Upload
herizko-kusuma
View
90
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS
“ DIARE AKUT DENGAN MARASMIC KWASHIORKOR ”
Disusun Oleh:
1. Akhmad Afrianto
2. Bela Bagus Setiawan
3. Dadan Fakhrurijal
4. Febrina Dwi Haryani
5. Herizko Silvano K
6. Yudis L.
KEPANITAAN UMUM ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
0
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit utama pada balita di Indonesia adalah penyakit diare,
diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150 – 430/1000 penduduk setahunnya.
Diare merupakan buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah > 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
bulan dan anak, bila frekuensi > 3 kali.1
Beberapa faktor yang menyebabkan diare,diantaranya :1
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas, dsb. Infeksi virus : enterovirus,
adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll.
b. Infeksi parenteral yaitu indeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, dsb.
2. Faktor malabsorbsi: malabsorbsi karbohidrat, malabsorbsi lemak, malabsorbsi
protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun,alergi terhadap makanan tertentu.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
Pada dasarnya diare akut maupun kronis dapat mengakibatkan kehilangan
cairan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolic, hipokalemia, dsb), gangguan gizi
sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah),
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.1
Cara penularan diare pada umumnya adalah secara oro-fecal melalui makanan
minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen, dan kontak langsung tangan
dengan penderita atau baran-barang yang telah tercemar tinja penderita, atau tidak
1
langsung melalui lalat. Di dalam bahasa Inggris maka terdapat 4 F di dalam cara
penularan diare ini yaitu food (makanan), feces (tinja), finger (jari tangan), and fly
(lalat)
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di
Provinsi NAD dan terendah di DI Yogyakarta. Kasus diare di sebagian besar provinsi
(75%) terdeteksi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan. Hanya 7 provinsi (Banten,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Barat dan Sulawesi Selatan) kasus diare lebih banyak dideteksi berdasarkan gejala
klinis. Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera
Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua
Barat dan Papua). Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang
dapat menyebabkan kematian. Secara nasional, proporsi responden diare klinis yang
mendapat oralit adalah 42,2%. Dua belas provinsi mempunyai proporsi pemberian
oralit kurang dari proporsi nasional, terendah ditemukan di Banten (29,4%).
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka pada laporan kasus ini
akan lebih banyak dibahas mengenai penyakit diare akut dengan dehidrasi dan gizi
buruk, sehingga dapat diharapkan memberikan informasi dan menambah pengetahuan
yang benar kepada pasien,keluarga maupun masyarakat.
2
BAB II STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN Nama anak : An. Ivan
Jenis kelamin : Laki – laki
Umur : 7 bulan
Alamat : Jl. Wonodri
Agama : Islam
No. CM : A0110987
Tgl. masuk RS : 9 Juli 2012
AYAH IBU
Nama Ayah : Ranto Nama Ibu : Nurjanah
Umur : 35th Umur : 30 th
Pekerjaan : Tukang jam Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Wonodri Alamat : Jl. Wonodri
Agama : Islam Agama : Islam
B. ANAMNESIS Anamnesa dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu anak pada hari
Senintanggal 9 Juli 2012 pukul 13.00 WIB di Rumah Sakit
1. Keluhan Utama: Diare
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Saat masuk RS pasien datang dengan keluhan diare selama 4 hari.
4 hari SMRS pasien diare dengan konsistensi tinja cair, berwarna
kuning, bau tidak asam, lendir (-), darah (-) ampas (+), tinja keluar tidak
3
menyemprot. Pasien diare 4-6 kali dalam sehari dengan jumlah ¼ gelas,
mual muntah (-), demam (-), nafsu makan menurun, kejang (-).
2 hari SMRS pasien mengalami keluhan diare dengan konsistensi cair,
berwarna kuning, bau tidak asam, lendir(-) darah (-), ampas (+), tinja
keluar tidak menyemprot. Pasien diare 5-10 kali dalam sehari dengan
jumlah ½ gelas tiap kali diare,mual muntah (-) demam (-), nafsu makan
menurun, kejang (-), BAK berkurang .
Pada saat masuk RS pasien tampak lemas, mengantuk, dan sudah BAB
selama 3 kali, dengan konsistensi cair,berwarna kuning, bau tidak
menyangat, lendir (-), darah(-), ampas (+), nafsu makan berkurang, mual
muntah (-), demam (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat diare : (+) usia 3 bulan
Riwayat demam > 3 hari : disangkal
Riwayat ISPA : (+) usia 4 bulan
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat masuk RS : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat diare : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
4
5. Riwayat kehamilan :
An. I adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Anak pertama, riwayat
kehamilanya tidak ditanyakan. Selama hamil ibu tidak mengalami gangguan
kesehatan. Pemeriksaan ANC 5 kali di bidan. Konsumsi jamu disangkal. Ibu
mengkonsumsi vitamin dan kapsul penambah darah. Imunisasi TT 1 kali
sebelum nikah dan 2 kali selama kehamilan
6. Riwayat persalinan:
Anak pertama berumur 3 tahun, ditolong bidan dan cukup bulan, lahir
normal.Anak kedua persalinan normal, BBL 3 kg, panjang badan 50 cm
cukup bulan, ditolong oleh bidan, langsung menangis.
7. Riwayat pasca persalinan: ibu tidak kontrol ke bidan lagi, anak tidak
pernah periksa di Posyandu, tidak punya KMS
8. Riwayat imunisasi
Macam imunisasi Frekuensi Umur KeteranganBCGHepatitis B
1 kali1 kali
00
Kesan Imunisasi tidak lengkap sesuai umur
9. Riwayat Gizi :
Umur Makanan Jumlah Frekuensi0-1 bulan Anak hanya diberikan
ASI, setelah itu ASI tidak keluar
Semau anak
1-6 bulan
6-7 bulan
Susu formula
Bubur instanPisang kerokNasi tim, tidak ditambah sayur dan lauk
2 sdm dlm 60 cc air1 sdm½ pisang½ mangkuk
2 kali, tidak selalu habis2 kali1 kali2 kali, tidak habis
Kesan Kualitas kurang
5
10. Riwayat tumbuh kembang:
Senyum spontan : 2 bulan
Miring : 5 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Mengucapkan “bapa” : 7 bulan
Duduk : belum bisa
11. Riwayat sosial ekonomi
Ayah penderitan bekerja sebagai tukang jam, ibu tidak bekerja dan
menanggung 2 orang anak, penghasilan tidak menentu. Pengobatan di
tanggung Jamkesmas
Kesan : sosial ekonomi kurang
12. Riwayat Lingkungan
Sumber air menggunakan air PAM. Untuk kebutuhan sehari-hari air dimasak
terlebih dahulu. Memiliki kamar mandi sendiri. Dalam penyajian susu
dengan dot/botol, sebelumnya di rebus terlebih dahulu dan cuci tangan.
Silsilah Keluarga
Keterangan : (garis putus tinggal serumah)
Laki-laki Anak Ivan
Perempuan
6
C. PEMERIKSAAN FISIK:
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Senin tanggal 9 Juli 2012 pukul 14.00 WIB
Keadaan Umum : tampak lemas, tampak sangat kurus.
Kesadaran : somnolen
Vital sign:
RR : 30x/ menit, abdominal
Nadi : 120x/ menit, isi dan tegangan cukup, regular
Suhu : 37,1oC (axilla)
Status Gizi
BB Lahir : 3 kg
BB Sekarang: : 3,3 kg
PB Lahir : 50 cm
PB Sekarang : 63 cm
BB/U : -5,5 SD ( berat badan sangat rendah/ Gizi Buruk)
TB/U : -2,4 SD ( panjang badan pendek/Pendek)
BB/TB : -4,5 SD ( sangat kurus)
Kesan : pertumbuhan anak tidak sesuai dengan umur
Status internus
Kulit : pucat (+), turgor kulit melambat.
Kepala : messosefal, UUB sangat cekung, lingkar kepala 39 cm.
Rambut : tipis, kemerahan, mudah dicabut
Mata : reflek pupil (+/+), pupil isokor dengan diameter 3mm
konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), air mata (-/-)
mata cekung (+/+).
Hidung : deformitas (-), secret (-), mukosa hiperemis (-)
cuping hidung (-), konka hiperemis (-)
7
Telinga : discharge (-), aurikula hiperemis (-)
membrane timpani intak
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (+)
Tenggorok : T 1-1, faring hiperemis (-), kripte melebar (-), detritus (-)
pseudomembran (-), jaringan granulose pada faring (-)
Leher : bentuk simetris, deviasi trakea (-)
warna kulit sama dengan sekitar
pembesaran kelenjar limfe (-)
PARU:
Anterior
Inspeksi : gerakan dada simetris statis dinamis, warna kulit sesuai dengan
sekitar, tidak tampak otot bantu pernafasan, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus sulit dinilai
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan: ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Kesan : dalam batas normal
Posterior
Tidak dilakukan
JANTUNG:
Inspeksi : ictus cordis tak tampak,
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V LMCS, tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi : batas inferior sinistra : SIC V LMCS
batas inferior dextra : SIC V LPSD
batas superior dextra : SIC II LPSS
batas pinggang jantung : SIC III LPSS
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, tidak ada suara jantung tambahan
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
8
ABDOMEN:
Inspeksi : bentuk cekung, warna sesuai dengan kulit sekitar, spider navy (-),
umbilikus tidak menonjol, tampak gambaran usus Down Counture,
briut (-)
Auskultasi : bunyi peristaltik 8x/menit
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen, pekak sisi (+), pekak alih (-),
pekak hepar (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit melambat, hepar tidak teraba
ginjal tidak teraba, lien tidak teraba, defance muscular(-)
GENITALIA:
Laki-laki dalam batas normal, belum di sirkumsisi, testis sudah turun, phimosis (-)
EKTREMITAS :
Superior Inferior
Akral dinginOedemSianosisMuscle wastingCrazy pavement dermatosis Baggy pant
-/--/--/-+/++/+
-/-+/+ (non pitting)
-/-+/++/++
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
9
1. Tes darah rutin : Hemoglobin Tombosit Leukosit Eritrosit Laju Endap
Darah
10.1 261.000 13.9003.6.106
Normal
L: 12-17,5 P: 11,5-16 g/dl150.000-400.000/ mm3
4.000-11.000/ mm3
4-6 juta/ mm3
L < 15 P < 20 mm/jam
Anemia
Leukositosis
2. Dif. Count : Eosinofil Basofil Monosit
limfosit
0 %0 %2 %30 %
2-6 %0-1 %2-8 %20-40 %
3. Tes tinja Makroskopis warna bau darah lendir ampas buih
Mikroskopis darah bakteri cacing amoeba lemak KH Protein eritrosit lekosit
KuningTidak
menyengat(-)(-)(-)
(-)(+2)(-)(-)
(+1)(+1)(-)(-)(-)
Bakteri + 2
4. Elektrolit:-Natrium-Kalium-Klorida-Kalsium
120 mmol/l2,7 mmol/l101 mmol/l2,38 mmol/l
135-155 mmol/l3,6-5,5 mmol/l95-108 mmol/l3,6-5,5 mmol/l
HiponatremiaHipokalemia
Hipokalsemia
D. PEMARILSAAN PENUNJANG
E. DAFTAR MASALAH
1. Diare 4 hari 2. Nafsu makan menurun
10
3. BAK kurang
4. Imunisasi tidak lengkap
5. Kualitas makan kurang
6. Ekonomi kurang
7. Kesadaran somnolen
8. Status gizi buruk
9. Perawakan pendek
10. Sangat kurus
11. Ubun-ubun besar sangat
cekung
12. Rambut kemerahan, mudah
rontok
13. Konjungtiva anemis
14. Mata cekung
15. Tidak ada air mata
16. Bibir kering
17. Iga menggantung (gambang)
18. Perut cekung
19. Gambaran usus (+)
20. Oedem ekstrimitas inferior non
pitting
21. Turgor kulit melambat
22. Muscle wasting
23. Baggy pants
24. Crazy pavement dermatosis
25. Anemia
26. Leukositosis
27. Hiponatremi
28. Bakteri tinja (+)
29. Hipokalemi
30. Hipokalsemi
Masalah Aktif Masalah pasif
1. Diare akut dengan dehidrasi berat
(1,2,3,7,11,13,14,15,21,25,26,27,28,29,30)
2. Marasmic kwashiorkor
(8,9,10,12,17,18,19,20,22,23,24)
1. Ekonomi kurang
2. Imunisasi dasar tidak
lengkap
3. Kualitas makanan kurang
F. INITIAL PLANS
1. Diare akut dengan dehidrasi berat
11
Subjektif : faktor infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis
Objektif : -
Terapi :
Rehidrasi dengan Pemberian infus:
1 jam pertama diberi RL 30 ml/kg BB 100 ml.
5 jam kemudian diberi RL 70 ml/kg BB 230 ml.
Monitoring vital sign, balance cairan dan derajat dehidrasinya selama 15 –
30 menit jika nadi belum teraba diberikan tetesan infus lebih cepat.
Sesudah 3 – 4 jam berikan oralit 15 ml setelah anak mau minum dan tablet
zink 20 mg/hari selama 10 hari.
Setelah 6 jam monitoring kembali vital sign, balance cairan dan derajat
dehidrasi
Edukasi :
Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit anak dan tanda-tanda
dehidrasi
Menyarankan kepada keluarga untuk tetap memberi makanan dan cairan
kepada anak setiap habis BAB dengan oralit
Menjelaskan tentang pentingnya menjaga kebersihan dalam penyajian
makanan kepada anak.
2. Marasmic kwashiorkor
Subjektif : sangat kurus, perut cekung, iga gambang, rambut tipis
kemerahan mudah dicabut, baggy pant, crazy pavement
dermatosis, muscle wasting.
Objektif : gizi buruk
Terapi :
10 Langkah Pri nsip Dasar Pengobatan Marasmus Kwashiorkor
1. Pengobatan/Pencegahan Hipoglikemia
12
Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersamaan seringkali sebagai
tanda adanya infeksi.
Bila hipotermi (suhu axilla atau rectal <36C atau rectal). maka memeriksa
kadar gula darah.
Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dl, berikan:
a. 50 ml “bolus” (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa
10% (1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik.
b. Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam).
c. Berikan antibiotika
d. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam
Pemantauan:
a. Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan
darah dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam.
b. Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
c. Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml
(bolus) larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap
30 menit sampai stabil.
2. Pengobatan / Pencegahan Hipotermia
Bila suhu ketiak <36Cperiksalah suhu dubur. Bila suhu dubur <36C :
a. Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila
perlu)
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala,
letakkan dekat lampu atau pemanas atau peluk anak di dada ibu, selimuti
(metoda kanguru).
Pemantauan:
a. Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila
memakai pemanas ukur setiap 30 menit
13
b. Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama
malam hari
c. Raba suhu anak
d. Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.
Pencegahan:
a. Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam
b. Sepanjang malam selalu beri makan
c. Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat
tidur)
d. Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis
terlalu lama).
3. Pengobatan/Pencegahan Dehidrasi
Memberikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal. Tidak mudah untuk
memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk dengan menggunakan
tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat/gizi buruk dengan
diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi:
a. Cairan Resomal / pengganti sebanyak 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2
jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik.
b. Selanjutnya beri 5–10 ml/kg/jam untuk 4–10 jam berikutnya; jumlah tepat
yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan
banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
c. Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula
khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
14
Pemantauan:
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2
jam pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya dengan
memantau: denyut nadi, pernafasan, frekwensi kencing, frekwensi diare /
muntah.
Pencegahan:
a. Bila diare encer berlanjut:Teruskan pemberian formula khusus
b. Ganti cairan yang hilang dengan Resomal / pengganti (jumlah + sama)
c. Sebagai pedoman, berikan Resomal/pengganti sebanyak 50-100 ml
setiap kali buang air besar cair
d. Bila masih mendapat ASI, teruskan.
4. Koreksi Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar
Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi
dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan
elektrolit ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati edema dengan
pemberian diuretikum). Berikan :
Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150-300 mg KCl/kgBB/hari)
Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.5-15 mg MgCl2 /kgBB/hari)
Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan tersebut pada 1
liter formula, dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg. (Lihat lampiran 6 untuk
cara pembuatan larutan).
15
5. Pengobatan Dan Pencegahan Infeksi
Pada KEP berat / gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukkan adanya
infeksi seperti demam seringkali tidak tampak.Karenanya pada semua KEP
berat/gizi buruk beri secara rutin:
Antibiotik spektrum luas
Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi
(tunda bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak
menjadi baik.
Catatan:
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari)
sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan
mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik
akibat pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.
6. Pemberian Makanan
Pemberian makanan dengan kandungan energi dan protein cukup untuk
memenuhi metabolisme basal. Pemberian nutrisi pada fase stabilisasi ini adalah :
porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar,
memberikan secara oral/nasogastrik dengan energi 80-100 kal/kgBB/hari, protein
1-1.5 g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat
edema), bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian
formula. Formula khusus seperti F-WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sedemikian.
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik,
tetapi pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan
dengan menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
16
7. Fasilitasi Tumbuh Kejar
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung
dan intoleransi saluran cerna yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak. Pada periode transisi,
dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus awal
ke formula khusus lanjutan:
a. Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per
100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein
2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi
bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan
energi dan protein yang sama.
b. Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali
(=200 ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada masa transisi: frekwensi nafas, frekwensi denyut nadi.
Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit
dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula.Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi makanan/formula dengan
jumlah tidak terbatas dan sering, energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari, protein
4-6 gram/kgBB/hari, bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga
beri formula, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.
Pemantauan setelah periode transisi : kemajuan dinilai berdasarkan
kecepatan pertambahan berat badan : timbang anak setiap pagi sebelum
diberi makan, evaluasi kenaikan BB setiap minggu. Bila kenaikan BB:
a. kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh : cek apakah
asupan makanan mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi.
17
b. baik ( 50 g/minggu ), lanjutkan pemberian makanan
8. Koreksi Defisiensi Mikro Nutrien
Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia
biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu
sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah
minggu ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan
infeksinya.
Berikan setiap hari: suplementasi multivitamin, asam folat 1 mg/hari (5 mg pada
hari pertama), seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari, tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari. Bila
BB mulai naik : Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari,
vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000 SI,
< 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat
suplementasi vitamin A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda / gejala defisiensi
vitamin A, berikan vitamin dosis terapi.
9. Memberikan Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional
Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan: kasih sayang, suasana lingkungan yang ceria, terapi bermain
terstruktur selama 15 – 30 menit/hari, aktifitas fisik segera setelah sembuh dan
keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb).
10. Tindak Lanjut Di Rumah
Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U,
dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian makan yang baik dan
stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah penderita dipulangkan.
Edukasi orang tua untuk :
a. Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di
Puskesmas
18
b. Pelayanan di PPG untuk memperoleh PMT-Pemulihan selama 90 hari.
dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu / puskesmas.
c. pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien
yang padat
d. penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
e. Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
f. Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau
100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus
PEMBAHASAN
Kasus yang dibahas adalah diare. Dimana diare diartikan sebagai baung air
besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih
19
dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensi
lebih dari 3 kali.1
Pada kasus diatas, pasien datang tampak lemas, mengantuk, dan sudah BAB
selama 3 kali ebelum datang kerumah sakit, dengan konsistensi cair,berwarna kuning,
dan berampas. Definisi diare yang diberikan oleh depkes RI (2003) adalah penyakit
yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi baung air besar (BAB) lebih banyak dri
biasanya ( lazimya 3 kali atau lebih dalam sehari).
Pada anamnesis didapatkan keluhan muncul pada 4 hari yang lalu, BAB 4-6x/
hari dengan konsistensi cair, berwarna kuning, dan terdapar ampas, jumlah feses
sebanyak seperempat gelas sekali BAB.
Dan 2 hari ysng lalu gejala semakin meningkat dimana, buang air besar 5
sampai 10 kali perhari dengan konsistensi cair, berwarna kuning, dan terdapat ampas,
jumlah feses sebanyak setengah gelas sekali buang air besar.
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas
30x/menit, suhu rectal : 37,1 C, lingkar kepala 39 cm, status gizi didapatkan berat
badan 3,3 kg panjang badan 63 cm, pasien dikatakan dalam katagori gizi buruk
dikarenakan pada pengukur z skore : BB/U : -5,5 SD ( berat badan sangat rendah/
Gizi Buruk), TB/U: -2,4 SD ( panjang badan pendek/Pendek), BB/TB: -4,5 SD
( sangat kurus).
Pemeriksaan status fisik didapatkan ubun-ubun cekung, rambut berwarna
merah dan mudah dicabut, mata cekung, conjungtiva anemis (+), air mata tidak
keluar, bibir kering, iga menggambang. Pemeriksaan pada ektremitas di dapatkan
muscle wasting, edem tipe non pitting pada ektremitas inferior, baggy pant, crazy
pavement dermatosis.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan darah,
hemoglobin turun, leukosit meningkat, pada pemeriksaan elektrolit di dapatkan
hiponatremi,hipo kalsemi dan hipo kalemi.
20
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, maka pasien didiagnosis
diare akut dengan dehidrasi berat . Kemudian dilakukan penatalaksanaan, rehidrasi
dengan Pemberian infus cairan RL, 1 jam pertama diberi 100 ml, 2 – 6 jam
selanjutnya diberikan cairan infus RL sebanyak 230 ml, kemudian Monitoring vital
sign, balance cairan dan derajat dehidrasinya selama 15 – 30 menit jika nadi belum
teraba diberikan tetesan infus lebih cepat. Sesudah 3 – 4 jam berikan oralit 15 ml
setelah anak mau minum dan tablet zink 10 mg/hari selama 10 hari. Setelah 6 jam
monitoring kembali vital sign, balance cairan dan derajat dehidrasi.
Untuk penatalaksanaan Marasmic Kwashiorkor dilakukan dengan 10 prinsip
pengobatan yaitu : pengobatan/pencegahan hipoglikemia, pengobatan/pencegahan
hipotermia, pengobatan/pencegahan dehidrasi, koreksi gangguan keseimbangan
elektrolit, pengobatan dan pencegahan infeksi, pemberian makanan, fasilitasi tumbuh
kejar, koreksi defisiensi mikro nutrien, memberikan stimulasi sensorik dan dukungan
emosional dan tindak lanjut di rumah.
RESUME
An. I usia 7 bulan datang dengan keluhan diare selama 4 hari yang lalu sampai
pasien datang ke RS.
Awal mula 4 hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengeluh diare dengan
konsistensi tinja cair berwarna kuning , bau tidak menyangat, ampas (+), tinja
mengucur 4-6 kali per hari dengan jumlah ¼ gelas, nafsu makan menurun.
21
2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan frekuensi BAB menjadi
5-10 kali per hari dan jumlah bertambah menjadi ½ gelas, nafsu makan semakin
menurun dari hari sebelumnya. Pada saat masuk rumah sakit pasien sudah BAB 3 kali
pada saat pagi hari dan nafsu makan menurun, pasien tampak lemas dan mengantuk.
Riwayat dahulu ibu pasien mengaku anaknya pernah mengalami diare dan
ISPA. Pemberian gizi anak tidak begitu baik hal tersebut dapat dilihat dari
penambahan berat badan anak dari lahir (3kg) sampai 7 bulan menjadi 3,3 kg.
berdasarkan z-score anak tampak kurus dan pendek.
Pemeriksaan status fisik didapatkan ubun-ubun cekung, rambut berwarna merah
dan mudah dicabut, mata cekung, conjungtiva anemis (+), air mata tidak keluar, bibir
kering, iga menggambang. Pemeriksaan pada ektremitas di dapatkan muscle wasting,
edem tipe non pitting pada ektremitas inferior, baggy pant, crazy pavement
dermatosis.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan darah, hemoglobin
turun, leukosit meningkat, pada pemeriksaan elektrolit di dapatkan hiponatremi,hipo
kalsemi dan hipo kalemi.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
mengalami diare akut dengan dehidrasi berat (konsensus anak) dan disertai anak
marasmic kwashiorkor. Penanganan pada pasien ini yaitu penanganan diare akut
dengan dehidrasi berat meliputi rehidrasi. Untuk penatalaksanaan Marasmic
Kwashiorkor dilakukan dengan 10 prinsip pengobatan yaitu : pengobatan/pencegahan
hipoglikemia, pengobatan/pencegahan hipotermia, pengobatan/pencegahan dehidrasi,
koreksi gangguan keseimbangan elektrolit, pengobatan dan pencegahan infeksi,
pemberian makanan, fasilitasi tumbuh kejar, koreksi defisiensi mikro nutrien,
memberikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional dan tindak lanjut di rumah.
22
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Jakarta:
Depkes
Depkes RI. 2010. Manajemen Terpadu Balita Sakit, Jakarta: Depkes
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Ilmu
Anak jilid 1. Jakarta : FKUI
23
24