52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Sensoris dan Integumentum adalah blok ke enam belas pada semester V dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus skenario B yang memaparkan Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang lalu. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu: 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. Laporan Tutorial Blok XVI 1

Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

v

Citation preview

Page 1: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Sensoris dan Integumentum adalah blok ke enam belas pada semester V

dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi

kasus skenario B yang memaparkan Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang

kayu, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang

lalu.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode

analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Laporan Tutorial Blok XVI 1

Page 2: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Mitayani, M.Si M.Ked

Moderator : Egi Anugrah Ramadhan

Notulen : Tri Rahmania Pertiwi

Sekretaris : Siti Istiqomah

Waktu : Selasa, 29 Desember 2015 (Tutorial Ke-1)

Kamis, 31 Desember 2015 (Tutorial Ke-2)

Rule Tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.

3. Berbicara yang sopan dan penuh tata karma.

2.2 Skenario Kasus

Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu, datang ke poli mata

dengan keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang lalu. Sekitar 15 hari yang

lalu, saat bekerja, mata kiri penderita terkena lentingan serpihan kayu. Tn. Edi

merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air, merah, namun penglihatan

tidak kabur. Tn. Edi membeli obat tetes mata insto di warung dan meneteskannya

sendiri. Sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan semakin sakit

serta pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna keputihan. Tn. Edi

berobat ke matri di pustu, diberi obat tetes mata dan obat makan, penderita lupa

nama obatnya, namun tidak ada perbaikan. Sejak 3 hari yang lalu bintik putih

semakin melebar, mata berair-air, sakit dan semakin kabur. Tn. Edi lalu berobat ke

poli mata. Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri dan kanan

sejak usia 15 tahun.

Pemeriksaan Fisik:

Keadaan Umum: sadar dan kooperatif

Vital Sign: TD: 120/80 mmHg, Nadi: 92 x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 36,7◦c

Mata:

Laporan Tutorial Blok XVI 2

Page 3: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

OS: VOS 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea ukuran diameter 3mm, terletak

di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan kornea, dengan tepi tidak rata, lesi satelit (+),

secret kuning kehijauan, blefarospasme

OD: VOD 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6

2.3 Klarifikasi Istilah

1. Mata Kabur : Pandangan yang kurang terang

2. Kacamata minus : Alat optik yang digunakan pada rabun jauh

untuk memfokuskan cahaya

3. Mixed Injeksi : Pelebaran aliran darah di konjungtiva dan

badan siliaris

4. Defek : Cacat atau kelainan

5. Lesi Satelit : Suatu lesi sentral yang besar yang dikelilingi

oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih

kecil

6.

7.

Blefarospasme

Spheris

:

:

:

Penutupan kedua kelopak mata di luar kontrol

karena kontraksi otot kelopak mata

Lensa dimana semua meridiannya mempunyai

kekuatan yang sama

2.4 Identifikasi Masalah

1. Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu, datang ke poli mata dengan

keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang lalu.

2. Sekitar 15 hari yang lalu, saat bekerja, mata kiri penderita terkena lentingan

serpihan kayu. Tn. Edi merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,

merah, namun penglihatan tidak kabur. Tn. Edi membeli obat tetes mata insto

di warung dan meneteskannya sendiri.

3. Sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan semakin sakit serta

pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna keputihan. Tn. Edi berobat

ke matri di pustu, diberi obat tetes mata dan obat makan, penderita lupa nama

obatnya, namun tidak ada perbaikan.

4. Sejak 3 hari yang lalu bintik putih semakin melebar, mata berair-air, sakit dan

semakin kabur. Tn. Edi lalu berobat ke poli mata.

Laporan Tutorial Blok XVI 3

Page 4: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

5. Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri dan kanan sejak

usia 15 tahun.

6. Pemeriksaan Fisik:

Mata:

OS : VOS 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea ukuran diameter 3mm,

terletak di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan kornea, dengan tepi tidak rata, lesi

satelit (+), secret kuning kehijauan, blefarospasme

OD: VOD 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6

2.5 Analisis Masalah

1. Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu, datang ke poli mata

dengan keluhan mata kiri sangat kabur sejak 3 hari yang lalu.

a. Apa organ yang terlibat pada kasus?

Jawab:

Organ yang terlibat pada kasus ini adalah organ mata.

b. Bagaimana anatomi pada kasus ini?

Jawab:

1. Palpebra, superior dan inferior, ada bulu mata, gland. Siliaris, gland.

Tarsalis, terdapat konjungtiva yang melapisi bagian dalam palpebra,

m. Orbicularis oculi dan levator palpebra superior.

2. Apparatus lacrimalis, glandula lacrimalis, ductuslacrimalis

3. Orbita

Margo orbita dibentuk oleh os frontale, maxilla, os zygomaticum,

Nervus pada orbita, n.optocus, n.lacrimalis, n.frontalis, n.trochlearis,

n.oculomotorius, n.nasociliaris, n.abducens

4. Mata

Otot pergerakan: rectus superior, rectus inferior, rectus lateralis,

obliquus superior, obliquus inferior.

Otot intrinsisk mata: spincter pupillae, dilator pupillae, ciliaris

Struktur mata:

a. Tunica fibrosa: sclera di bagian posterior dan cornea dibagian

inferior. Cornea avaskular, persarafan nervis ciliares

b. Tunica vasculosa pigmentosa

Laporan Tutorial Blok XVI 4

Page 5: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Choridea: lapisan luar berpigamen dan dalam sangat

vascular.

Corpus ciliaris: corpus ciliares, corona, prc.ciliaris, m.ciliaris

Persarafan: serabut parasimpatik dari n.oculomotorius

Iris dan pupil, iris, berpigmen dan kontraktil, pupil, membagi

ruang antar cornea dan lensa, camera anterior dan posterior

Persarafan: serabut parasimpatik n.oculomotorius

c. Tunica nervosa : retina

Terdiri dari pars pigmentosa dan pars nervosa, macula lutea, area

retina dengan daya liat yang paling jelas.

Nervus opticus meninggalkan retina melalui discus nervi optici

yang merupakan bintik buta.

d. Isi bola mata

Humor aquous di camera anterior dan posterior

Corpus vitreum mengisi bola mata dibelakang lensa

Lensa : bikonveks transparan

5. Arteria ophthalmica

Merupakan cabang dari arteri carotis interna

Cabang:

Arteria centralis retinae, arteria ciliaris postetior dan anterios, arteria

lacrimalis. (Snell, 2012)

Anatomi Mata

Gambar 2.1. Anatomi Mata

Laporan Tutorial Blok XVI 5

Page 6: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

a. Kornea

Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter

horizontal rata¬-rata 11,5-11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter

vertikal sedangkan permukaan posterior berbentuk sirkuler dengan

diameter 11,7 mm. Pada orang dewasa ketebalan kornea bervariasi

dengan rata-rata 0,65 – 1 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian

tengah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kurvatur antara

permukaan anterior dan posterior kornea. Radius kurvatur anterior

kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius kurvatur permukaan

posterior rata-rata 6,5 – 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada

bagian perifer, namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal

dan superior lebih datar dibanding bagian temporal dan inferior. Luas

permukaan luar kornea kira-kira 1,3 cm 2 atau 1/14 dari total area

bola mata. (Snell, 2012)

b. Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membrana mucosa tipis yang melapisi

palpebra. Berikut bagian-bagian konjungtiva:

1. Tunica conjungtiva bulbi adalah tunica mucosa yang melekat

longgar pada sclera. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel

goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air

mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi

kornea.

2. Tunica conjungtiva palpebrum merupakan bagian yang diselubungi

oleh pembuluh darah dan merupakan bagian permukaan dalam

palpebra.

3. Plica semilunaris conjungtivae merupakan tempat pertemuan

palpebra superior dan inferior pada sisi medial, sisa membrana

nictitans yang terletak pada angulus oculi medialis. Plica

semilunaris membatasi lucas lacrimalis, yang memiliki tonjolan

dibagian tengahnya yaitu caruncula lacrimalis yang berfungsi

mendorong sekret lakrimalis ke tepi lacus sehinggan dapat

disalurkan oleh canaliculi lacrimales.

Laporan Tutorial Blok XVI 6

Page 7: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

4. Fornix conjungtivae superior dan inferior merupaka garis lipatan

antara tunica conjungtiva bulbi dan tunica conjungtiva palpebrum.

Conjungtiva membatasi sebuah kantong, saccus conjungtivalis

yang memiliki celah yaitu rima pelpebrarum, yaitu ruang di antara

palpebra superior dan inferior. Saccus ini merupakan tempat

dipasangkan lensa kontak dan dimasuknya obat tetes mata. Selain

itu, ke dalam fornix superior milik saccus inilah sekret lacrimalis

dialirkan melelui ductus excretorii.

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan

arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama

dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola

arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak

sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial

dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe

kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik)

pertama nervus V (Nervus trigeminus, divisi Opthalmicus - sensoris).

(Snell, 2012)

c. Bagaimana histologi pada kasus ini?

Jawab:

Lapisan Bola Mata

Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae. Bola mata terdiri atas 3

lapisan yaitu:

1. Tunika Fibrosa

a) Cornea

Kornea (ciornum= zat tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya, merupaka lapisan jaringan

menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:

1. Epitel

Tebalnya 50 µm, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk

yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal

dan sel gepeng. Sel basal menghasilkan memnran basal yang

Laporan Tutorial Blok XVI 7

Page 8: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

melekat erat kapadanya. Bila terjadi gangguan akan terjadi erosi

rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal

dari depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar

satu dnegan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang

teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang.

4. Membran descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang

stroma kornea dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan

membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang

terus seumur hidup.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar

20-40 µm. (Eroschenko, 2012)

b) Sclera

Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.

Bagian terdepan daro sklera disebut dengan kornea yang bersifat

Laporan Tutorial Blok XVI 8

Page 9: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.

Merupakan bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan

kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata.

Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera anterior

ditutupi oleh tiga lapisjaringan ikat vaskular. Sklera mampunyai

kekuatan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan

bola mata. (Eroschenko, 2012)

2. Tunika Vasculosa (UVEA)

Merupakan jaringan vaskular. Jarigan sklera dan uvea dibatasi oleh

ruang yang potensial dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada

perdarahan subaraknoid. Jaringan uvea ini terdiri atas :

a) Choroidea

Segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Khoroid

tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid (besar, sedang,

kecil). Darah dari pembuluh darah khoroid dialiri melalui empat

vena vorteks. Khoroid melekat erat ke posterior di tepi-tepi nervus

optikus. Ke anterior, khoroid bersambung dengan corpus siliare.

b) Corpus Ciliare / Processus Ciliare

Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa

untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang

iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor) yang

dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris.di

batas kornea dan sklera.

c) Iris

Iris didapatkan pupil yang disusun oleh otot yang dapat mengatur

jumlah sinar yang masuk ke dalam bola mata. Otot dilator ini

dipersyarafi oleh parasimpatis. Perdarahan tunica vaskulosa

dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh dua buah

arterisiliar psterior longus yang masuk menembus sklera di

temporal dan nasal dekat tempat masuk safar optik dan 7 buah

arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior,

medial inferor, satu pada otot lateral. Arteri siliar anterior dan

Laporan Tutorial Blok XVI 9

Page 10: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis

mayor pada badan siliar. (Eroschenko, 2012)

3. Tunika Nervosa

a) Nervus Optikus

b) Retina

Retina merupakan lapis ketiga bola mata. Retina yang terletak

paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang

merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar

menjadi rnagsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Retina

atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung

reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas

dengan koroid dengan sel pigmen retina, dan terdiri atas lapisan:

1. Epitel berpigmen, lapisan sel poligonal yang kaya akan butir

melanin, berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan,

memberi nutrisi sel fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun

vitamin A, dan tempat pembentukan rhodopsin.

2. Lapis fotoreseptor

Merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

3. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

4. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel

kerucut dan batang. Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat

metabolisme dari kapiler koroid.

5. Lapis pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan

merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar

dan sel horozontal.

6. Lapis nukleus dalam, merupakan tebuh sel bipolar, sel

horizontal, dan sel muller.

7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular meruapakn

tempat sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

8. Lapis sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron

kedua.

Laporan Tutorial Blok XVI 10

Page 11: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju

ke arah saraf optik.

10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara

retina dan badan kaca.

(Eroschenko, 2012)

d. Bagaimana fisiologi pada kasus ini?

Jawab:

Fisiologi

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui

berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh

strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau

keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa”

bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.

Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel.

Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah

daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan

edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada

epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan

meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan

air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air

mata tersebut. Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air

dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan

dehidrasi. Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-

lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui

stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan

larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya

mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma

yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh

berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.

(Guyton, 2007)

Laporan Tutorial Blok XVI 11

Page 12: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

e. Apa kemungkinan penyebab mata kabur?

Jawab:

Kemungkinan penyebab mata kabur:

1. Ketajaman penglihatan mata dipengaruhi oleh media refraksi mata dan

axial length(panjang bola mata)

2. Adanya kelainan organik media refraksi mata yang dapat

menyebabkan gangguan fungsional mata(peradangan pada kornea,

infiltrasi sel radang pada kornea, ulkus pada kornea, neovaskularisasi

pada kornea, peradangan pada iris) bisa di uji dengan pinhole

3. Adanya kelainan panjang/distance bola mata yang menyebabkan

cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh tepat pada retina(akibat axial

length yang terlalu panjang atau terlalu pendek) bisa di uji dengan

pinhole

4. Adanya kelainan pada reseptor cahaya (atrofi diskus optikus,

neovaskularisasi pada retina) bisa di periksa dengan funduskopi

(Eva, 2012)

f. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, pekerjaan dengan keluhan mata

kabur?

Jawab:

Usia

Bisa terjadi pada semua usia, namun meningkat pada usia produktif

yang lebih banyak berhubungan pada lingkungan luar sehingga mudah

terjadi infeksi dan trauma.

Jenis Kelamin

Dari distribusinya berdasarkan jenis kelamin, kasus ulkus kornea juga

bervariasi. Pada penelitian yang dilakukan di RS Sardjito Yogyakarta

didapatkan 66,7% kasus pada laki-laki dan 33,3% kasus pada wanita.

Kemudian di India Utara 61% adalah laki-laki. Predisposisi faktor

populasi laki-laki lebih banyak daripada wanita, tidak diketahui.

Mungkin berhubungan dengan banyaknya kegiatan pada kaum laki-laki

sehari-hari meningkatkan risiko terjadinya trauma, termasuk trauma

pada kornea.

Pekerjaan

Laporan Tutorial Blok XVI 12

Page 13: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Orang yang bekerja sebagai petani atau di lingkungan pertanian atau

perkebunan memiliki risiko lebih tinggi terkena keratitis jamur. Hal ini

disebabkan karena jamur banyak terdapat di tanah dan tumbuh-

tumbuhan. Tidak menutup kemungkinan pada Tn. Edi yang bekerja

sebagai tukang kayu. (Ilyas, 2014)

g. Apa makna keluhan mata kabur sejak 3 hari yang lalu?

Jawab:

Keluhan mata kabur sejak 3 hari yang lalu menandakan terjadi gangguan

yang bersifat akut atau penurunan visus secara mendadak yang mungkin

diakibatkan oleh kelainan pada media refraksi mata. (Ilyas, 2014)

2. Sekitar 15 hari yang lalu, saat bekerja, mata kiri penderita terkena lentingan

serpihan kayu. Tn. Edi merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,

merah, namun penglihatan tidak kabur. Tn. Edi membeli obat tetes mata insto

di warung dan meneteskannya sendiri.

a. Bagaimana hubungan mata kiri penderita terkena lentingan serpihan kayu

sejak 15 hari yang lalu dengan keluhan mata kabur sejak 3 hari yang lalu?

Jawab:

Lentingan kayu pada mata merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

terjadinya kondisi yang dialami pasien, dimana ada 2 kemungkianan yaitu:

Lentingan kayu tersebut menyebabkan kerusakan dari struktur kornea

sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

Lentingan kayu tersebut merusak struktur kornea dan juga lentingan

kayu tersebut telah terkontaminasi oleh mikroorganisme.

Dari segi waktu tersebut sangat mendukung keluhan yang dialami oleh

pasien diakibatkan oleh masuknya lentingan kayu. Dimana gejala

biasanya timbul antara 5 hari sampai 3 minggu setelah kejadian.

(Ilyas, 2014)

b. Apa makna Tn. Edi merasa mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,

merah, namun penglihatan tidak kabur?

Jawab:

Laporan Tutorial Blok XVI 13

Page 14: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Maknanya keluhan tersebut merupakan tanda gejala dari iritasi mata

akibat trauma serpihan kayu pada mata Tn Edi. Keluhan tersebut tidak

menyebabkan penglihan tidak kabur karena tidak mengganggu organ-organ

mata yang bertugas dalam mengatur ketajaman penglihatan mata.

(Ilyas, 2014)

c. Bagaimana mekanisme mata terasa mengganjal dan sakit, berair-air,

merah?

Jawab:

Sakit

Terkena lentingan serpihan kayu pada mata (transmisi bakteri di

serpihan kayu ke mata) masuk ke kornea menginfeksi kornea

respon inflamasi pengeluaran makrofag, lekosit PMN akibat

pengeluaran tersebut merangsang sel mast mengeluarkan histamin

peningkatan permeabilitas kapiler lokal akumulasi cairan lokal

peregangan lokal dijaringan merangsang ujung-ujung saraf

(reseptor nyeri) nyeri (sakit)

Berair-air

Terkena lentingan serpihan kayu pada mata (transmisi bakteri di

serpihan kayu ke mata) → invasi agen infeksius pada kornea

aktivasi mekanisme perlindungan permukaan bulbus oculi

peningkatan aktivasi glandula lakrimalis peningkatan sekresi air

mata yang mengandung substansi antimikroba (akueosa, musinosa,

lisozim, IgA, IgG) menghambat pertumbuhan agent infectious

dengan pembilasan mekanik mata berair

Merah

Terkena lentingan serpihan kayu pada mata (transmisi bakteri di

serpihan kayu ke mata) injury kornea peradangan pada kornea

pengeluaran sel-sel radang pelepasan mediator inflamasi

vasodilatasi pembuluh darah a. Ciliaris anterior peningkatan aliran

darah pada a. Ciliaris anterior mata merah

(Eva, 2012)

Laporan Tutorial Blok XVI 14

Page 15: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

d. Bagaimana hubungan menggunakan obat tetes mata insto dengan keluhan

utama?

Jawab:

Kemungkinan pemberian obat tetes mata insto hanya bersifat

simptomatik yaitu mengatasi mata merah.

Kandungan obat tetes mata insto adalah Tetrahydrozoline HCl 0.05%

b/v dan Benzalkonium Cl 0.01% b/v. Tetrahydrozoline HCl adalah

vasokonstriktor agonis reseptor α pembuluh darah. Aktivasi reseptor α oleh

Tetrahydrozoline HCl kemudian menyebabkan vasokonstriksi pembuluh

darah dan mengurangi injeksi pembuluh darah mata, sehingga keluhan

mata merah berkurang. Sedangkan Benzalkonium Cl 0.01% b/v

mengandung bahan pengawet apabila digunakan dalam jangka waktu lama

akan dapat mengiritasi mata dan menyebabkan penglihatan mata kabur.

(Katzung, 2014)

e. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan obat tetes mata insto?

Jawab:

Indikasi:

Mengatasi kemerahan dan rasa perih di mata yang di sebabkan oleh iritasi

ringan karena debu, asap, angin, dan setelah berenang.

Kontra Indikasi:

Jika iritasi tidak mereda dalam 3 hari segera minta nasehat dokter.tidak

boleh di gunakan pada penderita glaukoma. Obat ini menggandung

benzalkonium chloride, tidak sesuai untuk penggunaan lensa kontak.

(Katzung, 2014)

f. Apa jenis-jenis tetes mata?

Jawab:

1. Golongan Obat Tetes Mata Antiseptik dan Antiinfeksi

Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada

gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda

asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus. Kebanyakan

infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Blefaritis dan

konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis

Laporan Tutorial Blok XVI 15

Page 16: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

dan endoftamitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau

jamur. Blefaritis bakterial dapat diobati dengan pemberian salep mata

antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata.

Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan

sendirinya. Antibakteri tetes mata atau salep mata digunakan bila

diperlukan tindakan pengobatan. Respons yang kurang baik terhadap

pemberian obat menunjukan konjungtivitis kemungkinan disebabkan

oleh virus atau alergi.

Konjungtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba sistemik dan

topikal. Sementara itu, ulkus kornea dan keratitis perlu penanganan

oleh dokter spesialis dan mungkin membutuhkan penggunaan

antimikroba subkonjungtival atau sistemik. Endoftalmitis adalah

kedaruratan medik yang juga membutuhkan penatalaksanaan oleh

dokter spesialis dan sering membutuhkan pengobatan menggunakan

antibiotik parenteral, sub-konjungtival atau sistemik.

Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa

yang harus steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau

tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep,

juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan

berbagai golongan.

Obat antiinfeksi untuk mata dibagi lagi dalam beberapa bagian

yakni antibakteri, antijamur, dan antivirus, yang masing-masing

golongan tersebut ada spesialisasi tersendiri khusus untuk obat-

obatnya.

Golongan senyawa obat khusus untuk antibakteri dan antijamur

yakni: asam fusidat, firamisetin sulfat, gentamisin, kloramfenikol,

levofloksasin, neomisin sulfat, polimiksin B sulfat, ciprofloxacin,

tobramisin, dibekasin, oxitetrasiklin, sulfasetamid, dan tetrasiklin.

Sementara golongan senyawa obat yang termasuk antivirus yakni:

asiklovir dan idoksuridin untuk infeksi herpes simpleks seperti ulcer

kornea.

2. Golongan Obat Tetes Mata Kortikosteroid

Kortikosteroid yang digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep

mata, atau injeksi subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik

Laporan Tutorial Blok XVI 16

Page 17: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

memiliki peranan penting dalam pengobatan inflamasi segmen anterior,

termasuk yang disebabkan oleh pembedahan. Tiga risiko yang

berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid yakni: mata merah,

glaukoma steroid dan katarak steroid. Peradangan pada mata sering

juga disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan alergi. Gejala

yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan gatal, tampak

kemerahan, adanya secret/kotoran mata, silau, buram atau kelopak mata

bengkak. Pengobatan bergantung kepada penyebabnya dapat berupa

antibiotika, anti inflamasi, anti alergi, anti jamur dan antivirus.

Sediaan lain yang digunakan untuk pengobatan topikal inflamasi

dan konjungtivitis alergi meliputi antihistamin, lodoksamid dan natrium

kromoglikat. Sediaan topikal antihistamin seperti tetes mata yang

mengandung antazolin sulfat, ketotifen, levokasbatin, dan olopatadin

dapat digunakan untuk konjungtivitis alergi. Tetes mata natrium

kromoglikat mungkin berguna untuk keratokonjungtivitis vernal dan

konjungtivitis alergi lainnya. Tetes mata lodoksamid digunakan untuk

konjungtivitis alergi termasuk yang musiman. Tetes mata diklofenak

juga digunakan untuk konjungtivitis alergi musiman

3. Golongan Obat Tetes Mata Midriatik

Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya digunakan bila

akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata.

Tetes mata midriatik secara temporer akan menstimulasi pelebaran otot

iris pada mata.

Midriatik biasa digunakan untuk alasan berikut ini:

1. Relaksasi otot lensa mata dalam melakukan fokus mata.

2. Dalam operasi mata untuk menghindari luka gores dengan

memperlebar pupil mata (misal: operasi katarak).

3. Untuk menghindari operasi katarak pada penderita katarak kecil

yang masih kecil.

4. Post operatif Glaukoma.

5. Pada anak-anak penderita amblyopia (mata malas), midriatik

digunakan sebagai terapi untuk memburamkan pandangan mata

agar otak anak terstimulasi.

Laporan Tutorial Blok XVI 17

Page 18: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Antimuskarinik melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris;

keduanya berbeda dalam potensi dan lama kerja. Midriatik yang relatif

lebih lemah, kerja singkat, seperti tropikamid 0.5%, digunakan untuk

funduskopi. Penggunaan Midriatik menyebabkan pelebaran pupil mata

sehingga lebih sensitif terhadap cahaya. Oleh sebab itu selain obat

penggunaan kacamata UV juga dapat membantu.

Berikut beberapa golongan senyawa obat yang termasuk obat mata

midriatik dan sikloplegik: antimuskarinik (atropin sulfat, siklopentolat

HCL, homatropin HBr, Tropikamid), simpatomimetik (fenilefrin HCL)

4. Golongan Obat Tetes Mata Miotik dan Anti Glaukoma

Glaukoma adalah kelainan yang ditandai dengan kehilangan

pandangan penglihatan yang berhubungan dengan kerusakan pada optic

disc dan saraf mata. Walaupun umumnya glaukoma dikaitkan dengan

peningkatan intraokular tapi juga dapat terjadi pada tekanan intraokular

normal.

Glaukoma yang paling umum terjadi adalah glaukoma sudut terbuka

primer (glaukoma simplek kronik; glaukoma sudut lebar) dimana

sumbatannya terjadi pada trabecular meshwork. Kondisi ini sering

tanpa gejala dan pederita kehilangan penglihatan secara bermakna.

Glaukoma sudut tertutup primer (glaukoma sudut tertutup akut;

glaukoma sudut sempit) disebabkan tertutupnya aliran aqueous humour

ke bilik anterior dan secara medis merupakan keadaan gawat darurat.

Hanya obat yang dapat menurunkan tekanan intraokular yang dapat

digunakan dalam pengobatan glaukoma; obat tersebut bekerja melalui

mekanisme berbeda. Beta-blocker topikal atau analog prostaglandin

umumnya merupakan obat pilihan pertama. Obat ini perlu

dikombinasikan dengan obat lain seperti miotik, simpatomimetik, dan

inhibitor anhidrase karbonik untuk mengontrol tekanan intraokular.

Miotik digunakan dengan tujuan konstriksi/memperkecil pupil mata.

Obat jenis ini bertolak belakang dengan penggunaan tetes mata

midriatik. Sedangkan antiglaukoma digunakan untuk mencegah

peningkatan Tekanan Intra Okular yang berakibat pada perubahan

patologis optik mata yang dapat menyebabkan kebutaan.

(Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 2002)

Laporan Tutorial Blok XVI 18

Page 19: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

g. Bagaimana cara pemakaian obat tetes mata?

Jawab:

Metode pemberian obat mata topikal yang benar adalah sebagai berikut:

1. Posisikan pasien mendongak ke atas

2. Pegang palpebra inferior di bawah bulu mata dan tarik palpebra

menjauhi mata dengan hati-hati

3. Berikan 1 tetes obat ke dalam cul-de-sac inferior yang paling dekat

dengan daerah yang “sakit”. Usahakan jangan sampai ujung botol

penetes menyentuh bulu mata atau palpebra untuk mencegah

kontaminasi.

4. Agar cul-de-sac inferior menjadi lebih dalam, tarik palpebra inferior

dengan hati-hati di tarik ke atas sampai menyentuh palpebra superior

sambil mata melihat ke bawah.

5. Palpebra harus tetap di tutup selama 3 menit agar tidak berkedip, yang

akan memompa obat ke dalam hidung dan meningkatkan absorpsi

sistemik. Ke pada pasien di peragakan cara menutup sistem drainase

lakrimal dengan menekan kuat sudut dalam palpebra yang sedang

tertutup.

6. Kelebihan obat di kantus medialis harus di hapus sebelum penekanan di

hentikan atau palpebra di buka. Pasien yang mendapat beberapa macam

obat topikal harus menunggu 10 menit antar dosis, sehingga obat

pertama tidak terbilas keluar mata oleh obat yang ke dua.

(Eva, 2012)

3. Sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan semakin sakit serta

pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna keputihan. Tn. Edi berobat

ke matri di pustu, diberi obat tetes mata dan obat makan, penderita lupa nama

obatnya, namun tidak ada perbaikan.

a. Apa makna sejak 1 minggu yang lalu mata kiri terasa mulai kabur dan

semakin sakit serta pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna

keputihan?

Jawab:

Laporan Tutorial Blok XVI 19

Page 20: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Kemungkinan sejak 1 minggu yang lalu, mata Tn.Edi mulai mengalami

kelainan organik media refraksi yang ditandai dengan munculnya bintik

berwarna putih dan merupakan salah satu penyebab penglihatan menjadi

kabur. Kelainan organik media refraksi tersebut bisa diakibatkan oleh

adanya invasi mikroorganisme tertentu yang menyebabkan proses

peradangan terjadi terus menerus pada kornea. (Ilyas, 2014)

b. Apa kemungkinan penyebab dan mekanisme mata kiri terasa mulai kabur

dan semakin sakit serta pada bagian hitam mata kiri tampak bintik bewarna

keputihan?

Jawab:

Bintik keputihan pada bagian hitam mata (kornea) kiri merupakan infiltrat.

- Infiltrat merupakan hasil dari reaksi inflamasi yang dicetuskan adanya

peradangan. Peradangan bisa dikarenakan adanya kerusakan yang

mencetuskan infeksi maupun infeksi langsung.

- Infiltrat putih pada mata (kornea) dapat dibedakan berdasarkan

kemungkinan causa. Jika infiltrat putih/abu-abu dikelilingi infiltrat

disekitarnya, maka kemungkinan causa adalah jamur. Jika infiltrat

putih abu-abu pada anak tukak/ulkus yg supuratif, kemungkinan causa

adalah kokus gram positif, streptococcus atau pseudomoni.

(McCance, 2014)

Mekanisme:

Trauma fisik (serpihan kayu) pada mata (kornea) serpihan kayu

(potensial terkontaminasi jamur) infeksi jamur pada kornea (keratitis /

keratomikosis) Kerusakan jaringan (epitel) pada (kornea) mata

aktifasi mediator inflamasi (leukosit PMN, limfosit, dll.) reaksi inflamasi

pada kornea hasil fagositosis berupa edema / infiltrat / hipopion

(leukocytic exudate) sisa reaksi inflamasi dan edema pada kornea tampak

bintik keputihan pada kornea kornea semakin tertutup oleh bintik putih

sel-sel radang penglihatan semakin kabur.

c. Apa klasifikasi penglihatan mata kabur?

Jawab:

Laporan Tutorial Blok XVI 20

Page 21: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Klasifikasi penglihatan mata kabur:

1. Penglihatan Turun Mendadak dengan Mata Merah

Keratitis

Keratokonjungtivitis

Ulkus Kornea

Keratomikosis

Glaukoma Akut

Uveitis

Endoftalmitis

Panoftalmitis

2. Penglihatan Turun Mendadak tanpa Mata Merah

- Neuritis Optik

- Ablasi Retina

- Obstruksi Vena Retina Sentral

- Oklusi Arteri Retina Sentral

- Ambliopia Toksik

- Okulopati Iskemik

- Histeria dan Malingering

3. Penglihatan Turun Perlahann tanpa Mata Merah

- Katarak

- Glaukoma

- Retinopati

Pada kasus ini yang terjadi kemungkinan penglihatan turun mendadak

dengan mata merah yaitu ulkus kornea. (Ilyas, 2014)

d. Mengapa setelah diberi obat tidak ada perbaikan?

Jawab:

Karena obat tetes mata dan obat makan yang diberikan oleh mantri hanya

bersifat simptomatik bukan mengobati kausatif sehingga tidak ada

perbaikan.

Laporan Tutorial Blok XVI 21

Page 22: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

4. Sejak 3 hari yang lalu bintik putih semakin melebar, mata berair-air, sakit dan

semakin kabur.

a. Apa makna sejak 3 hari yang lalu bintik putih semakin melebar, mata

berair-air, sakit dan semakin kabur?

Jawab:

Maknanya telah terjadi ulkus pada kornea yang semakin melebar dan

mendalam.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus

ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang

timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah

infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran

Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang

akan menyebabkan terjadinya sikatrik.

Sebagian besar lesi kornea, baik superfisial maupun dalam dapat

menyebabkan nyeri dan fotofobia karena kornea memiliki banyak serat

nyeri. Selain itu, lesi kornea biasanya menyebabkan penglihatan yang blur,

terutama bila lokasinya di sentral. (Hollwich, 2003)

b. Bagaimana mekanisme bintik putih semakin melebar, mata berair-air, sakit

dan semakin kabur?

Jawab:

Trauma fisik (serpihan kayu) pada mata (kornea) serpihan kayu

(potensial terkontaminasi jamur) infeksi jamur pada kornea (keratitis /

keratomikosis) Kerusakan jaringan (epitel) pada (kornea) mata

aktifasi mediator inflamasi (leukosit PMN, limfosit, dll.) reaksi

inflamasi pada kornea hasil fagositosis berupa edema / infiltrat /

hipopion (leukocytic exudate) sisa reaksi inflamasi dan edema pada kornea

tampak bintik keputihan pada kornea tatalaksana inadekuat

progesitivitas inflamasi menekan nociceptor di sekiar kornea serta

mempengaruhi N.III ( trigeminus ) di kornea nyeri , mata berair dan

bintik putih melebar Kornea semakin buram dan edema gangguan

refraksi mata penglihatan semakin kabur.

(McCance, 2014)

Laporan Tutorial Blok XVI 22

Page 23: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

5. Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri dan kanan sejak

usia 15 tahun.

a. Apa makna Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri

dan kanan sejak usia 15 tahun?

Jawab:

Makna Tn. Edi selama ini memakai kacamata minus pada mata kiri

dan kanan sejak usia 15 tahun menandakan Tn. Edi memiliki riwayat

gangguan refraksi single focus berupa myopia dengan koreksi kacamata

lensa spheris.

Myopia adalah kelainan refraksi berupa berkas sinar yang masuk ke

mata sejajar terhadap sumbu optik, difokuskan di depan retina. Kacamata

minus atau lensa sferis konkaf biasanya digunakan untuk mengkoreksi

bayangan pada myopia. Lensa ini memundurkan bayangan ke retina.

Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,

seperti pada myopia. Kelebihan daya bias ini dapat dinetralkan dengan

meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata, yang akan menyebarkan

berkas cahaya.

Jadi, kacamata minus bersifat divergen yang menyebabkan

bayangan diperkecil dan dijauhkan sehingga titik fokus tepat jatuh di

macula lutea bagi penderita myopia. (Guyton, 2007)

b. Apa jenis-jenis gangguan refraksi?

Jawab:

Jenis kelainan refraksi mata yaitu:

1. Mata Myopia (spherical)

Jatuhnya bayangan di depan retina (sesuatu di dalam bola mata), karena

titik fokus mata ada di belakang, perlu dikoreksi pake lensa negatif

(divergen). Benda yang dekat keliatan jelas, benda yang jauh keliatan

kabur.

Sering juga dikatakan rabun jauh, yaitu penurunan ketajaman

penglihatan jauh jika dibanding dengan orang normal. Penyebab

myopia adalah sumbu bola mata yang terlalu panjang atau daya bias

lensa mata yang terlalu kuat. Keluhan yang biasanya dirasakan oleh

Laporan Tutorial Blok XVI 23

Page 24: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

penderita myopia adalah buram dalam melihat benda jauh, mata cepat

lelah, pusing dan sering berair. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan

pemberian kaca minus atau cekung.

2. Hyperopia

Yaitu rabun dekat atau rabun melihat benda dalam jarak dekat dan

rabun dalam melihat tulisan dalam jarak dekat. di sebabkan titik fokus

mata terlalu pendek, bayangan jatuhnya dibelakang titik fokus, bisa

dikoreksi dengan lensa positif.

3. Presbyopia

Mata yang sudah tua, lensa mata tidak elastis lagi buat berakomodasi

(sesuatu yang bisa dilakukan lensa mata), untuk melihat dengan jarak

dekat, harus dibantu engan lensa positif.

4. Mata Hipermetrop

Yaitu penderita dengan kelainan ini mengeluh ketajaman

penglihatannya kabur baik jauh maupun dekat. Penyebab Hipermetrop

adalah sumbu bola mata yang terlalu pendek atau daya bias lensa mata

yang terlalu lemah. Keluhan yang biasanya dirasakan oleh penderita

hipermetrop adalah buram dalam melihat benda jauh maupun dekat,

mata cepat lelah, pusing dan sering berair. Kelainan ini dapat dikoreksi

dengan lensa plus / cembung. Keadaan ini banyak timbul pada anak-

anak, terutama anak yang lahir prematur, dengan bertambahnya usia

maka terjadi pertumbuhan bola mata sehingga ukuran koreksi lensanya

menurun.

5. Mata Asigmatisme

Mata asigmatisme atau sering disebut juga mata cylindris yaitu

kelainan ketajaman penglihatan disebabkan karena penderita tidak

dapat melihat sama jelas pada gambar disatu bidang datar sehingga

penderita biasanya merasa berbayang dalam melihat benda jauh. Hal ini

disebabkan karena tidak sama kelengkungan kornea dan permukaan

kornea yang tidak rata. Mata asigmatisme dapat dikoreksi dengan lensa

cylindris. (Eva, 2012)

6. Pemeriksaan Fisik:

Mata:

Laporan Tutorial Blok XVI 24

Page 25: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

OS: VOS 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea ukuran diameter 3mm,

terletak di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan kornea, dengan tepi tidak rata, lesi

satelit (+), sekret kuning kehijauan, blefarospasme

OD: VOD 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6

a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik mata?

Jawab:

OS:

- VOS 1/300: Abnormal (menandakan kelainan refraksi yaitu

penderita melihat gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter)

- Mixed Injeksi: Abnormal (menandakan adanya respon peradangan

di bagian kornea mata)

- Defek pada kornea ukuran 3mm terletak di sentral: Abnormal

(menandakan adanya ulkus pada kornea) dengan kedalaman 1/3

ketebalan kornea, bertepi tidak rata.

- Lesi satelit(+): Abnormal (menandakan adanya lesi pada kornea

akibat mikroorganisme, biasanya jamur, perlu pemeriksaan KOH)

- Sekret Kuning kehijauan: Abnormal (menandakan adanya pigmen

pada mikroorganisme)

- Blefarospasme: Abnormal (menandakan adanya photopobia)

OD:

- VOS 6/60 dengan koreksi: speris – 2.00 menjadi 6/6: Abnormal

(menandakan kelainan refraksi yaitu penderita hanya dapat

menghitung jari pada jarak 6 meter sedangkan pada orang normal

bisa menghitung dalam jarak 60 meter, yang telah di koreksi oleh

lensa spheris)

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik mata?

Jawab:

OS :

- Trauma fisik (serpihan kayu) pada mata (kornea) serpihan kayu

(potensial terkontaminasi jamur) infeksi jamur pada kornea

(keratitis / keratomikosis) Kerusakan jaringan (epitel) pada (kornea)

mata aktifasi mediator inflamasi (leukosit PMN, limfosit, dll.)

Laporan Tutorial Blok XVI 25

Page 26: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

reaksi inflamasi pada kornea hipertrofi pembuluh darah silliaris dan

konjungtiva mixed injeksi dan hasil fagositosis berupa edema /

infiltrat / hipopion (leukocytic exudate) sisa reaksi inflamasi serta

edema pada kornea tampak bintik keputihan pada kornea

tatalaksana inadekuat progesitivitas inflamasi timbul defek pada

kornea menekan nociceptor di sekiar kornea serta mempengaruhi

N.III ( trigeminus ) di kornea nyeri, mata berair ( pengaruh stimulasi

N.III ), blefarospasme (pengaruh stimulasi N.III) dan bintik putih

melebar Kornea semakin buram dan edema disetai sekret kuning

kehijauan gangguan refraksi mata penglihatan semakin kabur

VOS 1/300

- Pathogen yang menginfeksi kornea kemungkinan besar jamur yang

berhifa Lesi yang dihasilkan berbentuk satelit (lesi satelit).

- Sekret kuning kehijauan yang dihasilkan kemungkinan pengaruh dari

pigmen jamur yang menginfeksi.

(McCance, 2014)

c. Bagaimana cara pemeriksaan ketajaman penglihatan mata?

Jawab:

Dengan menggunakan kartu Snellen standar dapat ditentukan tajam

penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti:

1. Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada

jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada

jarak 6 meter

2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan

angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30

3. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan

angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50

4. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada

jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada

jarak 60 meter

5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen

maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang

normal pada jarak 60 meter

Laporan Tutorial Blok XVI 26

Page 27: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang

diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan

pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang

berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter

7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan

pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat

gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya

dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam

penglihatannya adalah 1/300

8. Kadan-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak

dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam

penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak

tidak berhingga

9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka

dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total

(Ilyas, 2014)

d. Apa jenis-jenis lensa koreksi mata?

Jawab:

Jenis-jenis lensa adalah sebagai berikut:

1. Lensa sferis: lensa dengan diameter kurvatura yang sama di semua

meridian.

Konkaf/cekung/minus: menyebarkan berkas cahaya (divergen) →

memperkecil dan menjauhkan bayangan.

Konveks/cembung/plus: memfokuskan berkas cahaya (divergen)

→ memperbesar dan mendekatkan bayangan.

2. Lensa silinder: jenis lensa yang mempunyai 2 meridian yang saling

tegak lurus satu sama lain.

Konkaf/cekung/minus: menyebarkan berkas cahaya (divergen) →

memperkecil dan menjauhkan bayangan.

Konveks/cembung/plus: memfokuskan berkas cahaya (divergen)

→ memperbesar dan mendekatkan bayangan.

3. Lensa sferosilinder: kombinasi antara lensa sferis dan lensa silinder.

Laporan Tutorial Blok XVI 27

Page 28: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Konkaf/cekung/minus: menyebarkan berkas cahaya (divergen) →

memperkecil dan menjauhkan bayangan.

Konveks/cembung/plus: memfokuskan berkas cahaya (divergen)

→ memperbesar dan mendekatkan bayangan.

(Ilyas, 2014)

e. Apa macam-macam sekret pada saat terjadi kelainan mata?

Jawab:

Jenis-jenis sekret berdasarkan penyebabnya antara lain:

- Air : disebabkan oleh infeksi virus atau alergi.

- Purulen : disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

- Hiperpurulen : disebabkan oleh gonokok atau meningokok.

- Mukoid : disebabkan oleh alergi atau vernal.

- Serous : disebabkan oleh adenovirus.

(Ilyas, 2014)

7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?

Jawab:

1. Anamnesis

- Pasien mengeluh mata kabur, mengganjal dan sakit, berair, merah,

dan terdapat bintik putih pada bagian hitam mata

- Ditemukan riwayat trauma mata karena lentingan serpihan kayu

- Riwayat konsumsi obat tetes dan obat makan namun tidak ada

perbaikan

2. Pemeriksaan Fisik Mata

- OS: terdapat penurunan visus 1/300, mixed injeksi, defek pada kornea

ukuran diameter 3mm, terletak di sentral, kedalaman 1/3 ketebalan

kornea, dengan tepi tidak rata, lesi satelit (+), sekret kuning kehijauan,

blefarospasme

- OD: terdapat penuruan visus 6/60, dengan koreksi: speris – 2.00

menjadi 6/6

8. Apa diagnosis banding pada kasus ini?

Laporan Tutorial Blok XVI 28

Page 29: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

Jawab:

1. Ulkus Kornea et causa Keratitis Jamur

2. Ulkus Kornea et causa Keratitis Bakteri

3. Ulkus Kornea et causa Keratitis Virus

9. Apa pemeriksaan tambahan yang diperlukan pada kasus ini?

Jawab:

Dilakukan kerokan kornea dengan menggunakan larutan KOH 10% untuk

mengetahui mikroorganisme penyebab pada kasus.

(Ilyas, 2014)

10. Apa diagnosis pasti pada kasus ini?

Jawab:

Ulkus Kornea et causa Keratitis Jamur

11. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?

Jawab:

Tujuan pengobatan adalah untuk membunuh mikroorganisme dan menekan

reaksi inflamasi, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi

komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan.

Secara umum pengobatan ulkus kornea adalah dengan siklopegik, antibiotik

topikal yang sesuai dan pasien dirawat apabila terjadi perforasi, pasien tidak

dapat menggunakan obat sendiri, dan terkadang perlu obat sistemik.

Laporan Tutorial Blok XVI 29

Page 30: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

(Katzung, 2014)

12. Apa komplikasi yang terjadi pada kasus ini?

Jawab:

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

1. Kebutaan parsial atau komplit karena endfotalmitis

2. Prolaps iris

3. Sikatrik Kornea

4. Katarak

5. Glaukoma Sekunder

(Farida, 2015)

13. Bagaimana prognosis pada kasus ini?

Jawab:

Quo at vitam : Dubia ad malam

Quo at fungsionam : Dubia ad malam

Laporan Tutorial Blok XVI 30

Page 31: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

14. Apa kompetensi dokter umum pada kasus ini?

Jawab:

3A (Bukan Gawat Darurat)

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan

laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi

terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan.

(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

15. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?

Jawab:

Firman Allah dalam Q.S. Al-Mu’minun (23):78

Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran,

penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”

2.6 Kesimpulan

Tn. Edi, laki-laki, 35 tahun, pekerjaan tukang kayu mengeluh mata terasa

mengganjal, sakit, berair-air, merah, dan penglihatan sangat kabur serta tampak

bintik keputihan pada kornea karena mengalami ulkus kornea et causa keratitis

jamur OS disertai miopi ODS.

Laporan Tutorial Blok XVI 31

Page 32: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

2.7 Kerangka Konsep

Laporan Tutorial Blok XVI 32

Kornea terkena lentingan serpihan kayu yang terkontaminasi oleh

mikroorganisme jamur

Tatalaksana Inadekuat

Gangguan RefraksiDefek Kornea Kedalaman 1/3

Ketebalan

Lesi Satelit Sekret Kuning Kehijauan

Riwayat Miopi

Infeksi Jamur di Kornea Mata

Keratitis Jamur

Ulkus Kornea OS

Penglihatan Kabur

Page 33: Laporan Tutorial Ske B Blok 16 Tutor 7

DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi deFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta:

EGC

Eva, P., R., dan Whitcher, J., P. 2012. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Ed. 18.

Jakarta: EGC

Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 2002. Farmakologi dan Terapi, Ed. 4. Jakarta: Gaya

Baru

Guyton &. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC

Hollwich, F., 2003. Oftalmologi Edisi Kedua. Jakarta: Binarupa Aksara

Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : FK UI

Katzung, Betram dkk. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 12. Jakarta: EGC

Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Tiga Jilid Satu. Jakarta: Media

Aesculaplus FKUI

McCance, Kathryn & Sue. 2014. Patophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults

and Children. 7th Ed. Canada: Elsevier.

Snell, R., S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC

Farida, Y. 2015. Corneal Ulcers Treatment.

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/511/512.

(Diakses pada 30 Desember 2015)

Laporan Tutorial Blok XVI 33