42
BAB I PENDAHULUAN A.LatarBelakang Suatu pengajaran yang hanya mengutamakan prinsip individual tidak akan menguntungkan siswa maupun masyarakat. Kehidupan sebagian besar siswa dipengaruhi oleh orang lain maupun teman-temannya. Di mana ada orang hidup bersama-sama, tentu di sana ada kontak sosial. Hubungan sosial antara sesama manusia merupakan suatu keharusan, sebab dengan kontak sosial orang akan dapat mengembangkan kepribadiannya dengan lebih sempurna. Dengan kegiatan-kegiatan ini maka dalam setiap kegiatan mengajar guru dituntut agar sanggup menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama diantara para siswa dalam mewujudkan materi pelajaransupaya dapat diserap lebih efektif dan efisien. Kerja sama antar para siswa sejatinya telah menjadi tuntutan kurikulum pendidikan, termasuk Kurikulum. Disadari atau tidak, Kurikulum menghadirkan tantangan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Perubahan orientasi pendidikan dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian menuntut para guru untuk lebih kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Guru dituntut mampu menggeser penekanan kegiatan pembelajaran dari “ apa bahan yang akan dipelajari siswa ” ke “ bagaimana membelajarkan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar”.

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

BAB I

PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Suatu pengajaran yang hanya mengutamakan prinsip individual tidak akan

menguntungkan siswa maupun masyarakat. Kehidupan sebagian besar siswa

dipengaruhi oleh orang lain maupun teman-temannya. Di mana ada orang hidup

bersama-sama, tentu di sana ada kontak sosial. Hubungan sosial antara sesama

manusia merupakan suatu keharusan, sebab dengan kontak sosial orang akan dapat

mengembangkan kepribadiannya dengan lebih sempurna. Dengan kegiatan-kegiatan

ini maka dalam setiap kegiatan mengajar guru dituntut agar sanggup menciptakan

suasana sosial yang membangkitkan kerja sama diantara para siswa dalam

mewujudkan materi pelajaransupaya dapat diserap lebih efektif dan efisien.

Kerja sama antar para siswa sejatinya telah menjadi tuntutan kurikulum

pendidikan, termasuk Kurikulum. Disadari atau tidak, Kurikulum menghadirkan

tantangan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Perubahan orientasi pendidikan

dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian menuntut para guru untuk

lebih kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Guru dituntut mampu

menggeser penekanan kegiatan pembelajaran dari “ apa bahan yang akan dipelajari

siswa ” ke “ bagaimana membelajarkan kompetensi dan memperkaya pengalaman

belajar”.

Dalam pembelajaran Sosiologi misalnya, pembelajaran ditekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

mampu menjelajahi dan memahami lingkungan sekitarnya secara ilmiah. Pendidikan

Sosiologi diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu

siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan

lingkungan sekitarnya. Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengembangkan dan

menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

Salah satu cara untuk mengembangkan sikap sosial siswa khususnya dalam

pelajaran Sosiologi dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan CONTEXTUAL

TEACHING LEARNING dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Santyasa,

Page 2: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

pembelajaran ini dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan

praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology

for instruction), pembelajaran ini melibatkan partisipasi aktif para siswa dan

meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu.

Dengan melihat kondisi yang ada di lingkungan SMA 6 Muhammadyah

Makassar yang pada dasarnya tidak ada masalah dalam sarana belajar, keadaan

siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran Sosiologi perlu dicarikan

solusi-solusi terutama metode-metode mengajar yang dapat meningkatkan aktifitas

dan hasil belajar siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengasuh

pelajaran Sosiologi, tampak bahwa para siswa memang “kurang bergairah” dalam

belajar Sosiologi. Akibatnya yaitu mereka kurang mampu untuk memecahkan soal-

soal Sosiologi sehingga hasil belajarnya pun kurang memuaskan.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut

yakni dengan menggunakan pendekatan contextual teaching learning dalam

pembelajaran Sosiologi . Langkah-langkah pembelajaran CONTEXTUAL TEACHING

LEARNING adalah sebagai berikut:

(1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya .

(2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

(3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

(4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

(5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

(6) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dengan cara ini diharapkan para siswa diharapkan akan lebih aktif dalam

belajarnya sehingga hasil belajar Sosiologi merekapun akan dapat ditingkatkan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dalam penelitian tindakan kelas ini dicoba untuk

menerapkan pendekatan contextual teaching learning dalam rangka meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar Sosiologi para siswa kelas 1 SMA 6 MUHAMMADYAH.

Dengan metode ini diharapkan akan terjadi interaksi antar siswa sehingga mereka

bisa lebih bergairah dan antusias dalam mengikuti pelajaran Sosiologi yang akan

bermuara pada peningkatan penguasaan konsep-konse Sosiologi.

Page 3: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “apakah pendekatan Contextual Teaching Learning dapat

meningkatkan motivasi belajar pokok bahasan nilai dan norma sosial pada siswa kelas I

SMA 6 Muhammadyah ?

2. Pemecahan masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka peneliti merencanakan

pemecahan masalah dengan menggunakan komponen-komponen Contextual Teaching

and Learning (CTL) yaitu konstuktivisme, inquiry, bertanya, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan

motivasi belajar tentang Nilai dan Norma Sosial melalui pendekatan Contextual Teaching

Learning(CTL).

C. Manfaat Hasil Penelitian

Beberapa manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru bidang studi sosiologi tentang manfaat

pendekatan Contextual Teaching Learning yang dapat meningkatkan motivasi belajar.

2. Memberikan sumbangan teoretis terhadap perbendaharaan ilmu pengetahuan

khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.

3. Menjadi bahan informasi bagi peneliti dimasa yang akan datang untuk mengkaji

variabel-variabel lain yang berkaitan dengan peningkatan motivasi belajar siswa.

Page 4: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk,

seperti terjadi perubahan pengetahuan, pemahaman, tigkah laku, keterampilan, kebiasaan

serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar, sehingga

untuk menangkap isi dan pesan belajar secara maksimal, maka dalam belajar tersebut

individu harus mampu menggunakan potensinya pada ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Komisi pendidikan untuk abad XXI (Unesco 1996:85) melihat bahwa hakikat

pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Sehingga dalam keseluruhan proses

pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini

berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Sekarang timbul

pertanyaan apakah belajar itu sebenarnya? Samakah belajar dengan ;latihan, dengan

menghafal, dengan pengumpulan fakta dan studi-studi lainnya? Tentu saja terhadap

pertanyaan tersebut banyak pendapat yang mungkin satu sama lain berbeda.

Ada beberapa pandangan tentang pengertian belajar diantaranya menurut

Aunurrahman (2009:35) berpendapat bahwa:

“Belajar itu adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun

jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan

perubahan dalam arti belajar. Karena perubahan dalam arti belajar harus di mulai dengan

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Page 5: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Rasulullah SAW menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia harus

belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib membelajarkan anak-

anaknya agar kelak ia mampu hidup mandiri dan mengembangkan dirinya, demikian juga

sebuah syai’r Islam dalam baitnya berbunyi; “belajar sewaktu kecil ibarat melukis di atas

batu.”

Menurut beberapa defenisi di atas seseorang mengalami proses belajar kalau ada

perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dalam menguasai ilmu pengetahuan serta adanya

perubahan tingkah laku dari indivu tersebut. Belajar di sini merupakan “ suatu proses” di

mana guru melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk

mencapai suatu tujuan. Yang harus diperhatikan dari siswa adalah pola perubahan pada

pengetahuan selama pengalaman belajar itu berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku, pola pikir yang baru secara keseluruhan, sebagai akibat dari

pengalaman, dan latihan, dengan perubahan-perubahan yang di hasilkan bersifat relatif

atau dinamis.

2. Hasil Belajar Sosiologi

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam

proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang dapat menjadi

indikator tentang kemampuan, kesenggupan, penguasaan seseorang terhadap

pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki seseorang itu dalam suatu

pembelajaran.

Hasil belajar sosiologi merupakan puncak dari proses belajar. Hasil belajar tersebut

terjadi karena evaluasi guru. Cara menilai hasil belajar sosiologi biasanya menggunakan

tes. Tujuan dari tes adalah mengukur hasil belajar yang dicapai siswa dalam mempelajari

sosiologi. Disamping itu tes juga digunakan untuk menentukan sebersapa jauh

pemahaman materi yang telah di pelajari karena itu tes dapat digunakan sebagai penilaian

diagnostik, formatif dan penentuan tingkat pencapaian.

Keberhasilan seseorang mempelajari sosiologi tidak hanya dipengaruhi minat,

kesadaran, kemauan, tetapi juga bergantung pada kemampuannya terhadap sosiologi serta

diperlukan keterampilan intelektual, misalnya keterampilan berpikir logis dan abstrak

serta mengkaji realitas sosial yang terjadi. Hasil belajar yang dimaksud adalah tingkat

penguasaan untuk mengukur hasil belajar sesuai dengan tujuan pencapaian kognitif

disesuaikan dengan taraf kogitif siswa.

Page 6: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Hasil belajar yang di kemukakan oleh Sudjana (2006:34) bahwa hasil belajar

adalah kemampuan –kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajar.

Hal-hal yang dipengaruhi oleh hasil belajar adalah :

a. Intelegensi dan penguasaan siswa tentang materi yang akan dipelajari.

b. Adanya kesempatan yang diberikan oleh siswa

c. Motivasi

d. Usaha yang dilakukan oleh anak.

B. Nilai dan Norma Sosial

a. Pengertian Nilai Sosial

Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial.

Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau tindakan

tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh

masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan.  Dalam sebuah masyarakat yang

menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas

beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan, atau

bahkan makian.  Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah, dermawan,

dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau bahkan harus

dihormati dan diteladani.

Secara harfiah nilai (value) merupakan konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri

manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan

Hunt (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu

pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan

anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting

atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang,

tindakan, pengalaman, dan seterusnya. Mengetahui sistem nilai yang dianut oleh

sekelompok orang atau suatu masyarakat tidaklah mudah, karena nilai merupakan

konsep asbtrak yang hidup di alam pikiran para warga masyarakat atau kelompok.

Prof. Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai

material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna

bagi jasmani manusia, (2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan

Page 7: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai

aktivitas, dan (3) Nilai kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan

dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai

kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni

yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang bersumber

pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang

bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan. Adapun Ciri-ciri nilai sosial:

1) Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran orang yang tercipta melalui

interaksi sosial,

2) Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan dipelajari melalui proses sosialisasi,

dijadikan milik diri melalui internalisasi dan akan mempengaruhi tindakan-tindakan

penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tanpa disadari lagi

(enkulturasi),

3) Nilai sosial memberikan kepuasan kepada penganutnya,

4) Nilai sosial bersifat relative,

5) Nilai sosial berkaitan satu dengan yang lain membentuk sistem nilai,

6) Sistem nilai bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain,

7) Setiap nilai memiliki efek yang berbeda terhadap perorangan atau kelompok,

8) Nilai sosial melibatkan unsur emosi dan kejiwaan, dan

9) Nilai sosial mempengaruhi perkembangan pribadi.

Selain itu, Nilai Sosial dapat berfungsi:

(a) Sebagai faktor pendorong, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan

dengan cita-cita atau harapan,

(b) Sebagai petunjuk arah mengenai cara berfikir dan bertindak, panduan menentukan

pilihan, sarana untuk menimbang penghargaan sosial, pengumpulan orang dalam

suatu unit sosial,

(c) Sebagai benteng perlindungan atau menjaga stabilitas budaya.

b. Pengertian Norma Sosial

Nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, sedangkan norma

merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat  untuk mengetahui tindakan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang

wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga

Page 8: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai

dengan harapan sebagian besar warga masyarakat. Norma dibangun di atas nilai

sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial.

Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat. Berbagai

macam norma dalam masyarakat dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan

mengikatnya terdapat:

1. Tata cara atau usage. Tata cara (usage); merupakan norma dengan sanksi yang sangat

ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang garpu atau sendok ketika

makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya

dinyatakan tidak sopan.

2. Kebiasaan (folkways). Kebiasaan (folkways); merupakan cara-cara bertindak yang

digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang.

Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda

penghormatan kepada orang yang lebih tua, dst.

3. Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada

filsafat, ajaran agama atau ideologi yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya

disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan

napza, mencuri, dst.

4. Adat (customs). Adat merupakan  norma yang tidak tertulis namun sangat kuat

mengikat, apabila adat  menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.

5. Hukum (law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi

terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-

norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga

memungkinkan pelaksanaan yang tegas.

Hubungan antara nilai dengan norma sosial di dalam masyarakat yang terus

berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga

akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam

masyarakat. Di wilayah perdesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta

mulai dikenal, perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi

pergesaran nilai, misalnya tentang kesopanan. Tayangan-tayangan yang didominasi

oleh sinetron-sinetron mutakhir yang acapkali memperlihatkan artis-artis yang

berpakaian relatif terbuka, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi

masyarakat menjadi semakin longgar. Berbagai kalangan semakin permisif terhadap

Page 9: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

kaum remaja yang pada mulanya berpakaian normal, menjadi ikut latah berpakaian

minim dan terkesan makin berani. Model rambut panjang kehitaman yang dulu

menjadi kebanggaan gadis-gadis desa, mungkin sekarang telah dianggap sebagai

simbol ketertinggalan. Sebagai gantinya, yang sekarang dianggap trendy dan sesuai

dengan konteks zaman sekarang (modern) adalah model rambut pendek dengan warna

pirang atau kocoklat-coklatan.  Jadi berubahnya nilai akan berpengaruh terhadap

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

3. Pendekatan Contextual Teaching And Learning

a. Hakekat Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

murid dan mendorong murid membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga (US

Departement of Education, 2001)

Nurhadi (2002:5) mengemukakan bahwa, pembelajaran CTL adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan

mendorong murid membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni

konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan

dan penilaian sebenarnya”

Mulyasa, ( Sofyan dan Amiruddin, 2007:10) mengemukakan 5 (lima)

elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran CTL, yaitu:

a) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh

peserta didik.

b) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagian

secara khusus (dari umum ke khusus)

c) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara (a)

menyusun konsep sementara, (b) melakukan sharing untuk memperoleh

masukan dan tanggapan dari orang lain, dan (c) merevisi dan

mengembangkan konsep.

Page 10: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa

yang dipelajari.

e) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan

pengetahuan yang dipelajari.

Selanjutnya Jozua (2003:2) mengemukakan bahwa,

pembelajaran CTL adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang

membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-

situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam

kegiatan belajar yang dituntut dalam pelajaran.

Beranjak dari beberapa pengertian di atas, hakekat pembelajaran CTL adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Pengertian Pembelajaran CTL

Pembelajaran CTL telah berkembang di negara-negara maju dengan nama

beragam. Di Amerika disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL)

yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan

nyata dan memotivasi peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya

dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Johson (Kunandar, 2007:273) mengartikan bahwa,

pembelajaran CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan

membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka

pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan

mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya,

sosialnya, dan budayanya.

The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning

(Kunandar, 2007:273) mengartikan bahwa,

pembelajaran CTL adalah pengajaran yang memungkinkan siswa

memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan

akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk

Page 11: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Pembelajarn

CTL terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan

dengan mengacu pada masalah-masalah rill yang berasosiasi dengan

peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga,

masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.

Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madison

(Kunandar, 2007:274) mengartikan bahwa,

pembelajaran CTL adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang

membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata

dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan

dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga,

masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan

dan keterampilan dan konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses

mengontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya

sebagai anggota masyarakat.

Ciri-ciri pembelajaran CTL antara lain: 1) Adanya kerja sama antar semua pihak;

2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem; 3) bermuara pada

keragaman konteks kehidupan murid yang berbeda-beda; 4) saling menunjang; 5)

menyenangkan tidak membosankan; 6) belajar dengan bergairah; 7) pembelajaran

terintegrasi; 8) menggunakan berbagai sumber; 9) murid aktif; 10) sharing dengan

teman; 11) murid kritis, guru kreatif; dan sebagainya.

c. Karakteristik Pembelajaran CTL

Menurut Wina Sanjaya (2006: 114) terdapat lima karakteristik penting dalam

proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL yaitu:

1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan

yang sudah ada artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari

pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang

Page 12: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki

keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang CTL adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara

deduktif, artinya pembelajarn dimulai dengan membelajarkan secara

keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk

dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang

lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan

tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut. Pengetahuan dan

pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan

siswa, sehingga tampak perubahan prilaku siswa.

5. Melakukan refleksi strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan

sebagai umpan balik terhadap proses perbaikan dan penyempurnaan

strategi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Jonson (Kunandar 2007: 274 ) ada delapan

komponen utama dalam pembelajaran Contextual Teaching Learning yakni:

(1) melakukan hubungan yang bermakna artinya siswa dapat mengatur diri

sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya

secara individual, orang yang dapat belajar sambil berbuat. (2) melakukan

kegiatan-kegiatan yang signifikan siswa membuat hubungan antara sekolah

dengan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan yang nyata.(3) belajar yang

diatur sendiri (4) siswa bekerjasama guru membantu (5) berfikir kritis dan

kreatif (6) mengasuh dan memelihara pribadi siswa (7) mencapai standar yang

tinggi, mengidentifikasi tujuan dan memotifasi siswa untuk mencapainya (8)

menggunakan penilaian autentik.

Selain itu juga Sofyan dan Amiruddin (2007: 16) mengemukakan bahwa

karakteristik pembelajaran CTL yaitu:

(1) kerjasama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak

membosankan; (4) belajar dengan bergairah; (5) pembelajaran

Page 13: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

terintegrasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) peserta didik aktif;

(8) sharing dengan teman; dan (9) peserta didik kritis dan kreatif.

d. Prinsip Penerapan Pembelajaran CTL

Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan

pembelajaran CTL, guru perlu memegang prinsip pembelajaran sebagai berikut.

1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa.

Artinya, isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus

didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan perkembangan intelektual siswa. Jadi,

usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan

budaya siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan pembelajaran.

Klimer, (Nurhadi, dkk 2003)

2. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung. Artinya, siswa saling belajar

dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam

tim lebih besar.

3. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri.

4. Mempertimbangkan keragaman siswa. Artinya di kelas guru harus mengajar siswa

dengan berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial

ekonomi, bahasa utama yang dipakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang

mungkin mereka miliki.

5. Memerhatikan multi intelegensia siswa. Artinya dalam pembelajaran CTL guru harus

memerhatikan kebutuhan dan kecerdasan yang dimiliki siswa yang meliputi: (1)

kecerdasan verbal linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara

efektif, baik secara lisan maupun tulisan; (2) kecerdasan logis matematis adalah

kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik; (3)

kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk mempersepsi pola, ruang, warna,

garis, dan bentuk serta mewujudkan gagasan-gagasan visual dan keruangan secara

grafis; (4) kecerdasan secara kinestetik adalah kemampuan yang menggunakan

gerakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan serta menyelesaikan

problem; (5) kecerdasan musik adalah kemampuan memahami dan menyusun pola

nada, irama, dan melodi; (6) kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan memahami

diri dan bertindak sesuai dengan kemampuannya; (7) kecerdasan antarpribadi adalah

Page 14: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

kemampuan memahami perasaan, maksud, dan motivasi orang lain; dan (8)

kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan mengklasifikasikan tanaman,

barang tambang, dan binatang.

6. Menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa,

perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Agar

pembelajaran CTL mencapai tujuannya, maka jenis dan tingkat pertanyaan yang tepat

harus diungkap/ditanyakan. Pertanyaan harus secara hati-hati direncanakan untuk

untuk menghasilkan tingkat berpikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa

dan seluruh peserta di dalam proses pembelajaran CTL Frazee, 2001(Nurhadi, dkk,

2003)

7. Menerapkan penilaian auntentik. Penialain auntentik mengevaluasi penerapan

pengetahuan dan berpikir kompleks seorang siswa, daripada hanya sekadar hafalan

informasi aktual. Kondisi alamiah pembelajaran CTL memerlukan penilaian

interdisiplin yang dapat mengukur pengetahuan dan keterampilan lebih dalam dan

dengan cara yang bervariasi dibandingkan dengan penilaian satu disiplin Ananda,

(Nurhadi, dkk, 2003).

e. Komponen Utama Contextual Teaching Learning (CTL)

Adapun komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran

CTL di kelas, yaitu sebagai berikut:

1. Konstruktivisme ( Contractivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL. Maksud

konstruktivisme disini adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak

secara mendadak. Dalam hal ini, manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata.

2. Menemukan (Inquiri)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran CTL.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini

tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan

menemukan, apaun materi yang diajarkannya.

Page 15: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: (1)

Merumuskan masalah; (2) mengajukan hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4)

menguji hipotesis berdsarkan data yang ditemukan; dan (5) membuat kesimpulan.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan

guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi

siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran yang berbasis penemuan (inquiri), yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diteliti dan mengarahkan perhatian pada aspek

yang belum diketahui.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna

untuk: (1) menggali informasi tentang kemampuan murid dalam penguasaan materi

pelajaran; (2) membangkitkan motivasi murid untuk belajar; (3) merangsang

keingintahuan murid terhadap sesuatu; (4) memfokuskan murid pada sesuatu yang

diinginkan; dan (5) membimbing murid untuk menemukan atau menyimpulkan

sesuatu.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagai antar

teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu. Masyarakat

belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat

dalam masyarakat belajar akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman

bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman

belajarnya. Oleh karena itu, dalam kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan

atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih

mengefektifkan pelaksanaan pembelajarn dengan pendekatan CTL untuk ditiru,

diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh

biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu

contohnya pemodelan dalam pembelajaran misalnya mempelajari contoh

penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu

Page 16: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

bacaan, atau dalam membuat suatu skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu oleh

guru, bisa oleh murid atau media yang lainnya.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon

terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang diterima, refleksi adalah berpikir

kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah

dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan.

Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri.

Contoh dari refleksi adalah membuat rangkuman, meneliti, memperbaiki kegagalan,

mencari alternatif lin cara belajar dan membuat jurnal pembelajaran.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Autentic Assesmen)

Asesmen otentik adalah penilaian yang dilakukan secara konperhensif berkenaan

dengan seluruh aktifitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar

sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian

otentik seharusnya dilakukan dari berbagai aspek dan metode sehingga menjadi

objektif. Misalnya membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas

dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai aspek afektif dan tes untuk

menilai tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar.

Ada 5 tahapan pembelajaran CTL yang digunakan dalam meningkatkan

pemahaman dan hasil belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Nurhadi (2003: 59)

yaitu:

Tabel 2. 1 Tahapan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Tahapan Kegiatan Guru

Tahap 1 :

Orientasi siswa

kepada masalah

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2. Menjelaskan perangkat yang dibutuhkan.

3. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2 :

Mengelola

pengetahuan awal

siswa terhadap

1. Guru mendorong siswa untuk mengemukakan

pengetahuan awal yang dimilikinya terhadap

masalah, kemudian pengetahuan awal siswa

tersebut dijadikan acuan untuk menyelidikinya

Page 17: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

masalah. 2. Guru memotivasi siswa dalam membangun

pengetahuan siswa dari pengalaman baru

berdasarkan pada pengetahuan awal.

(Konstruktivisme)

3. Guru mengemukakan pertanyaan yang mengacu

pada pengembangan kreativitas berfikir siswa

yang berhubungan dengan masalah dengan

mengaitkan antar masalah dengan kenyataan yang

ada dilingkungan siswa. (questioning)

4. Guru mendorong siswa untuk mengemukakan ide

atau gagasan terhadap pemecahan masalah yang

akan dilakukan

Tahap 3 :

Mengorganisasikan

, serta membimbing

penyelidikan

individual dan

kelompok

1. Membimbing siswa secara individu maupun

dalam kelompok-kelompok belajar dalam

mengatasi masalah. (learning community)

2. Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai melalui observasi dan

eksperimen dengan mengaitkan antara masalah

dengan konteks keseharian siswa sehingga dari

mengamati siswa dapat memahami masalah

tersebut (inquiri)

Tahap 4 :

Menganalisis dan

mengevaluasi

proses pemecahan

masalah

1. Guru membantu siswa melakukan refleksi

terhadap proses pemecahan masalah yang

dilakukan. (refleksi)

2. Guru mengukur dan mengevaluasi penyelidikan

siswa dan proses-proses yang mereka gunakan.

(authentic assessment)

Tahap 5 :

Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video

dan model baik secara individual maupun kelompok

terhadap proses pemecahan masalah yang telah

dilakukan. (pemodelan)

Sumber : buku pembelajaran CTL dan penerapannya dalam KBK (Nurhadi, 2003:59)

Page 18: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Secara rinci kegiatan yang dilakukan guru dan siswa pada setiap tahapan

pembelajaran CTL tersebut yaitu pada tahap kegiatan awal pembelajaran, guru

memulai pembelajaran dengan melaksanakan tahap pertama yaitu orientasi siswa

kepada masalah. Kegiatan yang dilakukan guru pada tahap pertama ini yaitu pertama-

tama guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa yaitu perubahan wujud

benda, kemudian guru menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, dan (4) memotivasi

siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang akan dilakukan.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran atau kegiatan inti pembelajaran, guru

memulai pembelajaran dengan melaksanakan tahap kedua dan ketiga dalam

pembelajaran CTL yaitu mengelola pengetahuan awal siswa terhadap masalah, dan

mengorganisasi, serta membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Kegiatan

yang dilakukan dalam kedua tahap ini yaitu (1) meminta siswa untuk mengemukakan

pengetahuan awal yang dimilikinya terhadap materi, (2) guru memotivasi siswa dalam

membangun pengetahuan siswa dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan

awal (konstruktivisme), (3) membimbing siswa untuk mengemukakan pertanyaan

terhadap materi (questioning), (4) mengoraganisisasikan siswa kedalam kelompok-

kelompok belajar (learning community), (6) mengumpulkan informasi yang sesuai

melalui observasi yang berhubungan dengan materi dan melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalahnya. Sedangkan pada tahap

akhir pembelajaran direncanakan guru melaksanakan tahap 4 dan tahap 5 dalam

langkah-langkah pembelajaran CTL, yaitu menganalasis dan mengevaluasi

pemecahan masalah, serta mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Kegiatan

yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain (1) melakukan refleksi terhadap proses

pemecahan masalah yang dilakukan (refleksi), (2) mengukur dan mengevaluasi

penyelidikan siswa dan proses-proses yang mereka gunakan (authentic assessment),

(3) merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dari aktivitas

pemecahan masalah yang telah dilakukan (pemodelan).

B. Kerangka Pikir

Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa ikut berubah.

Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan

ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Di wilayah perdesaan, sejak

berbagai siaran dan tayangan telivisi swasta mulai dikenal, perlahan-lahan terlihat

bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergesaran nilai, misalnya tentang

Page 19: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

kesopanan. Tayangan-tayangan yang didominasi oleh sinetron-sinetron mutakhir yang

acapkali memperlihatkan artis-artis yang berpakaian relatif terbuka, sedikit banyak

menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat menjadi semakin longgar. Berbagai

kalangan semakin permisif terhadap kaum remaja yang pada mulanya berpakaian

normal, menjadi ikut latah berpakaian minim dan terkesan makin berani. Model

rambut panjang kehitaman yang dulu menjadi kebanggaan gadis-gadis desa, mungkin

sekarang telah dianggap sebagai simbol ketertinggalan. Sebagai gantinya, yang

sekarang dianggap trendy dan sesuai dengan konteks zaman sekarang (modern)

adalah model rambut pendek dengan warna pirang atau kocoklat-coklatan.  Jadi

berubahnya nilai akan berpengaruh terhadap norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang tepat dalam mengajarkan

materi tentang Nilai dan Norma sosial sehingga siswa dapat memahami secara

mendalam dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

fenomena materi IPS yang dianggap sulit untuk dipahami adalah materi Nilai dan

Norma Sosial Hal ini disebabkan oleh penyajian materi yang kurang tepat dan

penggunaan strategi yang kurang tepat serta kurang melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya pendekatan

pembelajaran yang tepat, Salah satunya adalah dengan pendekatan CTL. Dengan

dasar inilah sehingga peneliti menjadikan sebagai landasan berpikir bahwa dengan

pendekatan CTL dapat membantu murid dalam memahami materi Nilai dan Norma

Sosial sehingga dapat meningkatkan hasil belajar murid. Adapun bentuk skema dari

tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 20: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Gambar 2.1 Skema kerangka pikir penelitian tindakan

Penerapan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam meningkatkan

motivasi belajar konsep Nilai dan Norma sosial

Nilai dan Norma Sosial

ASPEK SISWA ASPEK GURU

PENDEKAKAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

7 Komponen Utama CTL

1. Konstruktivisme

2. Inkuiri

3. Bertanya

4. Masyarakat Belajar

5. Pemodelan

6. Refleksi

7. Penilaian Sebenarnya

Motivasi Belajar konsep Nilai dan Norma Sosial Meningkat

Page 21: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif. Dimana tujuan dari pada pendekatan ini untuk menemukan,

mengembangkan dan membuktikan pegetahuan yang diperoleh yaitu khususnya

dalam menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning untuk

meningkatkan motivasi belajar tentang Nilai dan Norma Sosial siswa kelas 1 SMA 6

Muhammadyah Makassar.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian tindakan kelas, dimana

jenis penelitian ini merupakan kajian sosial dengan maksud untuk meningkatkan

kualitas tindakan didalamnya. Langkah-langkah tindakan yang ditempuh merupakan

kerja yang berulang (siklus-siklus) sebagaimana yang dikembangkan oleh Kenmis

dan MC. Taggar yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, hingga diperoleh

pembelajaran yang dapat meningkatkan Motivasi Belajar Nilai dan Norma Sosial

siswa kelas 1 SMA 6 Muhammadyah Makassar.

Page 22: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

SIKLUS I

Perencanaan Pelaksanaan Observasi

RefleksiBelum BerhasilSIKLUS II

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA 6 Muhammadyah Makassar sebagai

sekolah mitra. Peneliti memilih murid kelas1sebagai responden dengan alasan:

Rendahnya pemahaman murid kelas 1 tentang Nilai dan Norma Sosial.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan murid kelas 1 SMA 6

Muhammadyah Makassar , serta kejadian-kejadian yang terjadi selama proses

pembelajaran IPS berlangsung, berupa metode, situasi belajar, kondisi murid. Jumlah

murid yang berada di kelas 1 yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah

berjumlah 25 orang murid, yang masing-masing terdiri dari 18 siswa perempuan dan

7 siswa laki-laki.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diadakan di SMA 6 Muhammadyah Makassar . Adapun yang

menjadi fokus dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Proses pembelajaran dengan

mengamati proses yang terjadi dalam pembelajaran, meliputi aktivitas guru, siswa, dan

interaksi dari berbagai unsur kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

CTL.

D. Rancangan Penelitian

Secara garis besar langkah penelitian/rencana implementasi tindakan dalam penelitian

ini mengikuti proses siklus atau daur ulang yang dilakukan menurut model Kemmis dan

Taggart (Wiriaatmadja,2008:66) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi.

Adapun tahap-tahap penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan 2 berikut:

Page 23: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Bagan 3.1 Tahap-Tahap Penelitian yang Diadaptasi dari Model Kemmis dan Taggart

(Wiriaatmadja,2008:66).

Berdasarkan bagan desain penelitian tersebut, maka tahap-tahap penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini rencana tindakan meliputi penyusunan rancangan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan Kontekstual, menyediakan lembar materi yang

telah disusun dan digunakan sebagai acuan bagi siswa, merancang pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga yang ada disekitar siswa, menyiapkan lembaran

observasi, tes formatif, serta mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan

tindakan dengan guru sosiologi SMA 6 Muhammadyah Makassar.

2. Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

disusun bersama peneliti dan guru sebelumnya. Tindakan ini dimaksudkan untuk

memperbaiki keadaan atau kegiatan pembelajaran di kelas yang belum sesuai

dengan yang diharapkan.

3. Observasi

Pada tahap observasi meliputi pengamatan yang dilaksanakan selama kegiatan

tindakan berlangsung. Fokus observasi adalah aktivitas guru dan siswa. Aktivitas

guru dapat diamati mulai pada tahap pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir

pembelajaran.

4. Refleksi

Page 24: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil tindakan agar dapat memperbaiki

tindakan berikutnya.

Tindakan pada materi ini berlangsung 2 siklus apabila pada tindakan pertama

tidak berhasil sesuai dengan apa yang ingin dicapai maka akan dilakukan tindakan

kembali sampai memenuhi kriteria pencapaian target yang telah ditentukan, dan

siklus tindakan diakhiri atau dihentikan apabila:

1) Hasil pengamatan telah menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran

telah tercapai

2) Hasil wawancara telah memberikan informasi bahwa siswa merasa termotivasi

dalam mengikuti proses pembelajaran.

3) Tes yang telah diberikan pada akhir tindakan dapat diselesaikan siswa baik

siswa yang berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan Angket, tes,

wawancara, dan observasi. Keempat teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Metode Angket

Dalam hubungannya dengan pengumpulan data, maka peneliti menggunakan

kosiener langsung artinya angket diberikan langsung kepada responden untuk

diselesaikan. Maksudnya suatu jawaban angket setiap aitem pertanyaan telah

disediakan jawabannya, responden hanya memilih jawaban yang sesuai dengan

pendapatnya, dengan penggunaan metode angket, maka telah diperoleh data antara

lain: mengenai sikap siswa terhadap hasil evaluasi belajarnya, motivasi belajar siswa

terhadap hasil penilaian sosiologi yang diberikan oleh guru, bagaimana sikap siswa

terhadap hasil belajar.

2. Tes

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa

terhadap pokok bahasan struktur daun dan fungsinya. Tes ini dilaksanakan pada awal

penelitian, pada akhir setiap tindakan dan pada akhir setelah diberikan serangkaian

tindakan.

3. Wawancara.

Page 25: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Wawancara dimaksudkan untuk menggali kesulitan murid dalam memahami

konsep Nilai dan Norma Sosial yang mungkin sulit diperoleh dari hasil pekerjaan

siswa maupun dalam kegiatan pembelajaran.

4. Observasi

Pedoman observasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Observasi terhadap guru yang difokuskan pada langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan kontekstual sebagai pendekatan mengajar dalam

meningkatkan pemahaman siswa.

2. Observasi terhadap siswa yang difokuskan terhadap peningkatan motivasi siswa

selama proses pembelajaran yang terjadi di kelas dengan menggunakan pendekatan

kontekstual.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data aspek

guru dan aspek siswa. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif meliputi skor rata-

rata, persentase, standar minimum, dan standar maksimum yang akan dicapai pada setiap

siklus. Sedangkan analisis kualitatif yang digunakan adalah kategorisasi dengan

menggunakan skala lima berdasarkan tekhnik kategorisasi standar yang diterapakan

departemen pendidikan dan kebudayaan (1999) yang dinyatakan sbb:

No Nilai Kategori

1 0-34 Sangat rendah

2 35-54 Rendah

3 55-64 Sedang

4 65-84 Tinggi

5 85-100 Sangat tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Ahmadi, A. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Departement Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke III. Jakarta: Balai pustaka.

Elaine B. Johnson. 2006. Kontextual Teaching And Learning. Bandung: MLC.

SD. Jakarta: Erlangga.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nurhadi, dkk. 2002. Pembelajaran CTL dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Makassar.

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran CTL dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Makassar.

Purwanto, ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Saebani, Beni, ahmad.2006. Sosiologi Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sahabuddin.2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan penerbit Universitas Negeri Makassar.

Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto. 1992. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.

Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sofyan, Gusarmin dan Amiruddin B. 2007. Modul Diklat Profesi Guru Model-Model Pembelajaran I. Kendari: Universitas Haluoleo.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual Di kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Wiriaatmadja, rochiati. 2008. Metode penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 27: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI

DAN NORMA SOSIAL PADA SISWA KELAS X SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

Page 28: MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA POKOK BAHASAN NILAI DAN NORMA SOSIAL SMA 6 MUHAMMADYAH MAKASSAR

PROPOSAL

DI SUSUN OLEH:

DWI REZKY NOVITASARI

10538 0481 07

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2011