54
MAKALAH KMB I TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN ILLEUS OBSTRUKSI (Di ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I) Disusun Oleh : Kelompok 3 1. Ani Rohaeni Sukyadi 2. Nuraeni 3. Rizka Amalia 4. Sopyan Saepudin 5. Vina Malia

Makalah Ulkus Peptikum & Askep Illeus Obstruksi 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kjuhytrdfcghji

Citation preview

MAKALAH KMB ITENTANGASUHAN KEPERAWATANILLEUS OBSTRUKSI

(Di ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I)

Disusun Oleh :Kelompok 31. Ani Rohaeni Sukyadi2. Nuraeni3. Rizka Amalia4. Sopyan Saepudin5. Vina Malia

AKADEMI KEPERAWATAN RS EFARINAPURWAKARTATAHUN AKADEMIK 2014

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Illahi Rabi yang telah mengizinkan dan memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Illeus Obstruksi pada Usus Halus. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KMB I. Kelompok kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, pembuatan makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Sehingga dalam kesempatan ini perkenanakan kami mengucapkan terima kasih kepada :1. Wirdan Fauji, S. Kep., Ns, selaku Dosen Mata Kuliah KMB I.2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan serta doanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.3. Anggota kelompok yang dapat bekerja sama sehingga makalah ini dapat terselesaikan.4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya dalam menambah pengetahuan.

Purwakarta, Oktober 2014Kelompok 3

Kelompok 32

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........i

Daftar Isi ................ii

BAB IPENDAHULUAN ...........1

A. Latar Belakang ..................1

B. Rumusan Masalah ...................1

C. Tujuan ......................................2

D. Manfaat ....................................2

BAB IIPEMBAHASAN ........................3

A. Pengertian Usus Halus ............................................................3

B. Anatomi Fungsional Usus Halus ..........................................5

C. Fungsi Usus Halus ....................................................5

D. Fungsi Pergerakan Usus Halus ...............................................5

E. Fungsi Sekresi Usus Halus ......................................7

F. Digesti Usus Halus ...................................................7

G. Absorbsi Usus Halus ...............................................................8

H. Kekurangan Dari CT Scan .......................................................11

I. Penatalaksanaan .......................................................................12

BAB IIIKasus Illeus Obstruksi .....................................................................10

BAB IVPenutup ............................................................................................24

Daftar Pustaka ..

ii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIleus obstruktif merupakan suatu penyumbatan mekanis pada usus dan mengganggu jalannya isi usus. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dan merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendisitis akut. Penyebab terseringnya adalah karena adhesi. Selain memberikan perasaan tidak nyaman, ileus obstruktif dapat pula menyebabkan kematian usus.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian penyakit Obstruksi Illeus ?2. Bagaimana anatomi dan fisiologi Obstruksi Illeus ?3. Apa definisi dari Obstruksi Illeus ?4. Bagai mana etiologi Obstruksi Illeus ?5. Apa manifestasi klinik Obstruksi Illeus ?6. Bagaimana patofisiologi Obstruksi Illeus ?7. Bagaimana penatalaksanaan Obstruksi Illeus ?8. Apa komplikasi Obstruksi Illeus ?9. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Obstruksi Illeus ?210. 1

C. Manfaat 1. Untuk mengetahui pengertian penyakit Obstruksi Illeus ?2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Obstruksi Illeus ?3. Untuk mengetahui definisi dari Obstruksi Illeus ?4. Untuk mengetahui etiologi Obstruksi Illeus ?5. Untuk mengetahui manifestasi klinik Obstruksi Illeus ?6. Untuk mengetahui patofisiologi Obstruksi Illeus ?7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Obstruksi Illeus ?8. Untuk mengetahui komplikasi Obstruksi Illeus ?9. Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Obstruksi Illeus ?

D. Tujuan1. Tujuan UmumPenulis mengharapkan dapat mengetahui, memahami dan mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara Komprehensip kepada klien dengan Penyakit Obstruksi Illeus.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian penyakit Obstruksi Illeus;b. Mengetahui anatomi dan fisiologi Obstruksi Illeus;c. Mengetahui definisi dari Obstruksi Illeus;d. Mengetahui etiologi Obstruksi Illeus;e. Mengetahui manifestasi klinik Obstruksi Illeus;f. Mengetahui patofisiologi Obstruksi Illeus;g. Mengetahui penatalaksanaan Obstruksi Illeus;h. Mengetahui komplikasi Obstruksi Illeus;i. Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Obstruksi Illeus;23.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar1. Pengertian Usus HalusUsus HalusatauUsus Keciladalahbagian dari Saluran Pencernaanyang terletak di antaralambungdanusus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus;lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (Msirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar).Panjang usus halus lebih kurang 8.25 meter.Usus halus terdiri dari tiga bagian yaituusus dua belas jari (duodenum),usus kosong(jejunum), danusus penyerapan(ileum).

2. Anatomi Fungsional Usus HalusKontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2 lapis, yaitu: lapisan otot polos longitudinal yang terletak dibagian luar dan lapisan otot sirkuler yang terletak disebelah dalam. Lapisan otot sirkuler lebih tebal dari lapisan otot longitudinal, dan kedua lapisan otot semakin kearah distal akan semakin tipis sampai mencapai ileocaecal junction.Usus halus mendapat persarafan dari susunan saraf otonom dan susunan saraf enteric melalui pleksus mienterikus yang terdapat diantara lapisan otot longitudinal dan sirkuler, serta pleksus submukosa.3. FungsiUsus HalusUsus halus Mempunyai fungsi, yaitu:a. Fungsi Pergerakan, yaitu: gerakan segmentasi dan gerakan peristaltic;b. Fungsi Sekresi;c. Digesti;d. Absorbsi.

Usus halus menghasilkan Enzim tersendiri, yaitu:a. Enterokinase, merubah tripsinogen menjadi tripsin.;b. Amnopeptidase, merubah aminopeptida menjadi dipeptida;c. Dipeptidase, merubah dipeptida menjadi asam amino;d. Sukrase, merubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa;e. Maltase, merubah maltosa menjadi 2 glukosa;f. Laktase, merubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

4. Fungsi Pergerakan Usus HalusPergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan-bahan makanan dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan pada usus halus terdiri dari:a. Pergerakan Segmentasi atau mencampur (mixing)Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur makanan dengan enzim-enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi.Otot yang terutama berperanan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1-4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali keposisisnya semula. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang merupakan basic electrical rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum, 9 kali/menit, dan sekitar 7 kali/menit pada ileum, dan setiap kontraksi berlangsung 5 sampai 6 deik.b. Pergerakan Peristaltik atau PropulsifPergerakan profulsif atau gerakan peristaltic yang mendorong makanan kea rah usus besar (colon). Pembagaian pergerakan ini sebenarnya sulit dibedakan oleh kareana sebagianbesar pergerakan usus halus merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas.Gerakan peristaltic pada usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat dibandingkan pada bagian distal. Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsungsekitar 3 sampai 5 cm, dan jarang lebih dari 10 cm. rata-rata pergerakan makanan pada usus halus hanya 1 cm/menit. Ini berarti pada keadaan normal , makanan dari pylorus akan tiba di ileocaecal junction dalam waktu 3-5 jam.

5. Fungsi Sekresi Usus HalusUsus menghasilkan mucus dan liur pencernaan yang berfungsi untuk melindungi duodenum dari asam lambung. Mukus yang dihasilkan oleh kelenjar mucus kelenjar Brunners yang berlokasi antara pylorus dan papilla vater, dimana liur pangkreas dan empedu masuk ke duodenum. Kelenjar ini menghasilakn mucus akibat adanya rangsangan saraf vagus serta hormone sekretin, saraf simpatis menghambat sekresi mucus.Kriptus Lieberkhn (Crypts of Lieberkhn) menghasilakn liur pencernaan 1800 ml/hari. Cairan ini sedikit alkalis dengan pH 7,5 8,0 serta dengan cepat diabsorbsi kembali olehvili. Proses sekresi oleh kriptus Lieberkhn terjadi melalui transport aktif. Toksin cholera dapat menyebabkan sekresi cairan, terutama pada daerah jejunum sangat meningkat. Pada serangan cholera, sekresi cairan dapat mencapai 5-10 liter sehingga menyebabakn syok akibat dehidrasi berat. 6. Digesti Usus HalusPencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim pankreas dan sekresi empedu. Enzim pankreas meyebabkan lemak direduksi menjadi satuan-satuan monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan karbohidrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Dengan demikian proses pencernaan lemak selesai dalam lumen usus halus tapi pencernaan protein dan karbohidrat belum.Dari permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terbentuk tonjolan-tonjolan seperti rambut yang disebut Brush Border, yang mengandung tiga kategori enzim, yaitu :a. Enterikinase, mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen;b. Golongan disakaridase (sukrose, maltase dan laktase), yang menyelesaikan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi monosakarida penyusunnya;c. Golongan aminopeptidase, yang menghidrolisis peptida menjadi komponen asam aminonya, sehingga pencernaan protein selesai .

7. Absorbsi Usus HalusSemua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ilieum.a. Penyerapan Garam dan AirAir diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraseluler. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida, damana ion klorida bermuatan negatif secara pasif ditarik oleh muatan listrik positif ion natrium.b. Penyerapan KarbohidratKarbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.c. Penyerapan ProteinProtein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi Na.d. Penyerapan LemakLemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan mikrovili brush border sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya berkali-kali membantu absorpsi monogliserida dan asam lemak.e. Penyerapan VitaminVitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak.f. Penyerapan Besi dan KalsiumAbsorpsi besi dan kalsium tergantung pada kebutuhan tubuh akan elektrolit tersebut.

B. Asuhan Keperawatan Ileus Obstruksi1. Konsep Dasar Penyakita. Definisi PenyakitObstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus terdiri dari akut dan kronik, partial atau total. (Price & Wilson, 2007). Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.Ada dua tipe obstruksi yaitu :1) Mekanis (Ileus Obstruktif)Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses2) Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.b. Etiologi1) Adhesi (Pendekatan Usus Halus) merupakan Penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.

10

2) Hernia Inkarserata Eksternal (Inguinal, Femoral, Umbilikal, Insisional, atau Parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.3) Neoplasma Tumor Primer Usus Halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.4) Intususepsi Usus Halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.5) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.6) Volvulus sering disebabkan oleh Adhesi atau kelainan Kongenital, seperti Malrotasi Usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar. 7) Batu Empedu yang Masuk ke Ileus. Inflamasi yangberat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.8) Struktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.9) Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.10) Benda asing, seperti bezoar.11) Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.12) Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.

c. PatofisiologiSemua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau non mekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforasi akan menyebabkan bakteri masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis. Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic. (Price &Wilson, 2007)

d. Tanda dan Gejala1) Nyeri tekan pada abdomen.2) Muntah.3) Konstipasi (sulit BAB).4) Distensi abdomen.5) BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus

e. Pemeriksaan Diagnostik1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.(Brunner and Suddarth, 2002) dan (Sabara, 2007 dikutip dari http://www.Files-of-DrsMed.tk)

f. Penatalaksanaan MedisDasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.1) Obstruksi Usus HalusDekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.2) Obstruksi Usus BesarApabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.

g. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1) Data Fokus Pengkajiana) AnamnesaPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan pasien. (Nursalam, 2001). Biodata Pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup. Riwayat Kesehatan1) Keluhan UtamaKeluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan pasien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.2) Riwayat Kesehatan SekarangMengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :P: Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan;Q: Bagaiman keluhan dirasakan oleh pasien, : apakah hilang, timbul atau terus-menerus;R: Di daerah mana gejala dirasakan;S : Seberapa keparahan yang dirasakan pasien : dengan memakai skala numeric 1 s/d 10;T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang : memperberat dan memperingan keluhan.3) Riwayat Kesehatan Masa LaluPerlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.4) Riwayat Kesehatan KeluargaApakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.b) Pemeriksan fisik1) Aktivitas / IstirahatGejala: Kelelahan dan ngantuk.Tanda: Kesulitan ambulasi2) SirkulasiGejala: Takikardia, pucat, hipotensi (tanda : syok)

3) EliminasiGejala: Distensi abdomen, ketidakmampuan : : defekasi dan FlatusTanda:Perubahan warna urine dan feces4) Makanan / CairanGejala: Anoreksia,mual/muntah dan haus terus : menerus. Tanda: Muntah berwarna hitam dan fekal. : Membran mukosa pecah-pecah.Kulit : buruk.5) Nyeri / Kenyamanan Gejala: Nyeri abdomen terasa seperti gelomb-: ang dan bersifat kolik. Tanda: Distensi abdomen dan nyeri tekan6) PernapasanGejala: Peningkatan frekuensi pernafasan,Tanda: Napas pendek dan dangkal

c) Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan sinar X : akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus; Pemeriksaan simtologi; Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi; Leukosit: normal atau sedikit meningkat; Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl rendah; Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen; Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia); Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges, Marilynn E, 2000)2) Kemungkinan Diagnosa Keperawatana. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen.d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.e. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.(Doengoes, Marilynn E. 2000) dan (Sabara, 2007 dikutip dari http://www.Files-of DrsMed.tk).

3) Perencanaana. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Distensi Abdomen. Tujuan: Pola nafas pasien menjadi efektif; Kriteria Hasil: Pasien memiliki pola pernafasan: irama : reguler, frekuensi: 18-20x/menit, PCH-

IntervensiRasional

Kaji status pernafasan : pola, frekuensi, kedalaman; Sebagai data dasar mengenai status pernafasan pasien;

Atur posisi pasien fowler atau semi fowler Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat; Mengatur posisi pasien bertujuan untuk Mengurangi penekanan pada paru akibat distensi abdomen;

Lakukan teknik latihan nafas dalam; Nafas dalam dapat membuka ekspansi paru sehingga paru-paru bisa lebih mengembang lagi;

Kolaborasi dengan tim medis mengenai pemberian nasal kanul sesuai dengan therapy. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien.

b. Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Intake yang Tidak Adequat dan Ketidakefektifan Penyerapan Usus Halus yang ditandai dengan Adanya Mual, Muntah, Demam dan Diaforesis. Tujuan: Kebutuhan cairan dan elektrolit terpe-: nuhi, mempertahankan hidrasi adeku-: at dengan bukti membran mukosa lem-: bab, turgor kulit baik, dan pengisian ka-: piler baik, tanda-tanda vital stabil, dan: secara individual mengeluarkan urine: dengan tepat. Kriteria Hasil:1) Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -120/80 mmHg);2) Intake dan output cairan seimbang;3) Turgor kulit elastic;4) Mukosa lembab;5) Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).

IntervensiRasional

1. Kaji kebutuhan cairan pasien;1. Sebagai data dasar untuk mengetahui kebutuhan cairan pasien;

2. Observasi Tanda-Tanda Vital: N, TD, P, S;2. Untuk mengetahui keadaan umum pasien;

3. Monitor intake dan output secara ketat;3. Untuk Menilai keseimbangan cairan apakah sudah tepat atau masih kekurangan cairan;

4. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena.4. Terapi intra vena diberikan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien.

c. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Gangguan Absorbsi Nutrisi, Mual,dan Anoreksia Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi; Kriteria Hasil: 1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi;2. Berat badan stabil;3. Pasien tidak mengalami mual muntah

IntervensiRasional

1. Kaji faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas;1. Untuk menddapatkan data dasar mengenai ststus nitrisi pasien;

2. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus;2. Untuk menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2-4 hari);

3. Ciptakan lingkungan yang nyaman saat pasien makan;3. Lingkungan yang nyaman dapat meningkatka selera makan pasien;

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin (Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet);4. Therapy yang tepat dapat mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi;

5. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.5. Makan sedikit tapi sering dapat mengurangi mual pasien. Dan asupan nutrisi bisa lebih adekuat.

d. Gangguan Pola Eliminasi : Konstipasi berhubungan dengan Disfungsi Motilitas Usus Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawa-: tan diharapkan pola eliminasi kembali : normal. Kriteria Hasil: Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, : dengan konsistensi lembek, BU : normal: 5-35 x/menit, tidak ada distensi : abdomen.

IntervensiRasional

1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces;1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal;

2. Auskultasi bising usus;2. Mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus;

3. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif).3. kolaborasi yang tepat dapat ditentukan Therapy yangtepat dalam Membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi pasien.

e. Nyeri berhubungan dengan Distensi Abdomen Tujuan: rasa nyeri pasien teratasi atau terkon-: rol; Kriteria Hasil: pasien mengungkapkan penurunan : ketidaknyamanan; menyatakan nyeri : pada tingkat dapat ditoleransi, menun- : jukkan relaks.IntervensiRasional

1. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan dengan adanya distensi abdomen;1. Untuk mengetahui kekuatan nyeri yang dirasakan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya untuk mengatasi nyeri;

2. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif;2. Nyeri hebat yang dirasakan pasien akibat adanya distensi abdomen dapat menyebabkan peningkatan hasil TTV;

3. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri;3. Relaksasi nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri karena otot-otot yang tegang bisa menjadi rileks;

4. Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik.

4. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

f. Kecemasan berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan Tujuan: Kecemasan teratasi; Kriteria Hasil: pasien mengungkapkan pemahaman Kriteria Hasil: tentang penyakit saat ini dan mende-Kriteria Hasil: monstrasikan keterampilan koping po-Kriteria Hasil: sitif.IntervensiRasional

1. Observasi adanya peningkatan kecemasan: wajah tegang, gelisah;1. Rasa cemas yang dirasakan pasien dapat terlihat dalam ekspresi wajah dan tingkah laku;

2. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan keadaan penyakit pasien;2. Dengan mengetahui tindakan yang akan dilakukan akan mengurangi tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan kerjasama;

3. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.

3. Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi stress pasien berhadapan dengan penyakitnya.

23

BAB IIILAPORAN KASUSPADA PASIEN DENGAN ILEUS OBSTRUKSIA. Pengkajian1. AnamnesaPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan pasien. (Nursalam, 2001).a. Biodata Pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.b. Riwayat Kesehatan1) Keluhan UtamaKeluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan pasien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.2) Riwayat Kesehatan SekarangMengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :P: Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan;Q: Bagaiman keluhan dirasakan oleh pasien, : apakah hilang, timbul atau terus-menerus;R: Di daerah mana gejala dirasakan;S : Seberapa keparahan yang dirasakan pasien : dengan memakai skala numeric 1 s/d 10;T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang : memperberat dan memperingan keluhan.3) Riwayat Kesehatan Masa LaluPerlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.4) Riwayat Kesehatan KeluargaApakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.2. Pemeriksan fisika. Aktivitas / IstirahatGejala: Kelelahan dan ngantuk.Tanda: Kesulitan ambulasib. SirkulasiGejala: Takikardia, pucat, hipotensi (tanda syok)c. EliminasiGejala: Distensi abdomen, ketidakmampuan ::defekasi dan : FlatusTanda:Perubahan warna urine dan fecesd. Makanan / CairanGejala: Anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.Tanda: Muntah berwarna hitam dan fekal.:: Membran mukosa pecah-pecah.Kulit buruk.e. Nyeri / KenyamananGejala: Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan : bersifat kolik.Tanda: Distensi abdomen dan nyeri tekanf. PernapasanGejala: Peningkatan frekuensi pernafasan,Tanda: Napas pendek dan dangkal

B. 24

C. Analisa Data

D. Diagnosa Keperawatan1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis;2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi;3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen;4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus;5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.(Doengoes, Marilynn E. 2000) dan (Sabara, 2007 dikutip dari http://www.Files-of DrsMed.tk).

E. F. Intervensi Keperawatan

No.DiagnosaKeperawatanTujuan / Krieria HasilINTERVENSIRASIONAL

1.Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Distensi Abdomen Tujuan

Kriteria Hasil:

:Pola nafas pasien menjadi efektif

Pasien memiliki pola pernafasan: irama reguler, frekuensi: 18-20x/menit, PCH (-) Kaji status pernafasan : pola, frekuensi, kedalaman; Sebagai data dasar mengenai status pernafasan pasien;

Atur posisi pasien fowler atau semi fowler Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat; Mengatur posisi pasien bertujuan untuk Mengurangi penekanan pada paru akibat distensi abdomen;

Lakukan teknik latihan nafas dalam; Nafas dalam dapat membuka ekspansi paru sehingga paru-paru bisa lebih mengembang lagi;

Kolaborasi dengan tim medis mengenai pemberian nasal kanul sesuai dengan therapy. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien.

2.Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Intake yang Tidak Adequat dan Ketidakefektifan Penyerapan Usus Halus yang ditandai dengan Adanya Mual, Muntah, Demam dan Diaforesis. Tujuan

Kriteria Hasil:

:Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.

Pasien memiliki pola pernafasan: irama reguler, frekuensi: 18-20x/menit, PCH (-) Kaji status pernafasan : pola, frekuensi, kedalaman; Sebagai data dasar mengenai status pernafasan pasien;

Atur posisi pasien fowler atau semi fowler Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat; Mengatur posisi pasien bertujuan untuk Mengurangi penekanan pada paru akibat distensi abdomen;

Lakukan teknik latihan nafas dalam; Nafas dalam dapat membuka ekspansi paru sehingga paru-paru bisa lebih mengembang lagi;

Kolaborasi dengan tim medis mengenai pemberian nasal kanul sesuai dengan therapy. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien.

3.Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Distensi Abdomen Tujuan

Kriteria Hasil:

:Pola nafas pasien menjadi efektif

Pasien memiliki pola pernafasan: irama reguler, frekuensi: 18-20x/menit, PCH (-) Kaji status pernafasan : pola, frekuensi, kedalaman; Sebagai data dasar mengenai status pernafasan pasien;

Atur posisi pasien fowler atau semi fowler Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat; Mengatur posisi pasien bertujuan untuk Mengurangi penekanan pada paru akibat distensi abdomen;

Lakukan teknik latihan nafas dalam; Nafas dalam dapat membuka ekspansi paru sehingga paru-paru bisa lebih mengembang lagi;

Kolaborasi dengan tim medis mengenai pemberian nasal kanul sesuai dengan therapy. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien.

BAB IVPENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini, yaitu:1. Anatomig. Terletak di antaralambungdanusus besar;h. Lapisan usus halus;lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar );i. Panjang usus halus lebih kurang 8.25 meter dan t terdiri dari tiga bagian yaituusus dua belas jari(duodenum),usus kosong(jejunum), danusus penyerapan(ileum).2. Fisiologia. Fungsi Pergerakan, yaitu: gerakan segmentasi dan gerakan peristaltic;b. Fungsi Sekresi;c. Digesti;d. Absorbsi

DAFTAR PUSTAKA

Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.http://tennumber.blogspot.com/2009/02/anatomi-dan-fisiologi.html.http://masalawiners.blogspot.com/2008/08/fisiologi-pencernaan.html.http://abhique.blogspot.com/2009/04/fisiologi-pencernaan.html.