Makanan Dan Refleks Muntah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    1/25

    1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

    Hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi yang berjudul

    Laporan Praktikum Makanan dan Refleks Muntah tanpa suatu kendala yang berarti.

    Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami

    materi tentang Makanan dan Refleks Muntah. Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha

    Esa, untuk itu saya mohon maaf apabila dalam laporan ini masih terdapat kesalahan baik

    dalam isi ataupun sistematika. Saya juga berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat

    untuk pendalaman materi pada Blok Stomatognasi 2 ini.

    Jember, April 2013

    Penulis

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    2/25

    2

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ............................................................................................................. 1

    Daftar isi....................................................................................................................... 2

    BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 3

    BAB 2. HASIL PENGAMATAN................................................................................ 20

    BAB 3. PEMBAHASAN ............................................................................................. 21

    BAB 4. KESIMPULAN............................................................................................... 24

    Daftar Pustaka .............................................................................................................. 25

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    3/25

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    2.1.1 Dasar Teori Pengunyahan (Mastikasi)

    Pengunyahan merupakan hasil kerja sama antara peredaran darah, otot pengunyahan,

    saraf, tulang rahang, sendi temporo-mandibula, jaringan lunak rongga mulut dan gigi-gigi.

    Organ tubuh yang terlibat dalam proses pengunyahan ini antara lain: bibir, lidah, palatum,

    gigi-gigi, kelenjar saliva, faring dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi

    oleh cabang motorik nervus trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh

    nukleus di batang otak.

    Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah,

    dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot

    rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan

    mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang

    adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area

    perioral, faring, dan laring.

    Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan

    secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat

    disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif

    merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak.

    Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya

    berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan

    ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan

    saliva sebagai tahap awal dari proses digesti.

    Di dalam mulut, makanan mengalami proses mastikasi untuk mempermudah

    mencerna makanan dan merangsang sekresi saliva. Proses mengunyah disebabkan oleh

    refleks mengunyah yang berlangsung secara terus-menerus sebagaimana dijelaskan sebagai

    berikut.

    1) Pada saat makanan akan masuk ke dalam mulut akan merangsang refleks inhibisiotot-otot pengunyahan, yang menstimulasi membukanya rongga mulut karena rahang

    bawah turun.

    2) Penurunan ini segera menginisiasi refleks regang otot-otot rahang yang menyebabkankontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara otomatis mengangkat rahang

    bawah sehingga terjadi penutupan rongga mulut dan oklusi gigi-gigi.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    4/25

    4

    3) Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya bolus yang beada di permukaan oklusal gigibergerak ke arah pipi.

    4) Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi otot-otot rahangsehingga mulut kembali terbuka.

    5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat kembali makananke atas permukaan gigi dan mencampur makanan dengan enzim pencernaan di

    rongga mulut. Kondisi ini akan terus-menerus terjadi sehingga terjadi pemecahan

    ukuran partikel makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk ditelan. Kecepatan

    pencernaan makanan sangat tergantung pada luas permukaan total yang dapat

    menghasilkan getah lambung. Penghancuran makanan menjadi partikel-partikel halus

    berfungsi mencegah ekskorias atau lukanya saluran pencernaan. Dalam hal ini,

    pergerakan lidah diatur oleh saraf kranialis XII (nervus hypoglossus).

    I.1 Pergerakan Pengunyahan

    Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topic yang menarik dalam hal

    klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan prostodonti. Salah satu

    tujuan memugar bentuk oklusal adalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi dengan

    pola pergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa penelitian dimaksudkan untuk

    menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan dan untuk mengidentifikasikan posisi

    mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi

    penelitian tentang rahang pada alat yang bernama simulator atau artikulator.

    Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incidor

    sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi

    anterior (incisors) berperan untuk memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untuk

    menggiling makanan.

    Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan proses

    pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular di batang

    otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area

    di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan area sensori

    untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.

    Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai berikut:

    - enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga tingkat

    pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi

    pencernaan.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    5/25

    5

    - Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan dari

    gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan dari

    lambung ke usus kecil, kemudian berturut-turut ke dalam semua segmen usus.

    I.1.1 Pergerakan

    Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat dan

    pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia.

    Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan

    pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi

    karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran

    makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan

    ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode

    reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.

    Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan

    dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slow-

    opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan dua

    fase selama rahang menutup.

    Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan

    makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan

    oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi.

    Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama

    fase slow-openingpada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas permukaan

    makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fast-openingdanfase-

    closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada

    rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan

    berpindah ke belakang di bawahsoft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting

    dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara mengembalikan

    lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian lebih

    lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan

    lidah selama terjadinya aktivitas ini.

    I.1.2 Aktivitas Otot

    Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas pola

    asynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu puncak, tingkat

    dimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan oleh

    factor-faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    6/25

    6

    individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka, ketika otot pembuka

    rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup.

    Aktivitas dari otot penutup rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya

    makanan di antara gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan,

    lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.

    I.2 Struktur batang otak dalam control mastikasi

    Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan aktivitas

    beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain yang

    memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi reticular juga

    terlibat.

    I.2.1 Nukleus Trigeminal Sensorik

    Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada di sepanjang batas lateral

    batang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi rostral paling banyak dari nucleus ini disebut

    nucleus sensorik principal (kadang lebih sering sering disebut nucleus sensorik utama) dan

    sisanya adalah nucleus spinal trigeminal. Nukleus spinal dibagi lagi dari rostral ke kaudal

    menjadi subnukleus oralis, interpolaris, dan kaudalis.

    Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus. Cabang utama akan

    bercabang menjadi limb ascending dan descending, atau secara sederhana turun memasuki

    batang otak untuk membentuk traktus trigeminal menutupi sekeliling aspek lateral dari

    nucleus sensori utama, sementara secara kaudal limb descending membentuk traktus spinal

    trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal. Cabang akson kolateral meninggalkan

    traktus trigeminal dan memasuki nucleus sensori untuk membentuk sumbu terminal pada

    beberapa nucleus dengan tingkat yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut dan

    wajah berakhir di medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral.

    Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local mempunyai akson

    yang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan mengirimkan akson ke rostral nuclei

    batang otak yang lain; dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam nucleus sensorik.

    Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi, subnukleus oralis terdiri

    dari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial, dan garis batas. Divisi ventrolateral terdiri

    dari interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord, dan

    satu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam subdivisi

    dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan grup neuron pada

    garis batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal medullar.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    7/25

    7

    Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilingi oleh

    akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral. Nukleus

    sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan neuronnya yang lebih

    rendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit primer yang tebal, panjang, dan

    lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan nucleus utama adalah adanya sejumlah

    gelondong akson bermyelin pada nucleus spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan

    electron menunjukkan adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar pada

    nucleus sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit primer

    berasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. Dendrit

    sekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.

    I.2.2 Nukleus Trigeminal Mesencefalic

    Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup rahang dan badan

    sel dari ligament periodontal, gingival, dan mekanoreseptor palatal berlokasi di dalam

    nucleus mesencefalic. Penyusunannya unik di dalam sistem saraf pusat. Nukleus neuron

    mesencefalic berupa unipolar; akson tunggal yang bercabang 2 menjadi cabang perifer dan

    sentral. Cabang sentral mengeluarkan sejumlah cabang kolateral yang berakhir di nucleus

    motorik, spinal cord, dan area lain dari batang otak. Badan sel neuron yang menginervasi

    gelondong otot, ditemukan di sepanjang nucleus, dan badan sel yang berasal dari reseptor

    ligament periodontal dibatasi setengah kaudalnya.

    I.2.3 Nukleus Tigeminal Motorik

    Motoneuron yang mengatur otot-otot mastikasi terdapat pada nucleus trigeminal motorik.

    Analisis distribusi ukuran soma motoneuron menandakan bahwa nucleus trigeminal motorik

    terdiri dari motoneuron gamma dan alfa. Sejumlah studi pembuktian neural

    mendemostrasikan bahwa motoneuron gamma yang menginervasi otot-otot mastikasi

    dipisahkan secara anatomi di dalam nucleus; Motoneuron penutup rahang berlokasi di

    dorsolateral, sedangkan motoneuron pembuka rahang berlokasi di divisi ventromedial

    nucleus. Pengamatan intraselular dan ekstraselular terhadap motoneuron mastikasi

    menunjukkan bahwa input sinaps untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda.

    Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup rahang tidak

    mempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas neural yang memulai

    mekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan menghambat otot penutup rahang dan

    meningkatkan aktivitas otot pembuka rahang.

    Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua grup

    motoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi di sini terdapat

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    8/25

    8

    sedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region dorsolateral dan ventromedial

    nucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari struktur mikro

    nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme reflek mastikasi.

    I.2.4 Nukleus Hipoglosal Motorik

    Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih homogen daripada nucleus

    trigeminal motorik. Ia terbentuk dari motoneuron yang besar dan multipolar dan sebuah

    populasi dari interneuron-interneuron kecil. Dendrit-dendrit motoneuron besar melintasi garis

    tengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau berseberangan dalam formasi reticular.

    Interneuron-interneuron kecil memiliki hanya satu atau dua dendrite yang terdiri oleh nucleus

    secara total.

    I.2.5 Nukleus Fasial Motorik

    Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal motoneuron. Kolom-kolom medial

    dan lateral yang lebih besar terpisah oleh kolom intermediet yang lebih kecil. Studi

    pembuktan neural menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan secara topografi di dalam

    nucleus. Otot yang mengontrol bibir atas dan nares mempunyai motoneuron sendiri pada

    bagian ventral dan dorsal kolom sel lateral. Otot bibir bawah disuplai oleh motoneuron pada

    kolom sel intermediet. Otot-otot yang berhubungan dengan telinga dikontrol oleh

    motoneuron pada kolom sel medial. Terdapat perbedaan utama pada pola dendrit antara

    motoneuron di 3 kolom sel. Dendrit pada motoneuron fasial secara luas berada di subdivisi

    yang sama yang mengandung soma, tapi terkadang meluas di luar batas nucleus fasial

    motorik.

    I.2.6 Kontrol Mastikasi

    Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang yang

    sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola dasar oscillatory pergerakan

    mastikasi berawal dari generator neural yang terdapat di brain stem. Input sensori afferent

    yang terjadi pada nuclei ini juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam

    pembentukan proses mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak

    akan mempengaruhi system koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian banyak

    penelitian dilakukan, tiga hal inilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar

    terhadap pengontrolan proses mastikasi.

    I.3 Aktivitas brain stem selama mastikasi

    Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas oral, fakta

    menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari dalam brain stem.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    9/25

    9

    Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu gerakan mastikasi adalah

    adanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk jaringan neural oscillatory yang

    mampu merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai

    generator pola mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung

    jawab dalam proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator,

    mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi dari

    strukur orofacial.

    Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak lidah,

    facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang-

    kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila

    dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses

    penelanan).

    Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jaw-closingdan

    refleksjaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk ujung dagu

    ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan menhasilkan input sensori yang

    akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik)

    electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan

    temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan

    menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan

    gerakknee-jerkrefleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input

    refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll

    dapat menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan

    percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi

    tidak menghentikan refleks.

    Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan

    mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-opening dan

    inhibisi pada ototjaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang-

    kurangnya satu interneuron bekerja.

    Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jaw-closing

    dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya ritme

    mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu

    dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi

    yang sesuai dengan input yang terjadi.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    10/25

    10

    Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan aktivitas

    itrasel dari motoneuron yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan digastrics (jaw-

    opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi)

    saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi tidak

    hiperpolarisasi saat closing.

    2.1.2 Dasar Teori Penelanan

    Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada dasarnya

    merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Proses menelan makanan bergerak dari faring

    menuju esofagus. Proses penelanan terdiri dari tiga fase, yaitu:

    1) Fase VolunterMakanan ditelan secara sadar. Makanan ditekan atau didorong ke bagian

    belakang mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan ke belakang terhdap

    palatum sehingga lidah memaksa bolus masuk ke dalam orofaring. Proses menelan

    pada fase ini seluruhnya atau hampir seluruhnya terjadi secara otomatis dan biasanya

    tidak dapat dihentikan.

    2) Fase FaringealSetelah makanan di dorong ke belakang mulut, makanan tersebut merangsang

    daerah reseptor penelanan yang terletak di orofaring, khususnya tonsila. Selanjutnya,

    impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian kontraksi otot faring

    dengan jalan sebagai berikut.

    a. Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior untuk mencegahrefluks makanan ke rongga hidung.

    b. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk salingmendekati hingga membentuk celah sagital sebagai jalan masuk makanan

    ke posterior faring.

    c. Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglotis terdorong ke belakangke atas pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya

    makanan ke dalam trakea.

    d. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang melekatpada os hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esofagus.

    e. Selanjutnya, bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas)berelaksasisehingga memungkinkan makanan berjalan dari posterior faring ke dalam

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    11/25

    11

    esofagus bagian atas. Pada saat menelan sfingter tetap berkontraksi secara

    tonik dengan kuat untuk mencegah udara masuk ke dalam esofagus saat

    bernafas.

    f. Pada saat laring terangkat dan sfingter esofagus atas relaksasi, m.Konstriktor faringeus superior berkontraksi sehingga menimbulkan

    gelombang peristaltik cepat yang berjalan ke bawah melewati otot-otot

    faring dan mauk ke dalam esofagus serta mendorong makanan esofagus

    bagian bawah. Mekanisme penelanan pada fase faringeal ini berlangsung

    selama 1-2 detik.

    Pada fase faringeal ini terjadi :

    1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas

    dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

    2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

    3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksim.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

    4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faringinermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI)

    menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring

    (n.X)

    5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan doronganotot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk

    ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk

    menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

    Peranan saraf kranial pada fase faringeal

    Organ Afferen Efferen

    Lidah n.V.3 n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

    n.VII : m.stilohyoid

    n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

    n.XII :m.stiloglosus

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    12/25

    12

    Palatum

    Hyoid

    Nasofaring

    Faring

    Laring

    Esofagus

    n.V.2, n.V.3

    n.Laringeus superior cabinternus (n.X)

    n.X

    n.X

    n.rekuren (n.X)

    n.X

    n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

    n.V :m.tensor veli palatini

    n.V : m.milohyoid, m. Digastrikusn.VII : m. Stilohioid

    n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

    n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

    n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor

    faring sup, m.konstriktor ffaring med.

    n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

    n.IX :m.stilofaring

    n.X : m.krikofaring

    Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut

    afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

    Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu

    gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas.

    Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,

    pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian

    atas. WaktuPharyngeal transitjuga bertambah sesuai dengan umur.

    Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

    penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

    1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari

    m.konstriktor faring.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    13/25

    13

    2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibatterangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap

    ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh

    m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus

    bagian superior.

    3) Fase EsofagusFungsi utama esofagus yaitu menghantarkan makanan dari faring ke lambung.

    Sfingter bagian bawah esofagus berelaksasi setelah makanan melakukan gelombang

    peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung. Sfingter

    kemudian berkontraki untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke dalam

    esofagus. Gelombang peristaltik esofagus hampir seluruhnya dikontrol oleh refleks

    vagus, yang merupakan sebagian dari keseluruhan mekanisme menelan. Gelombang

    ini berjalan dari faring ke lambung kira-kira dalam waktu 5 sampai 10 detik. Refleks

    ini dihantarkan melalui serat aferen vagus dari esofagus ke medula oblongata dan

    kembali lagi ke esofagus melalui serat aferen vagus.

    Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

    1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer

    terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.

    Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang

    merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

    2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus

    yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini

    bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

    Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan

    berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari

    berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

    II.1.4 Peranan sistem saraf dalam proses menelan

    Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

    1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaringlangsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

    2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    14/25

    14

    menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke

    motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

    3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

    II.2 Gangguan deglutasi/ menelan

    Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan, yang

    merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun anak-

    anak.

    Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 kali,

    sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidup

    seseorang.

    Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut

    sampai ke lambung.

    Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang saluran

    mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi. Disfagia dapat disertai

    dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.

    Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia dibagi

    berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan

    mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat

    menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya

    hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.

    2.1.3 Dasar Teori Refleks Muntah (Gagging Reflex)

    Refleks muntah (gagging reflex) dianggap sebagai suatu melkanisme fisiologis tubuh

    untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh,

    masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea. Sumber refleks muntah secara

    fisiologis dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: somatik (stimulasi saraf

    sensoris berasal dari kontak langsung pada daerah sensitif yang disebut trigger zone,

    misalnya: sikat gigi dan meletakkan benda

    di dalam rongga mulut) dan psikogenik (distimulasi di pusat otak yang lebih tinggi tanpa

    stimulasi secara langsung, misalnya: penglihatan, suara, bau, perawatan kedokteran gigi).

    Letak trigger zone pada setiap individu tidak sama. Pada beberapa orang trigger zone

    dapat ditemukan di bagian lateral lidah, posterior palatum, dinding posterior faring dan lain-

    lain. Impuls saraf rangsangan ini akan diteruskan ke otak melalui nervus glossofaringeus dan

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    15/25

    15

    motoriknya dibawa kembali oleh nervus vagus. Selain tempat tersebut, refleks muntah juga

    dapat disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran pencernaan, perokok berat, gigi

    tiruan, variasi anatomi dari palatum molle, perubahan posisi tubuh yang sangat cepat atau

    pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.

    Mekanisme refleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut:

    1) Pada tahap awal iritasi gastrointestinal atau distensi yang berlebihan, akan terjadigerakan antiperistaltis (beberapa menit sebelum muntah).

    2) Antiperistaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum danlambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.

    3) Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama duodenum,menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi faktor pencetus yang

    menimbulkan muntah.

    4) Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun padalambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esofagus bagian bawah,

    sehngga muntahan mulai bergerak ke esofagus. Selanjutnya, kontraksi otot-otot

    abdomen akan mendorong muntahan keluar.

    5) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu rangsangankhusus yang menjadi penyebab kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal

    maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medula (terletak dekat

    traktus solitarius). Reaksi motoris ini otomatis akan menimbulkan refleks muntah.

    Imuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat

    muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX, X dan XII ke traktus gastro-istestinal

    bagian atas dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen.

    6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma bersama denganrangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di

    antara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragrastik

    sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus bagian bawah

    berelaksasi secara lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui

    esofagus.

    7) Reaksi refleks muntah yang terjadi menimbulkan beberapa efek di dalam ronggamulut yaitu: bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik

    sfingter esofagus bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis, pengangkatan

    palatum molle untuk menutup nares posterior (daearah yang paling sensitif dalam

    rongga mulut terhadap berbagai rangsangan).

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    16/25

    16

    Cara mencegah refleks muntah yaitu dengan diberikannya es balok (berkumur dengan

    air es berulang kali), karena air es memiliki suhu rendah sehingga dapat menghambat kerja

    saraf untuk menyampaikan rangsangan menuju pusat muntah, sehingga sensitifitas pasien

    dapt berkurang. Selain itu, beberapa cara dapat juga digunakan untuk menekan efek refleks

    muntah, antara lain: relaksasi, mengalihkan perhatian, metode desensitisasi, terapi psikologis

    dan perilaku, anestesi lokal, sedasi, general anestesi, terapi obat-obatan, hipnotik dan

    akupuntur.

    2.1.4 Koordinasi Gerakan Lidah

    Lidah merupakan organ stomatognasi berotot yang dilapisi oleh mukos ayang

    memiliki resptor pengecap. Lidah memilki kemampuan untuk bergerak ke segala arah. Selain

    memiliki fungsi sebagai alat pengecap, lidah juga membantu proses pengunyahan makanan.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    17/25

    17

    BAB II

    HASIL PENGAMATAN

    TABEL DATA HASIL PERCOBAAN

    2.3.1 Pengunyahan

    2.3.1.1 Kekuatan Gigit Maksimal

    2.3.1.2 Efisiensi Kunyah

    Perhitungan efisiensi kunyah

    Pengunyahan 5 kali

    N = (N + S) S = N : berat nasi x 100%

    N = (1 gr + 1 gr)1 gr = 1 : 2 x 100%

    N = 2 gr1 gr = 50%

    N = 1 gr

    Pengunyahan 10 kali

    N = (N + S) S = N : berat nasi x 100%

    N = (3 gr + 1 gr)1 gr = 3 : 2 x 100%

    N = 4 gr1 gr = 150%

    N = 2 gr

    Pengunyahan 20 kali

    N = (N + S) S = N : berat nasi x 100%

    N = (4 gr + 1 gr)1 gr = 4 : 2 x 100%

    N = 5 gr1 gr = 200%

    N = 4 gr

    Keterangan :

    Jenis Kelamin GigiKedalaman Gigit

    Kanan Kiri

    Pa

    Insisiv pertama 0.3 cm 0.3 cm

    Kaninus 0.3 cm 0.5 cm

    Molar pertama 0.4 cm 0.5 cm

    PiInsisiv pertama 0.1 cm 0.1 cmKaninus 0.2 cm 0.3 cm

    Molar pertama 0.5 cm 0.4 cm

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    18/25

    18

    N= Berat sisa makanan

    N = jumlah sisa makanan

    S = berat saringan

    = efisiensi kunyah

    Jenis Kelamin orang

    coba

    Efisiensi Kunyah

    20 kali 15 kali 10 kali

    Pi 50% 150% 200%

    2.3.1.3 Kelelahan pada Otot Wajah

    Jenis Kelamin orang

    cobaWaktu Kunyah (Awal kunyah-lelah)

    Pi 2 menit sebanyak 135 kunyahan

    2.3.1.4 Gerakan Lidah Pada Saat Mengunyah

    Jenis Kelamin

    orang coba

    Posisi

    LidahBentuk

    Ukuran

    (normal/tidak)Warna Tekstur

    Pi

    relaksasi normal normal pink coral halus

    anterior mengecil normal pink coral kasar

    lateral mengecil dan menebal normal merah kasar

    posterior melebar dan pendek tidak pink coral halus

    mengunyah normal normal merah halus

    2.3.2 Pemeriksaan Proses Menelan

    2.3.2.1 Pemeriksaan Palpasi pada Saat Menelan

    Jenis Kelamin orang

    coba Pola Gerakan

    PiKontraksi-Relaksasi

    (Atas-Bawah)

    2.3.2.2 Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

    Perlakuan Respon orang coba

    Dengan pemijatan Lancar +

    Tanpa pemijatan Lancar +++

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    19/25

    19

    Kemudahan menelan : lebih mudah tanpa pemijatan

    2.3.2.2 Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

    Jenis Kelamin orang

    coba

    Kemudahan menelan dan respon orang coba

    1:0.5 1:1 1:2 1:3

    Pi Lancar + Lancar ++ Lancar +++

    2.3.3 Prosedur Percobaan Refleks (Gagging Reflexs)

    2.3.3.1 Pengaruh Sentuhan Terhadap Refleks Muntah

    Lokasi

    Respon orang coba (refleks muntah)

    Rasa pahit Stik es krimSuhu dan

    sentuhan

    Ujung lidah x x x

    Dorsal lidah x

    Lateral kiri x x x

    Lateral kanan x x x

    anterior x x x

    posterior x x

    Posterior palatum

    uvula

    tonsil

    faring atas (jika bisa) x x x

    Yang paling sensitif adalah : Tonsil

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    20/25

    20

    PERTANYAAN

    1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan perempuan?Jelaskan mengapa!

    2. Apa ada perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan? Jelaskamengapa!

    3. Mengapa makanan ada yang mudah ditelan dan ada yang sukar? Jelaskan mengapa!4. Mengapa rasa pahit dapat merangsang refleks muntah?

    JAWAB

    1. Iya, lebar permukaan rongga mulut laki-laki lebih besar daripada perempuan. KarenaJenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran gigi mempengaruhi panjang lengkung

    gigi. Laki-laki menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dalam hal lengkung gigi. Ukuran

    gigi pria lebih besar dari ukuran gigi wanita. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kekuatan

    fungsional, kebiasaan makan, sikap tubuh dan trauma.

    2. Iya, kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari perempuan. Karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior

    kekuatan untuk menahan beban sama pada laki-laki dan perempuan. Serta ukuran gigi laki-

    laki lebih besar daripada perempuan sehingga lebih kuat daya gigitnya.

    3. Karena setiap makanan memiliki jenis, bahan, dan komposisi yang berbeda. Padamakanan yang tergolong keras dan kasar akan lebih sulit ditelan daripada makanan yang

    halus dan lembut. Sehingga makanan yang halus dan lembut membutuhkan lebih sedikit

    pengunyahan daripada yang keras dan kasar.

    4. Rasa pahit dilidah erat hubungannya dengan mual-mual dan muntah. Penyebabutamanya yakni asam lambung yang naik kemulut meninggalkan rasa pahit yang sering

    menetap beberapa waktu. Contoh kondisi yang mungkin menyebabkan mual-mual dan

    muntah yaitu maag, beberapa infeksi virus maupun bakteri, berbagai masalah pada

    pencernaan, sakit kepala, mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik, ibuprofen dan

    steroid, mengkonsumsi bahan bahan yang mengiritasi lambung dan sebagainya.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    21/25

    21

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. PERTANYAANLebar permukaan rongga mulut laki-laki lebih besar daripada perempuan

    karena Jenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran gigi mempengaruhi panjang

    lengkung gigi. Laki-laki menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dalam hal lengkung

    gigi. Rata-rata lebar mesio distal gigi insisif anterior rahang atas dan rahang bawah laki-laki

    lebih besar daripada perempuan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi

    pada tahun 2000 di Universitas Airlangga. Rata-rata ukuran mesio distal gigi insisif rahang

    atas laki-laki lebih besar dari perempuan. Ukuran gigi pria lebih besar dari ukuran gigi

    wanita. Menurut Desi hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kekuatan fungsional, kebiasaan

    makan, sikap tubuh dan trauma.

    Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa laki-laki dan perempuan

    memiliki rata-rata panjang lengkung gigi yang hampir sama, yaitu 20,16 mm untuk laki-laki

    dan 20,20 mm untuk perempuan. Adapun tinggi palatum laki-laki sebesar 18,40 mm dan

    untuk perempuan sebesar 17,83 mm. Namun, perbedaan panjang lengkung gigi lebih

    cenderung disebabkan oleh karena faktor ras dari pada jenis kelamin.

    Kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari perempuan karena laki-

    laki dapat menahan beban sedikit lebih besar daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior

    kekuatan untuk menahan beban sama pada laki-laki dan perempuan. Serta ukuran gigi laki-

    laki lebih besar daripada perempuan sehingga lebih kuat daya gigitnya. Daya kunyah

    maksimum (45-50 kg) diukur antara gigi molar pertama dan sedikit demi sedikit berkurang

    untuk gigi disebelahnya, semakin ke proksimal, daya kunyah mendekati 10 kg pada gigi

    incisivus.

    Selain jenis kelamin, daya gigit juga dipengaruhi oleh pemakaian kawat gigi. Untuk

    pengguna protesa gigi tiruan lengkap hanya mampu menahan beban kunyah sekitar

    seperempat sampai sepertiga dari kemampuan menahan beban kunyah orang dengan gigi

    geligi asli yang normal. Penguna protesa gigi tiruan sebagian juga tidak mampu menggigit

    sekuat orang dengan gigi geligi yang masih lengkap.

    Makanan ada yang mudah ditelan dan ada yang sukar ditelan karenasetiap

    makanan memiliki jenis, bahan, dan komposisi yang berbeda. Pada makanan yang tergolong

    keras dan kasar akan lebih sulit ditelan daripada makanan yang halus dan lembut. Sehingga

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    22/25

    22

    makanan yang halus dan lembut membutuhkan lebih sedikit pengunyahan daripada yang

    keras dan kasar.

    Rasa pahit dilidah erat hubungannya dengan mual-mual dan muntah.

    Penyebab utamanya yakni asam lambung yang naik kemulut meninggalkan rasa pahit yang

    sering menetap beberapa waktu. Contoh kondisi yang mungkin menyebabkan mual-mual dan

    muntah yaitu maag, beberapa infeksi virus maupun bakteri, berbagai masalah pada

    pencernaan, sakit kepala, mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik, ibuprofen dan

    steroid, mengkonsumsi bahan bahan yang mengiritasi lambung dan sebagainya. Mual dan

    muntah kebanyakan dikendalikan oleh reflek dan merupakan bagian dari sistem pertahanan

    tubuh jadi sulit bagi kita untuk mengendalikannya

    B. TABELBerdasarkan pengamatan yang telah dilakukan kelompok kami didapatkan hasil :

    Pada pengamatan kekuatan gigit maksimal pada orang coba, didapatkan hasil bahwa

    pada orang coba laki-laki memiliki daya gigit maksimal lebih besar dari perempuan. Hal ini

    disebabkan karena lebar permukaan rongga mulut pada laki-laki lebih besar. Sebab Jenis

    kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran gigi mempengaruhi panjang lengkung gigi.

    Jadi, ukuran gigi laki-laki yang lebih besar menyebabkan lebar permukaan rongga mulutnya

    lebih besar sehingga memliki daya gigi maksimal lebih besar dari perempuan. Selain ukuran

    gigi dan lebar permukaan rongga mulut, yang mempengaruhi kekuatan gigit maksimal adalah

    pengunaan protesa gigi tiruan. Pada orang coba perempuan menggunakan kawat gigi

    sehingga tidak mampu menggigit sekuat orang dengan gigi geligi yang masih lengkap.

    Efesiensi kunyah merupakan jumlah gerak kunyah atau waktu yang dibutuhkan untuk

    mengurangi makanan menjadi ukuran partikel tertentu kemampuan untuk melumatkan

    makanan. Pada pengamatan efisiensi kunyah pada orang coba menunjukkan bahwa semakin

    banyak jumlah pengunyahan efisiensinya semakin sedikit. Namun, hal ini bertentangan

    dengan teori. Seharusnya semakin lama mengunyah efisiensinya semakin naik. Sebab

    semakin lama kita mengunyah kemampuan untuk melumatkan makanan semakin bertambah

    karena makanan yang mengalami pengunyahan lebih banyak akan semakin halus.

    Pada pengamatan kelelahan pada otot wajah menunjukkan bahwa waktu kunyah

    orang coba dari awal mengunyah sampai merasa lelah adalah 2 menit sebanyak 135

    kunyahan. Pengunyahan ideal sebanyak 33 kali. Sehingga jika seseorang mengunyah terus

    menerus tanpa istirahat, maka ia akan mengalami kelelahan.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    23/25

    23

    Pada percobaan gerakan lidah pada saat pengunyahan saat posisi lidah relaksi,

    anterior, lateral, dan mengunyah ukurannya adalah normal. Namun saat posisi lidah posterior

    tidak normal. Sedangkan untuk bentuknya, saat posisi lidah relaksasi dan mengunyah

    bentuknya normal. Saat posisinya anterior, bentuknya semakin mengecil. Saat lateral,

    bentuknya mengecil namun juga memendek. Dan saat posterior, bentuknya melebar dan

    pendek. Untuk warnanya saat posisi lidah relaksai, anterior, dan posterior adalah pink coral.

    Sedangkan saat posisinya laterah dan mengunyah, warnanya merah. Pada teksturnya, saat

    posisi lidah relaksasi, posterior, dan mengunyah adalah halus. Dan saat posisinya anterior dan

    lateral teksturnya kasar.

    Pada pemeriksaan palpasi pada saat menelan pola gerakan orang coba saat minum air

    adalah kontraksi-relaksasi yaitu dari atas ke bawah. Yang menunjukkan kemampuan menelan

    yang normal pada orang coba yaitu laring, trakea, tiroid akan naik pada saat menelan.

    Pada pengamatan pengaruh peningkatan sekresi saliva terhadap penelanan

    menunjukkan bahwa saat pemijatan pada orang coba yang mengunyah juga masih lancar

    dalam menelan namun tidak selancar tanpa pemijatan. Jadi, kemudahan menelan pada orang

    coba adalah dengan tanpa pemijatan. Sebab saat dilakukan pemijatan pada pipi orang coba

    yang saat itu juga sedang mengunyah, menyebabkan pada orang coba akan mengalami

    kesulitan untuk mengunyah.

    Pada percobaan pengaruh jenis makanan terhadap penelanan menunjukkan bahwa

    semakin rasionya besar maka semakin lancar orang tersebut menelan. Jadi nasi putih dengan

    rasio 1:3 memiliki tekstur lebih lembut daripada nasi putih dengan rasio 1:1 dan 1:2.

    Pada percobaan pengaruh sentuhan terhadap refleks muntah, pada pengaruh sentuhan

    terhadap refleks muntah menunjukkan bahwa yang menunjukkan refleks muntah yaitu saat

    dilakukan sentuhan pada bagian dorsal lidah, posterior, posterior palatum, uvula, dan tonsil.

    Pada pengaruh suhu dan sentuhan terhadap refleks muntah yang menunjukkan refleks muntah

    yaitu saat dilakukan sentuhan pada bagian dorsal lidah, posterior palatum, uvula, dan tonsil.

    Pada pengaruh rasa pahit terhadap refleks muntah yang menunjukkan refleks muntah yaitu

    saat dilakukan sentuhan pada daerah posterior palatum, uvula, dan tonsil. Dari pengaruh

    sentuhan, suhu, dan rasa pahit yang menunjukkan daerah paling sensitif adalah daerah tonsil

    lidah sebab di daerah tersebut kaya akan reseptor nosiseptif. Reseptor ini ditemukan di papila

    lidah yang membawa taste bud yang dapat memicu terjadinya gag reflex.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    24/25

    24

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Jenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, ukuran gigi mempengaruhi lebarpermukaan rongga mulut. Lebar permukaan rongga mulut laki-laki lebih besar

    daripada perempuan.

    2. Kekuatan gigit maksimal ditentukan oleh jenis kelamin dan ukuran gigi.3. Jenis, bahan, dan komposisi setiap makanan berbeda, sehingga mempengaruhi

    kemudahan makanan tersebut untuk ditelan.

    4. Daerah paling sensitif yang menimbulkan refleks muntah adalah tonsil sebab banyakmengandung reseptor nosiseptif.

  • 7/30/2019 Makanan Dan Refleks Muntah

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Omari, I.K., Duaibis, R.B., Al-Bitar, Z.B., 2007, Application of Ponts Index to a Jordanian Population,

    European Journal of Orthodontics, 29: 627-631.

    Banabilh, S.M., Samsudin, A.R., Suzina, A. H., Dinsuhaimi, S., 2010, Facial Profile Shape, Malocclusion and

    Palatal Morphology in Malay Obstructive Sleep Apnea Patients,Angle Orthodontist, 80:37-42

    Budiman, J.A., Hayati, R., Sutrisna, B., Soemantri, E.S., 2009, Identifikasi Bentuk Lengkung Gigi Secara

    Kuantitatif, dentika Dental Journal, 14(2): 120-124.

    Fehrenbach, M.J. dan Herring, S.W., 2007, Anatomy of the Head and Neck, Edisi 3, Saunders Elsevier, St.

    Louis, h.63-64.

    Gaidyte, A., Latkauskiene, D., Baubiniene, D., Leskauskas, V., 2003, Analysis of Tooth Size Discrepancy

    (Bolton Index) Among Patients of Orthodontic Clinic at Kaunas Medical University, Stomatologija, 5(1): 27-30.