Upload
trinhkien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Tim Advisory Pengembangan Ekonomi dan Surveilans
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara
Jalan Yos Sudarso No. 1, 97711, Ternate, Maluku Utara
Telepon: 0921 – 3121217 / 3121219
Faksimili: 0921 – 3124017
Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]
i
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan
dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok
bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja
Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini
diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
bagi penentu kebijakan di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 31 Mei 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR GRAFIK v INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA vii RINGKASAN EKSEKUTIF ix BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH 1 1.1 Kondisi Umum 2 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 4 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 10 BAB II
KEUANGAN PEMERINTAH
19
2.1 Struktur APBD 20 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 22 2.3 Realisasi Belanja APBD 24 2.4 Rekening Pemerintah 26 BAB III INFLASI DAERAH 29 3.1 Perkembangan Inflasi 30 3.2 Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan Berjalan 37 3.3 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 38 BAB IV ANALISIS STABILITAS KEUANGAN DAERAH 41 4.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga 42 4.2 Asesmen Sektor Korporasi 47 4.3 Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan) 48 4.4 Pengembangan Akses Keuangan 53 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 55 5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 56 5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 58 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 63 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 64 6.2
6.3 6.4 6.5
Tingkat Kesejahteraan Daerah Profil Kemiskinan Daerah Profil Kebahagiaan Daerah Profil Pembangunan Manusia
66 68 70 72
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 75 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 76 7.2 Outlook Inflasi Daerah
78
BOKS OVERVIEW KETAHANAN PANGAN MALUKU UTARA 81
iv
DAFTAR TABEL
1 Tabel Tabel
1.1 1.2
Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
5 11
2 Tabel 2.1 APBD Maluku Utara 2017 20 Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I
2018 24
Tabel 2.3 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2018 26 3
Tabel 3.1 Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 31 4 Tabel 4.1 Jumlah Rekening Perbankan Masyarakat berdasarkan Kelompok Nilai 46 Tabel Tabel
4.2 4.3
Kondisi Likuiditas Korporasi Klaster Ketahanan Pangan dan Klaster UMKM BI di Maluku Utara
47 53
5 Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling di Maluku Utara 57 6 Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara (ribu jiwa) 65 Tabel Tabel
6.2 6.3
Nilai Tukar Petani (NTP) Kawasan Timur Indonesia Nilai Tukar Petani (NTP) di Maluku Utara
68 70
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Timur Indonesia Triwulan I
2018 4
3 Gambar Gambar Gambar 6 Gambar Gambar 7 Gambar
3.1 3.2 3.2 6.1 6.2 7.1
Rapat Koordinasi TPID Pengendalian Inflasi Bersama Pemerintah Kota Tidore Kepulauan Rapat Koordinasi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan High Level Meeting HLM TPID Menghadapi Puasa dan Idul Fitri 2018 Kunjungan Tim TPID di Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan Gudang Bahan Pokok Indikator Penyusun Indeks Kebahagian Kebahagiaan Maluku Utara 2017 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kawasan Timur Indonesia Menurut Provinsi dan Status Pembangunan Manusia Perkiraan Curah Hujan pada April 2018
38 39 40 72 73 77
v
DAFTAR GRAFIK
1 Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan I 2018 5 Grafik 1.2 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga 6 Grafik 1.3 Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini dibanding 6 Bulan Lalu 6 Grafik 1.4 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri 8 Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri 8 Grafik 1.6 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri 8 Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri 8 Grafik 1.8 Perkembangan Ekspor Antar Provinsi Maluku Utara 9 Grafik 1.9 Perkembangan Impor Antar Provinsi Maluku Utara 9 Grafik 1.10 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan I 2018 11 Grafik 1.11 Struktur PDRB Sisi Penawaran 12 Grafik 1.12 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang Realisasi Kegiatan Usaha 12 Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Feronikel dan Bijih Nikel 13 Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor Feronikel dan Bijih Nikel 13 Grafik 1.15 Perkembangan Produksi Industri di Maluku Utara 14 Grafik 1.16 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga 15 Grafik 1.17 Volume Pengadaan Semen Maluku Utara 16 Grafik 1.18 Jumlah Proyek yang Tengah Berlangsung di Maluku Utara 16 Grafik 1.19 Jumlah Tangkapan Ikan 17 Grafik 1.20 SKDU Pertanian 17 2
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2017 dan 2018 21 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2017 dan 2018 22 Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Tiap Triwulan 22 Grafik 2.4 Perbandingan Persentase Realisasi Pendapatan APBD Tahun
2017 dan Tahun 2018 23
Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Belanja Tiap Triwulan 25 Grafik 2.6 Perbandingan Persentase Realisasi Belanja APBD Tahun 2017 dan
Tahun 2018 25
Grafik 2.7 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam miliar rupiah)
27
3 Grafik Grafik Grafik
3.1 3.2 3.3
Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate dan Nasional Inflasi Provinsi di Kawasan Indonesia Timur Triwulan I 2018 (yoy) Perbandingan Disagregasi Inflasi & Rata‐Rata 3 tahun (yoy)
30 30 31
Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Maluku Utara 32 Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Beberapa Komoditas Core Inflation (yoy) 33 Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi Beberapa Komoditas Administered Price (yoy) 33 Grafik 3.7 Perkembangan Inflasi Komoditas KomoditasTembakau dan Rokok
(yoy) 33
Grafik Grafik Grafik
3.8 3.9 3.10
Perkembangan Inflasi Beberapa Komoditas Volatile Food (yoy) Pergerakan Harga Beras, Minyak Goreng, dan Gula Pasir Pergerakan Harga Daging Ayam, Daging Sapi, dan Telur Ayam
34 35 35
vi
Grafik 3.11 Pergerakan Harga Bumbu-bumbuan 36 Grafik 3.12 Indeks Survei Konsumen 36 Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Terkini Ternate 37 4
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara 42 Grafik 4.2 Perkembangan Pengeluaran Untuk Konsumsi dan Penghasilan
Saat Ini 43
Grafik 4.3 Ekspektasi Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan Mendatang
44
Grafik 4.4 Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga dan Proyeksi Inflasi di Maluku Utara
44
Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga di Maluku Utara 44 Grafik 4.6 Pangsa DPK Perseorangan dan Bukan Perseorangan di Maluku
Utara 45
Grafik 4.7 Komposisi DPK Perseorangan di Maluku Utara 45 Grafik 4.8 Pangsa Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis Penggunaan 46 Grafik 4.9 Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan 47 Grafik 4.10 NPL Kredit Korporasi 47 Grafik 4.11 NPL Kredit Korporasi per Kategori Debitur 47 Grafik 4.12 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 49 Grafik 4.13 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 50 Grafik 4.14 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 51 Grafik 4.15 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 51 Grafik 4.16 Perkembangan Perbankan Syariah 52 5 Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai di Maluku Utara 56 Grafik Grafik Grafik Grafik
5.2 5.3 5.4 5.5
Perkembangan Pemusnahan UTLE di Maluku Utara Perkembangan Kliring di Maluku Utara Perkembangan RTGS di Maluku Utara Perkembangan Agen LKD dan Uang Elektronik di Maluku Utara
58 59 60 61
6
Grafik 6.1 Perkembangan TPT dan TPAK Maluku Utara 64 Grafik 6.2 Jumlah Tenaga Kerja pada Lapangan Pekerjaan Utama di Maluku
Utara (ribu jiwa) 65
Grafik 6.3 Perkembangan NTP Maluku Utara 67 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.10
NTP per Subsektor di Maluku Utara Jumlah Penduduk Miskin Desa dan Kota Persentase Jumlah Penduduk Miskin Desa dan Kota Garis Kemiskinan Makanan dan Non Makan Desa dan Kota Indeks Kebahagiaan Penduduk Menurut Provinsi 2017 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Maluku Utara Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Maluku Utara
67 69 69 69 71 73 73
7
Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 76
vii
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA
A. Inflasi dan PDRB
Tw.4 % yoy Tw.1 % yoy Tw.2 % yoy Tw.3 % yoy Tw.4 % yoy Tw.1 % yoyIndeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 130,27 130,72 133,49 131,86 132,84 135,84
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 1,91 2,41 3,92 1,60 1,97 3,54
PDRB - harga konstan (miliar Rp) 5560,01 6,53 5570,57 7,61 5714,58 6,99 5904,26 7,76 6021,46 8,30 6015,18 7,98
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1252,34 7,66 1270,32 6,65 1280,63 3,79 1284,37 1,41 1265,06 1,02 1296,26 2,04
Pertambangan dan Penggalian 530,49 7,60 545,76 11,58 551,92 14,02 573,24 10,28 579,70 9,28 626,39 14,77
Industri Pengolahan 320,00 16,90 344,21 14,09 378,06 24,01 472,23 41,50 470,74 47,11 450,88 30,99
Pengadaan Listrik dan Gas 5,81 3,29 5,93 4,11 6,38 4,49 6,30 9,80 6,47 11,38 6,13 3,30 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,01 3,09 5,08 6,52 5,27 6,05 5,32 8,47 5,38 7,40 5,28 4,12
Konstruksi 378,02 6,03 371,78 6,75 377,86 6,99 388,65 8,78 416,87 10,28 402,84 8,36 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 997,15 7,61 1011,96 7,15 1039,35 7,01 1057,51 5,37 1060,70 6,37 1075,61 6,29
Transportasi dan Pergudangan 322,72 10,07 325,62 9,58 334,35 8,37 343,19 6,81 346,66 7,42 352,55 8,27
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 25,46 9,12 26,63 8,35 26,53 9,78 27,41 9,97 28,19 10,73 28,38 6,59
Informasi dan Komunikasi 246,75 8,30 248,02 5,06 253,96 7,87 261,34 6,30 265,03 7,41 266,02 7,26
Jasa Keuangan dan Asuransi 175,84 11,21 170,38 5,69 174,32 3,96 175,92 5,48 186,34 5,97 186,86 9,67
Real Estate 6,60 4,97 6,80 7,41 6,95 8,53 7,05 8,15 7,17 8,64 7,31 7,48
Jasa Perusahaan 18,78 5,17 18,91 5,15 19,48 6,96 20,01 6,72 20,23 7,70 20,32 7,46 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 914,57 -1,01 864,20 6,19 897,42 2,16 907,51 7,18 976,81 6,81 908,05 5,07
Jasa Pendidikan 193,34 3,31 190,18 6,02 192,55 5,68 199,68 4,51 205,62 6,35 201,02 5,70
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 120,67 5,12 118,45 7,15 121,73 4,53 125,07 4,90 130,61 8,24 131,02 10,61
Jasa lainnya 46,47 7,13 46,33 3,98 47,81 5,97 49,47 7,19 49,87 7,33 50,25 8,46
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 14,82 405,78 31,51 356,83 12,75 8.395,88 84,18 534,71 103,03 595,26 116,00 268,09
Volume Ekspor Nonmigas (ton) 15,52 178,21 27,87 147,70 331,13 3.255.842,52 786,59 4.005,87 1.341,22 8.539,70 2.041,81 7.226,98
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 34,95 25,71 11,13 (84,15) 10,03 (84,47) 54,83 (23,99) 58,52 67,47 58,50 425,39
Volume Impor Nonmigas (ton) 57,63 33,52 18,43 (83,53) 38,70 (31,17) 148,75 (10,15) 73,62 27,75 96,69 424,66
20182017INDIKATOR
2016
viii
B. Perbankan
C. Sistem Pembayaran
Tw.4 % yoy Tw.1 % yoy Tw.2 % yoy Tw.3 % yoy Tw.4 % yoy Tw.I % yoyPERBANKAN
Bank Umum:
Total Aset (Rp miliar) 8.461,06 4,20 8.452,56 4,63 8.847,96 7,22 9.000,00 9,43 9.874,81 16,71 9.805,44 16,01
DPK (Rp miliar) 6.306,79 1,24 6.346,12 (2,39) 6.716,27 3,14 6.712,42 7,43 6.826,72 8,24 6.860,07 8,10
- Tabungan 3.774,69 0,87 3.569,27 4,20 3.793,45 6,23 3.713,89 5,15 4.288,44 13,61 3.935,40 10,26
- Giro 989,57 (19,07) 1.323,88 (20,82) 1.429,33 (8,12) 1.529,88 10,57 911,51 (7,89) 1.479,51 11,76
- Deposito 1.542,53 21,99 1.452,96 3,48 1.493,49 7,82 1.468,65 10,20 1.626,77 5,46 1.445,16 (0,54)
Kredit (Rp miliar) 6.405,98 12,67 6.687,33 14,64 6.812,60 11,77 6.853,65 10,59 7.534,01 17,61 7.711,31 15,31
- Modal Kerja 1.663,31 12,91 1.737,46 16,34 1.768,34 9,51 1.768,12 7,02 1.998,00 20,12 1.985,99 14,30
- Konsumsi 4.286,91 14,68 4.467,70 15,53 4.632,96 15,73 4.686,69 15,03 5.134,50 19,77 5.329,94 19,30
- Investasi 455,77 (3,97) 482,17 2,05 411,31 (13,76) 398,84 (15,33) 401,50 (11,91) 395,38 (18,00)
LDR 101,57 105,38 101,43 102,10 110,36 112,41
Kredit UMKM (Rp miliar) 1.751,19 8,47 1.742,49 8,94 1.784,14 4,08 1.768,37 1,37 1.995,54 13,95 1.848,74 6,10
Kredit Mikro (Rp miliar) 491,42 17,65 883,49 90,80 512,77 3,21 483,94 (2,10) 517,34 5,28 527,41 (40,30)
Kredit Kecil (Rp miliar) 872,92 9,96 376,74 (52,23) 889,16 7,62 888,43 4,86 915,77 4,91 948,47 151,76
Kredit Menengah (Rp miliar) 386,85 (4,00) 358,29 3,02 382,21 (2,30) 396,00 (1,71) 562,43 45,39 372,85 4,07
NPL 1,66 1,77 1,91 2,00 1,56 1,77
2018INDIKATOR
2016 2017
Tw.4 % yoy Tw.1 % yoy Tw.2 % yoy Tw.3 % yoy Tw.4 % yoy Tw.I % yoySISTEM PEMBAYARAN
Inflow (Rp miliar) 237,28 90,39 292,94 -16,72 248,94 33,04 350,74 -27,92 196,48 -17,20 544,88 86,01
Outflow (Rp miliar) 737,04 -12,51 195,68 21,60 1017,51 13,59 353,93 -22,46 1078,74 46,36 271,52 38,76
Volume Kliring (lembar) 18.904 268,36 18.625 258,86 16.806 225,70 18.060 286,23 22.344 18,20 16.492 -11,45
Nominal Kliring (Rp miliar) 768,34 189,75 670,09 157,27 705,47 186,63 724,08 196,16 838,87 9,18 638,85 -4,66
Cek/BG Kosong (lembar) 44 41,94 40 73,91 6 -83,33 41 28,13 55 25,00 34 -15,00
2018INDIKATOR
2016 2017
ix
Ringkasan Eksekutif Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Ekonomi Maluku Utara pada triwulan I 2018 tumbuh melambat dibanding
triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 7,98% (yoy),
tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 8,30% (yoy). Dari sisi
permintaan, moderasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 didorong oleh melambatnya
konsumsi yang berasal dari rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga, dana
pemerintah dan kegiatan investasi di Maluku Utara yang lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang merupakan periode akhir tahun dan libur panjang. Sementara dari sisi
penawaran, penurunan kinerja beberapa lapangan usaha utama yakni lapangan usaha
industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, lapangan usaha
konstruksi, dan lapangan usaha administrasi pemerintah juga melambat pada triwulan I 2018.
Perlambatan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan terutama
disebabkan proses konsolidasi sektor industri pengolahan terkait fasilitas pengolahan dan
pemurnian bijih nikel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara pada tahun
2017.
Menapaki triwulan II 2018, perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan
mengalami akselerasi dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian Maluku
Utara diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,93% - 8,33% (yoy). Lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran diperkirakan juga mengalami akselerasi pertumbuhan yang
disebabkan oleh masuknya momen ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Lapangan usaha yang
diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada triwulan II 2018 diantaranya
adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, perdagangan dan transportasi.
Lapangan usaha pertanian diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan I 2018
seiring dengan kuatnya dorongan pemerintah terhadap kemandirian pangan khususnya sayur
mayur dan barito didukung dengan kondisi cuaca yang diperkirakan lebih baik (curah hujan
yang lebih sedikit) pada akhir triwulan II 2018. Sementara itu, dari hasil survei liaison diperoleh
informasi bahwa cengkih dan pala yang merupakan komoditas perkebunan utama Maluku
Utara akan memasuki masa panen tertinggi sepanjang tahun pada triwulan II 2018. Dengan
mempertimbangkan kondisi terkini serta proyeksi triwulan II 2018 tersebut,
pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2018 diperkirakan berada pada kisaran 7,06 –
7,46% (yoy).
x
Keuangan Pemerintah
Hingga triwulan I 2018, realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi
Maluku Utara sebesar Rp512,72 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 6,70% (yoy)
dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada APBD 2018, terdapat penurunan target
anggaran pendapatan, yang terbesar berasala dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
sebesar 74,01% yang disebabkan turunnya pendapatan hibah.
Dari sisi pengeluaran, belanja APBD hingga triwulan I 2018 terealisasi sebesar
Rp340,34 miliar atau 14,64% dari nilai belanja yang dianggarkan. Realisasi ini lebih besar
dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya terealisasi 12,01%. Secara umum,
realisasi belanja APBD pada triwulan I 2018 mengalami peningksatan sebesar 6,94% (yoy).
Inflasi Daerah Inflasi Maluku Utara, yang diwakili oleh inflasi Kota Ternate, pada triwulan I 2018
tercatat sebesar 3,28% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan IV
2017 sebesar 1,97% (yoy). Perkembangan disagregasi inflasi triwulan I 2018 secara tahunan
(yoy), kelompok core inflation dan volatile food mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
IV 2017, sedangkan untuk kelompok administered prices mengalami sedikit penurunan.
Sementara itu, dibandingkan dengan rata-rata disagregasi inflasi 3 (tiga) tahun terakhir, hanya
inflasi kelompok administered prices yang realisasinya lebih tinggi dari triwulan I 2018
Inflasi pada triwulan II 2018 diperkirakan mengalami sedikit penurunan tekanan
sebagai efek terjaganya pasokan bahan pangan strategis. Hal tersebut tidak terlepas dari
peranan TPID kota Ternate dan satgas pangan terutama menjelang hari raya Idul Fitri.
Beberapa program pengendalian inflasi yang dilakukan antara lain adalah peningkatan
koordinasi dan roadshow TPID kota Ternate kebeberapa provinsi pada bulan April 2018 dalam
rangka menjaga pasokan pangan kesentra konsumsi kota Ternate. Dengan demikian, inflasi
akhir triwulan II 2018 diperkirakan terjaga dan berada pada kisaran 2,82% - 3,22% (yoy).
Analisis Stabilitas Keuangan Daerah Secara umum, Risiko kredit rumah tangga di triwulan I 2018 tercatat mengalami
peningkatan, meskipun demikian masih berada dibawah threshold yang ditetapkan.
Secara umum, ketahanan sektor rumah tangga masih terjaga.
xi
Pada triwulan I 2018, perekonomian Maluku Utara pada sisi pengeluaran, secara
konsisten masih didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga, dengan pangsa lebih dari 50%.
Namun demikian pangsa tersebut terus menunjukkan penurunan seiring peningkatan peranan
dari investasi swasta dan konsumsi pemerintah. Pada triwulan I 2018 pangsa konsumsi
rumah tangga tercatat sebesar 55,75% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 55,95%.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sejalan dengan pola historisnya, aliran uang kartal antara Bank Indonesia
dengan perbankan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I 2018 mengalami net inflow.
Aliran uang kartal menunjukkan peningkatan yang signifikan pada net inflow dibandingkan
triwulan sebelumnya. Posisi net inflow meningkat signifikan mencapai 181,06% (yoy), kondisi
ini berbanding terbalik dengan kondisi triwulan sebelumnya yang net outflow sebesar
Rp882,26 miliar. Pada triwulan I 2018 aliran uang keluar (outflow) tercatat sebesar Rp271,52
miliar, sementara aliran uang masuk (inflow) sebesar Rp544,88 miliar lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang sebesar Rp196,48 miliar. Peningkatan net inflow tersebut menunjukkan
adanya penurunan kebutuhan uang kartal oleh masyarakat dibandingkan triwulan
sebelumnya imbas berakhirnya musim liburan akhir tahun 2017.
Penggunaan sistem pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) pada triwulan I 2018 tumbuh melambat secara nominal maupun volume.
Secara nominal perputaran kliring mencapai Rp638,84 miliar, terkontraksi secara signifikan
sebesar -4,66% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,18% (yoy).
Pertumbuhan transaksi nontunai dengan layanan jasa RTGS triwulan I 2018 mengalami
penurunan secara jumlah transaksi maupun secara nominal. Perlambatan ini sejalan dengan
menurunnya kinerja keuangan dan kondisi korporasi dibeberapa sektor yang berdampak
dengan menurunnya kebutuhan akan layanan transaksi nontunai high value.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku Utara pada Februari 2018
tercatat sebesar 4,65%, lebih rendah dibanding Agustus 2017 dan Februari 2017 yang
masing-masing sebesar 5,33% dan 4,82%. Penurunan TPT tersebut diikuti oleh kenaikan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada periode yang sama.
xii
Sementara itu, Kesejahteraan masyarakat di area pedesaan terpantau
menunjukkan sedikit penurunan. Pada triwulan I 2018, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku
Utara tercatat sebesar 100,19, menurun dibanding triwulan IV 2017 yang tercatat
sebesar 101,73.
Disisi lain, Provinsi Maluku Utara masih tercatat sebagai provinsi dengan indeks
kebahagian tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia yakni sebesar
75,68, selanjutnya diikuti Maluku sebesar 73,77, dan Sulawesi Utara sebesar 73,69.
Prospek PerekonomianPerekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2018 diperkirakan mengalami
moderasi pertumbuhan dari triwulan berjalan dan berada pada kisaran 6,38% – 6,78%
(yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh penurunan
pada sektor konsumsi rumah tangga yang disebabkan pasca puncak konsumsi masyarakat
yang jatuh pada momen ramadhan dan hari raya idul fitri pada triwulan II 2018. Selain itu,
sektor ekspor LN juga diperkirakan akan melambat sejalan dengan menurunnya lapangan
usaha industri pengolahan akibat based effect aktivasi smelter fero-nickel di triwulan yang
sama di tahun 2017. Di lain sisi, perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut masih tertahan
oleh membaiknya konsumsi pemerintah dan PMTB seiring membaiknya iklim investasi di
Maluku Utara paska pelaksanaan Pilkada tingkat provinsi di tahun 2018.
Tekanan inflasi Maluku Utara pada triwulan III 2018 diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibanding inflasi triwulan berjalan yakni berada pada kisaran 3,42% (yoy)
– 3,82% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, kelompok volatile food pada triwulan III 2018
diperkirakan mengalami kenaikan yang signifikan. Sementara itu, untuk kelompok inflasi inti
dan kelompok administered prices diperkirakan mengalami peningkatan tekanan.
Peningkatan inflasi di triwulan mendatang, secara umum diperkirakan disebabkan oleh
sebagian besar wilayah Maluku Utara telah memasuki musim kemarau panjang sehingga
mempengaruhi musim panen sayur mayur dan barito. Dengan memperhatikan risiko-risiko
tersebut, inflasi pada 2018 diperkirakan mencapai 3,93% - 4,33% (yoy) atau masih
dalam rentang sasaran inflasi nasional.
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 7,98% (yoy),
tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 8,30% (yoy).
Dari sisi permintaan, sumber pertumbuhan Maluku Utara masih ditopang oleh
konsumsi masyarakat meskipun tumbuh melambat. Perlambatan terutama terjadi
pada sektor konsumsi rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga, dan
pemerintah yang disebabkan oleh penurunan konsumsi paska HBKN dan belum
selesainya pengadaan proyek pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor LN juga
mengalami perlambatan pada triwulan I 2018.
Sementara dari sisi penawaran, lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan,
konstruksi, dan administrasi pemerintahan juga tumbuh melambat pada triwulan I
2018. Namun demikian, beberapa lapangan usaha utama seperti pertanian dan
pertambangan menunjukkan akselerasi pertumbuhan pada periode yang sama.
Pertumbuhan yoy Triwulan I 2018
7,98%
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH
“Perekonomian Maluku Utara Masih Berpotensi Untuk Tumbuh Tinggi”
Pertumbuhan qtq Triwulan I 2018
- 0,10%
2
1.1 Kondisi Umum
Sesuai siklusnya, perekonomian Maluku Utara pada triwulan I 2018 tumbuh
melambat dibanding triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan
I 2018 tercatat sebesar 7,98% (yoy) berada diatas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional
sebesar 5,06% (yoy), meskipun melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,30%
(yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara pada triwulan I 2018 masih tercatat
sebagai pertumbuhan tertinggi kedua di Kawasan Timur Indonesia, setelah Papua yang
mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 28,93% (yoy). Dari sisi permintaan, moderasi
pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 didorong oleh melambatnya konsumsi yang berasal dari
rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga, dan pemerintah yang disebabkan oleh
penurunan konsumsi paska HBKN dan belum selesainya pengadaan proyek pemerintah. Selain
itu, kegiatan investasi (PMTB) di Maluku Utara yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
karena wait and see investor menjelang Pilkada 2018 dan menurunnya plafon belanja modal
APBD Provinsi Maluku Utara pada tahun 2018. Sementara dari sisi penawaran, penurunan
kinerja beberapa lapangan usaha utama yakni lapangan usaha industri pengolahan, lapangan
usaha perdagangan besar dan eceran, lapangan usaha konstruksi, dan lapangan usaha
administrasi pemerintah juga melambat pada triwulan I 2018. Perlambatan kinerja juga terjadi
pada lapangan usaha industri pengolahan terutama disebabkan oleh based effect akibat mulai
beroperasinya smelter feronikel di 2017.
Sementara itu, penurunan kinerja lapangan usaha perdagangan juga terjadi seiring
dengan turunnya konsumsi rumah tangga dan lembaga non profit rumah tangga paska HBKN
natal dan tahun baru pada triwulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan lapangan usaha
konstruksi juga terjadi terutama disebabkan oleh terlambatnya realisasi pembayaran proyek-
proyek pemerintah pada triwulan I 2018 yang disebabkan oleh mulainya masa Pilkada 2018.
Sebagaimana periode-periode sebelumnya, kinerja lapangan usaha konstruksi di Maluku Utara
sangat tergantung dari proyek-proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah.
Hal berbeda terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan di Maluku
Utara yang menjadi penopang pertumbuhan di Maluku Utara. Dukungan Pemda dan Dinas terkait
pada sektor ini mendorong melimpahnya pasokan yang juga menciptakan kestabilan harga serta
kemandirian pangan di Maluku Utara, menjadi faktor pendorong meningkatkannya produksi
pertanian khususnya bawang, rica/cabai, dan tomat (barito) serta sayur mayur yang mendorong
pertumbuhan pada lapangan usaha ini.
3
Menapaki triwulan II 2018, perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami
akselerasi dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian Maluku Utara
diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,93% - 8,33% (yoy). Ditinjau dari sisi penawaran,
lapangan usaha pertambangan diperkirakan akan mengalami ekspansi yang disebabkan oleh
membaiknya harga komoditas dunia khususnya harga nikel serta optimisme akan meningkatnya
permintaan nikel. Selain itu, hasil olahan feronikel juga telah menarik investor, khususnya dari
Tiongkok, untuk melakukan investasi pada industri pertambangan nikel yang berlokasi di Pulau
Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Bahkan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan Pulau Halmahera sebagai pusat pengembangan sumber
daya alam (SDA) berbasis energi bersih. Pulau Halmahera memiliki kekayaan SDA melimpah
baik pertambangan logam, perikanan, pertanian maupun potensi panas bumi. Lapangan usaha
industri pengolahan ini diperkirakan tetap tumbuh tinggi menyusul rencana pembangunan dan
beroperasinya beberapa smelter baru.
Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan juga mengalami akselerasi
pertumbuhan yang disebabkan oleh masuknya momen ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Lapangan usaha yang diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada triwulan
II 2018 diantaranya adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, perdagangan
dan transportasi. Lapangan usaha pertanian diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibanding
triwulan I 2018 seiring dengan kuatnya dorongan pemerintah terhadap kemandirian pangan
khususnya sayur mayur dan barito didukung dengan kondisi cuaca yang diperkirakan lebih baik
(curah hujan yang lebih sedikit) pada akhir triwulan II 2018. Sementara itu, dari hasil survei liaison
diperoleh informasi bahwa cengkih dan pala yang merupakan komoditas perkebunan utama
Maluku Utara akan memasuki masa panen tertinggi sepanjang tahun pada triwulan II 2018.
Selanjutnya, lapangan usaha industri pengolahan kemudian diperkirakan tetap tumbuh
tinggi, namun melambat yang disebabkan oleh mulai stabilnya produksi feronikel (akibat based
effect mulai beroperasinya smelter di 2017) dan belum terdapat penambahan kapasitas produksi
feronikel pada triwulan II 2018. Lapangan usaha kontruksi dan administrasi pemerintah akan
menahan laju pertumbuhan di triwulan II 2018 yang disebabkan oleh persiapan menjelang
pelaksanaan Pilkada 2018 dimana terdapat beberapa walikota dan bupati serta gubernur
incumbent yang ikut serta pada Pilkada gubernur 2018 di Maluku Utara.
4
Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Timur Indonesia Triwulan I 2018
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, pertumbuhan yang melambat juga terjadi pada konsumsi rumah
tangga, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga, konsumsi pemerintah daerah di Maluku utara
dan penurunan investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB).
Realisasi konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 tercatat tumbuh sebesar 4,97% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan IV 2018 sebesar 5,53% (yoy). Pada periode yang sama,
pertumbuhan konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga juga turun dari 11,20% (yoy) pada
triwulan IV 2017 menjadi 9,95% (yoy) pada triwulan I 2018. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh
melambat sebesar 2,72% (yoy) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 16,34% (yoy). Pertumbuhan PMTB juga tercatat mengalami penurunan dari 26,69%
(yoy) menjadi 9,16% (yoy).
PROVINSI TV IV 2017 TW I 2018 PROVINSI TV IV 2017 TW I 2018
Papua 4,78 28,93 Kalimantan Utara 7,04 5,56
Maluku Utara 8,30 7,98 Maluku 5,11 5,25
Sulawesi Selatan 7,78 7,41 NTT 5,29 5,19
Sulawesi Utara 6,53 6,68 Kalimantan Barat 5,80 5,11
Sulawesi Tengah 9,15 6,62 Nasional 5,19 5,06Gorontalo 7,82 6,19 Kalimantan Selatan 4,46 5,01
Sulawesi Tenggara 6,12 5,76 Kalimantan Tengah 5,34 4,62
Papua Barat 6,32 5,69 Kalimantan Timur 1,61 1,77
Bali 4,01 5,68 NTB 0,58 (0,33)
Sulawesi Barat 6,63 5,65
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
5
Sementara itu, perdagangan luar negeri Maluku Utara belum menunjukkan kinerja yang
memuaskan pada triwulan I 2018. Pada Tabel 1.1 dapat terlihat bahwa ekspor LN menjadi
komponen dengan andil pertumbuhan yang paling besar di triwulan I 2018, yakni sebesar 15,69%
(yoy). Ekspor bijih nikel dan feronikel serta konsentratnya masih berpeluang menjadi pendorong
pertumbuhan kinerja ekspor LN di Maluku Utara. Di sisi lain, impor LN tercatat mengalami
peningkatan, dari 59,73% (yoy) di triwulan IV 2017 menjadi 360,51% (yoy) di triwulan I 2018. Hal
ini disebakan oleh meningkatnya impor mesin dan alat berat penunjang pertambangan oleh
perusahaan Tiongkok karena adanya rencana ekspansi lapangan usaha pertambangan di
Maluku Utara. Andil pertumbuhan terbesar lainnya berasal dari konsumsi rumah tangga yang
tercatat sebesar 2,83% (yoy) dan konsumsi pemerintah dengan andil sebesar 2,52% (yoy).
Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan
Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan pada triwulan I 2018 relatif tidak
berubah dibanding dengan periode-periode sebelumnya. Struktur perekonomian masih
didominasi oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga ataupun konsumsi pemerintah.
Sementara itu pangsa komponen investasi (PMTB) yang sebesar 27,24%, tidak banyak berubah
dari pangsanya pada triwulan IV 2017 yang sebesar 29,42%.
Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan I 2018
Tw IV 2017 Tw I 2018 Tw IV 2017 Tw I 2018Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,53 4,97 3,13 2,83
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11,20 9,95 0,13 0,12 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 16,34 2,72 5,78 0,74 Pembentukan Modal Tetap Bruto 26,69 9,16 8,41 2,52
Perubahan Inventori (2.794,89) (1.535,86) (2,26) 1,70 Ekspor Luar Negeri 663,70 171,95 20,81 15,69 Impor Luar Negeri 59,73 360,51 (4,17) (9,53)
Net Ekspor Antar Daerah 111,89 31,87 (23,54) (6,10)
P D R B 8,30 7,98
Komponen Pertumbuhan (%, yoy) Andil (%)
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
6
1.2.1 Konsumsi Masyarakat dan LNPRT
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 tercatat menurun, dari 5,53%
(yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 4,97% (yoy) pada triwulan I 2018 seiring berakhirnya momen
HKBN Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah
tangga (LNPRT) pada triwulan I 2018 tumbuh 9,95% (yoy) juga menunjukkan deselerasi dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,20% (yoy). Dengan kondisi pertumbuhan yang
demikian, konsumsi masyarakat memberikan andil sebesar 2,83% pada pertumbuhan ekonomi
Maluku Utara.
Grafik 1.2 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga
Grafik 1.3 Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini dibanding 6 Bulan Lalu
Penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 sejalan dengan
perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini dan dan Indeks Pengeluaran Konsumsi hasil Survei
Konsumen Bank Indonesia. Seperti dapat dilihat pada Grafik 1.3 diatas, Indeks Penghasilan Saat
ini dan Indeks Pengeluaran Konsumsi di Maluku Utara pada triwulan I 2018 masing-masing
sebesar 141,7 dan 135,0. Kedua indeks tersebut lebih rendah dibanding triwulan IV 2017 yang
masing-masing sebesar 146,7. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan data BPS Maluku
Utara, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 102,25 lebih
rendah dari triwulan IV 2017 yang tercatat sebesar 102,71 .Namun demikian, angka diatas 100
menunjukkan optimisme masyarakat masih terjaga.
Secara umum, penurunan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018 terutama
disebabkan paska puncak konsumsi masyarakat pada momen hari raya keagamaan Natal dan
libur tahun baru. Sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan Indeks Pembelian Barang Tahan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
7
Lama hasil SK Bank Indonesia, dapat dilihat bahwa masyarakat menilai periode akhir tahun
merupakan saat yang tepat untuk melakukan pembelian barang konsumsi tahan lama. Selain itu,
penurunan kinerja lapangan usaha administrasi pemerintah serta tertahannya tunjangan pada
triwulan I 2018 juga berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat Maluku Utara yang
sebagian besar bekerja sebagai PNS yang akhirnya mendorong penurunan konsumsi
masyarakat. Di sisi lain, penurunan pertumbuhan dari konsumsi LNPRT, dari 11,20% (yoy) pada
triwulan IV 2017 menjadi 9,95% (yoy) pada triwulan I 2018.
Pada periode triwulan II 2018, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan mengalami
akselerasi yang didorong oleh tingginya konsumsi masyarakat di Maluku Utara menjelang bulan
ramadhan dan hari raya idul fitri.
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah
Pertumbuhan pada sektor konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018 tercatat mengalami
penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Pengeluaran konsumsi pemerintah tercatat sebesar
16,34% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 2,72% (yoy) pada triwulan I 2018, dan memberikan
andil pertumbuhan pada triwulan IV 2017 sebesar 0,74%. Hal tersebut sesuai siklusnya dimana
pada awal tahun program pemerintah belum banyak dilakukan serta merupakan konsekuensi dari
perubahan APBD 2018 dimana terjadi penurunan anggaran belanja pemerintah, terutama
Belanja Modal dan Belanja Tak Terduga.
Sebagaimana pola realisasi belanja pemerintah yang telah melewati puncak konsumsi
pemerintah pada triwulan IV 2017. Kondisi ini juga tercermin dari menurunnya kinerja di lapangan
usaha konstruksi di Maluku Utara pada periode yang sama. Seperti dijelaskan sebelumnya,
proyek-proyek pemerintah mendominasi proyek yang dikerjakan oleh pelaku usaha di lapangan
usaha konstruksi.
Untuk periode triwulan II 2018, konsumsi pemerintah diperkirakan akan kembali
mengalami perlambatan seiring perubahan APBD dan memasuki momen Pilkada 2018 baik di
tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
1.2.3 Kegiatan Ekspor – Impor
Komponen ekspor LN dalam perekonomian (PDRB) Maluku Utara triwulan I 2018 tercatat
mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekspor pada triwulan I 2018 tercatat sebesar 171,95%
(yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan IV 2018 yang sebesar 663,70% (yoy). Penurunan
kinerja ekspor LN tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya ekspor feronikel pada triwulan
8
I 2018 akibat proses konsolidasi seiring pembangunan beberapa smelter di Maluku Utara. Namun
demikian, di masa mendatang produksi nikel ataupun feronikel di Maluku Utara diperkirakan akan
kembali meningkat seiring dengan adanya rencana peningkatan kapasitas oleh beberapa
perusahaan tambang ataupun perusahaan smelter nikel. Berdasarkan informasi dari Inspektur
Tambang di Provinsi Maluku Utara, beberapa perusahaan tersebut telah selesai melakukan
pengurusan izin untuk peningkatan kapasitas perusahaan dan pengembangannya akan
ditindaklanjuti sesuai keputusan dari para investor atau high level management di perusahaan.
Di lain sisi, impor LN Maluku Utara tercatat meningkat tinggi sebesar 360,51 % (yoy) pada
periode yang sama, lebih tinggi dibanding periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
59,73% (yoy). Berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara, komoditas impor LN didominasi
oleh barang modal seperti mesin-mesin dan peralatan listrik dalam rangka ekspansi pada
lapangan usaha pertambangan.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Volume Ekspor LN Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Ekspor LN
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.6 Perkembangan Volume Impor LN Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Impor LN
Dari sisi perdagangan antar daerah, ekspor antar provinsi dari provinsi Maluku Utara
mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,10% (yoy) pada triwulan I 2018, mengalami akselerasi dari
9
triwulan IV 2017 yang tumbuh sebesar 2,86% (yoy) (Grafik 1.8). Akselerasi ini terjadi seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan hasil produksi lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan di Maluku Utara, mengingat komoditas yang diekspor keluar provinsi Maluku Utara
utamanya adalah komoditas hasil perkebunan dan perikanan seperti cengkih, pala, dan kelapa,
serta ikan tuna dan cakalang. Berdasarkan hasil liaison dengan asosiasi pedagang barito, pada
triwulan I 2018 terdapat excess supply dari cabai rawit karena pasokan yang melimpah di Maluku
Utara sehingga dalam rangka menjaga harga cabai rawit perlu diekspor ke Sumatera (Padang)
dan Jawa.
Di sisi lain, impor antar provinsi Maluku Utara mencatatkan perlambatan sebesar 9,21%
(yoy) pada triwulan I 2018, lebih rendah dibanding triwulan IV 2017 yang sebesar 24,53% (yoy)
(Grafik 1.9). Penurunan tersebut terutama didorong oleh terjaganya pasokan di Maluku Utara
paska puncak konsumsi pada HBKN Natal dan tahun baru di triwulan IV 2018. Kebutuhan
masyarakat Maluku Utara akan barang-barang kebutuhan rumah tangga mengalami penurunan
pada triwulan I 2018 sebagaimana diindikasikan oleh penurunan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga.
Dengan demikian, secara umum neraca perdagangan Maluku Utara tercatat mengalami
net-import antar daerah. Net-import antar daerah Maluku Utara pada triwulan I 2018 tercatat
sebesar Rp1,40 triliun, menurun 44% dari triwulan IV 2017 yang sebesar Rp 2,48 triliun.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.8 Perkembangan Ekspor Antar Provinsi
Maluku Utara Grafik 1.9 Perkembangan Impor Antar Provinsi
Maluku Utara
Tingginya ketergantungan pasokan barang dari luar daerah terutama pada momen-
momen menjelang hari raya keagamaan dan liburan nasional perlu diantisipasi oleh pemerintah
daerah dan stakeholders terkait lainnya. Koordinasi pemerintah daerah dan stakeholders melalui
10
pelaksanaan program-program TPID seperti program-program pengendalian harga dan
peningkatan produksi pangan daerah di setiap kabupaten/kota di Maluku Utara diharapkan dapat
mendorong ketersediaan pasokan bahan pangan strategis dengan harga yang terjangkau.
Pada triwulan mendatang, ekspor LN diperkirakan akan kembali mengalami perlambatan
yang disebabkan based effect ekspor nikel dan feronikel yang tinggi di tahun 2017 dan cenderung
stabilnya ekspor nikel dan feronikel di tahun berjalan. Sementara itu, impor LN juga diperkirakan
mengalami perlambatan yang disebabkan oleh belum terdapatnya peningkatan kebutuhan impor
bahan baku pendukung untuk proses smelter feronikel. Hal ini disebabkan oleh belum
terdapatnya peningkatan produksi dan penambahan smelter feronikel tersebut di triwulan II 2018.
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan perekonomian Maluku Utara pada
triwulan I 2018 terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan lapangan usaha industri
pengolahan, perdagangan, konstruksi, administrasi pemerintah, dan beberapa lapangan usaha
lainnya seperti pengadaan listrik, informasi dan komunikasi, penyediaan akomodasi dan makan
minum, dan real estate. Dari lapangan-lapangan usaha yang menunjukkan perlambatan kinerja
pada triwulan I 2018 tersebut, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan mengalami
perlambatan paling signifikan yaitu tercatat sebesar 31,00% (yoy) melambat dibanding puncak
pertumbuhan lapangan usaha ini pada triwulan IV 2017 yang sebesar 47,11% (yoy). Hal ini
disebabkan oleh based effect akibat mulai beroperasinya smelter feronikel di 2017.
Selanjutnya lapangan usaha perdagangan menunjukkan moderasi pertumbuhan sebesar
6,29% (yoy) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan IV 2017 yang
sebesar 6,37% (yoy). Lapangan usaha konstruksi melambat dari 10,28% (yoy) pada triwulan IV
2017 menjadi 8,36% (yoy) pada triwulan I 2018. Pada periode yang sama pertumbuhan lapangan
usaha administrasi pemerintah juga mengalami penurunan dari 6,81% (yoy) menjadi 5,07% (yoy).
Sementara itu, penurunan juga terjadi pada beberapa lapangan usaha lainnya sebagaimana
pada Tabel 1.2.
Meskipun menunjukkan perlambatan pertumbuhan tahunan yang cukup signifikan,
lapangan usaha industri pengolahan kembali menjadi penyumbang andil pertumbuhan tertinggi
di Maluku Utara. Pada triwulan I 2018, andil lapangan usaha industri pengolahan terhadap
pertumbuhan di Maluku Utara sebesar 1,91%, turun dibanding triwulan IV 2017 yang sebesar
2,70%. Andil pertumbuhan terbesar kedua adalah dari lapangan usaha pertambangan, yaitu
11
sebesar 1,45% pada triwulan I 2018 dan lapangan usaha perdagangan kemudian menjadi
penyumbang andil pertumbuhan terbesar ketiga, yaitu sebesar 1,14% pada triwulan I 2018.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Grafik 1.10 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan I 2018
Tw IV 2017 Tw I 20181 Pertanian 1,02 2,04 2 Pertambangan 9,28 14,77 3 Industri Pengolahan 47,11 30,99 4 Listrik & Gas 11,38 3,30 5 Pengadaan Air & Sanitasi 7,40 4,12 6 Konstruksi 10,28 8,36 7 Perdagangan 6,37 6,29 8 Transportasi 7,42 8,27 9 Akomodasi & Restoran 10,73 6,59
10 Informasi 7,41 7,26 11 Jasa Keuangan 5,97 9,67 12 Real Estate 8,64 7,48 13 Jasa Perusahaan 7,70 7,46 14 Administrasi Pemerintahan 6,81 5,07 15 Jasa Pendidikan 6,35 5,70 16 Jasa Kesehatan 8,24 10,61 17 Jasa lainnya 7,33 8,46
8,30 7,98
Lapangan UsahaNo
PDRB
Growth (%, yoy)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
12
Grafik 1.11 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Grafik 1.12 Struktur PDRB Sisi Penawaran
Secara umum, struktur perekonomian Maluku Utara pada triwulan I 2018 tidak banyak
mengalami perubahan dibanding periode-periode sebelumnya. Sebagaimana ditampilkan pada
Grafik 1.12, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan masih mendominasi dengan
pangsa sebesar 23,39% dari total PDRB. Disusul oleh lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran dengan pangsa sebesar 17,28% dari total PDRB. Sementara itu, lapangan usaha
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber: SKDU, diolah
13
administrasi pemerintahan memiliki pangsa sebesar 14,89%. Lapangan usaha pertambangan
memiliki pangsa sebesar 10,60%.
1.3.1 Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Pada triwulan I 2018, penurunan kinerja lapangan usaha industri pengolahan menjadi
penyebab utama perlambatan perekonomian di Maluku Utara. Lapangan usaha industri
pengolahan tercatat tumbuh sebesar 31,00% (yoy), menurun signifikan dibanding triwulan
sebelumnya yang sebesar 47,11% (yoy). Seiring dengan perlambatan pertumbuhan tersebut,
andil pertumbuhan ekonomi dari lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan I 2018
tercatat sebesar 1,91%, lebih rendah dari andilnya pada triwulan IV 2017 yang sebesar 2,80%.
Penurunan kinerja tersebut sesuai perkiraan, terjadi seiring dengan adanya proses konsolidasi
produksi dan ekspor feronikel dari perusahaan-perusahaan di Pulau Obi dan Pulau Gebe ke
Tiongkok. Seperti ditampilkan pada Grafik 1.13 dan Grafik 1.14, ekspor Feronikel dari Maluku
Utara menunjukkan penurunan baik dari sisi volume ataupun dari nilainya.
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor
Feronikel dan Bijih Nikel
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor Feronikel
dan Bijih Nikel
Penurunan kinerja lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan berlanjut pada
triwulan II 2018. Terlambatnya penambahan kapasitas produksi dan smelter mempengaruhi
produksi dan ekspor feronikel ke Tiongkok akibat dari kondisi wait and see investor Tiongkok
terhadap kondisi politik dan ekonomi Maluku Utara menjelang dan paska Pilkada 2018.
Sementara itu, terdapat bias positif pada triwulan mendatang apabila kondisi perizinan yang
kondusif dan diakui tidak terdapat hambatan yang signifikan pada perizinan. Selain itu, optimisme
investor akan meningkatnya permintaan feronikel dari Tiongkok dan harga komoditas nikel di
pasar global yang diperkirakan stabil dan cenderung meningkat juga akan menjadi faktor utama
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
14
peningkatan kinerja perusahaan di industri pengolahan ini. Selain itu adanya rencana
pembangunan smelter dari perusahaan BUMN di Indonesia yang diharapkan selesai masa
konstruksi pada tahun 2018 dan akan memasuki proses produksi pada akhir tahun 2018
diperkirakan akan mendorong produksi nikel dan feronikel secara signifikan.
Sumber: BPS Maluku Utara, diolah
Grafik 1.15 Perkembangan Produksi Industri di Maluku Utara
Sementara itu, masih tingginya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan
ditopang oleh industri besar sedang di Maluku Utara. Pada Grafik 1.15, dapat dilihat bahwa
pertumbuhan produksi industri besar dan sedang di Maluku Utara masih menunjukkan
peningkatan dari 5,39%(yoy) di triwulan IV 2017 menjadi 6,35% (yoy) di triwulan I 2018.
Sementara di sisi lain, produksi pada industri mikro dan kecil menunjukkan peningkatan
pertumbuhan, dari 25,83% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 41,26% (yoy) pada triwulan I
2018.
1.3.2 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran
Setelah sebelumnya mencatatkan percepatan pertumbuhan pada triwulan IV 2017,
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran menunjukkan deselerasi pertumbuhan pada
triwulan I 2018. Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran tercatat tumbuh sebesar 6,29%
(yoy) pada triwulan I 2018, sedikit lebih rendah dibanding triwulan IV 2017 yang sebesar 6,37%
(yoy). Penurunan kinerja pada lapangan usaha ini tidak dapat dipisahkan dari perlambatan
konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah pada periode yang sama.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penurunan konsumsi rumah tangga terjadi akibat
normalisasi dari puncak konsumsi pasca hari raya Natal dan libur tahun baru di triwulan IV 2017.
Dapat dilihat pada Grafik 1.16, hasil survei Konsumen oleh Bank Indonesia menunjukan bahwa
Indeks Pengeluaran Konsumsi Barang Tahan Lama mengalami penurunan pada triwulan I 2018
15
dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan beberapa indikator BPS seperti
pertumbuhan konsumsi pakaian & alas kaki dan perumahan & perlengakapan RT yang juga
mengalami penurunan signifikan pada triwulan I 2018.
Sumber: BPS Maluku Utar, dan Survei Konsumen, diolah
Grafik 1.16 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga
Pada triwulan mendatang, pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
diperkirakan akan mengalami akselerasi yang disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyakat
di Maluku Utara selama bulan ramadhan dan hari raya idul fitri.
1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi
Lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh sebesar 8,36% (yoy) pada triwulan I 2018,
lebih rendah dibanding triwulan IV 2017 yang sebesar 10,28% (yoy). Karakteristik dari
perusahaan di lapangan usaha konstruksi di Maluku Utara yang pangsa utama penjualannya
adalah dari sektor pemerintah, membuat kinerja lapangan usaha konstruksi sangat terkait dengan
sisi konsumsi pemerintah. Penurunan kinerja lapangan usaha ini pada triwulan I 2018 terutama
dipengaruhi oleh siklus pembayaran proyek-proyek pemerintah yang umumnya dilakukan pada
semester I dan II setiap tahunnya. Selain itu, berdasarkan data dari BCI jumlah proyek pemerintah
ataupun swasta yang masih berlangsung pada triwulan I 2018 lebih rendah dibanding triwulan IV
2017. Dengan demikian, meskipun penjualan semen di Maluku Utara pada triwulan I 2018 lebih
tinggi daripada triwulan IV 2017, namun kinerja lapangan usaha konstruksi sedikit mengalami
perlambatan seiring dengan menurunnya jumlah proyek yang dikerjakan.
16
Sumber: BPS Maluku Utara, diolah Sumber: BCI, diolah
Grafik 1.17 Volume Pengadaan Semen Maluku Utara
Grafik 1.18 Jumlah Proyek yang Tengah Berlangsung di Maluku Utara
Pada triwulan II 2018, pertumbuhan lapangan usaha konstruksi diperkirakan tetap positif
namun sedikit melambat dibanding triwulan I 2018. Landasan dari perkiraan perlambatan
pertumbuhan lapangan usaha konstruksi di triwulan II 2018 terlihat pada melambatnya jumlah
proyek di Maluku Utara pada triwulan I 2018 (Grafik 1.18). Selain itu, penurunan pos belanja
modal pemerintah Provinsi Maluku Utara dari Rp689,57 miliar di tahun 2017 menjadi Rp319,91
miliar di tahun 2018 terindikasi akan menjadi faktor melambatnya pertumbuhan kinerja lapangan
usaha konstruksi di triwulan II 2018. Kondisi ini terbilang wajar mengingat proyek-proyek yang
dikerjakan oleh perusahaan sebagian besar merupakan proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
1.3.4 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Sementara itu Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan masih menopang
pertumbuhan Maluku Utara dimana tercatat sebesar 2,04% (yoy) pada triwulan I 2018, lebih tinggi
dibanding triwulan IV 2017 yang sebesar 1,02% (yoy). Akselerasi tersebut dipengaruhi oleh
dorongan dari Pemda dan Dinas terkait dalam rangka mendukung pasokan dan kestabilan harga
menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri khusunya peningkatan produksi pertanian
seperti barito (bawang, rica dan tomat) dan komoditas sayur. Sementara dari sisi perikanan,
sebagaimana ditampilkan oleh data dari PPN Ternate pada Grafik 1.19, pertumbuhan volume
tangkapan ikan menunjukkan perbaikan, meski masih dalam range konstraksi. Pada triwulan I
2018 pertumbuhan volume tangkapan ikan tercatat mengalami kontraksi yaitu -2,66% (yoy), lebih
rendah dibanding kontraksi triwulan IV 2017 yang sebesar -2,85% (yoy). Hal ini juga sejalan
dengan arah hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I 2018 khususnya pada sektor
pertanian menunjukkan kenaikan yang positif (Grafik 1.20)
17
Grafik 1.19 Jumlah Tangkapan Ikan Grafik 1.20 SKDU Pertanian
Untuk periode triwulan II 2018, pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi yang disebabkan oleh meningkatnya
produksi pertanian khususnya barito dan komoditas sayur serta semakin membaiknya dorongan
dari pemda dan dinas terkait dalam rangka mendukung pasokan dan kestabilan harga menjelang
bulan ramadhan dan hari raya idul fitri. Selain itu, cengkih dan pala yang merupakan komoditas
utama perkebunan di Maluku Utara diperkirakan akan memasuki musim panen tertinggi terjadi
pada triwulan ini selama tahun berjalan.
Sumber: PPN Ternate, diolah Sumber: SKDU, diolah
19
Hingga triwulan I 2018, realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara
sebesar Rp512,72 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 6,70% (yoy) dari periode
yang sama tahun sebelumnya.
Sementara dari sisi pengeluaran, belanja APBD hingga triwulan I 2018 terealisasi
sebesar Rp340,34 miliar atau 14,64% dari nilai belanja yang dianggarkan. Realisasi ini
sedikit lebih besar dari periode yang sama tahun sebelumnya yang terealisasi 12,01%.
Baik plafon pendapatan dan belanja pada APBD Maluku Utara di tahun 2018 menurun
pada tahun 2018 dibanding 2017, dengan kontraksi masing-masing sebesar
13,13%(yoy) dan 7,57% (yoy).
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH
“Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada triwulan I 2018 menurun dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya”
Realisasi Pendapatan Triwulan I 2018
Rp512,72 miliar
Realisasi Belanja Triwulan I 2018
Rp340,04 miliar
20
2.1 Struktur APBD Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2018 adalah sebesar Rp2,48
triliun atau turun 13,13% dari anggaran pendapatan APBD 2017 sebesar Rp2,86 triliun. Begitu
juga dengan anggaran belanja Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2018 yang ditetapkan
sebesar Rp2,32 triliun, turun 7,57% dari anggaran belanja APBD 2017 sebesar Rp2,51 triliun.
DPRD Maluku Utara pada tanggal 12 Februari 2018 telah menetapkan APBD Provinsi Maluku
Utara tahun 2018 surplus sebesar Rp164 miliar. APBD tersebut mengalami penyesuaian dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 2.1 APBD Maluku Utara 2017 dan 2018
Pada APBD 2018, terdapat penurunan target anggaran pendapatan, yang terbesar
berasal dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 74,01% yang disebabkan turunnya
pendapatan hibah. Selain itu Pendapatan Asli Daerah juga ditargetkan turun sebesar 45,87%
yang berasal dari turunnya target Hasil Retribusi daerah dan Pendapatan Pajak Daerah yang
masing-masing sebesar 96,37% dan 33,14%.
Target Pendapatan Transfer ditargetkan meningkat sebesar 10,22%. Pendapatan transfer
merupakan pedapatan yang didapatkan dari pemerintah pusat dalam rangka perimbangan
keuangan yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Transfer
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka desentralisasi ini juga disebut
dana perimbangan. Secara struktur, pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan
terbesar pemerintah Maluku Utara yaitu sebesar 84,51% pada APBD 2018 dengan pertumbuhan
sebesar 10,22%, meskipun demikian pada tahun 2018 ini Pemerintah Provinsi Maluku Utara tetap
berupaya meningkatkan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara mengoptimalkan
APBD 2017 APBD 20182.864.175.974.702 2.488.237.144.000 -13,13%
Pendapatan Asli Daerah 486.709.146.169 263.431.767.000 -45,87%Pendapatan Transfer 1.907.792.409.000 2.102.735.377.000 10,22%Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 469.674.419.533 122.070.000.000 -74,01%
2.514.666.239.392 2.324.246.144.000 -7,57%Belanja Operasi 1.697.025.239.158 1.862.748.778.679 9,77%Belanja Modal 689.577.436.442 319.918.128.168 -53,61%Belanja Tak Terduga 2.500.000.000 1.700.000.000 -32,00%Transfer 125.563.563.792 139.879.237.153 11,40%
Perubahan
Pendapatan
Belanja
UraianJumlah (Rp)
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Asset Daerah (BPKPAD) Provinsi Maluku Utara
21
penyerapan pajak melalui elektronifikasi transaksi, pengelolaan sisi retribusi, dan mendorong
pembayaran bagi hasil pertambangan yang selama ini tertunda, serta peningkatan pemasukan
dari sektor perikanan.
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2017 dan 2018
Pada anggaran belanja juga ditargetkan turun seiring dengan menurunnya anggaran
pendapatan. Penurunan terbesar terutama terjadi pada pertumbuhan belanja modal sebesar
53,61%. Belanja modal merupakan komponen belanja langsung dalam anggaran pemerintah
yang menghasilkan output berupa aset tetap. Penurunan nominal belanja modal mengindikasikan
pembangunan infrastruktur pada tahun 2018 lebih rendah dari tahun 2017. Namun seiring dengan
penurunan tersebut, terjadi kenaikan pada nominal belanja operasional utamanya karena
terdapat peningkatan cukup signifikan pada pos belanja hibah dan belanja barang dan jasa.
Diindikasikan peningkatan tersebut disebabkan karena adanya pengeluaran pemerintah daerah
terkait penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.
Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja mengalami perubahan yang cukup signifikan,
dimana pos belanja operasional meningkat pangsanya menjadi sebesar 80,14%, sementara
pertumbuhan pos belanja modal melambat sebesar 13,76%.
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
22
Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2017 dan 2018
2.2 Realisasi Pendapatan APBD
Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV 2017 tercatat
sebesar Rp512,72 miliar, turun sebesar 6,70% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada
tahun 2017. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan Pendapatan Asli Daerah dan Lain-
Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Penurunan pendapatan yang paling signifikan ialah
Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah dan Pendapatan Hibah dengan jumlah
penurunan lebih dari 85% (yoy).
Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Tiap Triwulan
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
23
Berdasarkan komponen pembentukannya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara berasal dari Dana Perimbangan yang realisasinya sebesar (Grafik 2.4).
Sementara realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan I 2018 masih sebesar 0,31%.
Masih terbatasnya sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Maluku Utara,
menyebabkan struktur APBD Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota di Maluku
Utara, khususnya di sisi pendapatan, masih didominasi oleh Dana Perimbangan dari Pemerintah
Pusat.
Grafik 2.4 Perbandingan Persentase Realisasi Pendapatan APBD Tahun 2017 dan Tahun 2018
Secara umum realisasi komponen pendapatan pada triwulan IV 2017 lebih rendah
dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya. Realisasi PAD hingga akhir triwulan I 2018
mencapai 0,31%, pencapaian tersebut jauh lebih rendah dari realisasi periode yang sama di
tahun 2017 yang terealisasi sebesar 10,72% (Grafik 2.4). Melambatnya pertumbuhan tersebut
disebabkan oleh seluruh komponen realisasi pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak terealisasi (tabel 2.2). Selain itu,
pemasukan dari retribusi daerah dan pendapatan asli daerah lain-nya yang sah juga terealisasi
masih cukup rendah.
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
24
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2018
2.3 Realisasi Belanja APBD Total realisasi belanja daerah pada triwulan I 2018 mencapai Rp340,34 miliar atau
terealisasi sebesar 14,64%. Realisasi ini lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun 2017 yang tercatat sebesar 12,01%. Pertumbuhan ini terjadi dikarenakan orientasi
yang berbeda salah satunya pada tahun 2018 merupakan tahun Pemilihan Kepada Daerah
sehingga dibutuhkan peningkatan atas realisasi anggaran belanja APBD triwulan I 2018. Selain
itu juga, realisasi belanja pemerintah mengejar keterlambatan realisasi triwulan sebelumnya.
Sehingga yang seharusnya direalisasi pada triwulan sebelumnya baru dapat direalisasi pada
periode triwulan I 2018.
Namun demikian, hingga akhir triwulan I 2018 pencapaian realisasi belanja modal hanya
sebesar 0,78%, lebih rendah dari periode yang sama tahun 2017 yang tercatat sebesar 12,81%.
Rendahnya belanja modal diakhir tahun ditengarai karena belum dieksekusinya pembayaran atas
pengadaan atau proyek fisik sehingga nanti diperkirakan akan dibayarkan pada triwulan
berikutnya dan juga dikarenakan pengesahan APBD yang mengalami keterlambatan, sehingga
bulan tersisa di triwulan I 2018 untuk melakukan belanja menjadi berkurang.
ANGGARAN PEMPROV MALUKU UTARA
REALISASI TRIWULAN I 2018(%)
REALISASI
PENDAPATAN Rp2,488,237,144,000.00 Rp512,728,510,406.60 20.61%
PENDAPATAN ASLI DAERAH Rp263,431,767,000.00 Rp811,665,495.60 0.31%Pendapatan Pajak Daerah Rp243,735,294,000.00 Rp0.00 0.00%Pendapatan Retribusi Daerah Rp2,408,000,000.00 Rp94,945,000.00 3.94%Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Rp871,595,000.00 Rp0.00 0.00%Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Rp16,416,878,000.00 Rp716,720,495.60 4.37%
PENDAPATAN TRANSFER Rp2,102,735,377,000.00 Rp509,461,214,450.00 24.23%Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Rp2,102,735,377,000.00 Rp509,461,214,450.00 24.23%
Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Rp107,009,995,000.00 Rp19,476,344,300.00 18.20%Dana Alokasi Umum Rp1,331,236,347,000.00 Rp435,425,205,150.00 32.71%Dana Alokasi Khusus Rp664,489,035,000.00 Rp54,559,665,000.00 8.21%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Rp122,070,000,000.00 Rp2,455,630,461.00 2.01%Pendapatan Hibah Rp58,000,000,000.00 Rp1,954,844,461.00 3.37%Pendapatan Lainnya Rp64,070,000,000.00 Rp500,786,000.00 0.78%Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp0.00 Rp0.00 -
URAIAN
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
25
Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Belanja Tiap Triwulan
Pada komponen belanja operasi, sumbangan realisasi terbesar bersumber dari belanja
hibah yang sudah terealisasi sebesar Rp185,90 miliar atau 33,74%. Selain itu, belanja pegawai
dan belanja barang dan jasa juga sudah terealisasi masing-masing sebesar 17,31% dan 1,88%.
Belanja hibah tersebut, secara spesifik merupakan realisasi alokasi Dana BOS ke seluruh
sekolah di Maluku Utara dan juga dana untuk penyelenggaran Pemilihan Kepala Daerah
(PILKADA) 2018. Selanjutnya komponen Belanja Pegawai merupakan realisasi pembayaran gaji
pegawai negeri yang meliputi PNS dan TNI/POLRI. Realisasi Belanja Barang dan Jasa berupa
pembelian barang baik yang bersifat operasional maupun non-operasional untuk diserahkan
kepada masyarakat.
Grafik 2.6 Perbandingan Persentase Realisasi Belanja APBD Tahun 2017 dan Tahun 2018
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
26
Tabel 2.3 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2018
2.4 Rekening Pemerintah Dana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan I 2018
tercatat sebesar Rp913,89 miliar. Secara tahunan, dana milik pemerintah daerah tersebut tumbuh
sebesar -1,44% (yoy) mengalami peningkatan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar -3,00% (yoy). Jumlah dana tersebut juga lebih sedikit dibanding triwulan I 2017
yang tercatat sebesar Rp927,37 miliar. Namun, sesuai dengan siklusnya jumlah tersebut
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp257,99 miliar.
Dana pemerintah daerah yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp704,18
miliar atau tumbuh sebesar 4,85% (yoy). Selanjutnya untuk simpanan liquid lainnya yakni
tabungan tercatat sebesar Rp194,27 miliar atau tumbuh sebesar 0,56% (yoy). Sementara itu,
untuk deposito tercatat sebesar Rp15,43 miliar. Jumlah ini mengalami kontraksi sebesar 75,29%
dari triwulan I periode tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp62,43 miliar. Dapat diindikasikan
penurunan ini disebabkan oleh menurunnya tingkat suku bunga deposito yang mencapai 5,66%
pada triwulan I 2018.
Meski mengalami kontraksi apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, realisasi
keuangan Pemerintah menunjukkan perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Bahkan jumlah
realisasi belanja pemerintah di triwulan I 2018 lebih besar dan baik dibanding dengan triwulan I
2017 terutama pada komponen belanja operasi maupun belanja modal. Perbaikan ini mampu
menopang sektor konstruksi yang bergantung pada keuangan Pemerintah.
ANGGARAN PEMPROV MALUKU UTARA
REALISASI TRIWULAN I 2018(%)
REALISASI
BELANJA Rp2.324.246.144.000,00 Rp340.349.049.283,00 14,64%
BELANJA OPERASI Rp1.862.748.778.679,00 Rp297.582.725.736,00 15,98%Belanja Pegawai Rp564.758.405.465,00 Rp97.822.417.023,00 17,32%Belanja Bunga Rp0,00 Rp0,00 -Belanja Subsidi Rp3.000.000.000,00 Rp0,00 0,00%Belanja Hibah Rp550.920.984.000,00 Rp185.906.200.000,00 33,74%
Belanja Bantuan Sosial Rp6.320.000.000,00 Rp0,00 0,00%Belanja Bantuan Keuangan Rp0,00 Rp0,00 -Belanja Barang dan Jasa Rp737.749.389.214,00 Rp13.854.108.713,00 1,88%
BELANJA MODAL Rp319.918.128.168,00 Rp2.485.361.987,00 0,78%
BELANJA TAK TERDUGA Rp1.700.000.000,00 Rp0,00 0,00%
Belanja Tak Terduga Rp1.700.000.000,00 Rp0,00 0,00%
TRANSFER Rp139.879.237.153,00 Rp40.280.961.560,00 28,80%
Transfer Bagi Hasil Ke KAB/KOTA/DESA Rp133.479.237.153,00 Rp40.280.961.560,00 30,18%
Transfer Bantuan Keuangan Rp6.400.000.000,00 Rp0,00 0,00%
URAIAN
Sumber : BPKPAD Provinsi Maluku Utara
27
Grafik 2.7 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam miliar rupiah)
Sumber : Data Perbankan
Inflasi pada triwulan IV 2017 tercatat meningkat dari 1,97% (yoy) menjadi 3,28%
(yoy) pada triwulan I 2018. Kenaikan inflasi terindikasi terjadi sebagai efek peningkatan
harga beberapa bahan pokok seperti kenaikan harga beras akibat imbas kenaikan harga
secara nasional dari pemasok di jawa dan efek persiapan pilkada 2018, serta adanya
kenaikan cukai rokok pada awal tahun 2018. Inflasi pada triwulan II 2018 diperkirakan
mengalami sedikit penurunan tekanan sebagai efek terjaganya pasokan bahan pangan
strategis. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan TPID kota Ternate dan satgas pangan
terutama menjelang hari raya Idul Fitri. Beberapa program pengendalian inflasi yang
dilakukan antara lain adalah peningkatan koordinasi dan roadshow TPID kota Ternate
kebeberapa provinsi pada bulan April 2018 dalam rangka menjaga pasokan pangan
kesentra konsumsi kota Ternate.
BAB III INFLASI “Tekanan Inflasi Meningkat pada Triwulan I 2018”
Inflasi yoy Triwulan I 2018
3,28%
Inflasi ytd April 2018
2,26%
30
3.1 Perkembangan Inflasi Kondisi Umum
Inflasi Maluku Utara, yang diwakili oleh inflasi Kota Ternate, pada triwulan I 2018 tercatat
sebesar 3,28% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan IV 2017 sebesar
1,97% (yoy). Namun demikian, inflasi di Maluku Utara tersebut masih berada dibawah tingkat
inflasi nasional sebesar 3,40% (yoy) pada triwulan yang sama.
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate dan Nasional
Dibandingkan provinsi lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), inflasi Maluku Utara di triwulan I
2018 merupakan yang ke-4 tertinggi setelah Sulawesi Selatan (3,70%), Kalimantan Barat (3,44%), dan
Nusa Tenggara Barat (3,30%). Sementara itu, inflasi terendah di Kawasan Timur Indonesia (KTI) berada
di Maluku (0,89%) dan Sulawesi Utara (1,12%) (Grafik 3.2).
Grafik 3.2 Inflasi Provinsi di Kawasan Indonesia Timur Triwulan I 2018 (yoy)
3,28
3,40
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2015 2016 2017 2018
Nasional
Malut
% yoy
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
31
Secara bulanan, pada triwulan I 2018 inflasi di Kota Ternate cenderung mengalami
peningkatan. Inflasi paling tinggi terjadi pada bulan Januari 2018 sebesar 0,65% (mtm). Inflasi
pada bulan Januari 2018 terutama disebabkan meningkatnya harga beberapa bahan pokok
seperti kenaikan harga beras akibat imbas kenaikan harga secara nasional dari pemasok di jawa.
Jika dilihat dari inflasi tahunan pada triwulan I 2018 berdasarkan kelompok komoditas, kelompok
pengeluaran yang memberikan sumbangan inflasi paling besar yakni kelompok perumahan, air,
listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,74% (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Disagregasi Inflasi
Perkembangan disagregasi inflasi triwulan I 2018 secara tahunan (yoy), kelompok core
inflation dan volatile food mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2017, sedangkan
untuk kelompok administered prices mengalami sedikit penurunan. Sementara itu, dibandingkan
dengan rata-rata disagregasi inflasi 3 (tiga) tahun terakhir, hanya inflasi kelompok administered
prices yang realisasinya lebih tinggi dari triwulan I 2018.
Grafik 3.3 Perbandingan Disagregasi Inflasi & Rata-Rata 3 tahun (yoy)
2018I II III IV I II III IV I II III IV I
Bahan Makanan 9,00 7,62 5,75 11,72 4,13 3,56 4,38 -4,27 4,06 7,58 -2,94 -1,59 -0,63 -0,15
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8,73 6,92 4,10 4,69 6 7,54 8,25 8,33 6,95 6,67 7,26 8,06 11,83 0,02
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 5,53 4,89 4,62 2,80 6,2 5,23 4,39 3,43 0,39 1,64 2,38 2,32 3,97 0,74
Sandang 20,1 22,40 15,24 12,63 6,94 4,20 3,85 3,60 2,14 2,05 1,61 0,84 1,89 0,00
Kesehatan 10,51 10,62 7,38 1,30 1,71 1,61 2,26 3,95 3,22 3,23 2,39 2,02 2,54 0,00
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 5,85 5,42 5,29 4,00 4,49 4,34 3,55 3,77 3,57 3,52 1,48 1,43 1,76 0,01
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 7,52 14,20 12,32 -2,90 5,59 -1,86 -0,36 0,05 0,50 2,79 0,46 0,79 -0,07 -0,01
Inflasi Tahunan (yoy ) 7,92 8,22 6,60 4,52 5,45 3,87 4,05 1,91 2,41 3,92 1,60 1,97 3,28 0,61
Kelompok Barang dan Jasa Andil20162015 2017
‐5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%Adm. Prices
CoreVolatile Food
Rata‐rata 3 tahun
TW IV 2017
TW I 2018
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
32
Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan I 2018 terutama dipengaruhi oleh inflasi pada
kelompok core yang didorong oleh kenaikan harga beras akibat imbas kenaikan harga secara
nasional dari pemasok di jawa serta efek persiapan pilkada 2018. Hal tersebut menyebabkan
inflasi pada kelompok core inflation meningkat dari sebelumnya inflasi 1,58% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi inflasi 3,05% (yoy) pada triwulan I 2018. Adapun komoditas yang terjadi
kenaikan harga antara lain upah tukang bukan mandor yang pada triwulan I 2018 tercatat
mengalami kenaikan sebesar 14,56% (yoy). Komoditas lain yang juga mengalami kenaikan harga
adalah ikan tuna yang mengalami kenaikan pada triwulan I 2018 sebesar 32,12% (yoy), naik
dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 18,81% (yoy).
Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Maluku Utara
Pada triwulan berjalan, inflasi pada kelompok administered prices masih mengalami
inflasi sebesar 9,14% (yoy), lebih tinggi dari periode yang sama yakni triwulan I 2017 sebesar
5,29% (yoy). Inflasi pada komponen administered price disebabkan oleh kenaikan harga bahan
bakar jenis solar dan bensin, serta tarif angkutan udara. Tarif angkutan udara cenderung menjadi
penyumbang inflasi dalam beberapa periode ini disebabkan oleh permintaan yang tinggi tetapi
tidak diimbangi dengan penambahan jumlah penerbangan dari maskapai yang beroperasi.
Sementara itu komoditas solar tercatat mengalami inflasi sebesar 10,21% (yoy) pada triwulan I
2018. Begitu juga dengan inflasi bensin yang pada triwulan I 2018 mengalami inflasi sebesar
2,21% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar 1,47% (yoy). Selain itu, tingginya
inflasi administered prices juga dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi rokok dan kenaikan
cukai rokok pada awal 2018. Inflasi rokok putih tercatat sebesar 18,82% (yoy) pada triwulan I
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2015 2016 2017 2018
Administered Prices Core Inflation Volatile Food
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
33
2018, naik dari 14,65% (yoy) pada triwulan IV 2017. Naiknya harga rokok juga disebabkan oleh
naiknya biaya pengiriman rokok dari luar Maluku Utara pada periode yang sama.
Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi
Beberapa Komoditas Core Inflation (yoy)
Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi
Beberapa Komoditas Administered Prices (yoy)
Grafik 3.7 Perkembangan Inflasi Subkelompok
Tembakau dan Minuman Beralkohol (yoy)
Pada triwulan I 2018, kelompok volatile food tercatat mengalami deflasi sebesar 2,63%
(yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2017 yang juga mengalami deflasi sebesar 3,71%
(yoy). Deflasi yang terjadi pada komponen ini lebih disebabkan karena terjaganya pasokan
khususnya komoditas sayur-sayuran dan beras dari luar daerah. Namun demikian terdapat
beberapa komoditas yang tercatat mengalami inflasi seperti mie kering, beras dan tomat sayur.
Berdasarkan data BPS, kenaikan harga tomat sayur disebabkan cuaca yang kurang mendukung
sehingga berkurangnya pasokan. Inflasi yang terjadi pada komoditas tomat sayur lebih
disebabkan karena adanya gangguan produksi. Hal tersebut menyebabkan komoditas tomat
sayur tercatat inflasi sebesar 9,53% (yoy) pada triwulan I 2018 naik dari triwulan IV 2017 yang
sebelumnya mengalami deflasi sebesar 40,91% (yoy). Inflasi komoditas beras pada triwulan I
2018 tercatat sebesar 10% (yoy) naik dibandingkan dengan triwulan IV 2017 inflasi sebesar
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Tuna
Tukang Bukan Mandor
Telur Ayam Kampung
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Solar Bensin Angkutan Udara
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Rokok Kretek Rokok Kretek Filter Rokok Putih
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
34
3,89% (yoy) (Grafik 3.7). Kenaikan Inflasi juga terlihat pada komoditas mie kering instant
menunjukkan inflasi sebesar 4,53% (yoy) pada triwulan I 2018 sementara pada triwulan
sebelumnya deflasi sebesar 0,21% (yoy).
Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Beberapa Komoditas Volatile Food (yoy)
Pergerakan Harga di Maluku Utara
Perhitungan inflasi nasional di Maluku Utara dilakukan hanya di 1 (satu) wilayah dari 10
(sepuluh) wilayah Kabupaten/Kota yang ada, yakni di Kota Ternate. Oleh karena itu, untuk
melihat perkembangan tingkat harga di Maluku Utara digunakan data dari PIHPS (Pusat
Informasi Harga Pangan Strategis Nasional). Perkembangan harga komoditas strategis di Maluku
Utara cukup fluktuatif selama satu tahun terakhir (triwulan I 2017 sampai triwulan I 2018).
Pergerakan harga komoditas strategis di Maluku Utara berdasarkan pantauan harga di
Pasar Bastiong dan Pasar Gamalama. Rata-rata harga beberapa komoditas di triwulan I 2018
yakni beras sebesar Rp12.950 per kg (naik 6,15% yoy), minyak goreng sebesar Rp15.850 per kg
(naik 3,93% yoy), dan gula pasir sebesar Rp14.650 per kg (turun 13,06% yoy) (Grafik 3.9).
Kenaikan harga beras, selain karena berakhirnya panen raya daerah pemasok beras dari luar
Ternate, juga diindikasikan sebagai dampak berlakunya kebijakan Penetapan Harga Eceran
Tertinggi beras. Kenaikan harga minyak goreng disebabkan oleh fluktuasi harga bahan baku
yakni harga kelapa sawit di pasar. Selanjutnya, penurunan harga gula pasir dipengaruhi oleh
terjaganya pasokan dari luar Ternate dan akibat adanya impor gula pasir pada bulan Februari.
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
volatile food Mie Kering Instant Beras Tomat Sayur
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
35
Grafik 3.9 Pergerakan Harga Beras, Minyak Goreng, dan Gula Pasir
Rata-rata harga beberapa komoditas daging di triwulan I 2018 yakni daging ayam sebesar
Rp38.550 per kg (naik 7,38% yoy), daging sapi sebesar Rp110.000 per kg (stabil), dan telur ayam
sebesar Rp32.200 per kg (naik 99,38% yoy) (Grafik 3.10). Kenaikan harga daging ayam dan telur
ayam diindikasikan terjadi karena adanya kenaikan harga dari distributor Surabaya akibat
kenaikan harga pakan ternak (konsentrat) untuk ayam potong dan ayam petelur yang merupakan
barang impor. Selanjutnya, terjaganya harga daging sapi dikarenakan banyaknya petani sapi di
Maluku Utara, sehingga konsumsi masyarakat tidak tergantung dengan pasokan daging dari luar
Maluku Utara.
Grafik 3.10 Pergerakan Harga Daging Ayam, Daging Sapi, dan Telur Ayam
Rata-rata harga beberapa komoditas bumbuan di triwulan I 2018 yakni bawang merah
sebesar Rp37.600 per kg (turun 26,56% yoy), bawang putih sebesar Rp39.450 per kg (turun
22,80% yoy), cabai merah sebesar Rp24.000 per kg (turun 51,02% yoy), dan cabai rawit sebesar
Rp46.200 per kg (turun 43,07% yoy) (Grafik 3.11).
Rp12.200
Rp12.950
Rp15.250 Rp15.850
Rp16.850
Rp14.650
Rp10.000
Rp11.000
Rp12.000
Rp13.000
Rp14.000
Rp15.000
Rp16.000
Rp17.000
Rp18.000
TW I 2017 TW II 2017 TW III 2017 TW IV 2017 TW I 2018
Beras Minyak Goreng Gula Pasir
Rp/Kg
Rp35.900 Rp38.550
Rp110.000 Rp110.000
Rp16.150
Rp32.200
Rp10.000
Rp30.000
Rp50.000
Rp70.000
Rp90.000
Rp110.000
Rp130.000
TW I 2017 TW II 2017 TW III 2017 TW IV 2017 TW I 2018
Daging Ayam Daging Sapi Telur Ayam
Rp/Kg
Sumber : PIHPS, diolah
Sumber : PIHPS, diolah
36
Grafik 3.11 Pergerakan Harga Bumbu-bumbuan
Penurunan harga bumbu-bumbuan disebabkan oleh terjaganya pasokan bumbu-
bumbuan dari luar Maluku Utara. Selain itu, sudah adanya beberapa komoditas bumbu-bumbuan
yang masuk ke Ternate dari petani lokal Maluku Utara juga ikut mempengaruhi harga di pasar.
Survei Konsumen
Grafik 3.12 Indeks Survei Konsumen
Meningkatnya inflasi inti juga tercermin dari hasil survei konsumen yaitu indeks perkiraan
perubahan harga 3 bulan yang akan datang naik secara drastis dari 165,00 pada triwulan IV 2017
menjadi 186,67 pada triwulan I 2018. Di sisi lain indeks perkiraan perubahan harga 3 bulan yang
akan datang naik menjadi 185,00 pada triwulan I 2018 dimana pada triwulan sebelumnya hanya
170,00. Berdasarkan survei konsumen perkiraan perubahan harga 3 bulan dan 6 bulan yang
akan datang diperkirakan mengalami kenaikan pada barang non makanan, peralatan rumah
tangga, dan Energi (listrik, gas, dan bahan bakar).
Rp51.200
Rp37.600
Rp51.100
Rp39.450 Rp49.000
Rp24.000
Rp81.150
Rp46.200
Rp15.000
Rp25.000
Rp35.000
Rp45.000
Rp55.000
Rp65.000
Rp75.000
Rp85.000
TW I 2017 TW II 2017 TW III 2017 TW IV 2017 TW I 2018
Bawang Merah Bawang Putih Cabai Merah Cabai Rawit
Rp/Kg
186,67
185,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
Triwulan‐I Triwulan‐II Triwulan‐III Triwulan‐IV Triwulan‐I
2017 2018
Indeks Perkiraan Perubahan Harga 3 Bln Yang Akan Datang
Indeks Perkiraan Perubahan Harga 6 Bln Yang Akan Datang
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : PIHPS, diolah
37
3.2 Tracking Perkembangan Inflasi Triwulan Berjalan
Pada bulan April 2018 Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm), sama
dengan bulan Maret 2017 yang mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm). Secara tahunan, inflasi
Maluku Utara April 2018 tercatat sebesar 3,54% (yoy) lebih tinggi dibandingkan Maret 2018
sebesar 3,28% (yoy). Inflasi tersebut, secara akumulatif hingga bulan April 2018 inflasi Maluku
Utara menjadi 2,26% (ytd).
Naiknya tekanan inflasi pada bulan April 2018 terutama disebabkan oleh inflasi pada
kelompok bahan makanan dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Kelompok bahan
makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 2,63% (mtm). Peningkatan terutama dipicu oleh
permintaan bahan makanan menjelang puasa ramadhan yang meningkat dan ketersediaan
pasokan bahan makanan dari luar Maluku Utara. Di lain sisi, panen tomat sayur dan bumbu-
bumbuan di sentra produksi lokal juga masih terkendala cuaca yang kurang mendukung sehingga
harga kembali meningkat.
Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Terkini Ternate
Tekanan Inflasi pada triwulan berjalan (triwulan II 2018) diperkirakan mengalami sedikit
penurunan tekanan sebagai efek terjaganya pasokan komoditas pangan strategis pada triwulan
berjalan. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya TPID kota Ternate dan satgas pangan menjelang
hari raya Idul Fitri. Beberapa program pengendalian inflasi yang dilakukan antara lain peningkatan
koordinasi, pelaksanaan roadshow TPID kota Ternate ke beberapa provinsi pada bulan April
3,28%
9,14%
3,05%
‐2,63%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2015 2016 2017 2018
Inflasi Maluku Utara AP Core VF
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
38
2018 dalam rangka menjaga pasokan pangan kesentra konsumsi kota Ternate dan monitoring
berkala ketersediaan komoditas pangan di pasar tradisional dan pasar modern. Selain itu, inflasi
juga diperkirakan membaik pada triwulan ini yang disebabkan koreksi harga setelah pada triwulan
sebelumnya telah mengalami kenaikan harga.
3.3 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
Selama bulan Maret 2018 telah terbentuk 1 (satu) TPID baru yaitu TPID Halmahera Utara.
Pembentukan TPID ini akan meningkatkan koordinasi dan peran sebagai pemasok untuk sentra
konsumsi di Kota Ternate. Selain itu, rencana pembentukan TPID Halmahera Tengah dan
Taliabu juga mampu meningkatkan koordinasi dalam menjaga inflasi Maluku Utara. Selain itu,
rencana pelaksanaan rapat high level meeting pada bulan April bertujuan untuk membahas terkait
rencana program kerja (proker) pengendalian inflasi tahun 2018 serta memastikan ketersediaan
pasokan pangan strategis seperti beras dan barito terjaga.
Pada bulan April 2018 TPID Kota Ternate melakukan rapat koordinasi di Kantor Walikota
Ternate membahas antisipasi inflasi menjelang Ramadhan pada pertengahan bulan Mei sampai
pertengahan bulan Juni 2018. Selanjutnya, pada bulan yang sama TPID kota Ternate serta
satgas pangan melaksanakan roadshow TPID kota Ternate menjelang hari raya Idul Fitri dalam
rangka menjaga pasokan pangan kesentra konsumsi kota Ternate. Selain itu, pada bulan April
2018 Pemerintah Kota Tidore Kepulauan bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Maluku Utara dan TPID membahas pengendalian inflasi Maluku Utara.
Gambar 3.1 Rapat Koordinasi TPID Pengendalian Inflasi Bersama Pemerintah Kota Tidore Kepulauan
39
Pada awal bulan Mei 2018 TPID Kota Ternate melaksanakan Rapat Koordinasi Hari Besar
Keagamaan Nasional (HBKN) dan High Level Meeting HLM TPID Menghadapi Puasa dan Idul
Fitri 2018. Langkah antisipasi yang dilakukan Tim TPID Kota Ternate yakni membentuk tim
pemantau harga dan ketersediaan stok barang. Selain itu, akan dilakukan penggelontoran beras
ke pasar untuk menghidari lonjakan harga selama bulan Ramadhan dan operasi pasar oleh
satgas pangan untuk menghindari penimbunan, salah satunya menghindari penimbunan bensin
yang dapat mengakibatkan kenaikan biaya transportasi logistik.
Gambar 3.2 Rapat Koordinasi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan High Level Meeting HLM TPID Menghadapi Puasa dan Idul Fitri 2018.
Selanjutnya, TPID Kota Ternate akan melakukan langkah strategis untuk mengantisipasi
lonjakan harga barang jelang Ramadhan, antara lain: 1) memastikan ketersediaan stok bahan
pangan dan mengendalikan harga; 2) membentuk tim pemantau harga; 3) menggelar pasar
murah; 4) bekerjasama dengan berbagai instansi; 5) melakukan pengawasan bersama satgas
pangan; 6) akan menindak tegas oknum pedagang yang sengaja menimbun barang dan
memainkan harga; 7) berkoordinasi dengan pihak pelabuhan agar tidak menahan pasokan
pangan dari luar
Sebagai tindak lanjut dari Rapat Koordinasi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan
High Level Meeting HLM TPID Menghadapi Puasa dan Idul Fitri 2018, maka pada awal bulan Mei
2018 Tim TPID menggelar kunjungan kebeberapa lokasi di Ternate yang merupakan pusat
distribusi barang di Maluku Utara. Kunjungan ini dilakukan untuk memastikan stok selama bulan
Ramadhan dan setelahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Maluku Utara.
40
Gambar 3.3 Kunjungan Tim TPID di Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan Gudang Bahan Pokok.
Kunjungan Tim TPID dilakukan di pasar tradisional, pasar modern, dan gudang bahan
pokok. Kunjungan pertama dilakukan di pasar modern yakni di Hypermart Ternate, kunjungan
kedua dilakukan di gudang pasokan bahan pokok Firma Agung, dan terakhir di pasar tradisional
Higienis Bahari Berkesan. Dari hasil pantauan Tim TPID menunjukan stok di pasar tradisional,
pasar modern, dan gudang bahan pokok dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Maluku
Utara selama bulan Ramadhan.
41
Risiko kredit rumah tangga di triwulan I 2018 tercatat mengalami peningkatan, namun
masih berada dibawah threshold yang ditetapkan. Secara umum, ketahanan sektor
rumah tangga masih terjaga.
Perkembangan ekonomi global turut memberikan dampak pada sektor korporasi,
namun demikian, stabilitas keuangan sektor korporasi secara umum masih terjaga
seiring membaiknya harga komoditas dunia terutama feronikel yang membuat
ketahanan korporasi berbasis pertambangan meningkat.
BAB IV ANALISIS STABILITAS KEUANGAN
DAERAH
“Stabilitas Keuangan Daerah Stabil Terjaga”
NPL Sektor Rumah Tangga
0,36%
NPL Korporasi
4,37%
42
4.1. Asesmen Sektor Rumah Tangga
4.1.1. Kondisi Terkini dan Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga
Pada triwulan I 2018, perekonomian Maluku Utara pada sisi pengeluaran, secara
konsisten masih didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga, dengan pangsa lebih dari 50%.
Namun demikian pangsa tersebut terus menunjukkan penurunan seiring peningkatan peranan
dari investasi swasta dan konsumsi pemerintah. Pada triwulan I 2018 pangsa konsumsi rumah
tangga tercatat sebesar 55,75% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 55,95%.
Kinerja konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Konsumsi rumah tangga tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,97% (yoy)
pada triwulan I 2018, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,53% (yoy) (Grafik 4.1). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, perlambatan kinerja konsumsi
rumah tangga sesuai dengan pola musimannya, yaitu disebabkan oleh berakhirnya momen
HBKN Natal dan Tahun Baru. Konsumsi yang tinggi pada triwulan IV 2017 tersebut membuat
masyarakat menahan konsumsi pada triwulan I 2018.
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada PDRB Maluku Utara Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan penurunan pengeluaran
rumah tangga untuk konsumsi barang-barang tahan lama. Berdasarkan hasil Survei Konsumen
(SK) Bank Indonesia, Indeks Pengeluaran Konsumsi Barang Tahan Lama tercatat turun dari
146,67 menjadi 141,67. Selain hal tersebut, rumah tangga responden SK turut mengkonfirmasi
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
50.0
52.0
54.0
56.0
58.0
60.0
62.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015 2016 2017 2018
% (yoy)Pangsa thdPDRB (%) Pangsa g_Konsumsi RT (rhs)
43
kenaikan penghasilan yang lebih lambat, tercermin dari Indeks Penghasilan Saat Ini yang turun
dari 146,67 menjadi 135,00. Meskipun melambat, angka indeks diatas tersebut mengindikasikan
bahwa sebagian besar responden mengkonfirmasi pertumbuhan yang positif
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.2 Perkembangan Pengeluaran Untuk Konsumsi dan Penghasilan Saat Ini
Meski menunjukkan perlambatan, namun ekspektasi rumah tangga masih terjaga. Survei
Konsumen (SK) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ekspektasi penghasilan dari 145,00
menjadi 151,67 pada triwulan I 2018. Sejalan dengan hal tersebut, ketersediaan lapangan usaha
untuk 6 bulan mendatang juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dari 133,33 menjadi
143,33. Hal ini juga mengindikasikan masyarakat memperkirakan kondisi kegiatan usaha akan
mengalami perbaikan pada triwulan berikutnya. Dari sisi harga, tekanan terhadap kerentanan
keuangan rumah tangga diperkirakan akan meningkat. Hal tersebut tercermin dari indeks
perubahan harga secara umum pada 3 bulan mendatang mengalami kenaikan dari 165 menjadi
186,7.
146.67 141.67
146.67
135.00
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I
2017 2018
Pengeluaran untuk konsumsi barang-barang tahan lama saat inidibandingkan 6 bulan yang lalu
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu
44
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.3. Ekspektasi Konsumen terhadap Kondisi
Ekonomi 6 Bulan Mendatang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.4. Perkiraan Perkembangan Perubahan Harga
dan Proyeksi Inflasi di Maluku Utara
4.1.2. Kinerja Keuangan dan Intermediasi Perbankan pada Sektor
Rumah Tangga
Kinerja konsumsi rumah tangga di Maluku Utara menunjukkan perlambatan pada triwulan
I 2018. Hasil survei konsumen turut mengindikasikan pergeseran alokasi pengeluaran
masyarakat untuk konsumsi yang turun dari 57,50% pada triwulan IV 2017 menjadi 46,78%. Di
sisi lain, alokasi untuk tabungan meningkat menjadi 30,10%, begitu juga alokasi untuk
pembayaran pinjaman yang juga meningkat menjadi 23,12%.
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.5. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga di Maluku Utara
020406080
100120140160180
EkspektasiPenghasilanKonsumen
EkspektasiKetersediaan
Lapangan Kerja
EkspektasiKegiatan Usaha
2017 III
2017 IV
2018 I0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00
60
80
100
120
140
160
180
200
II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018
Indeks
Perubahan harga secara umum 3 bulan mendatang
60.00 63.2557.68 54.51 52.45
61.8553.47
57.1763.63
56.40 57.5046.78
14.25 12.8515.35
11.1219.49
17.6117.65
16.8514.95
16.85 20.83
23.12
26.15 25.70 27.6737.31
30.27 27.53 31.10 25.98 21.42 25.20 21.6730.10
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018
Konsumsi Cicilan pinjaman Tabungan
45
Kinerja ekonomi Maluku Utara pada triwulan I mempengaruhi proporsi dana pihak ketiga
(DPK) sektor rumah tangga di Maluku Utara. DPK di perbankan menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 79,96% menjadi 74,55%. Hal ini didorong penurunan
proporsi komponen giro dan tabungan, sementara komponen deposito mengalami peningkatan.
Pangsa tabungan untuk perseorangan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yakni
dari 92,28% menjadi 90,18% pada triwulan I 2018. Pangsa giro untuk perseorangan juga
mengalami penurunan menjadi 24,66% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun
demikian, pangsa deposito untuk perseorangan di Maluku Utara terus menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 83,08% (Grafik 4.6).
Sumber: Laporan bank, diolah Sumber: Laporan bank, diolah
Grafik 4.6. Pangsa DPK Perseorangan dan Bukan Perseorangan di Maluku Utara
Grafik 4.7. Komposisi DPK Perseorangan di Maluku Utara
Dilihat dari jumlah rekening DPK perseorangan, pada triwulan I 2018 terdapat
penambahan jumlah rekening sebesar 1,08% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penambahan jumlah rekening tersebut terjadi terutama pada kategori simpanan bernilai <10 Juta,
sementara rekening pada kategori lainnya hanya mengalami sedikit peningkatan. Secara umum,
jumlah rekening di Maluku Utara mengalami pertumbuhan dari 35,40% (yoy) menjadi 36,48%
(yoy) pada triwulan I 2018 (Tabel 4.1).
28.58% 24.66% 92.28% 90.18% 76.24% 83.08% 79.96% 74.55%
71.42% 75.34% 7.72% 9.82% 23.76% 16.92% 20.04% 25.45%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
IV I IV I IV I IV I
2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018
Giro Tabungan Deposito Total
Perseorangan Bukan Perseorangan
13.75% 10.28% 8.06% 9.88% 8.58% 8.46% 7.53% 8.84% 7.31% 4.77% 7.13%
62.27% 67.85% 66.51% 66.01% 66.92% 67.03% 67.00% 67.03% 67.75% 72.50% 69.39%
23.98% 21.87% 25.43% 24.11% 24.50% 24.51% 25.47% 24.13% 24.94% 22.72% 23.48%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
46
Tabel 4.1. Jumlah Rekening Perbankan Masyarakat berdasarkan Kelompok Nilai
Sumber: Laporan bank umum, diolah
Kinerja penyaluran kredit perseorangan menunjukkan pertumbuhan yang melambat dari
24,64% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 15,73% (yoy) pada triwulan IV 2017. Namun
demikian, pangsa penyaluran kredit perseorangan justru mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya dari 86,28% (yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi 92,62% (yoy) pada triwulan
I 2018. Hal ini dikarenakan adanya penurunan pada penyaluran kredit bukan perseorangan yang
tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 13,72% (yoy) menjadi 7,38% (yoy)
pada triwulan IV 2017. Hal ini ditenggarai dengan perlambatan di beberapa sektor usaha
korporasi. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit perseorangan untuk keperluan konsumsi
memiliki pangsa 68,98%, sementara untuk modal kerja sebesar 19,56% dan untuk investasi
sebesar 4,08% (Grafik 4.8).
Sumber: Laporan bank, diolah
Grafik 4.8. Pangsa Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis Penggunaan
<10 J
T
>10 J
T
- 100 J
T
>100JT
- 5
00JT
>500JT
- 1
M
>1 M
- 2
M
>2 M
- 5
M
>5M
- 1
0M
>10M
-15M
>15M
- 2
0M
>20M
Jml 655.205 589.173 55.057 7.517 665 395 179 32 4 4 14yoy (%) 13,59% 14,24% 4,27% 36,28% 15,45% 29,51% 25,17% 166,67% 300,00% 300,00% 600,00%
Jml 711.046 643.109 56.214 8.121 697 389 223 35 9 5 14yoy (%) 20,23% 22,67% -1,31% 11,69% 16,75% 27,54% 60,43% 288,89% 0,00% 150,00% 100,00%
Jml 797.384 691.779 56.861 8.057 705 454 203 23 8 1 18yoy (%) 28,31% 24,58% 4,15% 9,75% 12,26% 44,59% 97,09% 35,29% 166,67% 0,00% 800,00%
Jml 864.322 748.600 61.562 9.125 788 416 310 39 10 2 10yoy (%) 35,40% 32,36% 6,04% 10,85% 9,14% -3,93% 29,71% -18,75% -9,09% -60,00% 66,67%
Jml 894.252 783.571 58.710 8.653 735 406 183 32 8 3 20yoy (%) 36,48% 1836,77% 33,00% 6,63% 15,11% 10,53% 2,78% 2,23% 0,00% 100,00% -25,00%
Rekening
Kelompok Nilai
I2018
III
I
Maluku Utara
II
IV
2017
7.38%
19.56%4.08%
68.98%92.62%
Bukan Perseorangan
Perseorangan Modal Kerja
Perseorangan Investasi
Perseorangan Konsumsi
47
4.2. Asesmen Sektor Korporasi
4.2.1. Kondisi Terkini dan Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I 2018 tumbuh melambat. Secara sektoral
pertumbuhan yang lebih tinggi dari lapangan usaha utama ditunjukkan oleh pertanian, dan
pertambangan. Namun demikian, perlambatan pertumbuhan kembali terjadi pada lapangan
usaha konstruksi, perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan,
Pada triwulan I 2018 lapangan usaha yang mengalami perbaikan yang signifikan atau
tumbuh lebih tinggi dari rata-ratanya dalam 3 tahun terakhir yaitu industri pengolahan, terlepas
dari perlambatannya pada periode tersebut. Melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),
pertumbuhan dari sisi akses kredit, likuditas dan rentabilitas pelaku usaha terindikasi meningkat
dari triwulan sebelumnya. Hal ini terutama dipicu oleh meningkatnya harga komoditas
pertambangan feronikel sehingga meningkatkan kinerja korporasi berbasis pertambangan.
Tabel 4.2 Kondisi Likuiditas Korporasi
Sumber: Laporan bank, diolah
4.2.2. Penyaluran Kredit pada Sektor Korporasi
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja masih menguasai pangsa sektor
korporasi meskipun pangsa kredit modal tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
dari 80,97% menjadi 80,76% pada triwulan I 2018, sementara kredit investasi meningkat dari
19,03% menjadi 19,24%. Penyaluran kredit modal kerja pada sektor korporasi di Maluku Utara
mengalami perlambatan pertumbuhan, pada triwulan I 2018 pertumbuhannya sebesar 27,42%
(yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 36,12% (yoy). Kredit investasi
pada triwulan I 2018 tercatat juga mengalami perlambatan dari 16,67% (yoy) menjadi 10,24%
(yoy) (Grafik 4.9).
Baik Cukup BurukSaldo Bersih
(%Baik-%Buruk)
Baik Cukup BurukSaldo Bersih
(%Baik-%Buruk)
Baik Cukup Buruk Saldo Bersih (%Baik-%Buruk)
Akses Kredit 40,00% 0,00% 60,00% -20,00% 100,00% 0,00% 0,00% 100,00% 20,58% 67,28% 12,14% 8,45%Kondisi keuangan perusahaan berdasarkan likuiditas 43,14% 54,90% 1,96% 41,18% 56,00% 44,00% 0,00% 56,00% 39,29% 56,09% 4,62% 34,67%
Kondisi keuangan perusahaan berdasarkan rentabilitas 72,55% 27,45% 0,00% 72,55% 78,00% 22,00% 0,00% 78,00% 41,35% 54,09% 4,56% 36,79%
Kondisi Keuangan
Q I 2018Q IV 2017Q III 2017
48
Sumber: Laporan bank, diolah
Grafik 4.9. Perkembangan Kredit Korporasi Berdasarkan Jenis Penggunaan
Perlambatan pada kredit sektor korporasi pada triwulan I 2018 diiringi dengan peningkatan
risiko NPL dari 3,05% pada triwulan IV 2017 menjadi 4,37% di triwulan I 2018 (Grafik 4.10).
Sumber: Laporan bank, diolah
Grafik 4.10. NPL Kredit Korporasi
Sumber: Laporan bank, diolah
Grafik 4.11. NPL Kredit Korporasi per Kategori Debitur
4.3. Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan)
4.3.1. Perkembangan Kinerja Perbankan
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I 2018 tercatat sebesar
Rp9,805 triliun, lebih kecil dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp9,875 triliun. Secara
tahunan, aset perbankan Maluku Utara tumbuh melambat sebesar 14,84% (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,71%. Secara umum, melambatnya
aset bank umum di Provinsi Maluku Utara terjadi pada bank-bank milik pemerintah dan persero.
Sementara itu, berdasarkan jenis operasinya, volume usaha pada perbankan konvensional
2,125.25 80.76%
506.26 19.24%
Modal Kerja Investasi
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Modal Kerja Investasi
4.35%
3.65%
4.37%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
5.53%
0.36%
0.00%1.00%2.00%3.00%4.00%5.00%6.00%7.00%
IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
NPL UMKM NPL Non-UMKM
49
tumbuh melambat dari 16,56% (yoy) di triwulan IV 2017 menjadi 16,43% (yoy) di triwulan I 2018.
Perlambatan aset perbankan Maluku Utara ini seiring dengan perlambatan kinerja sektor
ekonomi utama sepanjang triwulan I 2018.
Sumber : Laporan bank, diolah
Grafik 4.12. Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
4.3.2. Intermediasi Perbankan
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang beroperasi di Maluku Utara pada
posisi akhir triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp6,859 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang sebesar Rp6,826 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan DPK mengalami penurunan sebesar
8,09% (yoy) pada triwulan I 2018 setelah sebelumnya tumbuh pada triwulan IV 2017 sebesar
8,24% (yoy) (Grafik 4.13).
Jumlah simpanan tabungan pada akhir triwulan I 2018 mencapai Rp3,934 triliun, atau
melambat menjadi 10,24% (yoy). Secara tahunan, jumlah tabungan turun dari 13,61% (yoy)
menjadi 10,24% (yoy) (Grafik 4.13). Penurunan pertumbuhan jumlah tabungan di Maluku Utara
tersebut sejalan dengan pertumbuhan inflasi selama triwulan I yang mengakibatkan tergerusnya
daya beli dan tabungan masyarakat. Perkembangan yang serupa terjadi pada simpanan dalam
bentuk deposito. Pada akhir triwulan I 2018, jumlah simpanan deposito tercatat sebesar Rp1,445
triliun. Secara tahunan, deposito turun secara signifikan dari 5,46% (yoy) pada triwulan IV 2017
menjadi -0,54%(yoy) pada triwulan I 2018 (Grafik 4.13).
Sementara itu, simpanan giro pada akhir triwulan I 2018 tercatat sebesar Rp1,480 triliun.
Terjadi peningkatan yang sigifikan tidak hanya secara nominal namun juga secara tahunan.
Pertumbuhan simpanan giro terakselerasi dan mengalami pertumbuhan sebesar 11,76% (yoy)
8,120 8,461
9,875
9,805
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Mili
yar
Ru
pia
hAKTIVA g AKTIVA yoy (%)
50
jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi dan mencapai -
7,89% (yoy). Dalam beberapa bulan terakhir, simpanan giro menunjukkan tren peningkatan yang
lebih besar dibandingkan jenis pinjaman lainnya. Pertumbuhan simpanan giro ini dipengaruhi oleh
meningkatnya giro sektor pemerintahan. Tercapainya target pendapatan pemerintah, mendorong
penggunaan giro pemerintah di perbankan untuk membiayai belanja pada triwulan I 2018.
Sumber : Laporan bank, diolah
Grafik 4.13. Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Dari sisi penyaluran kredit, secara umum penyaluran jumlah kredit oleh perbankan di
Maluku Utara mengalami kenaikan pada triwulan I 2018 yang tercatat sebesar Rp 8,861 triliun.
Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 34,91% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh 31,55% (yoy) (Grafik 4.14). Pertumbuhan ini terjadi pada kredit konsumsi.
Pertumbuhan pada kredit konsumsi yang tercatat mencapai 5,662 triliun atau tumbuh 27,48%
(yoy).
-2.39% 6.24%
8.24%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Mili
yar
Ru
pia
h
Giro Tabungan Deposito g DPK yoy (%)
51
Sumber : Laporan bank, diolah
Grafik 4.14. Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Dengan perkembangan penghimpunan dana dan penyaluran kredit tersebut, peran
intermediasi perbankan di Maluku Utara masih cukup tinggi. Hal ini tercermin dari tingkat LDR
(Loan to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi dan lebih tinggi daripada triwulan
sebelumnya yakni dari 110,36% menjadi 129,19% pada triwulan I 2018 (Grafik 4.15).
Sumber : Laporan bank, diolah
Grafik 4.15. Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
34.91%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Mili
yar
Ru
pia
hModal Kerja Investasi Konsumsi g Kredit yoy (%)
129.19%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Mili
yar
Ru
pia
h
DPK (Rp Miliyar) Kredit (Rp Miliyar) LDR (RHS)
52
4.3.3 Perbankan Syariah
Pertumbuhan DPK perbankan syariah triwulan I 2018 tercatat sebesar 9,50% (yoy)
tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,07%
(yoy) di triwulan IV 2017. Namun demikian, Peningkatan terjadi pada simpanan jenis giro yang
naik dari sebelumnya sebesar 0,56% (yoy) menjadi positif 4,63% (yoy). Sementara itu, deposito
syariah mengalami kinerja yang menurun secara signifikan dari 32,37% (yoy) menjadi 5,43%
(yoy). Sementara tabungan syariah tercatat tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya sebesar
12,71% (yoy) menjadi 12,22% (yoy).
Pembiayaan perbankan syariah pada triwulan I 2018 menunjukan perbaikan kinerja.
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan I 2018 tercatat sebesar
Rp318,878 miliar, tumbuh sebesar 43,62% (yoy), tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 42,59% (yoy). Perbaikan kinerja dialami oleh pembiayaan untuk konsumsi syariah yang
tercatat tumbuh mencapai Rp89,685 miliar atau tumbuh 54,33% (yoy). Meskipun mengalami
pertumbuhan, konsumsi pada triwulan ini masih lebih rendah dari triwulan sebelumnya
58,00%(yoy). Hal ini sebagai dampak berakhirnya musim liburan akhir tahun dan peningkatan
laju inflasi pada triwulan berjalan. Sementara itu, pembiayaan untuk tabungan syariah tercatat
mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 12,22% (yoy) lebih rendah dari triwulan
sebelumnya sebesar 12,71% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan I 2018, FDR
perbankan syariah Maluku Utara tercatat sebesar 65,06% (Grafik 4.16).
Sumber : Laporan bank, diolah
Grafik 4.16. Perkembangan Perbankan Syariah
53
4.4. Pengembangan Akses Keuangan UMKM
Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Maluku Utara terkontraksi dari triwulan
sebelumnya dari Rp2,082 triliun menjadi Rp1,950 triliun pada triwulan I 2018. Secara tahunan,
jumlah tersebut tumbuh melambat sebesar 6,60% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 13,46% (yoy). Risiko kredit debitur UMKM pada triwulan I 2018 tercatat
meningkat dari 4,35% menjadi 5,53% (grafik 4.12).
Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mencapai perekonomian yang stabil dan
berkelanjutan, Bank Indonesia senantiasa mendorong peningkatan akses keuangan diantaranya
kepada usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM). Peningkatan akses keuangan dan daya saing
UMKM di Maluku Utara ditempuh melalui beberapa program, diantaranya melalui program
pengendalian inflasi melalui pembentukan klaster, monitoring rasio kredit UMKM dan program
pelatihan maupun pembinaan dari hulu ke hilir pada klaster UMKM yang sudah dibentuk.
Pada program pengendalian inflasi (klaster), upaya meningkatkan akses keuangan
diimplementasikan dalam satu program pengembangan yang terintegrasi dengan penguatan
daya saing UMKM. Pengembangan klaster ketahanan pangan mengacu kepada komoditas
pangan yang menjadi sumber penyumbang tekanan inflasi yaitu cabai, bawang merah, ikan laut
dan padi.
Beberapa klaster ketahanan pangan dan klaster UMKM yang dikembangkan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara pada tahun 2017 adalah sebagai berkut:
Tabel 4.3. Klaster Ketahanan Pangan dan Klaster UMKM BI di Maluku Utara
54
Pada triwulan I 2018 dalam rangka pengembangan klaster, Bank Indonesia Maluku
Utara melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Pelatihan Integrated Ecofarming Berbasis Microbacter Alfaafa (MA 11)
Pelatihan ini merupakan bentuk tindak lanjut dari kegiatan pada triwulan sebelumnya
yang terpusat di Ternate. Pelatihan ini bertujuan agar peserta mengerti dan memahami
pentingnya membangun pertanian organik terintegrasi berbasis MA - 11 untuk mencegah dari
cemaran biologi, kimia dan fisik yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia serta cara pengendalian setiap tahap-tahap proses yang kritis. Pelatihan ini
selanjutnya dibawa ke beberapa klaster binaan antara lain di Pulau Moti, Halmahera Timur dan
Halamhera Barat. Pelatihan yang dilakukan di beberapa tempat ini diharapkan mampu
memperluas jangkauan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu ketahanan pangan.
2. Pelatihan Pengolahan Ikan
Pelatihan ini merupakan upaya pembinaan hilir untuk meningkatkan nilai tambah dalam
bentuk hasil olahan. Pengolahan ikan akan memberikan nilai tambah dan pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan nelayan. Produk akhir dalam pengolahan berbahan dasar ikan laut
ini berupa dendeng ikan tuna, BITCan (kamplang), ikan teri krispi dan sambal roa. Kegiatan ini
sebelumnya telah dilaksanakan di Pulau Morotai. Dalam rangka membina dan memperluas
jangkauan pengembangan potensi Maluku Utara, kegiatan ini kemudian juga di terapkan di Desa
Loleo, Kab. Halmahera Tengah.
55
Secara umum, transaksi keuangan tunai di Maluku Utara pada triwulan I 2018
mengalami net inflow sebagai imbas berakhirnya musim libur akhir tahun 2017
sehingga aliran uang yang keluar pada triwulan sebelumnya kembali masuk ke
perbankan dan bermuara ke Bank Indonesia. Transaksi kliring pada triwulan I 2018
mencapai Rp638,84 miliar terkontraksi sebesar 4,66% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 9,18% (yoy).
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN “Transaksi Tunai dan Nontunai Melambat Seiring Berakhirnya Musim Libur Tahun 2017”
Net Inflow Triwulan I 2018
Rp 273,35 miliar
Nominal Transaksi Kliring Triwulan I 2018
Rp 638,84
miliar
56
5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow)
Masih rendahnya aktivitas perekonomian Maluku Utara pada triwulan I 2018 terpantau
dari indikator aliran uang masuk/keluar melalui Bank Indonesia. Sejalan dengan pola historisnya,
aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di Provinsi Maluku Utara pada
triwulan I 2018 mengalami net inflow (uang yang masuk lebih besar daripada jumlah uang yang
keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara). Aliran uang kartal menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada net inflow dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi net inflow
meningkat signifikan mencapai 181,06% (yoy), kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi
triwulan sebelumnya yang net outflow sebesar Rp882,26 miliar.
Pada triwulan I 2018 aliran uang keluar (outflow) tercatat sebesar Rp271,52 miliar,
sementara aliran uang masuk (inflow) sebesar Rp544,88 miliar lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang sebesar Rp196,48 miliar.
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai di Maluku Utara
Peningkatan net inflow tersebut menunjukkan adanya penurunan kebutuhan uang kartal
oleh masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya imbas berakhirnya musim liburan akhir tahun
2017. Peristiwa ini juga ditenggarai oleh menurunnya konsumsi masyarakat jika dibandingkan
triwulan sebelumnya dimana masyarakat menghadapi faktor musiman yaitu hari Natal dan Tahun
‐1,000.00
‐500.00
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Inflow Outflow NetflowRp miliar
Sumber: KPw BI Maluku Utara
57
Baru serta realisasi proyek-proyek pembangunan pemerintah daerah yang harus diselesaikan
pada akhir tahun. Pada triwulan I 2018 inflow menunjukkan pertumbuhan sebesar 86,01% (yoy)
setelah mengalami perlambatan pada triwulan sebelumnya sebesar -17,20% (yoy). Sedangkan
outflow tercatat melambat sebesar 38,76% (yoy) pada triwulan I 2018 setelah sebelumnya
tumbuh sebesar 46,36% (yoy).
5.2.1 Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dan Temuan Uang Tidak Asli
Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang
diedarkan kepada masyarakat (clean money policy). Guna menjangkau seluruh wilayah Maluku
Utara, Kas Keliling secara rutin dilakukan oleh KPw BI Provinsi Maluku Utara baik di dalam
maupun di luar Kota Ternate. Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk menyediakan uang
pecahan kecil kepada masyarakat tanpa harus datang ke KPw BI Provinsi Maluku Utara. Selama
triwulan I 2018, Unit Pengelolaan Uang Rupiah KPw BI Provinsi Maluku Utara telah
melaksanakan 39 kali kas keliling baik yang dilaksanakan di Kota Ternate maupun di Luar Kota
Ternate.
Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling di Maluku Utara
Dalam rangka menerapkan kegiatan clean money policy, Kantor perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan penarikan uang tidak layak edar dimasyarakat untuk
kemudian dimusnahkan. Pada triwulan I 2018 nominal uang yang dimusnahkan mengalami
penurunan nilai sebesar -16,20% (qtq) atau Rp176,19 miliar lebih sedikit dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp210,26 miliar (qtq)(Grafik 5.2). Penurunan nominal dan volume
uang yang dimusnahkan pada triwulan I 2018 dikarenakan kegiatan kas keliling KPw BI Maluku
Bulan Lokasi
Januari Pasar Gamalama, Kab. Halbar / Jailolo & Kec. Sahu, Pasar Bastiong, Pasar Dufa Dufa, Pasar Kota Baru, Kab. Halteng / Weda & Kec. Wairoro, Kelurahan Kalumata, Pasar Sasa, Kab. Haltim / Buli & Desa Bicoli, Pasar Higienis, Kelurahan Sangaji, dan Taman Nukila
Februari Pasar Kieraha, Pasar Sasa, Pasar Dufa‐Dufa, Kelurahan Tafure, Pasar kotabaru, Kelurahan kalumata, Pasar Dufa‐Dufa, KKLK Antar Pulau (Tidore,hiri,moti,maitara), Pasar Higienis, KKLK Morotai, Kelurahan Kalumata, Taman Nukila, KKLK Sanana, Pasar Kieraha, dan Pasar Bastiong
Maret Kelurahan Sangaji, Pasar Bastiong, Pasar Gamalama, Kota Baru, Jailolo, Pasar Bastiong, Kel. Tafure, Pasar Dufa‐Dufa, Pulau Obi, Pasar Higienis, Pasar Sasa, Taman Sunyie Parada
Sumber: KPw BI Maluku Utara
58
Utara untuk menyediakan uang layak edar di masyarakat dilakukan secara rutin bahkan hingga
ke pelosok.
Grafik 5.2 Perkembangan Pemusnahan UTLE di Maluku Utara
Jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan I 2018 mencapai 7 lembar,
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 31 lembar. Penurunan jumlah ini
ditenggarai oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terkait ciri-ciri keaslian uang rupiah dan
peredaran uang palsu di Provinsi Maluku Utara. KPw BI Maluku Utara terus melakukan sosialisasi
ciri-ciri keaslian uang rupiah guna meningkatkan kesadaran masyarakat. Sosialisasi dilakukan di
pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan
seperti universitas dan sekolah atau kepada Pemerintah Daerah. Selain itu, Bank Indonesia juga
melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak
maupun elektronik.
5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai
5.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Penggunaan sistem pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) pada triwulan I 2018 tumbuh melambat secara nominal maupun volume
(Grafik 5.3). Secara nominal perputaran kliring mencapai Rp638,84 miliar, terkontraksi secara
signifikan sebesar -4,66% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,18%
(yoy).
‐
50,000,000,000
100,000,000,000
150,000,000,000
200,000,000,000
250,000,000,000
300,000,000,000
‐
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
10,000,000
I II III IV I
2017 2018
Jumlah Dalam Lembar Jumlah Nominal Yang Dimusnahkan
Sumber: KPw BI Maluku Utara
59
Grafik 5.3 Perkembangan Kliring di Maluku Utara
Penurunan nilai transaksi melalui SKNBI sejalan dengan perlambatan konsumsi
pemerintah, konsumsi lembaga swasta nirlaba serta investasi pada triwulan terlapor.
Melambatnya nominal transaksi melalui kliring di Maluku Utara (yoy) merupakan dampak dari
berakhirnya musim libur akhir tahun 2017 yang mempengaruhi kegiatan masyarakat dalam
menggunakan fasilitas kliring berkaitan dengan turunnya aktivitas pembayaran dalam triwulan I
2018. Hal ini mengindikasikan belum cukup kuatnya aktivitas ekonomi masyarakat dibandingkan
tahun sebelumnya.
5.2.2 Perkembangan Kegiatan RTGS
Pertumbuhan transaksi nontunai dengan layanan jasa RTGS di Maluku Utara pada
triwulan I 2018 mengalami penurunan secara jumlah transaksi maupun secara nominal. Apabila
dilihat secara jumlah transaksi, terjadi perlambatan pada triwulan I 2018 yang terkontraksi dalam
sebesar -46% (qtq). Angka ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan triwulan IV 2017 yang
tercatat tumbuh sebesar 11% (qtq). Secara nominal, pada triwulan I 2018 transaksi layanan
RTGS tercatat sebesar Rp386,59 miliar sedikit melambat dibandingkan triwulan IV 2017 sebesar
Rp398,12 miliar (Grafik 5.4). Angka ini menunjukkan perlambatan pada triwulan I 2018 sebesar -
3% (qtq). Perlambatan ini sejalan dengan menurunnya kinerja keuangan dan kondisi korporasi
dibeberapa sektor yang berdampak dengan menurunnya kebutuhan akan layanan transaksi
nontunai high value.
‐
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
0
5000
10000
15000
20000
25000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Jumlah Warkat (lembar) Nominal (Rp Juta, RHS)
Sumber: KPw BI Maluku Utara
60
Grafik 5.4 Perkembangan RTGS di Maluku Utara
5.3.2 Layanan Keuangan Digital (LKD)
Definisi LKD menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) 16/8/PBI/2014 tentang uang
elektronik adalah kegiatan layanan jasa system pembayaran dan keuangan yang dilakukan
melalui kerjasama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat teknologi
berbasis mobile/web dalam rangka keuangan inklusif. Penyelenggaraan LKD dapat dilakukan
bank dengan LKD badan hukum maupun agen LKD individu.
Jumlah agen LKD di Maluku Utara mengalami penurunan pada triwulan I 2018 jika
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2018 tercatat jumlah agen LKD sebanyak 844
atau terkontraksi sebesar -27,24% (qtq) dibandingkan triwulan IV 2017 yang tumbuh sebesar
77,27% (qtq). Penurunan jumlah agen LKD juga diiringi dengan penurunan jumlah uang
elektronik di Maluku Utara yang tercatat sebanyak 149 pengguna pada Maret 2018, terkontraksi
cukup dalam sebesar -43,98% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 5.5).
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018
Jumlah Transaksi Nominal (Rp Miliar)
Sumber: KPw BI Maluku Utara
61
Grafik 5.5 Perkembangan Agen LKD dan Uang Elektronik di Maluku Utara
0
50
100
150
200
250
300
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Agen LKD Jumlah Uang Elektronik
Sumber: KPw BI Maluku Utara
Tingkat Pengangguran Terbuka di Maluku Utara menunjukkan penurunan
dibanding Agustus 2017 dan Februari 2017. Secara umum, tingkat kesejahteraan
masyarakat pedesaan khususnya petani di Maluku Utara masih dalam kondisi yang
relatif baik.
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN “Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
Masih Dalam Tingkat yang Baik”
TPT
4,65%
NTP
100,58
64
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku Utara pada Februari 2018 tercatat
sebesar 4,65%, lebih rendah dibanding Agustus 2017 dan Februari 2017 yang masing-masing
sebesar 5,33% dan 4,82%. Penurunan TPT tersebut diikuti oleh kenaikan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) pada periode yang sama. TPAK Maluku Utara pada Februari 2018
tercatat sebesar 71,49%, lebih tinggi dibanding Agustus 2017 dan Februari 2017 yang masing-
masing sebesar 63,65% dan 69,48%. Kenaikan tersebut bukan hanya dari sisi persentase,
namun juga dari sisi jumlah. Angkatan kerja di Maluku Utara yang bekerja pada Februari 2018
tercatat sebanyak 560,6 ribu jiwa lebih banyak dari Agustus 2017 dan Februari 2017 yang
masing-masing sebanyak 488,7 ribu jiwa dan 530,3 ribu jiwa.
Grafik 6.1 Perkembangan TPT dan TPAK Maluku Utara
Kondisi tersebut dikonfirmasi juga oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Penggunaan
Tenaga Kerja pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 8,94%, lebih tinggi dibanding triwulan IV
2017 yang sebesar 1,11%. Angka SBT positif tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar
responden pelaku usaha mengkonfirmasi peningkatan penggunaan tenaga kerja di perusahaan
dibanding triwulan sebelumnya. Semakin tinggi nilai SBT maka semakin banyak responden yang
mengkonfirmasi penambahan penggunaan tenaga kerja di perusahaan. membaiknya kondisi
ketenagakerjaan di Maluku Utara tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang
Feb Agsts Feb Agsts Feb Agsts Feb Agsts Feb Agsts Feb
2013 2014 2015 2016 2017 2018
TPAK 67.72% 64.35% 66.43% 63.88% 67.99% 66.43% 67.83% 66.19% 69.48% 63.65% 71.49%
TPT 5.43% 3.80% 5.65% 5.29% 5.56% 6.05% 3.43% 4.01% 4.82% 5.33% 4.65%
Penggunaan Tenaga Kerja (SBT) 3.62% -4.26% 5.04% -2.84% 3.38% 1.11% 8.94%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
58%
60%
62%
64%
66%
68%
70%
72%
74%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara dan Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia, diolah
65
selalu berada diatas rata-rata nasional, dan dengan demikian mampu menyerap tenaga kerja
degnan baik.
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara (ribu jiwa)
Secara sektoral, atau berdasarkan klasifikasi lapangan kerta utama pada Februari 2018,
penyerapan tenaga kerja paling besar terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,
perburuan, dan perikanan, yaitu sebanyak 223,4 ribu orang atau sebanyak 39,84% dari angkatan
kerja. Selanjutnya, diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan yang
menyerap sebanyak 102,2 ribu orang atau sebanyak 18,22% dari angkatan kerja (Grafik 6.2).
Melihat historisnya, struktur ketenagakerjaan berdasarkan lapangan pekerjaan utama tersebut
relatif tidak berubah dari periode-periode sebelumnya (Grafik 6.2). Lapangan usaha Pertanian,
perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan masih menjadi lapangan usaha yang
menyerap tenaga kerja paling banyak di Maluku Utara. Lapangan usaha penyerap tenaga kerja
terbanyak berikutnya adalah Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan, diikuti oleh
lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi.
Grafik 6.2 Jumlah Tenaga Kerja pada Lapangan Pekerjaan Utama di Maluku Utara (ribu jiwa)
2018Feb Agsts Feb Agsts Feb Agsts Feb763,3 773,18 782,4 792,5 801,9 811,0 822,4
519 513,6 530,7 524,5 557,1 516,2 588,0Bekerja 490,2 482,54 512,5 503,5 530,3 488,7 560,6Pengangguran 28,8 31,06 18,2 21 26,8 27,5 27,4
244,3 259,58 251,7 268 244,7 294,8 234,567,99% 66,43% 67,83% 66,19% 69,48% 63,65% 71,49%5,56% 6,05% 3,43% 4,01% 4,82% 5,33% 4,65%
2017
TPAKTPT
2015 2016Indikator
Penduduk 15 Tahun KeatasAngkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
245.0 242.4 225.2 205.5 234.0 199.0 223.4
87.9 84.795.7 104.5 100.1 107.0 102.2
72.9 63.775.2 72.0 78.1 63.9 96.3
8.9 17.4 26.4 44.5 36.2 34.1 47.923.0 23.2 25.5 21.8 31.9 29.8 31.852.5 51.1 64.5 55.2 49.9 55.0 59.2
Feb Agsts Feb Agsts Feb Agsts Feb
2015 2016 2017 2018
Lainnya
Konstruksi
Industri Pengolahan
Perdagangan, Rumah Makan,dan Jasa Akomodasi
Jasa Kemasyarakatan, Sosial,dan Perorangan
Pertanian, Perkebunan,Kehutanan, Perburuan, danPerikanan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
66
Meski demikian, dapat dilihat bahwa secara komposisi, lapangan usaha pertanian pada
Februari 2018 tercatat menyerap tenaga kerja sebesar 39,84%, lebih rendah dibanding Agustus
2017 yang mampu menyerap 40.72% tenaga kerja di Maluku Utara. kondisi ini perlu diperhatikan
mengingat lapangan usaha pertanian juga masih menjadi lapangan usaha dengan komposisi
tertinggi di struktur perekonomian Maluku Utara. meskipun secara jumlah menunjukkan
peningkatan penyerapan tenaga kerja dari periode Agustus 2017, namun share yang berkurang
tersebut mengindikasikan terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi pada
lapangan usaha yang lain. Dapat dilihat bahwa lapangan usaha yang mencatatkan peningkatan
komposisi penyerapan tenaga kerja pada Februari 2018 dibanding Agustus 2017 adalah
lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi, dan lapangan usaha
Industri Pengolahan. Lapangan usaha perdagangan menyerap 17,17% tenaga kerja pada
Februari 2018, lebih tinggi dibanding Agustus 2017 yang sebesar 13,07%. Kondisi ini terbilang
wajar mengingat lapangan usaha perdagangan diperkirakan mengalami ekspansi usaha
menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan adanya momen Hari Raya Idul Fitri
1439 H. Selanjutnya, peningkatan penyerapan tenaga kerja dari lapangan usaha Industri
Pengolahan diindikasikan oleh meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di perusahaan pemurnian
logam nikel (smelter nikel) pada triwulan I 2018, ataupun di sepanjang tahun 2018. Masuknya
investasi yang diindikasikan oleh peningkatan penyaluran kredit investasi (lokasi proyek) oleh
bank asing asal Tiongkok di Maluku Utara pada triwulan I 2018 mengindikasikan adanya upaya
ekspansi perusahaan smelter di tahun 2018 yang secara langsung akan berdampak pada
penyerapan tenaga kerja di perusahaan tersebut.
6.2 Tingkat Kesejahteraan Daerah
Kesejahteraan masyarakat di area pedesaan terpantau menunjukkan sedikit
penurunan. Pada triwulan I 2018, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar
100,19, menurun dibanding triwulan IV 2017 yang tercatat sebesar 101,73 (Grafik 6.3 dan
Grafik 6.4). Meskipun pertumbuhan NTP Maluku Utara mengalami perbaikan, yaitu dari -1,36%
(yoy) pada triwulan IV 2017 menjadi -1,06% (yoy) pada triwulan I 2018, angka pertumbuhan yang
masih berada pada range kontraksi tersebut menunjukkan kesejahteraan petani mengalami
penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Penurunan NTP Maluku Utara mengindikasikan
bahwa secara relatif tingkat kemampuan/daya beli petani menurun.
67
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 6.3 Perkembangan NTP Maluku Utara Grafik 6.4 NTP per Subsektor di Maluku Utara
Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan kategorinya, NTP yang mengalami penurunan
dibanding triwulan I 2017 dan triwulan IV 2017 adalah NTP Hortikultura, dan NTP Perkebunan
Rakyat. Sementara NTP Tanaman Pangan, NTP Peternakan, dan NTP Perikanan menunjukkan
nilai NTP yang lebih tinggi dibanding periode triwulan I dan IV 2017. Menjaga peningkatan
kesejahteraan petani yang berkelanjutan sangat penting.
Seperti telah diketahui bersama, karakteristik petani di Maluku Utara umumnya lebih
menyukai tanaman perkebunan, dan sebagian tanaman pangan. Hanya sedikit yang bercocok
tanam komoditas hortikultura, dan melihat kondisi nyata di lapangan, komoditas hortikultura yang
dikonsumsi di Maluku Utara (khususnya di Ternate) dipenuhi oleh pasokan dari luar daerah
seperti Manado, Surabaya, NTB dan Jakarta. Perlu dipikirkan bersama upaya-upaya apa yang
harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
petani hortikultura di Maluku Utara. Di sisi lain, NTP Gabungan Maluku Utara sebenarnya
menunjukkan tren peningkatan ranking (dari Januari hingga Maret 2018) apabila dibandingkan
dengan provinsi-provinsi di Kawasan Timur Indonesia (Tabel 6.2).
68
Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Kawasan Timur Indonesia
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Dari sisi ketimpangan, berdasarkan data BPS, terdapat kecenderungan kenaikan
ketimpangan pengeluaraan penduduk Maluku Utara yang terindikasi dari meningkatnya gini ratio
dari 0,317 pada triwulan II tahun 2017 menjadi 0,330 pada triwulan III tahun 2017 (data dipublikasi
Januari 2018). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi pelebaran tingkat ketimpangan
pengeluaran di Provinsi Maluku Utara, namun distribusi pengeluaran di antara penduduk masih
cukup merata.
6.3 Profil Kemiskinan Daerah
Berdasarkan data BPS Ternate, jumlah penduduk miskin di pedesaan masih lebih besar
dibandingkan di perkotaan. Jumlah penduduk miskin di Ternate yang berdomisili di desa
sebanyak 83,48% dari total jumlah penduduk miskin di Ternate, atau sebanyak 65,35 ribu orang
dan sisanya 16,52% atau sebanyak 12,93 ribu orang tinggal di perkotaan. Dari angka tersebut
terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di pedesaan sebesar 2,19%, sementara penduduk
miskin di perkotaan meningkat sebesar 3,86% dibandingkan tahun sebelumnya.
NO. PROVINSI NTP1 Sulawesi Barat 108,892 Nusa Tenggara Barat 107,813 Nusa Tenggara Timur 104,794 Gorontalo 103,915 Bali 103,486 Sulawesi Selatan 101,527 Maluku 101,428 Papua Barat 100,089 Maluku Utara 100,0210 Kalimantan Tengah 99,1511 Kalimantan Barat 98,3912 Kalimantan Timur 97,4513 Kalimantan Selatan 97,0314 Sulawesi Tengah 95,5015 Sulawesi Utara 95,2116 Sulawesi Tenggara 94,3717 Papua 92,55
102,92Nasional
Jan-18NO. PROVINSI NTP
1 Sulawesi Barat 108,162 Nusa Tenggara Barat 106,023 Nusa Tenggara Timur 104,824 Gorontalo 103,935 Bali 103,886 Sulawesi Selatan 101,17 Maluku 100,98 Maluku Utara 99,969 Papua Barat 99,9510 Kalimantan Tengah 99,2611 Kalimantan Timur 97,7412 Kalimantan Barat 97,6513 Kalimantan Selatan 97,5214 Sulawesi Tengah 95,9215 Sulawesi Utara 93,9316 Sulawesi Tenggara 93,9117 Papua 92,26
102,33
Feb-18
Nasional
NO. PROVINSI NTP1 Sulawesi Barat 110,122 Nusa Tenggara Barat 106,663 Nusa Tenggara Timur 104,484 Bali 103,505 Gorontalo 103,106 Sulawesi Selatan 101,337 Maluku Utara 100,588 Maluku 100,439 Papua Barat 99,7310 Kalimantan Tengah 98,2611 Kalimantan Timur 97,0612 Sulawesi Tengah 97,0013 Kalimantan Selatan 96,3114 Kalimantan Barat 96,2215 Sulawesi Tenggara 94,8516 Sulawesi Utara 94,8117 Papua 92,11
101,94
Mar-18
Nasional
69
Grafik 6.5 Jumlah Penduduk Miskin Desa dan Kota
Grafik 6.6 Persentase Jumlah Penduduk Miskin
Desa dan Kota
Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi
kebutuhan pangan sebesar 2.100 kilokalori/kapita per hari dan kebutuhan nonpangan esensial,
seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya. Berdasarkan
hasil survei nasional, pada periode Maret-September 2017, garis kemiskinan Maluku Utara naik
sebesar 1,62% atau naik Rp6.342/kapita per bulan, yakni dari Rp390.998/kapita per bulan
menjadi Rp397.340/kapita per bulan. Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan
jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.
Pada Maret-September 2017, penyumbang garis kemiskinan terbesar yakni komoditas
makanan baik di perkotaan maupun pedesaan hampir sama. Pada September 2017 beras
memberikan sumbangan sebesar 25,40% di perkotaan dan 25,06% di pedesaan. Rokok kretek
filter memberikan sumbangan terbesar kedua pada garis kemiskinan sebesar 12,76% di
pedesaan, sedangkan tongkol/tuna/cakalang memberikan sumbangan terbesar ke dua di daerah
perkotaan sebesar 9,19%.
Grafik 6.7 Garis Kemiskinan Makanan dan Non Makanan Desa dan Kota
12,19 11,17 12,25 8,29 10,58 12,45 12,00 12,93
70,45 73,62 67,6564,35 64,10 63,95 64,47 65,35
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
2014 2015 2016 2017
Kota DesaRibu Orang
3,953,58 3,85
2,613,32
3,76 3,61 3,70
8,56 8,85
7,957,57 7,44 7,43 7,40 7,557,30 7,41
6,846,22 6,33 6,41 6,35 6,44
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
2014 2015 2016 2017
Kota Desa Kota+Desa%
‐
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
Maret'14
Sept'14
Maret'15
Sept'15
Maret'16
Sept'16
Maret'17
Sept'17
Maret'14
Sept'14
Maret'15
Sept'15
Maret'16
Sept'16
Maret'17
Sept'17
Maret'14
Sept'14
Maret'15
Sept'15
Maret'16
Sept'16
Maret'17
Sept'17
Makanan Bukan Makanan Total
Kota Desa Kota+Desa
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
70
Permasalahan kemiskinan tidak sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi
yang juga perlu diperhatikan adalah seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang disebut sebagai P1 dan keragaman
pengeluaran antar penduduk miskin (P2). Nilai P1 tahun ini menunjukkan penurunan 0,11 poin
atau sebesar 0,92 pada September 2016 menjadi 0,81 pada September 2017. Penurunan nilai
P1 tersebut terjadi di perdesaan (0,27 poin), sedangkan di perkotaan mengalami kenaikan (0,32
poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,06 poin atau menjadi 0,15 pada
September 2017 (Tabel 6.3).
Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani (NTP) di Maluku Utara
Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin juga semakin menyempit. Ditinjau secara daerah kota-desa, nilai P1 dan P2
antar perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa kesenjangan kemiskinan di perdesaan lebih
tinggi daripada di perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai P1 dan P2 pada September 2017,
dimana nilai kedua indeks (P1 dan P2) di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan.
6.4 Profil Kebahagiaan Daerah
Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang dihitung secara tertimbang
menggunakan dimensi dan indikator dengan skala 0-100. Semakin tinggi nilai indeks
menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah
nilai indeks maka semakin merasa tidak bahagia.
Indeks Kebahagiaan antar provinsi di Indonesia bervariasi dengan rentang antara 67,52
sampai dengan 75,68. Tiga provinsi yang memiliki nilai Indeks Kebahagiaan tertinggi adalah
Provinsi Maluku Utara sebesar 75,68, Maluku sebesar 73,77, dan Sulawesi Utara sebesar 73,69.
Sedangkan Provinsi yang memiliki Indeks Kebahagiaan terendah yakni Papua sebesar 67,52,
Sumatera Utara sebesar 68,41, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 68,98.
Kota Des a Kota+Des a Kota Des a Kota+Des a
Maret'14 0,44 1,35 1,10 0,07 0,33 0,26
S ept'14 0,40 1,44 1,16 0,07 0,31 0,25
Maret'15 0,29 0,86 0,70 0,04 0,16 0,13
S ept'15 0,61 1,35 1,15 0,14 0,32 0,27
Maret'16 0,37 0,86 0,73 0,06 0,22 0,18
S ept'16 0,25 1,18 0,92 0,02 0,28 0,21
Maret'17 0,67 0,86 0,81 0,25 0,18 0,20
S ept'17 0,57 0,91 0,81 0,11 0,17 0,15
P 1 (%) P 2 (%)P eriode
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
71
Grafik 6.8 Indeks Kebahagian Penduduk Menurut Provinsi, 2017
Komponen penyusun Indeks Kebahagian terdiri dari dimensi kepuasan (subdimensi
personal dan subdimensi sosial), dimensi perasaan (affect), dan dimensi makna hidup
(eudaimonia). Indeks indikator penyusun Indeks Kebahagian tertinggi adalah Keharmonisan
Keluarga sebesar 85,86 (Subdimensi Sosial). Sementara indeks indikator penyusun Indeks
Kebahagian terendah adalah Perasaan Tidak Khawatir/Cemas sebesar 65,74 (Dimensi
Perasaan/Affect).
Gambar 6.1 Indikator Penyusun Indeks Kebahagiaan Maluku Utara, 2017
75,68
70,69
62,00
64,00
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
76,00
78,00
Indeks
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
72
Pada Dimensi Perasaan (Affect), indikator yang memiliki indeks tertinggi adalah Perasaan
Senang/Riang/Gembira sebesar 81,05, sementara yang terendah adalah Perasaan Tidak
Khawatir/Cemas sebesar 65,74. Pada Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia), indikator yang
memiliki indeks tertinggi adalah Tujuan Hidup sebesar 82,83, sebaliknya yang terendah adalah
Pengembangan Diri sebesar 72,68. Penduduk Maluku Utara pada umumnya merasa optimis
dengan masa depannya yang tercermin dari indeks Tujuan Hidup yang mencapai level 82,83.
Sementara itu, tingkat pengembangan potensi diri melalui upaya peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya relatif rendah yaitu sebesar 72,68.
6.4 Profil Pembangunan Manusia
Gambar 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kawasan Timur Indonesia Menurut Provinsi dan
Status Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia yang dicerminkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Maluku Utara kembali menunjukkan peningkatan. IPM Maluku Utara di tahun 2017 tercatat
tumbuh sebesar 0,86% dibanding tahun 2016. Meski menunjukkan tren peningkatan, namun IPM
Maluku Utara sebesar 67,20 di tahun 2017 tersebut masih lebih rendah dibanding rata-rata KTI
yang sebesar 68 pada periode yang sama. Berdasarkan pengkategoriannya oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), IPM Maluku Utara juga tergolong sedang, yaitu diantara 60 dan 70. Adapun
provinsi di KTI yang memiliki IPM Tinggi adalah Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan. Sementara Papua tercatat sebagai satu-satunya Provinsi dengan nilai IPM
Rendah, yaitu sebesar 59,09 pada tahun 2017.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
73
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 6.9 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Maluku Utara
Meningkatnya IPM Maluku Utara pada tahun 2017 terjadi seiring dengan meningkatnya
seluruh komponen pembentuknya. Seperti dapat dilihat pada Grafik 6.9, Umur Harapan Hidup
(UHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) cenderung meningkat
sejak tahun 2015 hingga tahun 2017. Secara spasial, Kota Ternate mencatatkan IPM tertinggi di
Maluku Utara (Grafik 6.10). Angka IPM kota Ternatepun tergolong tinggi, yaitu 77,8 di tahun 2016
dan 78,48 di 2017, berbeda dengan IPM di Kota/Kabupaten lainnya di Maluku Utara yang masih
bernilai dibawah 70. Kondisi ini mengindikasikan, fasilitas sosial dan infrastruktur lainnya di Kota
Ternate jauh lebih baik dibanding di wilayah lainnya di Maluku Utara. Perlu dilakukan
pembangunan yang lebih merata di daerah selain Kota Ternate di Maluku Utara sehingga kualitas
hidup rakyat Maluku Utara semakin meningkat dari sisi Umur Harapan Hidup, Harapan Lama
Sekolah, dan Rata-Rata Lama Sekolah. Meskipun secara umum IPM di sebagian besar Kota dan
Kabupaten di Maluku Utara bernilai rendah – sedang, namun IPM tersebut menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk dari tahun 2016 ke tahun 2017.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 6.10 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Maluku Utara
75
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2018 diperkirakan mengalami
perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan berada pada kisaran
6,38% (yoy) – 6,78% (yoy).
Sementara itu, inflasi pada periode triwulan III 2018 diproyeksikan akan meningkat
dari pada triwulan sebelumnya dan berada pada kisaran 3,42% - 3,82% (yoy) dengan
kecenderungan bias ke atas.
a
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN “Ekonomi Maluku Utara diproyeksikan mengalami moderasi pertumbuhan dengan tingkat inflasi terjaga”
Proyeksi Ekonomi Triwulan III 2018
6,38% -
6,78%
Proyeksi Inflasi Triwulan III 2018
3,42% -
3,82%
76
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan III 2018 diperkirakan mengalami
moderasi pertumbuhan dari triwulan berjalan dan berada pada kisaran 6,38% – 6,78%
(yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh penurunan
pada sektor konsumsi rumah tangga yang disebabkan pasca puncak konsumsi masyarakat yang
jatuh pada momen ramadhan dan hari raya idul fitri pada triwulan II 2018. Selain itu, sektor ekspor
LN juga diperkirakan akan melambat sejalan dengan menurunnya lapangan usaha industri
pengolahan akibat based effect aktivasi smelter fero-nickel di triwulan yang sama di tahun 2017.
Di lain sisi, akselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut masih tertahan oleh kinerja konsumsi
pemerintah dan PMTB yang dipengaruhi membaiknya kondisi ekonomi dan politik di Maluku
Utara pasca pelaksanaan Pilkada tingkat provinsi di tahun 2018.
Grafik 7.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya
Sementara itu, dari sisi penawaran lapangan usaha pertanian diperkirakan mengalami
perlambatan karena telah lewatnya musim panen komoditas Hortikultura dan produksi perikanan
paska menunjang pasokan pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sejalan dengan itu,
lapangan usaha perdagangan diperkirakan juga mengalami perlambatan akibat dari selesainya
hari raya idul fitri dan libur anak sekolah.
Pemberlakuan kuota ekspor nikel dan aktivasi smelter nikel pada 2017 mengakibatkan
based effect dari lapangan usaha pertambangan dan industri pengolahan, serta pilkada 2018
5,77
7,61
6,99
7,76
8,307,67
7.98
7.93 ‐8.33
6,38 ‐6,78
6,22 ‐6,62
7,06 ‐7.46
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2
3
4
5
6
7
8
9
I II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I IIp IIIp IVp Total
2015 2016 2017 2018Rp M
iliar
Pertumbuhan
PDRB (%)
PDRB (rhs) g_yoy
77
yang mengakibatkan sikap wait and see para pelaku usaha akan mewarnai perlambatan
pertumbuhan provinsi Maluku Utara pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi tahun 2018
diproyeksikan akan melambat menjadi sebesar 7,06% - 7,46%. Dilihat dari sisi permintaan,
perlambatan pertumbuhan akan disebabkan oleh konsumsi pemerintah, PMTB, ekspor LN, dan
impor LN yang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Dilihat dari
sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh lapangan usaha utama Maluku Utara
yaitu lapangan usaha industri pengolahan, kontruksi, dan administrasi pemerintahan.
Perlambatan pertumbuhan tersebut juga dipengaruhi oleh base effect dari industri pengolahan
yang disebabkan beroperasinya smelter dari 2 perusahaan penambang nikel di Maluku Utara
pada tahun 2017.
7.1.1 Sisi Permintaan
Perlambatan pertumbuhan dari sisi permintaan pada triwulan III 2018 diakibatkan oleh
menurunnya konsumsi rumah tangga pasca puncak konsumsi di triwulan II 2018 pada momen
ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan
mengalami disaselerasi terjaga pada kisaran 3,96% - 4,36% (yoy). Hal ini sejalan dengan
perlambatan pada lapangan usaha pertanian dan perdagangan pada triwulan III 2018.
Selain itu, ekspor LN juga diperkirakan akan mengalami perlambatan yang disebabkan
oleh menurunnya ekspor nickel dan fero-nickel seiring dengan menurunnya kinerja lapangan
usaha pertambangan dan industri pengolahan akibat dari mulai masuknya siklus konsolidasi
produksi nickel dan fero-nickel.
7.1.2 Sisi Penawaran
Apabila dilihat dari sisi penawaran, lapangan usaha pertanian diperkirakan mengalami
perlambatan pada triwulan III 2018 disebabkan oleh mulai masuknya musim kemarau yang akan
mempengaruhi masa panen pada komoditas sayur mayur dan pangan strategis di sentra produksi
Halmahera dan Tidore Kepulauan. Sejalan dengan itu, lapangan usaha perdagangan juga
diperkirakan mengalami perlambatan yang disebabkan oleh pasca puncak konsumsi Maluku
Utara di triwulan II 2018 pada saat momen ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Sementara itu, disaselerasi juga akan dialami oleh lapangan usaha pertambangan dan
industri pengolahan yang disebabkan oleh masuknya siklus konsolidasi produksi nickel dan fero-
nickel pada triwulan III 2018 seiring dengan perkiraan menurunnya ekpor pada komoditas ini.
78
Selain itu, perlambatan juga disebabkan dari based effect terhadap lapangan usaha industri
pengolahan dimana puncak pertumbuhan telah dilewati pada 2017 yang disebabkan oleh
beroperasinya smelter fero-nickel pada triwulan III dan IV 2017.
7.2 Outlook Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Maluku Utara pada triwulan III 2018 diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibanding inflasi triwulan berjalan yakni berada pada kisaran 3,42% (yoy) –
3,82% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, kelompok volatile food pada triwulan III 2018
diperkirakan mengalami kenaikan yang signifikan sedangkan kelompok administered price turut
mendorong kenaikan inflasi. Sementara itu, untuk kelompok inflasi inti diperkirakan cenderung
stabil dan mengalami sedikit penurunan. Peningkatan inflasi di triwulan mendatang, secara umum
diperkirakan disebabkan oleh sebagian besar wilayah Maluku Utara telah memasuki musim
kemarau panjang sehingga mempengaruhi musim panen sayur mayur dan barito.
Ketergantungan pasokan sayur mayur dan barito dari Jawa dan Sulawesi akan mempengaruhi
kenaikan harga pada kelompok volatile food.
Inflasi pada kelompok inflasi inti dan administered price diperkirakan akan terjaga karena
normalisasi inflasi akibat kenaikan inflasi yang terjadi secara terus menerus pada kelompok ini
selama triwulan I dan triwulan II 2018. Sementara itu, tekanan inflasi administered price
diperkirakan akan dipengaruhi oleh kenaikan kenaikan cukai rokok, trend kenaikan minyak dunia,
serta trend peningkatan jumlah penumpang pesawat tidak sejalan dengan penambahan jadwal
dan rute penerbangan.
79
Gambar 7.1 Perkiraan Curah Hujan pada Agustus 2018
Sementara itu, pada kelompok volatile food diperkirakan mengalami kenaikan inflasi yang
disebabkan oleh masuknya musim kemarau panjang di sebagian besar wilayah Maluku Utara.
Menurut BMKG, prakiraan curah hujan yang rendah pada awal triwulan III 2018 akan memberikan
tekanan inflasi dari sisi supply yaitu bahan makanan berupa sayur mayur dan barito yang menjadi
komoditas konsumsi utama masyarakat Maluku Utara. Dengan menurunnya pasokan dari sentra
produksi tanaman holtikultura dari Halmahera dan Tidore maka peningkatan untuk memenuhi
kebutuhan sayur mayur dan barito di Maluku Utara akan dipasok dari Jawa dan Sulawesi
sehingga akan mempengaruhi kestabilan harga pada kelompok ini.
Tekanan inflasi ini diperkirakan dapat ditahan apabila beberapa rencana aksi yang
dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan peningkatan konektivitas pengangkutan komoditas
bahan pangan strategis melalui penyediaan angkutan bersubsidi berupa truk dan kapal sewa.
Selain itu, peningkatan produktivitas tanaman pangan dilakukan melalui ekstensifikasi dan
pembudidayaan tanaman pangan dan tanaman hortikultura penyebab inflasi seperti padi, aneka
cabai, aneka bawang, dan sayur-sayuran. Hingga awal triwulan berjalan, program-program
tersebut telah memberikan dampak pada terjaganya level inflasi pada tingkat yang rendah. Selain
itu, mulai diaktifkannya kembali kerjasama segitiga emas (Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan,
dan Kabupaten Halmahera Barat) dapat menjaga pasokan di Kota Ternate sebagai pusat
konsumsi oleh kabupaten/kota disekitarnya. Dengan demikian, risiko tekanan inflasi karena
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
80
distribusi dapat diminimalisir. Selain itu, meningkatnya produksi komoditas tersebut menjadikan
ketergantungan Kota Ternate pada pasokan dari luar provinsi juga semakin berkurang.
Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta beberapa potensi risiko tersebut, Inflasi
pada akhir tahun 2018 diproyeksikan berada di 3,93% - 4,33%. Walaupun inflasi diperkirakan
meningkat dari tahun sebelumnya inflasi tersebut masih memenuhi target nasional sebesar 3,5%
± 1%. Selanjutnya, produksi dan distribusi bahan makanan masih menjadi tantangan utama
provinsi Maluku Utara karena kondisi geografis yang merupakan wilayah kepulauan.
Ketergantungan Maluku Utara terhadap kebutuhan pasokan bahan pangan strategis dari luar
provinsi akan menjadi kendala utama dalam menjaga kestabilan harga khususnya pada inflasi
kelompok volatile food. Dengan membaiknya peran koordinasi dan kinerja TPID di tahun 2018,
diharapkan akan dapat memberikan aksi nyata untuk menjaga inflasi volatile food meski
diperkirakan masih mengalami sedikit kenaikan.
`
81
BOKS PROSPEK PEREKONOMIAN
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1. Perkembangan Lapangan Usaha Pertanian di Maluku Utara
OVERVIEW KETAHANAN PANGAN MALUKU UTARA Selama bertahun-tahun, pertanian menjadi lapangan usaha dengan share terbesar pada perekonomian
Maluku Utara. Namun sumbangan lapangan usaha pertanian pada pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara relatif
kecil, seperti ditunjukkan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Lapangan Usaha Pertanian di Maluku Utara
Sumber: BPS Maluku Utara, diolah
Selain sumbangannya yang relatif kecil, share
lapangan usaha Pertanian masih berada dalam tren
menurun dalam 3 tahun terakhir. Pada triwulan I 2018,
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
tercatat menyumbang hanya 0,47% dari pertumbuhan
Maluku Utara yang sebesar 7,98% (yoy). kondisi tersebut
juga sangat disayangkan mengingat pertanian merupakan
lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbanyak di
Maluku Utara. Pada Februari 2018, lapangan usaha
pertanian tercatat menyerap 223.400 orang tenaga kerja,
atau 39,84% dari seluruh penduduk bekerja di Maluku
Utara yang berjumlah 560.800 orang. Data tersebut dapat
menjadi indikasi bahwa petani di Maluku Utara memiliki
kesejahteraan yang lebih rendah dibanding tenaga kerja di lapangan usaha lainnya, terlepas dari tingginya potensi
pertanian di Maluku Utara. Kesejahteraan petani tentu erat kaitannya dengan produktivitas petani itu sendiri. Dapat
dikatakan bahwa produktivitas pertanian yang rendah akan berdampak langsung pada menurunnya kesejahteraan
petani tersebut. Produktivitas pertanian yang rendah tersebut selanjutnya akan berdampak langsung pada
kemandirian pangan di Maluku Utara. Kemandirian pangan yang selalu didengungkan oleh pemerintah belum dapat
dicapai oleh Maluku Utara. Lemahnya kemandirian pangan di Maluku Utara terlihat dari tingginya ketergantungan
akan pasokan pangan dari daerah lain.
Dalam kaitannya dengan kondisi pertanian di Provinsi Maluku Utara, Kota Ternate merupakan “hilir” dari
komoditas-komoditas pertanian hasil panen di Maluku Utara sementara Kabupaten lainnya merupakan “hulu”.
Kondisi tersebut karena Kota Ternate sendiri merupakan Kota di Maluku Utara dengan aktivitas ekonomi yang paling
tinggi dibanding kabupaten lainnya, sementara Kabupaten seperti Halmahera Timur, Barat, Utara merupakan
wilayah di Maluku dengan potensi wilayah tanam yang tinggi karena luasnya lahan yang tersedia di wilayah
tersebut. Selama bertahun-tahun, kebutuhan konsumsi di Kota Ternate tergantung dari pasokan luar daerah.
2018I II III IV I II III IV I
Share Pertanian (%) 25,12% 25,29% 25,14% 24,31% 24,71% 24,34% 23,80% 23,04% 23,39%Sumbangan Pertanian Pada Growth PDRB (%) 0,24% 0,69% 1,27% 1,71% 1,53% 0,87% 0,33% 0,23% 0,47%Growth PDRB Maluku Utara (%, YoY) 5,17% 5,73% 5,62% 6,53% 7,61% 6,99% 7,76% 8,30% 7,98%
2016 2017KETERANGAN
82
BOKS PERTUMBUHAN EKONOMI
Terlepas dari potensinya yang sangat tinggi untuk bidang pertanian, ternyata Kabupaten Halmahera Timur, Barat,
Selatan, Utara, Tengah, dan wilayah lainnya tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di Kota Ternate, ataupun di
wilayah Maluku Utara.
Pada kondisi normal, kondisi pasokan bahan pangan di Maluku Utara dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Hasil Survei Liaison KPw BI Provinsi Maluku Utara
Gambar 1. Jalur Pasokan Komoditas Pangan Utama ke Maluku Utara dalam Kondisi Normal
Saat kondisi normal, dalam artian tidak terdapat hari raya keagamaan di Maluku Utara, pasokan komoditas
pangan seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan sayur mayur lainnya dipasok
dari Sulawesi Utara (Manado). Beberapa sayur, seperti sayur wortel dan kol bahkan 100% dipasok dari Manado
mengingat tidak terdapat sentra produksi sayuran tersebut di Maluku Utara. Sementara untuk komoditas daging
ayam ras, telur ayam ras, dan beras sebagian besar dipasok dari Surabaya.
Sumber: Hasil Survei Liaison KPw BI Provinsi Maluku Utara
Gambar 2. Jalur Pasokan Komoditas Pangan Utama di Maluku Utara saat Hari Besar Keagamaan
Selanjutnya, pada momen Hari Besar Keagamaan Nasional dan tingginya permintaan akan konsumsi komoditas
pangan utama, pola pasokan ke Maluku Utara mengalami perubahan karena pasokan pangan di Manado juga
mengalami penurunan seiring dengan permintaan yang tinggi di Manado. Dengan demikian para pemasok
mengambil pasokan dari Surabaya, Makassar, dan bahkan dari Jakarta (Pasar Kramat Jati).
`
83
BOKS PROSPEK PEREKONOMIAN
Tabel 2. Perkembangan Volume Komoditas Domestik Masuk ke Maluku Utara
Grafik 2. Perkembangan Komoditas Masuk (Cabai
Rawit, Bawang Merah, dan Tomat) ke Maluku Utara Grafik 3. Perkembangan Komoditas Masuk (Beras,
Telur Ayam, dan Daging Ayam Ras) ke Maluku Utara
Sumber: Balai Karantina Pertanian Ternate, diolah Sumber: Balai Karantina Pertanian Ternate, diolah
Ketergantungan Maluku Utara akan pasokan dari luar daerah tersebut juga terkonfirmasi masih
menunjukkan peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya untuk beberapa komoditas. Dapat dilihat pada
Grafik 2 dan 3, komoditas masuk berupa Cabai Rawit, Bawang Merah, Tomat, Beras, Telur Ayam, dan Daging Ayam
Ras menunjukkan peningkatan pada tahun 2017 dibanding tahun 2016. Dengan tingginya ketergantungan
tersebut, maka proses pengendalian harga komoditas-komoditas tersebut relatif sulit dilakukan. Selama
ketergantungan tersebut masih tinggi, upaya pengendalian harga yang optimal adalah memastikan kelancaran
logistik dari daerah pemasok ke Maluku Utara. Kelemahannya adalah apabila harga akan sulit dikendalikan apabila
harga dari daerah pemasok memang tinggi, karena tingginya permintaan di daerah pemasok pada saat tertentu
seperti Hari Raya Keagamaan.
Melalui diskusi kepada beberapa stakeholder, kendala utama dalam pengembangan produksi komoditas
pertanian di Maluku Utara adalah sebagai berikut:
a. Kemauan dan kemampuan yang kurang dari Sumber Daya Manusia di Maluku Utara dalam bidang pertanian
(khususnya masyarakat di pulau Halmahera). Kondisi ini terjadi karena mindset masyarakat umumnya lebih
menyukai untuk menunggu hasil panen cengkih dan pala. Dengan demikian, kemauan masyarakat untuk
bertani, atau bercocok tanam komoditas yang memiliki masa hidup pendek seperti cabai, sayur mayur,
bawang sangat rendah. Kondisi ini terkonfirmasi juga melalui hasil-hasil liaison ataupun observasi lapangan
yang memang menunjukkan motivasi masyarakat untuk bertani sangat rendah. Disamping itu, kemampuan
masyarakat untuk bercocok tanam komoditas bawang merah dan bawang putih, cabai, dan tomat juga
relatif rendah mengingat perawatan komoditas tersebut hingga panen tidak semudah pohon cengkih atau
pala.
Beras Cabai Rawit
Cabai Merah Besar
Cabai Keriting
Bawang Merah
TomatDaging Ayam
Telur Ayam
2014 15.329.770 42.305 995.167 246.185 3.330.883 1.479.653 2015 23.313.047 121.582 2.765 570 598.663 258.510 3.669.213 1.445.454 2016 14.781.540 83.586 13.731 1.450 499.095 540.037 4.055.418 1.776.773 2017 21.452.300 256.685 6.811 2.885 635.788 543.465 4.281.843 2.662.153
VOLUME KOMODITAS DOMESTIK MASUK KE MALUKU UTARA (kg)
Tahun
84
BOKS PERTUMBUHAN EKONOMI
b. Upaya pemerintah dalam meningkatkan hasil pertanian di Maluku Utara perlu dioptimalkan. Kondisi ini juga
terkonfirmasi dari hasil liaison ke para petani di wilayah tersebut. Pemerintah seringkali hanya memberikan
bantuan benih dan kurang intensif dalam memberikan pendampingan dan bantuan teknis. Namun diakui
juga, pemerintah berperan dalam memberikan bantuan seperti traktor yang dapat membantu proses
pengolahan lahan.
c. Kualitas produk juga menjadi masalah. Kualitas sayur mayur dan komoditas pertanian lainnya dinyatakan
pedagang seringkali tidak memenuhi standar yang diinginkan oleh masyarakat Ternate, dan lebih rendah
kualitasnya dari pasokan luar daerah seperti Manado dan Surabaya. Pelatihan terkait penggunaan bibit yang
berkualitas perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Daerah.
d. Transportasi merupakan salah satu kendala mengingat lokasi Kota Ternate yang relatif jauh dari sentra
produksi di Halmahera. Sebagai contoh dari Halmahera Utara ke Ternate lama perjalanan mencapai 6 jam
lebih (satu jam penyeberangan laut dan 4-5 jam perjalanan darat). Perbandingannya adalah, biaya
pengiriman dari luar daerah melalui laut ke Ternate relatif sama dengan biaya dari Halmahera ke Ternate.
Terkait kendala ini, pemerintah provinsi juga telah memberikan bantuan truk kepada para petani binaan
Pemda untuk memperlancar distribusi.
e. Masalah utama lainnya adalah jaringan. Pada banyak tempat di sentra-sentra produksi di Halmahera tidak
terdapat signal untuk petani dapat menelpon. Petani seringkali harus pergi ke lokasi sejauh beberapa
kilometer hanya untuk melakukan panggilan telepon. Kondisi ini sangat menghambat proses komunikasi
antara petani dan pedagang di Ternate.
Adapun infrastruktur penunjang dan upaya-upaya untuk menjaga pasokan pangan dan kestabilan harga di
Kota Ternate, serta untuk meningkatkan produktivitas petani di Maluku Utara adalah sebagai berikut:
a. Pasar sebanyak 5 pasar di Kota Ternate: Pasar Gamalama, Pasar Dufa-Dufa, Pasar Bastiong, Pasar Kota Baru,
dan Pasar Sasa.
b. 6 unit gudang berkapasitas masing-masing 60 ton milik pemerintah daerah yang dapat disewa seharga Rp
18 juta per tahun oleh pedagang (umumnya 1 sampai 2 orang pemasok). Namun jumlah dan kapasitas ini
dinilai belum memadai untuk menjaga kestabilan pasokan di Ternate mengingat banyak pedagang yang
belum mendapat bagian. Dengan demikian, pada tahun 2018 ini direncanakan pembangunan gudang
sebanyak 10 unit oleh pemerintah Maluku Utara.
c. Pemerintah daerah juga akan memberikan pelatihan terkait penggunaan varietas yang berkualitas, cara
pengolahan lahan yang benar, dan pelatihan cara tanam dan perawatan dengan baik secara intensif.
d. Asosiasi Pedagang dan Pemasok Pangan Kota Ternate secara rutin selalu melakukan studi banding ke daerah
lain seperti Malang, Probolinggo, Pasuruan dan Kota-Kota lainnya untuk melihat kekuatan pasokan dan
kualitas komoditas pangan di kota-kota tersebut. Harapannya selain untuk memperoleh pasokan komoditas
yang baik dari daerah tersebut, studi banding tersebut juga untuk mengetahui varietas-varietas yang baik
dan memiliki produktivitas yang tinggi sehingga dapat dilakukan sharing knowledge kepada para petani di
Maluku Utara.