14
PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT: ASPEK KESESUAIAN LAHAN, IMPLEMENTASI PRODUKSI, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN I Nyoman Radiarta *) , Jojo Subagja **) , Adang Saputra **) , dan Erlania **) *) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan E-mail: [email protected] **) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154 (Naskah diterima: 16 Februari 2012; Disetujui publikasi: 8 Mei 2012) ABSTRAK Pengembangan kawasan minapolitan harus didukung dengan ketersediaan data dan informasi di antaranya potensi lahan serta dukungan strategi pengembangannya. Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai satu wilayah pengembangan minapolitan ikan lele. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengembangan budidaya ikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor dengan melihat aspek kesesuaian lahan, implementasi produksi, dan strategi pengembangannya. Survai lapangan telah dilakukan pada bulan Juni 2011. Kesesuaian lahan dianalisis secara spasial dengan mengadopsi 1-3 sistem skor, 1 adalah kurang sesuai, dan 3 adalah sangat sesuai. Dari total potensial lokasi pengembangan sebesar 28.519 ha menunjukkan kategori sangat sesuai dan sesuai ditemukan sebesar 20.854 ha. Lokasi ini tersebar merata di empat kecamatan minapolitan. Dengan memanfaatkan sekitar 20% dari luasan yang ada, produksi ikan lele (pembesaran) per siklusnya sekitar 625.620 ton dengan semi-intensif atau 93.317 ton dengan tradisional. Beberapa strategi pengembangan budidaya ikan lele yang terbagi menjadi tiga segmen perlu diperhatikan guna mendukung kesuksesan program minapolitan ini. KATA KUNCI: minapolitan, ikan lele, kesesuaian lahan, strategi pengembangan, Bogor ABSTRACT: Catfish aquaculture development in the minapolitan area of Bogor District, West Java: site selection, production imple- mentation, and development strategies. By: I Nyoman Radiarta, Jojo Subagja, Adang Saputra, and Erlania Development of minapolitan area must be support by good data and information such as suitability potential site and development strategies. Bogor District has been selected as one of minapolitan area for catfish aquaculture development. The aim of present study is to analyze catfish aquaculture development in the minapolitan area of Bogor District with emphasize on site selection analysis, implementation production, and development strategies. Field sampling was conducted in June 2011. Several environmental and infrastructure data were analyzed using spatial models, and these data were categorized into 1-3 scoring system, 1 is least suitable and 3 is most suitable. The results show that from the total potential area of 28,519 ha; about 20,854 ha was classified as most suitable and suitable. These areas were distributed Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta) 307

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN MINAPOLITANKABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT: ASPEK KESESUAIAN LAHAN,

IMPLEMENTASI PRODUKSI, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

I Nyoman Radiarta*), Jojo Subagja**), Adang Saputra**), dan Erlania**)

*) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan BudidayaJl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

E-mail: [email protected]

**) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air TawarJl. Sempur No. 1, Bogor 16154

(Naskah diterima: 16 Februari 2012; Disetujui publikasi: 8 Mei 2012)

ABSTRAK

Pengembangan kawasan minapolitan harus didukung dengan ketersediaan data daninformasi di antaranya potensi lahan serta dukungan strategi pengembangannya.Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai satu wilayah pengembangan minapolitanikan lele. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengembangan budidayaikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor dengan melihat aspek kesesuaianlahan, implementasi produksi, dan strategi pengembangannya. Survai lapangan telahdilakukan pada bulan Juni 2011. Kesesuaian lahan dianalisis secara spasial denganmengadopsi 1-3 sistem skor, 1 adalah kurang sesuai, dan 3 adalah sangat sesuai. Daritotal potensial lokasi pengembangan sebesar 28.519 ha menunjukkan kategori sangatsesuai dan sesuai ditemukan sebesar 20.854 ha. Lokasi ini tersebar merata di empatkecamatan minapolitan. Dengan memanfaatkan sekitar 20% dari luasan yang ada,produksi ikan lele (pembesaran) per siklusnya sekitar 625.620 ton dengan semi-intensifatau 93.317 ton dengan tradisional. Beberapa strategi pengembangan budidaya ikanlele yang terbagi menjadi tiga segmen perlu diperhatikan guna mendukung kesuksesanprogram minapolitan ini.

KATA KUNCI: minapolitan, ikan lele, kesesuaian lahan, strategi pengembangan,Bogor

ABSTRACT: Catfish aquaculture development in the minapolitan area ofBogor District, West Java: site selection, production imple-mentation, and development strategies. By: I Nyoman Radiarta,Jojo Subagja, Adang Saputra, and Erlania

Development of minapolitan area must be support by good data and informationsuch as suitability potential site and development strategies. Bogor District hasbeen selected as one of minapolitan area for catfish aquaculture development. Theaim of present study is to analyze catfish aquaculture development in the minapolitanarea of Bogor District with emphasize on site selection analysis, implementationproduction, and development strategies. Field sampling was conducted in June 2011.Several environmental and infrastructure data were analyzed using spatial models,and these data were categorized into 1-3 scoring system, 1 is least suitable and 3 ismost suitable. The results show that from the total potential area of 28,519 ha; about20,854 ha was classified as most suitable and suitable. These areas were distributed

Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

307

Page 2: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

eventually in four sub-district minapolitan area. From the total suitable areas, if only20% areas were utilized, production estimation for one cycle could be accounted for625,620 ton using semi-intensive or 93,317 ton using traditional. Furthermore,development strategies for catfish aquaculture need to be carried out in order tosupport succesfulness of minapolitan program.

KEYWORDS: minapolitan, catfish, site selection, development strategies,Bogor

PENDAHULUAN

Kabupaten Bogor dikenal sebagai sentraproduksi perikanan budidaya, khususnyasebagai produsen benih ikan air tawar diantaranya benih ikan patin, ikan bawal, ikangurame, dan produsen ikan lele ukurankonsumsi. Luas total areal kolam air tenangyang terdapat di Kabupaten Bogor adalah1.075,94 ha dengan total produksi di tahun2009 mencapai 24.072,98 ton. Produksiterbesar dihasilkan dari Kecamatan Parungdan Gunung Sindur, masing-masing sebesar7.650,80 ton dan 6.071,64 ton (Anonimo,2010). Salah satu upaya untuk meningkatkanproduksi budidaya ikan air tawar, KabupatenBogor mengembangkan satu model pengem-bangan dengan sistem kluster yang dikenaldengan nama minapolitan. Kawasan mina-politan merupakan kawasan yang dikem-bangkan melalui pembentukan titik tumbuhsuatu kluster kegiatan perikanan dengansistem agribisnis berkelanjutan yang meliputiproduksi, pengolahan dan pemasaran, sampaijasa lingkungan sebagai sistem kemitraan didalam satu wilayah.

Penetapan Kabupaten Bogor sebagailokasi pengembangan minapolitan telahdituangkan dalam surat keputusan MenteriKelautan dan Perikanan Republik IndonesiaNo. KEP.32/MEN/2010. Penetapan kawasanminapolitan selaras dengan kebijakanRevitalisasi Pertanian dan PembangunanPedesaan (RP3) Kabupaten Bogor yangmenerapkan pendekatan pengembanganpertanian berdasarkan zonasi (Anonim, 2010).Secara konstitusional, peraturan daerah yangmendukung pelaksanaan minapolitan diKabupaten Bogor meliputi: (1) PeraturanDaerah Kabupaten Bogor No. 19/2008 tentangRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabu-paten Bogor 2005-2025, (2) Peraturan BupatiNomor 84/2009 tentang RP3 yang meliputikomoditas tanaman pangan, hortikultura,perkebunan, peternakan, kehutanan, danperikanan, dan (3) Keputusan Bupati Bogor

nomor 523.31/227/Kpts/Huk/2010 tentangpenetapan lokasi pengembangan kawasanminapolitan di Kabupaten Bogor. Berdasarkansurat Keputusan Bupati Bogor, telah ditetap-kan lokasi minapolitan di empat kecamatanyaitu Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Parung,Kecamatan Gunung Sindur, dan KecamatanKemang yang mencakup 28 desa. Keempatlokasi tersebut merupakan bagian dari wilayahkecamatan di Zona IV RP3 (Anonim, 2010). Dariseluruh komoditas ikan air tawar yang telahberkembang di Kabupaten Bogor, ikan lelemerupakan komoditas unggulan yang terpilihuntuk dikembangkan di kawasan minapolitanini.

Keberlanjutan kegiatan perikanan budi-daya harus didukung oleh ketersediaan datadan informasi yang akurat dan terpercaya,di antaranya data potensi kawasan budidaya.Kajian potensi kawasan budidaya ikan harusmempertimbangkan berbagai aspek, meliputilingkungan perairan (parameter fisika, biologi,dan ekologi), sosial-ekonomi dan infrastruktur(Treece, 2000). Lokasi yang sesuai untukpengembangan perikanan budidaya akanmenjamin keberlanjutan usaha budidaya,meminimalkan dampak terhadap lingkungansekitar, dan tentunya akan meningkatkan rodaperekonomian masyarakat. Analisis kesesuaianlahan untuk pengembangan ikan air tawartelah dipublikasikan untuk beberapa jeniskomoditas di antaranya ikan nila (Hossain etal., 2007; Radiarta et al., 2009) dan ikan mas(Salam et al., 2005; Hossain et al., 2009).Analisis kesesuaian lahan ini umumnyadilakukan secara spasial dengan meng-gunakan sistem informasi geografis (SIG;Burrough & McDonnell, 1998). Dari hasilanalisis kesesuaian lahan ini tentunya dapatdigunakan sebagai dasar untuk menghitungprakiraan produksi yang dapat dihasilkandari suatu kawasan. Sehingga proyeksipengembangan ke depan dapat dilaksanakandengan maksimal, yang tentunya didukungoleh adanya strategi pengembangan yangselaras.

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

308

Page 3: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenganalisis pengembangan budidaya ikanlele di kawasan minapolitan Kabupaten BogorProvinsi Jawa Barat yang difokuskan padaaspek kesesuaian lahan, implementasi pro-duksi, dan strategi pengembangannya.Analisis kesesuaian lahan dilakukan secaraspasial dengan menggunakan SIG. Hasilanalisis kesesuaian lahan tersebut kemudiandigunakan untuk mengestimasi kemungkinanproduksi yang dihasilkan dan strategi pengem-bangan di kawasan minapolitan KabupatenBogor. Hasil dari penelitian ini diharapkandapat memberikan gambaran umum tentangpengembangan budidaya ikan lele di kawasanminapolitan Kabupaten Bogor.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan di kawasanminapolitan Kabupaten Bogor Provinsi JawaBarat (Gambar 1). Lokasi penelitian terdiri atasempat kecamatan meliputi KecamatanCiseeng, Kecamatan Gunung Sindur,Kecamatan Parung, dan Kecamatan Kemang.Dukungan sumberdaya alam dan manusia

berupa kondisi iklim, lahan dan air, sertakemampuan teknis pembudidaya menjadikanKabupaten Bogor sebagai satu sentra produksipembenihan beberapa komoditas penting ikanair tawar. Hasil produksi benih dari kabupatenini telah dikirimkan ke sentra pembesaran ikanair tawar di beberapa provinsi di Indonesia, diantaranya Kalimantan dan Sumatera. Faktor lainyang mendukung berkembangnya usahaperikanan budidaya di Kabupaten Bogor yaitulokasi yang strategis sehingga memudahkanberbagai akses yang dibutuhkan untukpengembangan kegiatan budidaya di wilayahini. Lokasi yang berdekatan dengan Jakartasebagai sentra perekonomian, memberikankemudahan dalam hal akses pasar, penyediaansarana produksi (peralatan, pakan buatan, danobat-obatan), serta akses sarana dan prasaranapendistribusian.

Parameter Penting Budidaya Ikan Lele

Penelitian ini dilaksanakan dengan metodesurvai. Survai lapangan telah dilakukan padabulan Juni 2011. Sebanyak 39 titik pengamatankualitas perairan berhasil dikumpulkan yang

Gambar 1. Lokasi penelitian di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dandistribusi titik pengamatan kualitas perairan

Figure 1. Study area in the minapolitan area of Bogor District, West Java, and distribu-tion water quality sampling stations

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

6o2

1’S

6o2

4’S

6o2

7’S

6o3

0’S

Batas kecamatan (Sub-district border)

Keterangan (Legend)

Titik pengamatan (Sampling points)

Lokasi penelitian (Study area)

Kilometers

0 10 20

Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

309

Page 4: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

mewakili kolam pembesaran, pendederan,saluran air, dan sumber air (Gambar 1).Penentuan lokasi pengamatan disebar secaraacak yang mewakili keempat kecamatanpengembangan minapolitan (Clark & Hosking,1986; Morain, 1999). Parameter kualitasperairan yang dikumpulkan diperoleh melaluipengukuran langsung di lapangan (suhu, pH,oksigen terlarut, TDS, dan konduktivitas)dengan menggunakan YSI 556 dan analisislaboratorium (parameter kimia dan logamberat). Posisi geografis lokasi pengamatandiperoleh dengan menggunakan global posi-tioning system (GPS).

Data tutupan lahan dan dukungan infra-struktur diperoleh dari Peta digital Rupa BumiIndonesia (RBI) skala 1:25.000 keluaran BadanKoordinasi Survai dan Pemetaan Nasional(Bakosurtanal). Lembar peta yang digunakansebanyak empat lembar yaitu 1209-412(Parung), 1209-411 (Lebak Wangi), 1209-133(Cigedug), dan 1209-134 (Leuwiliang). Citrasatelit ALOS AVNIR-2 tanggal 18 September2009 digunakan untuk menvalidasi datapeta RBI.

Analisis Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan dianalisis secara spasialberdasarkan model hirarki yang diimple-mentasikan menggunakan perangkat lunak

ArcGIS versi 10 (Nath et al., 2000). Tujuhparameter penting yang terpilih dikelom-pokkan menjadi tiga sub-model (faktor)meliputi: kualitas air, pemanfaatan lahan, daninfrastruktur (Gambar 2). Untuk melakukananalisis spasial, seluruh data vector (titik,garis, dan area) yang terkumpul diinterpolasidengan teknik inverse distance weighted (IDW)dan distance analysis (Johnson & McChow,2001). Klasifikasi dan penentuan skor dataperlu dilakukan untuk menghasilkan sistemskor yang seragam. Penelitian ini mengguna-kan skor 1-3 (Hossain et al., 2007; Radiarta etal., 2009) yaitu sangat sesuai = 3, sesuai = 2,dan kurang sesuai = 1. Tabel 1 menyajikantingkat kesesuaian parameter penting budi-daya ikan lele. Parameter tingkat kesesuaiantersebut mengacu pada Hardjamulia et al.(1992) dan Radiarta et al. (2009). Langkahselanjutnya adalah penentuan bobot masing-masing parameter dan sub-model. Bobot di-tentukan berdasarkan studi pustaka dan opinipeneliti dengan menggunakan analyticalhierarchy process (AHP; Saaty, 1977). Dipenelitian ini, bobot masing-masing parameterdan sub-model diberikan besaran yang sama.Skor dan bobot yang telah ditetapkan akhirnyadigunakan untuk menganalisis kesesuaianlahan dengan metode weighted linear combi-nation, yang merupakan aplikasi dari multi-criteria evaluation (Malczewski, 1999).

Gambar 2. Hirarki model untuk analisis kesesuaian lahan budidaya ikan lele dikawasan minapolitan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Figure 2. The hierarchical model to identify suitable site for catfish aquaculturein the minapolitan area of Bogor District, West Java Province

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

310

Page 5: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

Analisis Implementasi Produksi danStrategi Pengembangan

Selain data kualitas perairan, wawancaradengan beberapa responden (pembudidayaikan dan pengurus kelompok pembudidaya)dilakukan guna memperoleh data dan infor-masi tentang kondisi budidaya ikan leledan pelaksanaan program minapolitan dilokasi penelitian. Implementasi produksi ikanlele dihitung berdasarkan luasan tingkatkesesuaian lahan yang diperoleh dari ana-lisis spasial. Perhitungan produksi ini di-sesuaikan dengan tingkat teknologi yangberkembang di lokasi penelitian yaitu semi-intensif dan tradisional. Selanjutnya, strategipengembangan budidaya ikan lele disintesissecara deskriptif berdasarkan data hasilwawancara.

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Kualitas Perairan danPemanfaatan Lahan

Kondisi sumber air adalah salah satu aspekpenting yang terkait dengan biosecurity dalamBest Management Practices untuk kegiatanbudidaya ikan (Hollingsworth et al., 2006). Airyang digunakan oleh masyarakat di KabupatenBogor untuk kegiatan budidaya ikan berasaldari berbagai sumber antara lain sungai, alirananak sungai, dan beberapa situ yang terdapatdi sekitar lokasi budidaya. Kualitas air untukkegiatan budidaya ditentukan oleh kualitasdari sumber air yang digunakan. Air selalumenjadi faktor pembatas dalam produksi ikanskala komersial, oleh karena itu, kondisikualitas perairan perlu diketahui secara baikguna memantau kemungkinan terjadinya

Tabel 1. Tingkat kesesuaian parameter kualitas air dan infrastruktur untuk budidaya ikanlele di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Table 1. Suitability of water quality and infrastructure for catfish aquaculture in BogorDistrict West Java Province

Sangat sesuai Most suitable

Sesuai Suitable

Kurang sesuai Least suitable

Kualitas perairan Water quality

Suhu air Water temperature

oC 28-30 20-28; 30-35 < 20; > 35

pH air Water pH

6-8 4-6; 8-9 < 4; > 9

Oksigen terlarut Dissolve oxygen

mg/L > 4 2-4 < 2

Tipe/jenis pemanfaatan lahan Land use types

Akuakultur; Tegalan

Sawah Perkebunan

Infrastruktur Infrastructure

Jarak dari jalan Distance to road

m 50-500 500-1,000 < 50; > 1,000

Jarak dari sungai Distance to river

m < 500 500-1,000 > 1,000

Jarak dari perkampungan Distance to settlement

m 50-400 400-800 < 50; > 800

Tingkat kesesuaianSuitability level

Peubah Parameter

Satuan Unit

Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

311

Page 6: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

pencemaran terhadap sumber air yangdigunakan (Swann, 1996).

Hasil analisis kualitas perairan di kawasanminapolitan Kabupaten Bogor ditunjukkanpada Tabel 2. Kisaran suhu air, total dissolvesolid (TDS), dan kecerahan air umumnya sesuaidengan kondisi yang dipersyaratkan untukbudidaya lele berdasarkan SNI 01-6484.3-2000, SNI 01-6484.4-2000, dan SNI 01-6484.5-2002. Nilai pH yang cukup rendah dengankisaran antara 3,97-4,77 terpantau di beberapalokasi yaitu di saluran/sumber air Desa PutatNutug (Ciseeng), Situ Iwul (Parung), dan SituJampang Pulo (Kemang). Hal ini disebabkankarena pengukuran dilakukan pada waktu pagihari di mana aktivitas fotosintesis olehtumbuhan dan fitoplankton yang berperandalam menurunkan CO2 di air belum ber-langsung optimal, sehingga pH air masihrendah. Menurut Durborow (2000), nilai pH4-11 merupakan titik asam dan basa letaluntuk ikan, sedangkan pH optimum adalahantara 6,5-9,0.

Kandungan oksigen yang cukup rendahditemukan di Situ Iwul (< 3 mg/L) (Table 2),yang merupakan sumber air kegiatan budidayaperikanan di Kecamatan Parung. Nilai tersebutdimungkinkan karena pengukuran dilakukanpada pagi hari sehingga kadar oksigen terlarutdi air masih rendah akibat proses respirasiorganisme akuatik pada malam harinya,sedangkan pada pagi hari proses fotosintesisyang merupakan salah satu sumber O2 di airbelum berlangsung optimal. Hasil penelitian

Purba & Khan (2010) juga menunjukkan bahwakandungan O2 pada pagi hari rendah sedang-kan CO2 tinggi yang menyebabkan nilai pHair rendah. Nilai kandungan nitrit terukur < 1mg/L (0,00-0,106 mg/L), kondisi ini sesuaidengan persyaratan untuk air yang dapatdigunakan dalam kegiatan budidaya ikan.Sedangkan nilai pengukuran amonia berkisarantara 0,148-0,967 mg/L di mana nilai tersebutmasih dalam kisaran yang layak untuk budidayaikan lele (Hardjamulia et al., 1992).

Selain ditinjau dari sifat fisik dan kimia air,kesesuaian suatu perairan untuk dijadikanlahan budidaya ikan lele juga dinilai daribeban pencemaran terutama yang berasaldari logam berat dan pestisida. Tingkatpencemaran logam berat (Cadmium (Cd) danTimbal (Pb) dari perairan kawasan minapolitanKabupaten Bogor umumnya masih dalamkisaran kriteria kualitas air golongan C (untukpertanian dan perikanan) sehingga ke-beradaannya masih dapat ditolerir olehorganisme akuatik seperti ikan (Tabel 3).

Konsentrasi logam berat Cd yang cukuptinggi (> 0,1 mg/L) ditemukan di SungaiCibeteng, Desa Putat Nutug, KecamatanCiseeng yaitu sebesar 1,74 mg/L (Tabel 3).Tingginya kandungan Cd yang terdapat dalamair ini diduga berasal dari limbah aktivitaspenduduk (domestik) dan industri yangterdapat sepanjang aliran sungai tersebut.Sedangkan konsentrasi Pb masih di bawahpersyaratan kualitas air untuk budidayaperikanan air tawar (Anonim, 2001).

Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas perairan di kawasan minapolitan Kabupaten BogorProvinsi Jawa Barat

Table 2. Range of water quality measurement in the minapolitan area of BogorDistrict West Java Province

ParameterVariable

Satuan Unit

Kisaran Range

Rataan Average ± SD

Kecerahan (Transparency ) cm 2-200 17.92±37.55

Kedalaman (Water depth ) cm 10-200 53.89±39.54

Suhu air (Temperature ) oC 27.76-34.2 30.43±1.51

pH - 3.97-8.16 6.51±1.07

Oksigen terlarut (Dissolve oxygen ) mg/L 0.73-9.17 4.85±2.08

TDS (Total dissolve solid ) mg/L 0.043-0.937 0.15±0.21

Konduktiv itas (Conductivity ) μmhos/cm 0.071-1.567 0.22±0.28

Amonia (N-NH3) mg/L 0.148-0.967 0.54±0.31

Nitrit (N-NO2) mg/L 0.000-0.106 0.04±0.03

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

312

Page 7: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

Perairan bertindak sebagai tempatpenampungan utama bagi residu pestisidayang bersifat persisten seperti golonganorganofosfat. Masuknya pestisida ke dalamperairan melalui berbagai jalur, antara lain:pemakaian langsung untuk membasmi hamatanaman, buangan limbah perkotaan (do-mestik) dan industri, limpasan dari arealpersawahan, pencucian melalui tanah, pe-nimbunan aerosol dan partikulat, sertacurah hujan. Konsentrasi pestisida golonganorganofosfat dalam contoh air yang berasaldari Kecamatan Ciseeng, Gunung Sindur, danKemang masih di bawah batas maksimal residu.Akan tetapi kondisi berbeda ditemukan padacontoh air dari Desa Iwul, Kecamatan Parungdi mana residu pestisida yang berasal dariperairan Situ Iwul sebagai sumber air untukkolam budidaya lele konsentrasinya > 0,1 mg/Lyaitu paration sebesar 0,247 mg/L danprofenofos 0,505 mg/L. Besarnya konsentrasitersebut mengindikasikan bahwa penggunaanpestisida organofosfat di daerah ini cukuptinggi. Masalah ini perlu mendapat perhatianserius karena reridu pestisida ada yangbersifat karsinogenik yang dapat mem-pengaruhi kesehatan manusia.

Kondisi pemanfaatan lahan perlu di-perhatikan untuk pengembangan budidayaikan lele di kawasan minapolitan KabupatenBogor. Berdasarkan data peta RBI keluaranBakosurtanal, pemanfaatan lahan pada empatkecamatan kawasan minapolitan terbagimenjadi: belukar, empang, hutan, kebun,pemukiman, tanah kosong, sawah, perairan,

dan tegalan (Gambar 3; Tabel 4). Pemanfaatanlahan di kawasan ini didominasi oleh per-kebunan dan sawah dengan luasan masing-masing 9.035 ha dan 6.292 ha. Berdasarkantingkat kesesuaian lahan, kawasan hutan danpemukiman dikategorikan sebagai pembatas(constraint) untuk lahan pengembanganbudidaya ikan lele. Kedua kategori tutupanlahan ini memiliki luasan masing-masing 1.178ha dan 6.091 ha (Tabel 4).

Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Lele

Hasil analisis spasial terhadap sub-modelkualitas air, infrastruktur, dan pemanfaatanlahan disajikan pada Gambar 4 dan Tabel 5.Untuk sub-model kualitas air yang masuk dalamkategori sangat sesuai seluas 26.834 ha (94%)tersebar di Kecamatan Ciseeng, KecamatanGunung Sindur, sebagian Kecamatan Parungdan Kecamatan Kemang (Gambar 4a). Se-lebihnya seluas 1.683 ha (6%) masuk dalamkategori sesuai yang tersebar di sebagianwilayah Kecamatan Parung dan KecamatanKemang. Untuk percepatan pengembanganbudidaya ikan lele di lokasi penelitian sangatdidukung oleh kondisi pemanfaatan lahan.

Berdasarkan pemanfaatan lahan, kategorisangat sesuai memiliki luasan sekitar 5.423 ha(19%) tersebar di Gunung Sindur, Parung, danKemang, kemudian kategori sesuai seluas6.292 ha (22%) tersebar di Parung, Kemang,dan Ciseeng (Gambar 4b). Kategori kurangsesuai seluas 9.139 ha (32%) tersebar diCiseeng dan Parung. Pada sub-model ini,ditemukan sekitar 27% area potensial (pe-

Tabel 3. Hasil pengukuran kandungan logam berat dan residu pestisida pada perairandi kawasan minapolitan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Table 3. Pesticide residues and heavy metal measurement in the minapolitan area ofBogor District West Java Province

td = tidak terdeteksi (not recorded)

Cd (mg/L)

Pb (mg/L)

Klorpirifos Parat ion Profenofos

Ciseeng Putat Nutug 1.74 < 0.01 td td td

Gunung Sindur Pabuaran 0.07 < 0.01 td td 0.010

Parung Iwul < 0.01 < 0.01 td 0.247 0.505

Kemang Jampang 0.05 < 0.01 0.010 td td

Desa Village

Kecamatan Sub-district

Logam berat Heavy metal

(mg/L)

Residu pest isida Pest icide residue

(mg/L)

Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

313

Page 8: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

Tabel 4. Pemanfaatan lahan dan tingkat kesesuaiannya untuk budidaya ikan lele

Table 4. Land use types and its suitability score for catfish aquaculture

ha %

Belukar/semak (Shrub ) 1.304 4 Sangat sesuai (Most suitable )

Empang (Pond ) 139 1 Sangat sesuai (Most suitable )

Hutan (Forest ) 1.178 4 Pembatas (Constraint )

Kebun/perkebunan (Plantation ) 9.035 31 Kurang sesuai (Less suitable )

Pasir darat (Sandy area ) 99 1 Kurang sesuai (Less suitable )

Pemukiman (Settlement ) 6.091 21 Pembatas (Constraint )

Rumput/tanah kosong (Grass land ) 830 3 Sangat sesuai (Most suitable )

Sawah (Paddy field ) 6.292 22 Sesuai (Suitable )

Sungai (River ) 396 1 Pembatas (Constraint )

Tanah berbatu (Rocky land ) 5 1 Kurang sesuai (Less suitable )

Tegalan/ladang (Agriculture field ) 3.150 11 Sangat sesuai (Most suitable )

Total 28.519 100

Luasan (Area ) Tingkat kelayakan Suitability score

Pemanfaatan lahan Land Use types

mukiman dan hutan) sebagai pembatas (con-straint) untuk kegiatan budidaya ikan lele.Penggunaan faktor pembatas untuk peman-faatan lahan hutan dan perkampungan juga

telah digunakan oleh Hossain et al. (2007) danRadiarta et al. (2009) dalam kajian merekamengenai kesesuaian lahan budidaya udangdan ikan nila.

Gambar 3. Jenis pemanfaatan lahan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Figure 3. Land use types in the minapolitan area of Bogor District, West Java

6o2

1’S

6o2

4’S

6o2

7’S

6o3

0’S

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

Batas kecamatan (Sub-district border)

Keterangan (Legend)

Belukar/semak (Shrub)Empang (Pond)Hutan (Forest)Kebun/perkebunan (Plantation)Pasir darat (Sand)Pemukiman (Settement)Rumput/tanah kosong (Grass land)Sawah (Paddy field)Sungai (River)Tanah berbatu (Rocky land)Tegalan/ladang (Agriculture field)

Kilometers

0 10 20

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

314

Page 9: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

Dukungan infrastruktur untuk kegiatanbudidaya ikan lele yang masuk dalam ketegorisangat sesuai seluas 11.456 ha (40%), se-lebihnya seluas 16.712 ha (59%) masuk dalamkategori sesuai dan kategori kurang sesuaiseluas 351 ha (1%) yang tersebar di Parungdan Kemang (Gambar 4c).

Dengan menggabungkan seluruh para-meter dan sub-model, akhirnya diperolehtingkat kesesuaian lahan untuk budidaya ikanlele (Gambar 5 dan Tabel 5). Dari total luasanpotensial untuk budidaya ikan lele (28.519 ha),kategori sangat sesuai ditemukan sekitar 8.789ha (31%). Kategori sesuai ditemukan sebesar

Gambar 4. Peta tingkat kesesuaian lahan parameter kualitas air (a), pemanfaatan lahan (b), daninfrastruktur (c) untuk budidaya ikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten BogorProvinsi Jawa Barat

Figure 4. Map of suitability sites for water quality (a), land use (b), and infrastructure (c) forcatfish aquaculture in the minapolitan area of Bogor District, West Java Province

Tabel 5. Luasan (ha) dan persentase (%) tingkat kesesuaian lahan untuk budidaya ikan leledi kawasan minapolitan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Luasan area potensialadalah 28.519 ha

Table 5. Areas (ha) and different suitability levels (%) for catfish aquaculture in the minapolitanarea of Bogor District West Java Province. Total potential area is 28,519 ha

ha % ha % ha % ha %

Kualitas air Water quality

26.834 94 1.685 6 0 0 0 0

InfrastrukturInfrastructure

11.456 40 16.712 59 351 1 0 0

Pemanfaatan lahanLand use type

5.423 19 6.292 22 9.139 32 7.665 27

Total kelayakan lahan Overall suitability of site

8.789 31 12.065 42 0 0 7.665 27

Parameter Variable

Kurang sesuai Least suitable

Pembatas Constraint

Sangat sesuai Most suitable

Sesuai Suitable

(a) Kualitas perairanWater quality sub-model

(b) Pemanfaatan lahanLand use sub-model

(c) InfrastrukturInfrastructure sub-model

Keterangan (Legend)

Batas kecamatan (Sub-district border)

Sesuai (Suitable)

Sangat sesuai (Most suitable)

Pembatas (Constraint)

Kurang sesuai (Least suitable)

Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

315

Page 10: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

12.065 ha (42%). Lokasi dengan kategorisangat sesuai umumnya didukung oleh kondisikualitas perairan yang baik, pemanfaatan lahanyang sesuai, dan infrastruktur yang memadai.Secara umum lokasi ini tersebar secara meratadi keempat kecamatan minapolitan KabupatenBogor, meliputi Kecamatan Ciseeng, Keca-matan Gunung Sindur, Kecamatan Parung, danKecamatan Kemang (Gambar 5).

Analisis spasial yang diperoleh dari pe-nelitian ini menunjukkan hasil yang sangatrevelan dengan penetapan KecamatanCiseeng sebagai sentra pengembanganminapolitan, dan Kecamatan Gunung Sindur,Kecamatan Parung, dan Kecamatan Kemangsebagai daerah penyangga. Dari hasil kun-jungan lapangan menunjukkan bahwa aktivitaskegiatan budidaya ikan lele di KecamatanCiseeng sudah berjalan dengan baik, termasukdi daerah penyangganya.

Implementasi Estimasi Produksi

Hasil analisis kesesuian lahan menunjukkanpotensi yang cukup besar untuk pengem-bangan budidaya ikan lele di kawasan mina-politan Kabupaten Bogor. Tabel 6 menunjukkanestimasi produksi berdasarkan tingkat tek-

nologi dan kesesuaian lahan budidaya ikanlele.

Pada umumnya pembudidaya ikan leledi kawasan minapolitan Kabupaten Bogorsudah menerapkan teknologi semi-intensifdan tradisional, dengan kisaran produksi persiklus per m2 antara 15-30 kg. Berdasarkandata statistik menunjukkan bahwa produksiikan lele dari kawasan minapolitan sebesar24.072,98 ton dari luas areal 1.075,94 ha atausetara dengan 2,24 kg/m2 (Anonim, 2010).Dengan asumsi produktivitas lahan samadengan tahun 2010 dan luasan areal ke-sesuaian yang diperoleh dari hasil penelitianini menjadi 20.854 ha di mana 20% dariareal tersebut diperuntukkan kolam budidayalele, maka produksi lele akan meningkatmendekati sekitar 93,300 ton dengan meng-gunakan teknologi tradisional. Jika tingkatteknologi yang diterapkan adalah semi-intensif, maka peningkatan produksi akanterjadi secara signifikan yaitu mencapai625.620 ton. Apabila nilai produksi ber-dasarkan teknologi tradisional tersebut dapatdiimplementasikan maka produksi lele dariwilayah minapolitan Bogor akan mengisitarget produksi nasional sebesar 175,000 ton.

Gambar 5. Peta akhir kesesuaian lahan budidaya ikan lele di kawasan minapolitanKabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Figure 5. Final map of suitability site for catfish aquaculture in the minapolitanarea of Bogor District West Java Province

6o2

1’S

6o2

4’S

6o2

7’S

6o3

0’S

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

Keterangan (Legend)

Batas kecamatan (Sub-district border)

Sesuai (Suitable)Sangat sesuai (Most suitable)

Pembatas (Constraint)Kurang sesuai (Least suitable)

Kilometers

0 10 20

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

316

Page 11: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

Strategi Pengembangan Budidaya IkanLele

Sistem usaha budidaya ikan lele di kawasanminapolitan Kabupaten Bogor terdiri atas tigasegmen usaha yaitu (Nugroho, 2011): (1)pembenihan (proses menghasilkan benihsampai dengan ukuran 2-3 cm dengan lamapemeliharaan sekitar 20 hari), (2) pendederan(segmen usaha mendederkan benih ukuran 2-3 cm sampai dengan ukuran 10-12 cm denganlama usaha 1-2 bulan), dan (3) pembesaran(segmen usaha membesarkan ikan dari ukuran10-12 cm menjadi ikan konsumsi ukuran bobot125-150 g dengan lama pemeliharaan sampaidengan 2 bulan). Ketiga segmen usahatersebut sudah terzonasi dengan baik dikawasan minapolitan Kabupaten Bogor. Pem-budidaya secara alamiah sudah menyesuaikandaerahnya masing-masing berdasarkan kriteriakeperluan lingkungan yang optimum untuksegmen usahanya. Perkembangan ketigasegmen tersebut tidak terlepas dari per-masalahan yang dihadapi baik sifatnya teknismaupun non teknis.

Permasalahan utama pada segmen pem-benihan yaitu masih sulitnya diperoleh sumber

indukan yang berkualitas. Pada umumnyapetani pembenih menggunakan indukanberasal dari hasil pilihan (ikan dipilih yangbesar-besar dari populasi) yang berasal daripetani pembesar (ikan dengan ukuran terlalubesar yang tidak diterima pasar). Hanyasebagian kecil petani pembenih yang sudahmenggunakan indukan yang bersertifikat.Penggunaan indukan yang kurang berkualitas,akan menghasilkan benih ikan yang berkualitasrendah. Dampaknya akan dirasakan langsungoleh petani pembesar, ikan yang dipeliharanyalambat tumbuh pada akhirnya biaya pakantinggi sehingga marjin usaha menjadi kecil.Permasalahan teknis lainnya yang dijumpaiadalah rendahnya sintasan benih, dikarenakanbanyak kematian saat ikan umur 1-2 minggudari waktu menetas. Hal ini sangat eratkaitannya dengan kualitas indukan yangdipergunakan, manajemen pakan induk, dankriteria pemilihan induk saat pemijahan.

Pada segmen pendederan, hal yang banyakdikeluhkan oleh petani di kawasan minapolitanKabupaten Bogor, yaitu rendahnya sintasanbenih ukuran dederan. Masalah ini sangat eratkaitannya dengan lingkungan pemeliharaan(kualitas air). Persepsi masyarakat masih

Tabel 6. Prakiraan produksi ikan lele konsumsi sesuai dengan tingkatkesesuaian lahan dan tingkat teknologi yang digunakan di kawasanminapolitan Kabupaten Bogor

Table 6. Production estimation for catfish based on suitability site andapplied technology in the minapolitan area of Bogor District

Keterangan (Note):* Pemanfaatan lahan produktif diproyeksikan hanya sebesar 20 % untuk tipe

lahan sangat sesuai dan sesuai. Perhitungan pada tabel di atas mengambil nilaitengah rata-rata pada nilai kisaran produksi

** Produksi/m2 = 10-20 kg dengan teknologi semi-intensif*** Produksi/m2 = 2-7.5 kg dengan teknologi tradisional

Semi int ensif (Semi intensive )**

Tradisional (Tradit ional )***

Sangat sesuai Most suitable

8.789 263.670 39.329

Sesuai Suitable

12.065 361.950 53.988

Jumlah 20.854 625.620 93.317

Luasan Area

(ha)

Produksi berdasarkan t ingkat teknologi*

Est imat ion product ion based on applied technology ( ton)

Kesesuaian lahan Suitabilit y sit e

Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

317

Page 12: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

beranggapan bahwa ikan lele adalah ikan yangkebal pada lingkungan yang jelek, padahaltidak demikian untuk ikan lele ukuran benih/dederan. Kondisi kualitas air optimum untukkeperluan pendederan beberapa parameterpenentu adalah suhu air dan kadar amonia(Hardjamulia et al., 1992). Suhu yang idealuntuk ikan lele adalah 28oC-30oC. Fluktuasisuhu lebih dari 4oC mengakibatkan stres danpada akhirnya ikan mudah kena penyakitsehingga dapat menyebabkan kematian.Pengetahuan petani tentang sifat-sifat biologiikan lele menjadi persyaratan utama yangharus dimiliki, sehingga para petani dapatmengaplikasikan dan menyiasatinya apabilaada permasalahan lingkungan yang muncul.

Hal lain yang menyebabkan banyak ke-hilangan pada waktu pendederan adalah sifatkanibalisme ikan lele. Hal ini dapat diatasidengan jalan melakukan grading pada saatawal sebelum ikan ditebar ke kolam pen-dederan, kondisi ikan yang hampir seragamukurannya dapat mengurangi tingkatkanibalisme.

Kendala utama pada segmen pembesaranadalah harga pakan yang terlalu mahal,dibandingkan dengan kondisi harga jual ikanukuran konsumsi, sehingga petani umumnyamendapatkan marjin kecil. Pada kondisidemikian petani melakukan upaya/berinisiatifmencari pakan pengganti (pakan buatan).Pembudidaya umumnya menggunakan limbah(limbah potong ternak ayam atau produk olahandaging rijek) sebagai pakan yang diberikansecara langsung ke ikan lele.Hal ini bilaberlangsung terus-menerus dikhawatirkanakan mengganggu lingkungan, baik itu ling-kungan kolam budidaya atau lingkungansekitarnya, bahkan tidak mustahil akanberdampak pada aspek pemasaran.

Untuk memperkecil atau menghilangkanpermasalahan yang muncul dalam usahapengembangan budidaya ikan lele di kawasanminapolitan dapat ditempuh dengan berbagailangkah strategi di antaranya:

1. Perbaikan kualitas induk. Diupayakanpetani memperoleh indukan yang ber-sertifikat, apabila hal tersebut tidak bisadicapai maka hal yang dapat dilakukan olehpetani pembenih yaitu mengusahakan agarindukan jantan dan betina yang dipijahkantidak berasal dari satu keturunan. Indukpejantan bisa didapatkan dari daearah lainmisalnya untuk induk betina dihasilkan dariproses seleksi di farm sendiri sedangkan

pejantan didapatkan dari daerah yang jauhdari lokasi farm dan yakin induk yangdigunakan tidak sedarah (tidak terjadiperkawinan sedarah “inbreeding”). Selainitu, peran instansi penelitian dan pengem-bangan pemerintah dalam memperkenalkanindukan berkualitas ke pengguna (pem-budidaya) diharapkan dapat memperbaikikualitas induk.

2. Perbaikan kualitas pakan induk dan ling-kungan pemeliharaannya. Pakan indukyang dipersyaratkan agar menghasilkankualitas benih unggul memiliki kadarprotein minimal 30% dan pemberiannya 1,8sampai dengan 2% per bobot biomassa perhari. Agar indukan nyaman dalam kolampemeliharaan persyaratan khusus yangdiperlukan meliputi: kolam induk dapatmenggunakan kolam dengan dinding betondan dasar dari tanah. Luasan 50 m2 dapatmenampung induk 70-120 kg induk (jantandan betina dipisah). Air masuk dapat diaturdengan debit 4-7 L/menit. Kedalaman kolam80-100 cm. Untuk merangsang pemben-tukan gonad pada musim kemarau dapatdilakukan dengan menurunkan dan me-naikkan permukaan air kolam. Dengankondisi tersebut selain akan menghasilkanbenih yang berkualitas, juga akan mem-percepat masa pemulihan induk setelahdipijahkan dan akan meningkatkanproduktivitas indukan.

3. Permasalahan kematian benih umur 1-2minggu, juga dipengaruhi oleh kualitasindukan, terutama ditentukan pada pe-milihan induk untuk dipijahkan. Pemilihaninduk dengan kualitas telur yang baik akanmenentukan tingkat penetasan dan kualitaslarva, dan tentunya akan menentukansintasan benih pada proses berikutnya.Permasalahan ini dapat diupayakan secarateknis yaitu melalui pemeriksaan ke-matangan gonad induk betina dapat di-lakukan melalui proses kanulasi denganmenggunakan kateter diameter 3 mm. Teluryang cukup baik sebagai syarat untukproses pemijahan memiliki ciri-ciri: diametertelur berkisar antara 1,1-1,3 mm; berukuranseragam, warna jernih, jika dicek inti telursudah ke tepi. Sedangkan induk jantandiperiksa dengan melihat kelamin. Kelaminikan lele matang gonad berwarna ke-merahan, kelamin panjang sebaiknya dapatmencapai sirip anal, dan tidak bengkok.Dalam memeriksa kematangan gonad,usahakan sesingkat dan jangan sampai

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

318

Page 13: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

menimbulkan luka pada induk karena akanmempengaruhi pemijahan. Untuk mem-bantu kematangan telur secara serentak,dapat digunakan hormon HCG. Hal lain yangharus diperhatikan adalah keperluan pakanbenih harus tercukupi baik jumlah maupunkualitasnya (tepat waktu, mutu, dan jumlah).

4. Untuk meningkatkan marjin usaha parapetani pembesar dapat dilakukan melaluipenyediaan benih berkualitas, sehinggadapat cepat tumbuh dengan masa pe-meliharaan yang singkat dan penyediaanpakan murah agar diperoleh marjin usahatinggi. Langkah-langkah yang perlu di-upayakan untuk penyediaan pakan murah/ekonomis diperlukan kerja sama yang baikantara pemerintah, kelompok tani, danpengusaha. Pembekalan pengetahuanpembuatan pakan secara mandiri denganmenggunakan bahan baku lokal spesifik,merupakan alternatif terbaik agar ke-berlanjutan usaha ini akan tetap mem-perhatikan lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian lahan pada empatkecamatan wilayah pengembangan mina-politan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwakondisi kualitas perairan masih mendukunguntuk pengembangan budidaya ikan lele.Analisis spasial kesesuaian lahan dari totalpotensial area sebesar 28.519 ha menun-jukkan luasan sekitar 20.854 ha dengankategori sangat sesuai (8.789 ha) dan sesuai(12.065 ha). Lokasi ini tersebar secara meratadi empat kecamatan minapolitan. Berdasarkantingkat teknologi yang berkembang diKabupaten Bogor, dengan memanfaatkanhanya 20% dari luasan lahan tersebut dapatmemproduksi dalam satu siklus sekitar 625.620ton dengan teknologi semi-intensif atau93.317 ton dengan teknologi tradisional.Implementasi dari analisis kesesuaian lahan iniharus didukung dengan strategi pengem-bangan mulai dari segmen pembenihan sampaipada segmen pembesaran. Hasil dari pene-litian ini diharapkan dapat menjadi data dasardan masukkan bagi instansi terkait yangberguna bagi perencanaan dan pemanfaatanlahan untuk mendukung pelaksanaanminapolitan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepadaDinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten

Bogor atas bantuannya selama kegiatanlapangan. Kami juga mengucapkan terima kasihkepada tim survai minapolitan: Prof. Dr. AchmadSudradjat, Idil Adri, dan Imam Taufik yang telahmembantu kelancaran pengumpulan datalapangan. Penelitian ini merupakan bagian daripenelitian Kajian Kesesuaian Lahan untukMinapolitan Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Perikanan Budidaya Tahun Anggaran2011.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2001. Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia No. 82 tentang pengelolaankualitas air dan pengendalian pencemaranair, 46 hlm.

Anonim. 2010. Masterplan minapolitanKabupaten Bogor. Kerja sama BappedaKabupaten Bogor dengan Pusat StudiPembangunann Pertanian Desa, InstitutPertanian Bogor, 105 hlm.

Clark, W.A.V. & Hosking, P.L. 1986. StatisticalMethods for Geographers. John Wiley &Sons, Inc., 513 pp.

Burrough, P.A. & McDonnell, R.A. 1998. Prin-ciple of geographical information systems.Oxford University Press, 327 pp.

Durborow, R.M. 2000. Catfish Farming in Ken-tucky. Aquaculture Program KentuckyState University Frankfort, Kentucky, 111pp.

Hardjamulia, A., Sumantri, S., Utami, R.,Komarudin, O., Sadeli, D., Widiyati, A.,Praseno, O., Insan, I., Bastiawan, D., Affiati,N., Chumaidi, & Suhenda, N. 1992. Pedomanteknis pembenihan ikan lele (Clariasbatrachus). Seri pengembangan hasilpenelitian perikanan No. PHP/KAN/PT/20/1992. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Departemen Pertanian, 54 hlm.

Hollingsworth, C.S., Baldwin, R., Wilda, K., Ellis,R., & Soares, S. 2006. Best ManagementPractices for Finfish Aquaculture in Massa-chusetts. Western Massachusetts Centerfor Sustainable Aquaculture. University ofMassachusetts Extension, 54 pp.

Hossain, M.S., Chowdhury, S.R., Das, N.G., &Rahaman, M.M. 2007. Multi-criteria evalua-tion approach to GIS-based land-suitabilityclassification for tilapia farming inBangladesh. Aquaculture International, 15:425-443.

Hossain, M.S., Chowdhury, S.R., Das, N.G.,Sharifuzzaman, S.M., & Sultana, A. 2009.Integration of GIS and multicriteria decision

Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

319

Page 14: PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN …

analysis for urban aquaculture develop-ment in Bangladesh. Landscape and UrbanPlanning, 90: 119-133.

Johnson, K. & McChow, J. 2001. Using ArcGISspatial analysis. Environmental SystemsResearch Institute (ESRI), Inc, USA, 236 pp.

Malczewski, J. 1999. GIS and mutlicriteria deci-sion analysis. John Wiley & Sons. New York,392 pp.

Morain, S. 1999. GIS Solution in Natural Re-source Management: Balancing the Tech-nical-Political Equation. OnWord Press. USA,361 pp.

Nath, S.S., Bolte, J.P., Ross, L.G., & Aguilar-Manjarrez, J. 2000. Applications of geo-graphical information systems (GIS) forspatial decision support in aquaculture.Aquacultural Engineering, 23: 233-278.

Nugroho, E. 2011. Kiat agribisnis lele. Panduanteknis dan non teknis pembenihan danpembesaran. Penebar Swadaya, Jakarta, 66hlm.

Purba, N.P. & Khan, A.M.A. 2010. KarakateristikFisika-Kimia Perairan Pantai Dumai padaMusim Peralihan. J. Akuatika, I(1): 69-83.

Radiarta, I N., Albasri, H., & Saputra, A. 2009.Pemetaan kelayakan lahan untuk pengem-bangan budidaya ikan nila di KecamatanWajak Kabupaten Malang Provinsi Jawa

Timur. Dalam: Djumanto, Dwiyitno,Chasanah, E., Heruwati, E.S., Irianto, H.E.,Saksono, H., Lelana, I.Y.B., Basmal, J.,Murniyati, Murwantoko, Probosunu, N.,Peranginangin, R., Rustadi, & Ustadi (Eds.),Prosiding Seminar Nasional Tahunan VIHasil Penelitian Perikanan dan KelautanTahun 2009; Jilid I: Budidaya Perikanan.Jurusan Perikanan dan Kelautan, FakultasPertanian Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta; Indonesian Network on FishHealth Management, Bogor dan Badan RisetKelautan dan Perikanan, Jakarta. RB-18, hlm.1-10.

Saaty, T.L. 1977. A Scaling Method for Prio-rities in Hierarchical Structures. J. ofMathematical Psychology, 15: 234-281.

Salam, M.A., Khatun, N.A., & Ali, M.M. 2005. Carpfarming potential in Barthatta Upazilla,Bangladesh: a GIS methodological perspec-tive. Aquaculture, 245: 75-87.

Swann, L. 1996. A Fish Farmer’s Guide to Un-derstanding Water Quality. Illinois-IndianaSea Grant Program. Department of AnimalSciences. Purdue University. Fact SheetAS-503, 8 pp.

Treece, G.D. 2000. Site selection. In Stickney(Ed.). Encyclopedia of aquaculture. A Wiley-Interscience Publication, p. 869-879.

J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

320