Upload
wafur-irawan
View
99
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pola tidur
Citation preview
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat
yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan
manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan
sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk
istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan
biokimiawi tubuh (Morhead, Johnson & Mass, 2006).
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana
seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang
sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 2006).
Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses
penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan
energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses
penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi
bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa
segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang
cukup sangat penting untuk kesehatan (Suyono, 2008).
B. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian
mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan
bangun. Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf
pusat, saraf perifer endokrin kardio vaskular, respirasi
muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau
direkam dengan Electroencephalogram (EEG), untuk aktifitas listrik
otak electromiogram (EMG), untuk pengukuran tonus otot dan
electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara
dua mekanisme cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan
menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Recticular activating
system (RAS) dibagian batang otak atas mempunyai sel-sel khusus
dalam mempertahankan kesadaran RAS memberikan stimulus
visual, auditori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus
dari korteks serebri yaitu emosi, proses, pikir.
C. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu
untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan tidur :
a. Penyakit : Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu
tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit
menjadikan pasien kurang tidur.
b. Lingkungan : Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan
nyaman, kemudian terjadi perubahan-perubahan suasana
makan dan menghambat tidurnya.
c. Motivasi : Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan ngantuk.
d. Kelelahan : Apabila kelelahan dapat memperpendek periode
pertama dari tahap REM ( Rapid Eye Movement )
e. Kecemasan : Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis,
sehingga mengganggu tidur.
f. Alkohol : Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang
tahan minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas
marah.
g. Obat – obatan : Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan
gangguan tidur antara lain : Diuretik : menyebabkan
insomnia, Anti depresan : supresi REM, Kafein : meningkatkan
saraf simpatis, Beta Bloker : menimbulkan insomnia dan
Narkotika : mensupresi REM
D. Klasifikasi
1. Tidur NREM (Norapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat
Merupakan tidur yang nyaman dan dalam, dalam tidur ini
gelombang otak lebih lambat dibandingkan orang sadar atau
tidak tidur. Hal ini ditandai dengan mimpi berkurang, keadaan
istirahat, tekanan darah turun, kecepatan nafas turun,
metabolisme menurun, dan gerak bola mata lambat.
Tahap – tahap tidur NREM
Tahap I
Merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur
dengan ciri rileks, masih sadar dengan lingkungan, rasa
mengantuk, bola mata bergerak ke kanan dan ke kiri,
frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun
dengan segera. Tahap ini berlangsung sekitar lima menit.
Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Tahap ini ditandai dengan mata menetap, denyut
jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh
menurun, metabolisme menurun. Tahap ini berlangsung
pendek dekitar 5 – 10 menit.
Tahap III
Merupakan tahap tidur yang ditandai melambatnya denyut
nadi, frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya disebabkan
oleh dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit bangun.
Tahap IV
Tahap ini ditandai dengan menurunnya denyut jantung dan
pernafasan, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak
otot mata cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot
turun.
2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Berlangsung pada tidur malam selama ±5 – 20 menit.
Periode pertama terjadi selama 80 – 100 menit namun jika
kondisiorang tersebut sangat lelah maka awal tidur sangat
cepat.
Bangun (Pratidur)
NREM I Tidur REM
NREM II NREM II
NREM III NREM III
NREM IV
Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 2009)
E. Manifestasi Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada
siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema
pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka
F. Komplikasi
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan
sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot,
hipertensi, dan sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu,
seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya,
kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam
memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang
tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena
penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek
angka harapan hidup.
G. Gangguan Kebutuhan Istirahat Tidur
Ada beberapa gangguan atau masalah dalam kebutuhan tidur
yaitu :
a. Insomnia
Ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik
kualitas maupun kuantitas. Proses gangguan tidur ini
kemungkinan disebabkan adanya rasa khawatir atau tekanan
jiwa.
b. Hipersomnia
Gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan.
c. Parasomnia
Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola
tidur seperti somnambulis (berjalan-jalan dalam tidur) yang
banyak terjadi pada anak-anak.
d. Enuresis
Gangguan tidur yang disebabkan oleh enuresis (mengompol),
umumnya terjadi pada anak-anak.
e. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur yang disertai dengan apnea dapat menjadi
masalah dalam tidur karena jika terjadinya apnea dapat
mengacaukan saat bernapas dan bahkan bisa menyebabkan henti
napas, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah
menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
f. Narcolepsi
Keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan (mengantuk
berat). Ini merupakan suatu gangguan neurologis.
H. Patofisiologi
Reseptor menerima impuls / rangsangan kemudian dibawa ke
medulla spinalis kemudian masuk ke formasi retikularis dilanjutkan
ke pons dan masuk ke medula oblongata kemudian diteruskan ke
hipotalamus yang menyebabkan menurunya fungsi panca indra dan
sampai masuk ke korteks serebri, sehingga ditafsirkan /
disampaikan kembali ke formasi retikularis dilanjutkan ke medulla
spinalis dan dipersepsikan untuk tidur.
I. Pemeriksaan Fisik
Reseptor menerima impuls
Medulla spinalis
Formasi retikulasi
Pons
Medulla oblongata
hipotalamus
Fungsi panca indera ↓
Korteks serebri
Tidur
a) Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar
mata, mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak,
wajah terlihat kusut dan lelah
b) Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun,
bicara lambat, postur tubuh tidak stabil
c) Kaji kelelahan fisik, fatique, letargi
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Electroencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak,
Electromiogram (EMG) untuk pengukuran tonus otot, dan
electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
2. Saturasi O2 dan ECG untuk mengatahu adanya sleep apnea.
K. Penatalaksanaan Umum
Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
- Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
- Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
- Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita
harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya
- Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress
berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan
oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri
- Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari
rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu
untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain :
- Golongan obat hipnotik
- Golongan obat antidepresan
- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
- Golongan obat antihistamin.
L. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang dari
semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup tidur 4
jam, tapi tidak dengan yang lain.
Tabel pola tidur normal berdasarkan tingkat usia
USIATingkat
Perkembangan
Kebutuhan Tidur
Pola Tidur Normal
0 – 1 bulan
Masa Neonatus 14-18 jam/hari
50% REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit
11 – 18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari
20-30% REM dan tidur sepanjang
malam
18 bulan – 3 tahun Masa Anak 11-12 jam/hari
25% REM dan tidur sepanjnag malam +
tidur siang
3-6 tahun
Masa Prasekolah 11 jam/hari 20% REM
6-12 tahun
Masa Sekolah 10 jam/hari 18,5% REM
12-18 tahun
Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM
18-40 tahun
Masa Dewasa Muda
7-8 jam/hari 20-25% REM
40-60 tahun
Masa Paruh Baya 7 jam/hari 20% REM dan
sering sulit tidur
60 tahun keatas
Masa Dewasa Tua 6 jam/hari 20-25% REM dan
sering sulit tidur
M.Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur
2. Ketidaknyamanan
3. Anxietas
4. Intoleransi aktivitas
N. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
NOC(Tujuan dan Kriteria
Hasil)
NIC(Intervensi)
1. Gangguan pola tidurDefinisi : terganggunya lama waktu tidur dan kualitas tidur karena factor eksternalBatasan karakteristik:1.Kesulitan untuk fungsi
aktivitas2.Kesulitan untuk tidur3.Merasa tidak bisa
beristirahat4. Tidak sengaja
bangunFaktor yang berhubungan :1. Penyebab kekacauan
oleh teman sekitar2. Pertahanan
lingkungan (e. g ambein, sinar lampu/kegelapan, temperature, lingkungan yang tidak familiar)
3. Imobilisasi 4. Privasi tidak
tercukupi5. Tidak sembuhnya
pola tidur (karena tenaga kesehatan, tindakan medis, dan sleep partner)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien dapat menunjukkan pola tidur yang adekuat dengan kriteria hasil :1.
batas normal 6-8 jam/hari
2.dalam batas normal
3.tidur atau istirahat
4.hal-hal yang meningkatkan tidur
Peningkatan tidur1. Pantau pola
tidur2. Monitor
TTV3. Kaji fakor
penyebab gangguan tidur
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
5. Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
6. Monitor kebutuhan tidur klien
2 KetidaknyamananDefinisi : merasa tidak tenang, lega, dan kelebihan fisik, psikospiritual, lingkungan,
Confort Status1. Kesehatan fisik2. Control tanda gejala3. Kesehatan psikologis4. Dukungan social dari
Relaxation Therapy1. Jelaskan terapi relaksasi
yang sesuai dan manfaatnya, kekurangan serta macam relaksasi
kultur, and dimensi socialBatasan karakteristik :1. Perubahan dalam pola
tidur2. Cemas3. Menangis4. Tidak puas dalam
situasi5. Gejala disstres6. Merasa panas7. Merasa dingin8. Merasa tidak nyaman9. Merasa lapar10.Ketidakmampuan dalam
beristirahat11.GatalFaktor yang berhubungan1.Gejala akibat penyakit2.Ketidakcukupan dalam
control lingkungan3.Ketidakcukupan privacy4.Ketidakcukupan sumber
(keuangan, social, pengetahuabn)
5.Ketidakcukupan mengontrol situasi
6. Regimen pengobatan
keluarga5. Kemampuan spiritual
yang tersedia (seperti music, meditasi, dan nafas dalam, dll)
2. Tentukan relaksasi apa yang bermanfaat sebelumnya
3. Serankan asumsi individu mengenai posisi yang nyaman
4. Antisipasi kebutuhan untuk relaksasi
5. Kembangkan tipe teknik relaksasi pada individu, jika perlu
3 AnxietasDefinisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyalini merupakan peringatan adanya ancaman yangakan datang dan memungkinkan individu
Anxiety controlKriteria Hasil :1. Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
3. mengontol cemas4. Vital sign dalam batas
normal5. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Anxiety Reduction1. Gunakan pendekatan
yang menenangkan2. Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami prespektif pasien terhdap situasi stress
5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
7. Dorong keluarga untuk menemani anak
untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakanDitandai dengan1. Gelisah2. Insomnia3. Resah4. Ketakutan5. Sedih6. Fokus pada diri7. Kekhawatiran8. Cemas
8. Lakukan back / neck rub9. Dengarkan dengan
penuh perhatian10. Identifikasi tingkat
kecemasan11. Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
13. ketakutan, persepsi14. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
15. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
4 Intoleransi aktivitasDefinisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.Batasan karakteristik :1. melaporkan secara
verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
2. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
3. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
4. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Faktor factor yang
Self Care : ADLsKriteria Hasil :1. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Energy Management1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasie
berhubungan 1. Tirah Baring atau
imobilisasi2. Kelemahan
menyeluruh3. Ketidakseimbanga
n antara suplei oksigendengan kebutuhan
4. Gaya hidup yang dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2006. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC
Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan
Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Suyono, S. 2008. Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Tarwoto, dan Wartorah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Indika.