Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

koass ika

Citation preview

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    1/22

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tumor pada ovarium dapat dibagi menjadi tiga bagian besar menurut

    histologinya, yaitu tumor epitel dan jaringan ovarium, tumor sex cord, dan tumor

    germ cell (Scully, 1979). Angka kejadian tumor epitel ovarium mencapai 60-80%

    dari keseluruhan tumor ovarium. Tumor kistik ovarium merupakan salah satu

    bagian dari tumor epitel ovarium yang dibagi lagi menjadi tumor kistik ovarium

    serosum dan tumor kistik ovarium musinosum (Adriaansz, 2011). Tumor kistik

    ovarium serosum merupakan tumor yang terbentuk dari sel yang menyerupai dari

    lapisan dalam tuba falopi. Tumor kistik ovarium jinak biasanya berdinding tipis

    yang terdiri dari satu ruangan yang berisikan cairan seperti air, bagian dalam

    tumor dapat berupa tonjolan-tonjolan papiler. Angka kejadian tumor kistik ovarium

    jinak dibandingkan dengan keseluruhan tumor ovarium jinak adalah 1:4, dan 2:3

    tumor kistik ovarium adalah jinak sedangkan 1:3 mengarah pada keganasan.

    Tumor ini ditemukan pada wanita usia 40-50 tahun. Lebih dari 20% pasien tumor

    kistik ovarium mengalami kejadian pada kedua bagian ovarium atau bilateral.

    Sedangkan tumor kistik musinosum terbentuk dari sel yang menyerupai sel epitel

    endoserviks (tipe endoservikal atau tipe mullerian) dan yang lebih sering

    menyerupai epitel usus (tipe intestinal). Tumor kistik ovarium musinosum jinak

    terdiri dari kista yang multilokuler berisi cairan mukus yang tebal dan berwarna

    keputihan. Tumor ini terjadi pada usia 30-40 tahun dan jarang terjadi secara

    bilateral. 75-85% tumor kistik musinosum adalah jinak (Chen et al, 2003). Jenis-

    jenis kista dapat diketahui dengan pasti menggunakan pemeriksaan patologi

    anatomi (PA) pada saat melakukan pembedahan terhadap tumor.

    Dilaporkan kejadian kista pada ovarium pada wanita usia premenopause

    sebanyak 8% dari keseluruhan wanita premenopause dan bisa terjadi setiap bulan

    tapi masih dalam batasan normal dan kista tersebut berukuran kecil dan bisa

    menghilang dengan sendirinya. Namun seiring bertambahnya usia, prevalensi

    kista meningkat hingga 14-18% pada wanita postmenopause dan insiden

    meningkat 8% setiap tahunnya. 30-54% kista ovarium pada wanita

    postmenopause bertahan hingga bertahun-tahun. Selain itu semakin tua usia

    penderita akan meningkatkan kemungkinan terdiagnosa kanker ovarium, selain itu

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    2/22

    2

    juga ditunjang dengan faktor resiko seperti riwayat keluarga menderita kanker,

    paparan radiasi, penggunaan pil KB, konsumsi alkohol dan merokok (Ross dan

    Kebria, 2014).

    Tumor kista ovarium jarang menimbulkan keluhan, tumor baru diketahui

    apabila pasien secara tidak sengaja sedang memeriksakan kandungan atau

    apabila tumor sudah membesar dan mengganggu pasien, pasien baru

    memeriksakannya ke dokter. Diagnosa dapat ditegakkan melalui anamnesa,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

    1.2 Tujuan

    Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas satu pasien dengan tumor

    kistik ovarium di Rumah Sakit Umum Dr. Iskak Tulungagung, sehingga diketahui:

    a. Prosedur penegakan diagnosis kistik ovarium yang benar.

    b. Manajemen penatalaksanaan kistik ovarium serta prognosisnya

    1.3 Manfaat

    Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

    dan pemahaman dokter muda mengenai kistik ovarium dalam hal pelaksanaan

    anamnesa dan diagnosis serta merujuk yang benar dan tepat.

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    3/22

    3

    BAB 2

    LAPORAN KASUS

    2.1 Identitas

    Reg : 669xxx

    Nama : Ny. S

    Umur : 45 tahun

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Pendidikan : SD

    Agama : Islam

    Suami : Tn. M

    Status : Menikah 1x

    Usia : 52 tahun

    Lama menikah : 27 tahun

    Kehamilan : P4004 Ab000

    Alamat : Tiudan Gondang

    Tgl periksa : 30-9-2014 jam 08.00 wib

    2.2 Subyektif (30 9 - 2014)

    2.2.1 Keluhan utama

    Benjolan dan rasa panas di perut

    2.2.2 Perjalanan Penyakit

    Pasien datang ke poli ginekologi RSUD Dr Iskak pada tanggal 30

    September 2014 pukul 08.00 WIB dengan keluhan utama benjolan di perut.

    Perut dirasakan membesar sejak 3 bulan sebelum periksa. Benjolan

    dirasakan di perut kiri bawah awalnya kecil lama-lama semakin besar.

    Pasien juga mengeluh nyeri perut hilang-timbul, menjalar ke pinggang

    bawah, mempengaruhi aktivitas fisik, dan terasa mengganggu oleh pasien

    sehingga langsung diperiksakan. Pasien merasa perutnya penuh setelah

    diberi sedikit makanan, terasa sebah dan mual sejak perutnya semakin

    membesar.

    Hari pertama haid terakhir ( HPHT) : 17/9/2014

    Menarche : 12 tahun

    Siklus : 30 hari

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    4/22

    4

    Lamanya haid : 4-5 hari

    Alergi obat-obat/makanan : tidak ada

    2.2.3 Riwayat Kehamilan/Persalinan

    NO. At/P/I/Ab/E BBL Cara lhr Penolong L/P Umur H/M

    1. At Lupa SptB Bidan L 23 th H

    2 At Lupa SptB Bidan L 19 th H

    3 At Lupa SptB Bidan P 10 th H

    4 At Lupa SptB Bidan L 7 th H

    2.2.4 Riwayat Kontrasepsi

    KB injeksi 3 bulan.

    2.2.5 Riwayat Pernikahan

    1 kali selama 27 tahun yang lalu.

    2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien pernah masuk rumah sakit dengan diagnosis maag kronis pada

    tanggal 13-9-2014

    Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya

    Riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, penyakit jantung, asma, dan alergi

    disangkal oleh pasien.

    2.2.7 Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat keluarga dengan sakit keganasan disangkal.

    Riwayat keluarga pasien memiliki penyakit seperti hipertensi, DM, penyakit

    jantung, asma, dan alergi disangkal oleh pasien.

    2.2.8 Riwayat Pengobatan

    Tidak ada.

    2.2.9Riwayat SosialPasien seorang ibu rumah tangga. Anak pertama merupakan laki-laki

    berusia 23 tahun, anak kedua merupakan laki-laki berusia 19 tahun, anak

    ketiga merupakan perempuan berusia 10 tahun dan anak terakhir

    merupakan laki-laki berusia 7 tahun . Sanitasi, ventilasi, dan kebersihan

    rumah baik. Pasien tinggal di lingkungan perkampungan dan tidak

    memelihara hewan peliharaan.

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    5/22

    5

    2.3 Obyektif

    2.3.1 Pemeriksaan Fisik

    Status Generalis

    - Keadaan umum : baik

    - Kesadaran : compos mentis

    - Tinggi badan : 149 cm

    - Berat badan : 50 kg

    - BMI : 22,52 kg/m2

    - Tekanan darah : 110/70 mmHg

    - Nadi : 80x/menit, reguler

    - RR : 20x/menit

    - Suhu axilla : 37 C

    - Kepala dan leher : anemis - / - ,icterus - / -

    pembesaran kelenjar leher - / -

    - Thorax : jantung S1S2 tunggal, murmur (-)

    paru vv Rh - - Wh - -

    vv - - - -

    vv - - - -

    - Abdomen : rounded, soefl, bising usus (+) normal, teraba massa

    kistik berukuran 6 x 6 cm, batas tegas, nyeri (-), shifting

    dullness (-).

    - Ekstremitas : anemis (-) , edema (-)

    Status Ginekologi

    - Genitalia eksterna : v/v fluor (-), flux (-)

    - Inspekulo: v/v fluor (-), flux (-), POMP tertutup licin

    - VT : v/v fluor (-), flux (-), POMP tertutup licin,

    CUAF dbn

    AP : D : teraba massa kistik permukaan licin, mobile, ukuran

    6x6 cm, nyeri (-)

    S : massa (-), nyeri (-)

    CD : tidak menonjol

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    6/22

    6

    3.3.2 Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium ( 29 - 09 - 2014 )

    Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

    Hemoglobin 12,6 g/dL 11.4-15.1

    Leukosit 18.400 /L 4.700 -11.300

    Hematokrit 36,9 % 35-50

    Trombosit 303. 103/L 150-450

    Faal hemostasis PPT dan APTT dalam batas normal

    SGOT/SGPT 20.9/34.3 10-31/9-36

    Albumin 4,79 3.8 4.6

    Ureum/Creatinin - /0,77 16.6-48.5/

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    7/22

    7

    Surat persetujuan tindakan

    Daftar OK

    PMo :Vital Signs, keluhan subyektif

    PEd : KIE (Komunikasi, Infomasi, Edukasi) pasien dan keluarga tentang:

    1. Kondisi pasien

    2. Prosedur tindakan medis yang akan dilakukan

    3. Efek samping dan komplikasi dari tindakan yang dilakukan

    4. Prognosis

    2.6 Laporan Operasi

    Telah dilakukan Salphyngo-Oovorectomy Dextra dan Partial Kistectomi Sinistra

    pada tanggal 30-9-2014

    - Eksplorasi yg didapatkan adalah uterus bentuk dan ukuran normal.

    - Adnexa Sinistra : didapatkan tuba normal, ovarium terdapat massa kistik

    dengan ukuran 3 cm, single, tidak terdapat perlekatan, masih didapatkan

    jaringan ovarium yang sehat.

    - Adnexa Dextra : didapatkan tua normal. Ovarium terdapat massa ukuran

    diameter 5 cm, single, tidak ada perlekatan.

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    8/22

    8

    BAB 3

    PERMASALAHAN

    3.1 Diagnosa

    Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus ini?

    3.2 Penatalaksanaan dan prognosis

    Bagaimana penatalaksanaan dan prognosis pada kasus ini?

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    9/22

    9

    BAB 4

    PEMBAHASAN

    4.1 Ovarium

    4.1.1 Anatomi Ovarium

    Ovarium merupakan sepasang organ genitalia interna wanita yang

    terletak di kiri dan kanan uterus serta di bawah tuba uterina. Ovarium wanita

    dewasa berukuran kira-kira sebesar ibu jari tangan. Ovarium dihubungkan

    dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Arteri ovarika berjalan

    menuju ovarium berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium

    ovarii (Prawirohardjo, 2011).

    Ovarium terdiri dari korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam.

    Korteks tersusun atas epitel germinativum berupa epitel kuboid-kolumnar

    simpleks, tunika albuginea berupa jaringan ikat padat, dan stroma yang

    merupakan tempat bagi berbagai fase pertumbuhan folikel ovarium yaitu folikel

    ovarium yakni folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder, dan folikel de

    Graaf. Sedangkan medulla berisi jaringan saraf, pembuluh darah, dan

    pembuluh limfe (Eroschenko, 2000).

    4.1.2 Fisiologi Ovarium

    Ovarium merupakan organ reproduksi utama wanita yang berfungsi

    dalam pembentukan sel gamet (ovum) serta sekresi hormon seks yaitu

    estrogen dan progesteron.Ovarium memiliki siklus bulanan yang berhubungan

    dengan maturasi ovum yang disebut siklus ovarium. Siklus ovarium mencakup

    fase folikuler dan fase luteal.

    Fase folikuler merupakan periode pertumbuhan folikel pada hari ke 1-14

    hingga didapatkan folikel matur yakni folikel de Graaf. Fase luteal merupakan

    periode aktivitas korpus luteum mensekresi hormon estrogen dan progesteron

    yang terjadi pada hari 15-28.Ovulasi terjadi di antara fase folikuler dan fase

    luteal yakni pada hari ke-14 (Guyton dan Hall, 2006).

    Selama siklus ovarium yang sudah dimulai sejak masa anak-anak,

    terjadi interaksi hormonal yakni antara GnRH (Gonadotropin-Releasing

    Hormone), FSH-LH, serta estrogen dan progesteron. Menginjak masa pubertas,

    pada hari pertama, GnRH menstimulasi pelepasan FSH dan LH. Kedua hormon

    hipofisis anterior tersebut menstimulasi pertumbuhan dan maturasi folikel serta

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    10/22

    10

    pelepasan estrogen dalam kadar rendah dalam ovarium. Sekresi estrogen ini

    secara perlahan menghambat pelepasan FSH dan LH (Guyton dan Hall, 2006).

    Kadar estrogen yang meningkat menimbulkan umpan balik positif pada

    hipofisis anterior dan menyebabkan pelepasan LH secara tiba-tiba. Lonjakan

    LH (LH surge) menyebabkan oosit primer menyelesaikan meiosis I dan oosit

    sekunder melanjutkan metafase II. Pada hari ke-14, LH memicu ovulasi dan

    mengubah folikel yang ruptur menjadi corpus luteum yang kemudian

    mensekresi hormon estrogen, progesteron, dan inhibin. Hormon-hormon

    tersebut memberikan umpan balik negatif yang menghambat pelepasan FSH

    dan LH sehingga penurunan LH menghentikan aktivitas luteal. Pada hari ke 26-

    28 terjadi penurunan hormon-hormon ovarium sehingga terjadi menstruasi dan

    kemudian dimulailah siklus baru (Guyton dan Hall, 2006).

    4.2 Kista Ovarium

    4.2.1 Definisi

    Kista adalah kantong berdinding tipis yang di dalamnya terdapat

    akumulasi materi berupa cairan atau semi-cairan. Kista dapat tumbuh di mana

    saja, salah satunya ovarium. Kista ovarium ditemukan dalam berbagai ukuran

    dan pada umumnya bersifat jinak (Nordqvist, 2010).

    4.2.2 Etiologi dan Faktor Risiko

    Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti namun diduga

    berhubungan dengan hormon gonadotropin (FSH dan LH) yakni adanya

    stimulasi berlebihan terhadap hormon-hormon tersebut (Sastrawinata,

    Sulaiman. dkk. 2004).

    Gestational tropoblastik neoplasma (mola hidatidosa dan khoriokarsinoma)

    Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel

    permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik

    Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen, dan hidrokarbon

    polikistik

    Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas di mana terjadi

    induksi ovulasi melalui manipulasi hormonal.

    Berikut adalah faktor resiko terjadinya kista ovarium (Stoppler, 2012):

    Menarche sebelum usia 11 tahun

    Siklus menstruasi yang tidak teratur

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    11/22

    11

    Riwayat kista ovarium, endometriosis, dan PCOS sebelumnya

    Infertilitas atau wanita yang sedang menjalani terapi infertilitas dengan

    hormon gonadotropin

    Peningkatan distribusi lemak tubuh bagian atas

    Hipotiroidisme

    Penggunaan obat-obatan: tamoxifen (terapi kanker payudara) dan klomifen

    Merokok (Nordqvist, 2010)

    4.2.3 Epidemiologi

    Kista ovarium dapat terjadi pada setiap wanita. Pada pemeriksaan USG

    transvaginal, gambaran kista ovarium ditemukan pada hampir setiap wanita

    premenopause dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita postmenopause.

    4.2.4 Klasifikasi

    Terdapat 2 jenis utama kista ovarium yaitu Kista Ovarium Fungsional

    dan Kista Ovarium Patologis.

    4.2.4.1 Kista Ovarium Fungsional

    Kista fungsional merupakan jenis yang paling umum dan bersifat jinak

    atau self-limiting karena merupakan bagian dari siklus menstruasi bulanan

    sehingga seringkali dapat regresi tanpa terapi. Kista fungsional terjadi pada

    periode usia produktif dan terdiri atas :

    a) Kista Folikel

    Seorang wanita memiliki sepasang ovarium yang melepaskan 1 ovum

    tiap bulannya. Ovum tersebut kemudian bergerak menuju tuba uterina untuk

    difertilisasi oleh sperma. Ovum dibungkus oleh suatu folikel berisi cairan

    sebagai pelindungnya. Ketika ovum dilepaskan, folikel pembungkusnya pecahmenjadi corpus luteum.

    Namun pada beberapa kasus folikel tidak pecah setelah ovum lepas,

    bahkan tidak melepaskan ovum. Folikel terakumulasi oleh cairan dan

    membesar, dan akhirnya membentuk kista ovarium.

    b) Kista Ovarium Luteal

    Kista ovarium luteal jarang ditemui. Ovum yang lepas menyisakan folikel

    yang kemudian menjadi corpus luteum. Kista luteal bisa tumbuh ketika corpus

    luteum terakumulasi oleh darah. Pada sebagian besar kasus, kista jenis ini

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    12/22

    12

    akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Namun dapat pula

    ruptur dan menyebabkan nyeri mendadak dan perdarahan dalam rongga

    peritoneum.

    4.2.4.2 Kista Ovarium Patologis

    a) Kista Dermoid

    Kista dermoid merupakan tumor jinak sel germinativum dan paling

    banyak diderita oleh wanita usia di bawah 30 tahun. Kista ini berkembang dari

    oosit primer (totipotential germ cell) sehingga sel dapat tumbuh menjadi

    berbagai macam sel untuk membentuk jaringan matur. Kista dermoid dapat

    berisi rambut, kulit, tulang, dan berbagai jaringan lain (bahkan gigi). Sel

    germinal totipotensial memiliki kemampuan untuk berkembang ke segala arah.

    Tatalaksana kista jenis ini perlu tindakan pembedahan.

    b) Kistadenoma

    Kistadenoma merupakan tumor jinak epitel germinativum dan biasanya

    memiliki tangkai. Kistadenoma dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kistadenoma

    ovarium serosum (berisi cairan encer) dan musinosum (berisi cairan kental).

    Meskipun jarang menjadi ganas, perlu tindakan pembedahan pada

    tatalaksananya. Kistadenoma merupakan jenis kista yang paling banyak terjadi

    di antara kista ovarium lainnya. 75% diantaranya merupakan kista ovarium

    serosa dan 25% di antaranya merupakan kista ovarium musinosum. Kista

    ovarium musinosum paling banyak terjadi pada usia pertengahan dan jarang

    terjadi pada awal menarche(Prawirohardjo, 2011; Nordqvist, 2010).

    4.2.5. Pembagian tipe Histopatologi Kistadenoma Ovarium Musinosum

    Tipe pada tumor musinosum terdiri dari 3, yaitumucinous cystadenoma,

    mucinous tumor of uncertain malignant potential (borderline), dan mucinous

    carcinoma. Mucinous cystadenoma tampak sebagai masa kistik yang besar,

    sering multiloculated dan mengandung cairan gelatin yang lengket. Secara

    mikroskopis, tumor terdiri dari rongga kistik yang dibatasi oleh epitel kolumnar

    tinggi dengan diferensiasi mukus. Tumor musiosum ini 75% merupakan tumor

    jinak, 10% borderline, dan 15% karsinoma (Moslemi and Yazdani, 2010).

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    13/22

    13

    4.2.6 Penegakan Diagnosis

    4.2.6.1 Anamnesis

    Pada anamnesa didapatkan pasien seorang wanita berusia 45 tahun, 1 kali

    menikah selama 27 tahun, riwayat kehamilan 4 kali dan memiliki 4 orang anak

    hidup. Pertama kali menstruasi (menarche) saat usia 12 tahun. Siklus haid

    pasien teratur yaitu 30 hari dan lama haid 4-5 hari.

    Pasien datang ke poli ginekologi RSUD Dr Iskak pada tanggal 13

    September 2014 pukul 08.00 WIB dengan keluhan utama benjolan di perut. Perut

    dirasakan membesar sejak 3 bulan sebelum periksa. Benjolan dirasakan di perut

    bagian kanan bawah awalnya kecil lama-lama semakin besar. Pasien juga

    mengeluh rasa panas yang tembus hingga ke pinggang belakang, mempengaruhi

    aktivitas fisik, dan terasa mengganggu oleh pasien sehingga langsung

    diperiksakan. Pasien merasa perutnya penuh setelah diberi sedikit makanan,

    terasa sebah dan mual sejak perutnya semakin membesar.

    Sebelumnya, pasien menggunakan kontrasepsi injeksi 3 bulan. Pasien

    tidak mengeluhkan nyeri saat menstruasi. Pasien juga tidak mengeluhkan nyeri

    saat coitus maupun adanya bercak darah saat coitus. Pasien tidak ada riwayat

    keluarga dengan adanya keganasan serta tidak ada riwayat hipertensi atau

    diabetes melitus.

    Benjolan pada perut kanan bawah dan dirasakan membesar dapat

    mengindikasikan adanya masa pada daerah genitalia atau ekstra genitalia. Masa

    pada genitalia dapat berada pada uterus, tuba, dan ovarium. Sedangkan pada

    genitalia eksterna dapat berhubungan dengan sistem gastrointestinal dan

    pankreas, hepatobilier, renal dan urologi, mesenterik, maupun herniasi pada

    dinding abdominal (Pathiraja, 2012). Dari berbagai masa yang terjadi pada

    genitalia, insiden terjadinya tumor ovarium pada wanita post menopause

    mencapai 18%. Kista ovarium sering terjadi pada wanita pada umur pertengahan

    yaitu 40-50 tahun (McDonald and Modesitt, 2006). Gejala yang sering terjadi

    pada kista ovarium antara lain ialah nyeri pada pelvis yang dapat bervariasi mulai

    dari rasa tumpul (yang berhubungan dengan kista yang besar) dan nyeri sangat

    (sharp pain) pada ruptur kista atau torsio, kesulitan defekasi, nyeri pelvis saat

    berhubungan seksual, meningkatnya frekuensi miksi, perubahan pada

    menstruasi normal, perasaan penuh pada abdomen dan kembung, perasaan

    ingin muntah, merasakan perut yang sangat penuh walaupun makan sedikit,

    merasakan adanya masa yang semakin membesar, pada kelainan ovarium yang

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    14/22

    14

    mengarah pada keganasan beberapa juga disertai dengan adanya ascites

    (Central Manchester University Hospitals, 2012; Prawirohardjo, 2011). Nyeri

    pada abdomen merupakan keluhan yang paling banyak terjadi. dan 16%

    penderita asimptomatik (Raghuram, et al., 2014). Pada pasien ini terdapat

    keluhan berupa adanya rasa panas pada perut sebelah kanan, serta adanya

    perasaan penuh pada abdomen setelah makan, walaupun dalam jumlah yang

    sedikit, serta pasien mengeluhkan adanya massa yang semakin membesar.

    Keluhan ini sesuai dengan gambaran kista ovarium. Untuk memastikan letak

    kelainan secara lebih pasti apakah termasuk massa pada genitalia atau genitalia

    eksterna maka diperlukan pemeriksaan fisik dan penunjang, dan untuk

    membedakan apakah massa ini merupakan massa jinak atau ganas dapat

    ditentukan dengan pemeriksaan penunjang.

    4.2.6.2 Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan baik, status generalis

    dalam batas normal. Tidak ada anemia maupun ikterus. Kondisi jantung maupun

    paru juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen teraba masa kistik

    berukuran 6x6 cm, berbatas tegas, dan tidak didapatkan nyeri saat pemeriksaan.

    Pada genitalia eksterna tidak tampak adanya flek atau fluor. Kemudian dilakukan

    pembukaan dengan spekulum tampak adanya portio multi paritas tertutup licin

    dan tidak tampak adanya flek atau fluor. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan

    dengan melakukan vaginal touch tidak didapatkan kelainan dan corpus uteri

    anteflexi dalam batas normal. Pada pemeriksaan adnexa perimetrium sinistra

    tidak didapatkan kelainan, pada adnexa perimetrium dextra teraba massa kistik,

    permukaan licin, dan mobile. Pada umumnya, adnexa yang normal susah untuk

    dipalpasi kecuali jika pasien sangat kurus.

    Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

    massa yang terdapat pada rongga pelvis ialah massa kistik pada adnexa. Massa

    kistik dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada asal

    terbentuknya kista, antara lain kista folikel ovarium, kista korpus luteum yang

    terdiri dari kista granulosa dan kista teka, ovarium polikistik (Stein-Levential

    Syndrome), kista dermoid, dan kista epitel ovarium yang terdiri dari kistadenoma

    ovarium serosum dan musinosum (Prawirohardjo, 2011).

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    15/22

    15

    Kista folikel merupakan kista yang terjadi karena kegagalan proses ovulasi

    dan cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Kista ini umumnya mengganggu

    menstruasi dengan memperpanjang dan memendekkan siklus serta dapat

    mengalami obliterasi dalam 60 hari. Akan tetapi pada anamnesa tidak didapatkan

    adanya gangguan pada siklus dan lamanya menstruasi. Selain itu pembesaran

    telah dirasakan mulai 3 bulan yang lalu. Kista korpus luteum merupakan

    pertumbuhan lanjut dari korpus luteum atau perdarahan yang mengisi rongga

    yang terjadi setelah ovulasi. Ovarium polikisitk (Stein Leventhal Syndrome)

    biasanya ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium, amenorea sekunder

    atau oligomenorea, dan infertilitas serta hirsutisme dan obesitas. Pada

    anamnesa tidak didapatkan tanda-tanda gangguan siklus menstruasi maupun

    obesitas sehingga kemungkinan terjadinya ovarium polikistik dapat disingkirkan.

    Kista dermoid merupakan tumor jinak sel germativum dan banyak diderita oleh

    gadis yang berusia 20 tahun (Prawirohardjo, 2011).

    Tumor epitel dapat berupa serosum atau musinosum. Kistadenoma

    ovarium serosum mencakup sekitar 15-20% dari keseluruhan tumor jinak

    ovarium, insidennya terjadi pada usia penderita antara 20-50 tahun. Kista ini

    biasanya terjadi secara bilateral. Kista ini pada usia diatas 30 tahun berpotensi

    tinggi untuk menjadi keganasan. Pada kistadenoma musinosum, tumor ini

    mencapai 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan 85%nya jinak. Kista ovarium

    musinosum paling banyak terjadi pada usia pertengahan dan jarang terjadi pada

    awal menarche. Kistadenoma ovarium musinosum merupakan tumor terbesar

    seringkali mencapai 15 cm. Pada kondisi tertentu penderita mengeluh rasa tidak

    nyaman di pubis, pembesaran perut dan gejala seperti ascites (Prawirohardjo,

    2011).

    Berdasarkan guideline dari ACOG (American College of Obstetricians and

    Gynecologist) pemeriksaan fisik pada kistadenoma sering ditemukan adanya

    benjolan melalui palpasi pada abdomen atau selama pemeriksaan bimanual

    sehingga dapat ditentukan ukuran serta konsistensinya. Pasien dapat juga

    merasa nyeri pada abdomen bagian bawah unilateral saat dilakukan palpasi

    serta ditemukan masa kistik atau solid yang teraba besar pada pemeriksaan

    abdomen, massa yang sakit saat dipalpasi, dan terpisah dari uterus (Quade,

    2012). Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, masa kistik pada adnexa

    ini mengarah pada kistadenoma.

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    16/22

    16

    Selanjutnya penentuan ganas atau tidaknya suatu masa dan tipenya perlu

    menggunakan histologi patologi yang dapat memberikan ketepatan diagnosis

    (Prawirohardjo, 2011).

    4.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

    Pada pasien dengan kista ovarium perlu dilakukan beberapa pemeriksaan

    penunjang yang berguna untuk mendapatkan kepastian letak kelainan, derajat

    keganasan sebagai konfirmasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah

    dilakukan.

    Pada pasien ini dilakukan pengukuran CA125 yaitu pemeriksaan darah

    untuk menandakan adanya tumor atau tidak dan untuk membantu membedakan

    antara massa adneksa jinak dan ganas. CA125 merupakan suatu antigen

    glikoprotein. Peningkatan pada CA125 berhubungan dengan keganasan pada

    pankreas, payudara, paru, kolon dan ovarium. Pada wanita dengan

    endometriosis pelvic inflammatory disease, dan penyakit hati juga seringkali

    ditemukan peningkatan CA125. Wanita dengan masa pada pelvis harus

    dilakukan pemeriksaan CA125 (Bast, 1983). Dari hasil pemeriksaan serum

    cancer antigen tanggal 13 September 2014 didapatkan CA125 pasien sebesar

    4.00 u/ml. CA125 diatas 35 U/ml dikatakan mengalami peningkatan. Akan tetapi

    adanya peningkatan hasil CA 125 tidak selalu menandakan masa yang ganas,

    78% menandakan masa yang ganas dan 22% menandakan masa yang jinak

    (Ledermann and Eagle, 1997).

    Serta dilakukan pemeriksaan USG abdominal untuk menentukan lokasi,

    ukuran dan fitur fisik kista, serta temuan sugestif keganasan (Horlen & Cheryl,

    2010). Fitur fisik kista pada hasil pencitraan USG dapat dibedakan menjadi 3

    macam, yaitu kista sederhana (simple cyst), hanya berisi cairan tanpa massa

    yang solid, umumnya merupakan kista yang jinak seperti kista fisiologis (kista

    folikel dan kista luteal); kista kompleks (compound cyst), kista berisi campuran

    cairan dan massa solid, perlu observasi lebih lanjut akan kemungkinan

    menghilang atau tidak; kista solid (solid cyst), kista berisi massa solid tanpa

    cairan, perlu dievaluasi apakah merupakan tumor ganas atau jinak.

    Untuk hasil USG abdominal yang dilakukan pada tanggal 13 September

    2014 mencurigakan adanya kista ovarium. Tampak massa kistik di superior buli

    ukuran 7,16 x 3,88 cm dan di posterior ukuran 2.91 x 1,86 cm. USG CDFI

    hepar, kandung empedu, pancreas, lien, ginjal, buli dan uterus dalam batas

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    17/22

    17

    normal. Dari kemungkinan besar kistoma ovarium yang memerlukan

    pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan jinak atau ganasnya kista tersebut.

    Kistadenoma dicirikan sebagai adanya massa yang sedang atau besar

    berkonsistensi kistik pada adneksa, adanya septation dan papillary projection,

    akan tetapi pemeriksaan sonography tidak dapat digunakan untuk membedakan

    antara suatu massa jinak atau ganas.

    Tabel 4.1 Perbedaan antara tipe serous atau tipe musinosum

    Serous Musinosum

    Anechoic Particulate matter

    Unilocular Multilocular

    Bilateral Unilateral

    (Lerner, 1994)

    4.2.7 Penatalaksanaan dan Perawatan

    Beberapa faktor perlu menjadi pertimbangan dalam memutuskan

    tindakan penanganan kistoma ovarium. Faktor-faktor tersebut antara lain usia

    pasien, pasien pre-menopause atau post-menopause, jenis kista (jinak atau

    ganas), ukuran kista, ada atau tidaknya gejala penyerta (asimptomatik atau

    simptomatik), serta level penanda tumor (CA125) (Nordqvist, 2010).

    4.2.7.1 Managemen Konservatif / Observasi (watchful-wait ing)

    Pasien pre-menopause asimptomatik dengan kistoma ovarium

    fungsional berukuran < 8 cm dan level CA125 dalam batas normal, dilakukan

    pemeriksaan USG rutin tiap 8-12 minggu (Nordqvist, 2010). Begitu halnya pada

    pasien post-menopause, kista fungsional persisten berukuran < 5 cm dan level

    CA125 dalam batas normal, dimonitor dengan pemeriksaan USG serial setiap 4

    bulan dalam setahun (Baileyet al,1998;Roman,1998;RCOG,2010). Tetapi pada

    pasien ini karena ukurannya lebih dari 5 cm maka tidak bisa dilakukan.

    4.2.7.2 Farmakoterapi

    a) Analgesik

    Pada beberapa pasien dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dapat

    diberikan analgesik jenis opioid (morfin sulfat) atau NSAID (ibuprofen,

    indometasin, ketorolac, natrium diclofenak, asam mefenamat, dan ketoprofen).

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    18/22

    18

    Pada pasien ini diberikan asam mefenamat 3x500 mg untuk meredakan nyeri

    perutnya.

    b) Pil Kontrasepsi

    Penggunaan pil kontrasepsi oral ditujukan untuk mengurangi resiko

    terbentuknya kista pada siklus menstruasi berikutnya dan mengurangi resiko

    kista berkembang menjadi kanker (Nordqvist, 2010). Pada pasien ini tidak

    diberikan pil kontrasepsi. Pemberian terapi hormonal berupa pil kontrasepsi

    terbukti tidak banyak membantu dalam meregresi kista (Grimes et al,2009).

    4.2.7.3 Pembedahan

    Tindakan pembedahan dilakukan pada semua jenis kistoma ovarii patologis,

    atau kista fungsional yang simptomatik, berukuran besar (5-10 cm), atau

    persisten pada 2-3 siklus menstruasi (Nordqvist, 2010). Prosedur pembedahan

    meliputi ovarian cystectomy, partial atau bilateral salpingo-oophorectomy

    (SOVC), dan total abdominal histerectomy (TAH). Tujuan tindakan

    pembedahan tersebut antara lain :

    Konfirmasi diagnosis kistoma ovarium

    Menilai apakah kista cenderung menjadi ganas

    Mendapatkan cairan dari bilasan peritoneum untuk pemeriksaan sitologi

    Mengambil seluruh kista untuk dilakukan analisis histo-PA

    Menilai ovarium lain dan organ-organ abdomen lainnya

    Melakukan tindak pembedahan lain sesuai indikasi.

    a) Aspirasi

    Pemeriksaan sitologi cairan kista kurang mampu membedakan kista tersebut

    jinak atau ganas, dengan tingkat sensitivitas pada sebagian besar studi sekitar

    25%. Terlebih lagi, ada kemungkinan terjadinya ruptur kista dan apabila kista

    tersebut ganas, beberapa bukti mengungkapkan selama proses pembedahanmenimbulkan dampak yang tak baik bagi kelangsungan hidup bebas penyakit.

    Maka dari itu, aspirasi tidak berperan dalam managemen kistoma ovarium pada

    pasien post-menopause (RCOG, 2010).

    b) Laparoskopi

    Tatalaksana massa jinak adneksa dengan teknik laparoskopi berkembang

    dengan baik. Pendekatan laparoskopi dilakukan pada wanita yang tidak

    memungkinkan untuk ditangani secara konservatif namun masih memiliki resiko

    yang rendah terhadap adanya keganasan (skor Risk of Malignancy Index/RMI

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    19/22

    19

    25 250). Laparoskopi juga bertujuan untuk mengeksklusi adanya keganasan.

    Bila selama laparoskopi menunjukkan adanya keganasan, maka tindakan

    laparotomi harus dilakukan (RCOG, 2010).

    Penggunaan teknik laparoskopi mulai meluas dan indikasinya berkembang.

    Laparoskopi lebih dipilih daripada laparotomi karena menimbulkan efek

    samping minimal pada pasien dan proses penyembuhan lebih cepat. Meskipun

    begitu, hal terpenting lainnya adalah laparoskopi memberikan outcome hampir

    sama dengan laparotomi (Maiman, 1995).

    c) Laparotomi

    Laparotomi dilakukan bila beresiko tinggi terhadap adanya keganasan (skor

    RMi> 250) atau keganasan ovarium terbukti ada (RCOG, 2010).

    Pasien pada kasus ini, yakni Ny. S, adalah pasien dengan susp. cystoma

    ovarium berukuran 7,16 x 3,88 cm di dextra dan 2.91 x 1,86 cm di sinistra, dengan

    gejala penyerta berupa rasa panas pada perut bawah dan tembus hingga ke pinggang

    belakang, serta terasa penuh di perut setelah makan. Oleh karena itu, tatalaksana

    yang direkomendasikan pada pasien ini adalah salpingo-oovarectomi dextra dan partial

    kistektomi sinistra.

    4.2.8 Prognosis

    Pada kasus jinak prognosisnya baik namun pada kistoma ovarium yang

    menunjukkan tanda keganasan, jika tidak segera dilakukan tindakan pengobatan maka

    kemungkinan bertahan hidup 5 tahun ke depan hanya sekitar 30%.

    Prognosis pada pasien adalah dubia et sanam, mengingat tindakan yang

    dilakukan pada pasien adalah TAH-BSO. Tindakan mengambil ovarium normal dinilai

    untuk mereduksi resiko terjadinya kanker ovarium pada masa mendatang (Parker,dkk.,

    2007). Serta, tindakan histerektomi sendiri pun juga mampu mereduksi resiko

    terjadinya kanker ovarium sebanyak 36% dan efek protektif ini mampu bertahan hingga

    15 tahun (Chiaffarinoet al, 2005). Pada sebuah studi prospektif yang membandingkan

    kualitas hidup dan fungsi seksual pada wanita yang menjalani histerektomi dengan dan

    tanpa oovorektomi pada tumor jinak, mengungkapkan bahwa pada 2 tahun paska-

    operasi tidak ada perbedaan kualitas hidup maupun fungsi seksual di antara kelompok

    penelitian (Teplin et al, 2007).

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    20/22

    20

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Kistoma ovarium merupakan penyakit yang dapat menyerang wanita di segala

    usia, dengan manifestasi klinis yang bermacam-macam. Penegakan diagnosis

    yang baik melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang dapat

    membantu pemilihan tatalaksana. Tatalaksana yang cepat dan tepat dapat

    memperbaiki prognosis penyakit.

    5.2 Saran1. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang pentingnya

    pencegahan terjadinya kistoma ovarium pada wanita usia remaja sampai lanjut

    usia meliputi menghindari stress, menghindari konsumsi makanan dengan zat

    aditif dan pengawet, menjaga berat badan ideal, dan beraktivitas cukup.

    2. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang pentingnya

    monitoring berkala pada kasus kistoma ovarium yang diduga jinak sangat

    penting untuk perencanaan tindakan segera jika di waktu yang akan datang

    terjadi perburukan.

    3. Pentingya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada pasien yang

    mengalami kistoma ovarium yang diduga ganas untuk menjalani pengobatan

    yang tepat termasuk adanya kemungkinan tindakan pembedahan untuk

    mencegah terjadinya komplikasi dan juga mortalitas.

  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    21/22

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    Baiey, C.L.; Ueland, F.R.; dkk. The Malignant Potential of Small Cystic Ovarian Tumors

    in Women Over 50 Years of Age. Gynecol Oncol.Apr 1998;69(1): 3-7.

    Bast RC Jr, Klug TL, St John E, Jenison E, Niloff JM, Lazarus H, et al. Aradioimmunoassay using a monoclonal antibody to monitor the course ofepithelial ovarian cancer. N Engl J Med 1983;309(45):883-7

    Central Manchester University Hospitals. 2012. Ovarian Cyst. NHS Foundation.

    Eroschenko, VP. 2000. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi Fungsional. JanTambayong (penerjemah). 2003. EGC, Jakarta, Indonesia.

    Grimes, D.A; Jones, L.B; dkk. Oral Contraceptives for Functional Ovarian Cysts.

    Cochrane Database Syst Rev.Apr 15 2009;CD004751.

    Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi11.EGC, Jakarta, Indonesia.

    Ledermann, J.A. and Eagle, K. 1997. Tumor Markers in Ovarian Malignancies. TheOncologist.1997;(2):324-329

    Lerner JP, Timor, TIE. Transvaginal iltrasonographic characterization of ovarianmasses with an improved, weight scoring system. Am J Obstet Gynecol. 1994.(170): 81-85.

    Maiman, M. Laparoscopic Removal of The Adnexal Mass : The Case for Caution. ClinObstet Gynecol.Jun 1995;38(2):370-9.

    Mann Jr., William J. 2014. Oophorectomy and Ovarian Cystectomy, (Online),(Diaksesdari http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomypada 12 Juni 2014).

    McDonald JM, Modesitt SC.The incidental postmenopausal adnexal mass. Clin ObstetGynecol. Sep 2006;49(3):506-16

    Nordqvist, Christian. 2010. What is An Ovarian Cyst? What Causes Ovarian Cyst?,Online, Diakses dari http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php

    pada 12 Juni 2014.

    Pathiraja P. 2012.Abdominal Masses in Gynaecology. 11:100-111

    Prawirohardjo,,S. 2011. Ilmu Kandungan. Ed.3. Jakarta: Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.

    Purwoto G. 1996. Uji akurasi diagnosis prabedah neoplasma ovarium ganas jenis

    epitel, gabungan pemeriksaan linis, ultrasonografi, serta petanda tumor antigen

    kanker 125 (CA125) dan karsinoembrionik (CEA). Thesis. Bagian Obstetri dan

    Ginekologi Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia.

    http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%202014http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%202014http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%202014
  • 5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung

    22/22

    22

    Quade, G. 1999. Obstetric problems. Volume One-Non trauma. Primary Surgery

    Raghuram P. Reddy, Thomas C. Smyrk, Mauricio Zapiach, Michael J. Levy, Randall

    K.Pearson, Jonathan E. Clain, Michael B. Farnell,et al. 2014. Pancreaticmucinous cystic neoplasm defined by ovarian stroma: Demographics, clinicalfeatures, and prevalence of cancer.

    RCOG. 2010. Guideline No.34 : Ovarian Cyst in Post-Menopausal Women,(Online),Diakses dari http://www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG34Ovarian-Cysts.pdfpada 12 Juni 2014.

    Roman, L.D. Small Cystic Pelvic Masses in Older Women : Is Surgical RemovalNecessary?. Gynecol Oncol. Apr 1998;69(1):1-2.

    Samuel S., Alan N., Gordon, Barbara M., Charles A. Bobbie S., Chirag , et al.,

    Validation of Referral Guidelines for Women With Pelvic Masses. AmericanCollege of Obstetricians and Gynecologist. 2005: 105(1): 35-41.

    Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri PatologiEdisi2. Jakarta: EGC

    Stoppler, Melissa Conrad. 2012. Ovarian Cysts, (Online), (Diakses darihttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cysts pada 12 Juni 2014).

    The American College of Obstetricians and Gynecologists. 2005. GynecologicProblems: Ovarian Cysts. ACOG : American College of Obstetricians and

    Gynecologists.

    http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG34Ovarian-Cysts.pdfhttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG34Ovarian-Cysts.pdfhttp://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501