Upload
koassikafkub
View
52
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
koass ika
Citation preview
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
1/22
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor pada ovarium dapat dibagi menjadi tiga bagian besar menurut
histologinya, yaitu tumor epitel dan jaringan ovarium, tumor sex cord, dan tumor
germ cell (Scully, 1979). Angka kejadian tumor epitel ovarium mencapai 60-80%
dari keseluruhan tumor ovarium. Tumor kistik ovarium merupakan salah satu
bagian dari tumor epitel ovarium yang dibagi lagi menjadi tumor kistik ovarium
serosum dan tumor kistik ovarium musinosum (Adriaansz, 2011). Tumor kistik
ovarium serosum merupakan tumor yang terbentuk dari sel yang menyerupai dari
lapisan dalam tuba falopi. Tumor kistik ovarium jinak biasanya berdinding tipis
yang terdiri dari satu ruangan yang berisikan cairan seperti air, bagian dalam
tumor dapat berupa tonjolan-tonjolan papiler. Angka kejadian tumor kistik ovarium
jinak dibandingkan dengan keseluruhan tumor ovarium jinak adalah 1:4, dan 2:3
tumor kistik ovarium adalah jinak sedangkan 1:3 mengarah pada keganasan.
Tumor ini ditemukan pada wanita usia 40-50 tahun. Lebih dari 20% pasien tumor
kistik ovarium mengalami kejadian pada kedua bagian ovarium atau bilateral.
Sedangkan tumor kistik musinosum terbentuk dari sel yang menyerupai sel epitel
endoserviks (tipe endoservikal atau tipe mullerian) dan yang lebih sering
menyerupai epitel usus (tipe intestinal). Tumor kistik ovarium musinosum jinak
terdiri dari kista yang multilokuler berisi cairan mukus yang tebal dan berwarna
keputihan. Tumor ini terjadi pada usia 30-40 tahun dan jarang terjadi secara
bilateral. 75-85% tumor kistik musinosum adalah jinak (Chen et al, 2003). Jenis-
jenis kista dapat diketahui dengan pasti menggunakan pemeriksaan patologi
anatomi (PA) pada saat melakukan pembedahan terhadap tumor.
Dilaporkan kejadian kista pada ovarium pada wanita usia premenopause
sebanyak 8% dari keseluruhan wanita premenopause dan bisa terjadi setiap bulan
tapi masih dalam batasan normal dan kista tersebut berukuran kecil dan bisa
menghilang dengan sendirinya. Namun seiring bertambahnya usia, prevalensi
kista meningkat hingga 14-18% pada wanita postmenopause dan insiden
meningkat 8% setiap tahunnya. 30-54% kista ovarium pada wanita
postmenopause bertahan hingga bertahun-tahun. Selain itu semakin tua usia
penderita akan meningkatkan kemungkinan terdiagnosa kanker ovarium, selain itu
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
2/22
2
juga ditunjang dengan faktor resiko seperti riwayat keluarga menderita kanker,
paparan radiasi, penggunaan pil KB, konsumsi alkohol dan merokok (Ross dan
Kebria, 2014).
Tumor kista ovarium jarang menimbulkan keluhan, tumor baru diketahui
apabila pasien secara tidak sengaja sedang memeriksakan kandungan atau
apabila tumor sudah membesar dan mengganggu pasien, pasien baru
memeriksakannya ke dokter. Diagnosa dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1.2 Tujuan
Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas satu pasien dengan tumor
kistik ovarium di Rumah Sakit Umum Dr. Iskak Tulungagung, sehingga diketahui:
a. Prosedur penegakan diagnosis kistik ovarium yang benar.
b. Manajemen penatalaksanaan kistik ovarium serta prognosisnya
1.3 Manfaat
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman dokter muda mengenai kistik ovarium dalam hal pelaksanaan
anamnesa dan diagnosis serta merujuk yang benar dan tepat.
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
3/22
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Reg : 669xxx
Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suami : Tn. M
Status : Menikah 1x
Usia : 52 tahun
Lama menikah : 27 tahun
Kehamilan : P4004 Ab000
Alamat : Tiudan Gondang
Tgl periksa : 30-9-2014 jam 08.00 wib
2.2 Subyektif (30 9 - 2014)
2.2.1 Keluhan utama
Benjolan dan rasa panas di perut
2.2.2 Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke poli ginekologi RSUD Dr Iskak pada tanggal 30
September 2014 pukul 08.00 WIB dengan keluhan utama benjolan di perut.
Perut dirasakan membesar sejak 3 bulan sebelum periksa. Benjolan
dirasakan di perut kiri bawah awalnya kecil lama-lama semakin besar.
Pasien juga mengeluh nyeri perut hilang-timbul, menjalar ke pinggang
bawah, mempengaruhi aktivitas fisik, dan terasa mengganggu oleh pasien
sehingga langsung diperiksakan. Pasien merasa perutnya penuh setelah
diberi sedikit makanan, terasa sebah dan mual sejak perutnya semakin
membesar.
Hari pertama haid terakhir ( HPHT) : 17/9/2014
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
4/22
4
Lamanya haid : 4-5 hari
Alergi obat-obat/makanan : tidak ada
2.2.3 Riwayat Kehamilan/Persalinan
NO. At/P/I/Ab/E BBL Cara lhr Penolong L/P Umur H/M
1. At Lupa SptB Bidan L 23 th H
2 At Lupa SptB Bidan L 19 th H
3 At Lupa SptB Bidan P 10 th H
4 At Lupa SptB Bidan L 7 th H
2.2.4 Riwayat Kontrasepsi
KB injeksi 3 bulan.
2.2.5 Riwayat Pernikahan
1 kali selama 27 tahun yang lalu.
2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah masuk rumah sakit dengan diagnosis maag kronis pada
tanggal 13-9-2014
Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
Riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, penyakit jantung, asma, dan alergi
disangkal oleh pasien.
2.2.7 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan sakit keganasan disangkal.
Riwayat keluarga pasien memiliki penyakit seperti hipertensi, DM, penyakit
jantung, asma, dan alergi disangkal oleh pasien.
2.2.8 Riwayat Pengobatan
Tidak ada.
2.2.9Riwayat SosialPasien seorang ibu rumah tangga. Anak pertama merupakan laki-laki
berusia 23 tahun, anak kedua merupakan laki-laki berusia 19 tahun, anak
ketiga merupakan perempuan berusia 10 tahun dan anak terakhir
merupakan laki-laki berusia 7 tahun . Sanitasi, ventilasi, dan kebersihan
rumah baik. Pasien tinggal di lingkungan perkampungan dan tidak
memelihara hewan peliharaan.
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
5/22
5
2.3 Obyektif
2.3.1 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Tinggi badan : 149 cm
- Berat badan : 50 kg
- BMI : 22,52 kg/m2
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80x/menit, reguler
- RR : 20x/menit
- Suhu axilla : 37 C
- Kepala dan leher : anemis - / - ,icterus - / -
pembesaran kelenjar leher - / -
- Thorax : jantung S1S2 tunggal, murmur (-)
paru vv Rh - - Wh - -
vv - - - -
vv - - - -
- Abdomen : rounded, soefl, bising usus (+) normal, teraba massa
kistik berukuran 6 x 6 cm, batas tegas, nyeri (-), shifting
dullness (-).
- Ekstremitas : anemis (-) , edema (-)
Status Ginekologi
- Genitalia eksterna : v/v fluor (-), flux (-)
- Inspekulo: v/v fluor (-), flux (-), POMP tertutup licin
- VT : v/v fluor (-), flux (-), POMP tertutup licin,
CUAF dbn
AP : D : teraba massa kistik permukaan licin, mobile, ukuran
6x6 cm, nyeri (-)
S : massa (-), nyeri (-)
CD : tidak menonjol
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
6/22
6
3.3.2 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( 29 - 09 - 2014 )
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,6 g/dL 11.4-15.1
Leukosit 18.400 /L 4.700 -11.300
Hematokrit 36,9 % 35-50
Trombosit 303. 103/L 150-450
Faal hemostasis PPT dan APTT dalam batas normal
SGOT/SGPT 20.9/34.3 10-31/9-36
Albumin 4,79 3.8 4.6
Ureum/Creatinin - /0,77 16.6-48.5/
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
7/22
7
Surat persetujuan tindakan
Daftar OK
PMo :Vital Signs, keluhan subyektif
PEd : KIE (Komunikasi, Infomasi, Edukasi) pasien dan keluarga tentang:
1. Kondisi pasien
2. Prosedur tindakan medis yang akan dilakukan
3. Efek samping dan komplikasi dari tindakan yang dilakukan
4. Prognosis
2.6 Laporan Operasi
Telah dilakukan Salphyngo-Oovorectomy Dextra dan Partial Kistectomi Sinistra
pada tanggal 30-9-2014
- Eksplorasi yg didapatkan adalah uterus bentuk dan ukuran normal.
- Adnexa Sinistra : didapatkan tuba normal, ovarium terdapat massa kistik
dengan ukuran 3 cm, single, tidak terdapat perlekatan, masih didapatkan
jaringan ovarium yang sehat.
- Adnexa Dextra : didapatkan tua normal. Ovarium terdapat massa ukuran
diameter 5 cm, single, tidak ada perlekatan.
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
8/22
8
BAB 3
PERMASALAHAN
3.1 Diagnosa
Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus ini?
3.2 Penatalaksanaan dan prognosis
Bagaimana penatalaksanaan dan prognosis pada kasus ini?
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
9/22
9
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Ovarium
4.1.1 Anatomi Ovarium
Ovarium merupakan sepasang organ genitalia interna wanita yang
terletak di kiri dan kanan uterus serta di bawah tuba uterina. Ovarium wanita
dewasa berukuran kira-kira sebesar ibu jari tangan. Ovarium dihubungkan
dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Arteri ovarika berjalan
menuju ovarium berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium
ovarii (Prawirohardjo, 2011).
Ovarium terdiri dari korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam.
Korteks tersusun atas epitel germinativum berupa epitel kuboid-kolumnar
simpleks, tunika albuginea berupa jaringan ikat padat, dan stroma yang
merupakan tempat bagi berbagai fase pertumbuhan folikel ovarium yaitu folikel
ovarium yakni folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder, dan folikel de
Graaf. Sedangkan medulla berisi jaringan saraf, pembuluh darah, dan
pembuluh limfe (Eroschenko, 2000).
4.1.2 Fisiologi Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi utama wanita yang berfungsi
dalam pembentukan sel gamet (ovum) serta sekresi hormon seks yaitu
estrogen dan progesteron.Ovarium memiliki siklus bulanan yang berhubungan
dengan maturasi ovum yang disebut siklus ovarium. Siklus ovarium mencakup
fase folikuler dan fase luteal.
Fase folikuler merupakan periode pertumbuhan folikel pada hari ke 1-14
hingga didapatkan folikel matur yakni folikel de Graaf. Fase luteal merupakan
periode aktivitas korpus luteum mensekresi hormon estrogen dan progesteron
yang terjadi pada hari 15-28.Ovulasi terjadi di antara fase folikuler dan fase
luteal yakni pada hari ke-14 (Guyton dan Hall, 2006).
Selama siklus ovarium yang sudah dimulai sejak masa anak-anak,
terjadi interaksi hormonal yakni antara GnRH (Gonadotropin-Releasing
Hormone), FSH-LH, serta estrogen dan progesteron. Menginjak masa pubertas,
pada hari pertama, GnRH menstimulasi pelepasan FSH dan LH. Kedua hormon
hipofisis anterior tersebut menstimulasi pertumbuhan dan maturasi folikel serta
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
10/22
10
pelepasan estrogen dalam kadar rendah dalam ovarium. Sekresi estrogen ini
secara perlahan menghambat pelepasan FSH dan LH (Guyton dan Hall, 2006).
Kadar estrogen yang meningkat menimbulkan umpan balik positif pada
hipofisis anterior dan menyebabkan pelepasan LH secara tiba-tiba. Lonjakan
LH (LH surge) menyebabkan oosit primer menyelesaikan meiosis I dan oosit
sekunder melanjutkan metafase II. Pada hari ke-14, LH memicu ovulasi dan
mengubah folikel yang ruptur menjadi corpus luteum yang kemudian
mensekresi hormon estrogen, progesteron, dan inhibin. Hormon-hormon
tersebut memberikan umpan balik negatif yang menghambat pelepasan FSH
dan LH sehingga penurunan LH menghentikan aktivitas luteal. Pada hari ke 26-
28 terjadi penurunan hormon-hormon ovarium sehingga terjadi menstruasi dan
kemudian dimulailah siklus baru (Guyton dan Hall, 2006).
4.2 Kista Ovarium
4.2.1 Definisi
Kista adalah kantong berdinding tipis yang di dalamnya terdapat
akumulasi materi berupa cairan atau semi-cairan. Kista dapat tumbuh di mana
saja, salah satunya ovarium. Kista ovarium ditemukan dalam berbagai ukuran
dan pada umumnya bersifat jinak (Nordqvist, 2010).
4.2.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti namun diduga
berhubungan dengan hormon gonadotropin (FSH dan LH) yakni adanya
stimulasi berlebihan terhadap hormon-hormon tersebut (Sastrawinata,
Sulaiman. dkk. 2004).
Gestational tropoblastik neoplasma (mola hidatidosa dan khoriokarsinoma)
Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel
permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik
Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen, dan hidrokarbon
polikistik
Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas di mana terjadi
induksi ovulasi melalui manipulasi hormonal.
Berikut adalah faktor resiko terjadinya kista ovarium (Stoppler, 2012):
Menarche sebelum usia 11 tahun
Siklus menstruasi yang tidak teratur
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
11/22
11
Riwayat kista ovarium, endometriosis, dan PCOS sebelumnya
Infertilitas atau wanita yang sedang menjalani terapi infertilitas dengan
hormon gonadotropin
Peningkatan distribusi lemak tubuh bagian atas
Hipotiroidisme
Penggunaan obat-obatan: tamoxifen (terapi kanker payudara) dan klomifen
Merokok (Nordqvist, 2010)
4.2.3 Epidemiologi
Kista ovarium dapat terjadi pada setiap wanita. Pada pemeriksaan USG
transvaginal, gambaran kista ovarium ditemukan pada hampir setiap wanita
premenopause dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita postmenopause.
4.2.4 Klasifikasi
Terdapat 2 jenis utama kista ovarium yaitu Kista Ovarium Fungsional
dan Kista Ovarium Patologis.
4.2.4.1 Kista Ovarium Fungsional
Kista fungsional merupakan jenis yang paling umum dan bersifat jinak
atau self-limiting karena merupakan bagian dari siklus menstruasi bulanan
sehingga seringkali dapat regresi tanpa terapi. Kista fungsional terjadi pada
periode usia produktif dan terdiri atas :
a) Kista Folikel
Seorang wanita memiliki sepasang ovarium yang melepaskan 1 ovum
tiap bulannya. Ovum tersebut kemudian bergerak menuju tuba uterina untuk
difertilisasi oleh sperma. Ovum dibungkus oleh suatu folikel berisi cairan
sebagai pelindungnya. Ketika ovum dilepaskan, folikel pembungkusnya pecahmenjadi corpus luteum.
Namun pada beberapa kasus folikel tidak pecah setelah ovum lepas,
bahkan tidak melepaskan ovum. Folikel terakumulasi oleh cairan dan
membesar, dan akhirnya membentuk kista ovarium.
b) Kista Ovarium Luteal
Kista ovarium luteal jarang ditemui. Ovum yang lepas menyisakan folikel
yang kemudian menjadi corpus luteum. Kista luteal bisa tumbuh ketika corpus
luteum terakumulasi oleh darah. Pada sebagian besar kasus, kista jenis ini
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
12/22
12
akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Namun dapat pula
ruptur dan menyebabkan nyeri mendadak dan perdarahan dalam rongga
peritoneum.
4.2.4.2 Kista Ovarium Patologis
a) Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan tumor jinak sel germinativum dan paling
banyak diderita oleh wanita usia di bawah 30 tahun. Kista ini berkembang dari
oosit primer (totipotential germ cell) sehingga sel dapat tumbuh menjadi
berbagai macam sel untuk membentuk jaringan matur. Kista dermoid dapat
berisi rambut, kulit, tulang, dan berbagai jaringan lain (bahkan gigi). Sel
germinal totipotensial memiliki kemampuan untuk berkembang ke segala arah.
Tatalaksana kista jenis ini perlu tindakan pembedahan.
b) Kistadenoma
Kistadenoma merupakan tumor jinak epitel germinativum dan biasanya
memiliki tangkai. Kistadenoma dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kistadenoma
ovarium serosum (berisi cairan encer) dan musinosum (berisi cairan kental).
Meskipun jarang menjadi ganas, perlu tindakan pembedahan pada
tatalaksananya. Kistadenoma merupakan jenis kista yang paling banyak terjadi
di antara kista ovarium lainnya. 75% diantaranya merupakan kista ovarium
serosa dan 25% di antaranya merupakan kista ovarium musinosum. Kista
ovarium musinosum paling banyak terjadi pada usia pertengahan dan jarang
terjadi pada awal menarche(Prawirohardjo, 2011; Nordqvist, 2010).
4.2.5. Pembagian tipe Histopatologi Kistadenoma Ovarium Musinosum
Tipe pada tumor musinosum terdiri dari 3, yaitumucinous cystadenoma,
mucinous tumor of uncertain malignant potential (borderline), dan mucinous
carcinoma. Mucinous cystadenoma tampak sebagai masa kistik yang besar,
sering multiloculated dan mengandung cairan gelatin yang lengket. Secara
mikroskopis, tumor terdiri dari rongga kistik yang dibatasi oleh epitel kolumnar
tinggi dengan diferensiasi mukus. Tumor musiosum ini 75% merupakan tumor
jinak, 10% borderline, dan 15% karsinoma (Moslemi and Yazdani, 2010).
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
13/22
13
4.2.6 Penegakan Diagnosis
4.2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesa didapatkan pasien seorang wanita berusia 45 tahun, 1 kali
menikah selama 27 tahun, riwayat kehamilan 4 kali dan memiliki 4 orang anak
hidup. Pertama kali menstruasi (menarche) saat usia 12 tahun. Siklus haid
pasien teratur yaitu 30 hari dan lama haid 4-5 hari.
Pasien datang ke poli ginekologi RSUD Dr Iskak pada tanggal 13
September 2014 pukul 08.00 WIB dengan keluhan utama benjolan di perut. Perut
dirasakan membesar sejak 3 bulan sebelum periksa. Benjolan dirasakan di perut
bagian kanan bawah awalnya kecil lama-lama semakin besar. Pasien juga
mengeluh rasa panas yang tembus hingga ke pinggang belakang, mempengaruhi
aktivitas fisik, dan terasa mengganggu oleh pasien sehingga langsung
diperiksakan. Pasien merasa perutnya penuh setelah diberi sedikit makanan,
terasa sebah dan mual sejak perutnya semakin membesar.
Sebelumnya, pasien menggunakan kontrasepsi injeksi 3 bulan. Pasien
tidak mengeluhkan nyeri saat menstruasi. Pasien juga tidak mengeluhkan nyeri
saat coitus maupun adanya bercak darah saat coitus. Pasien tidak ada riwayat
keluarga dengan adanya keganasan serta tidak ada riwayat hipertensi atau
diabetes melitus.
Benjolan pada perut kanan bawah dan dirasakan membesar dapat
mengindikasikan adanya masa pada daerah genitalia atau ekstra genitalia. Masa
pada genitalia dapat berada pada uterus, tuba, dan ovarium. Sedangkan pada
genitalia eksterna dapat berhubungan dengan sistem gastrointestinal dan
pankreas, hepatobilier, renal dan urologi, mesenterik, maupun herniasi pada
dinding abdominal (Pathiraja, 2012). Dari berbagai masa yang terjadi pada
genitalia, insiden terjadinya tumor ovarium pada wanita post menopause
mencapai 18%. Kista ovarium sering terjadi pada wanita pada umur pertengahan
yaitu 40-50 tahun (McDonald and Modesitt, 2006). Gejala yang sering terjadi
pada kista ovarium antara lain ialah nyeri pada pelvis yang dapat bervariasi mulai
dari rasa tumpul (yang berhubungan dengan kista yang besar) dan nyeri sangat
(sharp pain) pada ruptur kista atau torsio, kesulitan defekasi, nyeri pelvis saat
berhubungan seksual, meningkatnya frekuensi miksi, perubahan pada
menstruasi normal, perasaan penuh pada abdomen dan kembung, perasaan
ingin muntah, merasakan perut yang sangat penuh walaupun makan sedikit,
merasakan adanya masa yang semakin membesar, pada kelainan ovarium yang
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
14/22
14
mengarah pada keganasan beberapa juga disertai dengan adanya ascites
(Central Manchester University Hospitals, 2012; Prawirohardjo, 2011). Nyeri
pada abdomen merupakan keluhan yang paling banyak terjadi. dan 16%
penderita asimptomatik (Raghuram, et al., 2014). Pada pasien ini terdapat
keluhan berupa adanya rasa panas pada perut sebelah kanan, serta adanya
perasaan penuh pada abdomen setelah makan, walaupun dalam jumlah yang
sedikit, serta pasien mengeluhkan adanya massa yang semakin membesar.
Keluhan ini sesuai dengan gambaran kista ovarium. Untuk memastikan letak
kelainan secara lebih pasti apakah termasuk massa pada genitalia atau genitalia
eksterna maka diperlukan pemeriksaan fisik dan penunjang, dan untuk
membedakan apakah massa ini merupakan massa jinak atau ganas dapat
ditentukan dengan pemeriksaan penunjang.
4.2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan baik, status generalis
dalam batas normal. Tidak ada anemia maupun ikterus. Kondisi jantung maupun
paru juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen teraba masa kistik
berukuran 6x6 cm, berbatas tegas, dan tidak didapatkan nyeri saat pemeriksaan.
Pada genitalia eksterna tidak tampak adanya flek atau fluor. Kemudian dilakukan
pembukaan dengan spekulum tampak adanya portio multi paritas tertutup licin
dan tidak tampak adanya flek atau fluor. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan
dengan melakukan vaginal touch tidak didapatkan kelainan dan corpus uteri
anteflexi dalam batas normal. Pada pemeriksaan adnexa perimetrium sinistra
tidak didapatkan kelainan, pada adnexa perimetrium dextra teraba massa kistik,
permukaan licin, dan mobile. Pada umumnya, adnexa yang normal susah untuk
dipalpasi kecuali jika pasien sangat kurus.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
massa yang terdapat pada rongga pelvis ialah massa kistik pada adnexa. Massa
kistik dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada asal
terbentuknya kista, antara lain kista folikel ovarium, kista korpus luteum yang
terdiri dari kista granulosa dan kista teka, ovarium polikistik (Stein-Levential
Syndrome), kista dermoid, dan kista epitel ovarium yang terdiri dari kistadenoma
ovarium serosum dan musinosum (Prawirohardjo, 2011).
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
15/22
15
Kista folikel merupakan kista yang terjadi karena kegagalan proses ovulasi
dan cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Kista ini umumnya mengganggu
menstruasi dengan memperpanjang dan memendekkan siklus serta dapat
mengalami obliterasi dalam 60 hari. Akan tetapi pada anamnesa tidak didapatkan
adanya gangguan pada siklus dan lamanya menstruasi. Selain itu pembesaran
telah dirasakan mulai 3 bulan yang lalu. Kista korpus luteum merupakan
pertumbuhan lanjut dari korpus luteum atau perdarahan yang mengisi rongga
yang terjadi setelah ovulasi. Ovarium polikisitk (Stein Leventhal Syndrome)
biasanya ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium, amenorea sekunder
atau oligomenorea, dan infertilitas serta hirsutisme dan obesitas. Pada
anamnesa tidak didapatkan tanda-tanda gangguan siklus menstruasi maupun
obesitas sehingga kemungkinan terjadinya ovarium polikistik dapat disingkirkan.
Kista dermoid merupakan tumor jinak sel germativum dan banyak diderita oleh
gadis yang berusia 20 tahun (Prawirohardjo, 2011).
Tumor epitel dapat berupa serosum atau musinosum. Kistadenoma
ovarium serosum mencakup sekitar 15-20% dari keseluruhan tumor jinak
ovarium, insidennya terjadi pada usia penderita antara 20-50 tahun. Kista ini
biasanya terjadi secara bilateral. Kista ini pada usia diatas 30 tahun berpotensi
tinggi untuk menjadi keganasan. Pada kistadenoma musinosum, tumor ini
mencapai 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan 85%nya jinak. Kista ovarium
musinosum paling banyak terjadi pada usia pertengahan dan jarang terjadi pada
awal menarche. Kistadenoma ovarium musinosum merupakan tumor terbesar
seringkali mencapai 15 cm. Pada kondisi tertentu penderita mengeluh rasa tidak
nyaman di pubis, pembesaran perut dan gejala seperti ascites (Prawirohardjo,
2011).
Berdasarkan guideline dari ACOG (American College of Obstetricians and
Gynecologist) pemeriksaan fisik pada kistadenoma sering ditemukan adanya
benjolan melalui palpasi pada abdomen atau selama pemeriksaan bimanual
sehingga dapat ditentukan ukuran serta konsistensinya. Pasien dapat juga
merasa nyeri pada abdomen bagian bawah unilateral saat dilakukan palpasi
serta ditemukan masa kistik atau solid yang teraba besar pada pemeriksaan
abdomen, massa yang sakit saat dipalpasi, dan terpisah dari uterus (Quade,
2012). Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, masa kistik pada adnexa
ini mengarah pada kistadenoma.
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
16/22
16
Selanjutnya penentuan ganas atau tidaknya suatu masa dan tipenya perlu
menggunakan histologi patologi yang dapat memberikan ketepatan diagnosis
(Prawirohardjo, 2011).
4.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan kista ovarium perlu dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang yang berguna untuk mendapatkan kepastian letak kelainan, derajat
keganasan sebagai konfirmasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan.
Pada pasien ini dilakukan pengukuran CA125 yaitu pemeriksaan darah
untuk menandakan adanya tumor atau tidak dan untuk membantu membedakan
antara massa adneksa jinak dan ganas. CA125 merupakan suatu antigen
glikoprotein. Peningkatan pada CA125 berhubungan dengan keganasan pada
pankreas, payudara, paru, kolon dan ovarium. Pada wanita dengan
endometriosis pelvic inflammatory disease, dan penyakit hati juga seringkali
ditemukan peningkatan CA125. Wanita dengan masa pada pelvis harus
dilakukan pemeriksaan CA125 (Bast, 1983). Dari hasil pemeriksaan serum
cancer antigen tanggal 13 September 2014 didapatkan CA125 pasien sebesar
4.00 u/ml. CA125 diatas 35 U/ml dikatakan mengalami peningkatan. Akan tetapi
adanya peningkatan hasil CA 125 tidak selalu menandakan masa yang ganas,
78% menandakan masa yang ganas dan 22% menandakan masa yang jinak
(Ledermann and Eagle, 1997).
Serta dilakukan pemeriksaan USG abdominal untuk menentukan lokasi,
ukuran dan fitur fisik kista, serta temuan sugestif keganasan (Horlen & Cheryl,
2010). Fitur fisik kista pada hasil pencitraan USG dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu kista sederhana (simple cyst), hanya berisi cairan tanpa massa
yang solid, umumnya merupakan kista yang jinak seperti kista fisiologis (kista
folikel dan kista luteal); kista kompleks (compound cyst), kista berisi campuran
cairan dan massa solid, perlu observasi lebih lanjut akan kemungkinan
menghilang atau tidak; kista solid (solid cyst), kista berisi massa solid tanpa
cairan, perlu dievaluasi apakah merupakan tumor ganas atau jinak.
Untuk hasil USG abdominal yang dilakukan pada tanggal 13 September
2014 mencurigakan adanya kista ovarium. Tampak massa kistik di superior buli
ukuran 7,16 x 3,88 cm dan di posterior ukuran 2.91 x 1,86 cm. USG CDFI
hepar, kandung empedu, pancreas, lien, ginjal, buli dan uterus dalam batas
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
17/22
17
normal. Dari kemungkinan besar kistoma ovarium yang memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan jinak atau ganasnya kista tersebut.
Kistadenoma dicirikan sebagai adanya massa yang sedang atau besar
berkonsistensi kistik pada adneksa, adanya septation dan papillary projection,
akan tetapi pemeriksaan sonography tidak dapat digunakan untuk membedakan
antara suatu massa jinak atau ganas.
Tabel 4.1 Perbedaan antara tipe serous atau tipe musinosum
Serous Musinosum
Anechoic Particulate matter
Unilocular Multilocular
Bilateral Unilateral
(Lerner, 1994)
4.2.7 Penatalaksanaan dan Perawatan
Beberapa faktor perlu menjadi pertimbangan dalam memutuskan
tindakan penanganan kistoma ovarium. Faktor-faktor tersebut antara lain usia
pasien, pasien pre-menopause atau post-menopause, jenis kista (jinak atau
ganas), ukuran kista, ada atau tidaknya gejala penyerta (asimptomatik atau
simptomatik), serta level penanda tumor (CA125) (Nordqvist, 2010).
4.2.7.1 Managemen Konservatif / Observasi (watchful-wait ing)
Pasien pre-menopause asimptomatik dengan kistoma ovarium
fungsional berukuran < 8 cm dan level CA125 dalam batas normal, dilakukan
pemeriksaan USG rutin tiap 8-12 minggu (Nordqvist, 2010). Begitu halnya pada
pasien post-menopause, kista fungsional persisten berukuran < 5 cm dan level
CA125 dalam batas normal, dimonitor dengan pemeriksaan USG serial setiap 4
bulan dalam setahun (Baileyet al,1998;Roman,1998;RCOG,2010). Tetapi pada
pasien ini karena ukurannya lebih dari 5 cm maka tidak bisa dilakukan.
4.2.7.2 Farmakoterapi
a) Analgesik
Pada beberapa pasien dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dapat
diberikan analgesik jenis opioid (morfin sulfat) atau NSAID (ibuprofen,
indometasin, ketorolac, natrium diclofenak, asam mefenamat, dan ketoprofen).
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
18/22
18
Pada pasien ini diberikan asam mefenamat 3x500 mg untuk meredakan nyeri
perutnya.
b) Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi oral ditujukan untuk mengurangi resiko
terbentuknya kista pada siklus menstruasi berikutnya dan mengurangi resiko
kista berkembang menjadi kanker (Nordqvist, 2010). Pada pasien ini tidak
diberikan pil kontrasepsi. Pemberian terapi hormonal berupa pil kontrasepsi
terbukti tidak banyak membantu dalam meregresi kista (Grimes et al,2009).
4.2.7.3 Pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan pada semua jenis kistoma ovarii patologis,
atau kista fungsional yang simptomatik, berukuran besar (5-10 cm), atau
persisten pada 2-3 siklus menstruasi (Nordqvist, 2010). Prosedur pembedahan
meliputi ovarian cystectomy, partial atau bilateral salpingo-oophorectomy
(SOVC), dan total abdominal histerectomy (TAH). Tujuan tindakan
pembedahan tersebut antara lain :
Konfirmasi diagnosis kistoma ovarium
Menilai apakah kista cenderung menjadi ganas
Mendapatkan cairan dari bilasan peritoneum untuk pemeriksaan sitologi
Mengambil seluruh kista untuk dilakukan analisis histo-PA
Menilai ovarium lain dan organ-organ abdomen lainnya
Melakukan tindak pembedahan lain sesuai indikasi.
a) Aspirasi
Pemeriksaan sitologi cairan kista kurang mampu membedakan kista tersebut
jinak atau ganas, dengan tingkat sensitivitas pada sebagian besar studi sekitar
25%. Terlebih lagi, ada kemungkinan terjadinya ruptur kista dan apabila kista
tersebut ganas, beberapa bukti mengungkapkan selama proses pembedahanmenimbulkan dampak yang tak baik bagi kelangsungan hidup bebas penyakit.
Maka dari itu, aspirasi tidak berperan dalam managemen kistoma ovarium pada
pasien post-menopause (RCOG, 2010).
b) Laparoskopi
Tatalaksana massa jinak adneksa dengan teknik laparoskopi berkembang
dengan baik. Pendekatan laparoskopi dilakukan pada wanita yang tidak
memungkinkan untuk ditangani secara konservatif namun masih memiliki resiko
yang rendah terhadap adanya keganasan (skor Risk of Malignancy Index/RMI
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
19/22
19
25 250). Laparoskopi juga bertujuan untuk mengeksklusi adanya keganasan.
Bila selama laparoskopi menunjukkan adanya keganasan, maka tindakan
laparotomi harus dilakukan (RCOG, 2010).
Penggunaan teknik laparoskopi mulai meluas dan indikasinya berkembang.
Laparoskopi lebih dipilih daripada laparotomi karena menimbulkan efek
samping minimal pada pasien dan proses penyembuhan lebih cepat. Meskipun
begitu, hal terpenting lainnya adalah laparoskopi memberikan outcome hampir
sama dengan laparotomi (Maiman, 1995).
c) Laparotomi
Laparotomi dilakukan bila beresiko tinggi terhadap adanya keganasan (skor
RMi> 250) atau keganasan ovarium terbukti ada (RCOG, 2010).
Pasien pada kasus ini, yakni Ny. S, adalah pasien dengan susp. cystoma
ovarium berukuran 7,16 x 3,88 cm di dextra dan 2.91 x 1,86 cm di sinistra, dengan
gejala penyerta berupa rasa panas pada perut bawah dan tembus hingga ke pinggang
belakang, serta terasa penuh di perut setelah makan. Oleh karena itu, tatalaksana
yang direkomendasikan pada pasien ini adalah salpingo-oovarectomi dextra dan partial
kistektomi sinistra.
4.2.8 Prognosis
Pada kasus jinak prognosisnya baik namun pada kistoma ovarium yang
menunjukkan tanda keganasan, jika tidak segera dilakukan tindakan pengobatan maka
kemungkinan bertahan hidup 5 tahun ke depan hanya sekitar 30%.
Prognosis pada pasien adalah dubia et sanam, mengingat tindakan yang
dilakukan pada pasien adalah TAH-BSO. Tindakan mengambil ovarium normal dinilai
untuk mereduksi resiko terjadinya kanker ovarium pada masa mendatang (Parker,dkk.,
2007). Serta, tindakan histerektomi sendiri pun juga mampu mereduksi resiko
terjadinya kanker ovarium sebanyak 36% dan efek protektif ini mampu bertahan hingga
15 tahun (Chiaffarinoet al, 2005). Pada sebuah studi prospektif yang membandingkan
kualitas hidup dan fungsi seksual pada wanita yang menjalani histerektomi dengan dan
tanpa oovorektomi pada tumor jinak, mengungkapkan bahwa pada 2 tahun paska-
operasi tidak ada perbedaan kualitas hidup maupun fungsi seksual di antara kelompok
penelitian (Teplin et al, 2007).
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
20/22
20
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kistoma ovarium merupakan penyakit yang dapat menyerang wanita di segala
usia, dengan manifestasi klinis yang bermacam-macam. Penegakan diagnosis
yang baik melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang dapat
membantu pemilihan tatalaksana. Tatalaksana yang cepat dan tepat dapat
memperbaiki prognosis penyakit.
5.2 Saran1. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang pentingnya
pencegahan terjadinya kistoma ovarium pada wanita usia remaja sampai lanjut
usia meliputi menghindari stress, menghindari konsumsi makanan dengan zat
aditif dan pengawet, menjaga berat badan ideal, dan beraktivitas cukup.
2. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang pentingnya
monitoring berkala pada kasus kistoma ovarium yang diduga jinak sangat
penting untuk perencanaan tindakan segera jika di waktu yang akan datang
terjadi perburukan.
3. Pentingya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada pasien yang
mengalami kistoma ovarium yang diduga ganas untuk menjalani pengobatan
yang tepat termasuk adanya kemungkinan tindakan pembedahan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan juga mortalitas.
5/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
21/22
21
DAFTAR PUSTAKA
Baiey, C.L.; Ueland, F.R.; dkk. The Malignant Potential of Small Cystic Ovarian Tumors
in Women Over 50 Years of Age. Gynecol Oncol.Apr 1998;69(1): 3-7.
Bast RC Jr, Klug TL, St John E, Jenison E, Niloff JM, Lazarus H, et al. Aradioimmunoassay using a monoclonal antibody to monitor the course ofepithelial ovarian cancer. N Engl J Med 1983;309(45):883-7
Central Manchester University Hospitals. 2012. Ovarian Cyst. NHS Foundation.
Eroschenko, VP. 2000. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi Fungsional. JanTambayong (penerjemah). 2003. EGC, Jakarta, Indonesia.
Grimes, D.A; Jones, L.B; dkk. Oral Contraceptives for Functional Ovarian Cysts.
Cochrane Database Syst Rev.Apr 15 2009;CD004751.
Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi11.EGC, Jakarta, Indonesia.
Ledermann, J.A. and Eagle, K. 1997. Tumor Markers in Ovarian Malignancies. TheOncologist.1997;(2):324-329
Lerner JP, Timor, TIE. Transvaginal iltrasonographic characterization of ovarianmasses with an improved, weight scoring system. Am J Obstet Gynecol. 1994.(170): 81-85.
Maiman, M. Laparoscopic Removal of The Adnexal Mass : The Case for Caution. ClinObstet Gynecol.Jun 1995;38(2):370-9.
Mann Jr., William J. 2014. Oophorectomy and Ovarian Cystectomy, (Online),(Diaksesdari http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomypada 12 Juni 2014).
McDonald JM, Modesitt SC.The incidental postmenopausal adnexal mass. Clin ObstetGynecol. Sep 2006;49(3):506-16
Nordqvist, Christian. 2010. What is An Ovarian Cyst? What Causes Ovarian Cyst?,Online, Diakses dari http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php
pada 12 Juni 2014.
Pathiraja P. 2012.Abdominal Masses in Gynaecology. 11:100-111
Prawirohardjo,,S. 2011. Ilmu Kandungan. Ed.3. Jakarta: Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.
Purwoto G. 1996. Uji akurasi diagnosis prabedah neoplasma ovarium ganas jenis
epitel, gabungan pemeriksaan linis, ultrasonografi, serta petanda tumor antigen
kanker 125 (CA125) dan karsinoembrionik (CEA). Thesis. Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia.
http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%202014http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.medicalnewstoday.com/articles/179031.php%20pada%2012%20Juni%202014http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%202014http://www.uptodate.com/contents/oophorectomy-and-ovarian-cystectomy%20pada%2012%20Juni%2020145/19/2018 Lapsus Kistoma Ovarii Tulungagung
22/22
22
Quade, G. 1999. Obstetric problems. Volume One-Non trauma. Primary Surgery
Raghuram P. Reddy, Thomas C. Smyrk, Mauricio Zapiach, Michael J. Levy, Randall
K.Pearson, Jonathan E. Clain, Michael B. Farnell,et al. 2014. Pancreaticmucinous cystic neoplasm defined by ovarian stroma: Demographics, clinicalfeatures, and prevalence of cancer.
RCOG. 2010. Guideline No.34 : Ovarian Cyst in Post-Menopausal Women,(Online),Diakses dari http://www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG34Ovarian-Cysts.pdfpada 12 Juni 2014.
Roman, L.D. Small Cystic Pelvic Masses in Older Women : Is Surgical RemovalNecessary?. Gynecol Oncol. Apr 1998;69(1):1-2.
Samuel S., Alan N., Gordon, Barbara M., Charles A. Bobbie S., Chirag , et al.,
Validation of Referral Guidelines for Women With Pelvic Masses. AmericanCollege of Obstetricians and Gynecologist. 2005: 105(1): 35-41.
Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri PatologiEdisi2. Jakarta: EGC
Stoppler, Melissa Conrad. 2012. Ovarian Cysts, (Online), (Diakses darihttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cysts pada 12 Juni 2014).
The American College of Obstetricians and Gynecologists. 2005. GynecologicProblems: Ovarian Cysts. ACOG : American College of Obstetricians and
Gynecologists.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG34Ovarian-Cysts.pdfhttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/page2_em.htm#types_of_ovarian_cystshttp://www.rcog.org.uk/files/rcog-corp/GTG34Ovarian-Cysts.pdfhttp://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1542356504004501