22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perikanan memegang peranan penting dalam menyediakan sumber bahan makanan protein hewani berupa ikan. Salah satu usaha untuk menghasilkan ikan secara optimal dan tidak mengganggu atau merusak populasi ikan serta lingkungan media hidup ikan adalah melalui usaha budidaya yang dikembangkan dengan baik. Ikan lele tergolong jenis ikan air tawar yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan dan dikembangkan sebagai sumber penyedia pangan protein hewani untuk mencukupi kebutuhan manusia maupun untuk kepentingan perdagangan. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama kegiatan budidaya sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Kondisi air harus disesuaikan dengan kebutuhan optimal bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara. Keberhasilan budidaya perairan banyak ditentukan oleh keadaan kualitas air. Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya, sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya (Mahyudin, Budidaya Biota Air 1

Makalah Budidaya Lele

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Budidaya Lele

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan perikanan memegang peranan penting dalam menyediakan

sumber bahan makanan protein hewani berupa ikan. Salah satu usaha untuk

menghasilkan ikan secara optimal dan tidak mengganggu atau merusak populasi

ikan serta lingkungan media hidup ikan adalah melalui usaha budidaya yang

dikembangkan dengan baik.

Ikan lele tergolong jenis ikan air tawar yang sangat berpotensi untuk

dibudidayakan dan dikembangkan sebagai sumber penyedia pangan protein

hewani untuk mencukupi kebutuhan manusia maupun untuk kepentingan

perdagangan. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama kegiatan budidaya

sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Kondisi air harus disesuaikan dengan

kebutuhan optimal bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara. Keberhasilan

budidaya perairan banyak ditentukan oleh keadaan kualitas air.

Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi

suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu,

seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit,

industri dan lain sebagainya, sehingga menjadikan persyaratan kualitas air

berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya (Mahyudin, 2011). Berdasarkan hal di

atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui manajemen kualitas

air yang baik untuk kegiatan budidaya ikan lele sehingga produksi ikan lele dapat

maksimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah

“Bagaimanakah manajemen kualitas air yang baik untuk budidaya ikan lele?”

1

Page 2: Makalah Budidaya Lele

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui manajemen kualitas air yang

baik untuk budidaya ikan lele.

C. Manfaat

Manfaat penelitian ini yaitu mahasiswa dapat melakukan dan memahami

teknik budidaya ikan lele secara optimal ditinjau dari manajemen kualitas air.

2

Page 3: Makalah Budidaya Lele

BAB II

ISI

A. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang

dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara

lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan

Selatan), ikan keeling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa

Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), Plamond

(Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).

Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.

Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai

dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.

Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari.

Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di

alam ikan lele memijah pada musim penghujan.

B. Kualitas Air

Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi

suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu,

seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit,

industri dan lain sebagainya, sehingga menjadikan persyaratan kualitas air

berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya (Mahyudin, 2011). Berkaitan dengan

pemanfaatan perairan darat sebagai sumber air bersih untuk keperluan rumah

tangga, untuk kebutuhan pertanian, peternakan, perikanan dan untuk industri

maka pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan Pemerintah Indonesia No.

82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Menetapkan kriteria kualitas air yang dapat diteima untuk serangkaian kategori

penggunaan di atas.

1. Air golongan I: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung

tanpa harus dimasak/diolah terlebih dulu.

3

Page 4: Makalah Budidaya Lele

2. Air golongan II: Air yang dapat digunakan sebagai air minum tetapi harus

dimasak/diolah terlebih dulu.

3. Air golongan III: Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

4. Air golongan IV: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

industri, dan pembangkit listrik.

Kualitas air dinyatakan dalah tiga parameter yaitu:

1. Parameter fisika

a. Suhu

Suhu sangat berpengaruh terhadap kelarutan oksigen populasi termal

pada organisme air terjadi optimum. Kenaikan suhu air menyebabkan laju

metabolisme biota air yang ada di dalamnya meningkat dan oksigen yang

tekandung dalam air menurun. Kenaikan suhu biasanya meningkat akibat

keracunan pencemaran kimia dalam air. Perubahan suhu menyebabkan pola

sirkulasi yang khas dan stratifikasi yang amat mempengaruhi kehidupan

akuatik (Odum, 1993).

Suhu yang tinggi dapat menambah daya racun senyawa-senyawa NO3,

NH3, dan NH3N terhadap hewan akuatik, serta mempercepat metabolisme.

Meningkatnya suspensi bahan-bahan organik dapat menyebabkan peningkatan

temperatur dan penurunan pH, sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar

oksigen terlarut dan meningkatnya toksisitas bahan-bahan beracun (Odum,

1993). Suhu juga mempunyai pengaruh tidak langsung, yaitu organisme laut

dapat mati karena kekurangan air yang dipercepat dengan meningkatnya suhu

(Nybaken, 1992).

b. Kecerahan

Kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air yang

disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan

pencemaran yang terkandung di perairan (Chakroff dalam Syukur, 2002).

Kecerahan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu

perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung

4

Page 5: Makalah Budidaya Lele

sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan seichi disk

mencapai 20-40 cm dari permukaan (Chakroff dalam Syukur, 2002). Nilai ini

sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan

padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran

(Effendi, 2003).

c. Turbiditas

Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin

tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi, tetapi

tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan pada air yang

tergenang (lentik), misalnya kolam, lebih banyak disebabkan oleh bahan

tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Kekeruhan yang

tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya,

pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi

cahaya kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha

penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air

(Effendi, 2003). Nilai kekeruhan di suatu perairan merupakan salah satu faktor

terpenting untuk mengontrol produktivitasnya. Kekeruhan yang tinggi akan

mempengaruhi penetrasi cahaya matahari oleh karenanya dapat membatasi

proses fotosintesis sehingga produktivitas primer perairan cenderung akan

berkurang.

2. Parameter Kimia

a. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan organisme akuatik

(Odum, 1993). Oksigen adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak

berasa. Oksigen yang terlarut dalam air oleh makhluk hidup air digunakan

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya yaitu untuk metabolisme jasad

air seperti respirasi. Kelarutan O2 dalam air dipengaruhi oleh faktor fisika,

kimia dan biokimia yang terjadi dalam badan air. Kelarutan oksigen

dipengaruhi oleh faktor suhu. Pada suhu tinggi maka DO akan rendah dan pada

suhu rendah maka DO akan tinggi. Setiap spesies mempunyai kisaran toleransi

berbeda terhadap konsentrasi DO. Spesies dengan kisaran toleransi lebar

5

Page 6: Makalah Budidaya Lele

terhadap oksigen maka penyebarannya akan luas berbeda dengan spesies yang

mempunyai kisaran toleransi sempit.

Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan O2 dalam air adalah golakan

dipermukaan air, luas daerah permukaan air yang terbuka bagi atmosfer,

tekanan atmosfer dan persentase O2 dalam udara di sekelilingnya, serta

kehadiran tanaman berfotosintesis. Selain itu juga, dipengaruhi oleh

konsentrasi bahan organik dalam air dimana makin banyak bahan organik

dalam air maka bakteri pengurai akan berlipat ganda, hal ini mengurangi kadar

O2 dalam air. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air

semakin baik. jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan

menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin

saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut

dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau

pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan

pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan

bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.

b. Karbondioksida (CO2) bebas

Karbondioksida sangat mudah larut dalam air tetapi sangat sedikit

karbondioksida berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam udara

atmosfer sanat sedikit. Selain dekomposisi bahan organik dan pernafasan

tumbuhan air dalam hal ini fitoplankton dan zooplankton memberi sumbangan

pada karbondioksida yang sudah ada. Karbondioksida bergabung secara

kimiawi dengan air membentuk asam karbonat yang mempengaruhi pH air.

Dalam air yang asam dengan pH rendah, CO2 diubah menjadi bentuk bebas.

Pada pH yang mendekati netral hampir semua CO2 sebagai karbonat dan

dengan bertambahnya ion-ion bikarbonat dan karbonat menyebabkan air

cenderung bersifat basa dan menahan perubahan ion hidrogen, sehingga

menyebabkan fluktuasi pH yang minimum dalam sistem air tawar.

Fotosintesis fitoplankton sebagai tumbuhan air, agitasi air, dan

penguapan menyebabkan hilangnya CO2 dalam sistem air tawar. Disamping

itu dalam sistem air banyaknya CO2 mempengaruhi kecepatan metabolisme

6

Page 7: Makalah Budidaya Lele

dan pertumbuhan, orientasi maupun pergerakan beberapa hewan air,

zooplankton dan invertebrata yang lain.

c. BOD (Biologycal Oxygent Demand)

Pengujian BOD adalah pengukuran jumlah O2 yang akan dihabiskan

dalam waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume

limbah pada suhu 20oC. jadi BOD sebesar 200 ppm berarti 200 mg O2 akan

dihabiskan tiap 1 liter dalam waktu lima hari pada suhu 2oC. Banyak zat

organik yang tidak mengalami penguraian biologi secara cepat berdasarkan

pengujian BOD. Tetapi senyawa–senyawa organik akan menurunkan kualitas

air dalam perairan tersebut.

d. Salinitas

Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarut

dalam 1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan ‰ (per mil, gram/liter).

Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi biota air.

e. pH (Derajat Keasaman)

Suatu larutan dikatakan bersifat basa atau asam disebabkan adanya

kemampuan air untuk mengikat larutan atau melepaskan sejumlah ion

hidrogen. pH dianggap sebagai faktor pembatas yang penting dan merupakan

indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keadaan umum ekologi

lingkungan perairan. Meningkatnya suspensi bahan-bahan organik dapat

menyebabkan meningkatnya temperatur dan penurunan nilai pH, sehingga

dapat mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut dan meningkatnya

toksisitas bahan – bahan beracun (Odum, 1993).

Menurut Sastrawijaya (1991) air yang mempunyai pH 6,7 – 8,6

mendukung populasi organisme dalam air. pH perairan air tawar pada

umumnya berkisar antara 4-5 dapat membatasi keanekaragaman spesies

tertentu sedangkan batasan pH yang ideal pada perairan untuk fitoplankton

yaitu antara 7,5 – 8,5. Kondisi air yang sedikit basa lebih cepat mendorong

proses pembongkaran bahan organik menjadi mineral seperti nitrat dan fosfat

yang merupakan makanan bagi fitoplankton.

7

Page 8: Makalah Budidaya Lele

3. Parameter Biologi

a. Plankton

Sachlan (1982) mendefinisikan plankton sebagai jasad renik yang

melayang dalam air, tidak dapt bergerak secara aktif atau bergerak sedikit dan

selalu mengikuti arus. Plankton dibedakan atas tumbuhan (fitoplankton) dan

hewan (zooplankton). Fitopankton (dari bahasa Yunani phyton atau tumbuhan),

alga autotrophic, prokaryotik ataupun eukaryotik yang tinggal dekat

permukaan air dimana ada cahaya yang cukup untuk mendukung fotosintesis.

Fitoplankton merupakan organisme plankton yang paling banyak jumlahnya.

Umumnya fitoplankton berukuran besar dan mudah ditangkap oleh jaring

plankton terdiri dari dua kelompok besar yaitu diatom dan dinoflagellata.

Fitoplankton banyak sekali terdapat di permukaan air karena perlu

oksigen untuk fotosintesis. Semua jenis fitoplankton yang termasuk alga

mempunyai klorofil dan berkedudukan sebagai produsen primer. Dengan

bantuan klorofil dan pigmen lainnya, fitoplankton dapat menyerap energi yang

dipancarkan matahari untuk melakukan fotosintesis. Karena untuk melakukan

fotosintesis sangat diperlukan cahaya, maka fitoplankton hanya dijumpai pada

bagian perairan yang ditembus sinar matahari dengan panjang gelombang 0,4 –

0,8 mikron (Sachlan, 1982). Batas antara daerah yang ditembus cahaya

(disphotic) disebut garis kompensasi. Jadi fitoplankton hanya dijumpai pada

daerah di atas garis kompensasi. Kelimpahan dan penyebaran fitoplankton

selain dipengaruhi oleh penetrasi cahaya, juga dipengaruhi sifat-sifat fisika

kimia seperti : pH, salinitas, kadar O2 terlarut, karbondioksida (CO2) bebas dan

lainnya. Berlawanan dengan fitoplankton, yang didominasi oleh dua kelompok

tumbuhan, zooplankton yang merupakan anggota plankton yang bersifat

hewani, sangat beraneka aragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk

dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan.

C. Kualitas Air yang Baik untuk Budidaya Ikan Lele

Ikan lele tidak terlalu membutuhkan debit air yang besar, hal ini

disebabkan lele mempunyai alat pernapasan tambahan (labirin) sehingga dapat

mengambil oksigen bebas dari udara. Air yang tidak memenuhi syarat dari segi

8

Page 9: Makalah Budidaya Lele

kualitas air akan berakibat buruk terhadap kelangsungan hidup ikan yang

dibudidayakan. Adapun kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele

dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 1. Kualitas Air yang Baik untuk Budidaya Ikan Lele (Rifianto, 2000)

Parameter Kandungan air yang dianjurkan

Suhu 25-30 derajat Celcius

pH 6,5-8,5

Oksigen terlarut (O2) > 3 mg/l

Amonia total Maksimum 1 (mg/l total amonia)

Kekeruhan Maksimum 50 NTU

Karbon dioksida

(CO2)

Maksimum 11 (mg/l)

Nitrit Minimum 0,1 (mg/l)

Alkalinitas Minimum 20 (mg/l CaCO3)

Kesadahan total Minimum 20 (mg/l CaCO3)

Tingkat kekeruhan (turbidity) untuk kolam lele adalah 30-60 cm,

kekeruhan yang dimaksud bukanlah kekeruhan lumpur. Pada minggu ke 1-6 air

harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton.

Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu

10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan

kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur

kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele

(minggu) sesuai angka secchi:

- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50

- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40

- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

D. Metode Pengukuran kualitas Air untuk Budidaya Ikan Lele

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran parameter kualitas air yang

meliputi suhu, kecerahan, turbiditas, DO, CO2 bebas, BOD, Salinitas, pH, dan

parameter biologi ikan dengan mengambil sampel plankton.

9

Page 10: Makalah Budidaya Lele

1. Mengukur suhu air

Untuk mengetahui suhu air sungai yaitu dengan cara mencelupkan

termometer air ke dalam sungai, didiamkan 2 menit lalu diangkat

dengan cepat, lalu dibaca skalanya (oC).

2. Mengukur kekeruhan atau kecerahan air.

Secchi disk di masukkan ke dalam air perlahan-lahan sampai tidak

terlihat, jarak dari permukaan air sampai kedalaman tak terlihat, ini

merupakan tingkat kecerahan sungai tersebut (cm atau m).

3. Mengukur padatan tersuspensi

Menimbang kertas saring (berat awal) kemudian menyaring 1 liter

sampel air sungai dengan kertas saring yang telah di timbang dan

membiarkan kertas saring mengering, kemudian menimbang kembali

kertas saring (berat akhir). Perubahan berat kertas merupakan berat

padatan terhadap total dalam 1 liter air yang dinyatakan dalam mg/liter

(ppm).

4. Mengukur kadar oksigen terlarut (DO)

a) Mengambil sampel air dengan menggunakan botol winkler terang

secara hati-hati supaya tidak muncul gelembung udara

b) Menambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml KOH-KI dengan

menggunakan injection tepat di bawah permukaan air dalam botol

c) Membolak-balikkan botol beberapa kali supaya pereaksi dan sampel

air tercampur rata dan menimbulkan endapan yang berwarna coklat

d) Membiarkan endapan tersebut turun sampai 1/3 volume botol

e) Menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan menggunkan injection tepat di

permukaan air

f) Menutup dan membolak-balikkan botol berulang kali sampai endapan

larut sehingga warna larutan menjadi kuning kecoklatan

g) Mengambil 100 ml sampel air ke dalam erlenmeyer yang diletakkan

diatas dasar putih

h) Melakukan titrasi dengan menambahkan larutan Na2S2O3 sampai

warna kuning kecoklatan pada sampel berubah menjadi kuning terang

dan mencatat jumalah titran (ml)

10

Page 11: Makalah Budidaya Lele

i) Menambahkan 5 tetes larutan kanji 1% dan mencampurnya dengan

baik sehingga warna sampel berubah menjadi warna biru

j) Melanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang tepat

secara sempurna serta mencatat jumlah titran (ml). Hasil yang di

peroleh kemudian di hitung dengan menggunakan rumus:

DO = a . N .8000

V − 4

1. Keterangan:

2. a : volume rata-rata larutan Na2S2O3 yang digunakan

3. N : nilai normalitas sebesar 0,025

4. V : volume botol winkler

5. Mengukur BOD

Mengambil sampel air dengan menggunakan botol Winker terang

secara hati-hati supaya tidak muncul gelembung air. Kemudian masing-

masing sampel ditambahkan dengan 1 ml larutan metilen biru dan di

letakkan di rungan dengan suhu 20 oC. Memeriksa botol setiap 12-24

jam, diamati dan di catat berapa hari yang di perlukan sampai

menghilangnya warna biru.

6. Mengukur CO2 bebas

Mengambil sampel air sungai dengan menggunakan botol Wingkler

terang secara hati-hati agar tidak ada gelembung air. menuangkan

masing-masing sampel air ke dalam erlenmeyer 100 ml, kemudian

meneteskan larutan indikator pp sebanyak 10 tetes dengan

menggunakan pipet ke dalam erlenmeyer sambil di goyang-goyang.

Melihat perubahan warna pada sampel tersebut, bila bewarna merah

muda berarti tidak ada CO2 tetapi bila tidak bewarna berarti

mengandung CO2, kemudian lanjutkan menitrasi dengan larutan NaOH

sampai tampak warna merah muda. Menghitung jumlah volume titran

(ml NaOH) x 10 yang merupakan CO2 dalam ppm.

6. Mengukur pH air

11

Page 12: Makalah Budidaya Lele

Mengukur pH dengan menggunakan pH meter, caranya ujung pH meter

tersebut di masukkan ke dalam air sungai, di diamkan 2 menit lalu

diangkat dan di baca angka yang tertera pada pH meter. Sebelumnya pH

meter di kalibrasi dengan larutan Buffer pH 7.

6. Mengukur salinitas

a. Membersihkan refraktometer dengan air akuades dari sisa-sisa

kotoran dan untuk menstabilkan angka/skala

b. Mengeringkan dengan kertas tissue/kertas hisap hingga kering

c. Meneteskan 2 tetes air laut dengan pipet bersih ke atas kaca

refraktometer kemudian menutupnya

d. Melihat skala refraktometer sambil memutar skrup pada

refraktometer agar terlihatr jelas skala yang ditunjukkan oleh garis

antara warna biru dan jernih

e. Mencatat hasil pengukuran skala

7. Pengambilan Sampel Plankton

Pengambilan sampel plankton menggunakan plankton net.

Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan 3 kali pengulangan.

Pada kegiatan budidaya ikan lele yang akan dilaksanakan minggu depan,

pengukuran kualitas air dilaksanakan sebelum ikan lele dimasukkan ke dalam

kolam, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air secara fisika, kimia dan

biologi pada awal sebelum ikan di masukkan ke dalam kolam serta mencegah

kematian ikan apabila kualitas air di kolam buruk.

Pengukuran kedua dilaksanakan 1 minggu setelah ikan dimasukkan ke

dalam kolam, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air dikolam, apabila

kualitas air ternyata buruk air kolam perlu di ganti.

Pengukuran selanjutnya dilakukan sebulan sekali, yakni pada minggu ke-

5, minggu ke-9, dan minggu ke-13. Namun sewaktu-waktu dapat dilakukan uji

kualitas air apabila terjadi perubahan drastis pada penampakan air kolam dan

banyak di ketemukan ikan yang mati, hal ini tidak terlepas dari koordinasi dari tim

manajemen kesehatan dan manajemen pakan ikan lele.

12

Page 13: Makalah Budidaya Lele

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam budidaya ikan lele perlu diperhatikan kuantitas air dalam hal ini

sumber air yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya, parameter kualitas air

secara fisika meliputi pengukuran suhu, kecerahan, turbiditas. Sedangkan

parameter kimia meliputi DO, CO2 bebas, BOD, Salinitas, pH, dan parameter

biologi dengan cara mengambil sampel plankton yang ada di kolam. Parameter

kualitas air akan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan dan

cara melakukan pengukuran terhadap parameter kualitas air tersebut harus selalu

dipantau untuk mengetahui perubahan kualitas air dalam wadah budidaya ikan.

B. Saran

Diharapkan dalam melakukan pembudidayaan ikan lele juga harus

dilakukan koordinasi antara kelompok managemen kualitas air dengan

managemen kesehatan dan managemen pakan karena dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan ikan lele pada kolam terkontrol agar

menghasilkan produksi ikan lele yang lebih baik dan maksimal.

13

Page 14: Makalah Budidaya Lele

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 258 p.

Mahyuddin, Kholish,”Panduan Lengkap Agribisnis Lele”, Jakarta: Penebar

Swadaya, 2011. 

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.(diterjemahkan

dari Marine Biology : an Ecology Approach aleh H.M. Eidman,

Koesoebiono, D.G. Bengen, m. Hutomo dan S. Sukardjo. Jakarta: PT.

Gramedia.

Odum, Yanney J. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Supartiwi, E. N. 2000. Karakteristik Komunitas Fitoplankton dan Perifiton

Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Sungai Ciujung, Jawa Barat.

Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian

Bogor.

Rifianto. 2000. Budidaya Ikan Lele, (Online),

(http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/air%20tawar/lele.pdf diakses

pada tanggal 30 September 2013).

Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk

Uwai.

Sachlan, M.1982. Planktonologi. Semarang: Faperikan UNDIP.

14