Makalah Kelompok Blok 12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medical

Citation preview

SKENARIO ATn A, umur 20 tahun datang ke RS dengan keluhan mimisan sejak 1 jam sebelum masuk RS. Pasien menderita demam sejak 5 hari yang lalu, disertai adanya nyeri pada ulu hati, mual, dan muntah. Terlihat bintik-bintik kemerahan pada tungkai bawah pasien. Tidak ada batuk dan pilek. Tetangga pasien 1minggu yang lalu dirawat di RS dengan gejala penyakit yang sama. Hb = 16 g/dl, Ht = 50%, leukosit = 3000/ul, trombosit = 40.000/ul. LANGKAH 1: IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TIDAK DIKETAHUI1. mimisan : keluarnya darah dari hidung

LANGKAH 2 : RUMUSAN MASALAHPasien menderita demam, nyeri ulu hati, mual, muntah dan bintik-bintik kemerahan pada tungkai bawah pasien, hemokonsentrasi, leukopeni dan trombositopenia.LANGKAH 3:ANALISIS MASALAHWorking DiagnosisDifferential DiagnosisPatogenesisGejala klinikEtiologiPrognosisPencegahanEpidemiologiPemeriksaanDemam disertai nyeri ulu hati,mual dan muntah

Penatalaksanaan

LANGKAH 4: HIPOTESISDemam,bintik merah,mimisan dikarenakan penyakit demam berdarahLANGKAH 5: SASARAN PEMBELAJARAN1. Anamnesis pada pasien2. Pemeriksaan fisik dan penunjang3. Diagnosis kerja4. Diagnosis banding5. Penyebab dan patogenesis penyakit6. Penatalaksanaan7. Preventif8. Epidemiologi9. PrognosisAnamnesaAnamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai.Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi:1. Nama, usia, tinggi, berat badan 2. Masalah atau komplain utama pasien dan riwayatnya 3. Riwayat kesehatan pada masa lalu (seperti penyakit berat, operasi/pembedahan, atau penyakit yang tengah diderita seperti diabetes) 4. Kelainan pada organ 5. Riwayat keluarga 6. Riwayat penyakit pada masa kanak-kanak 7. Status sosial, pekerjaan, penggunaan obat, tembakau, alokohol 8. Penggunaan obat rutin 9. Alergi Anamnesis demam dengue berdarahKeluhan utama : demam, lesu, muntah,mimisan, bintik-bintik merahPertanyaan anamnesis : Sudah demam berapa lama? Apakah panasnya naik turun? Apa ada rasa nyeri di belakang kepala? Disekitar rumah apa ada yang terkena demam berdarah juga? Apa ada nyeri perut? Apa tenggorokan terasa sakit? Frekuensi muntah? Sudah diberi obat apa?

PEMERIKSAANTerdapat dua jenis pemeriksaan bagi menentukan penyakit demam denggi berdarah atau DBD iaitu pemeriksaaan fisik atau pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik Bagi pasien demam denggi sahaja tidak ditemukan kelainan. Bagi pasien DBD, nadi pasien mula-mula cepat dan kemudian menjadi normal dan melambat pada hari ke 4 dan 5. Brakinardi dapat menetap selama beberapa hari selama masa penyembuhan. Dapat juga ditemukan lidah kotor dan mengalam kesulitan dalam buang air besar. Pada mata terdapat pembengkakan, injeksi, konjungtiva, lakrimasi dan fototobia. Eksantem dapat muncul di awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke 3 hingga 6 dan berupa bercak di lengan dan kaki lalu di seluruh tubuh. Pada DBD, dapat terjadi gejala pendarahan pada hari ke 3 hingga 5 berupa ptekiae, purpura, ekimosis, hemotemesis, melena dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat sengan turun antara hari ke3 dan hari ke 7 penyakit.1Pemeriksaan penunjangMengikut criteria DBD menurut WHO 1997, yaitu, secara klinis, demam mendadak tinggi, pendarahan termasuk uji bending (+) seperti ptekiae, epistaksis, hematemesis dan lain-lain. Hepatomegali, syok dengan nadi kecil dan cepat, tekanan nadi kurang dari 20 mmHg atau hipotensi disertai gelisah dan akral dingin. Secara laborotorium pula, trombositopenia ( 20% dari normal). Diagnosis ditegakan jika terdapat 2 gejala klinis dan 2 kriteria laborotoris.Beratnya penyakit terbahagi kepada 4 derajat iaitu derajat 1 iaitu demam dengan uji bending ( +), derajat 2 dengan derajat 2 dengan pendarahan spontan. Derajat ke 3 dengan nadi yang lemah, tekanan nadi kurang sema dengan 20 mmHg, hipotensi, akral dingin. Derajat ke 4 dengan syok berat, nadi tidak meraba dan tekanan darah tidak terukur. 1Bagi pemeriksaan penunjang pula pada darah. Pada DD terdapat leucopenia pada hari ke 2 dan ke 3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa pendarahan biasanya mem, ureum dan PH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun. Air seni mungkin mengalami albumnimie ringan. Pada sumsum tulang pada awalnya sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hipersellular kemudian dengan gannguan maturasi dan pada hari ke 10 setelah normal.1 Pada uji serologi pula uji serologi yang memakai serum ganda yaitu serum diambil pada masa akut dan komvaselan. Imun Hemaglutinasi (IH) yaitu pengikatan komplemen (PK) uji netralisasi (NT) dan uji dengue blot pada IH, PK dan NT dengan mencari kenaikan antibody sebanyak minimal 2 kali. Uji serologi memakai serum tunggal iaitu uji dengue blood yang mengukur antibody antibody dengue tanpa memandang klas antibodinya , uji igG dan igM. Pada uji ini yang dicari ada tidaknya atau toter tertentu antibody dengue. Isolasi virus yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.1DIAGNOSIS KERJADemam berdarah dengueBerdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi:1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.1. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bending positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena.1. Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin.0. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.0. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia.Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:Derajat PenyakitKriteria

DBD derajat IDemam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.

DBD derajat IISeperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.

DBD derajat IIITerdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.

DBD derajat IVSyok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.1,2

DIAGNOSOS BANDINGDiagnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuain klinis dengan demam malaria, tifoid dan chikungunya. Pada awal mulainya demam, DBD sulit dibedakan dari infeksi lain yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri dan parasit. Setelah hari ketiga atau keempat baru pemeriksaan darah dapat membantu diagnosa. Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah : Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/ mm3 Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% diatas rata-rata.Hasil laboraturium seperti ini biasanya ditemukan pada hari ketiga sampai ke-7. Kadang-kadang dari x-ray dada ditemukan efusi pleura atau hipralbuminemia yang menunjukan adanya kebocoran plasma. Kalau penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai Dengue Shock Syndrome ( DSS ).a. Demam malaria Pemeriksaan fisik.Demam dengan suhu lebih 37,5-40 C. Konjungtiva palpebra bisa ditemukan anemis. Terdapat hepatosplenomegali dan nyeri pada perabaan, pembesaran hati dapat disertai timbulnya ikterus.8,9 Temuan Laboratorium.Anemia normokromik normositik merupakan kaidah yang harus terdapat. Jumlah leukositnya dapat rendah hingga normal, sekalipun pada infeksi yang berat dapat meninggi. LED, Viskositas plasma, dan kadar C-reaktif protein meningkat. Jumlah trombosit biasanya mengalami penurunan yang sedang (hingga sekitar 100000/L). Pada infeksi yang berat, waktu protrombin serta waktu parsial tromboplastin memanjang, dan dapat terjadi trombositopenia yang berat. Kadar antitrombin III menurun sekalipun pada infeksi ringan. Pada penyakit malaria tanpa komplikasi, konsentrasi elektrolit, nitrogen, urea darah dan kreatinin dalam plasma biasanya normal. Pada malaraia Falciparum berat, asidosis metabolic dapat ditemukan dengan konsentrasi plasma glukosa, natrium, bikarbonat, kalsium,fosfat serta albumin yang rendah dan kadar plasma laktat,nitrogen, urea darah,kreatinin, urat, enzim otot serta hati dan bilirubin konjugasi serta unkonjugasi yang meninggi.8 Pemeriksaan laboratorium yang lain. Tetesan preparat darah tebal.Pemeriksaan parasit dilakukan selama lima menit ( diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat ). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan dengan pembesaran kuat tidak ditemukan parasit.8 Tetesan darah tipis.Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, atau Leismans atau Fields dan juga Romanowsky.Dari pengecatan ini dapat terlihat bentuk aseksual parasit dalam sedian apus darah perifer.8 Tes Antigen : P=F test.Mendeteksi antigen dari P. falciparum ( Histidine Rich Protein II ).8 Tes Serologi.Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodo spesifik terhadap malaria pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring darah.8 Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction ).Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.8

b. Tifoid Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.10 Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.10 Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.10

c. Chikungunya Manifestasi klinis demamChikungunyamirip dengan demam berdarah.Laboratorium diagnosis sangat penting untuk menetapkan diagnosis dan penyebab spesifik memulai tanggapan kesehatan umum.6,7 Jenis tes laboratorium tersedia dan spesimen yang diperlukanTiga tes laboratorium digunakan untuk mendiagnosis demamChikungunya:isolasi virus, serologis tes dan teknik molekuler Polimerase Chain Reaction (PCR).6,7

Isolasi virusIsolasi virus adalah tes yang paling definitif.Antara 2-5 ml seluruh darah yang dikumpulkan pada minggu pertama penyakit dalam tabung danheparinzedkomersial pada es diangkut ke laboratorium. Chik virus yangcytopathicmenghasilkan efek dalam berbagai jalur termasuk sel BHK-21,Heladan sel Vero.Cytopathicefek yang harus dikonfirmasi oleh Chik antiserum spesifik dan hasil yang dapat mengambil antara 1-2 minggu.Isolasi virus hanya boleh dilakukan di laboratorium BSL-3 untuk mengurangi risiko penularan virus.6,7 RT-PCRBaru-baru ini, seorang reverse transcriptase, RT-PCR Chik teknik untuk mendiagnosa virus itu telah dikembangkan dengan menggunakan pasangan primer bersarang memperkuat komponen-komponen tertentu dari tiga gen struktural daerah,kapsid(C), Amplop E-2 dan bagian dari E1 Envelope. PCR hasilnya dapat tersedia dari dalam 1-2 hari.Spesimen untuk PCR sama dengan isolasi virusheparizedyaitu seluruhblood.6,7 Diagnosis serologisUntuk diagnosis serologi antara 10-15 ml sera seluruh darah yang diperlukan; sebuah serum fase akut harus dikumpulkan segera setelah onset klinis dan fase penyembuhan serum10-14 setelah onset penyakit. Spesimen darah diangkut pada 4 derajat dan tidak membeku laboratorium segera.Jika pengujian tidak dapat dilakukan segera, spesimen darah dipisahkan ke dalam sera yang harus disimpan dan dikirim beku.6,7Diagnosis serologi dapat dibuat dengan demonstrasi dari empat kali lipat kenaikan antibodi dalam sera akut dan baru sembuh atau menunjukkan antibodiIgMspesifik untuk virus Chik.Sebuah tes umum digunakan adalah Antibodi Immunoglobulin M(IgM)mengambil enzim-linkedImmunosorbentassay (MAC-ELISA). Hasil dari MAC-ELISA dapat tersedia dalam waktu 2-3 hari.Cross-reaksi dengan antibodiflaviruslain sepertio'nyong-nyongdanSemlikiHutanterjadi di MAC-ELISA, namun virus yang terakhir relatif jarang terjadi diAsia Tenggaratetapi jika diperlukan konfirmasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan tes netralisasi danHemagglutinationInhibition Assay (HIA).6,7 Interpretasi hasilSero-diagnosisdidasarkan pada empat kali lipat yang menunjukkan peningkatan titerIgGChik antara fase akut dan baru sembuh sera.Namun, mendapatkan pasangan sera biasanya tidak praktis. Atau, demonstrasi antibodiIgMspesifik virusChikungunyadi sera fase akut digunakan dalam contoh di mana pasangan sera tidak dapat dikumpulkan.Virus positif budaya dilengkapi dengan netralisasi definitif diambil sebagai bukti bagi keberadaan virusChikungunya.PCR results for E1 dan C genom baik sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan hasil positif untuk virusChikungunya.6,7

1. PENYEBAB DAN PATOGENESIS

Demam berdarah denguePenyebab Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat virus Dengue.Virus ini termasuk kelompok Arthropoda. Borne Viruses (Arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus yaitu ; 1. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun1944. 2. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944. 3. Dengue 3 diisolasi oleh Sather 4. Dengue 4 diisolasi oleh Sather. Keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue type 3 merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat. 1,5Patogenesis. Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit.5 Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut "the secondary heterologous infection hypothesis" yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun. 5 Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotese infeksi sekunder dicoba dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada gambar 1.5

Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibodi ananmestik yang akan terjardi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24 -48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekwat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.5Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan penyakit. 5Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh aktifasi sistem koagulasi. 5Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital dan berakhir dengan kematian.5

Demam MalariaPenyebabPenyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.8,9Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu: 1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat. 2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina. 3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana. 4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat. Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.8,9 PatogenesisDaur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.a.Fase aseksualFase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit.Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit.Lama fase ini berbeda untuk tiap fase.Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi.PadaP. vivaxdanP. ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.8,9Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual.Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.8,9b.Fase seksualParasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista.Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dan mencapai kelenjar liur nyamuk.8,9Patogenesis malaria ada 2 cara:1.Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.2.Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusiamelalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).8,9

Demam ChikungunyaPenyebabPenyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau group A antropho borne viruses. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Vektor penular utamanya adalah Aedes aegypti, namun virus ini juga dapat diisolasi dari dari nyamuk Aedes africanus, Culex fatigans dan Culex tritaeniorrhynchus.Akan tetapi, nyamuk yang membawa darah bervirus didalam tubuhnya akan kekal terjangkit sepanjang hayatnya. Tidak ada bukti yang menunjukkan virus Chikungunya dipindahkan oleh nyamuk betina kepada telurnya sebagaimana virus demam berdarah.7PatogenesisVirus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan diameter 70 m. Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Nucleopapsids isometric; dengan diameter 40 m. Nyamuk Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil disbanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu. Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible. Ternyata Susceptbility gene berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus.7

Demam TifoidPenyebabEtiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella enteritidis, yaitu S. enteritidis bioserotipe paratyphi A, S. enteritidis bioserotipe paratyphi B, S. enteritidis bioserotipe paratyphi C. kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S.paratyphi A, S. schottmuelleri, dan S.hirschfeldii.10PatogenesisS. typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalisyang hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfemesenterial, dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. S. Typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S. Typhi bersarang di plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin S.typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak. S.typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.10

PENATALAKSANAAN

Demam Berdarah DengueDemam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi ang endemis di daerah tropis seperti Indonesia. Penyakit infeksi ini berlangsung sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan kerena banyaknya gennagan air yang merupakan sarana perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti si pembawa virus dengue. Oleh karena itu, harus selalu diwaspadai guna mengantisipasi dan mencegah penyebaran penyakit ini sekaligus mengurangi kejadian dan kematian akibat penyakit DBD.2DBD saat ini menyerang semua semua jenis umur dan jenis kelamin, begitu luasnya gejala klinis, makin meningkatnya jumlah kasus terutama pada musim hujan, maka penyakit DBD tidak cukup kalau mengatasinya hanya bergantung pada tenaga kesihatan sahaja. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam hal pencegahan dan penatalaksanaan awal sangat penting.jadi kebersamaan perlu digalang untuk untuk penanggulangan penyakit DBD : masyarakat bertanggung jawab dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar masing-masing dengan gerakan 3M (mengurus, mengubur, menutup) dan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah pengembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector penularan DBD. Para tenaga kesihatan perlu melakukan sosialisasi informasi perihal penyakit DBD dan pemerintah bertanggungjawab dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pengobatan DBD.2FarmakologiPengobatan pada pasien DBD dirumah sakit adalah seperti berkut : Diberikan cairan infus yang cukup dengan perhitungan volume cairan yang adekuat dan tepat serta perlu memperhitungkan saat kembalinya cairan yang pindah sehingga jumlah cairan perlu dikurangi agar tidak berlebihan. Nutrisi tinggi kalori-protein Diberikan penurun panas, parasetamol, kompres dingin. Mengatasi syok dengan cairan kristaloid, bila tetap syok diberi cairan koloid.Apabila sudah dirawat di rumah sakit, pasien akan dibenarkan pulang setelah hari ke-7 sakit :1. Tidak demam selama 24 jam tanpa obat penurun panas.2. Nafsu makin membaik.3. Hematokrit tetap stabil4. Tiga hari setelah syok teratasi.5. Pernapasan berlangsung normal.6. Klinis tampak semakin membaik.Non-farmakologiPasien DBD juga boleh diberkan perawatan di rumah; Minum yang cukup, diselangi minuman sari buah-buahan (tidak harus jambu) Diukur jumlah cairan yang diminum dan serta jumlah urin yang keluar Diupayakan mau makan. Istirehat yang cukup. Tidak boleh diberikan obat-obatan sseperti asetosal, asirin, antiinflamasi nonsteroid karena pontesial untuk terjadi perdarahan.MalariaFarmakologiObat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain:1.Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin.2.Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu primakuin.3.Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin.4.Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi keempat spesies.Gametosid untukP. vivax, P. malariae, P. ovaleadalah kina, klorokuin, dan amodiakuin.5.Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.8Penggunaan obat antimalaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif saja tetapi juga termasuk:1.Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala klinis atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian terapi jenis ini pada infeksi malaria olebP. falciparumkarena parasitini tidak mempunyai fase eksoeritrosit.2.Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid.3.Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi sporogonik nyamuk.Obat antimalaria yang dapat digunakan seperti jenis gametosid atau sporontosid.8

Demam TifoidFarmakologiSampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu : Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman. Antibiotik yang dapat digunakan :a. Kloramfenikol. Dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 25 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan dkk di RSUP Persahabatan), penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari golongfan kuinolon.11b. Ampisilin/Amoksisilin. Dosis 50 150 mg/kg BB, diberikan selama 2 minggu.c. Kotrimoksazol 2x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu.d. Sefalosporin generasi II dan III. Di subbagian Penyakit Tropis dan Infeksi FKUI-RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tifoid dengan baik. Demam pada umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4. Regimen yang dipakai adalah : Ceftriaxone 4 gr / hari selama 3 hari Norfloxacin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari. Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari Ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari Pefloxacin 400 mg/hari selama 7 hari Fleroxacin 400 mg/hari selama 7 hari

Non-Farmakologia. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga higiene perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Paien dengan kesadaran menurun, posisinya perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin.11b. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif) Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan homeostasis, sistem imun akan tetap berfungsi dengan optimal.11 Pada kasus perforasi dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dan nutrisi parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi beberapa obat yang bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik. Prognosis tidak begitu baiuk pada kedua keadaan di atas.11

Demam Chikungunya

Non farmakologiDemam Chikungunya termasuk Self Limiting Disease atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golonganparasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal.Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.7

PREVENTIF

Demam berdarah dengue dan chikungunyaPenyakit DBD ini dipengaruhi oleh tiga hal penting yaitu virus dengue, nyamuk Aedes Aegypti yang perindukannya dipengaruhi kondisi lingkungan, serta faktor ketahanan tubuh individu. Oleh itu, penyakit DBD bukan hanya masalah yang didominasi oleh para dokter dan tenaga kesihatan, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak.Keluarga dan masyarkat bertanggungjawab dengan menjagakebersihan di lingkungan masing-masing termasuk upaya-upaya berikut :1. Upaya menggalang gerakan 3M : mengurus, mengubur, menutup tempat sarang nyamuk perlu dilakukan seminggu sekali. Tempat sarang nyamuk : di rumah (tandon air, bak mandi, bak WC, cadangan air, air jebakan semut di kaki meja, sumur); di luar rumah (pot bunga, rumpun bambu, kaleng bekas, ban, plastik, gelas, lubang pohon); tempat-tempat fasilitas umum : masjid, gereja, pasar, persekolahan; tempat-tempat lain: kebun kelapa, penternakan ungas, penternak sapi, rumah burung walet/sriti.4,72. Melakukan abatesburasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector penularan DBD. Obat abate ditaburkan ke dalam bak tandon air, satu senduk makan abate untuk bak ukuran 1m x 1m x 1m atau 10 mg dalam 100 liter air. Jangan dikuras selama 1 bulan, karena obat inii melapisi dinding bak air sehingga kalau ada jentik, jentik akan mati.4,73. Air yang terdapat abate tersebut cukup amanuntuk mandi maupun minum.4,74. Masyrajat juga melakukan pencegahan termasuk penggunaan lotion antinyamuk dan atau penggunaan kelambu.4,7Dokter dan tenaga kesihatan lain ikut berperan aktif melakukan sosialisasi informasi perihal penyakit DBD dan tatacara perawatan serta pengobatan.Pemerintah bertanggungjawab untuk seluruh proses pencegahan, penanggulangan dan pengobatan DBD termasuk upaya berikut.1. Upaya melakukan pengasapan atau fogging di berbagai daerah. Pada penyemprotan ini obat nyamuk dicampur dengan solar dengan tekanan tinggi sehingga terbentuk butir-butir berbentu asap dan nyamuk yang terkena butiran tersebut akan mati. Pada saat penyemprotan tersebut pintu dan jendela rumah dibuka sehingga asap dapat mencapai setiap bagian sudut kamar.4,72. Memberikan penyuluhan yang tepat.4,73. Menyediakan sarana pengobatan gratis atau murah.4,7Demam Malaria0. Pencegahan dari digigit nyamuk dengan long lasting insecticide treated net ( LLITN ) atau Insecticide Treated Net ( ITN)0. Pencegahan dengan membunuh jentik disarang-sarang nyamuk dengan larvasida : BTI, altosid dll0. Pencegahan dengan penyemprotan dinding rumah atau tenda dengan insektisida etofenprox, lamda-sihaltoring, bandiocarb dll.0. Pencegahan dengan minum obat profilaksis yaitu doxycicline untuk pendatang berusia > 8 tahun ( 1 tablet 100mg) untuk pendatang dewasa tiap hari sejak 1 minggu sebelum masuk sampai 1 bulan setelah kembali.0. Pemetaan genangan air dengan jarak sampai 2km dekat pemukiman penduduk/pengungsi.

Demam tifoid1. Usaha terhadap lingkungan hidup.a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat.b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis.c. Pemberantasan lalatd. Pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan.2. Usaha terhadap manusia.a. Imunisasi KOTIPA (perlu diulang setiap 5 tahun)b. Menemukan dan mengawasi karier tifoid.c. Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat.EPIDEMIOLOGIDemam berdarah dengueInfeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi.1,4Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu Pertumbuhan penduduk yang tinggi Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis Peningkatan sarana transportasi.Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.1,4Demam MalariaBerdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk.9Demam tifoidDemam tifoid dan paratifoid endemik di Indonsia. Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak. Terdapat dua sumber penularan S.Typhi, yaiut pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering, karier. Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air yang tercemar S.typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupaakan sumber penularan tersering di daerah nonendemik.11

Demam chikungunyaChikungunya disebarkan/ditularkan kemanusia oleh gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi oleh virus Chikungunya. Nyamk terinfeksi dengan virus saat ia menggigit pasien sakit Chikungunya; dan setelah sekitar seminggu, nyamuk dapat menularkan virus saat ia menggigit orang lain yang sehat. Penyakit tidak dapat menularkan langsung dari satu orang ke orang lain. Wabah Chikungunya dapat berjangkit dimana nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albocpictus hidup meliputi daerah tropis terutama daerah perkotaan.7

PROGNOSIS

Demam berdarah dengueInfeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, demam berdarah (DB) dan demam berdarah denggi (DBD) tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.4Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : Keterlambatan diagnosis Keterlambatan diagnosis shock Keterlambatan penanganan shock Shock yang tidak teratasi Kelebihan cairan Kebocoran yang hebat Pendarahan masif Kegagalan banyak organDemam malaria Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50%. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ. Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%. Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%. Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu: Kepadatan parasit 1%. Kepadatan parasit >500.000/L, maka mortalitas >5%.Demam tifoidUmumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik asal penderita cepat berobat, mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%.Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang sangat berat, seperti : Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinyu. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, komas atau delirium Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia dan lain-lain. Keadaan gizi penderita yang buruk (malnutrisi energi protein).Demam chikungunyaPenyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian. Keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi Chikungunya, 87,9 % sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort; 2,8% mempunyai persisten residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi.7

DAFTAR PUSTAKA0. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva, 19970. Harikushartono, Hidayah N, Darmowandowo W,Soegijanto S, (2002), Demam Berdarah Dengue: Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan, Jakarta, Penerbit Salemba Medika0. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=530. http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm1. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah3.pdf1. http://marhendraputra.co.cc/info-sehat/79-chikungunya-disease1. Dr. Nasronudin, dr., SpPD, K-PTI, Penyakit Infeksi di Indonesia, 2007, Air langga University Press, Surabaya.1. http://b.domaindlx.com/puskesmasmangunharjo/DocFiles/malaria.htm1. http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/malaria/1. http://dokterfoto.com/2008/03/06/demam-tifoid/1. 4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku Ilmu Kesehatan Anak, jilid II, cetakan ke-7, percetakan Infemedika Indonesia, Jakarta 1985, hal : 593-598

MAKALAH KELOMPOK A5