Metode Penelitian dalam Psikologi Sosial

Embed Size (px)

Citation preview

Metode Penelitian dalam Psikologi Sosial1. Observasi Sistematis Merupakan satu teknik daasr untuk mempelajari perilaku sosial. Yaitu mengamati secara hati-hati perilaku yang ada. Observasi ini dilengkapi dengan pengukuran yang akurat dan teliti. Misalnya, seorang psikolog ingin melihat seberapa sering orang saling menyentuh di berbagai situasi yang berbeda. Peneliti tersebut dapat meneliti topic ini dengan pergi ke pusat perbelanjaan, Bandar udara, kampus, dll untuk mengamati di masing-masing lokasi tersebut siapa menyentuh siapa, bagaimana mereka bersentuhan, dan seberapa sering. Penelitian semacam ini dinamakan observasi alamiah (naturalistic observation) yaitu observasi terhadap perilaku dalam situasi alami (Linden, 1992). Pada observasi ini, peneliti hanya akan memperhatikan apa yang sedang terjadi dalam berbagai situasi. Ia tidak akan melakukan apapun untuk mengubah perilaku orang-orang yang sedang diamati. Teknik lain yang sering dimasukkan dalam judul observasi sistematis adalah metode survey (survey method). Disini, para peneliti meminta sejumlah besar partisipan untuk merespons pertanyaan-pertanyaan tentang sikap atau perilaku mereka. Survei digunakan untuk banyak tujuan, seperti mengukur sikap terhadap isu-isu khusus. Survey memiliki beberapa keuntungan yaitu, informasi dapat diperoleh dari ribuan atau bahkan ratusan ribu orang dengan relative mudah. Selanjutnya, karena survey dapat dipersiapkan dengan cepat, opini public tentang isu-isu baru dapat diperoleh secara cepat pula segera setelah isu yang bersangkutan muncul. Namun, agar berguna sebagai alat penelitian, survey harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, orang-orang yang berpartisipasi harus mewakili populasi (representative) yang lebih besar, dimana penyimpulan akan digeneralisasikan pada populasi

tersebut. Hal itu merupakan isu sampling (teknik pemilihan responden penelitian yang diambil dari populasi untuk mewakili populasi tersebut). Kedua, cara butir-butir pertanyaan disusun ke dalam kalimat akan berpengaruh pada hasil yang didapat. Kesimpulannya, metode survey bisa menjadi pendekatan yang berguna untuk mempelajari aspek-aspek dari perilaku sosial, namun hasil yang diperoleh baru bisa akurat apabila isu mengenai sampling dan perumusan pertanyaan diperhatikan secara hati-hati. 2. Korelasi (Mencari Hubungan) Istilah korelasi mengacu pada kecenderungan berubahnya satu peristiwa sewaktu peristiwa lain berubah. Para psikolog sosial menyebut aspek-aspek alami yang bisa berubah tersebut sebagai variable, karena aspek-aspek tersebut dapat berubah-ubah nilainya. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, adanya korelasi antara dua variable bisa menjadi sangat berguna. Karena ketika korelasi terjadi kita bisa meramalkan satu variable berdasarkan informasi dari satu atau lebih variable lainnya. Berdasarkan hal itu, terdapat metode korelasional dalam psikologi sosial. Pada pendekatan ini, psikolog sosial mencoba untuk menentukan apakah dan seberapa jauh, variable-variabel yang berbeda dapat berhubungan satu sama lain. Hal ini mencakup: mengadakan observasi yang hati-hati terhadap masing-masing variable, kemudian melaksanakan uji statistic yang tepat untuk menentukan apakah dan seberapa jauh variable-variabel tersebut berkorelasi. Metode ini dapat digunakan dalam berbagai situasi natural/alami, dan seringkali sangat efisien, dalam artian sejumlah besat informasi dapat diperoleh dalam waktu yang relative singkat. Namun, kenyataan bahwa akhirnya hal tersebut tidak dapat disimpulkan sebagai hubunga sebab akibat merupakan kelemahan serius yang kemudian mengarahkan para psikolog sosial pada metode lain.

3. Metode Eksperimen (Pengetahuan Melalui Intervensi Sistematis) Seperti judulnya, dalam metode eksperimen melibatkan strategi berikut: satu variable diubah secara sistematis, dan efek dari perubahan ini pada satu atau lebih variable lain diukur secara hatihati. Bila perubahan sistematis pada satu variable menghasilkan perubahan pada variable lain, maka dimungkinkan untuk menyimpulkan dengan keyakinan tertentu bahwa memang terdapat hubungan sebab-akibat antara variable-variabel ini. Artinya, perubahan-perubahan pada satu variable memang menyebabkan perubahan-perubahan pada variable lain. Ciri dasar metode eksperimen: Dalam bentuk dasarnya, metode eksperimen mencakup dua tahap utama. Yang pertama, dimunculkannya sebuah variable secara yang sistematis diubah-ubah, dimana kehadiran atau kekuatannya dipercaya berpengaruh pada satu aspek dari perilaku atau pemikiran sosial. Yang kedua, bila memang muncul perubahan, maka efek dari perubahan tersebut diukur secara hati-hati. Factor yang secara sistematis diubah-ubah oleh peneliti disebut variable bebas (independent variable), sedangkan aspek perilaku yang diteliti disebut dengan variable terikat (dependent variable). Dua syarat agar metode eksperimen berhasil: a. Randomisasi/penempatan partisipan secara acak dalam kondisi eksperimen Persyaratan ini artinya adalah bahwa semua partisipan dalam eksperimen harus memiliki kesempatan yang sama untuk berhadapan pada variasi dari variable bebas. Bila partisipan tidak dipilih secara acak ke dalam masing-masing kondisi, pada akhirnya tidak mungkin dapat ditentukan apakah perbedaan yang muncul dalam perilaku mereka terjadi karena perbedaan pada diri mereka atau karena pengaruh dari variable bebas, atau karena keduanya.

b. Pengontrolan Bahwa sebisa mungkin, semua factor selain variable bebas mungkin berpengaruh pada perilaku partisipan harus dijaga supaya tetap konstan. Dalam penelitian eksperime, pengaruh ekperimenter kadang terjadi bila peneliti secara tidak sengaja mempengaruhi tingkah laku partisipan. Paengaruh seperti ini dapat dihilangkan atau diminimalisasikan dengan prosedur double-blind yaitu peneliti yang terlibat kontak dengan partisipan tidak mengetahui hipotesa penelitian. Meskipun merupakan alat penelitian yang sangat bagus, metode eksperimen tidaklah sempurna-pertanyaan berkaitan dengan validitas eksternal terkadang muncul, karena seringkali dilakukan di laboratorium bukan situasi sosial alami. Selain itu, metode ini tidak dapat digunakan dalam situasi tertentu berkaitan dengan masalah praktis dan etis.