hasil, pola hidup nelayan dan

ekspektasi-ekspektasi nelayan dimasa yang akan datang. Metode yang digunakan adalah

Page 15: Metodologi pendapatan

metode analisis deskripsi yang meliputi variabel-variabel yang dijelaskan yang tersebut

diatas.

Analisis pendapatan dan kesejahteraan nelayan akan menggunakan indikator

yang lebih realistis yaitu KFM, kebutuhan fisik minimum masyarakat nelayan di masing-

masing lokasi kajian. Sumber data untuk KFM ini akan diperoleh dari masyarakat nelayan

melalui kegiatan wawancara dengan dibantu menggunakan kuesioner yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Sebagai pembanding status kesejahteraan masyarakat

nelayan juga akan digunakan indikator kesejahteraan dari Bank Dunia, Bappenas,

BKKBN, BPS dan UMR.

Kajian MPA, Mata Pencaharian Alternatif, akan menggunakan metode analisis

deskripsi untuk menggambarkan potensi dan peluang mata pencaharian alternatif yang

ada di masing-masing wilayah, tingkat kesanggupan aksesibilitas nelayan terhadap

peluang pekerjaan yang ada, upaya-upaya konkrit memanfaatkan MPA oleh nelayan,

permasalahan dan kendala yang dihadapi, harapan-harapan dan keinginan masyarakat

nelayan dan program-program pemberdayaan eksisting yang telah dan sedang dilakukan

oleh stakeholder terkait.

Variabel-variabel tersebut di atas selanjutnya akan dikompilasi dalam kajian

mengenai kebijakan, strategi atau arah pengembangan nelayan Pantura dan Pansela

Jawa Barat dimasa yang akan datang. Perangkat yang digunakan untuk formulasi

kebijakan dan strategi pengembangan tersebut adalah SWOT Analisis dan AHP (Analitic

Hierarchy Process).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi institusi ke depan, analisis ini didasarkan kepada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara

Page 16: Metodologi pendapatan

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Kekuatan adalah suatu kemampuan atau keunggulan internal yang dimiliki suatu

institusi dalam melakukan kinerjanya. Kelemahan adalah suatu keterbatasan atau

kekurangan atau ketidakmampuan internal institusi dalam melalukan kinerjanya.

Peluang adalah faktor eksternal yang bersifat positif dan mendukung atau

menguntungkan untuk pengembangan kinerja institusi secara lebih baik lagi dimasa

depan. Ancaman adalah tantangan, faktor eksternal yang bersifat negatif dan

melemahkan atau tidak menguntungkan kinerja institusi di masa depan.

Analisis SWOT ini merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk

merumuskan strategi kebijakan pengambilan keputusan (decision making) yang akan

diterapkan dalam suatu institusi. Secara umum, analisis SWOT terdiri atas faktor internal

(IFAS, internal factor analysis strategic) dan faktor eksternal (EFAS, external factors

analysis strategic). Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam institusi

itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar

institusi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai

berikut :

a) Tahap iventarisasi faktor internal (IFAS) dan eksternal (EFAS)

b) Tahap evaluasi faktor internal dan faktor eksternal (IFE DAN EFE)

c) Penentuan posisi strategi pada matriks IFE dan EFE SWOT

d) Tahap pengambilan keputusan : pemaknaan dan penentuan strategi

AHP digunakan sebagai tindak lanjut proses membuat urutan prioritas kebijakan

dalam pengembangan nelayan di masa yang akan datang. AHP dilakukan untuk

mendapatkan pilihan langkah operasional dari pandangan/aspirasi stakeholder.

Pemilihan responden ditentukan keterlibatannya dalam penentuan prioritas kebijakan

Page 17: Metodologi pendapatan

dengan pelaksanaan kebijakan dan pencapaian prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan. Kelompok stakeholder tersebut adalah pemerintah, swasta, LSM, tokoh

masyarakat dan peneliti / perguruan tinggi.

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan

tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian

tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti

penting variabel tersebut secara relatif dibanding dengan veriabel lainnya. Dengan

berbagai pertimbangan kemusian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang

memiliki prioritas tinggi and berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut

(Marimin, 2004).

Pendekatan AHP, adalah suatu pendekatan proses yang dititikberatkan pada

pertimbangan terhadap faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan

prioritas kebijakan pengembangan yang didasarkan pada persepsi masing-masing

stakeholder. Analisis dilakukan pada setiap level dari hierarki penentuan kebijakan.

Bobot dan prioritas yang dianalisis adalah hasil dari combined dari judgement seluruh

stakeholder pada setiap matriks perbandingan berpasangan. Pembahasan tentang

strategi implementasi kebijakan dalam pengembangan nelayan dilakukan dengan

melibatkan semua stakeholder utama secara partisipatif. Metode pembahasan yang

digunakan adalah focus group discussion (FGD). Tahapan kerja penelitian untuk

perumusan kebijakan menggunakan AHP adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan hierarki

2) Penilaian kriteria dan alternatif

3) Penentuan prioritas

4) Pengujian konsistensi logis