26
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul “Laporan Praktikum Fisiologi Mastikasi dan Refleks Muntah”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 2 Fakulas Kedokteran Gigi Universitas Jember . Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. drg.Suhartini, M.Biotech selaku dosen pembimbing yang telah membimbing jalannya praktikum fisiolohi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ,memberi masukan dan yang membantu pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan 1

Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mastikasi

Citation preview

Page 1: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul “Laporan Praktikum

Fisiologi Mastikasi dan Refleks Muntah”. Laporan ini disusun untuk memenuhi

tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 2 Fakulas Kedokteran Gigi

Universitas Jember .

Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. drg.Suhartini, M.Biotech selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing jalannya praktikum fisiolohi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember ,memberi masukan dan yang membantu

pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan-perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 15 April 2015

Penulis

1

Page 2: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. 1

Daftar isi............................................................................................................ 2

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 3

BAB 2. HASIL PENGAMATAN..................................................................... 7

BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................. 11

BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................... 14

Daftar Pustaka................................................................................................... 15

2

Page 3: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila

dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir

dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena

adanya interaksi antara Dental system, Secara teoritis, oklusi didefinisikan

sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung

(tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua

komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang

berkontak dalam keadaan berfungsi.

1.1.1 Konsep Dasar Oklusi

a.       Oklusi seimbang

oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi

baik atau normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas

memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam

kedudukan sentrik maupun eksentrik.

b.      Oklusi morfologis

oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai

baik-buruknya oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan

lawannya dirahang atas pada saat geligi tersebut berkontak.

c.       Oklusi dinamis

oklusi dinamik/individual/fungsional (dinamic)/individual/functional

occlusion). Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian

antara komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya

kontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi

dan jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-

otot mastikasi dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo

mandibula. Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan

3

Page 4: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut

dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A; dkk).

1.1.2 Jenis-Jenis Oklusi

a.      Oklusi Ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan

hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal

yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran

Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali

insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi

di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak

mengalami keausan.

b.      Oklusi Normal, menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi

normal sebagai suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis

dengan proses metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga

gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat.   

Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis,

yaitu:

1.      oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA)

dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah

kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi

statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada

pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada

posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan

jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter

(mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi

incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi

gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal

edge RA.

2.      oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan

RB pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral

(samping) ataupun kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik timbul

akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang

4

Page 5: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

(posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering

disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja

(working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal

RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working

side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal

guidance), bukan pada balancing side.

c.       Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi

pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada

dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya

posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh

kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah

berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.

1.1.3 Kontak Gigi Geligi

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1.                 Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak

maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya

2.                 Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak

maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke

posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas

ke lateral.

3.                 Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi

geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior

4.                 Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak

gigi geligi pada saat RB digerakkan ke lateral. (Hamzah, Zahreni,dkk)

1.1.4 Hubungan Mandibula Terhadap Maksila

Relasi Sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila,

yang menunjukan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang

dari oklusi sentris atau kondili terletak paling distal dari fossa glenoid,

5

Page 6: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

tetapi masih memungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada

keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan ICP atau dapat dikatakan

bahwa ICP berada pada posisi RCP.

Jarak Inter-Oklusal, Jarak antara oklusal premolar RA dan RB

dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini

otot-otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukan

otot-otot kelompok elevator dan depresor tonus dan kontraksinya dalam

keadaan seimbang, dan kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang.

Posisi ini dianggap konstan untuk tiap individu.

1.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oklusi

Oklusi pada masing-masing individu tidaklah sama. Faktor-faktor yang

mempengaruhi oklusi gigi manusia antara lain:

·      Variasi genetik

·      Perkembangan gigi-geligi secara acak

·      Adanya gigi-gigi supernumerary

·      Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut

·      Kebiasaan

·      Trauma

6

Page 7: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

BAB II

HASIL PERCOBAAN

2.1 Tabel Hasil Percobaan

2.1.1 Pengunyahan

a. Kekuatan Gigit Maksimal

Jenis kelamin orang coba

gigiKedalaman gigit

Kanan Kiri

PerempuanInsisiv pertama 0,3 cm 0,2 cmKaninus 0,7 cm 0,5 cmMolar Pertama O,5 cm 1 cm

Laki-lakiInsisiv pertama 0,8 cm 0,8 cmKaninus 0,5 cm 0,7 cmMolar pertama 0,4 cm 0,3 cm

b. Efisiensi Kunyah

Perhitungan efisiensi kunyah :

Pengunyahan 20 kali

NA = (N+S) – S

= 25,12 – 11,52

= 13,6

η = NA

berat nasi sebelumdikunyah x 100% =

13,69,39

x 100%=

144,83%

Pengunyahan 15 kali

NA = (N+S) – S

= 25,7 – 11,52

= 14,18

η = NA

berat nasi sebelumdikunyah x 100% =

14,189,39

x 100%=

151,01%

Pengunyahan 10 kali

7

Page 8: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

NA = (N+S) – S

= 24,9 – 11,52

= 13,38

η = NA

berat nasi sebelumdikunyah x 100% =

13,389,39

x 100%=

142,49%

Jenis kelamin orang coba

Efisiensi kunyah

20 kali 15 kali 10 kali

Perempuan 144,83% 151,01% 142,49%

c. Kelelahan Otot wajah

Jenis kelamin orang coba Waktu kunyah (awal kunyah-lelah)

Perempuan 3.57 detik (340 kunyahan)

d. Gerakan Lidah pada saat Pengunyahan

Jenis kelamin

orang cobaPosisi lidah Bentuk

Ukuran (normal /

tidak)warna Tekstur

Perempuan

RelaksasiPipih dan

lebarNormal

Merah muda

Lembut

AnteriorPanjang dan

tebalMenyempit

Lebih gelap

lembut

LateralPanjang tebal

dan melengkung

Menyempit Lebih geap Lembut

PosteriorMelengkung ke belakang

Lebih kecilMerah muda

keunguan

Lebih kasar

MengunyahTidak

menentuAgak

mengecilMerah muda

lembut

8

Page 9: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

2.1.2 Pemeriksaan Proses Menelan

a. Pemeriksaan Palpasi saat menelan

Jenis kelamin orang coba

Pola gerakan(deskripsikan apakah gerakannya normal atau ada

hambatan)

Perempuan Normal, gerakan keatas, kebawah dan keatas

b. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Perlakuan Respon Orang coba

Dengan pemijatanPengunyahan terasa lebih mudah dan lebih cepat halus

Tanp pemijatan Lebih sulit menelan

Kemudahan menelan : lebih mudah dengan pemijatan

c. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

Jenis kelamin orang coba

Kemudahan menelan dan respon orang coba

1 : 1 1 : 2 1 : 3

Perempuan

Sulit ditelan karena ukuran

nasi masih besar

Agak mudah di telan

Sangat mudah ditelan

2.1.3 Prosedur Percobaan Refleks Muntah

a. Pengaruh Sentuhan Terhadap Refleks Muntah

Lokasi Respon orang coba (reflex muntah)

Ujung lidah Tidak terjadi respon

Dorsal lidah Tidak terjadi respon

Lateral kiri Tidak terjadi respon

9

Page 10: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

Lateral kanan Tidak terjadi respon

Anterior Tidak terjadi respon

Posterior Terjadi respon

Posterior palatum Terjadi respon

Uvula Terjadi respon dengan cepat

Tonsil Terjadi respon

Faring aas ( jika bisa) -

Yang paling sensitive adalah :

Uvula

b. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah

LokasiRespon orang coba (reflex muntah)

Air es Air hangat

Ujung lidah Tidak terjadi respon Tidak terjadi respon

Dorsal lidah Tidak terjadi respon Tidak terjadi respon

Lateral kiri Tidak terjadi respon Tidak terjadi respon

Lateral kanan Tidak terjadi respon Tidak terjadi respon

Anterior Tidak terjadi respon Tidak terjadi respon

Posterior Terjadi respon tapi lama Terjadi respon

Posterior palatum Terjadi respontapi lama Terjadi respon dengan cepat

Uvula Terjadi respon agak cepat Terjadi respon dengan cepat

Tonsil Terjadi respon sangat cepat Terjadi respon dengan cepat

Faring atas (jika bisa) - -

Yang paling sensitive adalah :

TonsilPosterior palatum, uvula dan tonsil

c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah

10

Page 11: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

Jenis kelamin orang coba

Daerah yang di tetes

Reaksi orang coba

Perempuan Posterior lidahTerdapat pengaruh gagging reflex dan terasa pahit

Laki-laki Posterior lidahTerdapat pengaruh gagging reflex dan terasa pahit

11

Page 12: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

PERTANYAAN :

1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan

perempuan? Jelaskan mengapa?

Jawab : Ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki

dan perempuan. Terdiri dari perbedaan lengkung rahang dimana lengkung

rahang aki-laki lebih besar dari perempuan. Selain itu kebiasaan laki-laki

tertawa terlalu lebar juga mempengaruhi lebar permukaan rongga mulut.

Lengkung rahang juga mempengaruhi faktor local baik oleh gigi geligi

yang menyusun lengkung gigi itu sendiri. Hubungan antar gigi , maupun

gigi antagonisnya lengkung rahang mengekspresikan gabungan antara

ukuran gigi, lidah, bibir dan fungssi gigi otot pipi.

2. Apa perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan? Jelakan

mengapa?

Jawab : Terdapat perbedaan antara kekuatan gigit maksimal laki-laki dan

perempuan tapi hanya sedikit. Kekuatan gigit maksimal laki-laki sedikit

lebih kuat daripada perempuan. Hal ini terjadi karena otot pengunyahan

laki-laki lebih kuat daripada perempuan.

3. Mangapa makanan ada yang mudah di telan dan ada yang sukar? Jelaskan

mengapa?

Jawab : Karena umumnya makanan yang dimakan banyak yang berbeda

baik dari segi bentuk dan kandungan dalam makanan tersebut. Makanan

yang teksturnya kasar dan mengandung sedikit air akan susah di telan,

sedangkan makanan yang teksturnya halus dan mengandung banyak air

akan lebih mudah ditelan.

4. Mengapa rasa pahi dapat merangsang refleks muntah?

Jawab : Karena rasa pahit dapat merangsang impuls saraf sensorik yang di

teuskan ke otot melalui nervus glossofaringeus. Setelah mencapai otak

12

Page 13: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

rangsangan motoriknya akan di bawa kembali ke nervus vagus untuk

member reflex muntah. Dimana di dalam rongga mulut terdapat saraf

motorik maupun sensorik yang keduanya saling bekerja sama. Hal inilah

yang memberikan reflex muntah pada seseorang yang merasakan rasa

pahit.

13

Page 14: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pemeriksaan Oklusi Sentrik

Pada pemeriksaan oklusi sentrik ini orang coba yang berjenis kelamin

perempuan dalam posisi duduk dengan tenang, dengan posisi bidang oklusi sejajar

lantai. Kemudian instruksikan untuk membuka mulut lalu menutupkan mulut

sampai gigi pada kedua rahang saling menyentuh .Lalu mencatat hubungan gig

Pada percobaan ini, kami menggunakan orang coba dengan jenis I posterior

rahang atas terhadap rahang bawah.

Pada orang coba hubungan gigi-geligi posterior adalah pada rahang kiri P1,

P2, M1 dan M2 berkontak dengan pasangannya masing-masing. Sedangkan pada

rahang kiri, P1 atas dengan P2 bawah, P2 atas dengan M1 bawah, M1 atas dengan

M2 bawah dan M2 atas dengan M2 bawah

3.2. Pemeriksaan Relasi Sentrik

Oklusi sentrik

Pada percobaan ini, kami mengukur jarak gigit orang coba yang berjenis

elamin perempuan dengan menggunakan jangka . Orang coba diinstriksikan untuk

membuka dan menutuk mulut sebanyak 3 kali lalu kami mencatat jarak overjet

dengan jangka dan didapatkan hasil 2 mm. Hal ini dikatakan normal, karena jarak

normal overjet pada oklusi sentrik 2-3mm.

Relasi sentrik

Pada percobaan ini, orang coba diinstruksikan untuk menggerakkan

mandibula ke belakang dengan dibantu oleh operator sehingga dididapatkan

oklusi sentrik. Lalu diukur jaraj overjet menggunakan jangka yang selanjutnya

diukur pada penggaris. Didapatkan hasil yaitu 4 mm. Hal ini dikatakan normal

karena jarak overjet normal pada relasi sentrik adalah 4-6mm.

3.3. Pemeriksaan Physiological Rest Position

14

Page 15: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

Orang coba melakukan posisi istirahat dan mandibula dalam keadaan

rileks dan posisi tegak lurus, dalam posisi non oklusal mandibula yaitu posisi

physiological rest position, selanjutnya perhatikan otot-otot harus dalam keadaan

istirahat. Orang coba diminta untuk membuka kedua bibir orang coba tanpa

menimbulkan gerakan pada rahangnya. Kemudian dimulai pengukuran jarak

oklusal sebagai free way space. Selisih antara dimensi vertical saat gigi geligi

beroklusi dan saat mandibula istirahat disebut freeway space. Range freeway

space normal adalah berkisar 2-4 mm. Berdasarkan praktikum yang telah

dilakukan,pada orang coba dengan jenis kelamin perempuan diketahui memiliki

freeway space 4,5 mm. Hal ini dikatakan kurang normal.

3.4. Pemeriksaan Oklusi Senterik (Overbite dan Overjet)

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran overjet dan overbite. Overjet

atau jarak gigit adalah jarak horizontal antara incisal gigi incisivus RA terhadap

bidang labial gigi incisivus pertama RB. Sedangkan Overbite atau tinggi gigit

adalah jarak vertical antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. Overbite dan

overjet normal yaitu sekitar 2 – 4 mm. Berdasarkan percobaan didapatkan overjet

pada orang coba 3, mm. Sedangkan untuk overbite 5 mm sehingga menyebabkan

gigi terlihat lebih maju kedepan.

3.5. Pemeriksaan Oklusi Dinamikn/Artikulasi

Pada posisi duduk dengan tenang, orang coba diminta menggerakan RB ke

lateral sampai didapatkan cusp bukal RA dan RB bersentuhan. Kemudian

instruksikan orang coba untuk melakukan gerakan gerakan RB ke lateral, tentukan

sisi kerja (working side) dan sisi keseimbangan (balancing side). Selanjutnya

tentukan pola oklusinya.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada orang diperoleh data

bahwa oklusi gigi geligi pada sisi kerja terjadi kontak dan oklusi gigi pada sisi

keseimbangannya terjadi kontak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

orang coba pola oklusinya adalah BBO (Bilateral Balanced Occlusion) dimana

15

Page 16: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam

keadaan kontak.

.

3.6. Pemeriksaan Oklusi Ideal

oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus

central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung

antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.

Pada percobaan ini, kami mengamati ketika orang coba melakukan oklusi

sentris, pergerakan relasi sentris ke oklusi sentris, pergerakan mandibula ke

anterior dan ke segala arah, ketika orang coba melakukan ICP,RCP dan PCP.

Berdasarkan percobaan didapatkan untuk oklusi sentrik, relasi sentris ke

oklusi sentris dan pergerakan mandibula ke anterior pada orang coba semuanya

normal. Untuk gerakan oklusi ICP, gigi geligi yang mengalami kontak prematur

adalah pada gigi M2 kiri. Pada gerakan oklusi RCP, gigi geligi yang mengalami

kontak prematur adalah gigi M1 pada sisi kiri dan gigi I1 kanan. Sedangkan pada

gerakan oklusi PCP, gigi geligi yang mengalami kontak prenatur adalah gigi I1

kiri dan I2 kanan.

16

Page 17: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

BAB IV

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling

berhadapan secara langsung dalam suatu hubungan-hubungan biologis

yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognasi terhadapa

permukaan gigi-geligi yang berkontok dalam keadaan berfungsi.

2. Oklusi dikatakan baik/benar apabila hubungan kontak antara gigi-geligi

pada rahang bawah dan rahang atas memberikan tekanan yang seimbang

pada kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik.

3. Dikenal 2 macam istilah oklusi yaitu oklusi ideal dan oklusi normal

4. Oklusi normal dikelompokan dalam 2 jenis yaitu oklusi statik dan

dinamik.

17

Page 18: Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah

DAFTAR PUSTAKA

Bishara S.E. 2001.Text Bookof Orthodontics. America:WB.Saunders Co

Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and Occlusion.

New Delhi: Jaypee Brothers Publishers

Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-35.

Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran Gigi

Restoratif. Surabaya : Airlangga University Press.

Thomson, Hamist. 1994. Oklusi ed.2. Jakarta: EGC

18